Anda di halaman 1dari 59

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 PAUD

2.1.1 Pengertian Umum

Para ahli pendidikan anak memandang usia dini merupakan masa


emas (the golden ages) yang hanya ada sekali dan tidak dapat diulang
kembali. Pada masa itu anak berada pada periode sensitif yang dimana di
masa inilah anak secara khusus mudah menerima berbagai dampak dan
pelajaran dari lingkungan anak – anak tersebut. Anak pada usia 0 hingga 6
tahun adalah usia yang sangat penting karena pada masa – masa tersebutlah
adalah masa dimana perkembangan otak mereka dapat berlangsung dengan
optimal dan itu sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan seorang anak
nantinya.

Sangatlah rugi jika sebuah keluarga atau masyarakat mengabaikan


program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) yang sebenarnya sudah tertera di Bab I pasal 1 ayat 14 yang
ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas USPN, 2004 :
4). Masa usia dini tersebut merupakan yang paling tepat dalam
mengembangkan aspek fisik – motorik, kognitif, sosial – emosi, bahasa,
moral dan agama. Menyadari akan manfaat positif untuk perkembangan anak
mereka maka para masyarakat atau keluarga – keluarga di Indonesia mulai
tertarik dengan program PAUD ini, dari ketertarikan mereka itulah yang
membuat program ini berkembang dengan pesat. Program PAUD ini meliputi
POSPAUD, Tempat Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB),
Taman Kanak – kanak (TK).

9
10

Adapun strategi pembinaan PAUD yang dapat dilakukan melalui :

Diagram 2.1 Strategi PAUD

Sumber : Konsep dasar pendidikan anak usia dini, Sujiono 19

2.1.2 Metode Pembelajaran

Ada 2 macam metode yang diterapkan dalam program Paud, yaitu :


1. Metode pembelajaran melalui bermain
Metode ini adalah metode yang paling digemari oleh anak – anak
yang dikarenakan oleh sifat asli dari anak – anak tersebut adalah suka
bermain. Karena dengan bermain anak – anak akan merasa senang,
gembira, bebas, dan ceria.
Ada beberapa peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan bermain
bagi anak – anak merupakan kegiatan yang menyenangkan hati
mereka, tidak ada paksaan, timbul dari sifat natural mereka, dan
merupakan kegiatan utama bagi seumuran mereka.
11

Melalui kegiatan bermain, seluruh potensi kecerdasaan seorang


anak dapat dikembangkan, seperti kecerdasan linguistik, kecerdasan
logik – matematik, kecerdasan visual spasial, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intraprasonal, kecerdasan musikal,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan natural, dan kecerdasan spiritual.

2. Metode pembelajaran melalui cerita


Kegiatan metode bercerita atau bisa disebut dengan mendongeng
ini merupakan warisan budaya yang sudah ada di Indonesia. Bahkan
menjadi tradisi yang dipakai orang tua untuk membacakan cerita
untuk anak – anak mereka sebelum mereka tidur.
Dari metode ini anak – anak akan banyak belajar dari tokoh –
tokoh yang ada dalam cerita yang diceritakan oleh pihak pengajar.
Dari metode ini juga mereka akan mendapatkan pesan dan moral
kehidupan
.

2.1.3 Tujuan

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 /
2003 BAB II Pasal 3).
Adapun tujuan diadakannya PAUD di negara ini, yaitu:
• Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak
yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di
dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan
dimasa dewasa.
• Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar
(akademik) disekolah.
12

• Intervensi dini dengan memberikan ransangan sehingga dapat


menumbuhkan potensi – potensi yang tersembunyi yaitu dimensi
perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik,
konsep diri, minat, dan bakat).
• Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi –
potensi yang dimiliki seorang anak.
Hal ini sejalan dengan 4 pilar pendidikan yang dicanangkan oleh
UNESCO yaitu learning to know (melalui media dan penjelasan guru),
learning to do (melakukan aktivitas langsung, learning to be (dengan bermain
peran), learning to live together (berinteraksi dengan anak lain dengan
mentaati ketentuan dan peraturan yang berlaku).

2.1.4 Fungsi PAUD

Berdasarkan tujuan PAUD yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat


ditelaah ada beberapa fungsi dari PAUD itu sendiri, yaitu :
• Fungsi adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan
penyesuaian diri dengan berbagai kondisilingkungan serta
menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri.
• Fungsi sosialisasi, berperan dalam membantu anak agar memiliki
ketrampilan – ketrampilan sosial yang berguna dalam pergaulan
dan kehidupan sehari – hari di mana anak berada.
• Fungsi pengembangan, berkaitan dengan pengembangan berbagai
potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki
anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat
menumbuhkembangkan potensi tersebut kearah perkembangan
yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi
anak itu sendiri maupun lingkungannya.
• Fungsi bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada
anak untuk bermain, karena pada hakikatnya bermain itu sendiri
merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui
kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta
membangun pengetahuannya sendiri.
13

• Fungsi ekonomik, pendidikan yang terencana pada anak


merupakan investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan
pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Terlebih lagi
investasi yang dilakukan berada pada masa keemasan (the golden
age) yang akan memberikan keuntungan berlipat ganda.
Pendidikan TK merupakan salah satu peletak dasar bagi
perkembangan selanjutnya.

2.1.5 Konsep Dasar untuk Pendidikan yang Baik

• Konsep yang terkait dengan anak – anak.


o setiap orang perlu belajar membaca dan menulis.
o Anak – anak belajar paling baik ketika mereka menggunakan
semua indera.
o Semua anak mampu dididik.
o Semua anak harus dididik, hingga kesepenuh kemampuannya.
o Pendidikan harus dimulai sejak awal kehidupan. Sekarang
semakin kuat kecenderungan mengawali pendidikan sejak
lahir.
o Anak – anak harus diajar secara memadai dengan bahan yang
siap mereka pelajari, ketika mereka siap menerima pelajaran,
dan harus disiapkan untuk tahap pembelajaran berikutnya.
o Aktivitas pembelajaran haruslah menarik dan bermakna.
o Interaksi sosial dengan guru dan teman sekelas merupakan
bagian wajib dari perkembangan dan pembelajaran.
o Semua anak memiliki banyak cara untuk mengetahui,
memelajari dan mengaitkan dirinya dengan dunia.

• Konsep yang terkait dengan guru.


o Guru harus menyayangi dan menghormati anak – anak,
memiliki pengharapan yang tinggi atas mereka dan mengajar
mereka hingga kapasitas tertinggi mereka.
o Guru harus mengabdi pada profesi mengajar.
14

o Mengajar yang baik didasarkan pada teori, filosofi, sasaran


dan tujuan.
o Pembelajaran anak meningkat jika menggunakan materi
konkret.
o Pengajaran harus beralih dari konkret ke abstrak.
o Observasi merupakan cara kunci menentukan kebutuhan anak
– anak.
o Mengajar harus merupakan proses yang terencana dan
sistematis.
o Mengajar harus berpusat pada anak – ank bukan pada orang
dewasa atau pada mata pelajaran.
o Mengajar harus didasarkan pada minat anak - anak.
o Mengajar harus berkolaborasi dengan anak – anaksebagai
sarana meningkatkan perkembangan.
o Guru harus merencana, sehingga mereka memasukkan semua
jenis kecerdasan ke rencana pembelajaran dan aktivitas
mereka.

• Konsep yang terkait dengan orangtua.


o Keluarga merupakan lembaga yang paling penting bagi
pendidikan dan perkembangan anak – anak.
o Orangtua merupakan pendidik utama anak – anak mereka;
mereka merupakan guru pertama bagi anak – anak. Akan
tetapi, orangtua memerlukan bantuan pendidikan dan
dukungan untuk mencapai sasaran ini.
o Orangtua harus memandu dan mengarahkan pembelajaran
anak usia dini.
o Orangtua harus terlibat ke setiap program yang diikuti anak –
anak mereka.
o Setiap orang harus memiliki pengetahuan dan pelatihan
pengasuhan anak.
o Orangtua dan anggota keluarga lain menjadi kolaborator bagi
pembelajaran anak.
15

o Orangtua harus mendorong dan mendukung banyak minat dan


keunikan cara belajar anak – anak.

2.1.6 Tokoh – tokoh yang Mempengaruhi PAUD

• Martin Luther (1483 – 1546)


Menekankan perlunya mendirikan sekolah untuk mengajar anak
membaca. Sekarang ini, kemampuan baca – tulis bagi semua adalah
prioritas nasional.

• John Amos Comenius (1592 – 1670)


Menghabiskan waktunya untuk mengajar dan menulis buku. Dua
dari bukunya yang dikenal adalah The Great Didactic dan Orbis Pictus
(“Dunia dalam Gambar”), yang dianggap buku bergambar pertama
untuk anak – anak.
Ia meyakini bahwa pendidikan harus dimulai di usia dini karena
“tanaman muda dapat ditanam, dicangkok, dipangkas dan dibentuk.
Ketika sudah menjadi pohon, proses – proses tersebut tidak mungkin
dilakukan.” Sekarang ini penelitian baru tentang otak mengingatkan
kita kembali bahwa proses belajar harus dimulai dini dan bahwa
banyak “jendela kesempatan” untuk pembelajaran terbentuk pada usia
dini.
Comenius juga berpendapat bahwa pendidikan sensorik adalah
dasar semua pembelajaran dan selama masih mungkin, semua hal
harus diajarkan lewat panca indera. Pendekatan pendidikan ini
disahkan oleh Montessori dan menjadi dasar bagi pengajaran
pendidikan anak usia dini sampai saat ini.

• John Locke (1632 – 1704)


Dikenal karena teorinya tentang pikiran sebagai “kertas putih”
yang maksudnya adalah bahwa lingkungan dan pengalaman secara
harfiah membentuk pikiran. Menurutnya, perkembangan berasal dari
rangsangan yang diterima dari orang tua dan pengasuh dan lewat
pengalaman yang mereka dapat dari lingkungan mereka.
16

Implikasi keyakinan ini tergambar jelas dalam praktik pengajaran


modern. Gagasan tentang pentingnya pengaruh lingkungan khususnya
sangat terlihat jelas dalam program – program yang mendorong dan
mendukung pendidikan anak usia dini sebagai cara untuk membantu
anak mendapat dasar pembelajaran yang baik pada usia dini. Program
– program ini menganggap bahwa perbedaan proses belajar, prestasi
dan perilaku sangat berhubungan dengan faktor – faktor lingkungan
seperti kondisi rumah dan keluarga, latar belakang sosioekonomi, dan
pengalaman dan pendidikan usia dini. Gerakan terkini menuju
pendidikan universal bagi anak usia tiga tahun dan empat tahun
didasarkan pada pemikiran bahwa memberikan pendidikan pada anak
di usia dini dapat membantu mengatasi efek negatif kemiskinan dan
penelantaran dan dapat membantu menghapus perbedaan prestasi anak
yang dikarenakan perbedaan tingkat sosial ekonomi.

• Jean – Jacques Rousseau (1712 – 1778)


Sangat dikenal karena bukunya Emile, kata – kata pembukaan
yang menjadi karakteristik pandangannya tentang politik dan
pendidikan : ”Tuhan menciptakan segalanya dalam keadaan baik;
manusia mencampurinya dan segalanya menjadi jahat.” Karena
keyakinannya ini, Rosseau mendukung pendidikan “alami” untuk
anak, mendukung perkembangan anak tanpa campur tangan atau
batasan yang diperlukan.
Ia juga meyakini gagasan tentang keterbukaan, di mana sifat
alami anak – anak menjadi apa dan siapa mereka kelak – terbuka
sebagai akibat dari perkembangan yang sesuai dengan jadwal
kematangan mereka. Pendekatan ini yang menjadi inti praktik
pengajaran yang sesuai dengan perkembangan anak , dimana guru
anak menyesuaikan cara mengajar mereka dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan anak.

• Johann Henrich Pestalozzi (1746 – 1827)


Dipengaruhi oleh Comenius dan Rossea. Ia meyakini bahwa
semua pendidikan berdasar pada kesan sensorik dan bahwa lewat
17

pengalaman sensorik yang tepat, anak – anak dapat mencapai potensi


alami mereka. Untuk mencapai tujuan ini, ia mengembangkan
“pelajaran objek”, alat bantu yang mendukung kegiatan seperti
menghitung, mengukur, merasakan dan meraba. Ia juga menulis 2
buku – How Gertrude Teaches Her Children dan Book for Mothers –
untuk membantu para orangtua mengajar anak – anak mereka di
rumah.

• Robert Owen (1771 – 1858)


Ia meyakini bahwa lingkungan anak berpengaruh terhadap
keyakinan, perilaku, dan prestasi mereka. Ia berpendapat bahwa
seseorang dan masyarakat dapat menggunakan lingkungan untuk
membentuk karakter anak.
Untuk mengimplementasikannya, ia membuka sekolah anak pada
tahun 1816 di New Lanark, Skotlandia, yang dirancang untuk
mengasuh 100 anak yang berusia 18 bulan hingga 10 tahun saat
orangtua mereka bekerja di pabrik. Pada akhirnya dibukanya lagi
sekolah di London pada tahun 1818.
Ada beberapa prestasi Owen yang telah mendapat perhatian, ia
yang pertama kali membangun sekolah balita yang telah dibangun
selama 25 tahun sebelum taman kanak – kanak Froebel. Kedua,
pemikiran dan tindakan Owen mempengaruhi para pendidik dalam
pendidikan anak suia dinidan hubungan antara perkembangan
masyarakat dengan pendidikan dan nantinya mereka akan
memanfaatkan pendidikan sebagai sarana untuk membuat dunia lebih
baik lagi.

• Friedrich Wilhelm Froebel (1782 – 1852)


Dikenal dengan “bapak taman kanak – kanak”. Konsepnya
tentang anak dan pendidikan sebagian berdasar pada konsep
kedewasaan, yang juga dikemukakan oleh Comenius dan Pestalozzi.
Menurutnya, peran pendidikan adalah mengamati proses kedewasaan
alami anak dan memberikan kegiatan yang membuat mereka
18

mempelajari apa yang siap mereka pelajari ketika mereka siap


mempelajarinya.
Ia mengumpamakan anak sebagai biji yang ditanam, mulai
tumbuh, mengeluarkan tunas, dan tumbuh dari tanaman muda yang
lemah menjadi tanaman yang siap menghasilkan buah. Ia
mengumpamakan peran pendidik sebagai tukang kebun. Ia
menginginkan agar Taman Kanak – kanak yang ia milikimenjadi
tempat dimana anak – anak mekar seperti bunga. Ia meyakini
perkembangan terjadi sebagian besar lewat kegiatan individual dan
permainan.

• Maria Montessori dan teori Montessori (1870 – 1952)


Sebagai wanita pertama di Italia yang mendapat gelar sarjana
kedokteran, ia tertarik untuk mencari solusi pendidikan untuk masalah
seperti ketulian, kelumpuhan dan keterlambatan mental.

• John Dewey dan tori pendidikan progresif (1858 – 1952)


Teori Dewney tentang pendidikan, yang biasanya disebut dengan
progresivisme, memberi penekanan pada anak – anak dan minat
mereka bukan pada mata pelajaran. Ia meyakini bahwa pendidikan
“adalah proses hidup dan bukan persiapan untuk menghadapi hidup di
masa datang” dan kehidupan sehari – hari harus menjadi sumber
aktivitas dimana anak dapat belajar tentang kehidupan dan
ketrampilan yang dibutuhkan dalam hidup.
Sekolah Dewey berlandaskan 5 prinsip dasar, yang kesemuanya
sangat kontemporer dan dapat diaplikasikan pada praktik pendidikan
anak usia dini saat ini :
A. Pengalaman awal anak di sekolah mencerminkan kehidupan di
rumah (memasak, menjahit, membuat konstruksi); keahlian
akademis adalah hasil pertumbuhan dari kegiatan – kegiatan
ini.
B. Anak – anak adalah bagian dari masyarakat di sekolah yang
berfokus pada kerja sama.
19

C. Pembelajaran difokuskan kepada masalah – masalah yang


dipecahkan anak (sebagai contoh, angka – angka dipelajari
lewat pemahaman buku lewat penghafalan tabel perkalian).
D. Motivasi terkait dengan pengalaman dan anak.
E. Peran guru adalah untuk memahami anak dan untuk memilih
masalah – masalah yang menstimulasi anak.

• Jean Piaget dan teori pembelajaran konstruktivis (1896 – 1980)


Ia selalu tertarik dengan cara manusia belajar dan berkembang
secara intelektual, di mulai dari lahir dan berlanjut di sepanjang hidup.
Ia mendedikasikan hidupnya untuk bereksperimen, mengamati anak –
anak dan mengembangkan dan menulis tentang pendekatan teori
kognitif – nya dalam pembelajaran.

• Lev Vygotsky dan teori sosiokultural (1896 – 1934)


A. Teori sosiokultural
Teorinya bermanfaat untuk menjelaskan tentang
perkembangan mental, bahasa dan sosial anak. Teorinya juga
memiliki banyak implikasi yang menyangkut bagaimana
permainan anak mendukung perkembangan bahasa dan sosial.
Ia meyakini bahwa perkembangan mental, bahasa dan sosial
didukung dan ditinkatkan oleh orang lain lewat interaksi sosial.
“Proses belajar membangkitkan berafam proses perkembangan
yang dapat terjadi, hanya ketika anak berinteraksi dengan orang –
orang di sekitarnya ketika anak bekerja sama dengan teman –
temannya. Ketika proses – proses ini terjadi, proses – proses
tersebut menjadi bagian dari pencapaian perkembangan anak
yang bebas.”

B. Teori intersubjektivitas
Ini adalah konsep kedua dari Vygotsky yang didasarkan pada
gagasan bahwa “individu mehami tugas, masalah atau
pembicaraan dengan pemahaman subjektif mereka sendiri. Jika
20

kemudian mereka mendiskusikan sudur pandang mereka yang


berbeda – beda, pemahaman bersama dapat dicapai. Dengan kata
lain, dalam hal komunikasi partisipan mungkin mencapai
pemahaman yang disepakati bersama atau intersubjektif.”
Ia juga meyakini bahwa komunikasi antara guru dengan anak
sangatlah penting dan menjadi sarana untuk membantu anak
berkembang. Banyak praktik mengajar saat ini seperti belajar
bersama, memecahkan masalah bersama pendampingan,
kolaborasi, pembimbing dan bentuk – bentuk lain pendamping
belajar didasarkan pada teori belajar dan perkembangan
Vygotsky.

• Abraham Maslow dan teori aktualisasi diri (1908 – 1970)


Ia mengembangkan teori motivasi yang disebut aktualisasi diri
yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan manusia. Ia
mengidentifikasi aktualisasi diri atau kepuasan diri sebagai kebutuhan
manusia terbesar, namun anak – anak dan orang dewasa tidak dapat
mencapai aktualisasi diri sebelum kebutuhan – kebutuhan dasar
mereka terpenuhi.
Kebutuhan – kebutuhan dasar meliputi :
A. Nutrisi
B. Keamanan dan kemapanan
C. Kasih sayang dan keanggotaan
D. Kepercayaan diri

• Erik Erikson dan teori psikososial (1902 – 1994)


Ia mengembangkan teorinya tentang perkembangan psikososial
berdasarkan pendapat, bahwa perkembangan sosial dan kognitif
terjadi bersamaan dan tidak dapat dipisahkan. Menurutnya,
kepribadian dan ketrampilan sosial anak tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat dan sebagai respon terhadap permintaan, harapan,
nilai dalam masyarakat dan institusi sosial seperti keluarga, sekolah,
dan program pendidikan anak. Orang dewasa, terutama orangtua dan
guru adalah bagian penting dari lingkungan dan oleh karenanya
21

memegang peranan penting dalam membantu anak mengembangkan


kepribadian dan kemampuan kognitifnya.
• Urie Bronfenbrenner dan teori ekologi (1917 – 2005)
Teori ini melihat perkembangan anak – anak dalam konteks
sistem hubungan yang membentuk lingkungan mereka. Ada 5 sistem
lingkungan yang saling berkaitan :
A. Mikrosistem
Mencakup lingkungan orangtua, keluarga, teman sebaya,
pengasuh anak, sekolah, para tetangga, kolompok keagamaan,
dsb. Anak bertindak mempengaruhi sistem ini dan juga
dipengaruhi oleh sistem ini.

B. Mesosistem
Mencakup jalinan atau interaksi di antara mikrosistem.

C. Eksosistem
Sistem lingkungan yang berisi kejadian – kejadian yang
terhadapnya anak – anak tidak memiliki interaksi langsung,
tetapi mempengaruhi mereka dengan cara apa pun.

D. Makrosistem
Mencakup budaya, adat dan nilai masyarakat secara umum.

E. Kronosistem
Mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke waktu beserta
caranya mempengaruhi perkembangan dan perilaku.

• Howard gardner dan teori kecerdasan jamak (1943)


Ia telah memainkan peran penting dalam pendidikan untuk
memikirkan ulang konsep kecerdasan. Filosofinya menyatakan
bahwa orang dapat “pintar” dengan banyak cara.
Gardner telah mengidentifikasikan 9 kecerdasan :
A. Visual / spasial (penglihatan / keruangan)
B. Verbal / linguistik
22

C. Matematika / logika
D. Ketubuhan / kinestetika
E. Musik / irama
F. Antar – pribadi
G. Dalam pribadi
H. Naturalis
I. Eksistensialis

2.1.7 Kronologi Sejarah PAUD dalam Dunia

Tabel 2.1 Kronologi Sejarah PAUD dalam Dunia

TAHUN KETERANGAN

Martin Luther berjuang untuk mendapatkan dukungan


publik terhadap pendidikan bagi semua anak dalam
1524
tulisannya Letter to Mayors and Aldermen of All the
Cities of Germany in Behalf of Christian Schools.
Tulisan John Amos Comenius The Great Didactic
1628 menyatakan tentang nilai pendidikan bagi semua anak
menurut hukum alam.
Jean – Jacques Rousseau menulis Emile, yang
1762 menjelaskan bahwa pendidikan harus memperhatikan
perkembangan alami dan minat anak.
Johann Pestalozzi menulis How Gertrude Teaches Her
1801 Children, yang menekankan pendidikan di rumah dan
belajar lewat penemuan.
Robert Owen membangun sekolah anak di Inggris di
Pemintalan kapan New Lanark, dan meyakini bahwa
1816
pendidikan dini dapat menetralkan pengaruh buruk
lingkungan rumah.
Thomas Gallaudet mendirikan sekolah asrama pertaman
1817
bagi anak – anak tuli di Hartford, Connecticut.
1836 William McGuffey mulai menerbitkan Eclectic Reader
23

untuk siswa – siswa Sekolah Dasar; tulisannya memiliki


pengaruh besar dalam perilaku moral dan kemampuan
menulis di abad 19.
Fredrich Froebel, yang dikenal sebagai “bapak taman
kanak – kanak”, mendirikan TK pertama di
Blankenburgh, Jerman.
1837 Horace Mann memulai pekerjaannya sebagai sekertaris
Dewan Pendidikan Massachusetts; ia sering disebut
“bapak sekolah umum” karena perannya dalam membantu
pembangunan sistem sekolah dasar di Amerika Serikat.
Mrs. Margaretha Schurz mendirikan TK pertama di
Amerika Serikat di Watertown, Wsconsin; sekolah ini
1856
didirikan untuk anak – anak imigran Jerman, dan program
ini menggunakan bahasa Jerman.
Elizabeth Peabody membuka taman kanak – kanak swasta
1860 di Boston, Massachusetts, bagi anak – anak berbahasa
Inggris.
Program pelatihan guru pertama bagi guru TK dimulai di
Oshkosh Normal School, Oshkosh, Wisconsin.
1871
Taman kanak – kanak negeri pertama di Amerika Utara
dimulai di Ontario, Kanada.
Susan Blow membuka TK negeri pertama di Amerika
1873 Serikat di St. Louis, Missouri, sebagai usaha kerja sama
dengan pengawas sekolah, William Harris.
Model TK ditunjukkan di Philadelphia Centennial
1876
Exposition.
Asosiasi guru SD, TK dan Prasekolah Amerika dibentuk
1884
untuk melayani konsultasi bagi guru – guru lain.
Persatuan TK Internasional (The International
1892
Kindergarten Union / IKU) didirikan.
John Dewey mendirikan sekolah laboraturium di
1896 Universitas Chicago, dan mendasarkan programnya pada
pembelajaran yang berpusat pada anak dengan penekanan
24

pada pengalaman pada hidup.


Maria Montessori mulai membuka prasekolah pertamanya
di Roma yang disebut Rumah Anak – anak; metode
1907 mengajarnya yang terkenal hingga sekarang didasarkan
pada teori yang mengatakan bahwa anak – anak belajar
terbaik sendiri di lingkungan yang disiapkan dengan baik.
Margaret dan Rachel McMillan mendirikan TK di alam
1911 terbuka di Inggris di mana kelas diadakan di luar ruangan;
penekanannya adalah pada hidup sehat.
Eva McLin membuka TK U.S Montessori pertama di kota
1915
New York.
1918 TK negri pertama mulai dibuka di Inggris.
Harriet Johnson mulai membuka TK Departemen
1919 Penelitian Pendidikan, yang kemudian menjadi Fakultas
Pendidikan Bank Street.
Patty Smith Hill membuka TK lab progresif di
Universitas Keguruan Columbia.
1921
A.S Neill mendirikan Summerhill, sekolah percobaan
berbasis ide – ide Rousseau dan Dewey.
Abigail Eliot, yang terpengaruh oleh adanya sekolah alam
terbuka di Inggris dan melandaskan programnya pada
1922
kebersihan diri dan kesopanan, membuka TK Ruggies
Street di Boston.
Pendidikan Anak Usia Dini, jurnal profesional pertama
1924 dalam bidang pendidikan anak usia dini diterbitkan oleh
IKU.
Asosiasi Nasional Pendidikan TK (National Association
1926
of Nursery Education / NANE) didirikan.
IKU berubah nama menajadi Asosiasi Pendidikan Anak
1930
Usia Dini.
Perpustakaan pertama yang meminjamkan mainan, Toy
1935
Loan, didirikan di Los Angeles.
1943 Pusat – pusat pengasuhan Anak Kaiser dibuka di Portland,
25

Oregon, untuk menyediakan pengasuhan anak selama 24


jam bagi anak – anak dari ibu yang bekerja di industri
perlengkapan perang.
Dr. Benjamin Spock menulis buku berjudul Common
1946
Sense Book of Baby and Child Care.
Erik Erikson menerbitkan tulisannya tentang “delapan
tahun atau tahap” perkembangan kepribadian dan “tugas”
tertentu untuk tiap tahap perkembangan; informasi,
1950
dikenal sebagai “Kepribadian dalam Perkembangan,”
menjadi dasar Konferensi Gedung Putih 1950 tentang
anak – anak dan remaja.
Buku The Origin of Intellegence in Children karya Jean
1957
Piaget diterbitkan dalam terjemahan Bahasa Inggris.
Katherine Whiteside Taylor mendirikan Dewan Kerja
Sama Orang Tua Siswa Amerika bagi mereka yang
1960 tertarik bertukar gagasan tentang pendidikan anak;
selanjutnya organisasi ini menjadi Sekolah Anak Kerja
Sama Orang Tua Siswa International.
Undang – undang Kesempatan Ekonomi tahun 1964
1964 disahkan ini menandai awal perang melawan kemiskinan
dan menjadi dasar program Head Start.
Program Head Start dimulai dengan dana pemerintah
yang dialokasikan untuk pendidikan anak; program –
1965
program awal dikenal sebagi pusat – pusat perkembangan
anak.
Program Follow Through (lanjutan) dimulai untuk
1967
memperluas program Head Start hingga kelas – kelas SD.
Perusahaan Street Ride di Boston adalah yang pertama
1971 memulai program pendidikan anak yang didanai
perusahaan.
Program Nasional Home Start dimulai dengan tujuan
1972 untuk melibatkan orang tua dalam pendidikan anak – anak
mereka.
26

Hukum Publik 94 – 142, Undang – undang Pendidikan


bagi semua anak cacat disahkan, yang mengamanatkan
1975
pendidikan gratis dan layak bagi semua anak – anak cacat
dan memperluas hak – hak orangtua anak – anak tersebut.
Lekotek (perpustakaan yang meminjamkan mainan)
1980
pertama di Amerika dibuka di Evanston, Illinois.
Badan legislatif Mississipi mendirikan TK negeri wajib di
1982
seluruh negara bagian.
Yayasan pendidikan High / Scope mengadakan penelitian
yang mendokumentasikan nilai program anak berkualitas
tinggi bagi anak – anak miskin, penelitian ini akan banyak
1984
dikutip di tahun – tahun mendatang oleh mereka yang
mendukung perluasan program Head Start dan program –
program anak usia dini lainnya.
Head Start merayakan ulang tahun ke 20 dengan resolusi
1985 bersama anatara senat dan DPR “menegaskan kembali
dukungan kongres”.
Juru bicara A.S untuk pendidikan memproklamirkan
tahun SD, dengan menyatakan “Mari lakukan apa yang
kita bisa tahun ini untuk mengingatkan negari ini bahwa
waktu yang dihabiskan anak – anak kita di SD sangatlah
penting untuk kehidupan mereka di masa depan.”
1986 Hukum publik 99 – 457, Amandemen Undang – undang
Pendidikan bagi anak – anak cacat, membuat kebijakan
nasional tentang intervensi awal yang bermanfaat,
memberi bantuan bagi negara bagian untuk membangun
sistemantar layanan, dan menunjukkan peran khusus
keluarga dalam perkembangan anak – anak cacat mereka.
Program Even Start diadakan oleh Departemen
1988 pendidikan A.S sebagai program pendidikan orang tua /
baca tulis.
Konvensi PBB tentang hak – hak anak disetujui oleh
1989
majelis umum PBB
27

Konvensi PBB tentang hak – hak anak mulai berpengaruh


1990 sejak penandatanganannya oleh 20 negara.

Head Start merayakan ulang tahun ke 25.


Education Alternative, Inc., perusahaan berorientasi laba,
membuka SD South Pointe di Miami, Florida. Sekolah
1991
negeri pertama di A.S yang dijalankan oleh perusahaan
swasta.
Re-orientasi Head Start membuat program baru, Head
1995 Start Dini, bagi ibu – ibu hamil dan keluarga bayi dan
balita berpenghasilan rendah.
1996 Dana perlindungan anak mempelopori kampanye anak.
Konferensi Gedung Putih mengenai pengasuhan anak
1997
diadakan.
Florida menjadi negara bagian pertama di A.S yang
mengesahkan rancangan voucher sekolah di seluruh
1999 negarabagian; hukum memberikan kesempatan kepada
anak – anak di sekolah – sekolah negeri bermutu buruk
untuk masuk sekolah – sekolah swasta.
Head Start merayakan ulang tahun ke 30.
2000
Goals 2000 merayakan ulang tahun ke 10.
NAEYC merayakan ulang tahun ke 75.
2001 Undang – undang pendidikan No Child Left Behind
menandai program baca tulis dini.
Awal dekade baca tulis : semua ahli pendidikan anak usia
2003 dini dihimbau oleh PBB untuk beraksi melawan buta baca
tulis di seluruh dunia.
Tahun keluarga internasional merayakan ulanng tahun ke
2004
10.
Head Start merayakan 40 tahun kesuksesannya.
Proyek High / Scope sekolah Anak Perry menandai 40
2005
tahun penelitiannya tentang partisipan dan pengaruh
pendidikan anak usia dini.
28

Lebih dari 40 negara bagian membuat undang – undang


2006 pengasuh anak usia dini yang menggarisbawahi
popularitas program anak.
Penganut paham Montessori di seluruh dunia merayakan
2007
100 tahun pendidikan di Montessori.

Sumber : Dasar – dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Morrison, 70

2.2 Taman Kanak – kanak

2.2.1 Pengertian

Taman kanak – kanak adalah jenjang pendidikan formal pertama


untuk anak – anak yang berusia 4 – 6 tahun sebelum memasuki pendidikan
sekolah dasar. Seperti yang sudah tertera pada Undang – undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 (1) yang bunyinya “Pendidikan
anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.” Maka dari
itu anak – anak yang berusia dini diwajibkan untuk mengikuti program
Taman Kanak – Kanak dahulu sebelum mengikuti program yang lebih tinggi.
TK terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A untuk anak usia 4 – 5
tahun dan kelompok B untuk anak usia 5 – 6 tahun. Untuk layanan program,
TK dilaksanakan minimal 6 hari dalam seminggu dengan jam layanan
minimal 2,5 jam per hari. Jumlah layanan dalam satu tahun minimal 160 hari
atau 34 minggu.
Sebutan “Taman” pada Taman Kanak – kanak mempunyai arti sendiri
yaitu tempat yang aman dan nyaman untuk bermain sambil belajar maka dari
itu suatu TK dituntut untuk mampu menciptakan lingkungan bermain yang
kreatif dan aman yang dimana TK tersebut nantinya akan menjadi wahana
tempat tumbuh kembangnya anak – anak.
Rasio antara pendidik dan anak dalam standar pelayanan minimal
(SPM) adalah 1 : 25. Sedangkan rasio idealny adalah satu orang pendidik
melayani 10 / 12 anak.
Untuk sekolah TK perlu adanya persyaratan administrasi, antara lain
yaitu :
29

• Memiliki lembaga yang berbadan hukum dan terdaftar di Dinas


Sosial.
• Memiliki izin penyelenggaraan dari Suku Dinas Kotamadya
• Memiliki kurikulum TK dan perangkatnya.
• Memiliki sarana bermain, meliputi outdoor dan indoor.
• Memiliki prasarana dan sarana sesuai dengan SPM dan SK
Gubernur tentang penyelenggaraan PAUD.
• Memiliki sumber pembiayaan sekurang – kurangnya untuk jangka
waktu 5 tahun.

2.2.2 Sejarah

TK mempunyai sejarah yang panjang, melalui sejarah yang ada dan


yang sudah diteliti maka akan mempermudah untuk memahami asal usul TK
dari tahun ke tahunnya.
• Friedrich Froebel
Konsep dan program TK ini diimpor dari Jerman ke Amerika
Serikat pada abad 19. Mereka memiliki gagasan bahwa
pembelajaran dapat didasarkan pada permainan dan minat anak,
dengan kata lain, pembelajaran terpusat pada anak. Kebanyakan
sekolah Eropa dan Amerika berorientasi pada mata pelajaran dan
menekankan pengajaran ketrampilan dasar. Selain itu Froebel
adalah orang pertama yang menganjurkan pendidikan umum
untuk anak di luar rumah. Gagasan Froebel untuk mendidik anak
– anak sebagai kelompok di sebuah tempat khusus di luar rumah
adalah gagasan revolusioner.

• Margarethe Schurz
Ia mendirikan TK pertama di Amerika Serikat. Ia sempat
mempelajari tentang prinsip – prinsip Froebel di Jerman, setelah
itu ia kembali ke Amerika Serikat. Pada tahun 1856, ia membuka
TK di Watertown, Wisconsin.

• Elizabeth Peabody
30

Setelah terpengaruh akan Margarethe Schurz dan gagasan


Froebel, maka Elizabeth membuka TK di Boston pada tahun
1860. Ia dan saudara perempuannya, Mary Mann, menerbitkan
sebuah buku yang berjudul Kindergarten Guide. Ia yang
mempopulerkan metode Froebel di Amerika Serikat sehingga ia
disebut sebagai promotor utama di Amerika Serikat.

• Susan Blow
Ia mendirikan TK pertamanya di St. Louis, Missouri, pada tahun
1873. Ia berkeja sama dengan pimpinan sekolah St, Louis yaitu
William T. Harris. Setelah itu Harris menjadi Komisaris Pendidikan
A.S, ia mendukung dan menyetujui akan gagasan Froebel.

• Patty Smith Hill


Pada saat menuju abad 20, banyak pimpinan TK berpikir bahwa
program dan pelatihan harus terbuka terhadapa percobaan dan inovasi
dan tidak hanya terpaku dengan gagasan Froebel saja. Patty lah yang
mempelopori dan meyakinkan para pimpinan – pimpinan TK untuk
membuat suatu inovasi baru pada saat abad 20.

2.2.3 Tujuan

Setiap upaya pasti memiliki tujuannya masing – masing, tujuan ini


merupakan target yang hendak dicapai dari upaya yang sudah dilakukan.
Secara umum T aman Kanak - kanak bertujuan untuk mengembangkan
berbagai potensi anak yang terlihat atau potensi yang belum diasah sejak dini
sebagai persiapan untuk hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya. Selain itu juga bertujuan untuk menyiapkan siswa dan siswi
mengikuti pengajaran formal dengan mendorong perkembangan kemampuan
sosial mereka.
Selain yang disebutkan di atas, secara khusus Taman Kanak – kanak
bertujuan untuk :
• Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mencintai sesamanya.
31

• Agar anak mampu mengelola ketrampilan tubuhnya, termasuk


gerakan motorik kasar dan motorik halus, serta agar mampu
menerima ransangan sensorik.
• Agar anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman
bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif sehingga
dapat bermanfaat untuk berpikir dan belajar.
• Agar anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan,
memecahkan masalah dan menemukan sebab – akibat.
• Agar anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial,
peranan masyarakat, menghargai keragaman sosial dan budaya,
serta mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan
kontrol diri
• Agar anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai
bunyi.

2.2.4 Manfaat bagi Anak

Ada pun manfaat anak – anak memasuki sekolah TK, antara lain yaitu
:
1. Mendapatkan ilmu
Di mana pun dan dalam bentuk apa pun, tujuan sekolah tidak lain
adalah mencari ilmu. Adanya guru dimaksudkan untuk memberikan
ilmunya kepada murid. TK sebagai salah satu unit pendidikan, yang
sudah jelas pastinya mendidik anak – anak sebuah ilmu yang sesuai
dengan perkembangan usia, mental, intelektual dan moralnya. Paling
tidak anak – anak bisa mengetahui nama – nama sesuatu dalam
kehidupan ini, angka, huruf, dan sejenisnya.

2. Bermain sambil belajar


Dalam proses belajar – mengajar, anak usia dini membutuhkan
metodologi yang menarik san simpatik, yaitu belajar sambil bermain.
Sebab, kecenderungan anak – anak untuk bermain sangatlah besar.
Dengan demikian, menjadikan permainan sebagai media pembelajaran
adalah sebuah terobosan penting. Anak bisa merasa senang karena
32

hobinya bisa tersalurkan, sementara para orang tua merasa senang


anaknya bisa betah dalam lingkungan sekolah.

3. Melatih kemandirian
Jika anak pada usia dini hanya dibiarkan saja dirumah, lama
kelamaan mereka akan cenderung lebih manja, selalu bergantung pada
orang tua mereka. Dan sifat tersebut akan terbawa sampai dia besar
nantinya. Maka dari itu dengan memasukan anak – anak pada sekolah
TK, mereka akan berhadapan dengan teman sebayanya dan guru –
guru, yang dimana mereka akan bertemu dengan orang – orang yang
tidak mereka kenal dengan begitu mereka akan canggung untuk
meminta bantuan sehingga dengan sendirinya anak tersebut bisa
melakukan pekerjaannya sendiri.

4. Mengetahui bakat dan potensi diri


Bakat dan potensi diri akan sulit diketahui jika anak hanya berada
di rumah. Dengan sekolah TK, maka akan terlihat bakat dan potensi
apa yang dimiliki oleh seorang anak. Para orang tua bisa mengetahui
perkembangan anaknya dari waktu ke waktu dengan berkonsultasi
dengan guru anak mereka karena para guru – guru lah yang nantinya
akan mengawasi tiap – tiap pribadi seorang anak setelah itu mereka
akan membuat sebuah laporan untuk masing – masing orang tua anak.

5. Melahirkan kesadaran sosial


Dengan memasukkan anak ke dalam sekolah TK, kesadaran
pentingnya bergaul sesama, bertukar pikiran, bermain bersama, dan
belajar bersama mulai tumbuh pada kehidupan anak – anak. Ia akan
mendapatkan teman – teman yang seumuran dengan dia dan yang bisa
diajak bermain bersama, dan itu akan membuat mereka merasa senang
dan bersemangat dalam menjalankan kehidupannya mereka pada saat
masih kecil.
33

2.2.5 Manfaat bagi Orangtua

1. Memberikan kesibukan positif pada anak.


Memasukkan anak dalam sekolah TK adalah upaya orang tua
agar anak mempunyai kesibukan yang positif bagi masa depannya.
Dengan adanya kurikulum, tenaga pengajar, sarana prasarana dan
manajemen sekolah yang nantinya akan membawa warna baru dalam
kehidupan anak yang tidak biasa ia rasakan dalam keluarga. Orang tua
yang melihat anaknya berkembang positif pasti akan sangat bahagia
dan bangga karena melihat anaknya sudah mempunyai kesibukan
yang positif dan yang sangat bermanfaat bagi masa depannya kelak.

2. Membantu melatih kedisiplinan anak.


Dengan adanya jadwal disekolah, anak menjadi terlatih disiplin.
Tetapi orang tua pun haruslah memberikan contoh teladan kepada
anaknya dalam kedisiplinan waktu. Maka nanti anak akan mengikuti
apa yang sudah dicontohkan oleh orang tua mereka.
Pada zaman sekarang ini banyak orang sukses karena kedisiplinan
waktu mereka. Dengan membiasakan anak disiplin sejak kecil,
kesempatan anak untuk sukse di masa yang akan datang sangat besar.
Selain keteladanan, ketegasan juga diperlukan dari orang tua karena
dengan begitu anak akan menjadi hormat dan mentaati peraturang
yang ada.

3. Lebih mudah memotivasi belajar anak di rumah.


Dengan disekolahkannya si anak, maka orang tua mempunyai
alasan yang kuat untuk menyuruh anak mereka untuk belajar sesuai
dengan materi yang sudah diajarkan disekolah. Dalam hal ini orang
tua lebih mudah membentuk mental belajar pada anak.

4. Mengembangkan bakat anak secara maksimal.


Ketika para orang tua memasukkan anaknya ke sekolah TK,
dengan berjalannya waktu orang tua akan bisa melihat kemampuan
yang ada pada anaknya. Dari situlah orang tua akan menyimpulkan
34

bakat apa yang dimiliki anaknya tersebut dan nantinya akan


dikembangkan lebih lanjut di kemudian harinya nanti dengan
memasukkan anak mereka ke dalam bentuk kursus, pelatihan dan
sejenisnya agar mereka bisa mahir dalam bakatnya nanti.

5. Mengontrol perkembangan anak.


Pada zaman sekarang ini banyak sekali orang tua yang sibuk
dengan pekerjaannya sehingga waktu untuk mengurus anak mereka
sangatlah kurang. Dengan adanya sekolah TK itu memudahkan orang
tua untuk mengetahui seperti apa perkembangan anak mereka,
moralitasnya, karakteristiknya, tanggung jawabnya, inteligensinya dan
hal – hal lainnya yang terkait dengan anak mereka dengan cara
berkonsultasi dengan guru anak mereka.

2.2.6 Kendala

Ada beberapa kendala umum yang terdapat pada pengembangan


pendidikan TK, yaitu :
1. Pemerintah
Pemerintah sepertinya masih separuh hati memberikan perhatian
pada TK. Ada beberapa kasus yang dimana pemerintah terkesan
mempersulit atau terkesan menghalang – halangi pendirian TK.

2. Kesadaran orang tua


Kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke TK
masih tergolong sangat rendah di negara ini. Kebanyakan mereka
lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anak mereka dengan
berbagai alasan, contohnya saja seperti keadaan perekonomian
keluarga.
3. Tenaga pengajar
Minimnya sarjana dalam bidang pendidikan usia dini sehingga
membuat tenaga pengajar khususnya untuk mengajar anak – anak
dalam usia dini sangat sedikit.
35

4. Anggaran
Permasalahan yang ini berkaitan dengan pemerintah karena
pemerintah diharapkan memberikan bantuan finansial untuk pendirian
dan pengembangan TK. Selain itu juga pemerintah diharapkan untuk
memikirkan anggaran – anggaran lainnya, contohnya saja seperti
anggaran menggaji guru, membangun gedung, membayar karyawan
haruslah ditangani secara serius.

5. Sarana dan prasarana


Pendidikan TK juga memerluka sarana dan prasarana yang
lengkap dan memadai. Berbagai macam tempat dan peralatan bermain
dan lain – lainnya menjadi kebutuhan utama dalam proses belajar –
mengajar.

2.2.7 Persyaratan Umum TK

Adapun persyaratan untuk teknis penyelenggaraan TK :


1. Lingkungan TK
Harus dapat menciptakan suasana rasa aman kepada anak untuk
belajar dan berkembang, sehingga anak merasa di rumahnya sendiri.
Lingkungan sekolah haruslah disusun dan direncanakan sesuai dengan
kegiatan dan jumlah anak. Fasilitas yang terdapat di lingkungan
sekolah haruslah dapat digunakan untuk kegiatan dan perkembangan
motorik kasar pada anak – anak.

2. Tempat belajar
Gedung sekolah hendaknya didirikan dengan bangunan / grdung
permanen yang mudah dijangkau oleh orang tua anak – anak. Sebuah
sekolah harus memiliki surat yang sah dan izin dari instansi yang
berwenang.

3. Ruangan
Luas ruangan harus disesuaikan dengan jumlah siswa yang
nantinya yang berada disebuah kelas, yang sangat perlu diperhatikan
36

agar anak dapat leluasa untuk bergerak dan tidak bertabrakan antara 1
anak dengan anak lainnya pada saat di kelas. Ruangan juga harus
dilengkapi dengan penerangan dan ventilasi yang cukup.
Memiliki sekurang – kurangnya :
• Satu ruang serbaguna.
• Satu ruang untuk kantor administrasi.
• Satu dapur.
• Satu ruang makan.
• Satu kamar mandi / WC untuk anak – anak.
• Satu kamar mandi / WC untuk orang dewasa.
• Satu gudang.
• Satu ruang untuk pemeriksaan oleh dokter kunjungan
dan ruang isolasi untuk anak yang mendadak sakit atau
bisa juga sebagai ruang konsultasi dengan psikolog.

4. Perabot
Setiap ruangan dilengkapi dengan keperluan yang dibutuhkan,
contohnya seperti : meja, kursi, rak buku, loker kecil, rak untuk alat
permainan.

5. Sarana belajar
Untuk menunjang proses perkembangan anak dalam usia dini di
sekolah TK hendaknya menyediakan sarana – sarana tambahan untuk
mengasah bakat anak – anak, contohnya seperti ruangan perpustakaan,
ruangan musik, ruangan lab komputer, ruangan olahraga, ruang
bermain indoor, ruang melukis, ruang menari.

2.2.8 Kurikulum TK

Soemantri mengemukakan bahwa kurikulum adalah sautu


perencanaan pengalaman belajar secara tertulis. Khusu yang berkaitan dengan
TK ia mengemukakan bahwa kurikulumadalah seluruh usaha / kegiatan
sekolah untuk merangsang anak supaya belajar dalam rangka pengembangan
seluruh aspek yang ada pada dirinya, baik di dalam maupun di luar kelas serta
37

lingkungannya. Ini berarti kurikulum dapat diketahui gambaran pengalaman


belajar apa yang anak peroleh.
Dari sejak munculnya pendidikan TK di Indonesia hingga sekarang
terdapat beberapa kurikulum, yaitu kurikulum 1964 , 1976, 1984 dan 1994.
Semua itu disusun melalui berdasarkan pemilihan topik atau tema. Ini
dimaksudkan, agar pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada anak
untuk mempelajari fakta dalam konteksnya sehingga informasi atau
pengetahuan yang diperoleh berarti / bermakna dalam pengembangan
pengetahuan dan ketrampilan anak.

2.3 Permainan Anak - Anak

Usia dini pada anak – anak adalah usia yang efektif untuk mengembangkan
berbagai macam potensi untuk anak – anak. Untuk mengembangkan potensinya
dapat dilakukan dengan mengajak mereka untuk bermain. Karena dengan bermain
mereka akan merasa senang. Dalam usia mereka perlu diperhatikan proses
pembelajaran yang menerapkan prinsip PAKEMI (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif,
Efektif, Menyenangkan dan Inovatif).
Bermain adalah hal yang penting bagi anak untuk perkembangan kognitif dan
sosio – emosi anak – anak. Dengan bermain mereka bisa mengekspresikan perasaan
mereka.

2.3.1 Fungsi

Dengan bermain anak – anak dapat mengembangkan fisik, motorik,


sosial, kognitif, kreativitas, bahasa, perilaku, ketajaman penginderaan,
melepaskan ketegangan, da terapi bagi fisik, mental mereka. Selain itu ada
beberapa fungsi lainnya yaitu :
• Permainan meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya,
mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif,
meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang
aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya.
• Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak – anak akan
berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain.
38

• Permainan sebagai wadah untuk mempraktikkan peran – peran


yang mereka akan laksanakan dalam hidup masa depannya.

2.3.2 Manfaat

Ketrampilan dan potensi pada anak dapat berbentuk melalui 3 aspek


perkembangan yaitu aspek kognitif, fisik dan sosio – emosi. Bermain dapat
memberikan manfaat bagi ketiga aspek tersebut, di antaranya :
1. Manfaat bagi aspek kognitif.
Dengan bermain anak mampu mengembangkan daya pikirnya.
Selain bermain sebagai sarana rekreasi, bermain juga harus memiliki
nilai – nilai edukasi didalam permainan. Sehingga anak memiliki
kemampuan mengembangkan pengetahuannya.

2. Manfaat bagi aspek fisik.


Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan
kegiatan yang melibatkan gerakan – gerakan tubuh yang membuat
anak sehat dan otot – otot tubuh mereka akan menjadi lebih kuat.
Perkembangan fisik inilah berpengaruh pada perkembangan motorik
halus dan motorik kasar yang mana dalam bermain membutuhkan
gerakan dan koordinasi tubuh (tangan, kaki, dan mata). Selain itu
berpengaruh juga pada perkembangan alat indera (penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan) yang
memberikan manfaat bahwa dengan bermain anak akan lebih tanggap
atau peka terhadap hal – hal disekitarnya.

3. Manfaat bagi aspek sosio – emosi.


Dalam bermain ada keterlibatan emosi dan kepribadian. Melalui
bermain anak dapat melepaskan ketegangan dalam dirinya dan
nantinya mereka akan merasa lega dan relaks.
Dengan bermain anak diajarkan untuk mempunyai rasa percaya
diri, bersikap suportif terhadap sesama, dan melatih kemampuan untuk
bisa membangun hubungan yang kompetetif dengan teman dengan
39

nilai yang positif. Selain itu juga bermain dapat melatih konsentrasi
seperti melatih konsep dasar warna, bentuk, dan lain – lainnya.
Adapun pendapat dari para orang – orang ahli mengenai manfaat
bermain bagi anak, yaitu :
1. Menurut Isenberg dan Jalongo.
• Manfaat untuk perkembangan kognitif.
Bahwa dengan bermain anak mulai mengeti akan dunia, anak
mampu untuk mengembangkan pemikiran yang fleksibel dan
berbeda dan anak memiliki kesempatan untuk menemui dan
mengatasi permasalahan – permasalahan yang sebenarnya.

• Manfaat untuk perkembangan sosial dan emosional.


Anak mengembangkan keahlian berkomunikasi secara verbal
maupun non – verbal melalui negoisasi peran, mencoba untuk
memperoleh akses untuk permainan yang berkelanjutan atau
menghargai perasaan orang lain.

2. Menurut Montololu.
• Bermain memicu kreatifitas anak.
• Bermain bermanfaat bagi kecerdasa otak anak.
• Bermain bermanfaat menanggulangi konflik bagi anak.
• Bermain bermanfaat untuk melatih empati.
• Bermain bermanfaat untuk mengasah panca indera.
• Bermain untuk melakukan penemuan.

3. Menurut Hartley, Frank dan Goldenson yang dikutip oleh


Moeslichatoen.
• Untuk melakukan berbagai peran yang ada dalam kehidupan
nyata.
• Mencerminkan pertumbuhan
• Untuk membantu mereka dalam memcahkan dan mencoba
berbagai penyelesaian masalah.
• Untuk menyalurkan perasaan yang kuat.
40

4. Menurut Hetherington dan Parke.


Dengan bermain anak akan meneliti lingkungan dan
mempelajari segala sesuatu yang dihadapinya. Bermain juga
dapat meningkatkan perkembangan sosial anak.

2.3.3 Karakteristik Permainan yang sesuai dengan Umur Anak

1. Pada usia 2 – 3 tahun.


Karakteristik permainan pada masa ini berdasarkan isi adalah
permainan untuk suatu ketrampilan (skill play) karena anak mulai
berkembang dalam fase otonomi (kemandirian) dan independennya
(kebebasan). Sedangkan berdasarkan karakteristik sosial, permainan
pada masa ini termasuk permainan dengan bermain bersama teman
tanpa interaksi (parallel play).
Pada masa ini, anak terlihat ingin berteman tetapi kemampuan
sosialnya belum memadai. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa
anak bermain secara spontan dan bebas serta dapat berhenti sesuka
mereka dan juga koordinasi motorik anak masih kurang sehingga anak
sering merusak mainan yang dipegangnya.

2. Pada usia 4 – 7 tahun.


Pada masa ini, inisiatif anak mulai berkembanga dan anak ingin
mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal – hal disekitarnya. Anak
mulai berfantasi dan mempelajari model keluarga atau bermain peran,
seperti seorang guru dan lain – lainnya. Dalam bermain mereka akan
memiliki teman.
Karakteristik permainan pada masa prasekolah akhir berdasarkan
isi adalah permainan yang lebih banyak menggunakan simbol –
simbol atau yang sering disebut dengan permainan peran (dramatic
role play). Permainan yang meningkatkan ketrampilan (skill play)
juga masih berkembang pada masa ini.
Sedangkan berdasarkan karakteristik sosial, permainan pada masa
ini termasuk permainandengan bermain bersama teman – temannya,
41

tetapi tidak ada tujuan kelompok (association play). Dalam hal ini,
anak berinteraksi dengan saling meminjam alat permainan. Seiring
dengan bertambanya usia, anak mulai bermain bersama dengan tujuan
yang sudah ditetapkan dalam kelompok (cooperative play).

2.3.4 Syarat Permainan dalam TK

Dalam sebuah sekolah TK haruslah memiliki arena bermain dan yang


dimana alat – alat permainan mereka harus sangat diperhatikan secara
seksama dari segi keamanannya hingga segi psikologi untuk mereka. Untuk
mencapai manfaat yang optimal dari permainan anak – anak yang perlu
diperhatikan adalah :
• Permainan harus ditujukan untuk anak – anak TK.
• Difungsikan untuk mengembangkan berbagai perkembangan
anak.
• Permainan itu harus tidak boleh yang berbahaya bagi anak.
• Harus aman bagi anak – anak.
• Tidak membahayakan anak.
• Dapat digunakan untuk berbagai cara, bentuk, dan untuk
bermacam tujuan aspek pengembangan atau bermanfaat
multiguna.
• Berdasarkan minat seorang anak.
• Bisa mengembangkan daya fantasi anak.
• Mudah dibongkar – pasang.
• Sebaiknya arena bermain menyediakan beraneka ragam
permainan sehingga anak bisa lebih bereksplorasi dengan
berbagai jenis mainan yang ada.
• Bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang dihasilkan.
• Dirancang untuk mendorong aktivitas dan kreativitas anak.
• Tingkat kesulitan permainan haruslah disesuaikan dengan tingkat
perkembangan seorang anak sehingga mereka mudah untuk
memainkannya.
42

• Kuat, dalam arti tidak mudah patah atau rusak karena dari sifat
dasar mereka yang selalu ingin tahu sehingga mereka akan
membongkar mainan yang dipegangnya dan terkadang mereka
akan membanting mainan yang ada disekitar mereka.
• Menarik dalam warna dan bentuknya.
• Mengandung nilai pendidikan.
Akan lebih menarik lagi jika permainan mereka berasal dari barang –
barang bekas yang sudah di daur ulang karena dengan begitu akan
menghemat biaya yang diperlukan untuk permainan anak – anak.

2.3.5 Kurikulum Sentra

Soemantri mengemukakan bahwa kurikulum adalah sautu


perencanaan pengalaman belajar secara tertulis. Khusus yang berkaitan
dengan TK ia mengemukakan bahwa kurikulum adalah seluruh usaha /
kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar dalam rangka
pengembangan seluruh aspek yang ada pada dirinya, baik di dalam maupun di
luar kelas serta lingkungannya. Ini berarti kurikulum dapat diketahui
gambaran pengalaman belajar apa yang anak peroleh.

Dari sejak munculnya pendidikan TK di Indonesia hingga sekarang


terdapat beberapa kurikulum, yaitu kurikulum 1964 , 1976, 1984 dan 1994.
Semua itu disusun melalui berdasarkan pemilihan topik atau tema. Ini
dimaksudkan, agar pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada anak
untuk mempelajari fakta dalam konteksnya sehingga informasi atau
pengetahuan yang diperoleh berarti / bermakna dalam pengembangan
pengetahuan dan ketrampilan anak.

Kurikulum Sentra merupakan paradigma baru di bidang pendidikan


dan pengajaran. Dalam pembelajaran dengan kurikulum sentra ini tidak
diberikan secara klasikal, melainkan individual sesuai dengan tahap
perkembangan anak tersebut. Selama proses pembelajaran, guru dilarang
melakukan “3M”: melarang, menyuruh, marah/menghukum.
43

Basis pembelajaran kurikulum sentra adalah bermain sambil belajar.


Suasana belajar-mengajar dibangun untuk memberikan rasa nyaman dan
bahagia (happy learning). Untuk itu, guru bersama murid duduk dalam
lingkaran agar posisi mata guru sejajar dengan mata para murid sehingga
tidak ada jarak hierarkial. Materi belajar disampaikan secara interaktif dan
kongkret dengan menempatkan murid sebagai pusat. Ketika memasuki kelas
guru tidak datang dengan sikap “akan mengajar apa kepada anak hari ini”
melainkan “aku akan belajar apa dari anak hari ini.”

Kurikulum ini membangun “kecerdasan jamak” secara bersamaan


dan berimbang diantaranya kecerdasan logika-matematika, bahasa, tubuh
(kinestetik), ruang (spasial), kemandirian (intrapersonal), kepedulian sosial
(interpersonal) serta musik. Seluruh potensi kecerdasan itu dibangun melalui
sentra-sentra (wahana) bermain yang meliputi tiga jenis main: main
pembangunan, sensorimotor dan main peran.

Ada enam sentra yang disediakan agar anak-anak bisa bermain


gembira dan mendapatkan banyak pilihan pekerjaan dan setiap hari anak
bermain di Sentra yang berbeda (moving class). diantaranya adalah :

1. Sentra Persiapan (membangun kemampuan keaksaraan)


2. Sentra Balok (merangsang kemampuan konstruksi, prediksi, presisi,
akurasi, geometri, matematika)
3. Sentra Seni (membangun kreatifitas, sensori motor, kerjasama)
4. Sentra Bahan Alam (membangun sensori motor, fisika sederhana,
pemahaman akan batasan dan sebab-akibat)
5. Sentra Main Peran Besar dan Sentra Main Peran Kecil (mambangun
imajinasi, daya hidup, adaptasi, kemandirian, kebahasaan, kepemimpinan)
6. Sentra Imtak (iman dan takwa).
Di setiap Sentra kemampuan klasifikasi anak dibangun secara terus-
menerus agar mereka bisa memiliki konsep berpikir yang benar, kritis, dan
analitis. Anak-anak dirangsang untuk “menemukan sendiri” konsep-konsep
faktual mengenai bentuk, warna, ukuran, ciri, tanda, sifat, habitat, manfaat,
serta rangkaian sebab-akibat.
44

Sejak dini anak pun dirangsang untuk bisa mengekspresikan diri


dengan baik melalui kelisanan, tulisan dan gambar. Oleh karena itu, selama
proses belajar-mengajar guru melakukan komunikasi interaktif dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar cara kerja otak
anak pun terstruktur dengan baik.

2.4 Psikologi Anak

2.4.1 Ruang Lingkup Perkembangan Psikologi Anak

Pada kamus besar bahasa Indonesia, anak diartikan dengan manusia


yang masih kecil, yaitu yang baru berumur 6 tahun. Jadi jika diartikan secara
bahasa, anak usia dini adalah sebutan bagi anak yang berusia antara 0 hingga
6 tahun. Pernyataan tersebut di sahkan pada Undang – Undang RI Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pada Pasal 1 Ayat 14
dinyatakan bahwa anak usia dini diartikan sebagai anak yang berusia lahir (0
tahun) sampai dengan 6 tahun.
Ada 3 tahapan yang akan di lalui oleh anak – anak pada usia dini
yaitu :
• Masa bayi dari usia lahir sampai dengan 12 bulan (satu tahun).
• Masa kanak – kanak / batita dari usia 1 tahun hingga 3 tahun.
• Masa prasekolah dari usia 3 tahun sampai dengan 6 tahun.
Adapun aspek – aspek perkembangan yang melingkupi perkembangan
anak usia dini antara lain aspek perkembangan motorik, kognitif, emosi,
sosial, budaya, bahasa, moral dan agama. Kelima aspek yang baru saja
dijelaskan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri dan
memiliki saling keterikatan. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
45

Diagram 2.2 Ruang Lingkup Perkembangan Psikologi Anak

Sumber : Psikologi perkembangan anak usia dini, Wiyani, 10

2.4.2 Faktor Perkembangan Anak

Perkembangan bagi setiap anak sebagai individu memiliki sifat yang


unik. Setiap anak berkembang dengan cara tertentu. Hal itu terjadi karena
perkembangan anak merupakan proses perubahan yang kompleks dan
melibatkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangannya,
antara lain :
1. Faktor Hereditas
Ada yang menyebut faktor ini dengan istilah nature. Faktor ini
merupakan karakteristik bawaan yang diturunkan dari orang tua
biologis kepada anaknya. Dalam sudut pandang hereditas,
karakteristik seseorang dipengaruhi oleh gen yang merupakan
karakteristik bawaan yang diwariskan (genotip) dari orang tuanya,
yang akan terlihat sebagai karakteristik yang dapat diobservasi
(fenotip).
Orang yang mempercayai bahwa perkembangan seorang anak
dipengaruhi oleh faktor hereditas disebut dengan aliran nativisme
yang dipelopori oleh Schopenhauer. Hereditas oleh aliran ini disebut
juga dengan pembawaan. Pembawaan yang telah terdapat pada anak
sejak dilahirkan itulah yang menentukan perkembangannya kelak.
Dalam perspektif hereditas, perkembangan seorang anak sangat
dipengaruhi oleh hal – hal berikut :
46

A. Bakat
B. Sifat – sifat keturunan

2. Faktor lingkungan
Faktor ini sering disebut dengan dengan istilah nurture. Faktor ini
diartikan sebagai kekuatan kompleks dari dunia fisik dan sosialyang
mempengaruhi susunan biologis dan pengalaman psikologis anak
sejak sebelum ada dan sesudah lahir. Ada beberapa pengaruh yang
mempengaruhi faktor ini, yaitu :
A. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama
dan utama. Ada beberapa pengaruh yang berasal dari pengaruh
ini, antara lain :
• Pola asuh orang tua, sikap, situasi dan kondisi yang
sedang melingkupi orang tua.
• Pola asuh orang tua yang otoriter, liberal, demokratis.
• Sikap orang tua yang protektif.
• Keadaan ekonomi serta status sosial orang tua.
• Status duda ataupun janda dari orang tua si anak baik
karena cerai ataupun ditinggal mati.
• Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga serta
banyaknya anggota keluarga.

B. Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak. Di
lingkungan ini guru – guru sangatlah berperan penting dalam
perkembangan anak, selain itu juga teman sebayanya juga bisa
mempengaruhi tumbuh kembangnya seorang anak.

C. Masyarakat
Secara sederhana, masyarakat diartikan sebagai kumpulan
individu atau kelompok yang diikat oleh kesatuan negara,
kebudayaan, dan agama. Budaya, kebiasaan, agama, dan keadaan
47

demografi memiliki pengaruh dalam perkembangan anak – anak


usia dini.

3. Faktor umum
Faktor umum merupakan campuran dari faktor hereditas dan
faktor lingkungan. Faktor umum yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak adalah :
A. Jenis kelamin.
B. Kelenjar gondok.
C. Kesehatan.
D. Ras.

2.4.3 Karakter Perkembangan Anak

Ada beberapa ahli yang sudah meneliti karakter perkembangan anak


sesuai dengan usia anak – anak tertentu, contohnya :
• Sigmund Freud (1856 – 1939)
A. Usia 0 – 1 tahun dikenal dengan fase oral. Masa yang dimana
menunjukkan munculnya kepuasan baik fisik dan emosional
berfokus pada daerah sekitar mulut.
B. Usia 1 – 3 tahun dikenal dengan fase anal. Hal ini akan
menimbulkan konflik dengan nilai – nilai yang dimiliki orang
tua dan lingkungannya.
C. Usia 3 – 5 tahun dikenal dengan fase falik. Daerah sekitar alat
genital merupakan sumber baru yang tidak diperkenankan
tetapi secara insting anak suka menyentuhnya.
D. Usia 5 tahun hingga masa remaja dikenal dengan fase laten.
Anak lebih tertarik pada kegiatan – kegiatan yang melibatkan
fisik dan kemampuan intelektual.
• Kohnstamm
A. Masa vital 0 – 2 tahun.
B. Masa estetis 2 – 7 tahun.

• Montessori (1870 – 1952)


48

A. Masa penyerapan total (absorbed mind), perkenalan


dan pengalaman sensoris / panca indra sekitar usia
1,5 tahun.
B. Perkembangan bahasa 1,5 tahun – 3 tahun.
C. Perkembangan koordinasi antara mata dan otot –
ototnya, serta mulai menaruh perhatian pada benda –
benda kecil 1,5 – 4 tahun.
D. Perkembangan dan penyempurnaan gerakan –
gerakan; menaruh perhatian yang besar pada hal –
hal yang nyata dan mulai menyadari urutan waktu
dan ruang 2 – 4 tahun.
E. Penyempurnaan penggunaan panca indra /
peneguhan sensoris 2,5 – 6 tahun.
F. Peka / sensitif terhadap pengaruh orang dewasa 3 – 6
tahun.
G. Mulai mencoret – coret, persiapan menulis 3,5 – 4,5
tahun.
H. Indra peraba mulai berkembang 4 – 4,5 tahun.
I. Mulai tumbuh minat membaca 4,5 – 5,5 tahun.

• Erik Erikson (1902 – 1994)


A. Usia 0 – 1 tahun dikenal dengan masa bayi.
B. Usia 2 – 3 tahun dikenal dengan masa balita.
C. Usia 4 – 5 tahun dikenal dengan masa prasekolah.

• Jean Piaget (1896 – 1980)


A. Usia 0 – 2 tahun dikenal dengan tahap Sensori
Motor. Pada masa ini perkembangan tertuju pada
gerak refleks sebagai bukti adanya kemampuan
menyadari ada sesuatu di dekatnya.
B. Usia 2 – 7 tahun dikenal dengan tahap
Praoperasional. Pada masa ini muncul ciri yang
disebut dengan egosentris, yaitu kemampuan
mengasosiasi sesuatu dengan dirinya.
49

• Bowlby (1907)
A. Masa I yaitu 0 – 3 tahun.
B. Masa II yaitu 3 – 6 tahun.

• Morisson
A. Prenatal (masa dalam kandungan).
B. Neonatal (bulan pertama kelahiran).
C. Infancy (tahun pertama kelahiran).
D. Toddlerhood (usia 2 – 3 tahun).
E. Preschool and Kindergarten (usia 4 – 6 tahun).

2.4.4 Pola Perkembangan Anak


Bagian ini menjelaskan secara ringkas mengenai rangkuman dari pola
perkembangan anak.
1. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik berlangsung secara teratur. Perkembangan
fisik juga dapat diamati semenjak usia bayi. Di bawah ini akan
dijelaskan mengenai perkembangan fisik seorang anak dari umur bayi
hingga umur 8 tahun.

Tabel 2.2 Perkembangan Fisik


Kelahiran - usia 3 tahun Usia 3 - 4 tahun Usia 5 - 6 tahun Usia 7 - 8 tahun
Peningkatan dalam Pengendalian
Ketrampilan fisik berkembang Peningkatan
penguasaan motorik motorik halus yang
dengan cepat ketrampilan fisik
halus bagus
Tingkat
Mengendarai Mengendarai
Duduk merayap ; merangkak pertumbuhan
sepeda roda tiga sepeda roda dua
semakin melambat
Mengambil bagian
Mulai untuk berjalan dan dalam permainan Adanya peningkatan
Naik turun tangga
berlari yang menuntut energi yang tinggi
ketrampilan fisik
Perkembangan
Fisik Adanya peningkatan
Ketrampilan motorik yang Proporsi badan yang
Berlari perkembangan otot
berkembang baik baik
yang kecil

Mengatur sendok atau garpu Melompat dengan Gigi tetap mulai


Mulai ganti gigi
untuk memberi makan kedua kaki tumbuh
Ketrampilan fisik
Dapat melakukan menjadi hal yang
Mulai dapat menggenggam dan Berjalan pada balok
ketrampilan dan penting dalam
melepaskan suatu objek keseimbangan
kerajinan tangan perkembangan
konsep diri

Sumber : Konsep dasar pendidikan usia dini, Sujiono, 65


50

2. Perkembangan sosial
Ketika anak berusia 3 tahun, anak baru mulai membangun suatu
hubungan dengan keluarganya dan juga dengan orang lain yang bukan
merupakan anggota keluarga mereka. Di bawah ini akan dijelaskan
mengenai perkembangan sosial seorang anak dari umur bayi hingga
umur 8 tahun.

Tabel 2.3 Perkembangan Sosial

Kelahiran - usia 3 tahun Usia 3 - 4 tahun Usia 5 - 6 tahun Usia 7 - 8 tahun


Menjadi lebih sadar Ingin menjadi yang Menjadi lebih
Bereaksi terhadap orang lain
akan diri sendiri nomor satu mandiri
Mengembangkan Ikut ambil bagian Bergantung pada
Menikmati pada saat bergaul
perasaan rendah dalam setiap orang tua untuk
dengan anak - anak lainnya
hati kegiatan di sekolah minat dan aktivitas
Menjadi lebih
Dapat memelihari ketertiban Menjadi sadar akan Mulai terpengaruh
posesif terhadapa
dengan anak lain untuk rasial dan dengan pendapat
barang - barang yang
periode yang pendek perbedaan gender temannya
dia punya
Perkembangan
Dapat mengambil Mulai untuk
Sosial Mampu berbagi tanpa perlu Dapat berbagi dan
arah, mengikuti mempersilahkan
dibujuk mengambil giliran
beberapa aturan orang lain
Mulai membentuk
Dapat menirukan tindakan dari Memiliki teman Sering bertengkar
kelompok -
orang lain bermain khayalan dalam waktu singkat
kelompok
Mulai bermain
Mulai untuk melibatkan diri Mulai Membutuhkan
permainan yang
dalam permainan yang mempertimbangkan nasihat dari guru -
membutuhkan kerja
paralalel perkataan guru guru
sama

Sumber : Sujiono, 66

3. Perkembangan emosional
Beberapa peniliti menemukan bahwa anak – anak yang
mempunyai perangai yang baik di waktu muda dan maka akan
memiliki kestabilan emosi dari waktu ke waktu. Di bawah ini akan
dijelaskan mengenai perkembangan fisik seorang anak dari umur bayi
hingga umur 8 tahun.
51

Tabel 2.4 Perkembangan Emosional

Kelahiran - usia 3 tahun Usia 3 - 4 tahun Usia 5 - 6 tahun Usia 7 - 8 tahun


Tidak dapat memaklumi Dapat memaklumi Dapat menyatakan menyatakan reaksi
frustrasi beberapa frustrasi perasaan pada orang lain
Dapat Bersikap lebih
Mulai
Mudah menangis atau mengendalikan sensitif ketika
mengembangkan
berteriak agresi dengan lebih ditertawakan atau
pengendalian diri
baik dikeritik
Sering tidak mampu Menghargai kejutan Belajar mengenai Menyatakan
mengendalikan dorongan atau dan peristiwa hal - hal yang benar keraguan secara
Perkembangan gerakan hati tertentu dan yang salah berlebihan
Emosional Mulai Mulai untuk
Mulai untuk menyatakan kasih
mengungkapkan menyatakan Lebih tekun
sayang
rasa terimakasih perasaan
Mulai menunjukan
Membutuhkan suatu rutinitas Mulai menunjukkan Lebih dapat
selera humor di
dan rasa aman selera humor berempati
dalam lelucon
Mulai dapat Dapat melihat dari
Mulai dapat untuk menyatakan
Takut akan gelap memperlihatkan sudut pandang
diri sendiri
perhatian orang lain

Sumber : Sujiono, 66

2.5 Standarisasi Ukuran Ergonomi Tubuh

2.5.1 Antropometrika Tubuh Orang Dewasa pada Posisi Duduk

Perancangan tempat duduk telah dikenal sejak jaman dahulu.


Bangku, sebagai contoh, sudah dikembangkan sebagai salah satu jenis
perabot yang berharga bagi bangsa Mesir sejak 2050 SM dan kursi sejak
tahun 1600 SM. Selain dari keberadaannya yang sudah dikenal luas dan
sejarahnya yang panjang, tampaknya tempat duduk merupakan elemen ruang
interior yang paling jarang dirancang dengan seksama. Seorang perancang
industri bernama Neils Diffrient pernah mengatakan, “Perancangan kursi
merupakan suatu ujian berat bagi para perancang.” Salah satu kesulitan utama
dalam perancangan tempat duduk adalah seringkali posisi duduk dipandang
sebagai gerak statis, padahal duduk lebih dapat dikatakan sebagai gerakan
dinamik. Sesuai dengan pendapat itu, sekedar penerapan data statik secara 2
dimensi untuk menyelesaikan masalah dinamik 3 dimensi serta pertimbangan
biomekanika, jelas bukan merupakan pendekatan perancangan yang tepat.
Sebaliknya juga, sebuah kursi yang secara antropometrik benar, belum tentu
nyaman. Jika rancangan suatu tempat duduk tidak memperhatikan sama
52

sekali hal-hal yang berkenaan dengan dimensi – dimensi manusia dan besar
tubuhnya, tidaklah aneh bila rancangan tersebut tidak nyaman.

Kesulitan lainnya adalah hanya sedikit sekali data yang tersedia


sehubungan dengan biomekanika dari perancangan kursi dan hampir tidak
ada riset yang pernah dipublikasikam berkenaan dengan masalah
kenyamanan.
1. Dinamika posisi duduk

Gambar 2.1 Tampak Potongan dalam Posisi Duduk yang Menunjukkan Tulang
Duduk

Sumber : Dimensi manusia dan ruang interior, Panero dan Zelnik, 52

Gambar 2.2 Tampak Potongan dalam Posisi Duduk yang Menunjukkan Tulang
Duduk yang diperbesar pada Bagian Posterior

Sumber : Panero dan Zelnik, 52


53

2. Tinggi tempat duduk

Gambar 2.3 Pedoman Dimensi Antropometrik yang dibutuhkan bagi Perancangan


Kursi

Sumber : Panero dan Zelnik, 56

Tabel 2.5 Pedoman Dimensi Pria dan Wanita

Sumber : Panero dan Zelnik, 56


54

Gambar 2.4 Landasan Tempat Duduk yang Letaknya Terlalu Tinggi

Sumber : Panero dan Zelnik, 57

Landasan tempat duduk yang letaknya terlalu tinggi dapat


menyebabkan paha tertekan dan peredaran terhambat. Sebagai
tambahan pula, telapak kaki tidak dapat menapak dengan baik di atas
permukaan lantai yang mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh.

Gambar 2.5 Landasan Tempat Duduk yang Letaknya Terlalu Rendah

Sumber : Panero dan Zelnik, 57

Landasana tempat duduk yang letaknya terlalu rendah dapat


menyebabkan kaki condong terlujur ke depan, menjauhkan tubuh
dari keadaan stabil. Sebagai tambahan pula. Pergerakan tubuh ke
55

depan akan menjauhkan punggung dari sandaran sehingga


penopangan lumbar tidak terjaga dengan tepat.

3. Kedalaman tempat duduk

Gambar 2.6 Landasan Tempat Duduk Terlalu Lebar

Sumber : Panero dan Zelnik, 60

Bila landasan tempat duduk terlalu lebar, bagian ujung dari


landasan akan menekan daerah tepat di belakang lutut, menimbulkan
ketidak nyamanan dan gangguna pada peredaran darah.

Gambar 2.7 Landasan Tempat Duduk yang Sempit

Sumber : Panero dan Zelnik, 60


56

Landasan tempat duduk yang sempit akan menghilangkan


penopangan yang tepat pada bagian paha. Hal ini juga akan
menimbulkan perasaan “terjungkal dari kursi” bagi si pemakai.

4. Sandaran punggung

Gambar 2.8 Bagian Tulang Lumbar

Sumber : Panero dan Zelnik, 61

Fungsi utama dari sandaran punggung adalah sebagai penopang


daerah lumbar atau bagia kecil dari punggung; harus diingat untuk
menyediakan pula tempat tambahan bagi penonjolan daerah pantat.
57

5. Dimensi tubuh struktural

Gambar 2.9 Dimensi Tubuh

Struktural

Sumber : Panero dan Zelnik, 96


58

6. Dimensi tubuh fungsional

Gambar 2.10 Dimesi Fungsional

Tubuh

Sumber : Panero dan Zelnik, 98


59

7. Dimensi tubuh proyeksi tahun 1985

Gambar 2.11 Dimensi Tubuh Proyeksi 1985

Sumber : Panero dan Zelnik, 100


60

8. Ergonomic kursi orang dewasa

Gambar 2.12 Kursi Kerja untuk Pengguna Umum

Sumber : Panero dan Zelnik, 127

Gambar 2.13 Kursi Kerja Eksekutif

Sumber : Panero dan Zelnik, 127

Tabel 2.6 Rincian Ukuran Kursi Umum dan Kursi Kerja


61

Sumber : Panero dan Zelnik, 127


2.5.2 Antropometrika Tubuh Anak

Sampai saat ini, sangat sedikit data antropometrik yang tersedia bagi
perancang berkenaan dengan ukuran tubuh fungsional kelompok usia balita
dan anak-anak. Informasi tersebut penting untuk membuat perencanaan yang
tepat bagi perabotan anak-anak prasekolah, sekolah dan berbagai lingkungan
interior lainnya yang pemakaiannya ditujukan bagi anak-anak. Hal yang
menyebabkan kebutuhan atas data-data tersebut menjadi semakin penting
adalah kebutuhan atas keselamatan dan kenyamanan yang dipertaruhkan.
Terdapat relasi yang kuat antara rancangan perabot yang tidak tepat dengan
kematian yang terjadi akibat kecelakaan dan luka-luka pada anak-anak. Kasus
seperti tercekik serta leher terjepit pada tempat tidur anak-anak dan kursi
yang tinggi, misalnya, bukanlah hal yang jarang terjadi.

Berikut adalah beberapa data antropometrik dalam bentuk pengukuran


tubuh anak-anak usia 6 sampai 11 tahun yang lebih bersifat structural.

1. Berat badan

Tabel 2.7 Berat Badan Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 104


62

2. Tinggi badan

Tabel 2.8 Tinggi Badan Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 104

3. Tinggi sikap duduk tegak

Tabel 2.9 Tinggi Sikap Duduk Tegak Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 105


63

4. Rentang siku ke siku

Tabel 2.10 Rentang Siku ke Siku Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 105

5. Rentang panggul

Tabel 2.11 Rentang Panggul Anak

Sumber :Panero dan Zelnik, 106


64

6. Tinggi bersih paha

Tabel 2.12 Tinggi Bersih Paha Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 106

7. Tinggi lutut

Tabel 2.13 Tinggi Lutut Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 107


65

8. Tinggi lipatan dalam lutut

Tabel 2.14 Tinggi Lipatan Dalam Lutut Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 107

9. Jarak pantat – lipatan dalam lutut

Tabel 2.15 Jarak Pantat – Lipatan Dalam Lutut

Sumber : Panero dan Zelnik, 108


66

10. Jarak pantat – lutut

Tabel 2.16 Jarak Pantat – Lutut Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 108

11. Dimensi tubuh struktural anak

Gambar 2.14 Dimensi Tubuh Struktural Anak

Sumber : Quality environments for children,Siegel, Tara J, 6


67

2.5.3 Ergonomi Kursi Anak

Gambar 2.15 Ergonomi Kursi Anak

Sum4ber : Siegel, Tara J, 65

Anda mungkin juga menyukai