Anda di halaman 1dari 15

MENYOAL PENGATURAN KONSUMSI

MINUMAN BERALKOHOL DI INDONESIA

Questioning the Regulation on Consumption


of Alcoholic Beverages in Indonesia

Tri Rini Puji Lestari


Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Jl. Gatot Subroto Senayan Jakarta

Naskah diterima: 30 September 2016


Naskah dikoreksi: 9 November 2016
Naskah diterbitkan: 22 Desember 2016

Abstract: The habit of consuming alcoholic beverages (modern, traditional or bootleg) can cause negative
effects on physical, mental, and psychosocial healths. The problem of this research is related to regulation on
the consumption of alcoholic beverages that is still not specific and not comprehensive. The purpose of this study
is to gathered information on the consumption of alcoholic beverages and the enforced regulation, as well as a
more specific and comprehensive concept on regulation regarding the consumption of alcoholic beverages so
that people could be protected from the negative effects of the alcohol. This study uses qualitative descriptive
study of literature and policy analysis with a formal evaluation approach. The results showed that there are some
Indonesian who have a habit of consuming alcoholic beverages. The impact can cause physical, mental, as well
as psychosocial health problems, and it can even takes one’s life (especially bootleg alcohol) thus disturbing the
public. The regulation is currently still enforced over several different levels against several sectoral charges
related to industry, investment, business licenses, alcoholic beverages, the imposition of customs, crime as the
effects of consuming alcoholic beverages. Therefore future regulation should be more focused on the efforts
to protect the public from negative effects of alcohol consumption with consideration on various factors from
production to consumption.
Keywords: consumption of alcoholic beverages, alcohol abuse, regulation, rehabilitation.

Abstrak: Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol (modern, tradisional ataupun oplosan) dapat
menimbulkan efek negatif baik secara fisik, mental, maupun psikososial. Permasalahan penelitian ini adalah
pengaturan terkait konsumsi minuman beralkohol masih belum spesifik dan komprehensif. Tujuan penelitian
adalah untuk mendapatkan informasi tentang konsumsi minuman beralkohol dan pengaturan yang ada selama ini,
serta konsep pengaturan ke depan terkait konsumsi minuman beralkohol yang lebih spesifik dan komprehensif
agar masyarakat dapat terlindungi dari efek negatif minuman beralkohol. Penelitian menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan studi literatur dan dilakukan analisis kebijakan dengan pendekatan evaluasi formal.
Hasil penelitian menunjukkan ada sebagian masyarakat Indonesia yang mempunyai kebiasaan mengonsumsi
minuman beralkohol. Pengaturan yang ada masih tersebar di beberapa tingkat peraturan perundang-undangan
dengan muatan pengaturan masih sektoral. Untuk itu, pengaturan ke depan harus lebih difokuskan pada upaya
perlindungan masyarakat dari efek negatif konsumsi minuman beralkohol dengan memerhatikan berbagai faktor
mulai produksi sampai dikonsumsi.
Kata kunci: konsumsi minuman beralkohol, penyalahgunaan alkohol, pengaturan, rehabilitasi.

Pendahuluan etanol atau etil alkohol (C2H5OH) yang diproses


Minuman beralkohol merupakan salah dari bahan hasil pertanian yang mengandung
satu jenis zat adiktif yang penyalahgunaannya karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi
menimbulkan dampak yang serius pada kesehatan atau fermentasi tanpa destilasi. Berdasarkan
masyarakat dan masalah sosial. ketentuan Standar Industri Indonesia (SII) dari
Menurut Peraturan Menteri Pedagangan No. 20 Kementerian Perindustrian RI, minuman berkadar
Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan alkohol di bawah 20% tidak tergolong minuman
terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan keras tetapi juga bukan minuman ringan. Sedangkan
Minuman Beralkohol, pengertian minuman dalam Peraturan Kementerian Kesehatan No. 86/
beralkohol adalah minuman yang mengandung Men.Kes/Per/IV/1977 tanggal 29 April 1977 yang

Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 127
mengatur produksi dan peredaran minuman keras, Tenggara Timur (NTT) sebesar 17,7%, (Riskesdas,
yang dimaksud dengan minuman keras adalah 2013). Selain itu, yang sangat mengkhawatirkan
semua jenis minuman beralkohol tetapi bukan obat adalah konsumsi minuman beralkohol yang
dan meliputi tiga golongan, yaitu: diproduksi secara tradisional karena tidak terkontrol
– Golongan A, dengan kadar etanol 1 sampai kadar alkohol yang dikandungnya dan konsumsi
dengan 5%. minuman beralkohol oplosan yang terus meningkat
– Golongan B, dengan kadar etanol dari 5 sampai karena telah banyak menelan korban jiwa. Korban
dengan 20%. oplosan pada tahun 2011 sebanyak 280 orang
– Golongan C, dengan kadar etanol lebih dari 20 meninggal dunia meningkat menjadi 304 orang
sampai dengan 55%. meninggal dunia dan 311 orang dirawat pada tahun
2015 (Kementerian Kesehatan, 2015:1). Fenomena
Secara umum, mengonsumsi minuman
peningkatan peredaran minuman beralkohol
beralkohol bukan menjadi tradisi maupun kebiasaan
oplosan ini dikarenakan sulit dan terbatasnya akses
masyarakat Indonesia, terlebih karena dampaknya
terhadap minuman beralkohol yang sah atau resmi
dari segi kesehatan dan sosial sangat merugikan.
(harga mahal), sedangkan minuman beralkohol
Minuman beralkohol merupakan minuman yang
oplosan sangat mudah dan murah untuk didapat.
hanya dikonsumsi dan digunakan oleh kalangan
Di sisi lain, keragaman sikap dan penerimaan
terbatas dengan tujuan dan alasan tertentu baik
masyarakat Indonesia terhadap minuman beralkohol
positif maupun negatif, seperti: 1) dikonsumsi
sebagaimana sudah diuraikan di atas telah menjadi
untuk jamuan makan di kalangan tertentu seperti
dasar terbitnya beberapa Peraturan Daerah
di konsulat asing dan acara hajat pernikahan atau
(Perda) atau kebijakan daerah yang bervariasi.
acara lainnya; 2) dikonsumsi di tempat umum yang
Namun demikian, kebijakan mengenai minuman
telah ditentukan seperti hotel berbintang, bar, klub
beralkohol yang diatur dalam berbagai peraturan
malam, cafe dan tempat-tempat lain; 3) dikonsumsi
perundang-undangan, mulai dari tingkat undang-
untuk tujuan kesehatan, seperti minum jamu dan
undang sampai tingkat peraturan daerah yang ada
rempah-rempah yang mengandung alkohol; 4) untuk
saat ini masih belum disebutkan secara spesifik,
keperluan pemijatan/massage; 5) untuk keperluan
yakni hanya dikategorikan sebagai “minuman” atau
upacara adat; 6) untuk keperluan negatif atau
“pangan olahan”. Seperti misalnya pengaturan pada
tindak kekerasan seperti perampokan, perampasan,
Pasal 111 dan 112 Undang-Undang No. 36 Tahun
dan tawuran. Namun ada sebagian golongan atau
2009 tentang Kesehatan; Pasal 86, 89, 90, 91, 97,
agama di Indonesia yang mengharamkan minuman
99, dan 104 Undang-Undang No. 18 Tahun 2012
beralkohol untuk dikonsumsi. (Pemda Provinsi
tentang Pangan; Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun
Jawa Tengah, 2016: 1).
2004 tentang Kemananan, Mutu, dan Gizi Pangan;
Minuman beralkohol merupakan salah satu
Keppres No. 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan
faktor risiko utama untuk masalah kesehatan secara
Pengendalian Minuman Beralkohol; Permendag No.
global. Dari segi kesehatan, kebiasaan mengonsumsi
15/M-DAG/PER/3/2015 tentang Perubahan Ketiga
minuman beralkohol dapat menimbulkan Gangguan
atas Peraturan Menteri Perdagangan, Pengedaran,
Mental Organik (GMO), merusak saraf dan daya
Penjualan, Pengawasan dan Pengendalian Minuman
ingat, oedema otak (pembengkakan otak), sirosis
Beralkohol; dan Peraturan Menteri Perindustrian
hati (pengerasan hati oleh karena timbulnya jaringan
No.71/M-IND/PER/7/2012 tentang Pengendalian
parut pada hati), gangguan jantung, gastritis
dan Pengawasan Industri Minuman Beralkohol
(peradangan pada lambung), paranoid (adanya
(di dalamnya mengatur juga mengenai minuman
waham curiga) dan lain sebagainya. Sedangkan
beralkohol tradisional) (Kejaksaan Agung, 2015:
dari segi sosial, biasanya orang yang mabuk
2).
karena alkohol jika tidak dikontrol akan merusak
Fakta di atas menunjukkan bahwa ada sebagian
tatanan sosial masyarakat, mengganggu ketertiban
masyarakat Indonesia yang memang terbiasa
keamanan (memicu terjadinya keributan dan tindak
mengonsumsi minuman beralkohol, baik yang
kekerasan), bahkan sampai menjurus pada tindak
diproduksi secara pabrikan maupun tradisional serta
pidana kriminal berat (Baleg, 2014:5).
oplosan. Akan tetapi, sampai saat ini pengaturannya
Sampai akhir tahun 2016, besar populasi yang
masih tersebar, mulai dari peraturan perundang-
mengonsumsi minuman beralkohol selama satu
undangan yang ada di berbagai instansi sampai pada
tahun adalah 4,6% dan pada bulan Desember terdapat
peraturan daerah dengan substansi yang beragam
3%. Adapun provinsi yang mempunyai prevalensi
(sesuai dengan kebijakan lokal/daerahnya masing-
penggunaan minuman beralkohol tertinggi
masing).
dibandingkan dengan provinsi lainnya yaitu Nusa

128 | Aspirasi Vol. 7 No. 2, Desember 2016


Berdasarkan latar belakang tersebut maka derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Namun di
rumusan masalahnya adalah pengaturan terkait sisi lain, pada Pasal 9 ditegaskan bahwa setiap orang
konsumsi minuman beralkohol masih belum berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan,
spesifik dan komprehensif. Adapun pertanyaan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
penelitiannya adalah: 1) Bagaimana gambaran yang setinggi-tingginya baik melalui upaya
konsumsi minuman beralkohol di Indonesia?; 2) kesehatan perseorangan, upaya kesehatan
Bagaimana pengaturan terkait konsumsi minuman masyarakat, dan pembangunan berwawasan
beralkohol yang ada selama ini?; 3) Bagaimana kesehatan. Itu artinya, dalam hak mendapatkan
pengaturan ke depan terkait konsumsi minuman derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, melekat
beralkohol yang spesifik dan komprehensif? sebuah kewajiban untuk mewujudkannya (sifatnya
Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan aktif).
informasi tentang konsumsi minuman beralkohol Kondisi sehat sangat penting sebagai hak asasi
dan pengaturan yang ada selama ini, serta konsep manusia dan sebagai kondisi yang diperlukan untuk
pengaturan ke depan terkait konsumsi minuman terpenuhinya hak-hak lain dan telah diakui secara
beralkohol yang lebih spesifik dan komprehensif internasional. Hal ini karena, tanpa kesehatan
agar masyarakat dapat terlindungi dari efek negatif seseorang akan menjadi tidak sederajat secara
minuman beralkohol tersebut. kondisional. Tanpa kesehatan, seseorang tidak
Tulisan ini menggunakan metode deskriptif akan mampu memperoleh hak-haknya yang lain.
kualitatif dengan studi literatur yang diambil dari Seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya akan
literatur kepustakaan, media cetak dan internet, berkurang hak atas hidupnya, karena ia tidak bisa
laporan kunjungan kerja Pansus RUU Larangan memperoleh dan menjalani pekerjaan yang layak,
Minuman Beralkohol (Minol) ke beberapa tidak bisa menikmati haknya untuk berserikat dan
daerah (Semarang, Medan, Aceh, Bali, Manado, berkumpul serta mengeluarkan pendapat dan tidak
dan Papua), dan hasil Rapat Dengar Pendapat bisa memperoleh pendidikan demi masa depannya.
Umum (RDPU) Pansus RUU Larangan Minuman Pada intinya, seseorang tidak bisa menikmati
Beralkohol dengan Pemerintah dan berbagai sepenuhnya kehidupan sebagai manusia jika tidak
kelompok masyarakat. Semua kegiatan Pansus sehat.
RUU Larangan Minol tersebut dilaksanakan dari Di sisi lain, sebagaimana ditegaskan dalam UU
bulan November 2015 sampai Februari 2016. No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Data yang didapat dari berbagai sumber tersebut (HAM) Pasal 8, dinyatakan bahwa Pemerintah
kemudian diolah dan dilakukan analisis kebijakan bertanggung jawab untuk terwujudnya penegakan
dengan pendekatan evaluasi formal (Ayuningtyas, dan pemenuhan HAM tersebut. Selain itu, dalam
2014:136). UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal
7 juga menyatakan bahwa Pemerintah bertugas
Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata
Undang-Undang Dasar Negara Republik dan terjangkau oleh masyarakat dan pada Pasal
Indonesia (UUD RI) Tahun 1945 Pasal 28 H ayat 9 dinyatakan bahwa Pemerintah bertanggung
(1), telah mengamanatkan bahwa setiap orang jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat masyarakat. Dengan demikian, Pemerintah sebagai
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang penyelenggara negara, mempunyai tanggung
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan jawab dan kekuasaan untuk melindungi hak-hak
kesehatan. Sedangkan Undang-Undang No. 39 warganya. Kekuasaan ini semata-mata untuk
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 9, memajukan dan mencapai pemenuhan hak asasi
menyatakan bahwa: manusia. Pemerintah tidak hanya menjaga agar
1) Setiap orang berhak untuk hidup, seseorang tidak melanggar atau dilanggar haknya,
mempertahankan hidup dan meningkatkan namun juga harus pengupayakan pemenuhan hak-
taraf kehidupannya. hak tersebut. Demikian juga hak atas kesehatan,
2) Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, terdapat tanggung jawab Pemerintah untuk
damai, bahagia, sejahtera, lahir dan batin. memenuhinya. Untuk itu, Pemerintah berkewajiban
3) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup memberikan pelayanan kesehatan dan melakukan
yang baik dan sehat. pengaturan untuk melindungi kesehatan rakyatnya.
Hal ini sebagai wujud dari tugas pemerintah dalam
Selain itu, dalam Undang-Undang (UU) No.
menjalankan fungsi pemerintah berdasarkan good
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 3 juga
governance (Titon, 2007:7). Konsep ini juga
mengamanatkan jaminan atas hak memperoleh
sejalan dengan konsep hak atas derajat kesehatan

Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 129
yang optimal menurut WHO, di mana ada dua Jenis minuman keras (minuman beralkohol)
kewajiban pemerintah terhadap rakyatnya di bidang ada berbagai macam, di antaranya: (Kemenkes,
kesehatan yaitu, pertama pengaturan (dalam rangka 2015: 6)
perlindungan kesehatan bagi penyandang hak) dan – Brandy, disuling dari fermentasi air buah yang
kedua penyediaan fasilitas atau pelayanan kesehatan kemudian disimpan dalam tong kayu kecil.
(Titon, 2007: 13). Warna dari brandy disebabkan oleh kayu atau
Terkait dengan peredaran dan konsumsi penambahan karamel.
minuman beralkohol di masyarakat, hak – Whisky, dibuat melalui proses penyulingan
atas kesehatan bermakna bahwa Pemerintah dari jus yang telah difrementasi dari biji-bijian
bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi seperti jagung dan gandum.
yang memungkinkan setiap individu untuk dapat – Rum adalah minuman yang disuling dari
hidup sehat dan terbebas dari efek negatif minuman fermentasi sirop gula atau air tebu selama paling
beralkohol. Itu artinya, Pemerintah dituntut untuk tidak 3 tahun. Sedangkan sebagai pewarnanya,
dapat membuat kebijakan yang mengarah pada kadang-kadang digunakan karamel.
upaya perlindungan generasi muda dari efek negatif – Wine, dibuat dari berbagai macam jenis buah-
minuman beralkohol baik dari segi kesehatan buahan seperti anggur, peach, plum atau
maupun sosial. Upaya perlindungan generasi muda aprikot. Sebagian besar wine dihasilkan dari
ini di antaranya mencakup kebijakan yang terkait anggur. Tanah tempat anggur tersebut tumbuh
pada akses terhadap minuman beralkohol (baik dan kondisi cuaca sangat menentukan kualitas
minuman beralkohol modern/pabrikan maupun dan rasa anggur yang juga akan menentukan
tradisional serta oplosan) dan akses terhadap jasa kualitas dan rasa wine.
rehabilitasi akibat penyalahgunaan alkohol dan – Bir, dibuat dari proses fermentasi, campuran
ketergantungan mengonsumsi minuman beralkohol. cairan yang disebut wort, disiapkan dengan
Untuk itu, diperlukan komitmen dan konsep yang menggabungkan ragi dan biji-bijian seperti
tegas dan jelas serta peran serta masyarakat agar jagung, gandum, dan gandum hitam. Fermentasi
tujuan perlindungan generasi muda dari efek negatif dari campuran cairan ini menghasilkan alkohol
minuman beralkohol baik dari segi kesehatan dan CO2. Fermentasi cairan ini dihentikan
maupun sosial dapat terwujud. sebelum selesai untuk batas kandungan alkohol.
Alkohol yang dihasilkan disebut sebagai bir
Konsumsi Minuman Beralkohol dan Efeknya yang kandungan alkoholnya 4–8% alkohol.
bagi Manusia Tabel 1. Jenis Minuman Beralkohol
Alkohol adalah golongan senyawa kimia
alifatik yang mempunyai satu gugusan –OH. Nama Kadar
No. Sumber
Minuman Alkohol (%)
Golongan alkohol banyak digunakan sebagai
pelarut dan jenis alkohol yang sering dijumpai Produk Pabrik/Modern
adalah metanol, etanol, dan isopropanol. Minuman 1. Brandy Sari buah 40 - 50
beralkohol dengan alkohol adalah dua hal yang
2. Whisky Sereal (biji- 40 - 55
berbeda. Tidak ada seorangpun yang sanggup bijian)
meminum alkohol dalam bentuk murni (alkohol
100%) karena dapat menyebabkan kematian. Jenis 3. Rum Karamel 40 - 55
alkohol yang biasa terkandung dalam minuman 4. Wine (Port, Anggur/buah- 10 - 22
beralkohol bisa diproduksi dari proses fermentasi. Sherry, buahan lainnya
Minuman beralkohol adalah minuman yang Champagne, dll)
mengandung alkohol atau etanol (C2H5OH) yang 5. Bir Sereal (biji- 5-8
dibuat secara fermentasi dari jenis bahan baku bijian)
nabati yang mengandung karbohidrat, seperti biji- Produk tradisional/lokal
bijian, buah-buahan, nira atau yang dibuat dengan
6. Sopi, arak, tuak, Palm/Nira Tidak
cara distilasi/penyulingan hasil fermentasi. Dengan saguer cap tikus, diketahui pasti
demikian, senyawa alkohol yang biasa digunakan balok, lapen, (± > 50 – 60)
dalam minuman beralkohol adalah etanol ciu dll
(C2H5OH). Etanol atau etil alkohol, digunakan Sumber: Kemenkes, 2015
sebagai pelarut, antiseptik, campuran obat batuk,
Alkohol bukan satu-satunya senyawa kimia
anggur obat, dalam minuman keras, dan minuman
yang dapat menyebabkan mabuk, masih banyak
lain yang mengandung alkohol (Irianto, 2014: 594).
senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam

130 | Aspirasi Vol. 7 No. 2, Desember 2016


minuman keras dan bersifat memabukkan, yaitu keterjangkauan harga minuman beralkohol
jika diminum pada konsentrasi yang cukup tinggi. (baik impor maupun lokal) dengan daya beli
Selain itu, ada juga komponen-komponen lain atau kekuatan ekonomi masyarakat. Selain itu,
yang umumnya digunakan untuk bahan industri jika dari segi ekonomi makro, industri minuman
namun digunakan sebagai bahan minuman keras beralkohol baik di tingkat produksi, distribusi,
yang dikenal dengan istilah oplosan, di antaranya dan periklanan ternyata mampu menyumbang
aseton, spritus, dan lain-lain. Secara patofisiologi, porsi yang besar bagi pendapatan keuangan
jika seseorang untuk pertama kalinya mengonsumsi negara (dari tax, revenue, dan excise).
minuman beralkohol, walau jumlah yang masuk 3. Faktor budaya.
ke dalam tubuh masih sedikit, alkohol tersebut Berdasarkan sudut pandang budaya dan
tetap akan memberikan efek pada otak dan tubuh. kepercayaan, masalah penyalahgunaan
Alkohol akan memengaruhi penilaian dan waktu minuman beralkohol sangat kompleks. Hal
reaksi seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. ini dikarenakan, di Indonesia masih banyak
Jika jumlahnya lebih banyak lagi, maka alkohol dijumpai produk minuman beralkohol lokal
dapat menyebabkan reaksi dan koordinasi menjadi yang notabene tidak terkontrol kandungan
lamban. Sampai pada akhirnya, ketika jumlah alkoholnya dan merupakan warisan tradisional,
konsumsi alkohol tersebut cukup banyak, maka tetapi faktanya banyak dikonsumsi oleh
dapat menekan beberapa fungsi organ tubuh dan masyarakat dengan alasan tradisi. Akan
dalam kondisi berat dapat menyebabkan kematian. tetapi, di sisi lain, jika tradisi budaya tersebut
(Kemenkes, 2015:11). dikaitkan dengan segi agama, dimana mayoritas
Oplosan merupakan minuman keras yang masyarakat Indonesia adalah muslim yang
paling berbahaya bagi kesehatan, karena selain mengharamkan konsumsi minuman beralkohol,
kadar alkohol yang tidak terkontrol, hasil akhir maka sangatlah bertolak belakang.
cerna dalam tubuh juga akan berubah menjadi 4. Faktor lingkungan.
formaldehyd yang beracun, pada akhirnya dapat Peran negara dalam menciptakan lingkungan
menyebabkan kebutaan meskipun diminum dalam yang bersih dari penyalahgunaan alkohol
jumlah kecil. Oplosan mengandung senyawa dalam hal ini menjadi sangat vital. Kebijakan
metanol atau methyl etanol (CH3OH) yang biasanya dan peraturan perundang-undangan mengenai
digunakan dalam pelarut untuk industri, pembersih/ minuman beralkohol serta pelaksanaan yang
penghapus cat dan fotokopi (Kemenkes, 2015:12). tegas menjadi faktor penentu penanganan
Penyalahgunaan alkohol telah menjadi masalah penyalahgunaan minuman beralkohol.
masalah hampir setiap negara. Namun demikian, Selain itu, yang tidak kalah pentingnya
penyalahgunaan alkohol pada setiap negara berbeda- adalah peranan provider kesehatan dalam
beda tergantung pada kondisi sosial budaya, pola mempromosikan kesehatan terkait masalah
religius, kekuatan ekonomi, dan bentuk kebijakan konsumsi minuman beralkohol, baik sosialisasi
serta regulasi negaranya. Menurut WHO (2003), ada di tingkat masyarakat maupun advokasi pada
empat faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tingkatan decision maker.
penyalahgunaan alkohol. Keempat faktor ini satu
Terkait penyalahgunaan alkohol, kelompok usia
sama lain saling berkaitan dan berpengaruh, yaitu:1
tertinggi yang mengonsumsi minuman beralkohol
1. Faktor sosial.
adalah usia 25–34 tahun dengan tingkat pendidikan
Konsumsi minuman beralkohol sering kali
SMA. Rata-rata mereka sudah mengonsumsi
didasari oleh motif-motif sosial seperti untuk
minuman beralkohol pada usia 10–14 tahun (lihat
meningkatkan prestige atau adanya pengaruh
tabel 3). Sedangkan alasan seseorang mengonsumsi
pergaulan dan perubahan gaya hidup. Selain
minuman beralkohol menurut Sundeen (2007), di
itu, sistem norma dan nilai dalam keluarga
antaranya:2
dan masyarakat juga menjadi kunci dalam
1. Coba-coba. Pada tahap awal biasanya
permasalahan penyalahgunaan minuman
dimulai dari rasa ingin tahu yang sangat
beralkohol.
besar dari seseorang (remaja). Karena
2. Faktor ekonomi.
pada fase ini biasanya remaja selalu ingin
Dari segi ekonomi, jika terjadi peningkatan
mencari pengalaman baru, termasuk dalam
jumlah pengguna minuman beralkohol di
mengonsumsi minuman beralkohol.
Indonesia, maka dapat diasosiasikan dengan
2. Untuk kesenangan/rekreasi. Umumnya terjadi
1
H. Sisworo. 2008. “Pengertian Minuman Keras dan pada saat berkumpul bersama teman sebaya.
Akibatnya.” http://www.pengertian-minuman-keras-dan-
akibatnya.html., diakses 1 November 2016. 2
Ibid.

Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 131
Misalnya pada saat acara atau pesta ulang akan berdampak pada kemampuan kognitif si anak
tahun teman, saat berkumpul dengan teman di kemudian hari. Sedangkan bagi ibunya dapat
sebaya pada saat malam minggu atau kumpul mengalami masalah dengan rendahnya perhatian
bersama teman geng motornya. Pada kondisi dan reaksi. Kerusakan jaringan otak juga dapat
ini penggunaan minuman beralkohol bertujuan terjadi secara permanen. Jika kondisi ini terjadi, akan
untuk rekreasi (just fun) bersama teman- menimbukam gangguan daya ingat, kemampuan
temannya. penilaian baik dan buruk, kemampuan belajar
3. Situasional. Pada kondisi ini, umumnya karena terganggunya daya ingat, gangguan jiwa
seseorang mengonsumsi minuman beralkohol tertentu, dan perubahan kepribadian. Sedangkan
sebagai salah satu upaya atau cara untuk bagi laki-laki, dapat terjadi impotensi dan gangguan
melarikan diri dari masalah yang sedang seks lainnya (Kemenkes, 2015: 14-19).
dihadapi, konflik, atau stres dan frustasi. Selain itu, menurut Chandrasoma dan Taylor
4. Konsumsi minuman beralkohol yang sudah (2005) dalam McKenzie (2007), dinyatakan bahwa
bersifat patologis, dikarenakan sudah digunakan kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol
secara rutin setiap hari, paling tidak sudah (alkoholisme) juga dapat menyebabkan gangguan
berlangsung selama satu bulan. Dalam kondisi fungsi sosial dan pekerjaan, meningkatkan toleransi
ini biasanya sudah mulai terjadi penyimpangan terhadap efek alkohol dan ketergantungan fisiologik.
perilaku, karena sudah mengganggu fungsi dan Menurut Morse dan Flavin (1992) dalam McKenzie
perannya di lingkungan sosial. Misalnya dalam (2007), Alkoholisme (alcoholism) merupakan
bekerja atau pendidikan (jika sebagai pelajar). suatu penyakit yang ditandai dengan terganggunya
5. Ketergantungan. Kondisi ini, merupakan kendali atas perilaku alkohol, pikirannya selalu
kondisi yang paling berat dari seseorang yang pada konsumsi alkohol dan konsumsi alkohol
mengonsumsi minuman beralkohol, karena berkelanjutan tanpa mengindahkan efek negatifnya.
sudah terjadi ketergantungan baik fisik maupun Alkoholisme bersifat kronis dan dipengaruhi oleh
psikologis. Ketergantungan fisik ditandai faktor-faktor genetik, psikososial, dan lingkungan
dengan adanya toleransi dan sindrom putus zat (McKenzie, 2007: 385).
(alkohol), yaitu suatu kondisi dimana individu Pada orang tua dan keluarga, mengonsumsi
terbiasa menggunakan zat adiktif (dalam hal minuman beralkohol dapat menimbulkan beban
ini alkohol) secara rutin pada dosis tertentu. mental, emosional, dan sosial yang berat. Selain
Kondisi ini akan menurunkan jumlah zat yang itu, dapat menimbulkan beban biaya yang sangat
digunakan atau berhenti memakai, sehingga tinggi bahkan sampai berdampak terjadinya
akan menimbulkan gejala sesuai dengan jenis kebangkrutan ekonomi keluarga. Mengonsumsi
zat yang digunakan. Pada kondisi ini biasanya minuman beralkohol juga dapat menimbulkan beban
berperilaku anti sosial. penderitaan yang berkepanjangan dan hancurnya
harapan tentang masa depan anak, memicu terjadinya
Dari kelima alasan tersebut di atas, perilaku
proses penelantaran keluarga dan kekerasan dalam
agresif, emosional, acuh, dan apatis terhadap
rumah tangga (KDRT) serta perceraian.
permasalahan dan kondisi sosial merupakan
Efek mabuk yang ditimbulkan dari minuman
sifat-sifat yang sering muncul pada orang dengan
beralkohol, jika tidak terkontrol, banyak
penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap
menyebabkan masalah sosial dan kamtibmas
alkohol.
(keamanan dan ketertiban masyarakat). Hal ini
Secara umum, senyawa alkohol bersifat
dikarenakan, orang yang sedang mabuk biasanya
narcosis atau memabukkan dan berimplikasi pada
memiliki emosi yang tidak terkontrol. Akibatnya
gungguan kesehatan fisik, jiwa, dan mental. Efek
akan mudah tersinggung. Padahal orang yang
fisik yang dialami dari mengonsumsi minuman
berada di bawah pengaruh alkohol cenderung
beralkohol di antaranya kerusakan hati, ginjal, paru-
menjadi berani dan agresif, bahkan tidak takut
paru, jantung, pankreas, peradangan lambung, otot
mati. Selain itu, orang yang sedang mabuk akan
saraf, dan gangguan metabolisme tubuh. Konsumsi
menjadi kurang perhatian terhadap lingkungan
alkohol berlebihan meningkatkan risiko timbulnya
sekitarnya. Tidak jarang, hanya untuk mendapatkan
lebih dari 200 penyakit, termasuk siroris hati,
seteguk alkohol, para pecandu minuman beralkohol
tuberkolosis dan beberapa jenis kanker. Bagi kaum
berani melakukan tindakan-tindakan nekat yang
perempuan, peluang terjadinya kerusakan saraf otak
melanggar norma-norma dan sikap moral yang
lebih besar dibanding laki-laki. Konsumsi minuman
berlaku di masyarakat.
beralkohol bagi perempuan yang sedang hamil
Secara sosial, mengonsumsi minuman
juga dapat merusak jabang bayinya. Kondisi ini
beralkohol dapat menimbulkan beban ekonomi yang

132 | Aspirasi Vol. 7 No. 2, Desember 2016


tinggi bagi program pencegahan, penegakan hukum untuk dibuatnya sebuah kebijakan, baik kebijakan
dan perawatan serta pemulihan pecandu minuman yang baru sama sekali atau kebijakan yang diubah
beralkohol. Mengonsumsi minuman beralkohol sebagai konsekuensi dari kebijakan yang lama
juga dapat menghacurkan ekonomi keluarga karena (Dumilah, 2014: 50).
produktivitas yang menurun. Selain itu ketika Lingkup analisis kebijakan meliputi analisis
berada dibawah pengaruh alkohol sering tidak proses kebijakan dan analisis isi/konten kebijakan.
dapat mengontrol diri dan melakukan perbuatan Analisis proses kebijakan difokuskan kepada
kriminalitas yang dapat menyebabkan gangguan formulasi atau perumusan kebijakan. Sedangkan
ketertiban, ketentraman dan keamanan masyarakat analisis konten kebijakan difokuskan pada substansi
karena tindak kejahatan termasuk kerusuhan, atau kandungan kebijakan. Analisis kebijakan
separatisme dan terorisme juga semakin meningkat. dapat menggambarkan proses dan isi kebijakan,
Kondisi ini dapat menimbulkan keresahan dan sehingga dapat diketahui apa isu strategis dan
kegelisahan di masyarakat. Dampak lain yang lebih permasalahan kebijakan yang penting untuk
luas lagi adalah hancurnya kualitas dan daya saing ditindaklanjuti, kekurangan dan ketidaksesuaian
bangsa serta dapat membunuh masa depan dan yang perlu diintervensi untuk meningkatkan proses
kejayaan negara. Kondisi ini dapat membahayakan implementasi kebijakan dan mengarah pada hasil
kehidupan bangsa dan negara yang mengakibatkan yang lebih baik. Portney (1986) memfokuskan
rusaknya persatuan dan kesatuan bangsa yang pada analisis kebijakan pada pembuatan kebijakan, sebab
gilirannya merusak stabilitas nasional dan moralitas dan akibat, dan rekomendasi sebuah kebijakan.
manusia Indonesia di masa depan. Mengingat Adapun tahapan dalam siklus kebijakan (Collins,
luasnya dampak minuman beralkohol terhadap 2004) meliputi penetapan masalah kebijakan
kehidupan dan mengancam keberlangsungan (problem formulation), formulasi kebijakan (policy
generasi muda di masa depan maka penggunaannya formulation), adopsi kebijakan (policy adoption),
perlu dikendalikan. implementasi kebijakan (policy implementation),
dan evaluasi kebijakan (policy evaluation)
Evaluasi Kebijakan Publik (Dumilah, 2014: 52).
Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan Menurut Dunn (1991), ada tiga model analisis
yang ditetapkan dan dilaksanakan ataupun tidak kebijakan yaitu model prospektif, retrospektif, dan
dilaksanakan oleh Pemerintah serta mempunyai integratif. Model prospektif kajiannya diarahkan
tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi pada konsekuensi-konsekuensi kebijakan sebelum
kepentingan seluruh masyarakat (Islamy, 2009: 20). suatu kebijakan diterapkan. Model ini disebut
Menurut Anderson, kebijakan publik adalah juga model prediktif, karena sering kali untuk
kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh memprediksikan kemungkinan-kemungkinan
badan-badan dan pejabat-pejabat Pemerintah. yang akan timbul dari suatu kebijakan yang akan
Setiap kebijakan publik sudah termaktub tujuan/ diusulkan. Model retrospektif dilakukan terhadap
sasaran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, akibat-akibat kebijakan setelah suatu kebijakan
walaupun tujuan kebijakan tersebut dalam diimplementasikan. Model ini biasanya disebut
praktiknya mungkin saja berubah atau dilupakan. sebagai model evaluatif, karena banyak melibatkan
Namun, dalam praktiknya terkadang tujuan pendekatan evaluasi kebijakan yang sedang atau
yang dirumuskan mengacu pada masa lampau telah diterapkan. Sedangkan model integratif
(expost facto). Artinya, kebijakan sebagai upaya merupakan perpaduan kedua model di atas. Model
pembenaran (justification) atas tindakan-tindakan ini sering kali disebut sebagai model komprehensif
yang ditempuh di masa lampau dari pada dirumuskan atau model holistik, karena analisisnya dilakukan
secara ex-ante atau sebagai pedoman yang rasional terhadap konsekuensi-konsekuensi kebijakan yang
bagi tindakan-tindakan yang akan dilakukan di mungkin timbul, baik sebelum maupun sesudah
masa depan. Untuk itu, perlu dilakukan analisis suatu kebijakan dioperasionalkan (Suharto, 2012:
kebijakan publik untuk meramu secara sistematik 86).
beragam gagasan yang berasal dari berbagai macam Pendekatan evaluasi kebijakan ada tiga
disiplin keilmuan seperti kesehatan, sosiologi, macam yaitu: 1) evaluasi semu, ditujukan untuk
politik, ekonomi, administrasi publik, psikologi menghasilkan informasi yang valid tentang hasil
sosial, dan antropologi yang kemudian digunakan kebijakan; 2) evaluasi formal, ditujukan untuk
untuk menginterpretasikan sebab-sebab dan akibat- menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid
akibat dari tindakan pemerintah (Wahab, 2011: 34). mengenai hasil kebijakan secara formal diumumkan
Menurut Carl W. Patton dan David S. Savicky, sebagai tujuan program-kebijakan; dan 3) evaluasi
analisis kebijakan adalah tindakan yang diperlukan keputusan teoritis, ditujukan untuk menghasilkan

Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 133
informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil Tabel 2. Prevalensi Minuman Beralkohol pada
kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh 11 Provinsi Tertinggi
berbagai pelaku kebijakan (Dunn, 2003: 612). Konsumsi Alkohol (%)
Terkait pengaturan konsumsi minuman
No. Provinsi Dalam Dalam
beralkohol, evaluasi kebijakan dilakukan melalui
12 Bulan 1 Bulan
pendekatan evaluasi formal untuk memberikan Terakhir Terakhir
sumbangan pada klarifikasi serta kritik terhadap
1. Nusa Tenggara Timur 17,7 13,5
nilai-nilai yang mendasari penentuan tujuan
dan target dari pengaturan konsumsi minuman 2. Sulawesi Utara 17,4 14,9
beralkohol yang ada. Dengan demikian, evaluasi 3. Gorontalo 12,3 10,7
formal dapat menjelaskan bagaimana kebijakan
4. Sulawesi Tengah 8,9 6,4
dan implementasinya dapat mencapai tujuan.
Evaluasi terkait pengaturan konsumsi minuman 5. Kalimantan Barat 8,8 4,8
beralkohol yang ada saat ini dapat mengarah 6. Maluku 8,2 5,0
pada perbaikan-perbaikan. Evaluasi tersebut juga
7. Papua Barat 8,1 4,9
dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang
mengganti secara total model yang ada (Suharto, 8. Sulawesi Tenggara 7,7 5,8
2012: 111). 9. Maluku Utara 7,4 4,4
10. Papua 6,7 4,4
Gambaran Konsumsi Minuman Beralkohol di
Sumber: Riskesdas, 2007
Indonesia
Berdasarkan sejarah, mengonsumsi minuman Tabel 3. Karakteristik Responden
beralkohol bukan merupakan hal baru di Indonesia. Pernah Minum Masih Minum
Ada beberapa tempat di Indonesia yang beranggapan Kelompok Alkohol Alkohol
minuman beralkohol merupakan bagian dari adat umur
No. Dalam 12 Dalam 1 Bulan
(Tahun)
istiadat masyarakat setempat. Di antaranya budaya Bulan Terakhir Terakhir
masyarakat di Papua, Manado, Sulawesi, Sumatera
1. 10 – 14 0,7 0,3
Utara, Jawa, dan Bali. Daerah-daerah tersebut biasa
menggunakan minuman beralkohol dalam acara 2. 15 – 24 5,5 3,5
ritual adatnya. Ritual adat ini menjadi pendorong 3. 25 –34 6,7 4,3
anggota masyarakat mengonsumsi minuman
4. 35 – 44 5,5 3,7
beralkohol/minuman keras. (Adik. W, 2014: 335).
Mengonsumsi minuman beralkohol saat ini 5. 45 – 54 4,8 3,3
sudah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian 6. 55- 64 3,6 2,4
masyarakat di Indonesia. Berawal dari coba-coba
7. 65 -74 2,6 1,7
kemudian akhirnya ketagihan. Walaupun tingkat
konsumsi minuman beralkohol di Indonesia 8. ≥ 75 1,5 0,9
termasuk paling rendah di dunia. Namun data Jenis Kelamin
WHO (2010) menyebutkan konsumsi minuman 1. Laki-laki 88 5,8
beralkohol di Indonesia 0,6 liter alkohol murni per
kapita per tahun. Menurut data Riset Kesehatan 2. Perempuan 0,7 0,4
Dasar (Riskesda) Tahun 2007, selama tahun 2007 Tingkat Pendidikan
ada tiga provinsi dengan prevalensi minuman 1. Tidak Sekolah 3,1 2,1
beralkohol terbanyak yaitu di Nusa Tenggara Timur
2. Tidak Tamat SD 3,8 2,5
(17,7%), Sulawesi Utara (17,4%), dan Gorontalo
(12,3%). Sedangkan para pengkonsumsi minuman 3. Tamat SD 4,5 3,0
beralkohol tersebut, sebagian besar tinggal tiga 4. Tamat SMP 5,5 3,5
provinsi di pedesaan (5,1%) dengan tingkat
5. Tamat SMA 6,0 3,8
pendidikan terbanyak adalah tamatan SMA (6,0%)
dengan usia 25–34 tahun (6,7%). (Adang B, 2016: 6. Tamat PT 3,9 2,4
19). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tipe Daerah
tabel berikut ini: 1. Perkotaan 3,9 2,5
2. Perdesaan 5,1 3,3
Sumber: Riskesdas, 2007

134 | Aspirasi Vol. 7 No. 2, Desember 2016


Berdasarkan data Riskesda tahun 2007 tersebut – Seperti yang diberitakan Harian Fajar 14
di atas menunjukkan bahwa, kelompok pemuda Agustus 2014, dimana terjadi pembunuhan
usia produktif di pedesaan dengan pendidikan SMA terhadap teman sendiri yang diawali dengan
banyak yang mengonsumsi minuman beralkohol. minum minuman beralkohol sehingga pada
Kondisi ini tentu saja dapat berdampak pada akhirnya dalam keadaan mabuk mereka
keberlangsungan kualitas generasi penerus bangsa berkelahi dan accident yang menyebabkan
di masa depan. Apalagi saat ini Indonesia sedang kematian.
menuju transisi sosial dimana dengan semakin – Kematian Yuyun 14 tahun, seorang siswi
berkembangnya teknologi informatika memudahkan sekaligus warga Desa Kasie Kasubun,
setiap orang yang berada di belahan dunia manapun Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kabupaten
mengakses informasi dan budaya dari luar wilayah Rejang Lebong, Bengkulu diperkosa hingga
tempat tinggalnya tanpa batas. Hal ini sejalan dengan tewas pada 2 April 2016. Pelakunya adalah 14
data yang disampaikan dalam Europe Indonesia orang yang baru saja pesta minuman keras.
Business Network (2015), bahwa total konsumsi – Seorang mahasiswi Perguruan Tinggi Swasta
minuman beralkohol di Indonesia terus meningkat (PTS) di Banyuwangi Jawa Timur, diperkosa
dari 5% pada tahun 2011 menjadi 11,7% pada tahun empat pria secara bergiliran hingga pingsan
2014. Peningkatan ini terjadi juga dengan prevalensi pada November 2015. Korban terlebih dulu
remaja yang mengonsumsi minuman beralkohol. dipaksa menenggak minuman keras oplosan
Fakta lain terkait konsumsi minuman beralkohol yang dibawa pelaku hingga mabuk berat
di Indonesia adalah maraknya penggunaan sebelum akhirnya ‘digauli’.
oplosan dan minuman bermerek selundupan/palsu. – Kasus pembacokan yang disertai dengan
Berdasarkan data dari Euromonitor International membakar dua sepeda motor menimpa Ari
(2009), bahwa prevalensi pengguna oplosan dan Kristianto (40), warga Desa Sumberurip
minuman bermerek selundupan/palsu dalam 10 Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Kasus
tahun terakhir terus meningkat. Hal ini dikarenakan tersebut terjadi setelah Ari dan pelaku pesta
harga minuman beralkohol bermerek dan resmi minuman keras. Pelaku diduga tersinggung
tidak dapat terjangkau oleh para remaja yang dengan ucapan korban, sehingga pelaku
umumnya berada di pedesaan atau pinggiran kota. memukul hingga membacok korban. Pelaku
Selain itu, kendali sosial di lingkungan RT/RW memukul korban dan kemudian membakar
yang longgar juga sebagai salah satu penyebab para sepeda motor milik korban dan miliknya sendiri.
remaja tersebut leluasa melakukan aksinya coba- – Pada 3 Mei 2016, anak jalanan bergaya punk
coba menggunakan oplosan dan minuman bermerek merampok seorang karyawati di kawasan
selundupan/palsu (Adang B, 2016: 21). flyover Universitas Indonesia (UI), Beji, Kota
Berdasarkan riset Gerakan Nasional Anti Depok. Korban, Vika (18 tahun), yang hendak
Miras (GeNAM), jumlah remaja yang mempunyai pulang ke rumahnya di daerah Cimanggis
kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol menjadi korban perampokan saat dirinya sedang
pada tahun 2014 meningkat hingga 23% dari total naik angkot. Tersangka, JS (17 tahun), dalam
jumlah remaja Indonesia (63 juta jiwa). Perilaku keadaan mabuk dan menusuk kepala korban
mengonsumsi minuman beralkohol pada remaja dengan menggunakan taring babi hingga terluka.
salah satunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan
Terlepas dari kasus di atas, ada beberapa
pergaulan dan kondisi lingkungan keluarga yang
kelompok tertentu di masyarakat Indonesia, yang
tidak mendukung kesehatan mentalnya. Seorang
mengonsumsi minuman beralkohol sebagai bagian
remaja yang masih dalam masa mencari jati diri
dari keragaman budaya dan adat istiadatnya.
juga selalu berusaha mencoba hal-hal yang baru
Minuman beralkohol tradisional sering kali
termasuk mencoba minuman beralkohol oplosan.
dikonsumsi sebagai bagian dari upacara dan ritual
Untuk itu, perlu didampingi oleh orang terdekat
dalam adat budaya, kebiasaan turun-temurun,
yang dipercaya dan lebih dewasa. Kebiasaan minum
bahkan menjadi minuman utama untuk menjaga
minuman beralkohol di kalangan remaja tersebut,
stamina atau sebagai salah satu daya tarik wisata
sering kali membahayakan dirinya sendiri maupun
bagi wisatawan di kawasan pariwisata. Namun
orang lain. Tidak sedikit kasus kejahatan yang
demikian, ada juga sebagian golongan atau agama
dipicu oleh minuman keras, di antaranya adalah:3
di Indonesia yang mengharamkan minuman
beralkohol untuk dikonsumsi.
3
“Akohol Antara Kejahatan Dan Kematian”. http://www. Di tengah-tengah keragaman sikap dan
koran-sindo.com/news.php?r=0&n=10&date=2016-05-11, penerimaan masyarakat Indonesia terhadap
diakses 20 Oktober 2016.

Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 135
konsumsi minuman beralkohol tersebut, maka peran tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah
negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih Daerah untuk melakukan KIE (Komunikasi,
dari penyalahgunaan alkohol menjadi sangat vital. Imformasi, dan Edukasi) terkait konsumsi
Untuk itu, perlu adanya kebijakan khusus terkait minuman beralkohol.
pengaturan penggunaan minuman beralkohol di – Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Indonesia agar generasi muda calon penerus bangsa Pangan Pasal 86, 89, 90, 91, 97, 99, dan 104 yang
di masa depan dapat terlindungi dari efek negatif intinya mengatur adanya jaminan keamanan
alkohol. pangan dan mutu pangan yang dikonsumsi
mulai dari produksi sampai konsumsi. Pada
Pengaturan Terkait Konsumsi Minuman Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang
Beralkohol Saat ini Pangan ini pun tidak ada penyebutan minuman
Sampai saat ini belum ada pengaturan beralkohol secara eksplisit. Namun untuk
terkait konsumsi minuman beralkohol secara segala sesuatu yang dikonsumsi manusia
komprehensif. Pengaturan terkait konsumsi harus memenuhi jaminan kemanan dan mutu,
minuman beralkohol sampai saat ini masih termasuk minuman beralkohol.
tersebar mulai dari tingkat peraturan perundang- – Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 3 Tahun
undangan sampai pada peraturan daerah. Selain 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian
itu, peraturan yang ada tersebut belum mengatur Minuman Beralkohol. Pada aturan ini,
konsumsi minuman beralkohol secara spesifik minuman beralkohol dengan kadar etanol >
dan komprehensif mulai dari produksi, peredaran 2,5% sampai 55% adalah kelompok minuman
sampai pengonsumsian beserta upaya perlindungan beralkohol yang diproduksi, peredaran dan
dari efek negatif minuman beralkohol. Peraturan penjualannya ditetapkan sebagai barang
perundang-undangan terkait konsumsi minuman dalam pengawasan. Sedangkan produksi
beralkohol yang ada sampai saat ini antara minuman beralkohol di dalam negeri hanya
lain, peraturan yang berkaitan dengan larangan dapat diselenggarakan berdasarkan izin
minuman beralkohol, peraturan yang terkait dengan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Untuk
investasi industri, izin usaha, minuman beralkohol, peredaran yang dilakukan hotel, bar, restoran,
pengenaan cukai, tindak kriminal sebagai efek dari dan tempat tertentu lainnya ditetapkan oleh
mengonsumsi minuman beralkohol, dan Peraturan Gubernur setelah mendengarkan pertimbangan
Daerah (Perda) yang mengatur minuman berlakohol. dari Bupati/Walikota. Namun tempat-tempat
tersebut di atas, lokasinya dilarang berdekatan
Peraturan yang Berkaitan dengan Larangan
dengan tempat peribadatan, sekolah, rumah
Peraturan yang berkaitan dengan larangan
sakit, atau lokasi tertentu lainnya yang dilarang
minuman beralkohol, yaitu:
Gubernur setelah mendengarkan pertimbangan
– Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
dari Bupati/Walikota. Kemudian diatur juga
Kesehatan Pasal 111, Pasal 112, dan Pasal 160.
bahwa minuman beralkohol dilarang diedarkan
Pada Pasal 111 dan Pasal 112 mengatur bahwa
dan/atau dijual kepada yang belum berusia 25
makanan dan minuman yang dipergunakan untuk
tahun. Untuk minuman beralkohol tradisional,
masyarakat harus berdasarkan pada standar dan/
diatur bahwa dilarang diproduksi, kecuali
atau persyaratan kesehatan. Selain itu, makanan
untuk keperluan masyarakat sesuai kebiasaan
dan minuman hanya dapat diedarkan setelah
dan adat setempat berdasarkan izin Bupati/
mendapat izin edar sesuai dengan ketentuan
Walikota.
peraturan perundang-undangan. Dari kedua
– Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
pasal tersebut pengaturan minuman beralkohol
15/M-DAG/PER/3/2015 tentang Perubahan
tidak secara eksplisit tersurat disebutkan.
Ketiga atas Peraturan Menteri Perdagangan
Minuman beralkohol sebagai sebuah minuman
Nomor 43/M-DAG/PER/9/2009 tentang
harus memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut.
Ketentuan Pengadaan, Pengedaran, Penjualan,
Sedangkan pada Pasal 1604 diatur tentang
Pengawasan, dan Pengendalian Minuman
4
(1) Pemerintah, pemerintah daerah bersama masyarakat Beralkohol.
bertanggung jawab untuk melakukan komunikasi, – Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
informasi, dan edukasi yang benar tentang faktor risiko 71/M-IND/PER/7/2012 tentang Pengendalian
penyakit tidak menular yang mencakup seluruh fase dan Pengawasan Industri Minuman Beralkohol
kehidupan. (2) Faktor risiko sebagaimana dimaksud pada
(di dalamnya juga mengatur mengenai
ayat (1) antara lain meliputi diet tidak seimbang, kurang
aktivitas fisik, merokok, mengkonsumsi alkohol, dan minuman beralkohol tradisional).
perilaku berlalu lintas yang tidak benar.

136 | Aspirasi Vol. 7 No. 2, Desember 2016


Peraturan yang Berkaitan dengan Investasi – Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
Peraturan yang berkaitan dengan investasi tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara
pada industri minuman beralkohol, yaitu Undang- Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, yang
Modal Pasal 12 ayat (3)5 dengan aturan pelaksananya intinya menyatakan bahwa penerbitan IUI
adalah Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 minuman beralkohol menjadi kewenagan
tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Menteri Perindustrian.
Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan – Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang
di Bidang Penanaman Modal. Berdasarkan aturan Cukai Pasal 14 yang intinya menyatakan bahwa
tersebut, maka industri minuman beralkohol setiap orang yang menjalankan kegiatan sebagai
merupakan salah satu bidang industri yang tertutup penyalur dan pengusaha tempat penjualan
untuk penanaman modal. Sehingga tidak ada eceran, sebagai penyalur dan pengusaha tempat
peluang untuk dibuka industri baru lagi. penjualan eceran minuman beralkohol wajib
Peraturan yang Berkaitan dengan Izin Usaha memiliki izin. Jika dilanggar akan dipidana
Peraturan berkaitan dengan izin usaha industri penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama
minuman beralkohol, yaitu: 5 tahun, dengan pidana denda paling sedikit 2
– Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 kali nilai cukai dan paling banyak 10 kali nilai
tentang Perindustrian, mengatur mengenai cukai yang seharusnya dibayar (Pasal 50).
pendirian perusahaan. Pada undang-undang ini Peraturan yang Berkaitan dengan Cukai
dinyatakan bahwa setiap pendirian perusahaan Peraturan yang berkaitan dengan pengenaan
harus memperoleh Izin Usaha Industri (IUI) cukai industri minuman beralkohol, yaitu: Undang-
dari Kementerian Perindustrian. Sebagai aturan Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan
pelaksananya ditetapkan Peraturan Pemerintah Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
(PP) Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha tentang Cukai. Dalam Undang-Undang Nomor 11
Industri dan Izin Prinsip. Tahun 1995 Pasal 4 intinya menyebutkan bahwa
– Peraturan Menteri Perindustrian Nomor barang yang mengandung etil alkohol atau etanol
63/M-IND/PER/7/2014 tentang Pengendalian termasuk dalam kategori barang kena cukai.
dan Pengawasan Industri Minuman Beralkohol. Kemudian Pasal 8 disebutkan bahwa untuk barang
Dalam peraturan ini diatur bahwa perusahaan yang mengandung etil alkohol atau etanol yang
yang telah memiliki IUI dapat melakukan dibuat oleh rakyat di Indonesia secara sederhana,
perubahan yang meliputi pindah lokasi, semata-mata untuk mata pencaharian dan tidak
kepemilikan, golongan minuman alkohol dan dikemas untuk penjualan eceran (secara tradisional)
tidak mengubah kapasitas jumlah produksi secara tidak dipungut cukainya. Untuk pengaturan besaran
keseluruhan atau penggabungan perusahaan. tarifnya diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Tata cara perubahan IUI minuman beralkohol Nomor 62/PMK.011/2010 tentang tarif cukai etil
mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal alkohol.
Industri Agro Nomor 30/IA/PER/8/2014
Pengaturan yang Berkaitan dengan Tindak
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian
Kriminal
Rekomendasi Izin Usaha Industri, Perubahan
Pengaturan yang berkaitan dengan tindak
Izin Usaha Industri, Pelaksanaan Pembinaan
kriminal sebagai efek dari mengonsumsi minuman
dan Pengawasan Industri Minuman Beralkohol.
beralkohol, yaitu: Ketentuan Undang-Undang
Namun demikian, untuk industri minuman
Hukum Pidana (KUHP) Pasal 300, Pasal 492 ayat
beralkohol, sejak tahun 1993 sudah tidak dibuka
(1), Pasal 536 ayat (1), dan Pasal 537.
peluang lagi untuk pendirian industri minuman
beralkohol baru. Ketetapan tersebut didasarkan Peraturan Daerah (Perda)
pada Keppres No. 54 Tahun 1993 tentang Daftar Terdapat Perda yang beragam untuk tiap
Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha daerahnya. Ada Perda yang secara tegas mengatur
yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang pelarangan minuman beralkohol, ada juga Perda
Penanaman Modal. yang sifatnya mengatur mengendalikan minuman
beralkohol (tergantung situasi dan karakteristik
5
Menyatakan bahwa: “Pemerintah berdasarkan Peraturan
masyarakat di wilayahnya).
Presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup
untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam Dikarenakan peraturan perundang-undangan
negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, terkait minuman beralkohol sebagaimana tersebut
kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan di atas bersifat sektoral dan belum komprehensif,
nasional, serta kepentingan nasional lainnya”,

Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 137
maka dalam pelaksanaannya menimbulkan kendala terhadap jenis minuman beralkohol modern,
dalam pelarangan dan pengawasannya. Akibatnya tradisional, dan oplosan. Produksi minuman
pelaksanaan peraturan perundang-undangan beralkohol modern atau pabrikan pengaturannya
tersebut tidak maksimal dan komprehensif. Sebagai perlu diselaraskan dengan peraturan perundang-
contoh, selama kurun waktu 5 tahun terakhir, Polda undangan yang sudah ada, di antaranya terkait izin
Sumut belum pernah secara spesifik melakukan pendirian pabrik, izin produksi, izin edar, produk
razia terhadap minuman beralkohol dikarenakan yang memenuhi standar mutu dan keamanan untuk
belum ada aturan yang digunakan sebagai dikonsumsi, serta cukai dan perpajakannya.
payung hukumnya. Akibatnya Polda tidak punya Untuk ke depan, pabrik-pabrik minuman
kewenangan untuk mengambil tindakan hukum. beralkohol yang sudah ada perlu juga didorong untuk
Selain itu, jika kedapatan kasus mengonsumsi produksi yang berorientasi pada produk ekspor.
minuman beralkohol termasuk untuk kasus Sedangkan untuk produk impor, keberadaannya
mengonsumsi minuman beralkohol oplosan, Polisi perlu dibatasi dan diperketat baik secara kuantitas/
tidak dapat melakukan penegakan hukum pada jumlah maupun kualitas.
pelakunya. Tindakan hukum baru dapat dilakukan Khusus produk minuman beralkohol tradisional
jika terkait izin edarnya saja (masuk dalam tindak perlu dilakukan pendataan dan pembinaan serta
pidana khusus) (DPR RI, 2015: 3). pendampingan sehingga setiap produk yang
dihasilkan dapat terkontrol serta memenuhi standar
Kebijakan yang Spesifik dan Komprehensif mutu dan keamanan untuk dikonsumsi.
Berdasarkan evaluasi formal Dunn, ada dua Perlu ditekankan juga bahwa setiap kemasan
hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan produk minuman beralkohol (modern maupun
suatu kebijakan, yaitu penentuan tujuan dan target. tradisional) harus menyertakan label yang minimal
Terkait konsumsi minuman beralkohol, tujuan berisi kandungan alkohol dan peringatan bahayanya
yang akan dicapai adalah perlindungan generasi bagi kesehatan. Selain itu, perlu diberlakukan juga
muda dari dampak negatif minuman beralkohol. pajak produksinya.
Sedangkan targetnya adalah pengaturan minuman Terkait dengan maraknya peredaran minuman
beralkohol mulai dari produksi sampai dikonsumsi beralkohol oplosan, aturan yang tegas perlu dibuat
(dari hilir ke hulu). sehingga dapat dijadikan sebagai payung hukum
Selain itu, sebagaimana pendapat Suharto bagi aparat penegak hukum dalam mengambil
(2012) yang menyatakan bahwa dengan melakukan tindakan tegas di masyarakat.
evaluasi formal (evaluasi terhadap pengaturan yang
Peredaran dan Konsumsi
sudah ada sebelumnya), maka pengaturan terkait
Sebagian besar penduduk Indonesia menganut
konsumsi minuman beralkohol ke depan hendaknya
agama Islam yang mengharamkan konsumsi
berupa pengaturan khusus yang spesifik dan
minuman beralkohol walau sedikitpun. Terkait
komprehensif, memuat ketentuan-ketentuan yang
dengan kondisi tersebut, Pemerintah harus bersikap
berkaitan dengan keberadaan minuman beralkohol
tegas membuat sebuah kebijakan yang di dalamnya
di masyarakat, mulai dari produksi sampai minuman
mengatur bahwa konsumsi minuman beralkohol
beralkohol tersebut dikonsumsi.
tidak diperuntukkan bagi masyarakat muslim.
Mengingat pentingnya perlindungan terhadap
Dengan demikian secara hukum (berdasarkan
masyarakat dari efek negatif dari konsumsi
identitas di KTP), semua masyarakat muslim
minuman beralkohol, maka menciptakan
dilarang mengonsumsi minuman beralkohol.
lingkungan hidup yang baik dan sehat sangatlah
Setiap masyarakat muslim dilarang menjual dan
penting. Untuk itu, selain pengaturan khusus yang
mengonsumsi minuman beralkohol, serta dilarang
tegas, spesifik, dan komprehensif terkait konsumsi
menyuruh orang lain untuk membeli minuman
minuman beralkohol, perlu ada juga kerja sama
beralkohol. Setiap orang (termasuk nonmuslim) juga
yang harmonis lintas sektor dan masyarakat baik di
dilarang menjual minuman beralkohol untuk/kepada
tingkat daerah maupun tingkat pusat.
masyarakat muslim (Simon, 2012). Kebijakan
Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa
larangan mengonsumsi minuman beralkohol bagi
faktor yang perlu diperhatikan, antara lain produk,
masyarakat muslim ini bukanlah hal baru. Larangan
peredaran dan konsumsi, rehabilitasi, peran serta
ini sudah diterapkan di beberapa negara dengan
masyarakat, serta komitmen dari pemerintah.
mayoritas berpenduduk muslim seperti Emirat Arab,
Produk Maroko, Malaysia dan Iran. Bahkan Iran secara
Pengaturan terhadap produk minuman tegas mengatur bahwa minuman beralkohol hanya
beralkohol dalam hal ini meliputi pengaturan diperbolehkan untuk kaum minoritas Kristen saja.

138 | Aspirasi Vol. 7 No. 2, Desember 2016


Hal ini berlaku juga untuk warga negara rehabilitasi juga melibatkan peran serta masyarakat
asing yang sedang berada di Indonesia. Namun (khususnya untuk rehabilitasi sosial).
demikian, tidak boleh mengonsumsi minuman
Peran Serta Masyarakat
beralkohol di sembarang tempat. Peredaran dan
Jika kedapatan ada seseorang yang berperilaku
konsumsi minuman beralkohol hanya boleh
ketergantungan alkohol, dampaknya akan
dilakukan di tempat tertentu. Untuk itu, perlu
memengaruhi tidak saja orang tersebut tetapi
dilakukan pengaturan dan pengawasan terkait
juga pada seluruh anggota keluarga dan secara
tempat/lokasi dan waktu yang diperbolehkan
luas kepada masyarakat di sekitarnya. Untuk itu,
menyediakan/menjual minuman beralkohol.
masyarakat perlu digerakkan guna menyelaraskan
Tempat yang diperbolehkan untuk mengonsumsi
tindakan pencegahan penyalahgunaan minuman
minuman beralkohol di antaranya di rumah, bar,
beralkohol.
restoran, atau cafe yang sudah mempunyai izin
Petugas Puskesmas dalam hal ini menjadi
untuk mengedarkan. Tidak kalah pentingnya
kunci di dalam mendorong masyarakat bersikap
adalah batasan umur yang diperbolehkan membeli,
dan menganut cara hidup yang lebih sehat. Petugas
menjual, menjadi model iklan, dan mengonsumsi
Puskesmas dalam hal ini melakukan pembinaan
minuman beralkohol adalah di atas 21 tahun.
kepada masyarakat yang berpengaruh dan
Rehabilitasi bersemangat (di antaranya dari kalangan tokoh
Pengaturan terkait upaya rehabilitasi terhadap masyarakat, guru, tokoh agama, dan tokoh pemuda)
korban minuman beralkohol perlu dilakukan. Untuk melalui pemberian pelatihan mengenai pengenalan
itu, keberadaan pusat rehabilitasi bagi pecandu dini (termasuk cara memberikan laporan kepada
dan/atau penyalahgunaan minuman beralkohol instansi yang berwenang jika terjadi pelanggaran
sangat diperlukan. Pemerintah daerah dalam hal terhadap larangan produksi, distribusi, perdagangan,
ini juga harus dapat mendorong terbentuknya dan/atau konsumsi minuman beralkohol), merujuk,
pusat rehabilitasi yang ditujukan untuk pecandu dan memulihkan para pecandu minuman beralkohol
dan/atau penyalahgunaan minuman beralkohol. di wilayahnya.
Mengingat, selama ini Indonesia belum mempunyai Masyarakat yang sudah mendapatkan pelatihan
pusat rehabilitasi khusus untuk pecandu dan/atau diharapkan juga dapat menyebarkan ilmu dan
penyalahgunaan minuman beralkohol. keterampilannya kepada masyarakat di sekitarnya
Rehabilitasi ditujukan untuk melindungi dalam menghadapi penyalahgunaan minuman
generasi penerus bangsa dari efek negatif beralkohol di lingkungannya.
minuman beralkohol. Ada tiga komponen yang
Komitmen Pemerintahan
perlu diperhatikan dalam melaksanakan upaya
Komitmen dan kesungguhan serta konsistensi
rehabilitasi, yaitu (Kemenkes, 2015: 31):
para penyelenggara negara sangat menentukan
a. Rehabilitasi harus berkesinambungan untuk
keberhasilan dalam memberikan perlindungan
meningkatkan dan menjaga motivasi tinggi
kepada masyarakat dari penyalahgunaan alkohol di
untuk pasien;
Indonesia. Terkait dengan hal tersebut, peraturan
b. Membantu pasien untuk menyesuaikan ulang
yang tegas, jelas, spesifik, komprehensif dan
terhadap gaya hidup bebas dari mengonsumsi
tersistem secara baik dan harmonis yang melibatkan
alkohol; dan
semua sektor di tingkat nasional (pusat dan daerah)
c. Melalui rehabilitasi dapat mencegah terjadinya
maupun internasional serta masyarakat sangat
kekambuhan.
diperlukan.
Ketiga komponen tersebut dilakukan melalui
Untuk itu, pengaturan yang dibuat juga harus
konseling motivasi, intervensi perubahan perilaku,
jelas apa lining point-nya (yang akan dituju), apakah
dan intervensi psikososial.
akan menganut pengaturan yang mengandung efek
Untuk itu, upaya rehabilitasi perlu diatur secara jera (melalui tindak pidana yang kejam) atau juga
tegas dan rinci termasuk di antaranya mencakup akan mengakomodir pengaturan yang bersifat
lembaga atau badan yang melakukan tugas tersebut. humanis dalam penerapannya (dengan adanya
Keberadaan lembaga rehabilitasi perlu ada minimal rehabilitasi).
satu di setiap kabupaten. Selain itu, perlu juga ada
pengaturan terkait sumber dana untuk pengadaan Penutup
dan pengelolaan upaya rehabilitasi hendaknya Simpulan
berasal dari hasil pajak/cukai minuman beralkohol. Karena alasan bagian dari adat istiadat dan/
Pelaksanaan rehabilitasi meliputi rehabilitasi atau gaya hidup, sebagian masyarakat Indonesia
fisik, mental, dan sosial. Penyelenggaraan upaya mempunyai kebiasaan mengonsumsi minuman

Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 139
beralkohol. Prevalensi terbanyak menurut Riskesdas Pengaturan terkait konsumsi minuman
2007, di Provinsi Nusa Tenggara Timur (17,7%). beralkohol yang sudah ada sangat memerlukan
Pemuda usia produktif di pedesaan dengan tingkat kepastian payung hukum agar dapat lebih terarah
pendidikan SMA merupakan kelompok terbanyak dan jelas arah kebijakan yang akan diterapkan.
yang mengonsumsi minuman beralkohol. Bahkan Untuk itu, hendaknya DPR bersama Pemerintah
menurut data dari GeNAM, pada tahun 2014 jumlah segera membuat pengaturan terkait konsumsi
kelompok remaja yang mempunyai kebiasaan minuman beralkohol yang pro rakyat dengan
mengonsumsi minuman beralkohol tersebut memerhatikan berbagai faktor mulai dari produksi
meningkat 23% dari total jumlah remaja Indonesia (63 hingga konsumsi serta penanganan dari efek negatif
juta jiwa). Kondisi ini dikarenakan faktor lingkungan konsumsi minuman beralkoholnya.
pergaulan dan kondisi lingkungan keluarga yang
tidak mendukung kesehatan mentalnya. Akibat dari
mengonsumsi minuman beralkohol adalah gangguan
kesehatan fisik, mental, psikososial bahkan telah DAFTAR PUSTAKA
menelan korban jiwa (khususnya oplosan) sehingga
meresahkan masyarakat.
Pengaturan yang spesifik dan komprehensif
terkait konsumsi minuman beralkohol hingga Buku
saat ini belum ada. Pengaturan yang ada saat ini, Ayuningtyas, Dumilah. 2014. Kebijakan Kesehatan,
masih tersebar di beberapa tingkat peraturan Prinsip dan Praktik. Jakarta: Rajawali Pers.
perundang-undangan dan muatan pengaturannya Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan
juga masih sektoral di antaranya terkait dengan Publik, Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada
investasi industri, izin usaha, minuman beralkohol, University Press.
pengenaan cukai, tindak kriminal sebagai efek dari Djajoesman, Noegroho. 1999. Mari Bersatu
mengonsumsi minuman beralkohol. Di sisi lain, Memberantas Bahaya Penyalahgunaan Narkoba.
karena belum adanya payung hukum pasti terkait Jakarta: Kepolisian Negara Republik Iindonesia.
konsumsi minuman beralkohol, maka Perda yang
ada pengaturannya sangat bervariasi tiap daerah Dolbeare, Kenneth, M. (ed). 1975. Public Policy
Evaluation, Sage Yearbooks on Public Policy;Vol.
tergantung situasi dan karakteristik masyarakat di
II. Germany: SAGE Publication Ltd.
wilayahnya masing-masing. Ada Perda yang secara
tegas mengatur pelarangan minuman beralkohol Hari, Sasangka. 2003. Narkotika dan Psikotropika
dan ada juga Perda yang sifatnya mengendalikan Dalam Hukum Pidana. Bandung: Mandar Maju.
minuman beralkohol. Irianto, Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Pengaturan ke depan harus lebih di fokuskan Bandung: Penerbit Alfabeta.
pada upaya perlindungan masyarakat dari efek Islamy, M. Irfan. 2009. Prinsip-prinsip Perumusan
negatif konsumsi minuman beralkohol. Untuk Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
itu, pengaturannya perlu dilakukan secara tegas,
spesifik, dan komprehensif dengan memerhatikan Manoukia, Simon. 2012. UAE Alcoholic Beverages
Report. Dubai: USDA Foreign Agricultural service.
beberapa faktor di antaranya mencakup: produk,
peredaran dan konsumsi, rehabilitasi, peran serta McKenzie, James, Robert R Pinger, dan Jerome E Koteksi.
masyarakat, serta komitmen dari pemerintah. 2007. Kesehatan Masyarakat Suatu Pengentar
Selain itu, perlu juga ada kerja sama yang harmonis Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
lintas sektor dan masyarakat baik di tingkat daerah Mustafa. 1983. Alkohol Dalam Penerapan Islam dan
maupun tingkat pusat. Dunia Kesehatan. Bandung: Alma’Ruf.
Saran Mustopadidjaja. AR. 2003.Manajemen Proses Kebijakan
Meskipun secara kuantitatif, jumlah masyarakat Publik; Formuasi, Implementasi dan Evaluasi
yang mengonsumsi minuman beralkohol di Kinerja. Jakarta: LAN-RI dan Duta Foundation.
Indonesia tidak banyak, namun mengingat usia Mutrofin. 2005. Pengantar Metode Riset Evaluasi (Kebijaan,
produktif yang banyak terkena dampak negatif Program dan Proyek). Yogyakarta: Laksbang Pressindo.
dari mengonsumsi minuman beralkohol, maka
Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. Yogyakarta: UGM
pengaturan khusus yang spesifik dan komprehensif Press.
perlu ada. Untuk itu, hendaknya perlu ada
keseriusan dan komitmen serta ketegasan dari para Nurwijaya, Hartati. 2009. Bahaya Alkohol dan Cara
penyelenggara negara. Mencegah Kecanduannya. Jakarta: PT. Elex Media
Kompitindo.

140 | Aspirasi Vol. 7 No. 2, Desember 2016


Salim, Baduwailan Ahmad. 2006. Alkohol Dalam Islam. Kejaksaan Agung. 2015. Bahan Rapat Kerja Pansus
Jakarta: Pustaka At-Tazkia. RUU Tentang Larangan Minuman Beralkohol,
Disampaikan pada RDPU Pansus RUU Larangan
Slamet, Kurnia Titon. 2007. Hak atas Derajat Kesehatan
Minuman Beralkohol Tanggal 26 November 2015.
Optimal sebagai HAM di Indonesia. Bandung: PT.
Alumni. Kementerian Kesehatan. 2015. Bahan Rapat Kerja
Pansus RUU Tentang Larangan Minuman
Soedjono, Dirdjosisworo. 1984. Alkoholisme Paparan
Beralkohol dengan Dirjen Pengendalian Penyakit
Hukum dan Kriminologi. Bandung: Remadja Karya.
dan Penyehatan Lingkungan Kementerian
Suardi. 1986. Psiklogi Perkembangan Pada Remaja. Kesehatan, Disampaikan pada RDPU Pansus
Bandung: Angkasa. RUU Larangan Minuman Beralkohol Tanggal 2
Desember 2015.
Suharto, Edi. 2012. Analisis Kebijakan Publik, Panduan
Praktik Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Pemda Provinsi Jawa Tengah. 2016. Bahan Rapat
Bandung: Penerbit Alfabeta. Dengar Pendapat Pansus RUU Tentang Larangan
Minuman Beralkohol Dengan Gubernur Provinsi
Wahab, Solichin Abdul. 2011. Pengantar Analisis
Jawa Tengah, Disampaikan pada RDPU Pansus
Kebijakan Publik. Malang: UPT Universitas
RUU Larangan Minuman Beralkohol Tanggal 20
Muhammadiyah Malang.
Januari 2016.
Wibowo, Adik. 2014. Kesehatan Masyarakat Di
Indonesia. Konsep, Aplikasi, dan Tantangan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Peraturan Perundang-Undangan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
Widjaja. 1985. Penyalahgunaan Narkotika. Bandung: 1516/A/K/V/1981 tentang Anggur dan sejenisnya
Armico. serta penggunaan ethanol dalam obat dan obat
Wresniwiro, M. 1999. Masalah Narkotika, Psikotropika, tradisional.
dan Obat-obat Berbahaya. Jakarta: Mitra Bintibmas. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3
Zainuddin, Ali. 2012. Sosiologi Hukum. Jakarta: Sinar Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian
Grafika. Minuman Beralkohol.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945,
Jurnal Amandemen ke IV.
Rajamuddin A. 2015. Tinjauan Kriminologi Terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Timbulnya Kejahatan Yang Diakibatkan Oleh penanaman modal .
Pengaruh Minuman Keras Di Kota Makasar.Jurnal
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang
Al-Risalah, Volume 15 Nomor 2 Nopember 2015.
Kesehatan.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, tentang Hak
Dokumen Asasi Manusia.
Bachtiar Adang. 2016. Kepentingan Kesehatan
Masyarakat Dalam Undang-Undang Minuman
Beralkohol, Disampaikan pada RDPU Pansus Internet
RUU Larangan Minuman Beralkohol Tanggal 25 “Akohol Antara Kejahatan dan Kematian.”http://www.koran-
Februari 2016. sindo.com/news.php?r=0&n=10&date=2016-05-11,
diakses 20 Oktober 2016.
Badan Legislasi. 2014. Naskah Akademik RUU Larangan
Minuman Beralkohol. Jakarta: DPR RI. “Alkohol di Maroco.”http://french.about.com/library/
travel/bl-ma-alcohol.htm, diakses 26 November
Direktorat Jenderal Industri Agro Departemen
2015.
Perindustrian. 2015. Bahan Rapat Kerja Pansus
RUU Tentang Larangan Minuman Beralkohol. Ramon Jason Cristiano. 2011.“Alcohol Policy in Malaysia.”
Disampaikan pada RDPU Pansus RUU Larangan http://traveltips.usatoday.com/alcohol-policies-
Minuman Beralkohol Tanggal 26 November 2015. malaysia-108-164.html, diakses 5 November 2015.
DPR RI. 2015. Laporan Kunjungan Kerja dalam rangka Sisworo. H. 2008. “Pengertian Minuman Keras dan
mendapatkan masukan terhadap Ruu Larangan Akibatnya.”http://www.pengertian-minuman-keras-
Minuman Beralkohol ke Medan, Provinsi Sumatera dan-akibatnya.html., diakses 1 November 2016.
Utara. Jakarta: DPR RI.

Tri Rini Puji Lestari, Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia | 141

Anda mungkin juga menyukai