Tugas Kelompok I Pangkajian Keperawatan Anak Child Abuse BENAR
Tugas Kelompok I Pangkajian Keperawatan Anak Child Abuse BENAR
AFDALNI
BETRI ELISA
DESI MARISA
DEWI NURYANI
TAHUN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah 24 tahun Indonesia meratifikasi Konvensi Hak-hak Anak, tepatnya pada
tanggal 25 Agustus 1990 melalui Keppres R.I. No. 36 tahun 1990, Indonesia belum
mempunyai kebijakan dan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan anak
yang berorientasi pada Konvensi Hak-hak Anak. Baru pada tanggal 22 Oktober 2002,
Indonesia menetapkan Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak yang berorientasi pada hak-hak anak seperti yang tertuang dalam Konvensi
Hak-hak Anak.
Situasi dan kondisi anak Indonesia saat ini, mencerminkan adanya
penyalahgunaan anak (abuse), eksploitatif, diskriminatif dan mengalami berbagai
tindakan kekerasan yang membahayakan perkembangan jasmani, psikologi, dan
sosial anak. Keadaan ini, tentunya sangat memprihatinkan bagi bangsa dan negara
Indonesia, karena anak dari aspek agama merupakan amanah dan karunia dari Tuhan
Yang Maha Esa yang harus dijaga harkat dan martabatnya sebagai mahluk ciptaan–
Nya. Dari aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah generasi penerus
perjuangan bangsa dan penentu masa depan bangsa dan negara Indonesia. Untuk itu,
diperlukan upaya-upaya yang akan memberikan perlindungan khusus kepada anak-
anak Indonesia yang berada dalam keadaan sulit tersebut, ke dalam suatu Program
Nasional Bagi Anak Indonesia sebagai tindak lanjut Sidang Umum PBB yang
melahirkan deklarasi “ A World Fit For Children“.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
a. Menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare child abuse
merupakan tidakan kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan
penelantaran terhadap anak dibah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang
yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yang
terancam.
b. Menurut Harry Kempe dkk (1992), child abuse merupakan the battered child
syndrome yang hanya terbatas pada anak-anak yang mendapatkan perlakuan
salah secara fisik yang bersifat ekstrem atau membahayakan anak-anak.
Jadi child abuse merupakan suatu tidak kekerasan kekerasan (fisik dan/atau
mental), eksploitasi (ekonomi, seksual) dan diskriminasi dalam tulisan ini
selanjutnya disebut anak yang mengalami berbagai perlakuan salah. Kondisi dan
situasi anak yang sulit tersebut tergolong ke dalam anak yang memerlukan
perlindungan khusus.
Selain itu, dimasukkan pula kelompok anak rentan lainnya yakni anak
jalanan dan anak tanpa akta kelahiran. Dengan demikian terdapat berbagai jenis
kondisi dan situasi anak yang memerlukan perlindungan khusus dari perlakuan
salah.yang dapat dilakukan oleh orang perorang, keluarga, masyarakat bahkan
oleh negara sekalipun.
A. Kesimpulan
Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar.
Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun
kekerasan psikis. Dampak dari kekerasan terhadap anak antara lain; Kerusakan fisik
atau luka fisik; Anak akan menjadi individu yang kukrang percaya diri, pendendam
dan agresif; memiliki perilaku menyimpang, Pendidikan anak yang terabaikan.
Akibat pada fisik anak, antara lain: Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka
bakar, patah tulang, perdarahan retina akibat dari adanya subdural hematom dan
adanya kerusakan organ dalam lainnya. Akibat pada tumbuh kembang anak.
Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada
umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu: Pencegahan dapat dilakukan
dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan pada anak dan di rumah
tangga. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan kesehatan
tentang child abuse dan mengidentifikasi resiko terjadinya child abuse.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang Asuhan Keperawatan Child Abuse. Kami selaku penulis
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi.
A. PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK PADA ANAK
1. Definisi Perawatan Atraumatik Pada Anak
Menurut Hidayat ( 2005:12) atraumatic care adalah perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak maupun keluarga. Perawatan tersebut
difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam
keperawatan anak. Perhatian khusus pada anak sebagai individu yang masih dalam
usia tumbuh kembang, sangat penting karena masa anak merupakan proses
menuju kematangan.
b. Mandi
Teseduh air panas dan tenggelam merupakan konsekuensi dari
perencanaan dan prosedur yang sembrono. Oleh karena itu suhu air harus
aman bagi anak. Untuk mencegah tenggelam maka diperlukan pengawasan
yang konstan selama mandi. Tidak selalu memungkinkan untuk mencegah
anak masuk kamar mandi, karena hal ini sebagian besar tergantung pada
penataan bangsal.
c. Obat-obatan
Penyimpanan obat-obatan secara aman merupakan ketentuan hokum
yang mengikat semua perawat. Selama pembagian obat harus di bawah
pengawasan perawat.
d. Peralatan (Rumah Sakit)
Setiap peralatan yang digunakan harus dalam keadaan dapat dipakai dan
secara mekanis dan listrik dalam keadaan aman seperti thermometer, mainan
dari Rumah Sakit, spuit, dan lain
b. Masalah psikis
Masalah psikis pada anak yang sering terjadi adaklah perasaan tidak
berdaya karena perpisahan dengan keluarga atau pengasuh (care giver),
protes, apatis, penolakan, cemas, serta takut terhadap lingkungan baru (alat-
alat, peraturan, dan sikap petugas kesehatan).
Masalah social yang sering terjadi pada anak adalah perasaan terisolasi
dan suka menyendiri. Sedangakan masalah ketergantungan bias berupa
perasaan bersalah dan memerlukan pertolongan.
KESIMPULAN
Autraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan
keluarganya merupakan asuhan yang terapeutik , yang bertujuan sebagai terapi bagi anak.
Pentingnya atraumatic care adalah bahwa walaupun ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang pediatric telah berkembang pesat, tindakan yang dilakukan pada anak tetap
menimbulkan trauma, rasa nyeri, marah, cemas dan takut pada anak. Sampai saat ini
belum ada teknologi yang dapat mengatasi masalah yang timbul sebagai dampak dari
perawatan tersebut. Hal itu memerlukan perhatian khusus dari tenaga kesehatan,
khususnya perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dan orang tua.
Ada beberapa prinsip perawatan atraumatik yang harus dimiliki oleh perawat
anak dalam merawat pasien anak yaitu diantaranya adalah mencegah atau meminimalkan
stressor fisik dan psikis yang meliputi prosedur yang menyakitkan seperti suntikan,
kegelisahan, ketidakberdayaan, tidur yang tidak nyaman, pengekangan, suara bising, bau
yang tidak sedap dan lain-lain, mencegah dampak perpisahan orang tua dan anggota
keluarga yang lain, bersikap empati keluarga dan anak yang sedang dirawat serta
memberikan pendidikan kesehatan tentang kondisi sakit yang dialami anak.
ATRAUMATIC CARE
Tujuan utama : “DO NO HARM” yaitu :
Perlindungan
PRIMARY NURSING
Menjadikan asuhan yang konsisten dan berfokus pada keluarga sebagai komponen
integral pada perencanaan dan pelaksanaan.
FUNGSI KELUARGA:
• Mengenal bahwa keluarga bersifat menetap pada kehidupan anak, sedangkan personil
dan sistem pelayanan berfluktuasi
• Memfasilitasi kolaborasi orang tua dan perawat pada semua tingkat asuhan
• Menghormati keanekaragaman ras, budaya, dan sosio ekonomi dalam keluarga
• Mengenali kekuatan keluarga dan perorangan serta menghormati perbedaan
• Perawat tidak boleh mengabaikan ketrampilan & pengetahuan orang tua anak
• Perawat harus selalu memperhatikan keadaan kesehatan mental, spiritual dan fisiknya
sendiri
•Hubungan terapeutik
Diterapkan dalam berkomunikasi dengan anak dan keluarga, bersifat empati dan
professional dengan memisahkan peran perawat dari keluarga tanpa mengganggu
kenyamanan anak dan keluarga
•Family advocacy/caring
Advokasi meliputi jaminan bahwa keluarga akan mengetahui yankes yang tersedia,
diinformasikan tentang prosedur dan pengobatannya secara benar. Caring berarti
memberikan yankes secara langsung pada anak.
Melakukan dan mengajarkan keluarga tentang bagaimana cara mencegah penyakit baik
dari luar maupun dari dalam tubuh.
• Health education
Prinsipnya, tindakan yang ditentukan adalah yang paling menguntungkan klien, dan
sedikit bahayanya terhadap segala aspek yang berhubungan denagn pelaksanaan
asuhan keperawatan. Seperti dalam kerangka kerja mesyarakat, standar praktik
professional, hukum, aturan lembaga, tradisi religius, sistem nilai keluarga dan nilai
pribadi perawat.
• Coordination/Collaboration
• Peran restoratif
Keterlibatan perawat secara langsung dalam aktivitas pemberi asuhan yang dilakukan
atas daar konsep teori yang berfokus pada pengkajian dan evaluasi status yang
berkesinambungan. Perawat punya tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap
tindakannya.
• Research
menggunakan perencanaan & metode yang tepat untuk perawatan anak. Perawat
melibatkan penyediaan layanan yang baru, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
• Trend masa depan
Ada beberapa hal yang dituntut :
Imunisasi merupakan usaha dalam memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap infeksi penyakit tertentu. Vaksin merupakan bahan yang dipakai untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan
ataupun per oral.
Imunisasi yang dapat diberikan kepada bayi, yaitu:
2.3 Ruang Lingkup Health Promotion pada Anak Batita dan Balita
Kegiatan promosi kesehatan yang dapat dilakukan pada sasaran anak batita dan
balita antara lain
1. Pemeriksaan dan penimbangan anak dilaksanakan setiap bulan agar terjamin
pertumbuhan dan kesehatannya
2. Berikan anak satu kapsul vitamin A takaran tinggi setiap 6 bulan untuk mencegah
kebutaan
3. Berikan makanan seimbang sesuai dengan perkembangan umurnya
4. Berikan oralit jika terjadi diare dan periksa suhu tubuh jika mengalami
gejala panas.
5. Perhatikan kasih sayang dengan mengajak berbicara dan bermain bersama, agar
terpenuhi kebutuhan mental dan emosi anak.
6. Anak yang tumbuh dan berkembang dengan baik akan menjamin kelangsungan
hidup yang lebih baik.
Anggota keluarga, guru, taman kanak-kanak atau pengasuh anak diikutsertakan
dalam kegiatan pembinaan kesehatan. Kegiatan pelayanan dan pembinaan
kesehatan anak balita akan berhasil dengan baik dengan adannya dukungan dari
lingkungan sekitar. Para ibu perlu didorong pula untuk rutin memeriksakan
kesehatan anaknya.
1. Fear arousing,
2. Penyediaan informasi dan
3. Metode perilaku.
Meskipun tanggung jawab utama sekolah adalah untuk mendidik anak dalam
bidang akademik, namun partisipasi sekolah dalam mempromosikan keterampilan hidup
sehat pada anak-anak, seperti aktivitas fisik dan perilaku makan diketahui cukup efektif.
Pelaksanaan promosi kesehatan untuk anak di sekolah dilakukan melalui kegiatan PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan dan
Beberapa indikator PHBS diatas merupakan masalah kesehatan yang ada pada
anak-anak dan dapat diatasi melalui kegiatan promosi kesehatan. Agar kegiatan
program promosi kesehatan efektif perlu dibuat suatu strategi dalam pelaksanaanya
seperti pemilihan media sebagai alat bantu kegiatan promosi kesehatan serta strategi
penyampaian materi dalam kegiatan promosi kesehatan.
1. Masa remaja
Masa remaja (adolescence) merupakan masa transisi atau perubahan dari
masa anak-anak ke masa dewasa yang diawali dengan masa pubertas. Pada masa
ini terjadi banyak perubahan yang berlangsung cepat dalam hal perubahan fisik,
kognitif dan psikososial/tingkah laku.
Perubahan-perubahan tubuh secara fisik disebabkan karena pengaruh
hormonal, pekembangan kognitif juga menunjukkan kemajuan berupa
kemampuan berfikir dalam artian dapat memahami akibat dari perbuatan/tingkah
laku serta dapat melakukan beberapa tindakan secara serentak (Machfoedz,
2009)
1) Tahapan remaja
Menurut (Notoatmodjo, 2005) tahapan remaja dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Remaja awal (10-14 tahun) Memiliki karakteristik:
Kekhawatiran pada body image
Mempercayai dan menghargai orang dewasa
Kekhawatiran tentang hubungan dengan teman sebaya
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna. Kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.neliti.com/journals/jurnal-promosi-kesehatan-indonesia?page=2
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jupromkesfe0d40c082full.pdF