Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh Program
Pendidikan Profesi Dokter
Disusun Oleh :
Aditya Dwiki Adiono 22010117220053
Dhya Budi Amalin 22010117220051
Artdiana Wisnuningtyas 22010117220029
Rizkia Cintiya Putri 22010117220024
Clarin Hayes 22010116220285
Evelyn Meiliani P P 22010117220038
Dosen Pembimbing
dr. Tuntas Dhanardhono, MSi.Med, Sp.FM
Residen Pembimbing
dr. Edgar R. P. Saragih
Disusun Oleh:
Telah disetujui
Residen Pembimbing I
Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.2.1 Rumusan Masalah Umum ..............................................................2
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus ..............................................................2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................3
1.4.1 Manfaat Ilmu Pengetahuan..............................................................3
1.4.2 Manfaat Pelayanan...........................................................................3
1.5 Keaslian Penelitian...................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................5
2.1 Definsi Kecelakaan Lalu Lintas ..............................................................5
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Lalu
Lintas........................................................................................................5
2.3 Perlukaan..................................................................................................6
2.3.1 Definisi Perlukaan ..........................................................................6
2.3.2 Jenis Perlukaan pada Kecelakaan Lalu Lintas.................................7
2.3.3 Lokasi dan Mekanisme Perlukaan...................................................8
2.3.4 Pola Luka pada Penumpang Kendaraan..........................................10
2.4 Traumatologi ...........................................................................................18
2.5 Penyebab Kematian dalam Kecelakaan Lalu Lintas................................30
2.6 Pemeriksaan Forensik pada Kecelakaan Lalu Lintas...............................32
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................34
3.1 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................34
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................34
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ..............................................................34
3.4 Populasi dan Sampel ...............................................................................34
3.4.1 Populasi Target ...............................................................................34
3.4.2 Populasi Terjangkau .......................................................................34
3.4.3 Sampel Penelitian ...........................................................................35
3.4.3.1 Kriteria Inklusi ....................................................................35
3.4.3.2 Kriteria Eksklusi .................................................................35
3.5 Variabel Penelitian ..................................................................................35
Definisi Operasional ...........................................................................................36
3.7 Prosedur Penelitian ..................................................................................37
3.7.1 Bahan Pengumpulan Data................................................................37
3.7.2 Jenis Data.........................................................................................38
3.7.3 Cara Pengelolaan dan Analisis Data................................................38
3.8 Alur Penelitian .........................................................................................39
BAB IV HASIL PENELITIAN..........................................................................40
BAB V DISKUSI................................................................................................48
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN..................................................................53
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................55
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. RumusanMasalah
• Bagaimana morfologi sperma dengan pemeriksaan Malachite Green?
• Bagaimana morfologi sperma dengan pengecatan Methilen Blue?
• Bagaimana morfologi sperma pada keadaan basa ?
• Bagaimana morfologi sperma pada keadaan tidak basa?
• Bagaimana peran analisa sperma dalam membantu identifikasi forensik pada kasus
kejahatan seksual?
• Bagaimana motilitas sperma pada keadaan basa ?
• Bagaimana motilitas sperma pada keadaan tidak basa?
TINJAUAN PUSTAKA
Epididimis adalah saluran yang berkelok-kelok dengan panjang sekitar 4-6 meter yang
terdiri dari caput, corpus, dan cauda. Di dalam epididimis, spermatozoa akan matang sehingga
menjadi mortil dan fertil. Setelah melalui epididimis yang merupakan tempat penyimpanan
sperma sementara, sperma akan menuju duktus deferen.3,4
Ejakulasi adalah penyemprotan kuat semen ke dalam uretra dan keluar dari penis. Ejakulasi
merupakan reflex spinal. Rangsang taktil dan psikis yang sama yang menyebabkan ereksi akan
menyebabkan ejakulasi ketika tingkat eksitasi meningkat mencapai suatu puncak. Respon
ejakulasi keseluruhan terjadi dalam dua fase: 7
2.2.1 Emisi
Ketika stimulus seksual menjadi sangat intens, pusat refleks medula spinalis mulai
mengeluarkan impuls simpatis dari T-12 hingga L-2 dan melewati organ genital melalui saraf
hipogastrik dan saraf simpatis untuk memulai emisi. 8 Impuls simpatis menyebabkan rangkaian
kontraksi otot polos di prostat, saluran reproduksi, dan vesikula seminalis. Aktivitas kontraktil
ini mengalirkan cairan prostat, kemudian sperma, dan akhirnya cairan vesikula seminalis ke
dalam uretra. Semua cairan ini bercampur dalam uretra internal dengan lendir yang telah
disekresikan oleh kelenjar bulbourethral untuk membentuk semen. Fase reflex ejakulasi ini
disebut emisi. Selama waktu ini, sfingter di leher kandung kemih tertutup erat untuk mencegah
semen masuk ke kandung kemih dan urin keluar bersama dengan ejakulasi melalui uretra. 7
2.2.2 Ekspulsi
Pengisian uretra internal dengan semen memunculkan sinyal sensoris yang dijalarkan
melalui saraf pudenda ke daerah daerah sakral medulla spinalis, memberikan perasaan penuh
mendadak di organ-organ internal. Juga, sinyal-sinyal sensorik ini lebih lanjut merangsang
kontraksi ritmik dari organ genital internal dan menyebabkan kontraksi otot iskiokavernosus dan
bulbocavernosus yang mengompresi basis dari jaringan ereksi penis. 8 Kontraksi ritmik otot-otot
ini terjadi pada interval 0,8 detik dan meningkatkan tekanan di dalam penis, memaksa semen
keluar melalui uretra ke ekterior. Ini adalah fase ekspulsi dari ejakulasi. 7
2.3 Spermatogenesis
Pada manusia seriap hari dapat dihasilkan beberapa ratus sperma matang.
Spermatogenesis memerlukan waktu 74 hari untuk pembentukan dari spermatogonium
menjadi spermatozoa.7,8 Spermatogenesis mencakup tiga tahap utama: proliferasi mitotic,
meiosis, dan pengemasan.7
Gambar 4. Tahapan perkembangan sperma dalam spermatogenesis8
2.3.2 Meiosis
Sperma normal pada umumnya berwarna putih keruh. Warna kekuningan atau terlalu
keruh harus diingat kemungkinan adanya infeksi saluran kelamin, sedangkan warna
kemerahan harus dipikirkan adanya perdarahan ringan dalam saluran kelamin.9
b. Bau
Beberapa ahli menyamakan sperma dengan bau bunga kastanye, ada pula yang
menyamakan dengan bau bunga akasia. Untuk mempermudah hasil pemeriksaan, maka
biasanya tetap dituliskan bau “khas”.9
c. Volume
Sperma normal mempunyai volume rata-rata 2-5 cc. Sperma yang keluar pada ejakulasi
mengandung :
e. Pengenceran (Liquefaction)
Sperma yang normal biasanya dalam 15-30 menit sudah mengalami liquefaction.
Liquefaction terjdi bersamaan dengan frutolisis dan hal ini dibuktikan bahwa kadar fruktosa
dalam sperma menurun setelah terjadinya liquefaction. Apabila dalam waktu lebih dari 1 jam
belum terjadi liquefaction maka hal ini disebut prolonged liquefaction yang menunjkukan
adanya gangguan dari sekresi prostat dalam menghasilkan enzim lytis (seminim).9
f. Viskositas
Meskipun bagian yang kental telah mencair menjadi homogen, sperma memiliki
kekentalan/viskositas tertentu yang dapat diukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Secara kualitatif viskositas dapat dilihat dengan menarik sperma dengan pipet kemudian
dilihat panjang benang sperma yang terbentuk. Sperma yang normal membentuk panjang
benang 3-5 cm. Secara kuantitatif, diperiksa dengan metode Elliason. Hal ini dilakukan
dengan pipet Elliason. Sperma dihisap samapi 0,1 ml, kemudian dalam posisi tegak lurus
dibiarkan sampai sperma menetes. Sperma normal biasanya mempunyai viskosistas 1-2 detik
menurut metode Elliason. Viskosistas sperma yang tinggi akan mempengaruhi motiltas
spermatozoa. 9
2.4.2 Mikroskopis
a. Konsentrasi spermatozoa
Konsentrasi sperma ditentukan dengan metode hemositometer. Oleh karena sperma ada
yang bergerak terus maka untuk menghitung jumlah spermatozoa diperlukan pengencer yang
sekaligus bertindak sebagai spermaticide. Pengenceran dilakukan dengan menggunakan
larutan George. Setelah dilakukan pengenceran, sperma diteteskan ke dalambilik hitung dan
ditutup dengan deck glass. Kemudian sperma dihitung di dalam bilik hitung yang nampak
pada bidang 1/5 x 1/5 cm2 (kotak besar). Kemudian dilakukang penghitungan sperma yang
lengkap (kepala-ekor). Jika didapatkan <10 spermatozoa per kotak besar, hitung semua
spermatozoa (25 kotak dari setiap bilik). Jika didapatkan 10-40 spermatozoa per kotak besar,
hitung 10 kotak dari setiap bilik. Jika didapatkan >40 spermatozoa per kotak besar hitung 5
kotak dari setiap bilik. Konsentrasi spermatozoa (juta/ml) dihitung dengan cara membagi
jumlah rerata spermatozoa dengan faktor konversinya. Konsentrasi sperma normal adalah
15 – 20 juta/mL.9
b. Motilitas
Paling sedikit lima lapangan pandang diperiksa untuk mendapatkan 200 spermatozoa,
pemilihan lapangan pandang secara sistematis. Penggunaan garis pembatas pada lapangan
pandang mempermudah pemeriksaan.
Pemeriksaan dilakukan dengan pembesaran 100 kali dan 400 kali. Sperma diteteskan
pada objek glass kemudian ditutup dengan deck glass. Periksalah kira-kira 200 buah
spermatozoa pada sedikitnya 4 lapangan pandangan kemudian dicatat hal-hal sebagai berikut:
Berapa % spermatozoa yang bergerak baik, yaitu yang bergerak maju dan lurus
Berapa % spermatozoa yang bergerak kurang baik, yaitu yang tidak maju
(berputar-putar, berbolak-balik dan lain-lain)
Berapa % yang bergerak tapi tidak berpindah tempat
Berapa % yang sama sekali tidak bergerak
Harus diingat bahwa spermatozoa yang tidak bergerak belum tentu mati dan oleh
karena itu perlu dilakukan pewarnaan untuk membedakan spermatozoa yang mati dan yang
hidup serta yang hidup tapi tidak bergerak. Nilai normal motilitas sperma adalah 50% atau
lebih bergerak maju (kategori a dan b) atau 25% atau lebih bergerak maju dengan cepat
(kategori a) dalam waktu 60 menit setelah ejakulasi.
Gangguan motilitas dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya energi
yang dihasilkan oleh mitokondria, terlalu banyak zat koagulasi dalam semen sehingga
menghalangi gerakan spermatozoa, dan kerusakan struktur normal terutama pada ekor
(flagel) yang merupakan satu-satunya alat gerak spermatozoa. Kerusakan pada ekor yang
dimaksud dapat berupa kerusakan tingkat ultrastruktural seperti kerusakan membran
pembungkus ekor spermatozoa dan kerusakan aksonem.9
Kosentrasi dari sel bulat dapat dihitung menggunakan hemocytometer yang sama dengan
yang digunakan untuk menghitung spermatozoa. Karena spermatozoa yang dihitung dalam
perhitungan sperma, konsentrasi dari sel bulat bisa didapatkan secara relative. Jika N
merupakan jumlah dari sel bulat yang didapatkan pada lapangan pandang dimana terdapat
100 spermatozoa da S adalah konsentrasi spermatozoa dalam juta/ml (yang didapatkan dari
pemeriksaan penilaian konsentrasi), makan C adalah konsentrasi sel bulat dalam juta/ml.
N xS
Rumus : C=
100
d. Kecepatan
Untuk melihat kecepatan spermatozoa maka sperma yang belum diencerkan dilihat
dalam bilik hitung kemudian diamati spermatozoa yang bergerak harus melewati garis-garis
bilik hitung yang berjarak 1/20 mm secara tegak lurus. Dengan menggunakan stopwatch
waktu yang diperlukan spermatozoa melintasi garis berjarak 1/20 mm. kecepatan gerak
spermatozoa yang normal berkisar antara 1 -1,4 detik.9
e. Vitalitas
Struktur Spermatozoa
1. Kepala Spermatozoa
Pada bagian kepala spermatozoa didominasi oleh inti sel yang mengandung
materi genetik (DNA dan RNA). Inti bersifat seperti gram positif, mengandung DNA,
RNA, lipid, mucoprotein, magnesium, ferum, Cu, K, fosfat dan vakuola yang
mengandung kalium. Inti spermatozoa bisa diwarnai oleh metil hijau, toluidin blue
dan brilian kresil blue.10
Bentuk kepala spermatozoa bermacam-macam, pada spermatozoa manusia
berbentuk oval, sedangkan leher sangat pendek yang berfungsi sebagai penghubung
bagian kepala dengan ekor. Dua pertiga bagian depan inti semua spermatozoa ditutupi
oleh akrosom. Akrosom terletak di bagian ujung kepala di antara membran inti dan
membran sel. Membran luar akrosom berhadapan dengan membran sel dan membran
dalam akrosom melapisi membran inti sel. Di antara kedua membran ini terdapat
matriks akrosom. Terbentuknya kompleks akrosom, berasal dari vesikel yang ada di
sitoplasma yang dibentuk oleh kompleks golgi, terakumulasi di tepi inti dan
bergabung membentuk vesikel pro-akrosom. Bentuk awal vesikel adalah pipih,
berkembang menjadi vesikel pro-akrosom berbentuk granula di bagian luar inti.
Vesikel akrosomal dibentuk dari korteks dan matriks elektronik. Mangkok sub-
akrosomal kemudian berkembang, melingkar dan merata. Di bagian atas inti dan
mangkok sub-akrosom terdapat daerah epinuklear. Perforatorium adalah bagian kecil
yang terdapat antara akrosom dan inti yang dikelilingi oleh mangkok sub- akrosomal.
Sebagian dari perforatorium dan vesikel akrosom diidentifikasikan sebagai daerah
sub-akrosomal. Bagian leher spermatozoa (connecting piece) merupakan bagian yang
menghubungkan kepala dengan ekor spermatozoa. Leher terdiri dari susunan lipid,
kalium, kalsium, besi, Cu, fosfat dan sulfhidril serta disulfida dan kolesterol. Bagian
ekor spermatozoa berasal dari bagian sentriol dan struktur tambahan yang terletak
pada selaput inti spermatid.11
2. Ekor Spermatozoa
Ekor spermatozoa terdiri atas bagian tengah (middle piece), bagian utama
(principle piece), dan bagian akhir (end piece).11
Bentuk abnormal dari spermatozoa biasanya kurang dari 30% dan meliputi
bentuk-bentuk:
Salah satu metode untuk menilai morfologi didasarkan pada kriteria yang
ketat. Deklarasi WHO 1999 menyatakan bahwa keberhasilan IVF telah akan nyata
berkurang saat morfologi sperma normal adalah <15%.Referensi nilai morfologi
sperma normal ditentukan oleh Kruger adalah> 14%. Kelainan pada leher dan
midpiece antara lain bent ( leher dan ekor membentuk sudut > 90% terhadap aksis dari
kepala), insersi asimetris pada midpiece terhadap kepala, midpiece yang tidak teratur
atau tebal, midpice yang tipis daan abnormal ( biasa dijumpai pada bentukan tanpa
selubung mitokondria). Kelainan ekor antara lain ekor pendek, multiple, hairpin,
broken tails , bent tails (>90◦ ), ekor irregular, coiled tails. Kelainan pada
Cytoplasmic droplets dimana ukurannya >1,5 ukuran kepala.10
Gambar 6. Morfologi Spermatozoa
g. Penentuan Spermatozoa
Untuk menentukan adanya cairan mani dalam vagina guna membuktikan adanya suatu
persetubuhan perlu diambil bahan dari forniks posterior vagina dan dilakukan pemeriksaan–
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :
Tanpa Pewarna.
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah terdapat spermatozoa yang
bergerak. Spermatozoa manusia memiliki panjang ± 50 mikron yang terdiri dari 5 mikron
panjang kepala dan lebar 3 mikron, badannya pendek, ekornya panjang, kepala berwarna
biru tua, badan dan ekor berwarna merah (dengan pewarnaan hemaktosilin dan eosin).
Pemeriksaan motilitas spermatozoa ini paling bermakna untuk memperkirakan saat
terjadinya persetubuhan. Umumnya disepakati bahwa dalam 2–3 jam setelah
persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid
akan memperpanjang waktu ini menjadi 3–4 jam. Setelah itu spermatozoa tidak bergerak
lagi dan akhirnya ekornya akan menghilang (lisis) sehingga harus dilakukan pemeriksaan
dengan pewarnaan.9
Cara pemeriksaan : 1 tetes lendir vagina diletakan pada kaca objek, dilihat dengan
pembesaran 500x serta kondensor diturunkan. Perhatikan gerakan sperma. Menurut
Voight, sperma masih bergerak kira–kira 4 jam pasca persetubuhan. Menurut Gonzales,
sperma masih bergerak 30–60 menit pasca persetubuhan. Menurut Ponzold kurang dari 5
jam pasca persetubuhan, tapi kadang–kadang bila ovulasi atau terdapat sekret serviks,
dapat bertahan sampai 20 jam. Pada orang yang mati setelah persetubuhan, sperma masih
dapat ditemukan sampai 2 minggu pasca persetubuhan bahkan mungkin lebih lama lagi.9
Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa spermatozoa masih dapat
ditemukan sampai 3 hari pasca persetubuhan, kadang-kadang sampai 6 hari pasca
persetubuhan.9
Bila sperma tidak ditemukan belum tentu dalam vagina tidak ada ejakulat
mengingat kemungkinan azoospermia atau pasca vasektomi sehingga perlu dilakukan
penentuan cairan mani dalam cairan vagina. 9
Dengan pewarnaan.
Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut
pada nyala api. Pulas dengan HE (Hemaktosilin-Eosin), Methylene Blue atau Malachite
Green. Cara pewarnaan yang mudah dan baik untuk kepentingan forensik adalah dengan
pulasan Malachite Green yang prosedurnya berikut ini. 9
Cara pemeriksaan: Warnai dengan larutan Malachite Green 1%selama 10-15 menit,
lalu cuci dengan air mengalir dan setelah itu lakukan counter stain dengan larutan Eosin
Yellowish 1% selama 1 menit, terakhir cuci lagi dengan air.9
Keuntungan dengan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit tidak
terdifferensiasi, sel epitel berwarna merah muda merata dan leukosit tidak terwarnai.
Kepala sperma tampak merah dan lehernya merah mudah, ekornya berwarna hijau.9
2.5.1 Definisi
Kejahatan Seksual adalah tindakan seksual apa pun yang dilakukan seseorang pada
yang lain tanpa persetujuan dari orang tersebut. Kejahatan seksual terdiri dari
penetrasi genital, oral, atau anal oleh bagian tubuh pelaku atau oleh sebuah objek
benda.
Agar kesaksian seorang dokter pada perkara pidana mencapai sasarannya yaitu
membantu pengadilan dengan sebaik-baiknya, dia harus mengenal undang-undang yang
bersangkutan dengan tindak pidana itu, seharusnya ia mengetahui unsur-unsur mana
yang dibuktikan secara medik atau yang memerlukan pendapat medik.
- Pasal 284 KUHP
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
1a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel).
1b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel),
2a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin.
2b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu,
padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin Tidak dilakukan
penuntutan melainkan atas pengaduan suami/isteri yang tercemar, dalam tenggang
waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah meja dan pisah
ranjang karena alasan itu juga.
(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang peradilan
belum dimulai.
(5) Jika bagi suami-isteri berlaku pasal, pengaduan tidak diindahkan selama
perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang
menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.
- Pasal 285 KUHP
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia diluar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Pada tindak pidana di atas perlu dibuktikan telah terjadi persetubuhan dan telah
terjadi paksaan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.Dokter dapat menentukan
apakah persetubuhan telah terjadi atau tidak, apakah terdapat tanda-tanda
kekerasan.Tetapi ini tidak dapat menentukan apakah terdapat unsur paksaan pada
tindak pidana ini.
Ditemukannya tanda kekerasan pada tubuh korban tidak selalu merupakan akibat
paksaan, mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain yang tak ada hubungannya
dengan paksaan.Demikian pula bila tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan, maka hal
itu belum merupakan bukti bahwa paksaan tidak terjadi. Pada hakekatnya dokter tak
dapat menentukan unsur paksaan yang terdapat pada tindak pidana perkosaan;
sehingga ia juga tidak mungkin menentukan apakah perkosaan telah terjadi.
- Pasal 286 KUHP
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan, padahal
diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pada tindak pidana di atas harus terbukti bahwa korban berada dalam keadaan
pingsan atau tidak berdaya.Dokter perlu mencari tahu apakah korban sadar waktu
persetubuhan terjadi, adakah penyakit yang diderita korban yang sewaktu-waktu dapat
mengakibatkan korban pingsan atau tidak berdaya. Jika korban mengatakan ia
menjadi pingsan, maka perlu diketahui bagaimana terjadinya pingsan itu, apakah
terjadi setelah korban diberi minuman atau makanan.
Pada pemeriksaan perlu diperhatikan apakah korban menunjukkan tanda-tanda
bekas kehilangan kesadaran, atau tanda-tanda telah berada di bawah pengaruh obat-
obatan. Jika terbukti bahwa si pelaku telah telah sengaja membuat korban pingsan
atau tidak berdaya, ia dapat dituntut telah melakukan tindak pidana perkosaan, karena
dengan membuat korban pingsan atau tidak berdaya ia telah melakukan kekerasan.
- Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan
kekerasan. Kejahatan seksual yang dimaksud dalam KUHP pasal 286 adalah pelaku
tidak melakukan upaya apapun; pingsan atau tidak berdayanya korban bukan
diakibatkan oleh perbuatan si pelaku kejahatan seksual.
- Pasal 287 KUHP
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan, padahal
diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umumnya belum lima belas tahun,
atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa mampu dikawin, diancam pidana penjara
paling lama sembilan tahun.
- Pasal 288 KUHP
(1)Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita didalam perkawinan, yang
diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa belum mampu dikawin, diancam,
apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.
(2)Jika perbuatan mengakibatkan luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama
delapan tahun.
Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun. Jika
suami melakukan pemaksaan seksual terhadap istri, maka tidak termasuk dalam
hukum undang-undang perkosaan, tetapi termasuk dalam kekerasan dalam rumah
tangga
- Pasal 290 KUHP
Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun:
(1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul, dengan seseorang pada hal diketahui,
bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
(2) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang pada hal diketahui atau
sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya
tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin;
(3) Barang siapa membujuk seseorang yang diketahui atau sepatutnya harus diduga,
bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa
belum mampu dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain.
- Pasal 291 KUHP
(1) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 286, 287, 289 dan 290
mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama 12 tahun.
(2) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 285, 286, 287 dan 290 itu
mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
- Pemeriksaan khusus:
1. Genitalia: pemeriksaan akibat-akibat langsung dari kekerasan seksual yang
dialami korban, meliputi:
a. Kulit genital apakah terdapat eritema, iritasi, robekan atau tanda-tanda
kekerasan lainnya.
b. Eritema vestibulum atau jaringan sekitar
c. Perdarahan dari vagina.
d. Kelainan lain dari vagina yang mungkin disebabkan oleh infeksi atau
penyebab lain.
e. Pemeriksaan hymen meliputi bentuk hymen, elastisitas hymen, diameter
penis. Robekan penis bisa jadi tidak terjadi pada kekerasan seksual
penetrasi karena bentuk, elastisitas dan diameter penis.
f. Untuk yang pernah bersetubuh, dicari robekan baru pada wanita yang belum
melahirkan
g. Pemeriksaan ada tidaknya ejakulasio dalam vagina dengan mencari
spermatozoa dalam sediaan hapus cairan dalam vagina
2. Pemeriksaan anal
a. Kemungkinan bila terjadi hubungan seksual secara anal akan menyebabkan
luka pada anal berupa robekan, ireugaritas, keadaan fissura.
3. Pemeriksaan laboratorium, seperti:
• Darah
Dari berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting
karena merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih
spesifik untuk golongan manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah
forensik sebenarnya adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah
tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP
pada obyek-obyek tertentu (lantai, meja, kursi, karpet, senjata, dsb),
manusia dan pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku
kejahatan. Hasil pemeriksaan laboratorium tersebut penting untuk
menunjang atau menyingkirkan keterlibatan seseorang dengan TKP
dengan catatan, walaupun dengan uji yang modern dan dengan peralatan
yang canggih sekalipun masih sulit untuk memastikan bahwa darah
tersebut berasal dari individu tertentu, kecuali dengan pemeriksaan DNA.
Pemeriksaan darah memiliki berbagai kepentingan baik kepentingan
sipil maupun kepentingan kriminal.Salah satu contoh kasus kepentingan
sipil adalah masalah perdebatan ayah dan ibu atas anaknya.Pada kasus
kriminal pemeriksaan darah penting untuk identifikasi korban atau
tersangka, penyebab kematian (contohnya mendeteksi adanya racun dalam
darah), waktu kematian, kasus kriminal aborsi, investigasi kasus
penyerangan seksual, dan kasus berpura-pura sakit.
Selain itu pemeriksaan darah juga berguna untuk membantu
menyelesaikan kasus-kasus bayi yang tertukar, penculikan anak, ragu ayah
(disputed paternity) dan lain-lain.
Bentuk noda darah pada pemeriksaan TKP mempunyai arti yang
penting yang harus mendapat perhatian sepenuhnya. Dari bentuk darah
dapat diambil kesimpulan apakah korban berbaring, berdiri, atau berjalan
pada waktu terluka dan vena atau arteri yang terputus.
Selain itu, bila pemeriksa menemukan adanya bercak darah, maka
bercak darah yang dicurigai tersebut harus dibuktikan bahwa apakah:
a. Bentuk darah tersebut adalah benar darah
b. Darah tersebut berasal dari manusia
c. Jenis golongan darah
d. Darah menstruasi atau bukan
Substansi golongan darah terdapat dalam cairan tubuh orang
golongan sekretor. Bila golongan darah wanita dan pria sama jenisnya,
maka kita harus melihat titernya. Kelemahan tes ini adalah hasil akan kacau
bila darah tersebut > 36 jam dan bila pelaku lebih dari 1, tidak dapat
diketahui jumlah pelaku.
• Rambut
Pemeriksaan laboratorium terhadap rambut meliputi pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik.
a. Jenis Pemeriksaan Rambut
b. Struktur Rambut
c. Pemeriksaan Asal Rambut
d. Identitas Rambut
Data–data penting yang dapat dikumpulkan untuk maksud
identifikasi rambut termasuk :
a. Suku bangsa (race)
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Lokasi rambut
e. Hal penting lainnya
f. Pemeriksaan mikroskopis
g. Rambut sebagai barang bukti kriminal
• Air Liur
Air liur merupakan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar liur. Air liur
(saliva) terdiri dari air, enzim ptialin (alfa amylase), protein, lipid, ion-ion
anorganik seperti tiosinat, klorida, dll. Dalam bidang kedokteran forensik
pemeriksaan air liur penting untuk kasus-kasus dengan jejak gigitan untuk
menentukan golongan darah penggigitnya. Golongan darah penggigit yang
termasuk dalam golongan sekretor dapat ditentukan dengan cara absorpsi inhibisi.
Basahkan bercak air liur dengan 0,5 ml salin, kemudian peras dan
tempatkan air liur dalam salin tadi dalam tabung reaksi, lalu panaskan dalam air
selama 10 menit. Pusingkan, dan supernatan diambil dan boleh disimpan pada
0
suhu 20 C. Untuk pemeriksaan perlu dilakukan kontrol dengan air liur yang
telah diketahui golongan sekretor atau non sekretornya.
Dalam tabung reaksi 1 ml air liur ditambahkan 1 ml anti serum. Campuran
tersebut didiamkan selama 30 menit pada suhu ruang untuk proses absorpsi.
Selama menunggu, tentukan titer anti A, anti B dan anti H yang digunakan.
Setelah 30 menit berlalu, pada campuran tersebut ditentukan titer anti A, anti B
dan anti H dengan cara yang sama. SDM yang digunakan adalah suspensi 4%
yang berumur kurang dari 24 jam.Bandingkan titer antiserum yang digunakan
dengan titer campuran antiserum + air liur. Hasil positif, bila titer berkurang lebih
dari 2 kali. 9
Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan air liur memiliki pengaruh
terhadap motilitas sperma. Air liur manusia mengandung komponen antibakterial
seperti ion thiosianat amilase, laktoperoksidase, lisozym dan sel-sel imun yang
mengsekresi IgA dan immunoglobulin lainnya yang berpartisipasi dalam
penurunan motilitas sperma. Hal tersebut mengakibatkan air liur memiliki
mekanisme yang sama seperti spemisida terhadap sperma. Pada air liur dengan
konsentrasi 2% sudah dapat menurunkan terhadap kualitas sperma. Selain itu pH
pada air liur berpengaruh terhadap kualitas sperma dimana pada pH air liur 7,1
(basa) didapatkan motilitas sperma yang menurun secara gradual dalam kurun
waktu 5 - 20 menit pertama, sedangkan pada pH air liur 5,5 (asam) motilitas
sperma menurun secara drastis dalam kurun waktu 2 menit pertama. PH air liur
dipengaruhi oleh beberpaa faktor diantaranya siklus menstruasi, kontrasepsi
hormonal, tingkat IgG, IgA,IgM dan lisozym. Faktor imunologi memiliki
pengaruh terhadap motilitas sperma, dimana berdasarkan penelitian kadar IgA
lebih tinggi (634 mg/L) membuat motilitas sperma lebih buruk dibandingkan
dengan kadar IgA rendah (109 mg/L).10,11
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan air liur :
1. Untuk mengkonfirmasi bahwa suatu bercak adalah air liur dapat dilihat dari :
a. Adaya sel epitel squamous pada pemeriksaan mikroskopik.
b. Deteksi adanya enzim amylase. Amylase sangat tinggi kadarnya pada air
liur, sehingga dapat digunakan sebagai identifikasi air liur. Amylase tidak
hanya terdapat pada air liur, namun juga diumpai pada cairan tubuh lainnya.
Berikut kadar amylase dalam cairan tubuh :
• Saliva : 263.000 to 376.000 IU/L
• Urine : 263 to 940 IU/L
• Blood : 110 IU/L
• Semen : 35 IU/L
• Nasal secretion : tdak terukur
• Sweat : tidak terukur.
Test untuk mengetahui adanya amylase, bercak tersebut dicampurkan larutan
kanji dan diinkubasi dalam suhu 370 C selama setengah jam. Lalu diberikan
pewarnaan iodine. Seandainya air liur maka tidak akan terjadi warna kebiru-
biruan akibat enzim amylase mencerna air liur menjadi dextrine dan maltose.
Seandainya bukan air liur, maka akan terjadi perubahan warna kebiru-biruan.
2. Dari sel mukosa pipi yang terdapat pada air liur, jenis kelamin dapat
dibedakan (Barr bodies).
3. Beberapa racun dapat disekresikan melalui sputum.
3.1.
• Cairan Mani
Sedangkan pada pemeriksaan cairan semen memiliki beberapa kepentingan
diantaranya :
a. kompensasi dari kasus strerilisasi yang didapat
b. perdebatan ayah dan ibu atas anaknya.
c. Legitimasi
d. Inseminasi buatan
e. Kompensasi dari kegagalan vasektomi yang menyebabkan hamilnya istri
f. Kasus perceraian
g. Kasus penyerangan seksual
h. Identifikasi dari penyerang seksual.
Ketika masih segar dan dikumpulkan dalam wadah gelas, semen berwarna
putih pucat atau putih keabu–abuan, tebal, kental dan memiliki bau yang khas.
Bila dipanjangkan cairannya menjadi kurang kental dan menjadi tipis.Ketika
kering di pakaian, daerah tersebut menjadi sedikit berkilau, keras seperti
bertepung bila dipegang, ireguler dalam bentuk dan distribusi, berwarna putih
pada baju yang berwarna gelap, dan berpendar bila diperiksa dibawah sinar
ultraviolet pada ruang gelap.
Pemeriksaan Bercak Mani pada Pakaian
Pemeriksaan inspeksi bercak mani berbatas tegas dan lebih gelap dari
sekitarnya. Bercak yang sudah agak tua berwarna agak kekuning–kuningan. Pada
bahan sutera / nylon batasnya sering tidak jelas tetapi selalu lebih gelap dari
sekitarnya. Pada tekstil yang tidak menyerap, bercak yang segar akan
menunjukkan permukaan mengkilat dan transulen, kemudian akan mengering.
Dalam waktu kira – kira 1 bulan akan berwarna kuning.
Dibawah sinar ultraviolet tampak bercak semen akan menunjukkan fluoresensi
putih. Fluoresensi terlihat jelas pada bercak mani yang melekat dibahan tekstil
yang terbuat dari serabut katun. Bahan makanan, urin, sekret vagina, dan serbuk
detergen yang tersisa pada pakaian sering menunjukkan fluoresensi juga.
Secara taktil (perabaan) bercak mani teraba memberi kesan kaku seperti kanji.
Pada tekstil yang tidak menyerap bila tidak teraba kaku kita masih dapat
mengenalinya karena permukaan bercak akan teraba kasar.
3.4.2 Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sperma dari seorang laki-laki usia
22 tahun dengan motilitas dan morfologi sperma yang normal yang tidak dicampur air liur
dan Sperma dari seorang laki-laki usia 22 tahun dengan motilitas dan morfologi sperma yang
normal yang dicampur dengan air liur dari seorang perempuan.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Terikat
Motilitas dan morfologi sperma
3.5.2 Variabel Bebas
Pengecatan Malachite green 1 % dan methilen blue 1 %
Waktu : jam ke 0, jam ke 2, jam ke 6, jam ke 12 dan jam ke 24
Keadaan basa dan tidak basa
3.6 Cara Pengumpulan Data
1. Alat dan bahan
Prinsip: Sperma dengan pewarnaan atau tidak dilihat pergerakannya dan morfologinya
dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x100 dan dinilai pada jam ke 0 dan diulang
setelah 2 jam, 8 jam, 12 jam dan 24 jam setelah sperma dikeluarkan.
• Alat:
o Mikroskop
o Pipet tetes
o Objek glass
o Tabung spesimen
o Kamera
o Handscoon
o Masker
o Tissue
• Bahan :
o Semen
o Air liur
o Alkohol 70%
o Malachite green 1 %
o Eosin Yellowish 1 %
o Methilen blue 1 %
2. Cara Kerja
• Sampel ejakulat dimasukkan kedalam tabung spesimen yang diberikan label. tabung
specimen ditutup rapat.
Persiapan Penelitian
a. 3 Spesimen
i. Spesimen 1: sperma
b. 3 objek glass
• Pemeriksaan Mikroskopis
1. Meneteskan spesimen (1) dan (2) pada masing-masing keobjek glass (A)
sebanyak 10 - 15 mikroliter. Objek glass (A) difiksasi hingga kering dengan
didiamkan pada suhu kamar hingga kering (15-20 menit).
2. Amati setiap objek glass (A) dibawah mikroskop dengan pembesaran 400x –
1000x.
4. Dinilai pada jam ke 0 dan diulang pada jam ke 2 , jam ke 6 , jam ke 12 dan jam
ke 24 setelah sperma dikeluarkan.
2. Sedangkan setelah objek glass (C) kering teteskan 3-5 tetes methilen blue 1 %
pada masing-masing objek glass (C). Diamkan selama 15 menit.
3. Kemudian objek glass dimiringkan dan objek glass dibiarkan kering pada suhu
kamar.
6. Dinilai jam ke 0 dan diulang pada jam ke 2 , jam ke 6 , jam ke 12 dan jam ke
24 setelah sperma dikeluarkan.
Analisis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
SPESIMEN Pukul 07.00 Pukul 09.00 Pukul 13.00 Pukul 19.00 Pukul 07.00
(09 Oktober 2018) (10 Oktober 2018)
Sperma Bau khas menyerupai Bau khas Tidak ada bau Tidak ada bau Tidak ada bau
bayclin menyerupai bayclin
berkurang Warna putih Warna putih Warna putih
Warna putih keabuan Warna putih kekuningan kekuningan kekuningan
keabuan
Sperma+air Bau khas menyerupai Bau khas Tidak ada bau Tidak ada bau Tidak ada bau
liur bayclin menyerupai bayclin
berkurang Warna putih Warna putih Warna putih
Warna putih keabuan Warna putih kekuningan kekuningan kekuningan
keabuan
40
TABEL 2. ANALISIS MOTILITAS SPERMA
SPESIMEN Pukul 07.00 Pukul 09.00 Pukul 13.00 Pukul 19.00 Pukul 07.00
(09 Oktober 2018) (10 Oktober 2018)
Sperma Gerak (+) Gerak (+) Gerak (-) Gerak (-) Gerak (-)
Sperma+airliur Gerak (+), epitel (+) Gerak (-), epitel (+) Gerak (-), epitel (-) Gerak (-), epitel (-) Gerak (-), epitel (-)
41
TABEL 3. ANALISIS MORFOLOGI SPERMA TANPA PEWARNAAN
SPESIMEN Pukul 07.00 Pukul 09.00 Pukul 13.00 Pukul 19.00 Pukul 07.00
(09 Oktober 2018) (10 Oktober 2018)
Sperma Kepala (+) warna hijau, Kepala (+) warna hijau, Kepala (+) warna hijau, Kepala (+) warna hijau, Kepala (+) warna hijau,
leher (+), ekor (+) leher (+), ekor (+) terdapat sperma leher (+) terdapat sperma leher (+) terdapat sperma leher (-),
dan (-), terdapat sperma dan (-), terdapat sperma terdapat sperma ekor (-)
ekor (+) dan (-) ekor (-)
42
SPESIMEN Pukul 07.00 Pukul 09.00 Pukul 13.00 Pukul 19.00 Pukul 07.00
(09 Oktober 2018) (10 Oktober 2018)
Sperma + Kepala (+) warna Kepala (+)warna Kepala (+)warna merah, Kepala (+)warna merah, Kepala (+)warna merah,
air liur merah, leher (+) merah merah, leher (+) merah terdapat sperma dengan terdapat sperma dengan terdapat sperma dengan
muda, ekor (+) warna muda, ekor (+) warna leher (+) merah muda leher (+) merah muda leher (+) merah muda dan
hijau, gambaran epitel hijau, gambaran epitel dan (-), terdapat sperma dan (-), terdapat sperma (-), terdapat sperma dengan
selapis kubus selapis kubus dengan ekor (+) warna dengan ekor (+) warna ekor (+) warna hijau dan
hijau dan (-), gambaran hijau dan (-), gambaran (-), gambaran epitel selapis
epitel selapis kubus epitel selapis kubus kubus
43
SPESIMEN Pukul 07.00 Pukul 09.00 Pukul 13.00 Pukul 19.00 Pukul 07.00
(09 Oktober 2018) (10 Oktober 2018)
Sperma+air Kepala (+) warna biru, Kepala (+) warna biru, Kepala (+) warna biru, Kepala (+) warna biru, Kepala (+) warna biru,
liur leher (+), ekor leher (+), ekor leher (+), ekor (+) terdapat sperma dengan terdapat sperma dengan
(+),gambaran epitel (+),gambaran epitel memendek, gambaran leher (+) dan (-), terdapat leher (+) dan (-) terdapat
selapis kubus selapis kubus epitel selapis kubus sperma ekor (+) sperma ekor (+) dan (-),
memendek dan (-) gambaran epitel selapis
,gambaran epitel selapis kubus
kubus
44
BAB V
PEMBAHASAN
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik
seperti bunga akasia atau berbau seperti bayclin. Bau sperma yang khas tersebut
disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliaminalifatik) yang dikeluarkan oleh
kelenjar prostat.12 Pada penelitian, spesimen yang baru saja dikeluarkan pada
pukul 07.00 WIB mempunyai bau yang khas seperti bau (bayclin), namun pada
jam ke-6 (pukul 13.00 WIB), jam ke-12 (pemutih pukul 19.00 WIB) dan jam ke-
24 (pukul 07.00 WIB) bau khas tersebut sudah tidak terlalu tercium dari spesimen
tersebut.
45
9 Oktober 2018 pukul 07.00 WIB didapatkan pergerakan sperma lurus kedepan,
lincah dan cepat dengan beat ekor yang berirama. Kemudian, pada hari yang
sama, 6 jam (pukul 13.00 WIB) setelah pemeriksaan yang pertama, tidak
didapatkan lagi sperma yang bergerak. Pada pemeriksaan di bawah mikroskop,
sperma dicampur air liur mengalami penurunan motilitas sperma jika
dibandingkan preparat sperma tanpa campuran air liur. Kemudian, pada hari yang
sama, 2 jam (pukul 09.00 WIB) setelah pemeriksaan yang pertama, tidak
didapatkan lagi sperma yang bergerak.
Pada penelitian objek glass (A) pada pukul 07.00 hari ke-1 dengan
spesimen sperma, didapatkan gambaran kepala sperma yang berbentuk oval, serta
bagian leher yang utuh dan lurus, didapatkan gambaran ekor berupa garis lurus
dan berbatas tegas. Hal ini menunjukkan bahwa sampel dalam keadaan normal
Pada objek glass (B) pada pukul 07.00 hari ke-1 yang berisi sampel
sperma dicampur dengan air liur dan diwarnai dengan Malachite Green,
memberikan gambaran sperma dengan kepala berbentuk oval, dan reguler,
berwarna merah. Leher sperma berbentuk utuh dan lurus, berwarna merah muda,
serta gambaran ekor berupa garis lurus dengan batas yang tegas, berwarna hijau.
Terdapat gambaran epitel selapis kubus di sekitar sperma Hal ini menunjukkan
46
bahwa sampel sperma yang dicampur dengan air liur dan diwarnai dengan
Malachite Green juga memberi gambaran sperma yang normal.
Pada objek glass (C) pada pukul 07.00 hari ke-1 yang berisi sampel
sperma dicampur dengan air liur dan diwarnai dengan Methilen Blue,
memberikan gambaran sperma dengan kepala berbentuk oval, dan reguler. Leher
sperma berbentuk utuh dan lurus, serta gambaran ekor berupa garis lurus dengan
batas yang tegas. Warna biru. Terdapat gambaran epitel selapis kubus di sekitar
sperma. Hal ini menunjukkan bahwa sampel sperma yang dicampur dengan air
liur diwarnai dengan Methilen Blue juga memberi gambaran sperma yang normal.
Pada penelitian objek glass (A) pada pukul 09.00 hari ke-1 dengan
spesimen sperma, didapatkan gambaran kepala sperma yang berbentuk oval, serta
bagian leher yang utuh dan lurus, didapatkan gambaran ekor berupa garis lurus
dan berbatas tegas. Hal ini menunjukkan bahwa sampel dalam keadaan normal.
Pada objek glass (B) pada pukul 09.00 hari ke-1 yang berisi sampel
sperma dicampur dengan air liur dan diwarnai dengan Malachite Green,
memberikan gambaran sperma dengan kepala berbentuk oval, dan reguler,
berwarna merah. Leher sperma berbentuk utuh dan lurus, berwarna merah muda,
serta gambaran ekor berupa garis lurus dengan batas yang tegas, berwarna hijau.
Terdapat gambaran epitel selapis kubus di sekitar sperma. Hal ini menunjukkan
bahwa sampel sperma yang dicampur dengan air liur dan diwarnai dengan
Malachite Green juga memberi gambaran sperma yang normal.
Pada objek glass (C) pada pukul 09.00 hari ke-1 yang berisi sampel
sperma dicampur dengan air liur dan diwarnai dengan Methilen Blue,
memberikan gambaran sperma dengan kepala berbentuk oval, dan reguler. Leher
sperma berbentuk utuh dan lurus, serta gambaran ekor berupa garis lurus dengan
batas yang tegas. Warna biru. Terdapat gambaran epitel selapis kubus di sekitar
sperma. Hal ini menunjukkan bahwa sampel sperma yang dicampur dengan air
liur diwarnai dengan Methilen Blue juga memberi gambaran sperma yang normal.
Pada penelitian objek glass (A) pada pukul 13.00 hari ke-1 dengan
spesimen sperma, didapatkan sebagian masih memiliki gambaran kepala sperma
47
yang berbentuk oval, serta bagian leher yang utuh dan lurus, didapatkan gambaran
ekor berupa garis lurus dan berbatas tegas, Sebagian lain memiliki gambaran
kepala sperma berbentuk oval namun tidak didapatkan gambaran leher dan ekor
sperma . Hal ini menunjukkan bahwa sampel mulai mengalami degradasi struktur
morfologi sperma.
Pada objek glass (B) pada pukul 13.00 hari ke-1 yang berisi sampel
sperma dicampur dengan air liur dan diwarnai dengan Malachite Green
didapatkan sebagian masih memiliki gambaran kepala sperma yang berbentuk
oval,berwarna merah, serta bagian leher yang utuh dan lurus berwarna merah
muda, gambaran ekor berupa garis lurus dan berbatas tegas berwarna hijau,
namun sudah terjadi pemendekan ekor sperma Sebagian lain memiliki gambaran
kepala sperma berbentuk oval, berwarna merah, namun tidak didapatkan
gambaran leher dan ekor sperma. Terdapat gambaran epitel selapis kubus di
sekitar sperma. Hal ini menunjukkan bahwa sampel sperma yang dicampur
dengan air liur dan diwarnai dengan Malachite Green mulai mengalami degradasi
struktur morfologi sperma.
Pada objek glass (C) pada pukul 13.00 hari ke-1 yang berisi sampel
sperma dicampur dengan air liur dan diwarnai dengan Methilen Blue didapatkan
sebagian masih memiliki gambaran kepala sperma yang berbentuk oval, serta
bagian leher yang utuh dan lurus, didapatkan gambaran ekor berupa garis lurus
dan berbatas tegas, namun sudah terjadi pemendekan ekor sperma . Warna biru.
Terdapat gambaran epitel selapis kubus di sekitar sperma. Hal ini menunjukkan
bahwa sampel sperma yang dicampur dengan air liur dan diwarnai dengan
Methilen Blue mulai mengalami degradasi struktur morfologi sperma.
Pada penelitian objek glass (A) pada pukul 19.00 hari ke-1 dengan
spesimen sperma, didapatkan , didapatkan gambaran yang didominasi oleh kepala
sperma berbentuk oval namun tidak didapatkan gambaran leher dan ekor sperma.
Sebagian lain didapatkan gambarn kepala sperma yang berbentuk oval, serta
bagian leher yang utuh dan lurus, didapatkan gambaran ekor berupa garis lurus
48
dan berbatas tegas.. Hal ini menunjukkan bahwa sampel mulai mengalami
degradasi struktur morfologi sperma.
Pada objek glass (B) pada pukul 19.00 hari ke-1 yang berisi sampel
sperma dicampur dengan air liur dan diwarnai dengan Malachite Green
didapatkan gambaran yang didominasi oleh kepala sperma berbentuk oval,
berwarna merah, namun tidak didapatkan gambaran leher dan ekor sperma.
Sebagian lain masih memiliki gambaran kepala sperma yang berbentuk oval,
berwarna merah, serta bagian leher yang utuh dan lurus berwarna merah muda,
gambaran ekor berupa garis lurus dan berbatas tegas berwarna hijau, namun sudah
terjadi pemendekan ekor sperma Terdapat gambaran epitel selapis kubus di sekitar
sperma Hal ini menunjukkan bahwa sampel sperma yang dicampur dengan air liur
dan diwarnai dengan Malachite Green mulai mengalami degradasi struktur
morfologi sperma.
Pada objek glass (C) pada pukul 19.00 hari ke-1 yang berisi sampel
sperma dicampur dengan air liur dan diwarnai dengan Methilen Blue didapatkan
gambaran yang didominasi oleh kepala sperma berbentuk oval namun tidak
didapatkan gambaran leher dan ekor sperma. Sebagian lain masih memiliki
gambaran kepala sperma yang berbentuk oval, serta bagian leher yang utuh dan
lurus, ekor berupa garis lurus dan berbatas tegas, namun sudah terjadi
pemendekan ekor sperma. Warna biru. Terdapat gambaran epitel selapis kubus di
sekitar sperma. Hal ini menunjukkan bahwa sampel sperma yang dicampur
dengan air liur dan diwarnai dengan Methilen Blue mulai mengalami degradasi
struktur morfologi sperma.
Pada penelitian objek glass (A) pada pukul 07.00 hari ke-2 dengan
spesimen sperma, didapatkan gambaran yang didominasi oleh kepala sperma
tanpa adanya gambaran leher dan ekor sperma. Hal ini menunjukkan bahwa
sampel sudah mengalami degradasi struktur morfologi sperma.
Pada objek glass (B) pada pukul 07.00 hari ke-2 yang berisi sampel
sperma dicampur dengan air liur dan diwarnai dengan Malachite Green
didapatkan gambaran yang didominasi oleh kepala sperma berbentuk oval,
49
berwarna merah, namun tidak didapatkan gambaran leher dan ekor sperma.
Sebagian lain masih memiliki gambaran kepala sperma yang berbentuk oval,
berwarna merah, serta bagian leher yang utuh dan lurus berwarna merah muda,
gambaran ekor berupa garis lurus dan berbatas tegas berwarna hijau, namun sudah
terjadi pemendekan ekor sperma Terdapat gambaran epitel selapis kubus di sekitar
sperma Hal ini menunjukkan bahwa sampel sperma yang dicampur dengan air liur
dan diwarnai dengan Malachite Green mulai mengalami degradasi struktur
morfologi sperma
Pada objek glass (C) pada pukul 07.00 hari ke-2 yang berisi sampel
sperma dicampur dengan air liur dan diwarnai dengan Methilen Blue didapatkan
gambaran yang didominasi oleh kepala sperma berbentuk oval namun tidak
didapatkan gambaran leher dan ekor sperma. Sebagian lain masih memiliki
gambaran kepala sperma yang berbentuk oval, serta bagian leher yang utuh dan
lurus, ekor berupa garis lurus dan berbatas tegas, namun sudah terjadi
pemendekan ekor sperma. Warna biru. Terdapat gambaran epitel selapis kubus di
sekitar sperma. Hal ini menunjukkan bahwa sampel sperma yang dicampur
dengan air liur dan diwarnai dengan Methilen Blue mulai mengalami degradasi
struktur morfologi sperma.
50
Spermatozoa yang mati akan menjadi toksik pada spermatozoa lain yang masih
hidup. Keberadaan zat yang bersifat toksik baik yang berasal dari spermatozoa
yang telah mati dapat menyebabkan tingginya kadar radikal bebas yang dapat
merusak keutuhan membran plasma spermatozoa. Ekor sendiri dapat lepas bila
sperma sudah terlalu lama berada pada luar tubuh dan vagina.14
51
morfologi sperma pada pemeriksaan jam ke 0 hingga 24 jam setelah pemeriksaan
pertama. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sasikala
Natarajamani pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan
yang bermakna antara pH dengan morfologi sperma.16
BAB VI
52
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
53
1. Paulsen F WJ. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia Jilid 2. 23rd ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. 182-195 p.
4. Marieb EN. Essentials of Human Anatomy and Physiology. 9th ed. San
Fransisco: Person Education; 2009.
6. CH27 Male Duct System II [Internet]. 2018 [cited 2018 Oct 7]. Available
from:
https://www.apsubiology.org/anatomy/2020/2020_Exam_Reviews/Exam_5
/CH27_Male_Duct_System_II.htm
54
11. Mitchell V, Rives N, Albert M, Peers M, Selva J, Clavier B, et al. Outcome
of ICSI with ejaculated spermatozoa in a series of men with distinct
ultrastructural flagellar abnormalities. 2006;(January 2014).
12. Jaffar, M. Analisa Semen dan Interpretasi. Jakarta: 9th Quality Seminar &
Workshop in Laboratory Medicine 2011.
15. Tulandi, T. Effect of Saliva on Sperm Motility and Activity. The American
Fertility Society.1982
55
56