Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MATA KULIAH AQIDAH AKHLAK

KONSEP IMAN DALAM ISLAM

Oleh :

Nama NIM
Raihan Ilham Fadhilah 20190220194
Shalikhah Dewi Palupi 20190220205
Rifyal Zaitun 20190220209
Setiawan Enggar Saputra 20190220227
Zidna Nuur Aida W 20190220229

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatulahi wabarokatuh

Pertama-tama mari kita selalu bersyukur kepada Allah yang maha esa. Karena
Dia telah memberikan banyak sekali nikmat yang telah diberikan kepada kita
terutama nikmat iman, islam, dan sehat. Shalawat dan salam tak lupa kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Karena tanpanya islam tidak ada sampai saat ini.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Iman dalam Islam.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, kami sangat menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini dan itu menjadi koreksi bagi kami kedepannya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Konsep Iman dalam Islam
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Wassalamualaikum warahmatulahi wabarokatuh

Yogyakarta, 21 Oktober
2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB 1............................................................................................................................4

1. Pengertian Iman..................................................................................................4

BAB 2............................................................................................................................5

2. Pokok – Pokok Iman (Rukun Iman)...................................................................5

BAB 3............................................................................................................................6

3. PERKARA YANG MEMBATALKAN IMAN.................................................6

BAB 4..........................................................................................................................12

4. Aplikasi dan Implikasi Iman dalam Kehidupan Sehari - hari..........................12

3
BAB 1

1. Pengertian Iman
Iman adalah cerminan dari hati, yang berupa pendengaran melalui ucapan lalu
penglihatan melalui perbuatan. ucapan yang berasal dari perkataan, sedangkan
perbuatan berasal dari tingkah laku orang itu. Iman dapat bertambah dan berkurang
dengan cara ketaatan dan kemaksiatan, sesuai diri kita mau jadi pribadi yang selalu
bertambah keimanan atau berkurang keimanan.

Iman menurut bahasa arab artinya membenarkan dalam hati atau percaya
(meyakini). Iman asal kata dari al-iman itu adalah isim masdar, iman(‫ )إيمان‬diambil
dari kata kerja ‘aamana’ (‫ — )أمن‬yukminu’ (‫ؤمن‬GG‫ )ي‬yang berarti ‘percaya’ atau
‘membenarkan’.

Iman menurut istilah keyakinan dalam hati ,baik itu ucapan,lesan dan
perbuatan/amalan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Berikut definisi iman menurut para ahli :

 Iman menurut al-quran dan hadits (ahli sunah wal jamaah) yaitu berikrar
dengan hati, diucapkan dengan lisan, diamalkan dengan anggota badan.
 Iman menurut ali bin talib  yaitu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang
benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota.
 Iman menurut Aisyah r.a., iman kepada allah itu mengakui dengan lisan dan
membenarkan berupa hati mengerjakan dengan anggota.
 Iman menurut Imam al-Ghazali yakni Pengakuan dengan lidah (lisan)
membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan
rukun-rukun (anggota-anggota).

4
BAB 2

2. Pokok – Pokok Iman (Rukun Iman)


Rukun iman berjumlah enam, yaitu :

A. Iman kepada Allah


B. Iman kepada Malaikat
C. Iman kepada kitab
D. Iman kepada Rasul
E. Iman kepada hari kiamat
F. Iman kepada qodo dan qodar

A. Iman Kepada Allah

Iman kepada Allah ialah mempercayai bahwasannya Allah adalah Tuhan semesta
alam tanpa adanya sedikit keraguan di dalamnya. Besarnya iman kepada Allah sangat
berpengaruh bagi kehidupan seseorang. Ia akan merasa aman dan tentram karena, ia
telah menyerahkan dirinya kepada Allah. Saat menemui kesulitan sekalipun ia tetap
santai karena dalam hatinya telah tertanam keimanan kepada Allah. Ia berpikir bahwa
pertolongan Allah pasti akan datang.

Artinya : “Dan
Tuhan itu, Tuhan yang esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Pemurah Lagi
Maha Penyayang.”

A. Iman Kepada Malaikat

Iman kepada Malaikat ialah mempercayai keberadaan dan eksistensi malaikat.


Malaikat ialah makhluk yang diciptakan dari cahaya yang tidak bisa dilihat oleh mata

5
manusia. Ia memiliki sifat pasrah dan tunduk kepada Allah karena tidak memiliki

hawa nafsu.

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Malaikat tidak memiliki hawa nafsu. Jadi, Malaikat adalah makhluk settingan Allah
yang akan selalu tunduk kepada perintah Allah.

B. Iman Kepada Kitab – Kitab

Iman kepada kitab – kitab ialah meyakini bahwa Alla telah menurunkan kitab –
kitabnya kepada Rasul-Nya. Kitab diturunkan untuk membimbing umat manusia ke
jalan yang benar. Mampu membedakan halal dan haram, dapat membedakan mana
yang benar dan mana yang salah. Kitab – kitab yang diturunkan Allah kepada Rasul-
Nya berjumlah empat, Al – Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Ada juga kitab
Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud AS. Lalu ada kitab Injil kepada Nabi Isa
AS dan yang terakhir Taurat kepada Nabi Musa AS.

6
artiny
a : “Hai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta Kitab yang Allah
turunkan sebelumnya.”

C. Iman Kepada Nabi dan Rosul

Mempercayai adanya Nabi dan Rosul yang diturunkan Allah ialah rukun islam ke –
empat. Nabi dan Rasul diturunkan oleh Allah ditujukan untuk membingbing umat
manusia ke dalam surga. Ada banyak Nabi yang diturunkan Allah di bumi namun kita
hanya wajib mengimani 25 saja. Sedangkan, ada 5 Rasul yang diturunkan Allah
kepada manusia.

Ada lima Rasul yang wajib kita imani. Ada Nuh, Ibrahim, Musa, Isa AS dan yang
terakhir ialah Muhammad SAW. Bedanya Nabi dan Rasul ialah jika nabi diberikan
wahyu untuk dirinya sendiri tidak memiliki kewajiban menyampaikannya kepada

7
lainnya, sedangkan rasul mempunyai kewajiban untuk menyampaikannya.

Artinya : “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”.
(Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali”.

D. Iman Kepada Hari Kiamat

Semua yang diciptakan maka akan binasa. Itulah hukum alam. Termasuk dunia ini,
pasti akan binasa suatu hari nanti. Kita harus percaya bahwa dunia ini akan berakhir
pada masanya.

Semua tidak tahu waktu terjadnya kiamat. Hanya Allah saja yang mengetahui. Dalam
surat An-Nazi’at Allah berfirman :

‫ك َع ِن السَّا َع ِة أَيَّانَ ُمرْ َساهَا۝ فِي َم أَنتَ ِمن ِذ ْك َراهَا۝ إِلَ ٰى َربِّكَ ُمنتَهَاهَا۝ إِنَّ َما أَنتَ ُمن ِذ ُر َمن يَ ْخ َشاهَا۝‬
َ َ‫يَسْأَلُون‬

Yang artinya : “ Mereka (orang – orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad)


tentang hari kiamat, “kapan terjadinya?”. Untuk apa engkau perlu mengetahuinya
menyebutkannya (waktunya)? Kepada Tuhanmulah (dikembalikan) kesudahannya

8
(ketentuan waktunya). Engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan bagi siapa
yang takut kepadanya (hari kiamat)”. (An–Nāzi‘āt/ 79: 42-45)

Dalam ayat diatas, hanya Allah yang tahu akan waktu hari kiamat. Sang kekasih
Allah pun tidak mengetahuinya. Nabi Muhammad hanyalah pemberi peringatan
kepada yang takut akan hari kiamat.

Dalam hadist Nabi Muhammad SAW bersabda :

‫ بعثت انا والساعة كهاتين ويقرن بين اصبعية السبابة والوسطى‬yang artinya ialah “Jarak diutusnya
aku dan hari Kiamat seperti dua (jari) ini.” Lalu Beliau memberikan isyarat dengan
kedua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah).

Pada zaman nabipun kiamat sudah sedekat itu. Apalagi zaman kita yang sudah terpaut
1400 tahun dengan Beliau. Kita harus berbenah diri untuk menyiapkan bekal kita
kelak.

E. Iman Kepada Takdir

Takdir ialah ketentuan Allah. Semua yang terjadi di dunia ini sudah diatur oleh
Allah. Iman kepada takdir memiliki arti yaitu percaya semua hal yang terjadi di dunia
ini adalah ketentuan Allah. Allah berfirman dalam surat Ar – Ra’du ayat 8 yang
berbunyi:
‫دُورًا‬GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG‫ َدرًا َم ْق‬GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGَ‫ ُر هَّللا ِ ق‬GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG‫انَ أَ ْم‬GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG‫َو َك‬
"…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku." (Al-Ahzab/33
:38)

Ada dua jenis takdir. Yang pertama ialah takdir mubra. Takdir mubram ialah takdir
tidak bisa dirubah manusia. Contohny yaitu: lahir, mati, kiamat, jenis kelamin. Yang
kedua ialah takdir muallaq. Takdir mualaq yaitu takdir yang masih bisa dirubah oleh
manusia. Contohnya : kepandaian seseorang. Apabila ia belajar lebih giat maka ia
menjadi pandai.

9
10
BAB 3

3. PERKARA YANG MEMBATALKAN IMAN


Salah satu masalah yang sering menjadi topik perdebatan para ulama adalah
masalah tentang kapan seseorang dinyatakan keluar (murtad) dari agama islam.
Orang-orang yang dikatakan keluar dari agama islam setelah beberapa saat menjadi
muslim, ada beberapa perkara yang menyebabkannya. Oleh karena itu, mari kita
pelajari kaidah-kaidah menurut para ulama yang disandarkan pada Al-Qur’an dan
hadits.

Imam at-Thahawi salah satu ulama, mengatakan bahwa orang muslim dan
mukmin, yang mereka mengakui apa saja yang di bawa dan disampaikan oleh nabi
Muhammad saw. Serta mereka membenarkan beliau, tidak akan kami kafirkan salah
seorang pun diantara ahli kiblat (ibadah) dikarenakan melakukan perbuatan dosa,
selama dia tidak menghalalkan perbuatan dosa tersebut. Dan tidak kami katakan
dengan dosa itu mereka telah gagal terhadap imannya. Dan bagi seseorang itu tidak
akan dinyatakan keluar dari iman kecuali ia tidak melaksanakan aturan-aturan iman
yang telah ia sepakati sebelumnya.

Imam al-Juwaini juga mengatakan bahwa siapapun yang sudah mengatakan


perkataan murtad dan menganggap bahwa tidak seperti itu di dalam hatinya dan
hanya supaya mendapat pujian (menjilat), demikian itulah sesungguhnya dia telah
kafir secara lahir dan bathin. Kecuali jika ia dipaksa atau ditekan supaya mengatakan
ucapan murtad sedangkan hatinya beriman, demikian itulah ia tetap dalam keadaan
islam. Dalam firman Allah SWT:

11
“Barangsiapa kafir kepada Allah sesudah ia beriman (ia mendapat murka Allah),
kecuali orang yang dipaksa kafir dan hatinya tetap tenang dalam beriman (Dia tidak
berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka
kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar”. (QS. al-Nahl:106).

Sesuai dengan pernyataan di atas, bahwa mengucapkan dan membenarkan dua


kalimat syahadat merupakan kunci dan pintu iman dan juga islam. Oleh karena itu
seseorang bisa di anggap keluar dari iman dan juga islam jika darinya keluar
perkataan, perbuatan dan i’tikad yang dapat membatalkan ucapan yang telah
diakuinya (ikrar) dan pembenarannya (tashdiq) terhadap dua kalimat syahadat, yang
pada dasarnya memiliki makna mengesakan Allah SWT, baik dalam rububiyyah
maupun asma wa sifat-Nya.

Hal-hal yang dapat membatalkan iman atau yang dapat mengantar seseorang
pada kemurtadan dapat diringkas menjadi tiga bagian, yaitu: Murtad dalam I’tikad,
murtad dalam perbuatan dan murtad dalam ucapan.

1. Murtad dalam I’tikad (keyakinan)

Diantara hal yang termasuk murtad dalam I’tikad yaitu:

a. Meragukan keesaan Allah SWT, serta menambahkan sifat-sifat yang mustahil


bagi Allah. Seperti Allah itu memiliki istri dan anak, dan juga memiliki sifat
lalai, mengantuk, mati dan lain-lain. Begitu pula untuk orang yang mengaku

12
memiliki sifat seperti yang dimiliki oleh Allah SWT. Maka kafirlah orang yang
seperti itu dan kafirlah yang mempercayainya.

b. Meragukan kerasulan Muhammad SAW atau meragukan rasul-rasul dan nabi-


nabi yang lain terutama mereka yang namanya tertera di dalam Al-Qur’an.

c. Meragukan kebenaran Al-Qur’an meskipun hanya satu ayat.

d. Meragukan adanya hari akhir (kiamat)

e. Meragukan adanya surga dan neraka

f. Meragukan adanya imbalan berupa pahala atau siksaan baik berupa azab
ataupun pembalasan amal perbuatan.

g. Meyakini khamr, zina dan riba sebagai sesuatu yang dihalalkan

h. Meyakini bahwa sholat itu tidak diwajibkan

i. Mengharamkan hal yang sudah jelas disepakati kehalalannya atau sebaliknya.

2. Murtad dalam Perbuatan

Diantara hal-hal yang termasuk murtad dalam perbuatan yaitu:

a. Bersujud kepada berhala, matahari, atau makhluk lain.

b. Meminta-minta kepada makhluk Allah, memuja-muja serta menganggap


makhluk tersebut memiliki kekuatan atau kekuasaan selain kekuasaan Allah.

c. Menyembelih hewan atau berkurban untuk dipersembahkan kepada pohon,


berhala dan sebagainya.

d. Mempelajari, mengajari dan mempraktekkan sihir.

13
3. Murtad dalam Ucapan

Murtad dalam ucapan sangat banyak terjadi dan seringkali tidak di sadari oleh
manusia itu sendiri bahwa yang diucapkan olehnya dapat membuatnya keluar dari
islam. Diantaranya:

a. Menghina Allah

ْ ‫َولَئِن َسأ َ ْلتَهُ ْم لَيَقُولُ َّن إِنَّ َما ُكنَّا نَ ُخوضُ َون َْل َعبُ قُلْ أَبِاهّلل ِ َوآيَاتِ ِه َو َرسُولِ ِه ُكنتُ ْم تَ ْستَه ِْز ُؤونَ الَ تَ ْعتَ ِذر‬
‫رْ تُم‬GGَ‫ُوا قَ ْد َكف‬
َ‫وا ُمجْ ِر ِمين‬ ْ ُ‫بَ ْع َد إِي َمانِ ُك ْم إِن نَّعْفُ عَن طَآئِفَ ٍة ِّمن ُك ْم نُ َع ِّذبْ طَآئِفَةً بِأَنَّهُ ْم َكان‬

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan
itu), tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah
bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan
Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah
kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami
memaafkan segolongan daripada kamu (lantaran mereka tobat), niscaya
Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah
orang-orang yang selalu berbuat dosa”. (QS. At-Taubah : 65-66)

b. Menghina Rasulullah, para nabi dan juga istri-isri nabi

Para ulama sepakat bahwa orang yang telah menghina rasulullah sama saja ia
telah murtad, begitupula apabila mereka menghina para nabi dan rasul yang lain.
Sedangkan dalam hal menghina istri-istri nabi, ulama berbeda pendapat. Para
ulama sepakat bagi siapapun yang menghina istri Rasulullah SAW khususnya
Aisyah ra. Pelakunya di vonis murtad, kafir dan halal darahnya. Berdasarkan
firman Allah:

َ‫يَ ِعظُ ُك ُم هَّللا ُ أَن تَعُودُوا لِ ِم ْثلِ ِه أَبَدًا إِن ُكنتُم ُّم ْؤ ِمنِين‬

14
“Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti
itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman”. (QS. An-nuur : 17)

Sedangkan untuk istri rasulullah yang lain, para ulama berbeda pendapat
sebagai berikut: Mazhab Al-Hanafiyah dan Al-Hanabilah(hambali) menyamakan
antara semua istri Rasulullah SAW dengan Aisyah dalam kemuliaan dan
kedudukannya. Maka bagi orang yang menghina salah satu istri beliau SAW,
mendapat vonis yang sama seperti orang yang menghina Aisyah ra. Yaitu
murtad dan halal darahnya. Sedangkan mazhab Al-Malikiyah dan Asy-Syafi'iyah
berpendapat bahwa kedudukan para istri nabi SAW. selain Aisyah sama dengan
para shahabat nabi yang lain. Yang menghina mereka tentu dihukum tetapi tidak
divonis kafir dan murtad, serta tidak dihukum mati.

c. Takfir (mengkafirkan orang lain)

Menuduh atau mengucapkan kepada orang muslim “hai kafir, hai yahudi,
hasi nasrani” sedangkan orang yang dituju adalah seorang muslim, maka orang
yang memanggil tersebutlah yang menjadi kafir. Nabi Muhammad SAW.
Bersabda:

‫إذا كفر الرجل أخاه فقد باء بها أحدهما‬

“Apabila seorang laki-laki mengkafirkan saudaranya yang muslim, maka kafirlah itu
kembali kepada salah seorangnya”. (HR. Muslim)

Oleh karena itu, bagi siapa saja yang mengingkari ikrar syahadatnya,
maka ia batal dari syahadatnya dan keluar dari islam. Sedangkan bagi orang
mukmin yang melakukan perbuatan dosa, tidak batal imannya sekalipun ia belum
bertaubat, jika tidak ada hal-hal yang membatalkan syahadatnya. Dan jika Allah
berkehendak dosanya akan di ampuni sebagaimana firman Allah Ta’ala:

15
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan-
Nya, dan mengampuni dosa yang selainsyirik bagi siapa yang dikehendaki-
Nya.barangsiapayang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka
Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. an-Nisa’: 48)

BAB 4

4. Aplikasi dan Implikasi Iman dalam Kehidupan Sehari - hari


Aplikasi dan impilikasi artinya adalah penerapan dan akibat secara langsung.
Oleh karena itu maksud dari aplikasi dan implikasi iman dalam kehidupan sehari-hari
adalah adanya penerapan dan akibat secara langsung dengan adanya iman islam
dalam setiap insan manusia.

A. Habluminallah
 Sholat tepat waktu. Saat adzan berkumandang segera mengambil air
wudhu dan menuju musholla/masjid terdekat untuk melaksanakan
sholat.
 Selalu berusaha untuk tilawah. Mempunyai target tilawah dan
berusaha untuk melewatkannya satu malam pun.
 Mengerjakan amal sunnah. Selalu berusaha menambah pahala dengan
mengerjakan amal sunnah.
B. Mengabdi dalam masyarakat
 Mengikuti organisasi pengabdian masyarakat. Salah satunya adalah
mengajak para perempuan untuk mengenakan hijab. Contohnya adalah
komunitas solidaritas peduli jilbab (SPJ) tanjungpinang.
 Mengikuti kegiatan remaja masjid untuk memakmurkan masjid.

16
 Mengikuti kegiatan pengabdian di daerah terpencil.
C. Berbakti pada orang tua
 Bila orangtua meminta pertolongan maka segera dilaksanakan.
 Membantu orangtua tanpa perlu di suruh.
 Memijat bapak/ibu yang kelelahan setelah bekerja seharian.
D. Mengajak dalam kebaikan
 Mengajak teman-temannya untuk sholat berjamaah ke masjid.
 Mengajak temannya untuk pergi belajar.
 Mengajak temannya untuk ikut acara bakti social.
 Mengajak temannya untuk menjadi relawan guru bagi anak jalanan.
E. Berdakwah
 Pergi ke wilayah yang terpencil dan belum terjamah agama untuk
mengajak masyarakatnya untuk lebih mengenal tuhannya.
 Berani memberikan ceramah apabila diminta.
 Mengajak temannya ke acara pengajian.
F. Hubungan antar manusia
 Jika punya kebun dirumah dan pohonnya sedang berbuah tidak lupa
untuk membagikannya pada tetangga.
 Bersedekah pada kaum dhuafa.
 Membayar zakat sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
 Menjaga tali silaturahmi dengan saudara seiman.

17
KESIMPULAN

Rukun iman ada enam : Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman
kepada Kitab – Kitab, Iman kepada Nabi dan Rosul, Iman kepada Hari Kiamat, dan
Iman kepada Takdir. Kita harus mengimani semuanya, karena apabila kita tidak
mengimani salah satunya maka batal keimanan kita. Kita juga harus menjaga
keimanan kita dari hal – hal yang membatalkannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hasanuddin. 2015. Konsep Mukmin dalam Al-Qur’an. al-Burhan

Muin, HA.1969. Aqidah Islamiah. Palembang : Pustaka Iqbal Palembang

Jalil M.2019. FALSAFAH HAKIKAT IMAN ISLAM DAN KUFUR. UIN Jakarta.

Sabiq, S. 1992. Aqidah Islamiah. Bandung : CV Diponegoro

19

Anda mungkin juga menyukai