Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

PROGRAM PENYAKIT PTM

DISUSUN OLEH :

ICE NOVRI

VERA DWI SEPTIANA

FITRIA HADIYAH

WIWIT HARDIANI

SUARNIDA

STIKES PERINTIS SUMATERA BARAT

SI KEPERAWATAN KELAS D DHARMASRAYA

TAHUN 2019/2020
BAB I
Program P2PTM dan Indikator
Di bawah ini adalah program dan Indikator yang dilaksanakan oleh Direktorat Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2015-2019.

PROGRAM
Program Pencegahan dan Pengendalian melalui penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria (NSPK) untuk :

1. Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik


2. Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi
3. Penyakit Kanker dan Kelainan Darah
4. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
5. Gangguan Indera dan Fungsional

Selanjutnya secara khusus dilakukan advokasi, kemitraan, jejaring, peningkatan kapasitas


dan tata laksana Pencegahan dan Pengendalian PTM melalui berbagai program antara lain
:
1. Pemeriksaan kesehatan standar penduduk usia 15-59 tahun(satu tahun sekali),
dilakukan di Pos Pembinaan Terpadu(Posbindu) PTM
1. Pemeriksaan kesehatan standar penduduk usia 60 tahun keatas, dilakukan di Posbindu
PTM
2. Akses ke standarisasi Manajemen kasus Hipertensi melalui Penatalaksanaan Terpadu
(PANDU) PTM di Puskesmas
3. Akses ke standarisasi Manajeman Kasus Diabetes melalui PANDU PTM di Puskesmas
4. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara pada perempuan usia 30 - 50 tahun di
Puskesmas
5. Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di sekolah
(Perda Provinsi, Perda Kab/kota, Perbub/Perwali tentang KTR)
6. 7.Quitline Upaya Berhenti Merokok, layanan konseling bebas biaya melalui hotline 0-
800-177-6565
7. Klinik Konseling berhenti merokok (Hidup Sehat Tanpa Rokok)
8. Pengendalian Konsumsi Rokok
9. Pembatasan Konsumsi Gula , Garam, Lemk (GGL) melalui diet sehat gizi seimbang
10. Deteksi Dini dan Rujukan kasus katarak di Puskesmas serta upaya percepatan
eliminasi kebutaan akibat katarak
11. Deteksi Dini Gangguan Penglihatan dan Pendengaran
12. Rehabilitasi bersumberdaya masyarakat (RBM) untuk penyandang Disabilitas
13. Penemuan Dini Kanker pada Anak dan Paliatif Kanker
14. Deteksi Dini Gangguan Imunologi dan peningkatan kepedulian pada penyakit
gangguan imunologi (Kampanye Saluri- Periksa Lupus Sendiri ; Psoriasis)
15. Deteksi Dini Osteoporosis melalui Tes Satu Menit untuk Ketahui Risiko Osteoporosis
16. Gerakan Nusantara Tekan Obesitas (GENTAS)
17. Deteksi Dini Gangguan Tyroid (Kampanye kesadaran akan gangguan tyroid -Itu
Bukan Kamu tapi Tyroidmu)
18. Skrining thalasemia pada remaja
19. Kampanye pencegahan penyakit kanker (Sadari, Sadanis, Kita Bisa Cegah Kanker,
Aku Bisa Mengerti dan Melakukan Deteksi Dini)
20. Kampanye aktivitas fisik (Ayo Bergerak Untuk Lebih sehat)
21. Kendalikan hipertensi dengan PATUH
22. Cegah, Obati dan Lawan Diabetes
23. Perilaku Sehat untuk Ginjal Sehat
24. Kampanye pencegahan dan pengendalian PTM dengan mengoptimalkan media sosial,
jejaring media(cetak-elektronik), bloger, netizen untuk meningkatkan kesadaran pada
pencegahan PTM
25. Menguatkan strategi komunikasi untuk pencegahan PTM melalui situs interaktif,
website P2PTM, aplikasi ponsel, kampanye #CERDIK #DukungGermas pada media
sosial melalui berbagai platform , kampanye multimedia intensif.
26. Kemitraan untuk mencegah PTM dengan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat/
Organisasi Profesi/ Organisasi berbasis agama yang potensial dll( PKK, OASE,
Pramuka, Dompet Dhuafa, Organisasi Wanita, LSM peduli Rokok, TNP2K, NGO
internasional)
27. Memperluas jangkauan Posbindu PTM dengan pendekatan berdasarkan 7 tatanan yaitu
:sekolah, tempat kerja, haji, tempat umum, fasilitas kesehatan, kantor lintas sektor,
rumah ibadah.
28. 29.Meningkatkan keterlibatan sektor swasta dalam usaha promosi dan pencegahan
(CSR- Corporate Social Responsibility), PPP - Public Private Partnership
29. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan deteksi dini faktor risiko PTM melalui
perubahan perilaku melalui pendekatan per area - satu desa satu Posbindu PTM.
30. Memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan, berkolaborasi dengan sektor swasta dan
profesional dalam layanan paket PTM Puskesmas (PANDU PTM)tak hanya hipertensi
dan Diabetes Melitus namun kemudian diperluas dengan emnanggung juga masalah
kardiovaskular, Asma, PPOK, Stroke, Kanker, Gangguan Penglihatan dan Kebutaan.
31. Memperkuat riset dan survailans PTM berupa registrasi penyakit dan
surveilans/monitoring ( Kanker Registry, Sistem Surveilans Berbasis Web PTM,
Sistem Pengawasan PTM selaras dengan Sistem Informasi Kesehatan, P-Care(aplikasi
digital JKN) dan Sistem informasi berdasarkan populasi, Aplikasi Ponsel Surveilans ;
Riset bekerjasama dengan Balitbangkes, UGM
Indikator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR RPJMN PROGRAM P2PTM


TAHUN 2015-2019
BASELINE TARGET

Realisasi
NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2017 2018 2019
Prevalensi tekanan
1 darah tinggi 25,8% 25,28% 24,77% 24,28% 25,8% 23,79% 23,38%
Mempertahankan
2 prevalensi obesitas 15,4% 15,4% 15,4% 15,4% 20,7% 15,4% 15,4%

Prevalensi merokok
pada penduduk usia
3 ≤ 18 tahun 7,2 % 6,9 % 6,4% 5,9% 8.8% 5,6% 5,4%

TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR RENSTRA PROGRAM


P2PTM TAHUN 2015-2019
Realisasi Realisasi
No INDIKATOR 2015 2016 2017 2017 2018 2018 2019

Persentase Puskesmas
yang melaksanakan
pengendalian PTM 74,25%
1 terpadu 10% 20% 30% 49,7% 40% 7363 Puskesmas 50%

Persentase desa /
kelurahan yang
melaksanakan
30 43,92 %
kegiatan Posbindu (35.749
2 PTM 10% 20% % 24,3% 40% Desa/Kelurahan) 50 %

Persentase Puskesmas
yang melaksanakan
kegiatan deteksi dini
kanker payudara dan
kanker leher rahim
51 %
pada perempuan usia (4.977
3 30-50 tahun 10% 15% 25% 27% 35% Puskesmas) 50%

Persentase Kab/Kota
yang melaksanakan
Kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR), 42,4 %
4 minimal 50% sekolah 10% 20% 30% 30% 40% (218 Kab/Kota) 50%

Persentase Puskesmas
yang melaksanakan
25,1 %
deteksi dini dan (2487
5 rujukan kasus katarak - 5% 10% 10,1% 20% Puskesmas) 30%
BAB II
Strategi Pencegahan dan Pengendalian PTM di
Indonesia
Indonesia menyadari bahwa PTM menjadi salah satu masalah kesehatan dan penyebab
kematian yang merupakan ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
Program PTM telah direvisi dengan rencana strategis PTM tahun 2015-2019, dan rencana
kerja PTM Indonesia 2015-2019 telah diluncurkan Oktober 2015
Pencegahan dan Pengendalian faktor risiko PTM meliputi 4 cara, yaitu :
1. Advokasi, kerjasama, bimbingan dan manajemen PTM
2. Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui pemberdayaan
masyarakat
3. Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta kolaborasi sektor swasta dan
profesional
4. Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM

Strategi 4 by 4
Advokasi, kemitraan, jejaring, dan peningkatan kapasitas merupakan kegiatan utama dari
program pengendalian PTM Indonesia.
Untuk kolaborasi antar sektor dan keterlibatan masyarakat, jejaring telah dibentuk, program
pengendalian PTM telah ditingkatkan dengan dukungan politis yang kuat dan berkoordinasi
dengan masyarakat sipil.
Program Pengendalian PTM di Indonesia diprioritaskan pada strategi 4 by 4 sejalan dengan
rekomendasi global WHO (Global Action Plan 2013-2020),
fokus pada 4 penyakit PTM Utama Penyebab 60% kematian yaitu
 Kardiovaskulair,
 Diabetes Melitus,
 Kanker,
 Penyakit Paru Obstruksi Kronis
dan pada Pengendalian 4 faktor risiko bersama yaitu
 diet tidak sehat (diet gizi tidak seimbang, kurang konsumsi Sayur dan Buah serta tinggi
konsumsi Gula, Garam dan lemak),
 kurang aktivitas fisik,
 merokok, serta
 mengkonsumsi alkohol.
Pengendalian 4 “faktor risiko bersama” ini dapat mencegah terjadinya 4 Penyakit Tidak
Menular Utama sampai 80%.

Pencegahan dan Pengendalian PTM lainnya :


Selain keempat Penyakit Tidak Menular Utama, fokus Pengendalian PTM juga diarahkan pada
berbagai Penyakit dan kondisi yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas Hidup
manusia, yaitu
 Gangguan Pendengaran,
 Gangguan Penglihatan,
 Disabilitas, dan
 Gangguan Thyroid, serta
 Penyakit yang menyebabkan beban pembiayaan kesehatan seperti Lupus, Thalassemia,
Osteoporosis dan Psoriasis.
Pos Pembinaan Terpadu PTM (POSBINDU)
Fokus Pencegahan dan Pengendalian PTM diutamakan untuk:
Menjaga agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari Faktor Perilaku berisiko,
Mampu mengindentifikasi dan memodifikasi perilaku berisikonya agar tidak menjadi onset
PTM serta
menemukan dini kasus-kasus berpotensi PTM agar dapat dirujuk ke FKTP dan ditangani
sesuai standar.
Penemuan dini faktor risiko biologis seperti
 Obesitas,
 tensi darah tinggi,
 gula darah tinggi,
 Gangguan Penglihatan,
 Gangguan Pendengaran,
 serta deteksi Dini kanker Serviks dan payudara
dilakukan dengan pembudayaan Pemeriksaan Kesehatan secara berkala setiap 6 bulan
sekali atau minimal setahun sekali pada Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular).
Posbindu PTM pengembangannya berbasis wilayah, disetiap desa atau kelurahan
diharapkan minimal terdapat 1 Posbindu PTM untuk menjangkau seluruh Penduduk
usia 15 tahun keatas di wilayah tersebut.
Penatalaksanaan Terpadu PTM (PANDU)
Penatalaksanaan Terpadu PTM di FKTP (Pandu PTM), penatalaksanaannya diarahkan untuk
mengendalikan PTM dan merupakan upaya prevensi sekunder untuk mencegah terjadinya
berbagai macam komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan, peningkatan pembiayaan
kesehatan dan kematian dini (kematian pada usia 30-70 tahun).

Upaya Promotif dan Preventif


Penguatan kesadaran masyarakat adalah Kunci Utama keberhasilan upaya promotif preventif
PTM, untuk itu sejak tahun 2015, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PTM Sudah
membuat terobosan peningkatan kesadaran masyarakat melalui website dan media Sosial
secara masif dan berkesinambungan.
Upaya juga dilakukan dengan berbagai mitra swasta, pers online maupun cetak, blogger,
bioskop, kereta api, media televisi serta internet.

Program Pengendalian Tembakau


Merokok merupakan salah satu faktor risiko PTM penyebab penyakit Kardiovaskular, Kanker,
Paru Kronis, dan Diabetes. Hal tersebut sekaligus merupakan faktor risiko penyakit menular
seperti TBC dan Infeksi Saluran Pernapasan, masalah kesehatan yang menimpa banyak umat
manusia.
Undang-Undang Kesehatan No. 36/2009 dan Peraturan Pemerintah No. 109/2012 menyatakan
bahwa tembakau dan segala produknya adalah zat adiktif dan harus diatur guna melindungi
kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan. Untuk memandu kegiatan
pengendalian tembakau, terdapat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40/2013 tentang Jalur
Pengendalian Tembakau (2009-2024) yang dapat mengurangi prevalensi merokok sebesar
10% pada tahun 2024.
Program pengendalian tembakau di Indonesia meliputi :
(1) melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok dengan menetapkan kawasan bebas rokok
di 7 tempat (sekolah, sarana bermain anak, fasilitas pelayan kesehatan, rumah ibadah,
transportasi umum, tempat kerja, ruang publik dan tempat-tempat lainnya;
(2) memperingatkan masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan dengan cara
menyantumkan gambar pada kemasan rokok (Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/2013),
iklan layanan masyarakat, dan EIC lainnya termasuk media sosial;
(3) membatasi tayangan iklan rokok di televisi pada pukul 5 pagi hingga 9.30 malam;
(4) melarang penjualan rokok kepada anak-anak berusia di bawah 18 tahun dan wanita hamil;
(5)”offer help to quit tobacco” telah disampaikan oleh Puskesmas bekerjasama dengan WHO

Kawasan Tanpa Rokok


Peraturan untuk melindungi masyarakat dari asap rokok tidak hanya dalam lingkup nasional
namun juga dalam lingkup daerah. Saat ini terdapat 186 kota/kabupaten di seluruh provinsi di
Indonesia yang telah mengembangkan dan melaksanakan peraturan bebas asap rokok dalam
beragam jenis dan tahap.
Pemerintah Indonesia telah memasukkan 3 indikator untuk pencegahan dan pengendalian PTM
yang berkaitan dengan merokok, obesitas dan hipertensi ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019.

Standar Pelayanan Minimal


Deteksi dini faktor risiko PTM dan pengobatan yang tepat standar bagi hipertensi dan diabetes
mellitus juga telah termasuk dalam Kebutuhan Standar Minimum Layanan Kesehatan bagi
semua pemerintah kabupaten. Hal ini akan memaksa otoritas kabupaten untuk memastikan
bahwa sistem layanan kesehatan akan memenuhi kebutuhan, mencapai semua indikator, dan
menyediakan anggaran yang cukup.
Dalam Permenkes nomor 43 tahun 2016 tentang SPM bidang kesehatan bagi pemerintah
daerah kabupaten/ kota disebutkan bahwa :
 Pelayanan kesehatan pada usia produktif menyebutkan bahwa Setiap warga Negara
usia 15-59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
 Pelayanan kesehatan pada usia lanjut menyebutkan bahwa Setiap warga Negara usia
60 tahun keatas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
 Skrining kesehatan sesuai standar dapat dilakukan di puskesmas dan
jaringannya termasuk Posbindu PTM.
Upaya percepatan untuk mencapai dan mendeteksi kasus PTM tak terdiagnosa akan
dioptimalkan dengan memastikan bahwa semua kasus segera dirawat di Puskesmas yang
dirujuk.

Kemitraan dan pemberdayaan


Pemberdayaan masyarakat untuk deteksi dan intervensi modifikasi faktor risiko dengan
menerapkan kegiatan Posbindu telah dimulai sejak tahun 2006 dan diperluas hingga meliputi
34 provinsi di negara kita. Selama dekade terakhir, pemerintah Indonesia telah memperkuat
kolaborasi antara pihak pemerintah dan swasta melalui program tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR), guna melengkapi keterlibatan organisasi profesional dalam kampanye
promosi kesehatan, pembangunan kapasitas penyedia jasa kesehatan dan memperkuat sistem
mentoring layanan PTM.
Pelayanan PANDU PTM juga ditanggung oleh skema asuransi kesehatan nasional di fasilitas
pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier, termasuk fasilitas swasta yang
berpartisipasi. Indonesia telah mencapai sebagian besar target yang telah diberlakukan selama
tahun 2013.
Indonesia telah melakukan Stepwise Surveillance atau STEPS secara berkala pada tahun 2007
dan 2013, survei berikutnya akan dilakukan pada tahun 2018, dimasukkan ke dalam kesiapan
fasilitas tempat untuk Ketersediaan Layanan dan Kesiapan Penilaian atau Service Availability
and Readiness Assessment (SARA) pada tahun 2010 dan 2014, membangun sistem
pengawasan PTM online, dan memperluas layanan PTM untuk masyarakat lewat Puskesmas
dan Posbindu.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, berkomitmen untuk menjadikan
program pencegahan dan pengendalian PTM sebagai prioritas. Kebijakan dan sejumlah
strategi telah dikembangkan guna menciptakan program dan kegiatan yang tepat untuk
mengatasi masalah PTM. Dukungan kebijakan telah diberikan oleh sektor pemerintah tingkat
atas dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait dari pihak pemerintah maupun
swasta.
Strategi nasional berfokus pada promosi dan pencegahan melalui intervensi dan pendidikan
berbasis komunitas, sistem pengawasan, kerjasama, dan manajemen layanan kesehatan.

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Tidak Menular di Indonesia
Langkah - Langkah kebijakan dan strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular dalam mencapai target indikator adalah :
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
dapat terhindar dari faktor risiko.
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas melalui penguatan sumber daya , dan standardisasi pelayanan,
3. Meningkatkan kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, dan pemangku
kepentingan terkait,
4. Menyelenggarakan Surveilans dengan mengintegrasikan dalam sistem
surveilans penyakit tidak menular diFasilitas Pelayanan Kesehatan dan
masyarakat.
5. Meningkatkan advokasi kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, dan
pemangku kepentingan terkait.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.p2ptm.kemkes.go.id/profil-p2ptm/latar-belakang/program-p2ptm-dan-indikator
download tanggal 14 desember 2019 pukul 19.21 WIB

Anda mungkin juga menyukai