Anda di halaman 1dari 19

PENCEMARAN UDARA DAN HUKUM LINGKUNGAN

A.   LATAR BELAKANG

Manusia untuk setiap detiknya memerlukan udara. Secara rata-rata manusia tidak dapat
mempertahankan hidupnya tanpa udara lebih dari tiga menit. Karena udara berbentuk gas, ia
terdapat dimana-mana, sebagai akibatnya manusia tidak pernah memikirkannya ataupun
memperhatikannya. Sebagai contoh pada tahun 1930 di Belgia terjadi wabah penyakit
peradangan jaringan paru-paru yang disebabkan oleh pencemaran udara dengan jumlah penderita
6000 orang (60 orang meninggal). Tahun 1949 di USA juga terjadi kasus pencemaran udara
yang menyebabkan 5.910 orang menderita kelainan jaringan paru-paru dan 20 orang diantaranya
meninggal. Kemudian terjadi lagi di London tahun 1952 dimana ada 4000 penderita yang
meninggal dengan jenis penyakit yang sama.

Dari data tersebut meperlihatkan bahwa penyakit yang dikonstatir kebanyakan tergolong
penyakit saluran pernafasan. Hal ini mudah dimengerti karena udara memasuki tubuh lewat
saluran pernafasan. Sekalipun demikian pencemaran udara dapat menyebabkan penyakit pada
seluruh bagian badan baik karena kontak langsung maupun tak langsung.

Untuk dapat mempelajari pengaruh kualitas udara terhadap kesehatan udara, maka udara
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu : udara bebas dan udara tak bebas. Udara bebas
adalah udara yang secara alamiah ada disekitar kita, sedangkan udara tak bebas adalah udara
yang berada di dalam ruangan bangunan-bangunan seperti perumahan, sekolah, rumah sakit,
sumur-sumur, dan tambang-tambang.

Udara bebas yang ada disekitar manusia dapat berpengaruh terhadap kesehatan
masyarakat. Pengaruh tersebut dikelompokkan menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung.
Pengaruh udara tidak langsung merupakan pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.
Misalnya nitrogen didalam udara dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk urea. Pupuk
urea tersebut dapat meningkatkan produksi di bidang pertanian.
Pengaruh udara yang langsung, terjadi karena proses pernafasan dan kontak seluruh
anggota tubuhnya dengan udara. Pengaruh udara terhadap kesehatan sangat ditentukan oleh
komposisi kimia, biologis maupun fisis udara. Pada keadaan normal sebagian besar udara terdiri
dari oxygen dan Nitrogen (90%). Tetapi aktivitas manusia dapat mengubah komposisi kimia
udara sehingga terjadi pertambahan jumlah ataupun meningkatkan konsentrasi zat-zat kimia
yang sudah ada. Aktivitas manusia yang menjadi sumber pengotoran/pencemaran udara adalah
buangan industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran di rumah-rumah dan di ladang-ladang.
Pengaruh terhadap kesehatan akan tampak apabila kadar zat pengotor meningkat sedemikian
rupa sehingga timbul penyakit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.

Zat-zat pencemar udara yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dapat digolongkan menjadi 3
golongan yaitu :

a. Zat pencemar kimia yang paling banyak didapat adalah berupa karbon monoxida, oxida
sulfur, oxida nitrogen, hidrokarbon, dan partikulat.
b. Zat pencemar fisis yang banyak didapat adalah kebisingan, sinar ultra violet, sinar infra
merah, gelombang mikro, gelombang elektromagnetik, dan sinar-sinar radio aktif.
c. Zat pencemar biologis yang banyak didapat didalam udara bebas adalah virus, spora,
bakteri, jamur dan cacing.

B.    PERMASALAHAN

1.    Udara merupakan kebutuhan pokok manusia dan setiap manusia tidak dapat memilih udara
sesuai dengan selerahnya.

2.    Udara di alam ini tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih tanpa polutan.

3.    Kualitas udara yang buruk dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan kematian.

4.    Polusi udara semakin lama semakin memburuk bahkan cenderung melampauibaku mutu


yang telah ditetapkan.

5.    Belum ada tindakan yang tegas terhadap pelaku yang menyebabkan terjadinya pencemaran
udara .
C.   TUJUAN

Dengan penyusunan makalah berdasarkan studi literatur ini diharapkan dapat menggali informasi
sedalam-dalamnya mengenai :

1.    Sumber-sumber pencemaran udara

2.    Jenis-jenis zat pencemaran udara

3.    Cara-cara pengendalian pencemaran udara

4.    Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan

5.    Baku mutu udara.

6.    Tindakan hukum yang harus dilaksanakan dalam pencegahan terjadinya pencemaran udara.
BAB  II

ISI

PENCEMARAN  UDARA

A.    DEFINISI

Berdasarkan PP no 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara ada beberapa


pengertian yang perlu diketahui dalam hal pencemaran udara, yaitu :

1.    Pencemaran Udara

Adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau koponen lain ke dalam udara
ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya.

2.    Pengendalian Pencemaran Udara

Adalah upaya pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan


mutu udara.

3.    Sumber Pencemar

Adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara
yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

4.    Udara Ambien

Adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada didalam
wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,
makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
5.    Baku Mutu Udara Ambien

Adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang
seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambient.

6.    Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Adalah batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari
pipa gas buang kendaraan bermotor.

7.    Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi mutu udara
ambient di lokasi tertentu, yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai
estetika dan makhluk hidup lainnya.

8.    Mutu Emisi

Adalah emisi yang boleh dibuang oleh suatu kegiatan ke udara ambient.

B.    SUMBER PENCEMARAN UDARA

Sumber pencemar udara yang berasal dari sumbernya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1.   Alamiah

Zat pencemar yang terbentuk secara alamiah dapat berasal dari tanah, hutan, dan
pengunungan serta dari udara itu sendiri. Adapun zat pencemar secara alamiah tersebut dapat
bersumber dari :

·         Gunung berapi

·         Kebakaran Hutan

·         Meteor

·         Radon
·         Uap air

·         Kelembaban

2.   Aktivitas Manusia

Pencemaran udara yang diakibatkan oleh aktivitas manusia merupakan sumber pencemar
yang paling besar kontribusi dan dampak terhadap manusia. Contoh pencemaran udara yang
disebabkan oleh aktivitas manusia adalah sebagai berikut :

·         Pencemaran akibat lalu lintas : Co, Debu, Pb, Nitrogen Oksida

·         Pencemaran industri : NOx, SO2, Ozone, Pb dan VOC.

·         Rumah Tangga : Pembakaran

C.    JENIS ZAT PENCEMAR

1.    Polutan Udara Primer

Suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke udara yang menyebabkan


konsentrasinya meningkat dan membahayakan. Hal ini dapat berupa komponen udara alamiah
contohnya : C02 yang meningkat diatas konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak biasanya
terdapat diudara seperti Pb dan lain-lain.

2.    Polutan Udara Sekunder

Suatu senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil reaksi antara zat polutan primer
dengan komponen udara alamiah. Hal yang perlu diingat bahwa tingkat bahaya zat-zat pencemar
tidak semata-mata tergantung pada nilai konsentrasinya. Secara tersendiri, pengukuran
konsentrasi tidak berhubungan langsung dengan bahaya yang ditimbulkan oleh zat pencemar.
Artinya 2 zat pencemar yang berbeda dengan konsentrasi yang sama, kemampuan untuk
menyebabkan gangguan/bahaya tidak sama. Atau sebaliknya konsentrasi dari 2 zat pencemar
yang berbeda mungkin mempunyai efek bahaya yang relatif sama. Sebagi contoh konsentrasi 2
ppmsulfur dioksida di udara dapat memberi dampak bahaya yang sama seperti
konsentrasi karbon monoksida sebesar 50 ppm.

D.    BAKU MUTU KUALITAS UDARA

Pengelolaan sumber daya udara, sebagaimana halnya dengan sumber daya pada
umumnya, perlu dinaungi oleh iklim yang mengizinkan dilakukannya tindakan-tindakan untuk
pengelolaan tersebut. Iklim ini dapat tercipta setalah dibuat peraturan ataupun perundang-
undangan yang mengatur semuanya itu. Undang-Undang di Indonesia yang saat ini mengatur
lingkungan secara umum adalah Undang-Undang nomor : 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan PP RI nomor : 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Di dalam PP dan UU tersebut dikenal ada dua baku mutu udara yaitu : Baku Mutu Udara
Ambien dan Baku Mutu Udara Emisi. Dengan diberlakukannya bakumutu udara ambien ,maka
berarti udara yang mengandung unsur-unsur melebihi standar akan disebut
tercemar.  Diharapkan setiap polutan yang ada diudara tidak melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan sehingga diharapkan tidak akan terjadi gangguan kesehatan terhadap manusia, hewan,
tumbuhan, maupun harta benda.

Baku mutu Emisi adalah suatu standar atau angka yang diperbolehkan oleh emisi seperti
cerobong asap pabrik, emisi kendaraan bermotor dan kualitas bahan bakar.

E.  DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN

          Polutan-polutan udara beresiko terhadap kesehatan manusia. Efek kesehatan terhadap


manusia dipengaruhi oleh intensitas dan lamanya keterpajanan, selain itu juga dipengaruhi oleh
status kesehatan penduduk terpajan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa tingkat polutan
yang tinggi cukup berbahaya bagi anak-anak, orang yang telah lanjut usia, penduduk miskin
yang biasanya tinggal di daerah polusinya cukup tinggi dan bagi penderita penyakit jantung dan
saluran pernafasan.
          Akan tetapi tidaklah mudah untuk menghubungkan antara polutan dengan terjadinya suatu
penyakit atau terjadinya kematian. Hal ini disebabkan faktor-faktor sebagai berikut :

a.    Jumlah dan keanekaragaman zat pencemar

b.    Kesulitan dalam mendeteksi zat pencemar yang membahayakan pada konsentrasi rendah

c.    Interaksi sinergik antara zat-zat pencemar

d.    Kesulitan dalam mengisolasi factor-faktor tunggal, bilamana masyarakat terpajan terhadap


sejumlah besar zat/senyawa kimia selama bertahun-tahun.

e.    Catatan penyakit dan kematian yang tidak lengkap dan kurang dapat dipercaya

f.     Penyebab jamak dan panjangnya masa inkubasi dari penyakit-penyakit

g.    Masalah dalam ekstrapolasi hasil percobaan laboratorium binatang ke manusia.

Berikut ini beberapa polutan yang dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia
yaitu :

1.    SO2

Studi di London dan New York menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata setiap SO2 dan


asap diatas 500 mikron gram M3 berhubungan dengan peningkatan data mortalitas, 250 mikron
gram M3 mengakibatkan peningkatan penyakit saluran pernafasan akut. Disamping itu juga
SO2 ini juga dapat menyebabkan penyakit  bronchitis dan trachetis, jika keterpajanannya cukup
lama akan mengakibatkan bronchitis kronik.

2.    CO

Jika karbon monoksida terhirup oleh manusia dapat menyebabkan gangguan kesehatan
sebagai berikut :

·         Gangguan keseimbangan, refleksi, sakit kepala ringan, dan kelelahan dengan keterpajanan
CO selama 1 jam atau lebih dengan konsentrasi 50 – 100 ppm
·         Menyebabkan sakit kepala yang cukup berat, pusing, koma, kerusakan sel otak dengan
keterpajanan selama 2 jam dan konsentrasi CO sebesar 250 ppm.

·         Keterpajanan CO selama 1 jam dengan konsentrasi 750 menyebabkan kehilangan


kesadaran, keterpajanan 3-4 jam akan menyebabkan kematian.

3.    Penurunan Lapisan Ozon

Penurunan 1 % lapisan ozon dapat mengakibatkan peningkatan radiasi ultraviolet yang


mencapai bumi 1-3 %. Akibat dari penurunan konsentrasi lapisan ozon di stratosfir dapat
mengakibatkan :

·         Meningkatkan penderita kanker kulit antara 2-5 % untuk setiap penurunan 1 % lapisan
ozon.

·         Peningkatan kasus-kasus luka bakar kulit pada kulit yang tidak terlindung.

·         Merusak spesies tanaman dan spesies laut

·         Penurunan hasil panen dari beberapa sumber pangan penting seperti jagung, beras,
gandum.

·         Mengakibatkan pola perubahan iklim yang tidak beraturan.

4.    Pemanasan Global

Dampak terhadap kesehatan secara langsung belum diketahui, namun pemanasan global
dapat menyebabkan :

·         Perubahan penyebaran curah hujan dan turunya salju di sebagian besar permukaan bumi
sehingga mengakibatkan tanah menjadi tidak subur dan tidak produktif

·         Mencairnya bongkahan es di daerah kutub mengakibatkan peningkatan permukaan laut


lebih kurang 2,4 meter pada tahun 2100 sehingga memungkinkan banjir pada kota-kota di tepi
pantai dan daerah industri.
F.  PENGENDALIAN POLUSI UDARA

Dalam pengendalian pencemaran baik itu pencemaran terhadap tanah air, lingkungan
hidup dan udara perlu didukung oleh perangkat Undang-Undang, PP, Permenkes, maupun Perda.
Dengan adanya aturan yang jelas dari pemerintah maka diharapkan semua tindakan yang dapat
menimbulkan pencemaran dapat ditindak secara tegas. Hal ini diharapkan agar nantinya seluruh
lapisan masyarakat mengerti dan merasa takut bila kegiatan yang dilaksanakan baik itu usaha
atau kegiatan lain yang dapat menyebabkan tercemarnya udara. Sebagai contoh kebijakan
Pemerintah dalam hal membatasi pencemaran udara telah disusun Undang-Undang maupun PP
diantaranya adalah sebagai berikut :

·         Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

·         PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

·         PP nomor 4 tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran
Lingkungan Hidup yang berkaitan Dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan.

·         PP Nomor 27 tahun 1999 tenatang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

·         Dan masih banyak lagi aturan yang telah di terbitkan oleh pemerintah yang ada kaitannya
dengan Pencemaran Udara.
BAB III

HUKUM PENCEMARAN UDARA

A.  REFERENSI HUKUM

Referensi hukum pencemaran udara didasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945


pasal 5 ayat (2), UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan lingkungan hidup, dan PP Nomor
41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Berdasarkan ketiga sumber hukum
tersebut dapat diuraikan menjadi 3 aspek pokok pencemaran udara yaitu :

1.  Aspek Kejadian

Dalam definisi pencemaran udara terdapat kata-kata : mahluk hidup, zat, energi dan atau
konponen lain. Mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain sebagaimana dimaksud di atas
merupakan suatu potensial yang apabila masuk (sengaja atau tak sengaja) ke dalam udara dapat
menyebabkan peruntukan kualitas udara sampai pada tingkat tercemar.

2.  Aspek Penyebab atau Pelaku

Pada kenyataannya bahwa pencemaran udara selain dapat disebabkan oleh perbuatan
manusia juga dapat disebabkan oleh proses alam (seperti meletusnya gunung berapi, terbakar
hutan akibat naiknya panas bumi), namun peraturan ini yang dimaksud dengan pencemaran
udara tidak termasuk yang disebabkan oleh peristiwa alam, karena pengertian pencemran udara
berimplikasi hukum pada pelakuknya, yakni : kewajiban pengendalian pencemaran udara yang
diakibatkan oleh pelakunya. Sedangkan pencemaran yang diakibatkan oleh peristiwa alam tidak
dapat dikenakan kewajiban hukum karena tidak ada yang dapat disalahkan dalam kasus ini.
Peristiwa pencemaran udara oleh alam tidak dikenai sanksi hukum namun Pemerintah harus
menanggulangi pencemaran udara tersebut karena hal tersebut dapat berdampak terhadap
kesehatan manusia.
3.  Aspek Akibat

Dalam definisi pencemaran udara dinyatakan bahwa diindikasikan telah terjadi


penurunan kualitas udara sampai ke tingkat tertentu. Oleh karena itu maka kualitas udara dan
tingkat tertentu tersebut perlu diperjelas dengan menetapkan tolok ukurnya seperti baku mutu
udara. Tingkat tertentu tersebut didasarkan pada keberfungsian udara. Dalam penerapannya,
untuk mengetahui atau untuk membuktikan apakah suatu udara tercemar atau tidak tercemar,
aspek akibat merupakan bagian yang sangat penting dalam pencemaran udara. Pengertian tingkat
tertentu dalam definisi tersebut, adalah tingkat kualitas udara yang menjadi batas antara udara
tercemar atau tidak tercemar. Tingkat tidak tercemar adalah tingkat keadaan kualitas udara
belum sampai ke batas baku mutu yang telah ditetapkan. Sedangkan tingkat tercemar adalah
keadaan kualitas udara yang telah melewati batas baku mutu udara.

  

B.  PENEGAKAN HUKUM  

        Pengelolaan udara adalah suatu tindakan atau upaya memelihara kualitas udara termasuk
tindakan pengaturan yang didalamnya meliputi tindakan-tindakan hukum terhadap perbuatan-
perbuatan baik individu maupun badan hukum yang berakibat tercemar dan menurunnya kualitas
udara. Penegakan hukum dilaksanakan melalui berbagai jalur dengan berbagai sanksinya seperti
sanksi administrasi, sanksi perdata, dan sanksi pidana. Penegakan hukum juga merupakan
kewajiban dari seluruh masyarakat dan untuk ini pemahaman tentang hak dan kewajiban menjadi
syarat mutlak.

Masyarakat bukan penonton bagaimana hukum ditegakkan, akan tetapi masyarakat aktif
berperan dalam penegakan hukum. Masyarakat yang tidak membakar hutan telah ikut melakukan
penegakan hukum, karena dengan membakar hutan adalah merupakan suatu pelanggaran.
Penyidikan serta pelaksanaan sanksi administrasi atau sanksi pidana merupakan bagian akhir dari
penegakan hukum, yang perlu ada terlebih dulu adalah penegakan preventif, yaitu pengawasan
atas pelaksanaan peraturan.  Pengawasan preventif ini ditujukan kepada pemberian penerangan
dan saran serta upaya meyakinkan seseorang dengan bijaksana agar beralih dari suasana
pelanggaran ke tahap pemenuhan ketentuan peraturan. Dari uraian tersebut dapat diambil
kesimpulan, bahwa upaya yang lebih dahulu dilakukan adalah yang bersifat compliance,
pengawasan preventifnya.

Penegakan hukum di bidang lingkungan hidup termasuk udara merupakan bagian dari
penegakan hukum (law enforcement) dan arti keseluruhan adalah meliputi penyidikan,
penuntutan, sampai dengan tingkat pemeriksaan di pengadilan serta pelaksanaan putusan hakim
atas perkara-perkara pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan lingkungan hidup atau
PP no 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara. Penegakan hukum lingkungan
hidup dalam bentuk yustisial atau dengan melalui proses pengadilan untuk dapat menghasilkan
suatu keluaran (output) yang mencerminkan tuntutan rasa keadilan masyarakat diperlukan suatu
sistem yang dilandasi adanya komitmen yang kuat diantara penegak hukum terkait yang disebut
Sistem Peradilan Pidana Terpadu (Integrated Criminal Justice System).

Dalam sistem peradilan pidana terpadu, kasus-kasus lingkungan hidup atau kasus
pencemaran udara didalamnya termasuk proses penuntutan yaitu berupa pelimpahan suatu berkas
perkara pelangaran-pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan lingkungan hidup ke
pengadilan berwenang.

Diperlukan "pemahaman yang sama" dari seluruh aparat penegak hukum dalam


permasalahan-permasalahan hukum yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, yaitu masalah pencemaran udara. Hendaknya dari setiap kasus tersebut perlu adanya
pemahaman dari penegak hukum, Polisi, PPNS, Jaksa Penuntut Umum, dan Hakim.
Terjadinya  perbedaan pemahaman yang bertentangan dengan tuntutan rasa keadilan masyarakat
tidak akan mendukung terwujudnya prinsip-prinsip Integrated Criminal Justice tapi sebaliknya
akan dapat menimbulkan suatu kondisi yang tidak kondusif bagi Sistem Peradilan Pidana
Terpadu tersebut atau akan dapat memunculkan suatu kondisi yang dikatakan "disintegrated
criminal justice system" (sistem peradilan pidana yang tidak terintegrasi).  Diperlukan komitmen
bersama diantara penegak hukum baik Penyidik, Penuntut Umum, maupun Hakim dengan tujuan
utama dari penegakan hukum lingkungan .
C. TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP

Tindak pidana pada dasarnya adalah setiap tindakan manusia baik dengan berbuat sesuatu
atau dengan tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan suatu peraturan perundang-
undangan tertentu dan adanya sanksi tertentu bagi siapa saja yang melanggarnya.

Tindak Pidana Lingkungan Hidup adalah merupakan perbuatan manusia baik yang secara
aktif (criminal by commission) ataupun pembicaraan (criminal by omission) yang
mengakibatkan rusaknya atau yang secara potensial dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
atau keamatian dan hal tersebut perlu adanya sanksi (ancaman) tertentu baik berupa pidana
penjara/kurungan, denda atau sanksi lainnya bagi pelanggar yang menyebabkan kualitas udara
tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ada 3 (tiga) hal yang esensial dalam setiap
tindak pidana yaitu :

v  Adanya subjek hukum (orang atau badan hukum) penyebab tindak pidana

v  Adanya suatu perbuatan

v  Adanya ancaman atau sanksi bagi orang atau subjek hukum yang melakukan suatu perbuatan
dan dilarang oleh suatu ketentuan perundang-undangan tertentu.

Untuk sanksi atau ancaman yang dapat dikenakan terhadap pelaku tindakan pokoknya adalah
berupa :

v  Pidana penjara

v  Pidana kurungan

v  Pidana denda

v  Pidana/tindakan administrative
D. LANDASAN HUKUM

Bahwa untuk melakukan tindakan hukum yang berupa tindakan dengan kualifikasi "PRO
YUSTITIA" atau untuk kepentingan Proses Peradilan dalam perkara-perkara tindak pidana
lingkungan hidup termasuk pencemaran udara perlu diketahui terlebih dahulu tentang ketentuan-
ketentuan hukum (perundang-undangan) apa saja yang menjadi dasar/landasan bagi aparat
penegak hukum untuk dapat terselenggaranya proses peradilan pidana dalam perkara pidana
lingkungan hidup atau kasus terhadap pencemaran udara.

Landasan hukum dimaksud adalah persyaratan bagi aparat penegak hukum bagi Penyidik
POLRI/PPNS LH, Jaksa Penuntut Umum maupun Pengadilan/Hakim untuk dapat melakukan
fungsi dan wewenang sebagaimana mestinya yang tidak akan menimbulkan permasalahan-
permasalahan yang dapat meresahkan masyarakat umum atau tidak terjadi penyalahgunaan
wewenang (abuse of power).

Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar hukum sebagai berikut :

1.    Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang "Pengelolaan Lingkungan Hidup" sebagai


penyempurnaan dari Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang "Ketentuan-ketentuan Pokok
Lingkungan Hidup" (Hukum Materiil)

2.    PP nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

3.    Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) (Hukum Formil)

4.    Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

5.    Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
(diundangkan pada tanggal 12 Agustus 1999 dalam Lembaran Negara No. 138 Tahun 1999)

6.    Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun
1992 No. 115, Tambahan Lembaran Negara 501);

7.    Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun
2000-2004;

8.    Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3853);

9.    Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3982);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan


Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
BAB  IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.   KESIMPULAN

Dari uraian diatas tentang studi literature mengenai pencemaran udara dapat penulis simpulkan
hal-hal sebagai berikut :

1.    Pencemaran udara terdiri dari 2 sumber yaitu : berasal dari alam itu sendiri dan berasal dari
aktivitas manusia.

2.    Pulusi udara dapat terjadi baik didalam ruangan maupun dalam ruangan.

3.    Kontribusi pencemaran udara yang paling besar adalah berasal dari kendaraan bermotor
setelah itu pabrik dan kegiatan lain yang dilakukan oleh manusia.

4.    Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan manusia, bahkan dapat
menimbulkan kematian.

5.    Pengendalian Pencemaran perlu segera dilakukan agar pencemaran udara tidak menyebar
lebih luas lagi.

6.    Setiap pelaku yang dapat menimbulkan kualitas udara tidak berfungsi sebagaimana mestinya
bahkan dapat menimbulkan kematian terhadap manusia perlu dilakukan upaya hokum yang
seadil-adilnya agar kasus tersebut tidak terulang lagi.

7.    Untuk melakukan upaya hukum terhadap pencemaran udara perlu adanya komitmen yang
sama diantara penegak hokum seperti : Jaksa, Hakim, Polisi, PPNS maupun masyarakat.

8.    Dalam penegakan hukum termasuk hukum lingkungan hendaknya tidak pandang bulu baik
itu dilakukan oleh pemerintah sendiri maupun pengusaha yang kaya harus dilakukan tindakan
yang sama.
B.   SARAN-SARAN

1.    Perlu adanya penegakan hukum secara jelas kepada pihak-pihak yang telah mencemari
udara.

2.    Agar setiap pencemaran udara segera ditanggulangi agar tidak menyebar.

3.    Perlu adanya usaha-usaha penyuluhan terhadap masyarakat bahka setiap tindakan yang
dapat merugikan kehidupan manusia dapat dihukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku
termasuk pencemaran terhadap udara.

4.    Hendaknya sanksi terhadap pelaku pencemaran udara dapat diterapkan agar kegiatan serupa
tidak terulang lagi.
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com/pengertian dan jenis pencemaran udara

www.google.com/hukum lingkungan pencemaran udara

Anda mungkin juga menyukai