Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Interprofessional Communicatioan Dan
Interprofessional Team Work” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Interprofessional Education & Collaborat. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari
masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul
makalah ini.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
bersosialisasi, bukan hanya itu komunikasi tidak terlepas dari kehidupan sehari-
hari. Komunikasi merupakan jembatan pembicaraan antara seorang individu
dengan individu yang lain oleh karena itu komunikasi memiliki peranan yang
sangat penting dalam dunia kesehatan maupun dunia sosial karena dengan
berkomunikasi kita dapat mengetahui apa yang dirasakan dan dialami oleh lawan
bicara kita.
Komunikasi kesehatan memiliki peran penting dalam menjalankan
tugasnya masing-masing, untuk menjalankan tugasnya dilakukan berbagai macam
cara dengan menggunakan prinsip komunikasi di antaranya dapat kita temui
dalam komunikasi kelompok, komunikasi interprofesional, komunikasi massa,
sampai komunikasi publik. Dengan cara ini pula, komunikasi kesehatan dapat
mencapai hingga ke daerah-daerah terpencil dengan harapan cara ini dapat
membantu masyarakat mengetahui hal-hal tentang kesehatan dan bagaimana
caranya menjaga kesehatan. Selain itu, juga diharapkan dengan adanya
komunikasi yang dilakukan dengan berbagai macam cara ini dapat menolong tim
profesi dalam berkomunikasi baik dalam tim profesinya maupun dalam
masyarakat.
Praktik kolaborasi yang efektif merupakan prinsip kunci dalam pelayanan
kesehatan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan secara kolaboratif, tidak
dipungkiri tim profesi kesehatan seringkali mengalami konflik. Medical error atau
kesalahan medis dan munculnya konflik antara profesi kesehatan seringkali
dikaitkan dengan kegagalan komunikasidan perpecahandi fungsi timserta
kurangnya kerjasama tim. Salah satu komponen yang sangat penting agar
kolaborasi dalam pelayanan kesehatan berjalan efektif yaitu keterampilan tenaga
kesehatan dalam kerjasama tim. Keterampilan kerja sama tim merupakan
kompetensi dasar untuk kolaborasi interprofessional yang sukses. Kerjasama tim
interprofesi berlaku dalam latar apapun di mana profesi kesehatan berinteraksi
untuk tujuan bersama dalam perawatan dengan pasien atau masyarakat. Proses
kerjasama tim mencerminkan tingkat saling ketergantungan yang tertanam dalam
tim, di unit kecil seperti unit rumah sakit, dan atau di antara organisasi dan
1
masyarakat. Beberapa manfaat kerjasama tim pada mahasiswa adalah dapat
memberikan kesempatan berharga untuk mencapai kualitas hasil kerja yang tinggi,
mengembangkan kepercayaan diri dan mempersiapkan mahasiswa untuk siap
kerja. Penyedia layanan kesehatan masa depan perlu menerima pendidikan yang
memberi mereka kompetensi yang diperlukan untuk menjadi anggota tim yang
efektif. Tenaga kesehatan yang kompeten dituntut untuk bekerjasama dalam
lingkungan kesehatan yang kompleks dan dinamis untuk berkolaborasi dalam tim.
Sektor pendidikan tinggi dengan demikian terikat untuk menghasilkan tenaga
kesehatan yang mudah beradaptasi, dapat berkolaborasi dan bekerja melintasi
batas-batas profesional. Studi ini merupakan tinjauan pustaka (literature review),
mengkaji dan mengumpulkan berbagai informasi terkait keterampilan kerjasama
tim yang merupakan bagian dari kompetensi IPE.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan, rumusan
masalah yang ingin diungkapkan yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interprofesional?
2. Apa pentingnya komunikasi interprofesional dan team work dalam praktik
kolaboratif?
3. Apa saja karakter dalam komunikasi interprofesi kesehatan?
4. Apa saja penyebab terhadap hubungan antar petugas kesehatan?
5. Apa saja keterampilan kerjasama tim?
6. Apa saja hal yang melibatkan kerja tim?
7. Apa saja manfaat keterampilan kerjasama tim?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami apa itu interprofessional communication.
2. Mahasiswa dapat memahami pentingnya komunikasi interprofesional dan
team work dalam praktik kolaboratif.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan karakter dalam komunikasi interprofesi
kesehatan.
4. Mahasiswa dapat memahami penyebab terhadap hubungan antar petugas
kesehatan.
2
5. Mahasiswa dapat memahami keterampilan dan hal yang melibatkan dalam
kerjasama tim.
6. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat keterampilan dalam kerjasama tim.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dalam praktik kolaboratif terutama dalam komunikasi menyebabkan terjadinya
medical error dan outcome pasien tidak tercapai dengan optimal.
Insiden-insiden buruk yang terjadi dalam tataran praktik kolaboratif pada
umumnya disebabkan karena kegagalan dalam mengkomunikasikan informasi-
informasi krusial antar tenaga kesehatan terutama dokter dan perawat. Ancaman
terhadap keselamatan pasien menjadi perhatian sehingga tenaga kesehatan perlu
dipersiapkan untuk dapat berkomunikasi dan bekerja sama secara kolaboratif. Agar
petugas kesehatan dapat berkomunikasi dan bekerja sama secara efektif, dua atau
lebih petugas dari latar belakang profesi yang berbeda terlebih dahulu harus diberi
kesempatan untuk belajartentang, dan dari satu sama lain melalui pelatihan atau
pendidikan interprofessional.
WHO merekomendasikan penerapan Interprofessional Education (IPE) pada
lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan profesional baik pada jenjang sarjana
maupun pascasarjana. IPE terbukti menjadi sarana yang tepat untuk menghasilkan
praktek kolaboratif yang efektif yang pada gilirannya mengoptimalkan pelayanan
kesehatan, memperkuat sistem kesehatan dan meningkatkan health outcome.
Interprofessional Education (IPE) adalah bagian penting dalam pendidikan kesehatan
yang memberikan peluang bagi mahasiswa untuk belajar secara interprofesional.
Melalui pendidikan interprofesional, mahasiswa dari berbagai latar belakang profesi
belajar tentang, dan dari satu sama lain untuk memungkinkan kolaborasi yang efektif
dan meningkatkan health outcome. Output yang diharapkan dari pendidikan
interprofesional pada institusi pendidikan kesehatan adalah tersedianya tenaga
kesehatan yang telah siap bekerja secara kolaboratif dan mampu memberikan
pelayanan yang komprehensif. Dengan demikian, tenaga kerja kesehatan di masa
depan diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah kesehatan yang semakin
kompleks, terhindar dari medical error, berhasil mencapai health outcome dan mampu
meningkatkan keselamatan pasien. Penerapan IPE pada institusi pendidikan kesehatan
dinilai efektif dalam membentuk kemampuan interprofesional atau kolaborasi pada
mahasiswa. IPE terbukti mampu merubah sikap dan persepsimahasiswa terhadap
profesi lain. Perubahan ini diharapkan akan membangun konsep komunikasi dan
teamwork interprofesional sejak dini. Implementasi IPE dipengaruhi oleh keefektifan
model pembelajaran yang yang terdiri dari perumusan tujuan, pemilihan lingkungan
fisik dan sosial serta keselarasan learning outcome, learning activities dan assessment.
Metode pembelajaran yang digunakan bervariasi seperti PBL, exchangebased, action-
5
based, observation-based, simulationbased, practice-based, e-learning, blended
learning dan didactic learning. (Fauziah, ClaramitaM, Rahayu, & Retno, 2018)
6
D. Penyebab terhadap Hubungan antar Petugas Kesehatan
Ada tiga penyebab yang dapat berdampak terhadap hubungan antar petugas
kesehatan, yaitu:
1. Role stress
Role stress adalah suasana hati pelayan kesehatan yang dapat
mempengaruhi komunikasi verbal dan non verbal dengan sesama petugas.
Contohnya, petugas kesehatan hampir setiap hari harus menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan nyawa seseorang, misalnya menentukan diagnosis penyakit
fatal, menjelaskan pengobatan yang kadang-kadang tidak menjanjikan
kesembuhan, dan menginformasikan prognosis yang tidak baik atau harus
memberikan obat yang harganya sulit dijangkau oleh pasien. Menghadapi pasien
setiap hari bukanlah suatu hal yang mudah.
2. Lack of interprofesional understanding
Lack of interprofesional adalah adanya petugas kesehatan yang tidak
memahami perannya dengan baik sehingga terjadi kebingungan. Semua petugas
kesehatan memahami perannya masing-masing dalam lingkungan kerjanya.
Dalam praktiknya, ternyata tidak demikian. Walaupun telah ada kemajuan dalam
memahami peran petugas lainnya, kebingungan atau kesalahtafsiran tentang peran
dari masing-masing petugas yang masih sering terjadi.
3. Autonomy struggles
Autonomy struggles adalah kapasitas untuk melakukan otonomi sangat
penting agar petugas dapat memenuhi peran profesinya. Perbedaan tingkat
otonomi pada petugas kesehatan dapat memacu ketegangan interpersonal. Perawat
misalnya sering menyatakan kekesalannya karena rendahnya otoritas mereka
untuk pengambilan keputusan yang sederhana tetapi penting bagi keamanan atau
kenyamanan pasien. Dalam menghadapi globalisasi, setiap petugas kesehatan
memerlukan otonomi sesuai dengan tugas dan kewajibannya masing-masing.
7
Amerika Serikat membentuk kolaborasi untuk mempromosikan pendidikan
interprofessional, yang dinamakan the Interprofessional Education Collaborative
(IPEC). Kerangka kompetensi interprofessional yang dikembangkan IPEC
memasukkan keterampilan kerja sama tim sebagai kompetensi dasar untuk kolaborasi
interprofessional yang sukses. Konflik sering terjadi pada tim profesi kesehatan.
Munculnya konflik antara profesi adalah dipicu oleh tidak jelas atau tumpang tindih
tugas, peran, dan tanggung jawab. Namun, konflik dapat diselesaikan dan menjadi
sumber daya yang positif dalam kelompok jika setiap profesi memahami peran dan
tanggungjawab mereka dan terampil dalam bekerjasama dan manajemen konflik
untuk menyelesaikan tugas kelompok. Mahasiswa profesi kesehatan membutuhkan
kesempatan untuk memperoleh dan menerapkan keterampilan kerja sama tim yang
cocok untuk praktek kolaboratif interprofessional. Mereka harus disiapkan untuk
menganalisis kegagalan tim melalui pendekatan berbasis tim dan memungkinkan
kesempatan untuk merefleksikan interaksi tim. Belajar menjadi interprofessional
berarti belajar menjadi tim yang baik. Perilaku kerjasama tim berlaku di banyak
setting dimana profesi kesehatan berinteraksi atas nama tujuan bersama untuk
perawatan dengan pasien atau masyarakat. Perilaku kerjasama tim melibatkan
bekerjasama dalam pemberian perawatan berpusat pada pasien, koordinasi tentang
perawatan dan atau pendidikan kesehatan pasien dengan profesi kesehatan lainnya
sehingga kesenjangan dan kesalahan dapat dihindari, dan berkolaborasi dengan orang
lain melalui pemecahan masalah dan pengambilan keputusan bersama, terutama
dalam keadaan ketidakpastian. Proses ini mencerminkan meningkatnya tingkat saling
ketergantungan antara tim di micro system seperti unit rumah sakit, atau di dalam
organisasi dan komunitas. Memahami bagaimana proses perkembangan tim dapat
mempengaruhi anggota tim, fungsi tim secara keseluruhan dan hasil perawatan
berbasis tim adalah bagian penting dari menjadi anggota tim yang efektif.
Keterampilan kerjasama tim adalah campuran interaktif, interpersonal,
pemecahan masalah dan keterampilan komunikasi yang diperlukan oleh sekelompok
orang yang bekerja pada tugas bersama, di peran yang saling melengkapi, menuju
tujuan bersama yang hasilnya lebih besar dari orang-orang yang bekerja secara
independen. Kolaborasi adalah bekerjasama dengan orang lain untuk melakukan tugas
dan untuk mencapai tujuan bersama. Secara khusus, tim yang bekerjasama dapat
memperoleh sumber daya lebih besar, pengakuan dan penghargaan ketika
menghadapi kompetisi dalam sumber daya yang terbatas.
8
Kerjasama antara profesi kesehatan adalah satu usaha untuk peningkatan mutu
pelayanan kesehatan. Seperti halnya pendapat Hind (2003) yang menyebutkan bahwa
kolaborasi adalah satu usaha peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Kerjasama tim
merupakan kompetensi dasar untuk kolaborasi interprofessional yang sukses menurut
kerangka kompetensi interprofessional yang dikembangkan IPEC. Kerjasama berlaku
dalam latar apapun di mana profesi kesehatan berinteraksi untuk tujuan bersama
dalam perawatan dengan pasien atau masyarakat. Kerjasama tim melibatkan
perawatan berpusat pada pasien, koordinasi perawatan pasien dengan profesi
kesehatan lainnya sehingga kesenjangan dan kesalahan dapat dihindari, dan
berkolaborasi dengan orang lain melalui problem solving dan pengambilan keputusan
bersama, terutama dalam ketidakpastian. Proses ini mencerminkan tingkat saling
ketergantungan yang tertanam dalam tim, di unit kecil seperti unit rumah sakit, dan
atau di antara organisasi dan masyarakat. Belajar untuk bekerja dalam tim
mensyaratkan menjadi bagian dari sistem yang kecil dan kompleks yang
diselenggarakan untuk berbagi perawatan seseorang atau suatu populasi. Keterlibatan
sebagai anggota tim berdasarkan nilai keahlian professional menunjukkan bahwa
seseorang bisa berkontribusi pada hasil perawatan dalam situasi tertentu. Memahami
bagaimana proses perkembangan tim dapat mempengaruhi anggota tim, fungsi tim
secara keseluruhan, dan hasil perawatan berbasis tim yang merupakan bagian penting
dari anggota tim yang efektif.
9
d) Menerapkan kerja tim untuk berbagai situasi, misalnya perencanaan berjangka,
krisis pemecahan masalah;
e) Mengidentifikasi kekuatan anggota tim; dan
f) Coaching, mentoring dan memberikan umpan balik.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mutu pelayanan kesehatan dapat meningkat dengan adanya kerjasama tim dari
tenaga kesehatan. Penyedia layanan kesehatan masa depan dalam hal ini mahasiswa
perlu menerima pendidikan yang memberi mereka kompetensi yang diperlukan untuk
menjadi anggota tim yang efektif. IPE memberikan kesempatan bagi mahasiswa
untuk mengembangkan kemampuan kerjasama yang dibutuhkan untuk bekerja
sebagai anggota tim interprofessional. Tenaga kesehatan yang kompeten dituntut
untuk bekerjasama dalam lingkungan kesehatan yang kompleks dan dinamis untuk
berkolaborasi dalam tim.
B. Saran
Kita semua harus mengembangkan pengetahuan kita. Lebih peka terhadap
orang lain saat berkomunikasi dan praktik dalam kehidupan sehari-hari sehingga saat
kita berada di lapangan kita dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan
professional sebagai orang tenaga kesehatan yang cukup sesuai bidangnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Endang. 2008. Komunikasi antar Petugas Kesehatan. Dalam Majalah Kedokteran
Indonesia vol. 58 no. 9
Fauziah, N., ClaramitaM, ora C., Rahayu, & Retno, G. (2018). No Title. THE EFFECT OF
CONTECT, INPUT AND PROCESS IN ACHIEVING INTERPROFESSIONAL
COMMUNICATION AND TEAMWORK COMPETENCES, 7, 24–35.
12