Air Dan Polusi Air
Air Dan Polusi Air
Pada air laut kation utamanya adalah Na+ dan anion utamanya adalah Cl. Pada air
tawar, Ca2+ dan Mg2+ merupakan kation utama, sedangkan anionnya adalah HC03-.
Ion-ion pada air tawar berasal dari pelapukan batu-batuan dan tanah.
Siklus Hidrologi
Secara sederhana gambar 4.1 memperlihatkan siklus air di bumi. Air di bumi
secara terus-menerus mengalami siklus melalui proses penguapan, transpirasi, kondensasi
dan presipitasi. Pendistribusian air melalui siklus yang tidak henti ini dimotori oleh peran
energi matahari dan gaya gravitasi bumi. Panas matahari menghangatkan permukaan
bumi dan menyebabkan air dari danau, sungai lautan dan bagian-bagian hidrosfir lain
mengalami penguapan (evaporasi).
Demikian pula tanaman-tanaman mengalami transpirasi. Uap air yang terjadi
masuk ke dalam atmosfir mengalami pendinginan sehingga terjadi kondensasi dan
membentuk awan. Awan ini terbawa oleh angin ke bagian lain dari bumi. Molekul--
molekul air yang terdispersi menempel pada partikel-partikel debu yang ada di atmosfir
bergabung membentuk butiran-butiran air yang seterusnya setelah mencapai berat yang
cukup untuk jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan. Presipitasi ini dapat berupa hujan,
salju, embun tergantung pada kondisi lingkungannya. Sebagian dari hujan ini jatuh
langsung ke daerah hidrosfir, yang lainnya jatuh di atas tanah atau batu-batuan. Sebagian
dari air ini mengalir melalui permukaan menuju sungai atau danau dan sebagian lainnya
meresap ke dalam tanah. Air yang meresap ke dalam tanah ini mencapai lapisan yang
kedap air dan disebut air tanah (ground water). Selanjutnya secara perlahan air tanah ini
meresap menuju hidrosfir untuk melengkapi siklusnya.
Gambar 1 Siklus Hidrologi
Sifat-sifat Air
Air merupakan senyawa paling dikenal dan memegang peranan penting dalam
kehidupan di bumi adalah zat cair yang memiliki sifat-sifat istimewa dan unik yang
berpangkal dari adanya ikatan hidrogen. Walaupun ikatan hidrogen ini lebih lemah dari
ikatan ionik ataupun ikatan kovalen akan tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisika
dari air, baik dalam keadaan padat maupun cair sangatlah penting.
H H H H
O O
H H
O
H H H H
O O
Dalam keadaan padat (es) gerakan molekul-molekulnya minimal dan
molekul-molekulnya terorientasi sedemikian rupa sehingga terbentuk ikatan hidrogen
yang maksimal. Molekul-molekulnya tersusun dalam heksagonal beraturan membentuk
struktur tiga dimensi yang teratur dan kuat. Rongga yang terjadi pada susunan ini
besarnya ditentukan oleh sudut ikatan dari molekul-molekul air. Akibat terjadinya rongga
ini maka volume es lebih besar dari bentuk cairnya. Akibatnya jarak molekul molekul air
pada keadaan cair lebih rapat daripada dalam keadaan padat (es).
Gambar 2 Diagram titik didih senyawa hidrogen dari unsur-unsur golongan VIA
Tingginya titik didih air ini adalah akibat adanya ikatan hidrogen di antara
molekul-molekul H2O ini; sedangkan pada senyawa-senyawa lainnya keberadaan ikatan
hidrogen ini tidak signifikan.
Pada penguapan air dari cair menjadi uap, diperlukan energi tambahan dalam
bentuk panas untuk memutuskan ikatan hidrogen ini; sehingga titik didih air menjadi jauh
lebih tinggi dari yang diprediksikan.
Seandainya air memiliki titik didih seperti yang diprediksikan (sekitar –80 oC)
maka pada temperatur rata-rata dari permukaan bumi ini akan berada dalam bentuk uap
sehingga kehidupan di bumi tidak mungkin berlangsung.
Air juga mempunyai titik lebur yang tinggi karena diperlukan sejumlah energi
dalam bentuk panas untuk memutuskan ikatan hidrogen agar terjadi perubahan dari
bentuk padat (es) menjadi bentuk cair.
Kapasitas Panas
Kapasitas panas adalah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1
gram senyawa sebesar 1oC. Ternyata air mempunyai kapasitas panas paling tinggi yaitu 1
kalori untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1oC.
Dari batasan di atas, makin tinggi kapasitas panas suatu senyawa makin kecil
kenaikan temperaturnya bila menyerap sejumlah panas tertentu dari makin kecil
penurunan temperaturnya bila melepaskan sejumlah panas yang sama.
Sifat ini besar sekali implikasinya terhadap iklim di bumi; sebab dengan adanya
sifat ini lautan mampu menyerap panas dalam jumlah yang sangat besar tanpa mengalami
kenaikan temperatur yang berarti. Dengan kata lain, air mampu meredam terjadinya
perubahan temperatur yang drastis di muka bumi.
Panas peleburan yaitu panas yang diperlukan oleh 1 gram zat padat untuk berubah
menjadi cair pada titik lelehnya. Sebaliknya sejumlah panas yang sama akan dilepaskan
pada perubahan 1 gram zat zair menjadi zat pada pada titik bekunya.
Panas peleburan yaitu panas yang diperlukan oleh 1 gram zat cair untuk berubah
menjadi uap pada titik didihnya. Sejumlah panas yang sama dilepaskan pada
pengembunan 1 gram uap menjadi cair pada titik didihnya.
Pada proses peleburan, terjadi penyerapan panas tetapi temperatur tidak
meningkat sampai seluruhnya meleleh. Sebaliknya pada proses pembekuan, panas
dilepaskan ke lingkungan tetapi temperatur tidak turun sampai seluruhnya membeku.
Demikian pula halnya pada proses penguapan dan pengembunan, tidak terjadi perubahan
temperatur sampai prosesnya selesai.
Karena peleburan dan panas penguapan terkait dengan kapasitas panas maka tidak
heran kalau air mempunyai panas peleburan dan panas penguapan yang lebih tinggi dari
senyawa-senyawa lainnya. Hal ini juga akibat dari adanya ikatan hidrogen pada
molekul-molekulnya. Pada proses peleburan es maupun penguapan air diperlukan energi
panas untuk memutuskan ikatan hidrogen tersebut. Untuk menguapkan sejumlah kecil air
diperlukan energi panas yang relatif besar. Kenyataan ini mempunyai arti yang penting
bagi manusia karena dengan adanya penguapan sedikit air dari kulit (berkeringat) dapat
menurunkan suhu tubuh secara efisien. Dengan demikian tubuh hanya kehilangan air
relatif kecil sehingga tidak menimbulkan goncangan kesetimbangan cairan tubuh.
Panas penguapan yang tinggi dari air ini juga mempengaruhi iklim dari bumi.
Pada musim panas air menguap dari permukaan badan air seperti lautan, danau, dan
sebagainya. Panas yang diperlukan untuk penguapan ini diambil dari lingkungan di
sekelilingnya, sehingga daerah di sekitamya terasa sejuk. Pada musim dingin, pada waktu
air membeku terjadi pelepasan panas sehingga daerah sekitarnya terasa lebih hangat.
Kelarutan jenuh oksigen pada 25oC dalam air dapat diperhitungkan secara
sederhana dengan berpegang pada tekanan udara 1 atm dan tekanan uap air pada 25 oC
0,0313 atm dan udara kering mengandung 20,95% volume oksigen.
Dari ketentuan diatas, tekanan parsial oksigen didapatkan dari perhitungan :
PO2= 20,95 x 10-2 x (1,0000 - 0,0313 atm) = 0,2029 atm.
Seanjutnya berdasarkan hukum Henry konsentrasi molar dari oksigen terlarut :
(O2 (aq)) = k. P O2
= 1,28 x 10-3 mol 1-1 atm-1 x 0,2029 atm
= 2,60 x 10-4 mol 1-1
Karena massa molekul O2 = 32 maka kelarutannya menjadi :
(2,60 x 10-4 mol 1-1 ) x 32 g/mol = 8,32 mg/L atau 8,32 ppm.
Adanya NaN3 :
2NaN3 + H2SO4 Na2SO4 + 2 HNO3
HNO2 + HNO3 N2 + N2O+ H2O
Perhitungan kadar :
Oksigen terlarut (mg/L) = V x N/Vo
N = Normalitas;
V = Volume Na2S2O3;
VO = Volume cuplikan.
Selama penetapan sebaiknya dialirkan gas N2, dan gangguan akan terjadi oleh
adanya garam-garam besi, kromat, hipoklorit, klor bebas, tanin, lignin dan asam humat.
Metode pengukuran oksigen terlarut dengan metode elektrokimia memiliki prinsip
reduksi gas oksigen pada katoda akan menyebabkan timbulnya arus yang besarnya
proporsional dengan tekanan parsial dari oksigen dalam larutan. Prinsip kerjanya dengan
membuat arus baku dengan mengukur air yang jenuh dengan udara, kemudian dilakukan
penetapan dengan pembanding yang memberikan ekspresi hasilnya dengan kadar oksigen
dalam % konsentrasi jenuh. Jika menghendaki kadar dalam mg/L maka digunakan tabel
transformasi.
Tabel 3 Konsentrasi jenuh kelarutan Oksigen dalam Air dalam
berbagai temperatur
Temperatur (C) Air Tawar (mg/L) Air Laut (mg/L)
0 14,6 11,3
5 12,8 10,1
10 11,3 9,0
15 10,1 8,2
20 9,2 7,4
25 8,3 6,7
30 7,6 6,1
35 6,9 5,5
Sumber: Greg Laidler(1991)
Banyaknya gas oksigen (mg/ml) yang dapat digunakan untuk mengoksidasi
senyawa organik dan anorganik yang bisa teroksidasi dalam air disebut kebutuhan
oksigen kimiawi atau chemical oxygen demand = COD. Angka COD dapat digunakan
untuk mengevaluasi O2 yang dapat digunakan untuk mengoksidasi garam anorganik dan
organik dalam cuplikan, baik yang mengalami biodegradesi maupun yang tidak.
Prinsip kerja penentuan COD adalah dengan oksidasi cuplikan dengan K 2Cr2O7
yang berlebihan pada suasana asam dan suhu didih. Dilakukan penambahan katalisator
Ag2SO4 dan zat pengkompleks HgSO4. Kelebihan bikromat dititrasi dengan larutan ferri
ammoniumsulfat. Lima puluh ml cuplikan air yang sebelumnya disaring atau didekantasi
ditambah dengan 1 gram HgSO4 dan 5 ml H2SO4 dan ditunggu sampai larut dan tidak ada
endapan AgCl yang terjadi kemudian ditambahkan 25 ml larutan K 2Cr2O7 0,25 N dan 70
ml H2SO4. Setelah itu dipanaskan dengan sistem pendingin balik selama 2 jam kemudian
diencerkan dengan air. Selanjutnya ditambahkan indikator (Ferroine) dan dititrasi dengan
larutan baku Ferri ammoniumsulfat.
Jumlah oksigen total dalam mg/L yang dapat digunakan untuk reaksi kimia sebagai
berikut :
C + O2 CO2
4 H + O2 H2O
N + O2 NO + NO2
S + O2 SO2 +SO3
P + O2 P2O5
Pengerjaannya adalah dengan prinsip kerja fisis yaitu dengan melewatkan air ke
dalam tanur pemanas bertemperatur tinggi (900oC). Zat yang dapat dioksidasi akan
teroksidasi secara sempurna pada suhu tersebut.
Jumlah oksigen dalam mg/L yang dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk
menguraikan dan menstabilkan sejumlah senyawa organik dalam air melalui proses
oksidasi biologis aerobik dikenal dengan istilah BOD.
Setelah diinkubasi selama 5 hari maka hasil penetapan tersebut disebut BOD 5. Jadi
jumlah oksigen dalam mg/L yang diperlukan dalam kondisi penetapan inkubasi selama 5
hari dalam suhu 20oC dalam kegelapan menyatakan degradasi zat organik terhadap
oksigen melalui cara biologis.
Sebenarnya oksidasi senyawa organik secara biologis yang sempurna dapat terjadi
dalam waktu 21-28 hari, namun biasanya penetapan dilakukan dengan BOD5. Hal ini
dilakukan karena sudah dapat diketahui bahwa tahap oksidasi yang berlangsung sebesar
70%, dan menunggu sampai 21-28 hari untuk suatu analisa yang memerlukan waktu
cepat, terlalu lama dalam waktu 5 hari bakteri-bakteri nitrogen hampir secara sempurna
telah menggunakan oksigen yang ada :
NH4+ NO2- NO3-
Cara penetapan BOD5 mengikuti prosedur seperti berikut. Sejumlah volume
tertentu dari cuplikan dimasukan ke dalam labu takar dengan diencerkan dengan air yang
telah jenuh dengan oksigen. Derajat keasaman dibuat netral, kemudian cuplikan dibagi
menjadi dua bagian dan dimasukan ke dalam tabung inkubasi tanpa ada gelembung udara
yang tersisa salah satu cuplikan ditetapkan nilai oksigen terlarutnya (DO) sedangkan
tabung yang lainnya diinkubasi dalam almari inkubasi dalam kondisi gelap dan suhu
inkubasi 20oC selama 5 hari. Setelah itu cuplikan yang diinkubasi ditetapkan kandungan
oksigennya (DO). Perbedaan harga DO dari yang diinkubasi dengan cuplikan yang tidak
diinkubasi adalah nilai BOD5 cuplikan tersebut.
Pada proses penetapan BOD5 ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi yakni:
gangguan cahaya yang dapat menyebabkan proses fotosintesa sehingga kadar oksigen
bertambah, perubahan suhu, pH, elemen-elemen toksis, dan timbulnya gelembung udara
pada proses pengerjaan pengukuran.
Untuk lebih memastikan nilai BOD5 suatu cuplikan perlu dilakukan perbandingan
dengan larutan standar glukosa 300 mg/L (nilai BOD = 224 mg) atau dengan larutan
standar asam glutamat 300 mg/L (nilai BOD 217 mg). Jika nilai COD<BOD 21, maka
cuplikan yang diperiksa berisi zat-zat organik yang bisa terbiodegradasi. Perbandingan
nilai COD:BOD5 untuk limbah rumah tangga sebesar 1,5, sedangkan untuk limbah
industri sebesar 2,2.
[H+] [HCO3-]
Ka1 = ––––––––––––––– = 4,45 x 10-7 (5)
[CO2]
pKal = 6,35
[H+] [CO32-]
Ka2 = ––––––––––––––– = 4,69 x 10-11 (7)
[HCO3-]
pKa2 = 10,33
Dari sistem CO2-, HCO3-, CO32- ini bentuk yang dominan ditentukan oleh pH. Distribusi
spesies-spesies dari sistem tersebut dapat dibuat diagram dengan pH sebagai variabel
utama.
Fraksi-fraksi dari sistem diatas dinyatakan dengan x seperti persamaan berikut :
[CO2]
CO2 = –––––––––––––––––––––––– (8)
[CO2] + [HCO3-] + [CO32-]
[HCO3-]
HCO3- = –––––––––––––––––––––––– (9)
[CO2] + [HCO3-] + [CO32-]
[CO32-]
CO32- = –––––––––––––––––––––––– (10)
[CO2] + [HCO3-] + [CO32-]
[H+]2
COx = –––––––––––––––––––––––– (11)
[H+]2 + Ka1[H+] + Ka2 Ka1
Ka1 [H+]
HCO3- = –––––––––––––––––––––––– (12)
[H+]2 + Ka1[H+] + Ka2 Ka1
Ka2 Ka1
CO 3
2-
= –––––––––––––––––––––––– (13)
[H+]2 + Ka1[H+] + Ka2 Ka1
* CO2 = HCO3-
** HCO3- maksimum; CO2 = CO32-
*** HCO3- = CO32-
Gambar.4 Diagram distribusi dari jenis-jenis zat dalam sistem CO2-, HCO3-, CO32-
dalam air
Diagram di atas menunjukkan bahwa dalam air alami yang kisaran pHnya di
daerah netral ion bikarbonat merupakan fraksi yang dominan, sedangkan pada pH yang
lebih asam fraksi CO2 yang lebih banyak.
Berdasarkan asumsi kandungan CO2 dalam udara kering sebesar 0,0314 %
volume dan tekanan uap air pada 25oC 0,0313 atm maka konsentrasi fraksi-fraksi sistem
CO2-, HCO3-, CO32- dan total CO2 yang terlarut dapat diperhitungkan sebagai berikut :
Dari ketentuan di atas, tekanan parsial CO2 pada 25oC :
Pco2 = 0,0314 x 10-2 x ( 1,0000 - 0,0313 atm)
= 3,04 x 10-4 atm
Berdasarkan hukum Henry :
[CO2] = k . P CO2 (14)
[CO2] = (3,38 x 10-2 mol 1-1 atm-1) (3,04 x 10-4 atm)
= 1,028 x 10-5 mol 1-1 atau 1,028 x 10-5 M
Selanjutnya total CO2 terlarut adalah jumlah dari konsentrasi CO 2 bebas dengan
konsentrasi [HCO3-] yaitu (1,028 x 10-5 + 0,214 x 10-6)M = 1,242 x 10-5M.
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa air murni yang berada dalam
kesetimbangan dengan udara yang normal akan bersifat sedikit asam dengan pH sedikit
di bawah 7.
Alkalinitas
Alkalinitas dari suatu badan air dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari
badan air tersebut menerima proton (ion H+). Alkalinitas mempunyai arti penting
terutama dalam masalah-masalah yang berkait dengan proses pengolahan air ataupun
masalah-masalah kimia dan biologi dari perairan alami. Dengan mengetahui alkalinitas
suatu badan air seringkali permasalahan jumlah zat-zat kimia yang harus ditambahkan ke
dalam badan air dapat diatasi. Begitu pula dapat diprediksikan kandungan padatan yang
terlarut dalam badan air tersebut sehingga hal ini membantu penentuan kegunaannya.
Sebagai contoh badan air yang alkalinitasnya tinggi pada umumnya mengandung padatan
yang cukup tinggi pula. Badan air seperti ini tidak baik digunakan untuk pengisi ketel
uap, pengolahan makanan ataupun sisten saluran air perkotaan.
Alkalinitas juga merupakan parameter dari kandungan karbon anorganik suatu
badan air yang memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ganggang
dan biota akuatik lainnya. Oleh karena itu alkalinitas sering digunakan oleh para ahli
biologis sebagai ukuran kesuburan air.
Umumnya, spesies-spesies yang bersifat basa yang menentukan alkalinitas dalam
air adalah ion bikarbonat, ion karbonat dan ion hidroksida :
HCO3- + H+ CO2 + H2O
CO32- + H+ HCO3-
OH- + H+ H2O
Spesies yang bersifat basa lainnya, yang biasanya konsentrasinya rendah adalah
ammonia, basa konyugat dari asam-asarn fosfat, silikat, borat, dan asam-asam organik.
Alkalinitas air dapat dinyatakan dengan Alkalinitas fenolftalin atau dapat juga
dengan Alkalinitas total. Alkalinitas fenolftalein ditetapkan secara titrimetri dengan asam
menggunakan indikator fenolftalein. Titik akhir dicapai pada pH 8,1. Sesuai dengan
diagram distribusi (periksa gambar 4) maka pada keadaan ini fraksi yang dominan adalah
HCO3-. Sedangkan alkalinitas total ditetapkan dengan menggunakan indikator metil
jingga yang titik akhirnya dicapai pada pH 4,3. Pada pH ini fraksi yang dominan adalah
CO2. Dalam kaitannya dengan pembahasan di atas maka perlu dimengerti perbedaan
antara alkalinitas dengan basisitas. Basisitas merupakan faktor intensitas yang dinyatakan
dengan pH sedangkan alkalinitas merupakan faktor kapasitas yang menyatakan
kemampuan untuk menerima proton. Air yang mempunyai basisitas tinggi berarti pH nya
tinggi, sedangkan yang alkalinitasnya tinggi berarti kemampuannya yang tingggi dalam
menerima proton. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, bandingkan contoh
berikut ini :
1. Larutan 1,00 x 10-3 M NaOH mempunyai pH 11 mewakili larutan yang basisitasnya
tinggi. Untuk menetralkan larutan ini diperlukan 1,00 x 10-3 M asam. Dengan kata
lain larutan ini hanya mampu menerima 1.00 x 10-3 M proton.
2. Larutan 0,1 M NaHCO3 mempunyai pH 8,34 untuk menetralkan larutan ini
diperlukan 0,1 M asam atau larutan ini mampu menerima 0,1 M proton.
Jika antara kedua larutan di atas dibandingkan maka larutan 1 mempunyai basisitas yang
lebih tinggi tetapi alkalinitasnya lebih rendah dibandingkan larutan 2.
Alkalinitas suatu badan air sering dinyatakan dalam satuan mg/L CaCO3.
Berdasarkan reaksi penetralannya dengan asam :
Satu mol CaCO3 mampu menerima dua mol proton, sehingga bobot ekivalen dari
CaCO3 adalah setengah dari berat molekulnya. Penggunaan satuan ini sering
membingungkan, oleh karena itu lebih disenangi pemakaian satuan ekivalen/L. Air alami
yang mempunyai alkalinitas 1,00 x 10-3 ekivalen per liter berarti bahwa spesies-spesies
yang bersifat basa yang terlarut dalam 1 liter air tersebut dapat dinetralkan oleh 1,00 x l0 -3
mol asam. Kontribusi dari spesies-spesies tersebut terhadap alkalinitas air ditentukan oleh
pH. Berikut ini akan ditunjukkan kontribusi relatif dari HCO 3-, CO32- dan OH- terhadap
alkalinitas pada pH 7,00 dan pH 10,00.
Pada pH 7,00 konsentrasi OH- = 10-7 M, kontribusinya sangat kecil terhadap
alkalinitas air yang besarnya 1,00 x 10-3 ekivalen per liter. Berdasarkan diagram
distribusi, pada pH 7,00 spesies yang dominan adalah HCO 3-, dengan demikian [HCO3-]
>> [CO32-] dapat dikatakan bahwa alkalinitas air hanya ditentukan oleh [HCO3-] sehingga
dapat dianggap [HCO3-] = 1,00 x 10-3 M.
Selanjutnya berlaku (periksa reaksi 4.4):
[H+] [HCO3-]
Ka1 = ––––––––––––
[CO2]
[H+] [HCO3-]
[CO2] = –––––––––––––
Ka1
Data ini juga menunjukkan bahwa sistem akuatik dapat memberikan karbon anorganik
yang terlarut untuk proses fotosintesis disertai dengan perubahan pH, namun alkalinitas
tidak mengalami perubahan. Perubahan konsentrasi karbon anorganik yang terlarut akibat
perubahan pH ini merupakan sumber karbon yang potensial bagi pertumbuhan ganggang
di dalam air melalui reaksi berikut :
CO2 + H2O + h {CH2O} + O2 (17)
Dan
HCO3- + H2O + h {CH2O} + OH- + O2 (18)
Pada proses pembentukan biomassa {CH2O} di atas, dengan terlepasnya OH- air menjadi
lebih alkalis. Dan jumlah karbon anorganik terlarut yang dapat diubah menjadi biomas
dalam 1 liter air pada contoh di atas adalah :
[C]pH7 - [C]pH10 = 1,225 x 10-3 mol 6,82 x 10-4 mol
= 0,543 x 10-3 mol
Karena berat molekul dari biomassa {CH2O} = 30 maka berat biomas yang dihasilkan
dalam 1 liter air adalah 0,543 x 10-3 x 30 g = 16,3 mg.
Tanpa adanya tambahan pemasukan CO2, maka pada perubahan pH yang sama
jumlah biomas yang dihasilkan akan lebih banyak pada air yang alkalinitasnya lebih
tinggi. Atas dasar inilah ahli-ahli biologi menggunakan alkalinitas sebagai parameter
kesuburan perairan.
Pengaruh alkalinitas terhadap kelarutan CO2 dapat digambarkan dengan contoh
berikut yaitu membandingkan kelarutan CO2 dalam air murni (alkalinitasnya 0) dengan
kelarutannya dalam air yang mengandung 1,00 . 10-3 M NaOH (alkalinitasnya 1,00 . 10-3
ekivalen/L).
Kelarutan CO2 dalam air murni = [CO2 (aq)] + [HCO3-]
Dari perhitungan pada seksi 4.14 didapat [CO2(aq)] = 1,028 x 10-5 M dan [HCO3-] =
2,14 x 10-6 M. Total CO2 yang terlarut 1,242 x 10-5 M. Dalam air yang mengandung 1,00
x 10-3 M NaOH, CO2(aq) di samping larut berupa CO2 (aq) juga bereaksi dengan NaOH
sebagai berikut :
CO2 (aq) + OH- HCO3- (19)
Sehingga [HCO3-] yang terbentuk konsentrasinya = 1,00 x 10-3 M
Dengan demikian total CO3 yang terlarut = [CO2 (aq)] + [HCO3]
= 1,028 x 10-5 M + 1,00 x 10-3 M
= 1,01 x 10-3 M.
ASIDITAS
Asiditas suatu perairan alami dapat didefinisikan sebagai kapasitas badan air
tersebut untuk menetralkan OH-. Dibandingkan dengan alkalipitas, istilah asiditas agak
jarang digunakan kecuali pada kasus-kasus pencemaran badan air yang cukup berat.
Asiditas suatu badan air umumnya dikarenakan adanya asam-asam lemah terutama CO2
dan dapat juga dari spesies-spesies asam lainnya, seperti HPO4-, H2S, protein-protein dan
asam-asam lemak serta ion-ion logam yang bersifat asam terutama Fe-3.
Bila dikaitkan dengan masalah pencemaran, maka adanya "asam-asam mineral
bebas" seperti H2SO4 dan HCl di dalam air memberikan kontribusi yang penting terhadap
asiditas perairan. Di dalam hal asiditas ini disamping istilah asam mineral bebas juga
dikenal istilah "asiditas total".
Asiditas total ditetapkan dengan cara titrasi dengan basa menggunakan fenolftalin
sebagai indikator. Titik akhir dari titrasi ini adalah pada pH 8,3. Asam mineral bebas
ditetapkan dengan cara titrasi dengan basa menggunakan indikator metil jingga yang titik
akhirnya sekitar pH 4,3. Penetapan asiditas ini pada umumnya lebih sukar dari penetapan
alkalinitasnya karena beberapa spesies asam yang terutama seperti CO 2 dan H2S bersifat
mudah menguap.
Sifat asam dari beberapa ion-ion logam terhidrat dapat berperan pada asiditas,
seperti pada reaksi berikut ini :
Al (H2O)63+ [Al (H2O)5OH]2+ + H+ (20)
Demikian pula limbah-limbah industri yang mengandung ion-ion logam yang bersifat
asam serta tidak jarang tercampur dengan asam-asam kuat. Penentuan asiditas dari
limbah-limbah ini sangat penting artinya untuk menetapkan seberapa banyak kapur
ataupun zat-zat kimia yang diperlukan untuk mengatasi pencemaran asam dan limbah
tersebut.
Ion-ion logam dalam air biasanya dinyatakan dengan simbol M n+. Untuk
memperoleh keadaan yang paling stabil dari elektron pada kulit terluar, ion-ion logam ini
berusaha berikatan ataupun mengadakan koordinasi dengan spesies-spesies lain, misalnya
molekul-molekul air ataupun elektron donor lainnya yang ada dalam badan air tersebut.
Oleh karena itu ion logam dalam air didapati dalam bentuk kation logam yang terhidrat
yang dinyatakan dengan M(H2O)xn+. Ion-ion logam dalam air berusaha untuk mencapai
keadaan stabilitas maksimum melalui reaksi-reaksi kimia seperti reaksi asam basa,
pengendapan ataupun reaksi oksidasi-reduksi, seperti contoh-contoh berikut :
Reaksi asam-basa :
Fe(H2O)63+ FeOH(H2O)52+ + H+ (21)
Reaksi pengendapan :
Fe(H2O)63+ Fe(OH)3 (S) + 3 H2O + 3 H+ (22)
Reaksi oksidasi-reduksi :
Fe(H2O)62+ Fe(OH)3 (S) + 3 H2O + e- + 3 H+ (23)
Sifat-sifat dari logam-logam yang terlarut dalam air sangat ditentukan oleh sifat--
sifat dasar dari logamnya. Di samping dapat membentuk ion-ion logam terhidrat, logam--
logam ini juga dapat terikat pada ion-ion anorganik ataupun senyawa-senyawa organik
sebagai senyawa kompleks atau dapat berupa senyawa organometalik yang mengandung
ikatan karbon dengan logam. Kelarutan, sifat transportasi dan efek biologik dari
senyawa-senyawa ini seringkali sangat berbeda dengan sifat dari ion logam itu sendiri.
Ion-ion terhidrat, terutama yang bermuatan +3 atau lebih cenderung melepaskan
H+ dari molekul-molekul air yang terikat padanya sehingga dapat dikatagorikan bersifat
asam (sesuai batasan dari Bronstead). Makin tinggi muatan ion logam makin tinggi pula
keasamannya. Kecenderungan dari ion-ion metal terhidrat untuk bersifat sebagai asam
sangat berpengaruh terhadap lingkungan akuatik.
Dari persamaan stokiometri dari reaksi 4.30 terlihat bahwa konsentrasi [HCO3-1] dua kali
lipat dari konsentrasi (Ca2+). Substitusikan harga (CO2) = 1,028 x 10-5 pada persamaan
4.31 untuk K’ maka didapatkan (Ca2+) = 4,78 .10-4 M dam (HCO3-) = 9,56 x 10-5 M.
Selanjutnya substitusikan harga (Ca2+) ke dalam persamaan untuk Ksp (4.29) maka
didapatkan harga (CO32-) = 9,35 x 10-6 M. Dan bila harga-harga (CO2) aq dan (HCO3-)
disubstitusikan ke persamaan Kal (4.27) maka didapat harga (H+) = 4,79 x 10-9 M,
sehingga pH = 8,32. Ternyata dari hasil-hasil yang didapatkan, konsentrasi (HCO3) jauh
lebih besar dari (CO3 2-) ataupun (OH-) sehingga alkalinitas dapat dianggap sama dengan
konsentrasi ion bikarbonatnya. Jadi untuk air yang setimbang dengan CaCO 3 padat dan
CO2 atmosfer didapatkan :
[CO2] = 1.028 x 10-5 M [Ca2+] = 4,78 x 10-4 M
[HCO3-] = 9,56 x 10-4 M [H+] = 4,79 x 10-9 M
[CO32-] = 9,35 x 10-6 M pH = 8,32
Penyimpangan dari nilai-nilai di atas dapat terjadi akibat dari faktor-faktor seperti
keadaan tidak seimbang, kenaikan pH akibat pengambilan CO2 oleh ganggang dan
konsentrasi CO2 yang tinggi pada daerah bagian bawah. Walaupun demikian nilai-nilai
tersebut mendekati nilai-nilai dari sejumlah besar badan air alami.
Pada contoh di atas senyawa kompleks terbentuk melalui reaksi substitusi dimana
CN- mendesak (H2O) dari ikatannya dengan ion pusat. Baik H 2O maupun CN- merupakan
gugus-gugus yang terikat pada ion pusat dari senyawa kompleks disebut ligan. Jumlah
ligan yang terikat langsung pada ion pusat menyatakan bilangan koordinasi dari
senyawa kompleks tersebut, pada umumnya bilangan koordinasinya adalah 4 atau 6.
Untuk Fe(CN)64+, bilangan koordinasinya enam. Ligan-ligannya menempati sudut-sudut
dari suatu oktahedron sehingga disebut senyawa kompleks oktahedral. Pada Cu(NH3)42+,
bilangan koordinasinya empat. Ligan-ligannya menempati sudut-sudutnya pada bidang
datar dan disebut kompleks tetrahedral.
Ligan-ligan H2O, NH3 dan CN- seperti pada contoh-contoh di atas karena hanya
menempati satu sudut saja maka disebut ligan monodentat, artinya hanya memiliki satu
ikatan dengan ion logamnya. Sedangkan ligan yang membentuk lebih dari satu ikatan
dengan ion logamnya disebut ligan polidentat. Etilen diamin, H2N-CH2-CH2-NH2, dapat
membentuk dua ikatan sehingga disebut ligan bidentat. Ligan ini banyak digunakan
dalam kimia koordinasi dan dinyatakan dengan simbol "en", misalnya [Co(en)3]3+.
Senyawa-senyawa kompleks dari ligan monodentat relatif tidak begitu penting
dalam larutan air alami. Ligan yang mempunyai lebih dari satu ikatan dengan ion pusat
dan membentuk cincin disebut kelat. Kompleks jenis ini jauh lebih penting karena dapat
mengikat ion logam secara simultan pada dua tempat atau lebih sehingga lebih stabil dari
kompleks yang dibentuk oleh ligan monodentat. Makin banyak jumlah ikatan dari kelat
makin stabil kompleks yang terbentuk.
Ligan-ligan yang didapati pada air alami dan air buangan mengandung berbagai
gugus fungsi antara lain : karboksilat, heterosiklik nitrogen, peroksida, amino aromatik
dan alifatik, dan fosfat. Ligan-ligan ini dapat membentuk kompleks dengan ion-ion
logam dalam air dan sistem biologi seperti Mg 2+,Ca2+, Mn2+, Fe+, Fe3+, CU2+, Zn2+. Juga
dapat membentuk kompleks dengan ion logam-logam pencemar seperti Co2+, Ni2+, Sr2+,
Cd2+ dan Ba2+.
Pada umumnya pembentukan suatu senyawa kompleks dalam suatu perairan
alami mencakup berbagai perubahan, baik terhadap ligan maupun ion-ion logamnya.
Ligan dapat mengalami perubahan-perubahan penting antara lain : reaksi oksidasireduksi,
dekarboksilasi ataupun reaksi hidrolisis. Sedangkan ion logam dapat mengalami
perubahan bilangan oksidasi ataupun perubahan kelarutannya, misalnya dengan
terbentuknya senyawa kompleks yang sukar larut ataupun sebaliknya.
Pembentukan senyawa-senyawa kompleks yang sukar larut ini banyak digunakan
untuk menghilangkan ion-ion logam dari larutannya. Dalam hubungan ini banyak sekali
senyawa pengkelat sintetik seperti natrium tripoliposfat, natrium etilen diamin tetraasetat
(EDTA), natrium nitrilo triasetat (NTA) dan natrium sitrat yang digunakan dalam
berbagai kegiatan misalnya proses pengolahan air, formulasi dari detergen, proses
pelapisan logam dan juga pada industri pangan. Sebagai konsekuensi dari
kegiatan-kegiatan di atas maka masuknya senyawa-senyawa kelat tersebut ke perairan
tidak dapat dihindarkan. Keberadaan senyawa-senyawa pengkompleks di dalam air,
terutama yang mempunyai kemampuan melarutkan logam-logam berat dapat
menimbulkan kesulitan pada proses pengolahan air dengan cara konvensional "Activated
Sludge". Metoda ini sebenarnya merupakan cara yang relatif efisien untuk
menghilangkan ion-ion logam berat dari air buangan dengan pengikatan oleh lumpur.
Dengan adanya senyawa-senyawa pengompleks seperti di atas dapat dipahami bahwa
efisiensi dari cara konvensional tersebut akan berkurang.
4
Konsentrasi total [Cu2+] = 63,5 x 10-3 M = 6,3 x 10-5 M
[CuY 2- ]
Selanjutnya : = (6,3 x 1018) (2,7 x 10-4) = 2,3 x 1014 35
[Cu 2 ]
Jadi hampir seluruh Cu (II) berada dalam bentuk kompleks, sehingga dapat dianggap
[CuY2-] = 6,3 x 10-5 M.
2+ 6,3 x 10 5 M
Konsentrasi [CU ] terhidrasi = = 2,7 x 10-19 M
2,3 x 1914
Dari hasil kalkulasi di atas terlihat bahwa pada kondisi seperti yang disebutkan di
atas, konsentrasi ion kupri terhidrasi sangat rendah dibandingkan dengan ion kupri total.
Tanpa adanya zat pengompleks dan pada pH yang lebih asam maka Cu(II) akan didapati
dalam bentuk Cu2+.
Fenomena penurunan konsentrasi ion-ion logam terhidrasi sampai sedemikian
rendah akibat penambahan suatu senyawa pengompleks merupakan salah satu pengaruh
pengomplekan yang terpenting pada sistem perairan alami.
Oleh karenanya dalam beberapa hal ion-ion logam dan ion H+ berkompetisi dalam
memperebutkan ligan. Dapat dipahami bahwa kemampuan pengomplekan suatu ion
logam dipengaruhi oleh pH. Seperti halnya pada sistem CO 2, CO32-, HCO3- maka
distribusi spesies-spesies dari ligan juga tergantung pada pH dan dapat dibuat diagram
dari distribusi spesies-spesiesnya sebagai fungsi dari pH.
Sebagai contoh adalah nitrilo triasetat (NTA) : H3T yang terionisasi dalam tiga tahapan :
H3T H++ H2T- 37
[H ] [H 2 T ]
Ka1 = = 2,18 x 10-2 pKal = 1,66 38
[H 3 T]
H2T- H+ + HT2- 39
[H ] [H 2 T 2 ]
Ka2 = - = 1,2 x 10-3 pKal = 2,95 40
[H 2 T ]
HT2- H+ + T3- 41
[H ] [T 3 ]
Ka3 = = 5,25 x 10-11 pKal = 2,95 42
[ HT 2- ]
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa anion T3- merupakan spesies yang dominan pada
pH tinggi, sedangkan HT2- mendominasi pada kisaran pH yang cukup luas terutama pada
pH normal dari air tawar.
Keberadaan NTA dalam sistem akuatik bersumber terutama dari penggunaan
detergen atau dari limbah proses elektroplating menyebabkan terjadinya pelarutan
logam-logam berat yang bersifat toksik Kemampuan pelarutan ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti stabilitas kelat yang terbentuk, konsentrasi pengompleks dalam
air, pH dan sifat-sifat dari deposit logam tersebut. Sebagai contoh adalah pelarutan
Pb(OH)2 padat oleh NTA pada pH 8 dengan konsentrasi NTA = 25 mg/L. BM NTA =
257.
Pada pH 8 bentuk dominan dari NTA adalah HT2- sehingga reaksinya :
Pb(OH)2 (S) + HT2- PbT- + OH- + H2O 43
Reaksi keseluruhan :
Pb(OH)2 (s) + HT2- PbT- + OH- + H2O 52
PbT OH
- -
Ksp . Ka 3 . Kf
= 2,07 . 10-5
K=
HT 2- =
Kw
53
25
Konsentrasi total NTA = . 10-3 M = 9,7 . 10-5 M
257
Pada pH 8 spesies dominan dari NTA adalah (HT 2-) sehingga bentuk kompleksnya adalah
(PbT-). Pada pH 8 berarti (OH-) 10-6 M sehingga dari persamaan K di atas didapat :
PbT = K =
-
2,07 . 10 -5
HT OH
2-
10 -6
= 20,7 54
2,07
Sehingga (PbT-) dapat dikalkulasikan : x 9,7 . 10-5 M = 9,3 . 10-5
(20,7 1)
Rantai lurus berikutnya adalah trifosfat ion : P 3O105-. Bentuk asam-asam dari senyawa-
senyawa tersebut adalah H4P2O7 dan H5P3O10 yang rumus bangunnya dituliskan sebagai
berikut :
OH OH OH OH OH
HO – P O P OH HO P O P O P OH
O O O O O
Asam pirofosfat Asam trifosfat
Dari gambar di atas maka mudah dibuat susunan rantai lurus yang lebih panjang
dari deretan polifosfat tersebut. Campuran polifosfat rantai lurus dengan masing-masing
terdiri dari 4 sampai 18 atom fosfor disebut "Vitreous Sodium Fosfat”.
Di dalam air semua fosfat mengalami hidrolisis menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana dan hasil akhir selalu merupakan bentuk-bentuk ortofosfat. Kecepatan
hidrolisisnya tergantung pada beberapa faktor dan salah satu diantaranya adalah pH.
Contoh yang paling sederhana adalah hidrolisa asam pirofosfat menjadi asam ortofosfat.
H2P2O7 + H2O 2 H3PO4
Hidrolisa dari polifosfat ini dikatalisir oleh ganggang dan mikroorganisme lain
yang ada dalam air. Kecepatan hidrolisa polifosfat ini walaupun dalam kondisi tanpa
adanya aktivitas biologis ternyata cukup memadai untuk mentransportasi ion-ion logam
berat dalam air, yang berarti tidak begitu tergantung pada degradasi mikrobial seperti
halnya pengkelat organik NTA atau EDTA.
Secara umum fosfat rantai lurus dapat dikatakan sebagai pengompleks yang baik
bahkan dapat membentuk kompleks dengan ion-ion logam alkali. Namun polifosfat
bentuk cincin kemampuan pengompleksnya jauh lebih rendah dari spesies yang berupa
rantai lurus.
Unsur-unsur renik
Unsur-unsur renik dalam perairan alami terdiri dari As, Be, B, Cr, Cu, F-, I-, Pb,
Fe, Mn, Hg, Mo, Se, dan Zn. Beberapa diantaranya merupakan nutrisi bagi hewan dan
tanaman namun diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil, bila berlebih akan
menyebabkan keracunan. Beberapa diantaranya seperti Hg, Pb dan Cd merupakan unsur
pencemar (tidak diperlukan walaupun dalam jumlah sangat kecil). Logam-logam ini
merupakan logam berat yang umumnya mempunyai affinitas kuat terhadap sulfur,
sehingga dapat merusak fungsi enzim yang banyak mengandung gugus sulfur. Selain itu
logam berat juga dapat mengikat protein, asam karboksilat (--CO2H) dan gugus amino.
Ion-ion logam Cu, Cd, Pb dan Hg dapat berikatan dengan membran sel sehingga
menghambat transportasi melalui dinding sel.
Logam Hg masuk ke perairan bersumber dari limbah industri atau melalui air
hujan dari atmosfir dan dapat juga melalui leaching tanah dari kegiatan pertanian seperti
pestisida dan fungisida. Logam Hg dalam air umumnya berupa senyawa-senyawa seperti
fenil merkuri, etil merkuri klorida dan sebagainya.
Senyawa-senyawa Hg organik yang banyak digunakan dalam pestisida dan
fungisida biasanya dalam bentuk aril merkuri seperti fenil merkuri dimetil ditiokarbarnat
dengan rumus bangun sebagai berikut :
S
CH3
–– Hg –– S –– C –– N
CH3
Senyawa-senyawa alkil merkuri seperti etil merkuri klorida (C 2H5HgCl) banyak
digunakan sebagai fungisida untuk benih. Senyawa-senyawa alkil merkuri lebih resisten
terhadap peruraian dan umumnya lebih banyak terdapat di lingkungan dibandingkan
dengan senyawa-senyawa aril merkuri dan senyawa-senyawa merkuri anorganik. Kasus
pencemaran merkuri itu terjadi di Jepang di daerah Teluk Minamata yang mengakibatkan
banyak korban akibat makan ikan yang telah tercemar Hg di teluk tersebut dimana
temuan Hg dalam ikan mencapai 5-20 ppm. Pengaruh Hg dalam tubuh diduga akibat dari
kemampuannya berikatan dengan gugus yang mengandung sulfur pada molekul dalam
enzim dan dinding sel sehingga aktivitas enzim dan reaksi kimia yang dikatalis oleh
enzim tersebut akan terhambat. Manusia dapat tercemar Hg terutama melalui makanan
yang mengandung Hg. Secara alami ada kecenderungan mikroba mengubah semua
bentuk merkuri menjadi metil merkuri. Perubahan bentuk merkuri menjadi metil merkuri
dapat dilihat sebagai berikut :
metil kobalamin
HgC12 CH3HgCl + Cl-
Metil merkuri merupakan senyawa yang sangat toksik dan dapat merusak sistem saraf
pusat secara permanen.
Merkuri dalam perairan secara kontinyu berasal dari perlindian Hg dari sedimen
selama ratusan sampai ribuan tahun sehingga usaha untuk menghilangkan Hg dari sistem
perairan sangat sulit, memerlukan waktu yang lama.
Luasnya penggunaan Pb oleh manusia seperti dalam bahan bakar bensin, dalam
beterai, cat dan sebagainya menyebabkan kemungkinan tercemarnya perairan oleh Pb
juga tinggi. Toksisitas Pb dalam air berbanding terbalik dengan kesadahannya. Bila air
tercemar oleh Pb maka selain kehidupan didalamnya terganggu juga akan membahayakan
kesehatan manusia karena Pb masuk dalam rantai makanan. Pb dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pernafasan maupun pencernaan dapat menimbulkan berbagai
akibat tergantung dari bentuk kimianya, seperti Pb organik yang lebih berbahaya daripada
Pb anorganik. Daya racunnya adalah menghambat aktivitas enzim untuk pembentukan
Hb karena Pb terikat kuat pada gugus sulfur dalam asam amino dari enzim tersebut.
Selain itu Pb juga dapat mengumpul dalam tulang karena sifat dari ion Pb 2+ hampir sama
dengan ion Ca2+.
Seperti halnya Pb dan Hg, kadmium merupakan salah satu logam berat yang
sering mencemari lingkungan perairan, seperti kasus penyakit itai-itai di Jepang pada
tahun 1955. Hal ini disebabkan penggunaan kadmium sangat luas seperti pada proses
elektroplating, baterai, sebagai penstabil plastik dan sebagainya. Di bagian bawah
perairan mengandung kadmium terlarut pada konsentrasi rendah karena mikroba
mereduksi sulfat menghasilkan sulfida yang mengendapkan Cd dalam bentuk kadmium
sulfida. Reaksinya:
Pencemar anorganik
Pencemar-pencemar anorganik di perairan menyebabkan air menjadi asam, basa
atau kadar garamnya tinggi. Beberapa spesies anorganik yang penting seperti ion sianida,
amonia, CO2, H2S, nitrit dan sulfit.
Sianida adalah suatu substansi beracun yang dalam perairan berada dalam bentuk
HCN yaitu suatu asam lemah yang mudah menguap, dan sangat toksik. Ion sianida
mempunyai affinitas yang sangat tinggi terhadap ion-ion logam membentuk senyawa
yang kurang toksik misalnya dengan Fe2+ membentuk Fe(CN)64-. Sianida banyak
digunakan dalam industri khususnya untuk pembersihan logam-logam dan elektroplating
seperti di Amerika Serikat pada tahun 70-an menggunakan sianida untuk mengekstraksi
emas sampai 1¼ ton per hari.
Amonia merupakan hasil penguraian limbah organik yang mengandung
nitrogen.Amonia dalam air lebih banyak berupa ion NH4 + daripada NH3. Tingginya kadar
amonia dalam air merupakan masalah bagi kualitas air.
Hidrogen sulfida (H2S), merupakan hasil penguraian bahan organik yang
mengandung sulfur secara anaerob. Selain itu H2S juga merupakan hasil reduksi sulfat
oleh mikroorganisme aerob dan merupakan gas pencemar dari panas bumi. Adanya H2S
dapat diketahui melalui adanya bau seperti bau telur busuk.
Adanya CO2 dalam air disebabkan oleh adanya penguraian bahan organik. Pada
proses penghilangan kesadahan air sejumlah CO2 ditambahkan melalui proses
rekarbonasi. Tingginya kadar CO2 dalam air akan menyebabkan karat dan berbahaya bagi
kehidupan di perairan.
Ion nitrit dalam air sebagai hasil sementara dari reaksi oksidasi nitrogen. Nitrit
ditambahkan pada beberapa industri pengolahan air untuk mencegah karat. Di dalam air
minum kadar nitrit harus lebih rendah dari 0,1 ppm.
Ion sulfit dijumpai dalam pengelolaan air limbah, karena natrium sulfit
ditambahkan sebagai penangkap oksigen melalui reaksi :
2 SO3- + O2 2SO42-
Dalam perairan sulfit dijumpai sebagai HSO3- atau SO32-, sehingga pH air menjadi
rendah.
Mikroorganisme
Mikroorganisme patogen digolongkan atas virus, bakteri dan protozoa sehingga
perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengurangi konsentrasi patogen sampai pada batas
yang tidak membahayakan. Patogen-patogen ini bersumber dari sekresi manusia (urine
dan feses) yang menderita penyakit tersebut. Manusia terkena penyakit ini bisa berasal
dari binatang.
Karena mikroorganisme patogen kebanyakan berasal dari kotoran maka
kontaminasi air oleh mikroorganisme ini dideteksi dengan uji bakteri indikator yang
berasal dari kotoran seperti escherichia coli, streptococcus fecal dan clostridium
perfringens. Selain hidup dalam kotoran indikator ini dapat hidup lebih lama, tidak
tumbuh dalam saluran pencernaan organisme lain kecuali manusia dan hewan berdarah
panas.
Pencemar organik
Pencemar-pencemar organik terdapat dalam berbagai limbah industri, rumah
tangga, pengolahan bahan makanan dan sebagainya. Pencemar-pencemar ini merupakan
substansi yang memerlukan oksigen.
Sabun dan detergen merupakan limbah rumah tangga dan jasa-jasa binatu,
sehingga kemungkinan akan mencemari perairan terutama berupa buih yang merusak
estetika (keindahan) dan komponen-komponen utamanya berupa bagian yang sulit
terdegradasi. Sabun adalah garam dengan kandungan asam lemak tinggi, seperti natrium
stearat C17H35COONa+. Sabun dapat sebagai pembersih karena daya emulsinya dan
kemampuannya menurunkan tegangan permukaan air. Selain itu sabun juga mengalami
reaksi-reaksi kation-kation divalen membentuk garam-garam dari asam lemak yang tidak
larut melalui reaksi :
2 C17H35COONa+ + Ca2+ Ca(C17H35CO2)2(s) + 2 Na+
Senyawa-senyawa ini merupakan padatan yang tidak larut, biasanya berupa garam-garam
dari Mg atau Ca sehingga tidak efektif sebagai pembersih Selain itu kerak yang tidak
larut membentuk lapisan yang melekat pada pakaian dan mesin cuci. Untuk mencuci
dengan sabun diperlukan air yang tidak sadah atau tanpa kalsium dan magnesium.
Walaupun demikian pada akhirnya sabun akan dijumpai dalam parit atau perairan sebagai
bentuk garam-garam kalsium atau magnesiumnya.
Struktur ion stearat terdiri dari bagian kepala berupa ion karboksil dan
hidrokarbon yang panjang sebagai ekornya, yaitu :
O
C –– O-Na+
Jika dalam air terdapat minyak, lemak dan bahan organik yang tidak larut dalam air,
maka cenderung ekornya akan melarutkan bahan tersebut di atas, sedangkan kepalanya
tetap mengarah ke dalam air.
Detergen sintetik baik digunakan sebagai pembersih karena tidak membentuk
garam-garam, tidak larut dengan ion-ion sadah seperti ion Ca2+ dan Mg2+. Detergen baik
digunakan sebagai pencuci karena adanya surfaktan (surface active agent) yang
menyebabkan air menjadi lunak. Surfaktan ini mempunyai struktur amphipilic yang salah
satu bagian molekulnya yang polar atau gugus ionik mempunyai affinitas yang kuat
terhadap air dan bagian yang lain gugus hidrokarbon yang hidrofobik (tidak suka) air.
Contoh struktur dari surfaktan natrium dodesil sulfat adalah :
O H H H H H H H H H H H H
Na+ O S O C C C C C C C C C C C C H
O H H H H H H H H H H H H
Senyawa ini merupakan surfaktan alkil sulfat yaitu jenis yang banyak dipakai dalam
berbagai shampo, kosmetik, pembersih dan formulasi detergen untuk binatu.
Sampai tahun 60-an surfaktan yang banyak digunakan adalah alkil benzil sulfonat
(ABS) yaitu :
O H H H H H H H H H
Na+ O S C C C C C C C C C CH3
Biodegradasi ABS sangat lambat, karena adanya struktur rantai cabang. Karena detergent
tersebut tahan terhadap pengolahan limbah, maka senyawa itu tidak banyak digunakan
lagi. Tegangan permukaan air menjadi sangat rendah oleh deterjen, sehingga terjadilah
deflokulasi koloid-koloid, flotasi (pengapungan) padatan, teremulsinya lemak dan
minyak serta matinya bakteri. Keadaan yang tak menguntungkan ini menyebabkan ABS
diganti dengan surfaktan yang dapat diuraikan secara biologis, antara lain linier alkil
sulfonat (LAS). Struktur umum -benzene sulfonat adalah :
H H H H H H H H H H H H H
H C C C C C C C C C C C C C H
H H H H H H H H H H H H
O= S=O
O –– Na+
LAS lebih mudah terurai karena tidak mempunyai rantai cabang dan tidak mengandung C
tersier, sehingga berpeluang untuk mengalami penguraian secara biologis.
Dalam detergent yang menyebabkan masalah lingkungan selain surfaktan juga
builders (bahan pembangun), pencerah, ion alkali penukar (NaCO3), natrium silikat anti
korosif, pelembut, enzim, penstabil dan sebagainya. Builders akan berikatan dengan
ion-ion sadah menyebabkan larutan detergent menjadi basa dan meningkatnya kerja
surfaktan. Yang berfungsi sebagai builders adalah polifosfat yang ditambahkan dalam
bentuk kompleks kalsium.
Bahan pencemar organik lainnya adalah pestisida. Jenis-jenis pestisida di
antaranya insektisida untuk membasmi serangga, herbisida untuk membasmi tanaman
pengganggu, fungisida untuk membasmi jamur, bakterisida untuk membasmi bakteri dan
sebagainya. Adanya insektisida dalam perairan selain berasal dari daerah pertanian juga
dapat berasal dari air hujan dan irigasi.
Pengunaan pestisida sangat luas antara lain bidang kesehatan, pertanian dan
kehutanan. Di bidang kesehatan digunakan DDT untuk membasmi nyamuk anoples
penyebab penyakit malaria. Setelah perang dunia II, pestisida banyak digunakan di
bidang pertanian yaitu dalam program green revolution yang bertujuan meningkatkan
hasil-hasil pertanian setinggi-tingginya melalui manipulasi genetik, peningkatan
penggunaan air dan pupuk dan pengendalian hama dengan pestisida. Seperti di India
penggunaan pestisida pada tahun 50-an sekitar 2000 ton, sedangkan di tahun 80-an
menjadi 8000 ton. Di bidang kehutanan pestisida digunakan untuk membasmi serangga
yang merusak hutan, karena menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan
produktivitas, bahkan menyebabkan matinya tanaman. Seperti kasus yang terjadi di
Kanada tahun 30-an hama spruce bud worm menyerang hutan seluas 400.000 km2 yang
menyebabkan lebih dari 70% pohon kayu mati.
Insektisida ada yang alami, yaitu insektisida yang berasal dari tanaman seperti
nikotin dari tembakau, rotenon dari akar tuba dan piretrin dari bunga piretrum. Insektisida
ini dapat terurai secara biologi. Selain itu ada juga insektisida sintetik seperti insektisida
organoklorin, organopospor dan insektisida karbamat.
Insektisida organoklorin adalah senyawa-senyawa hidrokarbon dengan berbagai
variasi atom H yang dapat diganti oleh atom Cl. Senyawa-senyawa ini selain
terakumulasi pada jaringan lemak juga bersifat racun, persisten sehingga menyebabkan
biomagnifikasi pada rantai pangan. Contoh insektisida organoklorin adalah DDT dengan
rumus bangun sebagai berikut :
Cl –– –– C –– –– Cl
Cl –– Cl –– Cl
Cl
HO –– P –– OH
OH
H3OC –– P –– O –– –– NO2
metil paration
H3OC
H3C –– O
H
CH3 O C –– N
CH3
Salah satu kelemahan penggunaan pestisida adalah matinya spesies non target, sehingga
dapat merusak suatu ekosistem dan pemulihannya memerlukan waktu yang sangat lama.
Suatu kasus terjadi di New Bronswick yang menyemprotkan DDT untuk membunuh
spruce bud worms sebagai hama hutan, setelah tiga minggu dari penyemprotan
menyebabkan matinya populasi salmon yang hidup di sungai di sekitar hutan tersebut.
Populasi salmon ini belum juga pulih kembali setelah 5-6 tahun kemudian.
Polychlorinated Biphenil (PCB) pertama kali diketahui sebagai pencemar
lingkungan pada tahun 1966, ditemukan dalam air, sedimen, jaringan ikan dan dalam
jaringan burung di seluruh dunia. Senyawa-senyawa ini terdiri dari substitusi 1-10 atom
Cl pada struktur aromatik bipenil, seperti pada gambar di bawah ini :
(Cl)x
Dari sini dapat terbentuk lebih kurang 209 senyawa yang berbeda-beda salah satu
contohnya adalah :
Cl Cl Cl
Cl Cl
PCB banyak digunakan sebagai pendingin cair dan kapasitor untuk meningkatkan daya
tahan pada katun dan asbes, sebagai plasticisers (menyebabkan bahan dapat diremas) dan
sebagai aditif pada beberapa cat epoxy. Karena PCB sifatnya stabil, maka akan
terkontribusi secara luas dan terakumulasi pada lingkungan. Kini diketahui bahwa PCB
yang hanya dengan 1-2 atom Cl dapat diuraikan oleh bakteri aerob. Proses aerob ini
mengoksidasi molekul-molekul dan memutuskan cincin aromatik dan akhirnya PCB
mengalami mineralisasi menjadi unsur-unsur anorganik seperti Cl, CO2 dan air.
Minyak
Minyak tidak larut dalam air, sehingga bila ada minyak di suatu perairan, maka
minyak akan mengapung di atas permukaan air, sehingga menutupi permukaan perairan.
Hal ini menyebabkan :
- penetrasi sinar matahari dan oksigen berkurang, sehingga mengganggu kehidupan
dalam perairan
- terganggunya burung-burung air, karena bulunya akan lengket
Walaupun minyak dapat diuraikan oleh mikroorganisme tertentu, tetapi memerlukan
waktu yang lama. Minyak dalam perairan terutama bersumber dari kegiatan manusia,
seperti pencucian kapal, kebocoran tangki minyak, kegiatan-kegiatan di pelabuhan,
limbah industri dan sebagainya.
Komponen-komponen minyak yang bersifat racun terhadap manusia dan hewan
diantaranya :
- hidrokarbon jenuh yang dapat menyebabkan anestesi dan nerkosis pada hewan tingkat
rendah, bahkan dapat menyebabkan kematian
- hidrokarbon aromatik (benzena, toluena, xilen) beracun bagi manusia dan naftalena
beracun terhadap ikan.
Hal ini menyebabkan air yang tercemar minyak tidak baik untuk dikonsumsi oleh
manusia.
Eutrofikasi
Eutrofikasi terjadi di perairan, karena banyaknya unsur-unsur nutrien, seperti N,
P, K dan sebagainya yang masuk ke perairan, sehingga menyebabkan pertumbuhan alga
yang sangat pesat sampai menutupi seluruh perairan. Tingginya kadar nutrien dalam air
berasal dari limbah berbagai industri yang mengalir melalui parit ke perairan. Biomass
yang telah mati akan terkumpul di dasar perairan, bila perairan tidak terlalu dalam akar
tanaman akan tumbuh di dasar perairan, sehingga akan terkumpul berupa padatan.
Beberapa unsur hara serta sumber dan fungsinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Nutrien Sumber Fungsi
CO2 Atmosfer, penguraian Penyusun biomass
H2 Air Penyusun biomass
O2 Air Penyusun biomass
Nitrogen (NO3) Pencemar, atmosfer, penguraian Penyusun protein
P (phosphat) Mineral, pengurai Penyusun DNA/RNA
K Mineral, pencemar Fungsi metabolik
S (sulfat) Mineral Protein, enzim
Mg Mineral Fungsi metabolik
Ca Mineral Fungsi metabolik
B, Cl, Co, Cu, Fe, Mo, Mineral, pencemar Fungsi metabolik dan
Mn, Na, Si, V, Zn atau penyusun enzim
Heavy
nuclei + inti radiatif yang
tidak stabil
neutron-neutron
+
necleus stabil nucleus yang tidak stabil
235
Suatu heavy nucleus seperti U dapat menyerap neutron yang akan pecah menjadi inti
radioaktif yang bercahaya. Nucleus yang stabil juga dapat menyerap neutron dan akan
pecah menjadi inti radioaktif.
Radioaktif di perairan dapat bersumber dari alam maupun aktivitas manusia
terutama dalam industri dan aplikasi kesehatan khususnya sebagai "tracers".
Radionukleida-radionukleida berbeda dari berbagai inti yang dikeluarkan oleh radiasi
ionisasi partikel-partikel , dan sinar seperti inti aton helium yang mempunyai massa
atom 4 mengandung 2 neutron dan 2 proton. Simbol partikel adalah 24 seperti partikel
yang dihasilkan oleh peluruhan radiodktif 238U:
92U238 90
Th234 + 24
Jadi transformasi uranium akan kehilangan partikel (x untuk menghasilkan inti thorium.
Radiasi beta mengandung energi tinggi, elektron-elektron negatif yang
dilambangkan dengan -1o atau elektron-elektron positif disebut positron dilambangkan
dengan -1o. Salah satu emisi adalah klorin - 38 mungkin akan menghasilkan cahaya
pada neutron-neutron. Inti kloron - 37 menyerap sebuah neutron untuk menghasilkan
klorin -38 dan sinar γ.
17Cl37 + on1 17Cl38 + γ
Inti klorin -238 adalah suatu radioaktif akan kehilangan partikel untuk menghasilkan inti
argon - 38. Reaksinya:
17Cl38 18 Ar38 + -1o
Partikel beta negatif dengan massa 0 dan muatan -1 merupakan isotop yang stabil.
Sinar merupakan radiasi elektromagnetik yang sama dengan sinar X tetapi daya
tembusnya lebih kuat. Energi radiasi gama yang didapatkan dari emisi inti
memungkinkan digunakan dalam analisis radionukleida baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Pengaruh utama dari partikel-partikel , dan sinar γ pada bahan-bahan
adalah menghasilkan ion-ion sehingga disebut radiasi ionisasi. Partikel-partikel lebih
banyak masuk ke suatu bahan dari pada partikel tetapi per unit satuan panjang
menghasilkan ionisasi lebih rendah.
Peluruhan suatu radionukleida yang spesifik mengikuti kinetika orde 1 yaitu
jumlah inti yang meluruh dalam interval waktu yang pendek adalah sebanding dengan
jumlah radiasi inti yang dihasilkan. Laju peluruhannya -dN/dt. Persamaannya:
Laju peluruhan = -dN/dt = . N
N =jumlah inti radioaktif
= konstanta laju
t = waktu
Badan Tersuspensi
Air hujan yang mengalir menuju sungai atau danau terbawa pula partikel-partikel
tanah dalam berbagai ukuran. Selanjutnya partikel-partikel yang ukurannya cukup besar
akan terdeposit sedangkan partikel-partikel yang ukurannya lebih kecil tetap berada
dalam keadaan tersuspensi. Partikel-partikel yang terdeposit ini disebut sedimen.
Pengikisan dan sedimentasi sesungguhnya hanyalah merupakan fenomena alam semata.
Namun demikian proses tersebut sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia misalnya
pembukaan hutan untuk persawahan, perumahan dan seterusnya. Proses pengikisan dapat
menyebabkan permasalahan terutama yang terkait dengan pencemaran air.
Badan tersuspensi dalam air mudah teramati karena partikel-partikel ini di
samping menyebabkan airnya agak keruh juga menyebabkan terjadinya pemantulan dan
penghamburan sinar yang dikenal sebagai efek tyndall.
Badan tersuspensi ini dapat dibedakan dalam dua katagori yaitu berupa
partikel-partikel dispersi kasar atau sedimen dan dispersi halus yang dikenal sebagai
koloid. Partikel-partikel sedimen mempunyai ukuran yang cukup besar sehingga mampu
mengendap bila dibiarkan dan dapat dipisahkan dengan proses penyaringan
menggunakan kertas saring. Badan tersuspensi umumnya berasal dari partikel-partikel
lumpur, tanah liat, mineral-mineral termasuk silika (pasir, SiO 2), kapur karbonat (CaCO3)
dan oksida-oksida besi. Partikel-partikel yang ukurannya bervariasi dari ukuran koloid
sampai dispersi kasar ini menyebabkan terjadinya kekeruhan dalam, badan air.
Kekeruhan ini menghalangi penetrasi sinar yang masuk ke dalam air. Sinar matahari yang
sangat diperlukan oleh tanaman air hanya dapat menembus sampai kedalam tertentu saja.
Oleh karena itu kekeruhan ini dapat mempengaruhi perkembangan kehidupan air. Hal ini
selanjutnya dapat mempengaruhi kelangsungan hidup hewan-hewan atau biota akuatik
lainnya. Secara sederhana tingkat kekeruhan suatu badan air dapat diukur dengan
menggunakan "Secchi disc”. Alat ini dapat dibuat dari tutup kaleng. Yang diberi warna
hitam putih seperti terlihat pada gambar.
Sedimen juga dapat terbentuk sebagai hasil proses metabolik bakteri-bakteri baik
yang bersifat aerobik maupun anaerobik. Beberapa bakteri akuatik memperoleh energi
untuk kebutuhan hidupnya dalam proses pengubahan ion ferro menjadi ion ferri :
4 Fe2+ + 4 H+ + O2 4 Fe3+ + 2 H2O
Selanjutnya ion ferri ini bereaksi dengan air membentuk ferri hidroksida vang
sukar larut :
Fe3+ (aq) + 3 H2O Fe(OH)3 (s) + 3 H+ (aq)
Dalam hubungannya dengan proses sedimentasi im ternyata aktivitas manusia
juga dapat meningkatkan terjadinya sedimen di danau maupun di laut. Senyawa-senyawa
posfat yang berasal dari limbah kegiatan industri maupun pertanian dapat bereaksi
dengan Ca2- membentuk hidroksi apatit yang sukar larut :
5 Ca2+ (aq) + OH- (aq) + 3 PO43- (aq) CaOH(PO4)3 (S)
Penentuan badan tersuspensi dalam suatu badan air dapat ditetapkan secara
gravimetri. Partikel-partikel yang tergolong dispersi kasar dapat dipisahkan dengan jalan
menyaring. Kertas saring beserta padatan yang tersaring dikeringkan dan ditimbang.
Selisih beratnya dengan berat kertas saring mula-mula dicatat sebagai berat dari dispersi
kasar. Selanjutnya berat partikel-partikel yang tidak disaring dapat ditetapkan dengan
jalan menguapkan airnya. Penentuan padatan tersuspensi ini sangat penting artinya dalam
analisis air limbah ataupun badan air yang tercemar. Data dari penentuan ini dapat
digunakan mengevaluasi tingkat pencemaran yang terjadi serta menentukan efisiensi
unit-unit pengolahan.
Adanya padatan yang terlarut seperti garam-garam natrium, magnesium, klorida,
sulfat dan lain-lain menyebabkan badan air memiliki daya hantar listrik (DHL). DHL
suatu badan air tergantung pada konsentrasi ion-ion yang ada di dalamnya serta suhu dari
badan air tersebut. Untuk suatu perairan alami harga berkisar antara 50 – 1500 mho/cm.
pH
Keasaman suatu badan air terkait dengan jumlah ion hidrogen (H +) bebas yang
terdapat di dalamnya. Ion hidrogen merupakan faktor utama ntuk menjelaskan reaksi
kimiawi yang berkaitan dengan masalah pencemaran air. Keasaman juga mempengaruhi
beberapa hal lain misalnya kehidupan biologi dan mikrobiologi dalam badan air tersebut.
Derajat keasaman umumnya dinyatakan dengan parameter pH. Secara matematik pH
dinyatakan dengan bentuk persamaan :
pH = - log [H+]
Pada air murni konsentrasi H+ adalah 10-7 mol/L sehingga harga pH-nya adalah 7
dan dikatakan bersifat netral. Bila pH suatu badan air lebih besar dari 7 dikatakan bersifat
alkalis. Sebaliknya bila pH-nya di bawah 7 dikatakan bersifat asam. Adanya
senyawa-senyawa seperti garam-garam karbonat, bikarbonat dan hidroksida cenderung
meningkatkan pH dari suatu badan air. Sementara senyawa-senyawa yang berupa asam--
asam mineral bebas akan menurunkan pH-nya. pH suatu perairan alami (air tawar)
berkisar antara 5,0 –9,0.
Pada kisaran pH tersebut ikan-ikan air tawar masih dapat hidup. Kepekaan ikan-ikan
dan organisme akuatik lainnya terhadap keasaman sangat bervariasi seperti terlihat pada gambar berikut :
Organisme Akuatik pH
6,5 6,0 5,5 5,0 4,5 3,5
1. Water Bootman
2. Whirligig
3. Yellow Perch
4. Lake Trout
5. Brown Trout
6. Salamander
7. May fly
8. Small Mouth Bass
9. Mussel
Sumber : Daniel D. Chiras