---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Al Ahzab: 70
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan
ucapkanlah perkataan yang benar.”
“Hendaklah kalian memegang teguh kejujuran, karena kejujuran itu menuntun
kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu mengantar ke surga. Dan tidaklah
seseorang senantiasa memegang teguh kejujuran, melainkan ia akan ditetapkan di sisi
Allah sebagai orang yang jujur.“ (H.R Bukhori Muslim)
“Tinggalkan sesuatu yang meragukanmu, (dan beralihlah) kepada sesuatu yang
tidak meragukanmu. Karena sesungguhnya kejujuran itu membawa ketenangan,
sementara kedustaan itu akan membawa kepada kegelisahan dan keragu-raguan.”
(H.R. At-Tirmidzi)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Materi
Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (siddiq) sebagai berikut.
1. Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam
segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah Swt.
2. Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima dengan yang
disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara perkataannya. Ia tidak berkata
kecuali dengan jujur. Barangsiapa yang menjaga lidahnya dengan cara selalu
menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yang sebenarnya, ia termasuk jujur
jenis ini. Menepati janji termasuk jujur jenis ini.
Kejujuran merupakan fondasi atas tegaknya suatu nilai-nilai kebenaran karena jujur
identik dengan kebenaran. Allah Swt. berfirman “Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S. al-
Ahzab:70)
Jujur adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik
berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanat disebut al-Amin,
yakni orang yang terpercaya, jujur, dan setia. Dinamai demikian karena segala sesuatu yang
diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan, baik
yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sifat jujur dan terpercaya
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan.
Manfaat Jujur:
c. Mengantar ke Surga
“Hendaklah kalian memegang teguh kejujuran, karena kejujuran itu menuntun
kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu mengantar ke surga. Dan tidaklah
seseorang senantiasa memegang teguh kejujuran, melainkan ia akan ditetapkan di sisi
Allah sebagai orang yang jujur.“(H.R Bukhori Muslim)
d. Mendatangkan Keberkahan
“Dua orang yang melakukan transaksi itu selalu mempunyai pilihan (untuk
meneruskan transaksi atau membatalkannya) selama mereka belum berpisah. Jika
mereka berbuat jujur dan menjelaskan dengan benar (hal-hal yang terkait dengan
barang dagangannya) maka mereka berdua pasti akan diberkahi dalam transaksi jual
beli tersebut. Namun jika mereka menyembunyikan kebenaran dan berdusta, maka
akan dicabutlah keberkahan dari transaksi jual beli tersebut. (H.R. Bukhori Muslim)
------------------------------------------------------------------------------------------
Kisah Teladan
Ada sekitar 80 orang Madinah yang tidak berangkat dalam Perang Tabuk.
Kebanyakan mereka adalah kaum munafik yang enggan bertungkus-lumus
memperjuangkan Islam. Diantara orang-orang yang tidak ikut berperang terdapat Ka'ab bin
Malik. Bagaimana bisa Ka'ab bin Malik tertinggal?
Dalam hati Ka’ab berkata, “Aku bisa melakukannya (bersiap ke medan perang)
kapan pun aku mau.” Begitulah keengganan terus menyergap diri Ka’ab, sementara orang-
orang terus berbenah dengan serius. Maka, pada pagi harinya, Rasulullah SAW dan kaum
Muslimin yang bersamanya berangkat perang, sedangkan Ka’ab belum melakukan
persiapan apa-apa.
Keengganan itu berlangsung sekitar tiga hari berturut-turut. Maka, laki-laki yang
tersisa di Madinah hanyalah dari kalangan lansia, kaum munafik yang memang benci
berjuang di jalan Allah, dan kalangan yang hatinya terombang-ambing seperti Ka'ab bin
Malik. Padahal, saat itu Ka'ab baru saja membeli hewan tunggangan baru, sehingga tidak
bisa dikatakan memiliki uzur.
Singkat cerita, Perang Tabuk usai dan pasukan Muslimin yang dipimpin Rasulullah
kembali ke Madinah. Seperti biasa, sepulang dari pertempuran, Rasul mengumpulkan
kaum Muslimin di masjid. Ketika itulah mereka yang urung ikut Perang Tabuk mendatangi
Rasulullah untuk menuturkan alasan-alasannya.
Ka'ab mengenang jelas peristiwa itu. Dia merasa bisa saja berdalih macam-macam
di hadapan Rasulullah SAW dan jamaah. Namun, kesedihan merundung dirinya. Hilanglah
dari diri Ka’ab segala pikiran yang batil hingga ia benar-benar mengetahui bahwa tidak
akan selamat dari beliau dengan cara dusta selamanya. Maka Ka’ab bertekad bersikap jujur
kepada Rasulullah.
"Benar, sesungguhnya saya, demi Allah, seandainya saya duduk menghadap orang
selain Anda, saya yakin akan lolos, karena saya telah diberi kemampuan mendebat. Tapi,
jika hari ini saya menceritakan kepada Anda cerita dusta, yang dengannya Anda bisa
merelakan saya, tentu Allah akan menjadikan Anda murka terhadap saya.
“Dan apabila saya menceritakan kepada Anda cerita benar, pasti karenanya Anda
akan murka terhadap saya. Sesungguhnya, dengan kejujuran itu saya mengharapkan
pemberian maaf dari Allah,” jawab Ka'ab.
Rasulullah pun mengakui kejujuran Ka'ab. Namun, sejak saat itu hingga 50 hari
penuh berikutnya, Rasul melarang kaum Muslim berkomunikasi dengan Ka'ab. Dua Muslim
lainnya, yang pernah ikut dalam Perang Badar, juga mengalami nasib serupa Ka'ab.
Selama 50 hari itu, Ka'ab merasa hidupnya tersiksa sangat berat. Rasulullah enggan
melihat wajahnya. Seluruh kaum Muslim menghindari menjawab salamnya. Dalam kondisi
demikian, Ka'ab menerima surat dari Raja Ghassan, salah satu pentolan kaum musyrik.
Dalam surat itu, Raja Ghassan mengajak Ka'ab bergabung dengannya lantaran
Rasulullah sendiri sudah mengeksklusi Ka'ab. Bahkan, Rasulullah juga sempat
memerintahkan ketiga pria itu, termasuk Ka'ab, menjauhi istri mereka masing-masing.
Namun, jawaban Ka'ab untuk surat dari Raja Ghassan itu jelas: begitu surat itu selesai
dibacanya, Ka'ab langsung melempar surat itu ke tungku api.
Demikianlah kesabaran dan keteguhan iman Ka'ab diuji. Begitu gembira hati Ka'ab
ketika masa 50 hari itu usai. Saat itu, mereka bertiga diterima Rasulullah di masjid. Ketika
Ka’ab mengucapkan salam kepada Rasulullah, beliau bersabda dengan wajah yang berseri-
seri karena gembira. “Bergembiralah dengan hari terbaik yang pernah melewati hidupmu
semenjak kamu dilahirkan oleh ibumu.” Apabila Rasulullah bergembira, wajahnya bersinar
seolah-olah wajah beliau secerah rembulan.
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih menyedihkanku daripada aku mati lalu
Rasulullah tidak sudi menshalatiku atau Rasulullah meninggal dunia sehingga aku tetap
diperlakukan demikian (dieksklusi) oleh masyarakat,” kata Ka'ab.
------------------------------------------------------------------------------------------
Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
------------------------------------------------------------------------------------------
Metode
Intregitas
1. nama saya adalah …
2. Saya akan mengisi tulisan ini dengan jujur dan menjawab pertanyaan satu
persatu dan hanya akan menggunakan pulpen. Salinlah pernyataan disini :
……………………………………………………………………………………………………………………
3. anda menyukai apel atau anggur? Jawab : …………
4. Kenapa anda menyukai buah tersebut ? Jawab : ……..
5. Bagaimana rasanya ? Jawab : …………….
6. Jika anda menyukai Apel maka anda harus mengulang semua tulisan ini di
belakang halaman ini. Apakah anda mau? Jawab : …………….
7. Jika anda menjawab tidak, apakah anda akan beralih ke anggur?
Jawab : ………………..
8. Jika anda menjawab Ya untuk pertanyaan 7, maka anda harus mengulang
tulisan ini dua kali
9. Jika anda menjawab ya untuk pertanyaan 6, maka anda boleh tidak
mengerjakan perintah nomor 6.
------------------------------------------------------------------------------------------
Referensi:
1. www.rumahsyo.com