Anda di halaman 1dari 43

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA

ASKEP PADA KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK :

ICE NOVRI
FEGYA RIMENDA BARSEY
AFDALNI
BETRI ELISA
VERA DWI SEPTIANA
RIDA PRATIWI
SALMADONA
EKA PUSLINA
LIZA HARPANI
HELDA FITRI
WIWIT HARDIANI
RISKA RAHMI

STIKES PERINTIS SUMATERA BARAT

SI KEPERAWATAN KELAS D DHARMASRAYA

TAHUN 2019/2020.
ANAK USIA SEKOLAH

A. DEFINISI
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah dasar
sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun.
Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik,
kognitif, dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baik dalam berbagai hal,
misalnya mereka dapat berlari dengan cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan kecakapan
dan daya tahannya.
B. KELOMPOK ANAK
1. Usia prasekolah : 2 – 5 tahun
2. Usia sekolah : 6 – 12 tahun
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan
sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
a. Anak usia 6-7 tahun :
 membaca seperti mesin
 mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
 membaca waktu untuk seperempat jam
 anak wanita bermain dengan wanita
 anak laki-laki bermain dengan laki-laki
 cemas terhadap kegagalan
 kadang malu atau sedih
 peningkatan minat pada bidang spiritual
b. Anak usia 8-9 tahun:
 kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
 menggunakan alat-alat seperti palu
 peralatan rumah tangga
 ketrampilan lebih individual
 ingin terlibat dalam segala sesuatu
 menyukai kelompok dan mode
 mencari teman secara aktif
c. Anak usia 10-12 tahun:
 pertambahan tinggi badan lambat
 pertambahan berat badan cepat
 perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak
 mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur pakaian sendiri
 memasak, menggergaji, mengecat
 menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu
 membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu
 teman sebaya dan orang tua penting
 mulai tertarik dengan lawan jenis
 sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan
3. Usia remaja : 13 - 18 tahun
C. CIRI-CIRI ANAK USIA SEKOLAH
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Label yang digunakan oleh orang tua
a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih
dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga lainnya
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan
c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat
suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang
dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
mempelajari perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses,
tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-
teman sebaya sebagai anggota kelompok
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh
kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c. Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi konformis
(pencipta karya baru) atau tidak
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar
karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain.
D. PERKEMBANGAN FISIK
1. Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada setelah lahir tetapi,
meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak mengikuti pola secara
tepat. Anak usia sekolah lebih langsing dari pada anak usia prasekolah, sebagai akibat
perubahan distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle, 1994)
Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya dengan kelompok besar
anak anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan fisik yang biasanya diperlukan selama kelas
1 merupakan kesempatan yang baik perawat untuk mendiskusikan dengan anak dan orang tua
tentang pengaruh genetic, nutrisi, dan olah raga terhadap tinggi dan berat badan. Anak laki
laki sedikit labih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan selama tahun pertama
sekolah. Kira kira 2 tahun sebelum pubertas. Anak mengalami peningkatan pertumbuhan
yang cepat.
2. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut jantung rata- rata
70 – 90 denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm Hg dan frekuensi pernafasan stabil
19 – 21, Pertumbuhan paru minimal dan pernafasan menjadi lebih lambat, lebih dalam, dan
lebih teratur. Akan tetapi pada akhir periode ini jantung 6 kali ukurannya saat lahir dan
umumnya sudah mencapai ukuran dewasa.
3. Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar meningkat dan
kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik kasar yaitu berlari,
melompat, menyeimbangkan gerak tubuh, dan menangkap selama bermain. Menghasilkan
peningkatan ketrampilan neuromuscular. Perbedaan individual dalam kecepatan pencapaian
penguasaan ketrampilan dasar mulai terlihat. Perbedaan individual dalam ketrampilan
motorik terbentuk dalam partisipasi anak dalam aktivitas yang membutuhkan pergerakan otot
yang terkoordinasi dan kemampuan motorik halus.
Ketrampilan motorik halus terlambat tertinggal oleh ketrampilan motorik kasar tetapi
berkembang kira- kira dalam kecepatan yang sama, saat kontrol jari dan pergelangan tangan
tercapai, anak menjadi pandai melakukan aktivitas. Ketrampilan meningkatkan motorik halus
pada anak dalam pertengahan masa kanak – kanak membuat mereka menjadi sangat mandiri
dalam merawat kebutuhan personal lain.
Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat dalam proses kebutuhan ini akan
terpenuhi. Penyaklit dan hospitalisasi mengancam pengendalian anak dalam area ini. Maka
sangat penting mengizinkan mereka untuk berpartisipasi dalam perawatan dan
mempertimbangkan kemandirian sebanyak mungkin.
4. Nutrisi
Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi secara relative. Jika terjadi
defisiensi biasany defisiensi zat besi, vitamin A, atau kalsium. Anak usia sekolah dapat
belajar banyak hal tentang piramida makanan dan diet yang seimbang dengan membantu
menyiapkan makanan. Perawat harus menganjurkan orang tua untuk menyediakan makanan
dalam jumlah yang adekuat bagi anak untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas.

E. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk berfikir dengan
cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di dominasi oleh persepsinya dan
sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas. Sekitar 7 tahun, anak memasuki
tahap piaget ketiga yaitu perkembangan kognitif, yang di kenal sebagai operasional konkret,
ketika merewka mampu mengunakan symbol secara operasional (aktivitas mental) dalam
pemikiran bukan kerja Mereka mulai menggunakan proses pemikiran yang logis dengan
materi konkret. Periode ini di tandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan yaitu
mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan. Pada akhir masa ini anak sudah
memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
1. Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di nyatakan dalam
bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi,
lambing, gambar atau lukisan, dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya,
sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai
berikut :
a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (orang-orang suara /
bicara sudah berfungsi ) untuk berkata kata.
b. Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/ meniru ucapan atau kata-kata yang
di dengarnya.
Perkembagan bahasa sangat cepat selama masa kanak-kanak tengah dan pencapaian
berbahasa tidak lagi sesuai dengan usianya. Rata-rata anak usia 6 tahun memiliki kosakata
sekitar 3000 kata yang cepat berkembang dengan meluasnya pergaulan dengan teman sebaya
dan orang dewasa serta kemampuannya membaca. Anak meningkatkan penggunaan
berbahasa dan mengembangkan pengetahuan strukturalnya. Mereka menjadi lebih menyadari
aturan sintaksis, aturan merangkai kta menjadi kalimat.
F. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan ketrampilan yang
penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak usia sekolah yang
mendapatkan keberthasilan positif merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang
menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak berharga
yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
1. Perkembangan moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai kemampuan kognitif
dan pengalaman social anak sekolah, mereka memandang aturan sebagai prinsip dasar
kehidupan, bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha untuk
menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang
di terima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah
lakunya.
2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya lain jenis. Identitas jender
yang kuat dapat di lihat pada ikatan yang kuat dengan teman sejenis yang di pertahankan oleh
anak biasa di sebut “geng“. Umumnya anak laki-laki dan perempuan memandang jenis
kelamin yang berbeda secara negative. Pengaruh sebaya menjadi lebih berbeda selama tahap
perkembangan ini. Konformitas terlihat pada perilaku, gaya berpakaian, dan pola berbicara
yang di dorong dan dipengaruhi adanya kontak dengan sebaya. Identitas kelompok
meningkat, seiring perubahan anak sekolah menuju adolesens.
3. Identitas seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten karena ia merasa pada periode ini
anak memiliki sedikit ketertarikan dalam seksualitasnya. Sekarang ini banyak peneliti
percaya bahwa anak usia sekolah memiliki ketertarikan yang besar pada seksualitasnya.
5. Konsep diri dan kesehatan
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih kuat dan lebih individual.
Persepsi sehat sakit berdasarkan pada fakta yang mudah diobservasi seperti adanya atau tidak
adanya penyakit dan keadekuatan tidur atau makan. Kemampuan fungsional standar untuk
kesehatan personal dan kesehatan yang lain dinilai.
G. TUGAS PERKEMBANGAN ORANGTUA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH
Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sebenarnya merasa bahwa tahapan ini lebih
berkurang kadar sibuknya, karena pekerjaan rumah sudah dapat berjalan secara rutin. Anak
secara umum merasa puas mengenai hubungannya dengan orangtua dan mulai terlibat dalam
aktivitas rumah tangga.
1. Mensupport perkembangan anak
Mendukung perkembangan Anak dilakukan dengan cara membiarkan anak untuk pergi dan
bergabung dengan dunia di luar rumahnya. Semakin lama, akan semakin sedikit waktu anak
tersebut berada di rumahnya. Sejak pagi hingga siang anak harus bersekolah, kemudian
setelah itu tidak jarang anak mengikuti kegiatan olahraga atau klub-klub tertentu bersama
dengan grupnya, sehingga anak pulang ke rumah dalam keadaan lelah pada malam hari untuk
beristirahat. Belum lagi ajakan temannya untuk menginap di rumahnya, berlibur bersama,
ikut camp, mengunjungi kerabat pada hari libur, dsb. Semua kegiatan tersebut di atas sangat
baik untuk perkembangan anak dalam hal kemandirian, memperluas pengalaman dan untuk
perkembangan kepribadiannya.
Ketika anak mulai bergabung dengan teman sebaya mereka, orientasi mereka mulai
berkembang kearah peernya. Maka orangtua harus mendukung hubungan ini, karena
penelitian membuktikan bahwa anak dengan dukungan yang sangat baik dari anggota
keluarganya akan memgang teguh norma, nilai dan identifikasi terhadap keluarganya bahkan
ketika mereka sedang berinteraksi dengan orang lain (Bowerman&Kinch, 1959). Seorang ibu
yang memiliki hubungan pertemanan yang hangat akan lebih mudah untuk membiarkan
anaknya bergabung dengan dunia luar.
Anak pada usia ini sering menjadikan orang yang lebih tua sebagai figur otoritas. Anak akan
sering berkata “…tapi kata bu guru begini…” pada orangtuanya. Hal ini mengindikasikan
bahwa anak sudah mulai keluar dari aturan rumahnya. Anak menemukan model baru, sikap
baru, dan pandangan baru melebihi yang didapat di keluarganya. Orangtua yang dapat
berempati terhadap minat anak dan dapat lebih melonggarkan aturannya pada anak akan lebih
mudahuntuk tidak terlalu mengikat anak tersebut pada masa remajanya.
Orangtua yang menanamkan minat selain dari urusan anaknya akan lebih mudah untuk
membiarkan anaknya bergabung dengan aktivitas luar rumahnya dibandingkan orangtua yang
memusatkan hidupnya hanya untuk anak mereka. Pada masa ini, suami dan istri lebih sering
bekerja bersama dalam sebuah proyek disbanding ketika usia anaknya masih preschool
ataupun remaja.(Feldman, 1961). Beberapa aktivitas bersama yang dilakukan dengan anak-
anak juga, seperti piknik keluarga mungkin dapat mengembangkan minat dari suami dan istri
untuk meneruskan hubungannya sebagai sebuah pasangan.
2. Mempertahankan hubungan pernikahan
Beberapa studi, termasuk data dari National Opinion Research Centre mengindikasikan
bahwaefek dari kehadiran anak pada sebuah pernikahan dapat membawa efek yang negatif.
Hal ini ditemukan pada semua ras, agama, level pendidikan, dan status pekerjaan (Davis,
1978). Sebanyak 6 survey nasional sejak tahun 1973 sampai 1978 menemukan bahwa
kehadiran anak cenderung mengurangi kebahagiaan orangtua, dalam hal:
1. Ikut campur dalam hubungan pernikahan (marital companionship)
2. Mengurangi spontanitas hubungan seksual antara suami dan istri
3. Meningkatkan potensi kecemburuan dan kompetensi untuk memperoleh afeksi, waktu
dan perhatian,
4. Menjaga pasangan yang tidak bahagia dari perceraian, setidaknya untuk beberapa saat
(Glenn&Mc Lanchan,1982).
Permasalahan pernikahan pada keluarga dengan anak usia sekolah biasanya lebih sering
terjadi dibandingkan momen lainnya. Biasanya mereka mengalami 4 kali problem lebih
sering. Potensi problem terbesar bisanya mengenai pengaturan anak di rumah, sehingga
mengurangi ekspresi afeksi dari pasangan suami-istri, dan dijadikan nomor kedua
(Swensen&Moore, 1979).
Ekspresi cinta dari pasangan mulai berkurang selama perjalanan pernikahan. Hal ini
biasanya terjadi pada pasangan yang menerapkan peran gender tradisional dalam
berhubungan, dimana hubungan keduanya kemudian hanya menjadi sebuah kebiasaan yang
didasarkan pada kebutuhan, perasaan, dan harapan dari satu pihak ke pihak lainnya. Model
pernikahan seperti ini lebih baik menggunakan metode diskusi daripada menghindar dalam
penyelesaian konfliknya, dan yang lebih pentingberusaha untuk mengekspresikan cintanya
secara spontan (Swensen,Eskew,&Kohlhepp, 1981). Menjaga hubungan pernikahan pada saat
usia anak memasuki usia sekolah sangatlah penting, tidak hanya untuk kepentingan suami
dan istri saja, tetapi juga demi kepentingan anak kelak
H. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH
1. Menyediakan Tempat Tinggal yang Cocok dan Memperhatikan Kesehatan Anak
Keluarga dengan anak usia sekolah mencari tempat tinggal yang sesuai dengan kemampuan
mereka. Mereka lebih menyukai rumah yang dapat diperluas dan memungkinkan penggunaan
energi secara efisien yang dekat dengan sekolah dan job security. Hauenstein dalam
penelitiannya membagi populasi menjadi dua macam yaitu :
a. High stress neighborhoods à ditandai dengan crowded, susunan, keluarga mengalami
kesulitan membuat suatu pertemuan
b. Low stress neighborhoods à kebanyakan adalah keluarga-keluarga yang stabil, jalan-
jalan yang aman.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin tinggal di area yang tinggi
tingkat kriminal yang sangat membahayakan anak-anak dan juga orang dewasa. Yang sering
tinggal di area seperti ini biasanya adalah keluarga yang tidak bekerja (pengangguran) dan
punya masala-masalah dalam perkawinan. Dapat dilihat bahwa menyediakan tempat tinggal
yang sesuai adalah suatu tugas yang berat dan memberi tantangan terutama dalam situasi
ekonomi yang sulit seperti sekarang.
Keluarga dengan young children kebanyakan menginginkan mempunyai rumah sendiri.
Akan tetapi, biaya untuk memiliki rumah sendiri selalu meningkat dari waktu ke waktu.
Adanya biaya pindah keluarga rata-rata meningkat begitu cepat, banyak keluarga yang tetap
berada di tempat tinggalnya tanpa mencoba untuk meningkatkan keadaan tempat tinggal
mereka. Pada waktu biaya untuk tempat tinggal semakin tinggi, beberapa keluarga muda
mampu membeli sebuah rumah tanpa bantuan dari kerabatnya. Hal itu tidak aneh karena
biasanya keluarga muda paling banyak menerima dukungan dari extended family
Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk mencegah adanya
penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit atau pemulihan dari kecelakaan. Banyak
sistem sekolah yang mengharuskan bukti imunisasi anak sebelum menerima mereka ke
sekolah tiap tahun. Dipteria, tetanus, pertusis, polio, campak, gondok dan rubella (MMR)
adalah imunisasi yang biasanya diperlukan bagi anak dari TK sampai SMA. Oleh karena itu,
adalah tanggung jawab keluarga untuk menemui dokter keluarga atau melalui Departemen
Kesehatan Negara atau klinik.
Kesehatan gigi pada anak dan orang dewasa juga merupakan tanggung jawab keluarga.
Pemberian fluoride secara rutin besar pengaruhnya dalam mengurangi kerusakan gigi pada
anak. Oleh karena itu, keluarga diharapkan untuk memeriksakan dan merapikan gigi anak
pada dokter gigi serta menggosok gigi secara teratur setelah makan yang sering memerlukan
monitor dan modeling dari orang tua.
Kecelakaan merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak usia sekolah. Hasil
penelitian bahwa anak laki-laki dua kali lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan
anak perempuan dan biasanya kematian paling tinggi adalah karena kecelakan kendaraan
motor. Selain itu, kecelakaan juga menyebabkan kerusakan permanen, kelumpuhan serta
kehilangan waktu untuk sekolah.
Child abuse merupakan suatu masalah yang terdapat pada beberapa keluarga.
Mendisiplinkan anak dengan cara memukul mungkin adalah sesuatu yang normal dalam
beberapa keluarga dan cukup banyak persentase orang tua yang mengaku menendang,
menggigit, memukul dengan tangan atau benda dan mengancam menggunakan pisau atau
senjata. Hasil penelitian bahwa 10 dari seribu anak tidak menerima cinta dan dukungan tetapi
sering menerima pukulan dari orang tua mereka. Orang dewasa yang mengalami abuse pada
waktu anak-anak lebih cenderung menjadi child abuser terhadap anak mereka sendiri.
Physical abuse biasanya terjadi pada keluarga miskin tetapi kebanyakan keluarga kaya
menggunakan abuse sebagai “accident”. Banyak keluarga ekonomi bawah yang stress dan
melampiaskan rasa frustasi pada anak mereka. Child abuse sering juga dipicu oleh respon
anak yang membantah, menantang atau mengabaikan orang tua sehingga orang tua frustasi
dan kehilangan kontrol dan menggunakan metode disiplin yang lebih keras dan meningkat
menjadi abuse. Parents anonymous merupakan organisasi nasional yang siap membantu
mengatasi kekerasan dengan melakukan pertemuan secara teratur dan menggunakan sarana
telepon untuk orang tua yang membutuhkan bantuan.
Incest merupakan masalah kesehatan mental utama yang terjadi pada semua kelas sosek
serta etnis dan ras, biasanya saat anak berusia 6-12 tahun. Anak yang menjadi korban incest
biasanya takut untuk menceritakannya pada siapapun, yang bisa jadi petunjuk adalah
penarikan diri yang tidak jelas, kecemasan, mimpi buruk atau keluhan fisik khususnya
masalah urine atau pelvic yang sakit. Bantuan untuk korban incest dan keluarganya dapat
ditemukan di tempat layanan perlindungan anak, pusat krisis perkosaan atau woman’s
centers. Untuk mencegah incest dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan seks di rumah
dan di sekolah.
Health care cost (biaya kesehatan) cenderung meningkat, tetapi banyak keluarga yang
mempunyai asuransi kesehatan untuk membantu membiayai biaya rumah sakit dan
membayar dokter. Sebanyak 83 % dari pekerja di Amerika bekerja pada perusahaan yang
memiliki asuransi kesehatan.
2. Keuangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Pengeluaran keluarga yang paling besar biasanya adalah untuk makan, kemudian untuk
rumah, transport, dan kebutuhan rumah tangga. Keempat item utama tersebut kira-kira
membutuhkan 65,1 % dari semua uang yang dihabiskan tiap individu dalam sebuah keluarga.
Belum lagi untuk biaya pengobatan, pakaian, rekreasi, dan yang lainnya.
Ibu sering bekerja untuk membantu keuangan keluarga dan anak-anak. Kebanyakan ibu
bekerja pada pekerjaan apapun menginginkan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan
yang mereka miliki. Penghasilan mereka biasanya tidak sebesar penghasilan suaminya, tetapi
mereka dapat membantu menyediakan segala sesuatu yang dibutuhan keluarga.
Pekerjaan part time mungkin adalah pekerjaan yang baik untuk ibu ketika anakberada di
sekolah atau ketika ayah mereka dapat menemani anak-anak. Split shifts memungkinkan
banyak ibu yang bekerja sementara suami berada di rumah. Kesuksesan ibu
bekerjatergantung pada pendidikan dan training, pengalaman kerja sebelumnya, dukungan
suami, usia anak, kesehatan serta dukungan bantuan dari kerabat dekat dan orang lain.
Pekerjaan ibu biasanya harus disesuaikan secara efektif terhadap situasi yang terjadi dalam
keluarga seperti ketika anak sakit, mendapat kecelakaan atau situasi gawat lain yang
menimpa keluarga.
Dual career familiesmerupakan keluarga dimana kedua suami dan istri yang mempunyai
karir dengan posisi yang penting, yang meminta serangkaian perkembangan dan keahlian
serta memerlukan kompetensi dan komitmen yang tinggi. Ketika salah satu dari mereka
mempunyai kesempatan mengambangkan karir di tempat lain, solusi tradisional untuk istri
adalah mendukung karir suaminya, mengorbankan dirinya dengan tinggal di rumah,
mengakhiri pekerjaannya atau memulai lagi semuanya di lokasi yang baru nanti.
Commuting merupakan jalan keluar yang diambil oleh pasangan yang keduanya mempunyai
karir dimana salah dari mereka tinggal si rumah sedangkan yang lain pulang pergi kerja
selama seminggu, kembali ke keluarga untuk weekends dan liburan. Keuntungan yang besar
adalah perkembangan yang profesional dengan memisahkan pekerjaan dan waktu untuk
keluarga sehingga tidak akan ada pengaruh negatif pada perembangan anak atau dalam
masalah perkawinan. Ini mungkin terjadi ketika ada kerja sama yang aktif dan kepercayaan
antara suami istri, komunikasi yang terbuka dalam keluarga, keteguhan hati untuk mengatasi
masalah, fleksibel, dan komitmen yang kuat untuk keluarga dan pekerjaan. (Farris 1978).
Mengkombinasikan antara peran dalam bekerja dan keluarga perlu menjaga keseimbangan
antara keduanya. Baik bu rumah tangga sepenuhnya atau istri yang bekerja ditemukansama-
sama puas secara dengan kehidupannya
Anak memberikan ketertarikan pada ibu ketika mereka terlibat dalam pekerjaan ibu,
mengunjungi tempat kerja ibu, bertemu dengan teman kerja ibu dan melihat apa yang ibu
kerjakan. Anak yang bekerja di samping orang tuanya dalam tugas-tugas rumah tangga
sehari-hari merasa bahwa mereka penting ketika dipercaya untuk memulai mempersiapkan
makan malam dan melakukan tugas rumah tangga yang lain sementara menunggu orang
tuanya pulang ke rumah.
3. Pemberian Tanggung Jawab Dalam Memelihara Rumah
Dalam keluarga modern, dapur bukan lagi wilayah eksklusif ibu, tetapi juga bagi ayah dan
anak yang lebih tua.
a. Partisipasi anak
Partisipasi anak dalam menjaga rumahdapat dipertimbangkan, tergantung bagaimana
keluarganya, usia dan jenis kelamin anak, dan apakah ibu mereka bekerja atau tidak. Anak
laki-laki dan perempuan dapat saling membantu untuk memasak dan membersihkan rumah.
Seperti perempuan, laki-laki pun dapat melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring,
mengurus pekarangan, mobil dan hewan peliharaan. Ibu yang bekerja full time, partisipasi
anak dalam mengurus rumah sangat tinggi, tapi ibu yang bekerja part-time, partisipasi anak
rendah.
b. Bantuan dari suami
Studi dari 1212 pasangan di Philadelphia, menemukan bahwa pasangan kulit hitam
menyukai pembagian kerja dalam rumah tangga daripada pasangan kulit putih (Ericksen,
Yancey, & Ericksen 1979). Terdapat 2 istilah yang harus dibedakan. Pertama Role-sharing,
bahwa tanggungjawab tugas dilaksanakan oleh pasangan suami istri. Suami menganggap
mengerjakan segala tugas tanpa harus ada nasihat atau pengingat dari istri. Istilah kedua yaitu
task sharing, bahwa pembagian tugas tanpa mengubah asumsi dasar tentang peran-peran dari
pasangan yang menikah. Task sharing, suami membantu istrinya jika hanya seorang istri
membutuhkan pertolongan suaminya.
Studi di Middletown 1978 menemumukan perbedaanantara keluarga business class &
working class. 45 persen keluarga yang menganggap istri memiliki tanggung jawab penuh
terhadap tugas rumah tangga, istri yang mengurus rumah tangga lebih banyak daripada suami
sekitar 40 persen pasangan, 7 persen pasangan suami istri saling berbagi tugas, laki-laki yang
lebih banyak mengurus rumah tangga sekitar 3 persen dan beberapa lagi masih termasuk
dalam studi keluarga.
Lewis (1972) menyatakan bahwa istri lebih aktif dalam membuat keputusan ketika anak di
rumah. Interaksi dengan ayah juga sangat penting, karena dapat membantu anak bersikap
disekolah seperti halnya hubungan dengan peers, orangtua, dan saudara kandung (Feldman &
Feldman, 1975). Hubungan antara suami-istri dapat ditingkatkan dengan saling berbagi tugas
dalam menjaga anak dan rumah tangga.
4. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses dimana individu dibantu untuk:
a. diterima dalam anggota suatu kelompok
b. mengembangkan sense-nya sebagai social being
c. berinteraksi dengan orang lain dalam variasi peran, posisi, dan status
d. antisipasi terhadap harapan dan reaksi dari orang lain
e. persiapan untuk peran masa depan yang mereka harapkan
Sosialisasi bermanfaat untuk tiap anggota keluarga dalam mengembangkan skills, attitude
dan potensi seseorang di masyarakat. Sosialisasi berlangsung terus menerus dalam kehidupan
sebagai suatu peran baru di setiap situasi baru atau kelompok yang individu tersebut baru
memasukinya. Anak-anak usia sekolah lebih mengembangkan hubungan dengan orang lain
daripada dengan keluarganya sendiri.
Rasa kedekatan dengan relatives of the family dapat dicapai dengan cara saling
mengunjungi, menulis surat, liburan bersama, reuni keluarga, dll. Anak-anak usia sekolah
dapat berkunjung ke keluarganya yang lain di saat anak tersebut sudah bisa menjaga dirinya,
siap menghadapi tantangan dan tertarik dengan situasi yang baru. Anak usia sekolah senang
berteman dengan berbagai jenis orang. Saat anak tersebut berhadapan dengan teman yang
berbeda tipe, mereka belajar mengatasi situasi saat ini dan yang akan datang. “undesirable
friends” menurut orangtua
a. anak mengganggu teman mainnya yang lain jenis
b. teman lain suka menyerang
c. bermain bersama tapi tidak sesuai aturan
Keterlibatan keluarga dalam masyarakat berfungsi saat orang tua mempercayai anaknya
untuk mandiri. Anak yang dari latar belakang beda ras, etnik, dan kelas sosial dapat memiliki
pengalaman lebih banyak daripada anak yang hanya berhubungan dengan “orang-orang satu
jenis” dengannya, karena dapat menghilangkan komponen pendidikan mereka dalam hidup
bermasyarakat.
Orangtua sebaiknya ikut aktif dalam pertemuan orangtua-guru dan kegiatan lain yang
ditekuni oleh anaknya.

5. Komunikasi Di Dalam Keluarga dan Anak Usia Sekolah


Keluarga adalah sebuah sarana komunikasi untuk anak usia sekolah. Kebanyakan anak
senang menceritakan pengalaman mereka, banyak bertanya, dan mengekspresikan sesuatu.
Studi longitudinal mengindikasikan masalah awal seperti destructiveness, temper tantrums
dan overactivity menurun secara cepat di usia sekolah
Komunikasi orangtua-anak didukung saat anak merasa bebas menanyakanatau berbicara hal
personal tentang masalah pubertas yang dialami dan tentang peer mereka.
Diskusi tentang sex education:
1. Apa yang terjadi di dalam tubuh
2. perbedaan antara 2 sex
3. perbedaan yang dirasakan antar teman sejenis saat beranjak dewasa
4. bagaimana menerima dan dapat nyaman dengan situasi menstruasi pada perempuan dan
seminal emissions pada laki-laki
5. bagaimana cara mengatasi jerawat dan tanda lain yang menunjukkan meningkatnya
fungsi glandular
6. kematangan tubuh apa yang terjadi pada saat sekarang dengan yang akan datang
Orang tua yang dapat menjawab pertanyaan dan terbuka dengan anaknya akan menjaga
komunikasi yang baik. Penerimaan orangtua terhadap perasaan real mereka sama baiknya
pada anak dapat memunculkan ekspresi yang sehat dari emosi seperti fear(takut), anxiety
(cemas), resentment, anger(marah), dan cemburu.
Siblings
Beberapa keuntungan memiliki siblings:
1. kakak dapat menjadi teladan bagi adiknya
2. seorang sibling mengidentifikasi dengan yang lain pada satu area
3. perbedaan antara sibling dapat mengembangkan sense
4. sibling dapat menjadi feedbacker
5. dapat saling tukar barang
6. jembatan untuk mengerti antara dunianya dan dunia orang dewasa
Sibling coalition dimana anak dikontrol secara kuat diawalnya sebagai mekanisme bagi
anak agar terikat bersama yang mungkin ikatan sepanjang hidup antar siblings. Anak yang
pertama lahir dapat memiliki orangtua yang seutuhnya dan terus berlanjut menjadi anak yang
unik dalam keluarga. Anak yang paling akhir, oleh orangtuanya cenderung diberikan banyak
toleransi. Anak tengah merasa bahwa orangtuanya lebih banyak menghukum daripada
memberi dukungan padanya dibandingkan anak tertua dan anak terakhir. Dalam studi tentang
selfesteem anak tengah memiliki tingkat yang rendah selfesteem-nya dibandingkan anak
pertama dan terakhir.
Fungsi dari rumah dapat juga melayani emosi-emosi yang dikondisikan kembali oleh
anggota keluarga pada saat ia berada di luar seperti sekolah dibandingkan ia harus meluapkan
emosi di luar rumah yang akan mengganggu ketenangan di sekitar rumah. Dengan adanya
komunikasi maka cinta akan mengalir dalam keluarga tersebut menggantikan rasa marah atau
energi negatif lainnya dengan energi yang positif.
I. PROMOSI KESEHATAN SELAMA PERIODE USIA SEKOLAH
Periode usia sekolah merupakan periode klinis untuk penerimaan latihan perilaku dan
kesehatan menuju kehidupan dewasa yang sehat. Jika tingkat kognisi meningkat pada periode
ini, pendidikan kesehatan yang efektif harus dikembangkan dengan tapat. Promosi praktek
kesehatan yang baik merupakan tanggung jawab perawat.
Selama progam ini, perawat berfokus pada pengembangan perilaku yang secara positif
berpengaruh pada status kesehatan anak. Perawat dapat berperan untuk memenuhi tujuan
kebijakan nasional dengan menigkatkan kebiasaan gaya hidup yang sehat termasuk nutrisi.
Anak usia sekolah harus berpartisipasi dalam progam pendidikan yang memungkinkan
mereka untuk merencanakan, memilih dan menyajikan makanan yang sehat. Perawat juga
mengikutsertakan orang tua tentang peningkatan kesehatan yang tepatbagi anak usia sekolah.
Orang tua perlu mengenali pentingnya kunjungan pemeliharaan kesehatan.
J. MASALAH KESEHATAN SPESIFIK PADA ANAK USIA SEKOLAH
Kecelakaan dan cedera merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi pada anak. Anak
usia sekolah juga secara signifikan mengalami kanker, cacat lahir, pembunuhan, dan penyakit
jantung. Pada kelompok usia ini, masalah ini memiliki angka mordibitas tinggi jumlah infeksi
hamper 80% dari seluruh penyakit anak. Infeksi pernafasan merupakan prevalensi terbanyak,
flu biasa tetap merupakan penyakit utama pada masa ini.
Beberapa kelompok lebih mudah mengalami penyakit dan ketidakmampuan, sering kali
sebagai akibat adanya rintangan pencapaian pelayanan kesehatan. Retardasi mental,
gangguan belajar, kerusakan sensasi, dan malnutrisi merupakan prevalensi terbanyak di
antara anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan
psikologis.
1. Bahaya Fisik
a. Penyakit
 Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya
 Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan diri
b. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
 Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk
keberhasilan social
 Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi rendah diri
c. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan dan
anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut
dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan social
d. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan
tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
e. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku
kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi
konsep diri anak
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak usia sekolah
yaitu :
 Kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat
komunikasi dengan orang lain
 Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat anak jadi sadar
diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
 Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan sekolah akan
terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda
 Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang lain, membual
akan ditentang oleh temannya
b. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga kurang
disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota kelompok, anak dilarang
berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang
kaku.
d. Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas terhadap diri
sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep sosialnya didasarkan pada
pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam
memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap serta
terus menerus akan memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak
e. Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak :
 Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan konsep-
konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa
 Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
 Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya
dilakukan
 Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
 Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga
menjadi perilaku kebiasaan
 Tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
f. Bahaya yang menyangkut minat
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :
 Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya
 Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi
dirinya, misal kesehatan dan sekolah
g. Bahaya hubungan keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
 Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran orang tua dan
merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai hubungan
yang buruk dengan anak-anaknya
 Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam melaksanakan tugas
sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang tua sering mengkritik, memarahi dan
bahkan menghukum anak
 Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan disiplin lunak pada
keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan dirumah dan meyebabkan
kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga
yang baik.
 Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih buruk dari
temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua cenderung membenci hal
itu
 Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi persaan anak
dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-temannya
mengenai wanita karier dan oleh banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
 Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan harapan idealnya
anak, anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan orang tuanya dengan orang tua
teman-temannya.
 Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih kasih terhadap
saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua dan saudara yang dianggap
kesayangan orang tua
 Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap sanak keluarga
yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan memarahi anak serta sanak
keluarga membenci sikap sianak
 Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua kandung yang
tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas dan perilaku yang sulit.

PENGKAJIAN

A. MASALAH KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

1. Komunikasi keluarga disfungsional


2. Potensial peningkatan menjadi orangtua, perubahan(krisis) menjadi orangtua,
konflik peran orangtua
3. Perubahan penampilan peran
4. Gangguan citra tubuh
5. Koping keluarga tidak efektif (menurun, ketidakmampuan), potensial
peningkatan koping keluarga
6. Risiko terhadap tindak kekerasan
7. Perilaku mencari bantuan kesehatan,
8. Gangguan tumbuh kembang,
9. Risiko penularan penyakit,

B. PROSES KEPERAWATAN KELUARGA


Menurut Friedman (1998:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan
keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi
tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah. Friedman dalam Proses keperawatan
keluarga juga membagi dalam lima tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian
terhadap keluarga , identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan,
rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2004) dengan
melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan
kontrak dengan keluarga , menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga , menyatakan kesediaan untuk
membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan
membina komunikasi dua arah dengan keluarga .
Friedman (1998: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari lima
langkah dasar meliputi :
1. PENGKAJIAN
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian
merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga . Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga , perawat diharapkan
menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana
(Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara
sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga , diklasifikasikan dan
dianalisa (Friendman, 1998: 56).
a. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe
keluarga .
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini  Tahap perkembangan keluarga ditentukan
dengan anak tertua dari keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi  Menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti  Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya  Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga dari pihak suami dan istri.
3) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a) Kebiasaan makan Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh
keluarga .
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan  Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit.
c) Pengobatan tradisional  Merupakan pilihan bagi keluarga untuk menentukan
pengobatan yang diinginkan ataupun alternative pilihan yang dipilih yaitu pengobatan
tradisional.
4) Status Sosial Ekonomi
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal suatu penyakit dan
pengelolaannya. Berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b) Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan
pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena
suatu penyakit. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak
seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga .
5) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan
dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh
terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan.
6) Aktiftas
Pola aktifitas yang dipilih oleh suatu keluarga dapat berpengaruh terhadap terjadinya suatu
penyakit dan gaya hidup suatu keluarga.
7) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan
fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya suatu penyakit.
b) Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan
lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan.
8) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan
komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak
pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup
ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
b) Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang
otoriter dapat menyebabkan stress psikologik.
c) Struktur peran
Menurut Friedman (1998), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang
dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam
peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka
akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga .
9) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar tidak menimbulkan suatu
permasalahan maupun stressor tertentu bagi anggota keluarga itu sendiri.
b) Fungsi sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan
mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi
menjadi labil dan mudah stress.
c) Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan
tugas perawatan keluarga adalah :
(a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang
perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga memahami fakta-fakta dari masalah kesehatan
yang meliputi: pen gertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya
serta persepsi keluarga terhadap masalah.
(b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah ;
 Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
 Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
 Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami
 Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit
 Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
 Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
 Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
 Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah.
(c) Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas kesehatan
yang ada di masyarakat, yang perlu dikaji adalah ;
 Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan yang dibutuhkan untuk
menanggulangi masalah kesehatan/ penyakit.
 Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
 Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai.
 Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan
 Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga
 Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam memelihara lingkungan
dimasa mendatang.
 Apakah keluarga mempunyai upaya penuingkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
 Apakah keluarga sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan bagaimana pandangan
keluarga akan fasilitas tersebut.
 Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan (diagnostik, pengobatan dan
rehabilitasi).
 Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya perawatan dan pencegahan.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
(a) Berapa jumlah anak
(b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
(c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga .
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
(a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
(b) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat sdalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga .
10) Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah yang belum
terselesaikan
11) Stress dan Koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d. Strategi adaptasi disfungsional
e. Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga . Metode yang digunakan
pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi
kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang
sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas
mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
d. Pengkajian Anak Sekolah
 Bagaimana karakteristik teman bermain
 Bagaimana lingkungan bermain
 Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah
 Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana yang dimilikinya
 Bagaimana temperamen anak saat ini
 Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
 Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
 Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
 Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
 Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah
 Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat bermain
 Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
 Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
 Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

e. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
yang ada.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas
perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat
mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaborasi dan koordinasi
dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan
kurangnya pelayanan kesehatan.
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada
pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi
yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu
pada PES dimana untuk problem dapat digunakan rumusan NANDA.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari :
 Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
 Resiko (ancaman kesehatan)
 Keadaan sejahtera (wellness)
Contoh diagnosa keperawatan keluarga ;
a. Diagnosa Keperawatan keluarga Aktual
1) Contoh 1
a) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kekurangan nutrisi.
b) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R
berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mengambil keputusan/tindakan untuk
mengatasi masalah kekurangan nutrisi.
c) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dangan masalah
kekurangan nutrisi.
Pada contoh diatas, yang menjadi etiologi (tugas keluarga ) mengandung 3 unsur yaitu
ketidaktahuan (tidak mengenal masalah), ketidak mauan mengambil keputusan dan ketidak
mampuan merawat, maka dari 3 diagnosa tersebut cukup hanya menentukan 1 (satu)
diagnosa yaitu diagnosa yg ketiga, akan tetapi dalam metrumuskan tujuan dan intervensi
harus melibatkan ketiga etiologi tersebut
2) Contoh 2
Perubahan peran dalam keluarga (bapak S) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah peran suami
3) Contoh 3
Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (ibu A) keluarga bapak B berhubungan dengan
ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak (rematik).
b. Diagnosa Keperawatan keluarga Resiko (ancaman)
Sudah ada data yang menunjangtapi belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan rumah
kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak
adekuat, dsb.
Contoh
1) Resiko terjadi konflik pada keluarga bapak B berhubungan dengan ketidaktahuan
keluarga mengenal masalah komunikasi
2) Resiko gangguan perkembangan pada Balita (Anak S) keluarga bapak B berhubungan
dengan ketidakmauan keluarga mellakukan stimulasi terhadap Balita.
c. Diagnosa Keperawatan keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan . Khusus untuk diagnosa keperawatan potensial (sejahtera) boleh
tidak menggunakan etiologi.
Contoh
1) Potensial terjadinya kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M) keluarga bapak R
2) Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi (Anak L) keluarga bapak R
3) Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah keluarga bapak R
Menyusun prioritas
Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama yang
dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka terhadap klien
dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa mendatang.
Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga :
N KRITERIA SKO BOBO
O R T
1 Sifat masalah
 Aktual (Tidak/kurang sehat) 3
 Ancaman kesehatan 2 1
 Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
 Mudah 2
 Sebagian 1 2
 Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
 Tinggi 3
 Sedang 2 1
 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
 Masalah berat, harus segera ditangani 2
 Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1 1
ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga


Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas
a. Kriteria 1
Sifat masalah ; bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang
pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga
b. Kriteria 2
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-
faktor sebagai berikut :
 Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah
 Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
 Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.
 Sumber daya masyarakat dalam bentuk fadsilitas, organisasi dalam masyarakat dan
dukungan masyarakat
c. Kriteria 3
Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
 Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
 Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada
 Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah.
 Adanya kelompok ‘high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk
mencegah masalah.
d. Kriteria 4
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat
masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi
keperawatan keluarga .
Menyusun tujuan
Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi
kepada klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran pendekatan alternatif untuk
memenuhi tujuan dan operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:
a. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
b. Tujuan jangka menengah
c. Tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan
umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar
merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan
keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.
4. IMPLEMENTASI
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan
mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap
keluarga mencakup hal-hal dibawah ini ;
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara :
 Memberikan informasi
 Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
 Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara :
 Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan
 Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
 Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara
 Mendemonstrasikan cara perawatan
 Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
 Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi
sehat, dengan cara ;
 Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
 Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara :
 Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
 Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
5. EVALUASI
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai
keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga .
Unyuk itu dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga .
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional.
S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan. Misal : keluarga mengatakan nyerinya berkurang.
O : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait dengan
diagnosa keperawatan.
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap
evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan
selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
DAFTAR PUSTAKA

Arlina. 2012. Keluarga Anak Usia Sekolah. Diakses pada tanggal 12 September 2012
dihttp:/www.scribd
Agustiansyah, Tri A. 2009. Asuhan Keperawatan keluarga Pasangan Baru Menikah dengan
Masalah KB. Dimuat dalam http://ners86.wordpress.com/2009/03/30/asuhan-keperawatan-
keluarga/
Friedman, M., Marilyn. 1998. Family Nursing : Research, Theory & Practice. USE :
Appleton And Lange.
_______.com/tika_arlina/d/50136705-Keluarga-Anak-Usia-Sekolah
_______. 2009. Konsep Keluarga. Diakses pada tanggal 12 September 2012 di
http://lensaprofesi.blogspot.com/2009/01/konsep-keluarga.html
_______. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Stroke. Diakses pada tanggal 12
September 2012 di http://blog.ilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan- keluarga -dengan-
stroke.html

ASKEP KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH


A. Pengkajian
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. A
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMA
Perkerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Kutilang, Blok E5
2. Komposisi Keluarga
Jenis Hub.
No. Nama Umur Perkerjaan Pendidikan
Kelamin Klg
1. Tn. A L 31 Suami Swasta SMA
2. Ny. B P 30 Istri Swasta SMA
3. An. C L 6 Anak Pelajar SD

3. Tipe Keluarga : “Nuclear Family”


Masalah yang sering terjadi pada tipe tersebut : Keluarga saat ini belum bisa
sepenuhnya mengajarkan anak bagaimana cara bersosialisasi dengan lingkungan
dan membantu anak menyelesaikan tugas sekolahnya.

4. Suku Bangsa
a. Asal Suku Bangsa : Tn. A dan Ny. B sama-sama berasal dari suku melayu.
Mereka bisa menerima kebiasaan mereka satu sama lain dan mempunyai
kebiasaan yang hampir sama jadi tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok
untuk memicu perselisihan.
b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : Tidak ada
5. Agama & Kepercayaan : Agama Tn. A dan Ny. B adalah Islam, TnA dan Ny. B
selalu berusaha untuk memenuhi shalat 5 waktu dan mereka selalu berjamaah di
rumah dengan anak mereka An C, yang sebelumnya sudah di masukkan ke TPA
untuk belajar agama, seperti sholat dan baca tulis Al-Quran, kecuali jika Tn. A
dan Ny. B sedang kerja, mereka melakukan shalat sendiri-sendiri di tempat kerja.
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga
a. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. A dan Ny. B
b. Penghasilan : Rp 1.500.000,00 – Rp 3.000.000,00
c. Harta benda yang dimiliki ( perabotan transportasi, dll ) : Motor 2 buah, dan
perabotan rumah tangga lengkap.
d. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : Sekitar Rp. 2.000.000,00
e. Aktivitas rekreasi keluarga : Keluarga kadang-kadang berekreasi diakhir
pekan, dengan mengunjungi rumah orang tua yang berbeda kota, dari
mempawah ke Pontianak.
B. Riwayat & Tahap Perkembangan Keluarga
1. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
a. Riwayat Kesehatan Keluarga Saat Ini : Tn A , dan Ny B serta An C tidak ada
yang menderita penyakit berat, hanya kadang terkena flu, atau pusing kepala
biasa.
b. Riwayat Penyakit Keturunan : Menurut pengakuan keluarga, tidak pernah
mengalami sakit berat yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit ataupun
perawatan di rumah yang lama. Dari riwayat kesehatan keluarga Tn. A tidak
ada yang memilki penyakit kronis maupun penyakit keturunan.
c. Riwayat Kesehatan Masing-masing Anggota Keluarga :
Imunisas
i
Masalah
Nam Umu Keadaan (Bcg/poli Tindakan yang
No. BB kesehata
a r kesehatan o telah dilakukan
n
/DPT/HB
/campak)
1. Tn. A 65 kg 31  Tn. A Lengkap - Minum vitamin
mengatakan dan susu
bahwa biasanya
dia merasa
lelah setelah
berkerja dengan
jam lembur
2. Ny. B 55 kg 30  Ny. B Lengkap - Minum vitamin
mengatakan dan susu
kadang merasa
sangat lelah
jika setelah
pulang kerja
harus
membereskan
rumah lagi
3. An. C 24 kg 6  Ny. B Lengkap -  Minum susu
mengatakan  Berobat ke
jika anaknya praktik
jarang sakit, dokter
kalaupun sakit
hanya seperti
flu namun tidak
sering
d. Sumber Pelayanan Kesehatan yang Dimanfaatkan : Menurut Ny. A jika
dirinya sakit dan keluarga sakit, mereka langsung berobat kedokter, selain
tempat praktek dokter yang tidak jauh, juga jarak rumah sakit yang tidak jauh.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya :
‐ Tn. A : Menurutnya selama ini dirinya jarang sakit dan hanya lelah saja
‐ Ny. B : Menurutnya selama ini dirinya jarang sakit dan hanya lelah
‐ An C : jarang sakit, kalau pun sakit hanya flu biasa
2. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini : Keluarga Tn. A dan Ny. B memiliki satu
orang anak berumur 6 tahun yang baru masuk SD tahun ini, dan berencana untuk
memiliki anak lagi, jadi keluarga Tn. A dan Ny. B berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah
3. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi dan Kendalanya : Saat ini
keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki satu anak yang baru saja
masuk SD belum tahu bagaimana cara yang tepat dalam mengajarkan anak
bergaul, karena Ny B selalu khawatir jika anaknya ingin bermain diluar rumah,
dan Ny B serta Tn A, juga jarang sekali memiliki waktu untuk membantu anak
dalam mengerjakan PR dari sekolah, karena waktu kerja mereka yang kadang jika
lembur sampai larut malam. kadang anak dititipkan dirumah tetangga yang sudah
dianggap sebagai keluarga jika Tn A dan Ny B ada kerja lembur, yang kadang
pulangnya pukul 21.00.

C. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
a. Luas rumah : 10 x 8 meter
b. Tipe rumah : Permanen
c. Kepemilikan : Pribadi
d. Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 2 buah kamar tidur, ruang tamu 1 buah,
ruang makan, dapur 1 buah, kamar mandi dan toilet masing masing 1 buah,
e. Ventilasi/jendela : Ada 8 ventilasi yang terdapat di dalam rumah
f. Pemanfaatan ruangan ruangan di gunakan sebagaimana fungsi dari ruangan
tersebut
g. Septic tank : ada, letak dibelakang rumah berjarak 1,5 meter dari rumah
h. Sumber air minum : Air gallon
i. Kamar Mandi/ WC : memiliki satu buah kamar mandi yang bersatu dengan
WC, dengan kloset jongkok.
j. Sampah limbah RT : Dibuang ditempat pembuangan sampah sejauh 600
meter
k. Kebersihan lingkungan : Keadaan kebersihan lingkungan selalu terjaga karena
setiap bulannya masyarakat selalu mengadakan gotong royong untuk
membersihkan lingkungan
l. Keadaan didalam rumah : Rumah Keluarga Ny.B dan Tn. A tinggal dirumah
sendiri. Rumah yang mereka tempati merupakan rumah permanen dengan
status kepemilikan milik pribadi Tn. A. Luas rumah kurang lebih 56 m2 .
Lantai rumah menggunakan marmer kecuali dapur yang masih menggunakan
papan. Rumah memiliki ventilasi tetapi jarang dibuka. Pada ruangan dalam
rumah seperti kamar, dapur, ruang tamu cukup gelap karena jendela-
jendelanya tidak dibuka setiap hari, hanya waktu-waktu tertentu saja jika ada
orang di rumah. Menurut Ny. B karena mereka sering keluar kerja sampai
sore jadi jendela jarang dibuka. Penerangan di malam hari menggunakan
listrik. Secara umum ventilasi dan pencahayaan di dalam rumah kurang akibat
ventilasi yang tidak dimanfaatkan secara optimal. Secara umum kebersihan
rumah baik, hanya penataan perabotan rumah yang kurang teratur terutama
untuk bagian dalam rumah dan dapur.
m. Keadaan diluar rumah : Rumah memiliki pekarangan yang cukup luas dan
ditanami pohon kelapa, mangga, dan bunga bunga. Kebersihan pekarangan
secara umum baik. Keluarga memanfaatkan PDAM untuk sumber air bersih.
Keluarga memiliki kamar mandi dengan saluran pembuangan ke selokan
perumahan yang mengalir diparit. Keluarga juga telah memiliki jamban jenis
leher angsa yang dipergunakan setiap hari dengan septic tank di ujung rumah
dengan jarak lebih dari 10 m dari sumur gali. Kebersihan kamar mandi dan
jamban cukup. Dalam pengelolaan sampah rumah tangga keluarganya
memiliki tempat penampungan berupa lobang yang terdapat di pekarangan
samping rumah dan jika sudah penuh biasanya di bakar. Lubang dalam
keadaan terbuka. Secara umum kebersihan rumah cukup.
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas : Setiap bulan biasanya mengadakan arisan
RT dan pengajian setiap seminggu sekali. Aturan/kesepakatan : apabila ada
kerabat atau teman yang menginap harus lapor RT / RW
3. Budaya : Dilingkungan budaya yang mayoritas adalah melayu.
4. Mobilitas Geografis Keluarga : Menurut Ny. B selama ini keluarganya sering
mengunjungi sanak saudara.
5. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat : Menurut Ny. B dalam
keluarganya ataupun keluarga suaminya tidak terdapat perkumpulan atau
pertemuan-pertemuan khusus dan biasanya berkumpul hanya di waktu-waktu
tertentu seperti lebaran. dan kadang pergi ke pesta ulangtahun teman anaknya jika
An C diundang ke pesta ulang tahun.
6. Sistem Pendukung Keluarga : Saat ini dalam keluarga tidak terdapat anggota
keluarga yang sakit, An C sebagai penyemangat jika merasa lelah bekerja.
Hubungan satu anggota keluarga dengan yang lainnya cukup baik dan sudah
terbiasa saling tolong menolong.

D. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga : Pola komunikasi yang digunakan adalah pola
komunikasi terbuka. Setiap anggota keluarga bebas menyampaikan keluhan
ataupun anggapan, hal ini dapat terlihat dari pembicaraan anggota keluarga saat
perawat berkunjung.
2. Struktur Kekuatan Keluarga : Dalam pengambilan keputusan keluarga Tn. A dan
Ny. B selalu memutuskan secara bersama-sama atau musyawarah. An C jarang
diikut sertakan jika memang itu menyangkut masalah keluarga, karena An C
dianggap mash trlalu kecil. Perbedaan-perbedaan pendapat yang ada selalu bisa di
atasi jika mereka bermusyawarah.
3. Struktur Peran ( peran masng-masing anggota keluarga ) : Dalam keluarga Ny. B,
Tn. A sebagai kepala keluarga berkewajiban mencari nafkah untuk keluarga dan
dibantu oleh Ny. B yang turut bekerja membantu suaminya tetapi dirinya juga
tetap melakukan perannya sebagai isteri yang harus menyiapkan semua keperluan
suaminya dan anaknya di rumah. An C sebagai seorang anak yang saat ini
tugasnya hanya belajar.
4. Nilai dan Norma Keluarga : Sebagai bagian dari masyarakat melayu dan beragama
islam keluarga memiliki nilai-nilai dan norma yang dianut seperti sopan santun
terhadap orang tua, suami terhadap isteri. Selama ini dirinya anak dan suaminya
makan bersama kalau malam hari, An C sudah tidur saat Tn A pulang kerja.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif : Tn A dan Ny B, juga An C, belum bisa melakukan peran mereka
masing masing secara sempurna, Tn A dan Ny B belum bisa membagi waktu
untuk peran sebgai orang tua anak usia sekolah.
2. Fungsi sosialisasi : Hubungan antara dirinya dengan suaminya serta anaknya
sampai sejauh ini baik hanya saja Ny B sering mendapat laporan dari sekolah
maupun tempat TPA kalau An C kurang aktif dan terlihat takut jika bermain
bersama teman-temannya.
3. Fungsi perawatan kesehatan
a. Menurut keluarga, masalah kesehatan apa yang sedang dihadapi keluarga
(pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab, persepsi keluarga terhadap
masalah) : Menurut Ny. B keluarga jarang terkena sakit yang parah, hanya
masalah flu biasa dan kelelahan saja yang biasa dialami keluarga.Apa yang
dilakukan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yang sedang
dialami : Ny. L sudah melakukan pengobata berbagai cara, Tn. S selalu
kedokter jika mengalami masalah kesehatannya begitu juga pada anaknya
b. Apa yang dilakukan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yang
sedang dialami : Sejauh ini keluarga hanya membawa anggota keluarga yang
sakit ke dokter ataupun rumah sakit, dan minum vitamin juga susu untuk
mengatasi lelah.Tindakan apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah
timbulnya masalah kesehatan : Menurut keluarga menjalankan perintah
dokter, mengkonsumsi obat yang sudah diberikan,makan teratur dan istirahat
yang cukup banyak membantu dalam menjaga kesehatan.
4. Fungsi reproduksi : Perencanaan jumlah anak : keluarga berencana untuk
memiliki satu anak lagi
5. Keterangan lain : Saat ini Ny. B menggunakan alat kontrasepsi, suntikan setiap 3
bulan sekali, perencanaan memiliki anak secepatnya karena An C juga sudah
besar, dan berencana memiliki 2 anak saja.
6. Fungsi ekonomi : Ny. B mengatakan penghasilannya dan suaminya sudah cukup
untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan keluarga Tn. A dan
kebutuhan An C.

F. Stress & Koping Keluarga


1. Stressor jangka pendek : Menurut Ny. B dirinya tidak tahu dari pihak suaminya
apakah sedang mengalami beban pikiran atau tidak, tetapi dari dirinya yang jadi
stressor adalah takut kalau An C sering ditinggal sendirian dirumah, takut jika
salah pergaulan. dan An C juga sering mengatakan susah mengerjakan tugas
sekolah, dan tidak bisa menyelesaikannya.
2. Sressor jangka panjang : Ny B mengatakan takut jika masalah ini berlarut larut
akan membuat anak mereka merasa tidak disayang oleh ke dua orang tuanya.
3. Respons keluarga terhadap stressor : jika terdapat masalah selalu diselesaikan
dengan diskusi
4. Strategi koping : Untuk menghadapi stressor Ny. B lebih banyak bertanaya pada
guru An c bagaimana perkembangan anaknya, dan selalu meminta bantuan
tetangga agar melihatkan anaknya dan menghubunginya jika terjadi apa apa pada
anaknya ketika dia sedang bekerja.

G. Harapan Keluarga
Keluarga berharap perawat dapat memberikan informasi kesehatan sehingga
anggota keluarga dapat memelihara kesehatannya.

H. Analisa Data
No. Data Problem Etiologi
1. DS : Ketidakmampuan Disfungsi tugas
‐ An. C mengatakan mengerjakan tugas perkembangan
bahwa tidak bisa sekolah keluarga pada anak
mengerjakan usia sekolah
pekerjaan rumah yg
diberikan guru di
sekolah.
‐ Ny. B mengatakan
tidak pernah
menemani anak
belajar.
DO :
‐ Ny. B tampak
menyesal saat
dilakukan pengkajian.
2. DS : Kurang pengetahuan Ketidakmampuan
‐ Ny. B mengatakan tentang tugas keluarga mengenal
tidak tahu apa-apa perkembangan masalah tugas
saja tugas yg harus keluarga dengan anak perkembangan
dipenuhi untuk usia sekolah keluarga dengan anak
keluarganya. usia sekolah
DO :
‐ Ny. B tampak
bingung ketika
ditanya peran apa yg
dilakukannya.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan tentang tugas perkembangan keluarga dengan anak usia
sekolah b.d Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tugas perkembangan
keluarga dengan anak usia sekolah
2. Ketidakmampuan mengerjakan tugas sekolah b.d Disfungsi tugas perkembangan
keluarga pada anak usia sekolah

J. Skoring dan Prioritas Masalah


1. Ketidakmampuan mengerjakan tugas sekolah b.d Disfungsi tugas perkembangan
keluarga pada anak usia sekolah
No Bobo
Kriteria Nilai Pembenaran
. t
1. Sifat masalah 1 2/3x1=2/ Sifat masalah ini termasuk situasi
ancaman kesehatan 3 mengancam kesehatan, karena
jika dibiarkan terus menerus anak
akan merasa bahwa dia gagal dan
tidak seperti teman sebayanya.
2. Kemungkinan 2 2/2x2=2 Karena orang tua sangat menyesal
masalah dapat dengan perbuatan mereka.
diubah : hanya
sebagian
3. Potensi untuk 1 1/3x1=1/ Karena orang tua disini
dicegah : cukup 3 seharusnya lebih banyak
berinteraksi dengan anak.
4. Menonjolnya 1 1/2x1=1/ Masalah memang perlu ditangani,
masalah, tetapi tidak 2 tapi sifat masalah ini tidak gawat
harus segera dan bisa diselesaikan secara
bertahap.
3,1

2. Kurang pengetahuan tentang tugas perkembangan keluarga dengan anak usia


sekolah b.d Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tugas perkembangan
keluarga dengan anak usia sekolah
No. Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah : 1 2/3x1=2/3 Sifat masalah ini termasuk situasi
ancaman kesehatan mengancam kesehatan, karena jika
dibiarkan terus menerus
perkembangan keluarga akan
terhambat.
2. Kemungkinan 2 2/2x2=2 Latar belakang pendidikan Tn. A dan
masalah dapat diubah Ny. B adalah SMA, sehingga
: mudah memudahkan untuk menerima
informasi dan penjelasan.
3. Potensial masalah 1 3/3x1=1 Karena Tn. A dan Ny. B sering
untuk dicegah : cukup mengunjungi orang tua dan keluarga
yg sudah berpengalaman memiliki
anak sehingga keluarga dapat
bertanya apa yg seharusnya
dilakukan.
4. Menonjolnya masalah 1 1/2x1=1/2 Masalah memang perlu ditangani,
tetapi harus segera tapi sifat masalah ini tidak gawat dan
bisa diselesaikan secara bertahap.
3,2

K. Rencana Keperawatan
Tujuan & Kriteria
No. Diagnosa Intervensi
Hasil
1. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan
tentang tugas tindakan 2x30 menit keluarga tentang tugas
perkembangan dalam 1 minggu, perkembangan keluarga
keluarga dengan keluarga dapat : dengan anak usia sekolah
anak usia sekolah  Memahami 2. Jelaskan tentang tugas
b.d tentang tugas perkembangan keluarga
Ketidakmampuan perkembangan dengan anak usia sekolah
keluarga mengenal keluarga dengan
masalah tugas anak usia
perkembangan sekolah
keluarga dengan
anak usia sekolah

2. Ketidakmampuan Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab terjadinya


mengerjakan tugas tindakan 2x30 menit masalah
sekolah b.d dalam 1 minggu, 2. Diskusikan kepada
Disfungsi tugas ancaman kesehatan keluarga apa yg menjadi
perkembangan berkurang dengan kendala utama hingga
keluarga pada anak kriteria hasil : permasalahan muncul
usia sekolah  Anak bisa 3. Diskusikan kepada
mengerjakan keluarga cara untuk
tugas sekolah memanajemen waktu agar
 Orang tua ada kebutuhan akan perhatian
waktu untuk tercukupi
menemani anak
belajar

L. Implementasi & Evaluasi


No. Evaluasi
Implementasi
Dx
1. 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga S : Keluarga mengatakan belum
tentang tugas perkembangan mengetahui jika ada tugas keluarga
keluarga dengan anak usia untuk anak usia sekolah
sekolah O : Keluarga tampak serius
A : Pengetahuan keluarga tentang
tugas keluarga tidak ada
P : Merencanakan untuk
2. Jelaskan tentang tugas mendiskusikan tentang tugas
perkembangan perkembangan keluarga
keluarga dengan anak usia
sekolah S : Keluarga mengatakan bahwa
selama ini banyak sekali tugas
keluarga yg belum terpenuhi
O : Keluarga tampak antusias
A : Pengetahuan keluarga tentang
tugas perkembangan keluarga
meningkat
P : Rencanakan pertemuan
berikutnya untuk evaluasi
2. 1. Kaji penyebab terjadinya masalah S : Keluarga mengatakan hal itu
terjadi karena keluarga tidak mampu
untuk membagi waktu dan tidak
memikirkan hal itu bisa menjadi
berbahaya
O : Keluarga ta,pak menyesal
A : Keluarga mengambil keputusan
untuk berubah
2. Diskusikan kepada keluarga apa
P : Kontrak untuk mendiskusikan
yg menjadi kendala utama hingga
kepada keluarga bagaimana cara
permasalahan muncul
untuk memanajemen waktu
S : Merasa terbantu dan
mendapatkan gambaran untuk
3. Diskusikan kepada keluarga cara mengatasi masalah
untuk memanajemen waktu agar O : Keluarga tampak antusias
kebutuhan akan perhatian A : Keluarga akan melakukan cara
tercukupi memanajemen waktu
P : Intervensi dilanjutkan

S : Merasa senang karena bisa


membantu anak mengerjakan tugas
sekolah
O : Keluarga tampak puas
A : Keluarga akan selalu
mendampingi anak belajar di rumah
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai