Anda di halaman 1dari 34

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA

Oleh:

Ni Made Maharianingsih, S.Farm., M.Farm., Apt

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat- Nya Buku
Petunjuk Praktikum Analisis Farmasi dapat diselesaikan dengan baik.
Buku petunjuk praktikum Analisis Farmasi ditujukan khusus untuk mahasiswa Jurusan
Farmasi Klinis Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Medika Persada dengan sasaran :
1. Membekali mahasiswa Jurusan Farmasi Klinis dengan segala pengetahuan praktis dan
teoritis tentang konsep analisis farmasi sehingga diharapkan dapat menerapkannya dalam
analisis obat.
2. Memberi panduan bagi mahasiswa untuk melaksanakan praktikum dengan baik dalam
waktu yang relatif singkat.
Demi tercapainya sasaran diatas, dalam petunjuk praktikum ini pada setiap percobaan
sudah dilengkapi dengan prinsip dan teori yang melandasinya.
Dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah
membantu terselesaikannya Buku Petunjuk Praktikum Analisis Farmasi ini. Semoga buku ini
dapat bermanfaat dan dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan Praktikum Analisis Farmasi.
Kami menyadari bahwa Buku Petunjuk Praktikum Analisis Farmasi masih jauh dari
sempurna, untuk hal ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan penyusunan buku ini di masa mendatang sehingga nantinya dapat mendukung
terselenggaranya Analisis Farmasi dengan lebih baik.

Denpasar, 2 Oktober 2019


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 3

TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI ....................................................................... 4

KETENTUAN PENILAIAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI .................................................. 6

FORMAT PENULISAN JURNAL DAN LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI ........... 7

PERCOBAAN I ..................................................................................................................................... 9

PERCOBAAN II .................................................................................................................................. 15

PERCOBAAN III ................................................................................................................................ 22

LAMPIRAN ......................................................................................................................................... 27
TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

Adapun tata tertib yang wajib ditaati oleh setiap Praktikan yang mengikuti kegiatan Praktikum
Analisis Farmasi adalah sebagai berikut :
1. Praktikan hanya boleh melakukan praktikum pada waktu-waktu yang telah ditentukan, kecuali
untuk membuat persiapan praktikum (membuat reagen) dapat dilakukan di luar jam praktikum
atas persetujuan Dosen, Laboran atau Asisten Praktikum
2. Seluruh praktikan diwajibkan hadir minimal 15 menit sebelum waktu praktikum dimulai dan
selambat-lambatnya 15 menit setelah praktikum dimulai dengan alasan yang telah disampaikan
terlebih dahulu kepada Dosen, Laboran atau Asisten Praktikum
3. Praktikan wajib memakai pakaian yang memenuhi persyaratan praktikum, Seperti :
a. Mengenakan pakaian berkerah dan sopan
b. Mengenakan Jas laboratorium setiap kali praktikum
c. Mengenakan sepatu tertutup bukan flatshoes atau sandal
d. Mengenakan masker dan handgloves setiap kali praktikum
e. Mengikat rambut dengan rapi tanpa poni
Bagi praktikan yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.
4. Praktikan wajib membawa peralatan praktikum. Adapun peralatan yang harus dibawa oleh
praktikan (perorangan) selama praktikum adalah;
a. Masker dan handgloves
b. Pipet tetes panjang
c. Sendok tanduk
d. Batang pengaduk
e. Alat tulis lengkap
f. Kertas label harga
g. Kain lap
h. Calculator (bukan ponsel)
i. Tissue
j. Kresek untuk sampah
5. Praktikan wajib membawa buku Petunjuk Praktikum Analisis Farmasi, Jurnal Awal, Log Book
(Skema kerja, Tabel Penimbangan, dan Hasil Percobaan), Laptop (berkelompok) dan beberapa
lembar kertas ke dalam Laboratorium. Tidak diperkenankan membawa buku literatur atau
segala bentuk kertas yang tidak berhubungan dengan kegiatan Praktikum.
6. Tas, ponsel dan perlegkapan lainnya yang tidak dipergunakan selama praktikum diletakkan
secara teratur di luar Laboratorium. Untuk keperluan dokumentasi kegiatan praktikum cukup
satu kelompok membawa satu ponsel.
7. Setiap praktikan harus mengikuti pretest atau postest (sesuai yang ditentukan Dosen, Laboran
atau Asisten Praktikum) dan melampaui passing grade (≥ 60,00) agar dapat mengikuti
praktikum pada hari dan materi pelaksanaan pretest atau postest tersebut
8. Selama mengikuti praktikum, praktikan tidak diperkenankan membawa makanan/minuman
ke dalam laboratorium, merokok, berbicara yang tidak berhubungan dengan praktikum,
menerima atau melakukan panggilan maupun mengirimkan pesan singkat melalui ponsel yang
dapat menganggu jalannya praktikum
9. Setiap kegiatan dan hasil pengukuran (voulume atau bobot), hasil analisa instrumen, hasil
reaksi dan seterusnya harus dilaporkan dan dituliskan dalam lembar yang tersedia atau pada
Log Book masing-masing praktikan dengan persetujuan Asisten Praktikum.
Praktikan tidak diperkenankan berbohong, menyembunyikan atau memanipulasi data
praktikum.
10. Praktikan wajib memeriksa dan menjaga kebersihan alat dan ruangan atau laboratorium
sebelum, selama dan sesudah praktikum
11. Jika terjadi kerusakan dan/atau kehilangan alat praktikum, maka praktikan bersama
kelompok/golongan/ angkatan (sesuai kesepakatan masing-masing) diwajibkan mengganti
alat dengan spesifikasi minimal sama sejumlah dua kali alat yang hilang/ rusak, dengan
tenggang waktu maksimal sehari sebelum praktikum selanjutnya atau sesuai kesepakatan
dengan dosen, Laboran atau Asisten Praktikum.
12. Jurnal praktikum dibuat berkelompok dengan format sesuai ketentuan dan diserahkan ke
Asisten Praktikum sesuai materi saat jadwal praktikum berlangsung.
13. Laporan praktikum dibuat berkelompok dengan format sesuai ketentuan dan diserahkan ke
Dosen atau Asisten Praktikum sesuai materi seminggu setelah praktikum tersebut
dilaksanakan, Laporan dikumpulkan dalam bentuk hardcopy (tanpa jilid). Keterlambatan
pengumpulan jurnal dengan alasan apapun akan diberikan nilai 0 (NOL)
14. Ketidakhadiran praktikan karena sakit, harus menyampaikan surat sakit secara tertulis dengan
melampirkan surat keterangan sakit dari dokter, paling lambat 2 hari setelah hari praktikum
(yang tidak dihadiri oleh ybs), dan wajib mengikuti kegiatan praktikum pada kelompok atau
golongan lain sesuai materi yang tidak bisa dihadiri oleh ybs.
15. Ketidakhadiran karena suatu keharusan dan alasan tertentu harus disampaikan secara lisan dan
tertulis paling lambat 1 (satu) minggu sebelum tanggal yang dimaksud, dan wajib mengikuti
kegiatan praktikum pada kelompok atau golongan lain sesuai materi yang tidak dihadiri oleh
ybs
16. Hal-hal yang belum dinyatakan dalam tata tertib ini dan sekiranya diperlukan demi kemajuan
dan ketertiban kegiatan praktikum Analisis Farmasi akan ditentukan dengan kesepakatan
bersama
KETENTUAN PENILAIAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

Adapun ketentuan penilaian Praktikum Analisis Farmasi adalah sebagai berikut :

A. PENILAIAN HARIAN
1. Praktikum 60%
a. Pretest 30%
b. Sikap 30%
- Tanggung jawab (10)
- Kebersihan/kerapian (10)
- Kerja sama (10)
c. Keterampilan 40%
- Penggunaan Alat (20)
- Pelaksanaan Prosedur (20)
2. Diskusi 10%
3. Jurnal 10%
4. Laporan Akhir 20%
+
100%
B. PENILAIAN AKHIR

1. Penilaian Harian 70%


2. Ujian Akhir/ Responsi Praktikum 30%
+

100%
FORMAT PENULISAN JURNAL DAN LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

Adapun ketentuan dan/atau format penulisan Jurnal dan Laporan Praktikum Analisis Farmasi
adalah sebagai berikut :

1. Penulisan keseluruhan digunakan font : “TIMES NEW ROMAN” dengan font size “12”,
line spacing “1,5” dengan spacing after, before paragraph “0 pt” dan rata tulisan “Justify”.
Batas ATAS dan KIRI “4 cm”. Batas KANAN dan KIRI “3 cm”. Seluruh huruf dicetak
TEGAK kecuali istilah asing atau tertentu dicetak MIRING
2. Sampul atau COVER seluruh tulisan dicetak “BOLD”. Judul percobaan font size “16”.
Logo IIK terbaru ukuran “4x4 cm” dibuat sesuai lampiran 1.
3. Isi tulisan, Judul kegiatan “BOLD”. Judul Bab, “BOLD”, judul sub-bab TIDAK BOLD.
Urutan penomeran tiap Bab dan Sub-bab ditulis seperti pada contoh.
4. Semua CATATAN KAKI dapat ditulis pada akhir paragraf SEBELUM TITIK. Jika dalam
paragraf terdapat DUA catatan kaki digabung pada AKHIR paragraf dengan batas tanda “;”
atau dapat dituliskan pada AKHIR KALIMAT yang dikutip.
5. SETIAP GAMBAR yang dilampirkan atau dikutip cantumkan CATATAN KAKI sumber.
Pembuatan SKEMA kerja pastikan kotak-kotak batas skema ukurannya SAMA BESAR dan
PANAH diletakkan pada tempat yang sama. Pembuatan TABEL penimbangan dan hasil
dipastikan ukuran tabel tidak MELEBIHI MARGIN penulisan.
6. Pembuatan halaman dimulai SETELAH COVER, diletakkan pojok kiri bawah dengan
ketentuan penulisan sama seperti poin 1.
7. Keseluruhan tulisan dicetak dengan TINTA HITAM
A. CONTOH ISI JURNAL PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI
1. TUJUAN
(Berisi Tujuan sesuai dengan Buku Petunjuk Praktikum)
2. TINJAUAN PUSTAKA (Min. 1 halaman; maks. 3 halaman)
Analit atau Sampel
Metode analisis
Teori dasar atau prinsip
Instrumentasi
Dan seterusnya
Dan seterusnya
3. ALAT DAN BAHAN
Alat
a. alat gelas
b. Instrumen 1
c. Instrumen 2
d. Dan seterusnya
Bahan
a. Akuades dan pelarut lainnya.
b. Baku 1
c. Baku 2
d. Dan seterusnya
4. PROSEDUR PRAKTIKUM
Perhitungan Pembuatan Larutan
a. Perhitungan Larutan Standar
b. Perhitungan Larutan Seri
c. Dan seterusnya
Prosedur Kerja
a. Prosedur Pembuatan Larutan Standar
b. Prosedur Pembuatan Larutan Seri
c. Pengukuran dengan Instrumen Spektrofotometer UV -Vis , pH meter, dll
d. Dan seterusnya
5. SKEMA KERJA
Skema Kerja Pembuatan Larutan
Skema Kerja Preparasi Uji dan Sampel (Bila ada)
Skema Kerja Pengukuran Uji dan Sampel dengan Instrumen
Dan seterusnya
DAFTAR PUSTAKA
B. CONTOH ISI LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI
Laporan dibuat dari hasil revisi atau perbaikan jurnal (1. TUJUAN hingga 5. SKEMA
KERJA) ditambahkan komponen sebagai berikut :
6. HASIL DAN PERHITUNGAN
Hasil Pengukuran (Cantumkan tabel hasil spektrofotometer dan Potensiometer)
Pembuatan Kurva Kaliberasi
Perhitungan Kadar (atau perhitungan lainnya)
Dan seterusnya
7. PEMBAHASAN
8. PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Berisikan Gambar kegiatan dan melampirkan Tabel Penimbangan serta Tabel Hasil yang
telah di ACC oleh dosen, laboran atau asisten praktikum pada hari pelaksanaan praktikum
sesuai materi yang dilaporkan.
PERCOBAAN I

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM TABET DENGAN SPEKTROFOTOMETERI UV-Vis

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Membuat kurva hubungan konsentrasi dan absorban.
2. Menentukan persamaan garis regresi linier.
3. Menentukan kadar zat tunggal memakai Hukum Lambert Beer dan memakai persamaan garis regresi
linier.
4. Penentuan ketepatan (akurasi)

II. DASAR TEORI


Metode analisis spektrofotometri ultraviolet - sinar tampak memanfaatkan fenomena absorpsi sinar radiasi
elektromagnetik di daerah ultraviolet dan daerah sinar tampak oleh larutan sampel (anorganik maupun organik).
Pemanfaatan peristiwa fenomena absorpsi sinar radiasi elektromagnetik di daerah ultraviolet dan daerah sinar
tampak antara lain analisis kualitatif dengan tujuan identifikasi zat murni, penetapan ada tidaknya zat-zat tertentu
dalam campuran ataupun identifikasi gugus-gugus fungsi tertentu dalam molekul (penentuan struktur), analisis
kuantitatif satu zat atau lebih/ campuran zat dalam sampel, titrasi secara spektrofotometri, dan penetapan konstanta
kesetimbangan reaksi dan sebagainya.
Data spektra UV-vis secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif obat dan
metabolitnya. Data yang diperoleh dari spektroskopi UV-vis adalah panjang gelombang maksimal, intensitas, efek
pH, dan pelarut yang kesemuanya dapat diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan. Dari spektra yang
diperoleh dapat dilihat, misalnya
• Serapan (absorbansi) berubah atau tidak karena perubahan pH. Jika berubah, bagaimana perubahannya apakah
dari batokromik ke hipsokromik dan sebaliknya atau dari hipokromik ke hiperkromik, dan sebagainya.
• Obat-obat yang netral misalnya kafein, kloramfenikol; atau obat-obat yang berisi auksukrom yang tidak
terkonjugasi seperti amfetamin, siklizin dan pensiklidin.
Apabila suatu berkas radiasi dengan intensitas I0 dilewatkan melalui suatu larutan dalam wadah yang
transparan maka sebagian radiasi akan diserap sehingga intensitas radiasi yang diteruskan sebesar I yang lebih kecil
dari I0. Maka transmitan (T) dari larutan merupakan Fraksi dari radiasi yang diteruskan atau ditransmisi oleh larutan.
Transmitan adalah perbandingan antara intensitas cahaya yang keluar setelah berinteraksi dengan zat uji dengan
intensitas cahaya awal sebelum berinteraksi dengan zat uji, yaitu :
T = I / I0, Hukum yang digunakan dalam metode ini adalah hukum Beer-Lambert.
It
T=
Io
I
A = log = − log T
T
Absorpsi maksimum terjadi pada panjang gelombang maksimum. Konstanta absortivitas suatu kromofor
ditentukan oleh jenis kromofor itu sendiri dan juga oleh frekuensi REM ynag diabsorpsi. Besarnya intensitas energi
REM yang diabsorpsi proporsional dngan jumlah kromofornya (konsentrasinya), dan hubungan proporsional ini
dirumuskan dalam bentuk persamaan Hk. Lambert Beer
A = εbc
Dimana:
A = Absorban (no units, since A = Log 10 P0/P)
ε = absortivitas molar (L mol-1 cm-1)
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi larutan (mol / liter)
Absorban berbanding lurus dengan konsentrasi, namun demikian kenyataannya penyimpangan sering terjadi. Untuk
menghindari hal ini kurva kalibrasi harus dibuat pada setiap kali analisis. Penyimpangan dapat terjadi karena
banyaknya variable dalam pembentukan uap atom yang tidak terkendali. Dengan dibuat kurva kalibrasi pada setiap
kali analisis maka penyimpangan standar dari kurva kalibrasi dapat dikurangi atau dikoreksi. Persamaan Lambert-
Beer berlaku untuk rentang konsentrasi kromofor tertentu. Untuk larutan yang sangat encer atau terlalu pekat
(pembacaan transmitan atau absorban yang terlalu besar atau terlalu kecil) menimbulkan kesalahan fotometrik
relative besar. Dari tabel di bawah dapat dibaca hubungan antara nilai transmitan atau absorban dan kesalahan
relative yang terjadi.

Percent error in consentration


Transmitance, T Absorbance, A c
100
c
0,95 0,022 ± 10,2
0,90 0,046 ± 4,74
0,80 0,097 ± 2,80
0,70 0,155 ± 2,00
0,60 0,222 ± 1,63
0,50 0,301 ± 1,44
0,40 0,399 ± 1,36
0,30 0,523 ± 1,38
0,20 0,699 ± 1,55
0,10 1,000 ± 2,17
0,030 1,523 ± 4,75
0,020 1,699 ± 6,38

Dari penurunan rumus Lambert-Beer didapat bahwa kesalahan relative minimal terjadi bila larutan yang
diukur memberikan transmitan = 36,8% atau absorban 0,4343. Pada prakteknya agar persamaan linier Lambert-
Beer diikuti, konsentrasi larutan yang dibuat pembacaan transmitannya antara 15%-75%.
Menurut hukum Lambert-Beer absorban berbanding lurus dengan konsentrasi, Namun, pada
kenyataannya penyimpangan sering terjadi yaitu penyimpangan kimia, fisika, fotometri, polikromatis, dan radiasi
asing. Untuk menghindari hal ini kurva kalibrasi harus dibuat pada setiap kali analisis. Penyimpangan dapat terjadi
karena banyaknya variabel dalam pembentukan uap atom yang tidak terkendali. Dengan dibuat kurva kalibrasi pada
setiap kali analisis maka penyimpangan standar dari kurva kalibrasi dapat dikoreksi.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
• Labu takar ukuran 25 dan 50 mL
• Pipet volume ukuran 1; 5 dan 10 mL
• Pipetukurukuran 1; 5 dan 10 mL
• Gelas piala 100mL
• UV/Vis Spectrophotometer AMV11PC.
• Pipet tetes
• Botol semprot
• Tissue
• Lap
• Kuvet Spectrophotometer ukuran 1 cm
Bahan :
• Parasetamol baku
• Tablet parasetamol
• NaOH padat
• Aquades
IV. PROSEDUR KERJA
• Penyiapan larutan
1. Larutan NaOH 0,1 N
a. Sebanyak 2 gram NaOH padat ditimbang
b. Dimasukan dalam labu takar 500 ml
c. Dilarutkan dalam aquades dan volume digenapkan sampai tanda batas.
2. Larutan stok baku Parasetamol
a. Sebanyak 10 mg Parasetamol ditimbang.
b. Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
c. Dilarutkan dalam larutan NaOH 0,1 N dan volume digenapkan sampai tanda batas
d. Sehingga didapatkan kadar larutan = 0,2 mg/mL = 200 µg/mL
3. Larutan siap ukur baku Parasetamol
a. Dipipet 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 mL larutan stok
b. Dimasukkan ke dalam labu 25 mL
c. Ditambahkan larutan NaOH 0,1 N sampai tanda batas
4. Larutan blanko = larutan NaOH 0,1 N
5. Pembuatan larutan sampel dari tablet parasetamol

➢ Pengukuran
1. Menghidupkan UV/Vis Spectrophotometer AMV11PC.
• Dihidupkan alat dengan menekan tombol ON atau OFF (1 = ON, 0 = OFF )
• Penstabilan sumber radiasi (lampu sinar tampak = 20 menit, lampu UV/xenon = langsung)
2. Pengukuran larutan blanko dan larutan sampel
a. Pembacaan spektrofotometer diatur agar pembacaan %T=100 atau A=0,00 dengan
menggunakan larutan blanko.
b. Semua larutan baku parasetamol diukur pada panjang gelombang maksimumnya (panjang
gelombang maksimum parasetamol yang diambil dari hasil percobaan sebelumnya).

IV. Data Pengamatan

A. Menentukan λ maksimum Paracetamol


λ (nm) A
220
224
228
dst
300
B. Volume dan Konsentrasi Larutan Stok
V Larutan stok yang dipipet (mL) Konsentrasi (ppm)
1,0 …..ppm
1,5 …..ppm
2,0 …..ppm
2,5 …..ppm
3,0 …..ppm

C. Absorbansi Paracetamol
Sampel Absorbansi
…..ppm
…..ppm
…..ppm
…..ppm
…..ppm

VI. Perhitungan
CONTOH :
Untuk 1 mL larutan stok :
Diketahui : Kadar larutan stok baku parasetamol = 0,2 mg/mL
V2 = 25 mL
Ditanya : Konsentrasi = .....?
M1 x V1 = M2 x V2
0,2 mg/mL X 1 ml = M2X25 mL
M2 = 0,008 mg/mL= 8 ppm

V Larutan stok yang dipipet (mL) Konsentrasi (ppm)


1,0 …..ppm
1,5 …..ppm
2,0 …..ppm
2,5 …..ppm
3,0 …..ppm
Absorbansi Paracetamol
Konsentrasi Sampel Absorbansi
…..ppm
…..ppm
…..ppm
…..ppm
…..ppm

1. Pembuatan Kurva Kalibrasi


Setiap larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda dibaca absorbansinya pada Panjang gelombang
maksimum. Hasil absorbansi tersebut diplot dalam kurva konsentrasi vs absorbansi kemudian dibuat
persamaan regresi linier dengan rumus: y = bx + a
Dengan menganggap y = absorbansi, dan x = konsentrasi larutan
Contoh :
y = 373,495x - 0,021
2. Konsentrasi larutan sampel x dengan A (absorbansi) = 0,510 :
y = 373,495x - 0,021
0,510 = 373,495x - 0,021
x = 1422 ppm
Jadi, konsentrasi larutan sampel = 1422 ppm (konsentrasi terhitung)

3. Penetapan Kadar Sampel Tablet Parasetamol


tablet parasetamol sebagai sampel uji secara digerus halus dan homogen. Sampel serbuk ditimbang
sebanyak 400 mg kemudian dilarutkan dengan NaOH 0,1 N sebanyak 100 ml . Larutan lalu disaring
dengan menggunakan kertas saring, dan hasil saringan (filtrat) dimasukkan ke dalam erlemeyer. Dari
hasil perhitungan, didapatkan konsentrasi awal sampel serbuk tablet paracetamol sebelum
pengenceran yaitu ……. ppm. Larutan diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga konsentrasi 20 ppm
dan dibaca absorbansinya. Apabila serapan dari larutan sampel uji masih berada di luar range serapan
larutan standar, maka larutan diencerkan hingga serapannya masuk di dalam range.
Note: Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, timbang seksama sejumlah serbuk tablet setara
dengan 150 mg.

4. Penentuan Ketepatan (Akurasi) / Perolehan Kembali

𝐾𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔


%Perolehan Kembali = 𝑥 100%
𝑘𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎

Kesimpulan :

Range perolehan kembali menurut Farmakope Indonesia IV vs Data Percobaan


PERCOBAAN II

SPEKTROFOTOMETRI SIMULTAN
PENETAPAN KADAR TEOFILIN DAN PARASETAMOL

1. Tujuaan Percobaan
A. Membuat kurva absorpsi campuran dua zat
B. Menentukan panjang gelombang pengukuran
C. Menentukan absortivitas molar ke dua zat pada setiap panjang gelombang
pengukuran
D. Menentukan kadar zat campuran secara simultan

2. Teori Umum
2.1 Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri merupakan hubungan antara pengukuran energi radiasi yang diserap oleh
suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang
absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu. Banyaknya serapan berbanding
lurus dengan banyaknya zat kimia (aspek kuantitatif). Hukum Lambert-Beer menyatakan
bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan
konsentrasi larutan, digambarkan dalam persamaan berikut:

A = - log T = - log It / Io = ε . b . C

Keterangan :
A = Absorbansi sampel yang akan diukur ε = Koefisien ekstingsi
T = Transmitansi b = Tebal kuvet yang digunakan
Io = Intensitas sinar masuk C = Konsentrasi sampel
It = Intensitas sinar yang diteruskan

2.2 Simultan
Kadar larutan campuran dua zat dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri
tanpa harus dipisahkan lebih dahulu. Kedua zat harus memiliki panjang gelombang
maksimum yang tidak berimpit. Absorbsi larutan sampel/ campurannya pada panjang
gelombang pengukuran merupakan jumlah absorbsi dari masing-masing zat tunggalnya.
Kadar masing-masing zat ditentukan menggunakan metode simultan.
Pengukuran campuran dua senyawa baik pada panjang gelombang 1 (λ1), maupun panjang gelombang
2 (λ2), oleh absorbansi pada kedua panjang gelombang tersebut merupakan jumlah dari absorbansi
senyawa 1 dan absorbansi senyawa 2 (perhatikan gambar diatas yang menggambarkan spektra dua
buah senyawa, senyawa I dan II), yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Aλ1 = (a1c1) λ1 + (a2c2 ) λ1...................................................(1)
Aλ2 = (a1c1) λ2 + (a2c2) λ2...................................................(2)
Keterangan: nilai a (absorptivitas) dapat juga diganti dengan absorptivitas molar, dimana:
c 1 : Konsentrasi senyawa 1
c 2 : Konsentrasi senyawa 2
(a1) 1 : Absorptivitas senyawa 1 pada panjang gelombang pertama
(a1) 2 : Absorptivitas senyawa 1 pada panjang gelombang kedua
(a2) 1 : Absorptivitas senyawa 2 pada panjang gelombang pertama
(a2) 2 : Absorptivitas senyawa 2 pada panjang gelombang kedua
A1 : Absorbansi senyawa campuran pada panjang gelombang pertama
A2 : Absorbansi senyawa campuran pada panjang gelombang kedua

3. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Labu takar 10 mL
2. Pipet volume
3. Pipet ukur 1 mL, 5 mL, dan 10 mL
4. Pipet tetes
5. Botol vial 10 mL sebanyak 6 buah
6. UV/Vis Spectrophotometer AMV11PC.
7. Kuvet
8. Beaker glass 100 mL
9. Ballfiller
10. Tissue

3.2 Bahan
1. Larutan Stok Parasetamol 1 mg/mL
2. Larutan Stok Teofilin 1 mg/mL
3. Aquadest

4. Kegiatan Praktikum
4.1 Penyiapan Larutan
a. Pembuatan Larutan Baku Parasetamol 100 µg/mL
Dipipet 1 mL larutan stok Parasetamol dengan konsentrasi 1 mg/mL, Dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 mL. Dilarutkan dengan aquadest sampai tanda batas. Dimasukkan ke dalam botol vial
dan diberikan label Larutan Baku Parasetamol 100 µg/mL.

b. Pembutan Larutan Baku Teofilin 100 µg/mL


Dipipet 1 mL larutan stok Teofilin dengan konsentrasi 1 mg/mL. Dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 mL. Dilarutkan dengan aquadest sampai tanda batas. Dimasukkan ke dalam botol vial
dan diberikan label Larutan Baku Teofilin 100 µg/mL.
c. Pembuatan Larutan Baku Siap Ukur Parasetamol 6,5 µg/mL
Dipipet 0,65 mL larutan stok Parasetamol dengan konsentrasi 100 µg/mL. Dimasukkan ke dalam
labu ukur 10 mL. Dilarutkan dengan aquadest sampai tanda batas. Dimasukkan ke dalam botol
vial dan diberikan label Larutan Baku Siap Ukur Parasetamol 6,5 µg/mL.

d. Pembuatan Larutan Baku Siap Ukur Teofilin 30 µg/mL


Dipipet 3 mL larutan stok Teofilin dengan konsentrasi 100 µg/mL. Dimasukkan ke dalam labu
ukur 10 mL. Dilarutkan dengan aquadest sampai tanda batas. Lalu dimasukkan ke dalam botol
vial dan diberikan label Larutan Baku Siap Ukur Teofilin 30 µg/mL.

e. Pembuatan Larutan Campuran Parasetamol (6,5 µg/mL) dan Teofilin (30 µg/mL)
Dipipet 0,65 mL larutan stok Parasetamol dengan konsentrasi 100 µg/mL. Dimasukkan ke dalam
labu takar 10 mL. Dipipet 3 mL larutan stok Teofilin dengan konsentrasi 100 µg/mL.
Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL bersama dengan larutan Parasetamol sebelumnya.
Dilarutkan dengan aquadest sampai tanda batas. Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberikan
label Larutan Campuran Parasetamol dan Teofilin.
4.2 Pengukuran

a. Tentukan panjang gelombang maksimum dari larutan baku paracetamol dan teofilin pada
panjang gelombang 220 nm – 300 nm.
b. Ukur absorbansi dari larutan baku paracetamol dan teofilin pada panjang gelombang maksimum
larutan baku paracetamol dan teofilin serta tentukan absortivitas paracetamol dan teofilin.
c. Ukur absorbansi campuran antara paracetamol dengan teofilin pada panjang gelombang
maksimum larutan baku paracetamol dan teofilin. serta tentukan konsentrasi paracetamol dan
teofilin dan tentukan % perolehan kembali paracetamol dan teofilin.
d. Ukur absorbansi sampel pada panjang gelombang maksimum larutan baku paracetamol dan
teofilin. serta tentukan konsentrasi paracetamol dan teofilin yang terkandung dalam sampel.

4.2 Pengoprasian Alat Analisis (Spektrofotometer + komputer )


a. Menghidupkan UV/Vis Spectrophotometer AMV11PC
1. Spektrofotometer dihidupkan dengan menekan tombol “ON/OFF” (1=ON, 0=OFF). Tunggu 20
hingga instrument terkalibrasi.
2. Komputer dihidupkan dan pengaturan spektrofotometer dilakukan pada komputer menggunakan
software “MetSpec Pro” (user: admin & password : a12345). Klik konfirm untuk
menghubungkan komputer dengan spektrofotometer. Jika telah terhubung akan muncul
“welcome”.

b. Membuat kurva untuk larutan standar (baku).


1. Pilih menu “Standard Curve”
2. Klik “Standard Curve setting ” diedit pada :
• “parameter” lengkapi keterangan pada “company ; curve name; unit = satuan; No of std
sample = 4 (jika terdiri dari 3 larutan standar & 1 larutan blanko).

• “Wavelength list” ketik panjang gelombang yang digunakan


• “Standard Sample list” ketik nama dan konsentrasi larutan standar yang diukur
3. Kalibarasi larutan blanko dengan menggeser kuvet yang berisi larutan blanko sejajar
monokromator dan detektor pada spektrofotometer. Kemudian pada computer klik toolbar “set to
zero”.
4. Mulai pembacaan larutan standar pertama, kedua , ketiga dengan menggeser kuvet yang berisi
larutan tersebut sejajar monokromator dan detektor pada spektrofotometer. Kemudian pada
komputer klik toolbar “start”.

a. Menscan Panjang gelombang


1. Pilih menu “ Wavelength Scan”.
2. Pada Wavelength Scan Setting pilih parameter lengkapi “ start wavelength” (panjang
gelombang tertinggi yang digunakan) ; “end wavelength” (panjang gelombang terendah yang
digunakan); & “wavelength interval(nm)” klik confirm.
3. Persiapan menscan panjang gelombang dengan menggeser kuvet yang berisi larutan blanko
sejajar monokromator dan detector klik “set to zero” pada toolbar untuk set baseline dan
muncul tulisan “baseline has been esthablish” ok quit.
4. Mulai pembacaan / scan panjang gelombang dengan dengan menggeser kuvet yang berisi larutan
sampel yg diukur sejajar monokromator dan detector klik “start” pada toolbar. Kegiatan
yang sama dilakukan untuk sampel berikutnya.
5. Setelah selesai pembacaan/ scan panjang gelombang pada tiap larutan sampel, pada komputer
akan muncul kurva kalibarasi sampel tersebut.

b. Analisis Simultan
1. Pilih menu “ Multi-Wavelength Analysis”.
2. Pada Multi-Wavelength Analysis Setting, pilih “parameter” edit number of samples,
number of wl ( banyak panjang gelombang yang digunakan), unit.
3. Kemudian pada Multi-Wavelength Analysis Setting, pilih “wavelength list” ketik Panjang
gelombang yang digunakan.
4. mulai pembacaan dengan menggeser kuvet yang berisi sampel sejajar monokromator dan detector
klik “set to zero” “start”
5. Tugas dan/atau pertanyaan
A. Buat kurva absorpsi larutan baku parasetamol, teofilin dan tentukan panjang
gelombang maksimumnya
B. Tentukan absorbansi setiap larutan pada masing-masing panjang gelombang
maksimumnya.
C. Hitung absortivitas molar parasetamol dan teofilin pada masing-masing panjang
gelombang maksimumnya
D. Tetapkan konsentrasi masing-masing komponen pada larutan Sampel yang telah
disiapkan oleh Asisten Praktikum
E. Bahas hasil yang diperoleh pada percobaan hari ini dalam laporan!

6. Data Pengamatan
Tabel 1. Absorbansi Parasetamol, Teofilin, dan Sampel pada rentang panjang gelombang
200nm-300nm.
Absorbansi Absorbansi Absorbansi Absorbansi
λ (nm)
Parasetamol Teofilin Campuran Sampel
198
201
204
207
210
213
216
219
222
225
228
231
234
237
240
243
246
249
252
255
258
261
264
267
270
273
276
279
282
285
288
291
294
297
300

Tabel 2. Absorbansi Parasetamol, Teofilin. Dan Sampel pada panjang gelombang maksimum
……… (nm);………………..(nm);……………………...(nm)

Panjang
Absorbansi Absorbansi Absorbansi Absorbansi
gelombang
Parasetamol Teofilin Campuran Sampel
(nm)
PERCOBAAN III
POTENSIOMETRI (PENGUKURAN pH)

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Membuat kurva hubungan pH-volum pentiter.


2. Menentukan titik akhir titrasi.
3. Menghitung kadar zat.

II. DASAR TEORI


Potensiometri
Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisiko-kimia yang menggunakan peralatan
listrik untuk mengukur potensial elektroda indikator. Besarnya potensial elektroda indikator ini tergantung
pada konsentrasi ion-ion tertentu dalam larutan. Konsentrasi ion dalam larutan dapat dihitung secara
langsung dari harga potensial yang diukur, dengan menggunakan persamaan Nerst.
Prinsip potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara elektroda pengukur
(elektroda indikator) dan elektroda pembanding yang dicelupkan pada larutan. Elektroda indikator adalah
elektroda yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan dan dipilih
berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan. Sedangkan elektroda pembanding adalah elektroda
yang potensialnya diketahui dan selama pengukuran tetap konstan. Elektroda pembanding yang banyak
digunakan adalah elektroda kalomel karena potensial yang dihasilkan tetap konstan. Antara elekroda
pengukur (elektroda indikator) dan elektroda pembanding terdapat jembatan arus atau garam dengan
larutan elektrolit yang di dalamnya terdapat transport ion arus.
Manfaat potensiometri secara umum yaitu untuk menetapkan tetapan kesetimbangan. Potensial-
potensial yang stabil sering diperoleh dengan cukup cepat dan tegangan yang mudah dicatat sebagai fungsi
waktu. Pada analisis di bidang farmasi yaitu potensiometri digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi
pada titrasi asam basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan dan titrasi pembentukan kompleks.

Penentuan pH pada Potensiometri


Penentuan pH Pada Potensiometri Pada tahun 1909, sebelum konsep aktivitas dikembangkan,
seorang ahli biokimia mengemukakan pH dalam pengertian konsentrasi molar H+.
pH = - log [H+]
Ini memberikan cara yang tepat untuk mengungkapkan nilai [H +] untuk berbagai orde besarnya dan dari
persamaan Nernst, secara eksplisit linear dalam tegangan dari sel yang digunakan untuk mengukur H+.
Pada tahun 1924, disadari bahwa potensial elektroda mencerminkan aktivitas selain konsentrasi.
Titrasi Potensiometri
Pada dasarnya semua titrasi baik titrasi asam basa, titrasi kompleksometri, titrasi pengendapan, dan
titrasi redoks dapat diikuti secara potensiometri dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda
pembanding. Cara potensiometri ini sangat berguna ketika tidak ada indikator yang sesuai untuk
menentukan titik akhir titrasi (misalkan ketika sampel yang akan dititrasi keruh atau berwarna) dan ketika
daerah titik ekivalen sangat pendek sehingga tidak ada indikator yang cocok. Untuk titrasi asam basa,
setiap perubahan ion tersebut diamati. Melalui kurva hubungan antara volume pentiter dan pH dapat
ditentukan titik akhir titrasinya. Pada titik akhir titrasi terjadi lonjakan perubahan pH secara drastis dengan
perubahan volume yang kecil.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat
a. Labu takar 25 mL dan 50 mL
b. Pipet volume 1 mL, 5 mL, dan 10 mL
c. Pipet ukur 1 mL, 5 mL, dan 10 mL
d. Labu erlenmeyer 100 mL
e. pH meter digital
f. Buret 10 mL dan 25 mL
g. Botol semprot
h. Tissue
i. Lap pel
j. Elektroda gelas ( pH meter)
k. Statif
l. Ballfiller
Bahan
b.Larutan NaOH 0,1 N
c. b. Larutan HCl 0,1 N
d.Aquadest
e. Larutan asam oksalat 0,1 N

IV. PROSEDUR KERJA


Penyiapan Larutan
1. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
Ditimbang sebanyak 0,4 gram NaOH dengan gelas beaker. Ditambahkan aquadest secukupnya dan
diaduk sampai larut. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan aquadest sampai
tanda batas 100 mL kemudian digojog hingga homogen.
2. Pembuatan Larutan HCl 0,1 N.
Dipipet sebanyak 0,2 mL HCl 37% b/b. Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Ditambahkan aquadest
sampai tanda batas 25 mL kemudian di gojog hingga homogen.
3. Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N
Ditimbang sebanyak 0,6 gram asam oksalat kemudian dimasukan ke dalam gelas beaker. Ditambahkan
aquadest secukupnya dan diaduk sampai larut. Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.
Ditambahkan aquadest sampai tanda batas 100 mL kemudian digojog hingga homogen.

Pengukuran
1.Penyiapan Buret.
Buret yang sudah bersih dipasang pada statif dengan baik. Buret diisi dengan NaOH sesuai kebutuhan.
2.Standarisasi NaOH 0,1 N.
Dipipet sebanyak 5 mL asam oksalat dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 3 tetes indikator phenolphtalein dilakukan titrasi dengan NaOH sampai terbentuk warna
merah muda stabil. Dicatat volume NaOH yang digunakan. Titrasi diulang sebanyak 3 kali.
3.Titrasi Asam-Basa
Elektroda membran gelas dicuci dengan aquadest dan dikalibrasi. Dimasukkan HCl sebanyak 10 mL
pada gelas beaker. Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 25 mL. Elektroda membran gelas dicelupkan
pada larutan HCl tersebut, dijaga agar elektroda tidak bersinggungan dengan dinding dasar gelas kimia.
Dilakukan titrasi menggunakan NaOH yang telah dibakukan dengan penambahan volume sesuai buku
petunjuk praktikum pada tabel penambahan pentiter. Diukur potensial larutan setiap penambahan
pentiter dengan melihat angka yang tertera pada pH meter. Dilakukan titrasi hingga terjadi penurunan
drastis nilai potensial.

V. DATA PENGAMATAN
A. Standarisasi NaOH 0,1 N dengan Asam Oksalat 0,1 N (Indikator: fenolftalein)
Titrasi Volume NaOH Warna Kesimpulan
ke- (mL)

B. Titrasi HCl
Volume Pentiter (mL) pH
2 mL
2 mL
2 mL
1 mL
1 mL
1 mL
1 mL
0,5 mL
0,2 mL
0,2 mL
0,1 mL
0,1 mL
0,1 mL
0,1 mL
0,1 mL
0,1 mL
0,1 mL
0,1 mL
0,1 mL
0,1 mL
0,2 mL
0,2 mL
0,5 mL
1,0 mL
1,0 mL
1,0 mL
TUGAS
1.Hitunglah normalitas rata -rata NaOH pada standardisasi NaOH!
2.Buatlah kurva hubungan pH-volum pentiter!
3. Buatlah kurva hubungan volum pentiter dan Volume [H+] !
4.Hitunglah kadar HCL pada sampel!
LAMPIRAN

Lampiran 1. Simpul dan Cover

JURNAL/LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

ANALISIS FARMASI (JUDUL PERCOBAAN)

DISUSUN OLEH :

GOLONGAN I (Dengan Romawi)

KELOMPOK 0 (Dengan Angka)

Nama Mahasiswa Nim

Nama Mahasiswa Nim

Nama Mahasiswa Nim

PRODI FARMASI KLINIS

INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSDA BALI

2019
Lampiran 2. Pengambilan Bahan dan Peminjaman Alat

Hari/Tanggal :

Kelompok :
Golongan :

No Nama Bahan dan Peminjaman Alat Jumlah Paraf


Lampiran 3. Laporan Sementara Percobaan 1
A. Menentukan λ maksimum Paracetamol

Tabel Absorbansi Paracetamol Pada Rentang λ221- 300 nm


λ (nm) A

Kesimpulan :

B. Volume dan Konsentrasi Larutan Stok


V Larutan stok yang dipipet (mL) Konsentrasi (ppm)
1,0 …..ppm
1,5 …..ppm
2,0 …..ppm
2,5 …..ppm
3,0 …..ppm

C. Absorbansi Paracetamol
Sampel Absorbansi
…..ppm
…..ppm
…..ppm
…..ppm
…..ppm

D. Penimbaangan tablet untuk Pembuatan Larutan Sampel


Tablet Berat
1 …. mg
2 …. mg
3 …. mg
Σ Berat tablet …. mg
Konsentrasi Senyawa …. ppm
E. Perhitungan

V Larutan Stok yang dipipet (mL) M2 (ppm)


1,0 M1 x V1 = M2 x V2

1,5 M1 x V1 = M2 x V2

2,0 M1 x V1 = M2 x V2

2,5 M1 x V1 = M2 x V2

3,0 M1 x V1 = M2 x V2

Mengetahui:
Lampiran 4. Laporan Sementara Percobaan 2

Hari/Tanggal :

Kelompok :

Golongan :

A. max Paracetamol dan max Teofilin

Zat Aktif max (nm)


Paracetamol
Teofilin

B. Konsentrasi larutan baku


Zat Aktif Konsentrasi (g/mL)
Paracetamol
Teofilin

C. Hasil Absorbansi (Abs) zat aktif pada panjang gelombang maksimum (max)
Zat Aktif Abs Pada max Pct Abs Pada max Teo

D. Hasil Absorbansi campuran paracetamol dengan teofilin pada panjang gelombang


maksimum (max)

Abs Pada max Pct Abs Pada max Teo

E. Hasil Absorbansi sampel pada panjang gelombang maksimum (max)

Abs Pada max Pct Abs Pada max Teo


F. Perhitungan

1) Absortivitas larutan baku paracetamol pada panjang gelombang maksimum (max)


A
a= c

Keterangan :
a = absortivitas
A = Absorbansi
c = Konsentrasi

Zat Uji max Absortivitas


PCT max 1
max 2
Teo max 1
max 2

2) Perhitungan Konsentrasi dan persentase (%) perolehan kembali dari Absorbansi campuran pada
panjang gelombang maksimum ( max)
Aλ1 = (a1c1) λ1 + (a2c2 ) λ1...................................................(1)
Aλ2 = (a1c1) λ2 + (a2c2) λ2...................................................(2)

3) % perolehan kembali pada konsentrasi paracetamol dan teofilin yang telah didapatkan
konsentrasi sebenarnya
% perolehan kembali = X 100 %
kosentrasi hasil (konsetrasi pada larutan baku)
4) Perhitungan Konsentrasi dari Absorbansi sampel pada panjang gelombang maksimum (max)

Abs Pada max 1 Abs Pada max 2

Aλ1 = (a1c1) λ1 + (a2c2 ) λ1...................................................(1)


Aλ2 = (a1c1) λ2 + (a2c2) λ2...................................................(2)

Mengetahui:

Anda mungkin juga menyukai