Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Manajemen Keperawatan


1. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-
sumber untuk mencapai tujuan, dimana arah tujuan yang akan
dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi
(Mugianti, 2016).
Manajemen Keperawatan adalah suatu proses
menyelesaikan pekerjaan melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dengan
menggunakan sumber daya secara efektif, efisien, dan rasional
dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat baik
yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012).
Menurut (Nursalam, 2011) manajemen keperawatan
didefinisikan sebagai suatu proses melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa manajemen keperawatan adalah suatu proses yang
dilaksanakan oleh seorang perawat untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, serta mengawasi sumber
daya yang ada, sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga, dan
masyarakat.
2. Fungsi Manajemen Keperawatan
Fungsi manajemen adalah bentuk kegiatan manajemen
yang mempunyai ciri dan waktu pelaksanaan tertentu. Fungsi
manajemen menurut (Asmuji, 2012) terdiri dari:
a. Perencanaan (planning)
Suatu rincian kegiatan tentang apa yang harus dilakukan,
bagaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu
dilaksanakan.
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengelompokkan orang, alat, tugas, wewenang dan
tanggungjawab sehingga tercipta suatu organisasi yang
dapat digerakan sebagai satu kesatuan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Kepegawaian (staffing)
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian
diantaranya rekruitmen, wawancara, mengorientasikan
staf, menjadwalkan dan mengsosialisasikan pegawai baru
serta pengembangan staf.
d. Pengarahan (directing)
Suatu usaha untuk penerapan perencanaan dalam bentuk
tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
e. Pengendalian (controlling)
Penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat
dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses, dan hasil
asuhan keperawatan.
3. Unsur-unsur Manajemen Keperawatan
Unsur-unsur Manajemen Keperawatan yang terdiri Man, Money,
Methode, Material, dan Machine. Semua unsur itu dibutuhkan
untuk mampu menjawab 6 pertanyaan yaitu 5W dan 1H.
a. Man
Sumber daya Manusia yang akan terlibat dalam
pengelolaan, yaitu seorang perawat.
b. Money
Pendanaan/anggaran yang akan digunakan untuk
pengelolaan program Rumah Sakit.
c. Method
Semua acuan atau aturan yang digunakan dalam
pengelolaan tersebut, perencanaan juga merupakan
sebuah method.
d. Material
Semua bahan yang terkait (tidak menggunakan
mesin/motor penggerak) dengan pengelolaan Rumah Sakit,
meliputi: gedung, peralatan medis dan non medis, alat
tulis, dan lain sebagainya.
e. Marketing.
Dalam unsur ini harus memiliki strategi yang baik, supaya
pasien dapat tertarik berobat di Rumah Sakit ini, selain itu
juga dapat bersaing dengan Rumah sakit lainnya.

B. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan


Prinsip yang mendasari Manajemen Keperawatan menurut (Basuki,
2018) adalah:
1. Manajemen keperawatan harus berlandaskan perencanaan
karena melalui fungsi perencanaan, pemimpin dapat
menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan
masalah yang efektif dan terencana.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan
waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai
waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan
baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan
keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi
dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan
pengambilan keputusan di berbagai tingkat manajerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan
fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan
apa yang dilihat, diyakini, dipikirkan dan diinginkan oleh
pasien. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh
tujuan keperawatan.
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai
tujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen
keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi,
koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.
7. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang
efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi
kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan,
arah dan pengertian di antara pegawai.
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang
lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang
telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip –
prinsip melalui penetapan standar, membandingkan
penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan
administrator harus bekerjasama dalam perenacanaan dan
pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

C. Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan (Planning)


Perencanaan manajemen keperawatan diawali dengan
perumusan tujuan institusi/ organisasi yang dijelaskan dalam visi,
misi filosofi dan tujuan sebagian arah kebijakan organisasi, sebagai
perawat, anda harus memahami tujuan organisasi ini supaya dapat
bersinergi untuk mencapai cita-cita/ harapan organisasi.
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang
tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan
menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut (Mugianti, 2016).
1. Perumusan Visi, Misi, Filosofi, dan Tujuan
a. Perumusan Visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita, visi merupakan
dasar untuk membuat suatu perencanaan sehingga disusun
secara singkat, jelas, dan mendasar serta ada batasan
waktu untuk mencapai. Visi merupakan pernyataan berisi
tentang mengapa organisasi dibentuk. Contoh rumusan
visi:
“Rumah Sakit Umum yang mempunyai fungsi sebagai
tempat pendidikan, penelitian dan pelayanan kesehatan
secara terpadu dalam bidang pendidikan dan Kesehatan
berlandaskan Nilai-nilai islam, Pelayanan Prima Pelayanan
yang memenuhi standar kualitas yang sesuai dengan
harapan dan kepuasan pelanggan “
b. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan
operasional guna mencapai visi yang telah ditetapkan
c. Perumusan Filosofi
Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut
keyakinan dan praktik keperawatan dalam suatu organisasi
Contoh: Pasien adalah manusia yang merupakan makhluk
holistic (bio-psiko-sosial-spiritual)
d. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai sebagai arah
kebijakan bagi organisasi untuk menentukan apa yang
harus dilakukan dan bagaimana cara mencapainya. Tujuan
mutlak harus ada dalam organisasi pelayanan
keperawatan. Untuk merumuskan tujuan yang baik harus
memenuhi syarat antara lain:
1) Tujuan harus dapat menjelaskan arah
2) Tujuan harus memungkinkan untuk dicapai
3) Terukur artinya tujuan berisi ketentuan kuantitatif
4) Terdapat batasan waktu untuk mencapai target
5) Pencapaian akhir setiap tujuan dapat diterima semua
anggota organisasi
6) Kriteria dibuat untuk melihat seberapa besar tujuan
tercapai
7) Setiap tujuan mendukung sasaran organisasi
Contoh rumusan tujuan:
“Meningkatkan kualitas tenaga perawat yang handal dan
kompeten dalam keperawatan bedah melalui pendidikan
dan pelatihan”.
2. Tujuan Perencanaan
a. Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran
dan tujuan.
b. Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih
efektif
c. Membantu dalam koping dengan situasi kritis.
d. Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e. Membantu menurunkan elemen perubahan, karena
perencanaan berdasarkan masa lalu dan akan datang.
f. Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah.
g. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif.
3. Tahap-tahap dalam Perencanaan
a. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau
fakta.
c. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
d. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang
ingin dicapai.
e. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala
dalam pelaksanaan program.
f. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
4. Jenis Perencanaan
a. Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam
pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan
kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-
efek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan
upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini
terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan
balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam
keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-
sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk
mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
b. Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan
prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal
waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang
yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan
prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang
untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi
perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua
bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai.
Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan
menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang
terdiri dari kebijaksanaan, standar prosedur operasional
dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari
program dan proyek.
5. Manfaat Perencanaan
a. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan.
b. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan.
c. Memudahkan koordinasi
d. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
e. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
f. Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah
dipahami
g. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
h. Menghemat waktu dan dana
6. Keuntungan dan Kelemahan
a. Keuntungan
1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang
tidak produktif.
2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan
yang dicapai.
3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen
lainnya terutama fungsi keperawatan.
4) Memodifikasi gaya manajemen
5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
b. Kelemahan
1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal
ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang
akan datang
2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan
yang perlu diambil.

D. Pengorganisasian Manajemen Keperawatan (Organizing)


Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan,
penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian
wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi
pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua
kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji,
2012).
1. Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
b. Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam
organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
c. Pendelegasian wewenang.
d. Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
2. Langkah-langkah Pengorganisasian
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah
tertuang dalam fungsi perencanaan.
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok
untuk mencapai tujuan.
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan
kegiatan yang praktis.
d. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
e. Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
f. Mendelegasikan wewenang.

E. Kepegawaian Manajemen Keperawatan (Staffing)


Staffing merupakan metodologi pengaturan staf, proses
yang teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan
untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang
dibutuhkan dalam situasi tertentu (Nursalam, 2011). Proses
pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff
adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan
rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem
Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima
elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan
kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat
yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staf pada suatu unit
keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus
tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan
pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan
staf harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak
dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien
yang sederhana. Jumlah dan jenis staf keperawatan yang
diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain
memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah
dan komposisi staf medis dan pelayanan medis yang diberikan.
Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde,
jumlah tes, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis
pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel
perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi
divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui
untuk mengatur departemen beroperasi secara efisien dan
ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis,
struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan
prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan
evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah
prinsip rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan
tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses
pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk
pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan
orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam
menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat
karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka
berorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan
salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat
distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini
dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan
diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan
menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.
F. Pengarahan Manajemen Keperawatan (Directing)
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam
kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia
mengerti dan menyumbangkan tenganya secara efisien dalam
pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen
pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping
menyangkut manusia juga, menyangkut berbagai tingkah laku
manusia yang berbeda (Asmuji, 2012).

1. Tujuan Pengarahan
Terdapat 5 tujuan dan fungsi pengarahan menurut (Asmuji,
2012), diantaranya:
a. Pengarahan bertujuan menciptakan kerjasama yang lebih
efisien.
b. Pengarahan bertujuan mengembangkan kemampuan dan
keterampilan staf.
c. Pengarahan bertujuan menumbuhkan rasa memiliki dan
menyukai pekerjaan
d. Pengarahan bertujuan mengusahakan suasana lingkungan
kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja
staf.
e. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang
lebih dinamis.
2. Unsur-unsur Pengarahan
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam
keberhasilan manajemen. Kepemimpinan adalah suatu
proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok
terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan.
(Mugianti, 2016) menyatakan bahwa kepemimpinan
sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh
sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk
kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai
dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih
efektif harus mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk
bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang
tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan
menggerakan (memotivasi) stafnya agar mereka mampu
melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
Menurut (Basuki, 2018), terdapat beberapa macam
gaya kepemimpinan yaitu:
1) Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih
cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada
memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif
atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
2) Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses
pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada
bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara
manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan
demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan
kerja.
3) Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba
boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada
staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada
setiap orang dan menginginkan setiap orang senang.
Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan
karyawan frustasi. Manajer perawat harus belajar
mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang
merangsang motivasi pada para pemiliknya,
mempraktekkan keperawatan profesional dan tenaga
perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi
autonomi, membuat keputusan dan manajemen
partisipasi oleh perawat profesional.
b. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu unsur pengarahan dalam
fungsi manajemen sehingga seorang perawat manajer
harus mampu melakukannya. Perawat manajer harus dapat
mengenali dan mengetahui motivasi maupun kebutuhan
staf yang merupakan faktor pemicu untuk melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien yang dirawatnya
secara efektif dan efisien.
1) Tujuan motivasi
a) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
b) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
c) Mempertahankan kestabilan karyawan
d) Meningkatkan kedisiplinan karyawan
e) Mengefektifkan kedisiplinan karyawan
f) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang
baik
g) Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi
karyawan
h) Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
i) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan
terhadap tugas-tugasnya
j) Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan
bahan baku.
2) Faktor yang mempengaruhi motivasi
Motivasi kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor
instrinsik dan faktor ekstrinsik.
a) Faktor Instrinsik
(1) Otonomi
(2) Status professional
(3) Tuntutan tugas
(4) Pencapaian
(5) Penguatan
b) Faktor Ekstrinsik
(1) Gaji/upah dan kompensasi
(2) Kondisi tempat kerja
(3) Keselamatan kerja
(4) Peraturan dan prosedur kerja
(5) Hubungan interpersonal
(6) Interaksi
(7) Supervisi
(8) Pekerjaan

G. Pengawasan Manajemen Keperawatan (Controlling)


Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling)
merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang
memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan
merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai
dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang
bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar
dapat diperbaiki (Mugianti, 2016).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa
segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang
telah diberlakukan.
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu
memperhatikan beberapa prinsip berikut:
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan
hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.
2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting
dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
3. Standar unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada
semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa
tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.
4. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk
meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk
mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki
kinerja.
5. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem kontrol yang baik :
a. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
b. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
c. Harus memandang ke depan
d. Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
e. Harus objektif
f. Harus fleksibel
g. Harus menunjukkan pola organisasi
h. Harus ekonomis
i. Harus mudah dimengerti
j. Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap
tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu
unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka
pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan,
serta penggunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-
kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji
pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:
1. Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan
prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal,
aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik
saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa
tugas dalam keperawatan.
2. Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran
kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat
dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat:
1. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja.
2. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau
bentuk promosi dan latihan lanjutan.

H. Standar Asuhan Keperawatan


Standar asuhan keperawatan merupakan suatu tingkat
keunggulan yang ditentukan sebelumnya yang bertindak sebagai
petunjuk untuk praktek. Standar asuhan keperawatan memiliki
karakteristik pembeda, ditetapkan sebelumnya, dibuat oleh para
ahli, dikomunikasikan dan diterima oleh orang-orang yang
terpengaruh olehnya.
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat
profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien
dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan
tanggung jawabnya. Sumber-sumber standar asuhan keperawatan
berupa standar yang dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undang-
undang, Keppres, Peraturan Pemerintah.
Tujuan standar asuhan keperawatan adalah meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan
keperawatan, melindungi perawat dari kelalaian dalam
melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang
tidak terapeutik. Jenis-jenis standar profesi keperawatan meliputi:
standar pelayanan keperawatan, standard praktik keperawatan,
standar pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan
keperawatan berkelanjutan.
Selain standar tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakit
harus melaksanakan standar asuhan keperawatan di rumah sakit.
Standar asuhan keperawatan di rumah sakit, yang meliputi:
Standar 1: Falsafah keperawatan
Standar 2: Tujuan Asuhan Keperawatan
Standar 3: Pengkajian Keperawatan
Standar 4: Diagnosa Keperawatan
Standar 5: Perencanaan Keperawatan
Standar 6: Intervensi Keperawatan
Standar 7: Evaluasi Keperawatan
Standar 8: Catatan Asuhan Keperawatan
Standar kinerja dapat digunakan untuk kinerja individu, dan
kriteria dapat dikembangkan untuk evaluasi keseluruhan
perawatan pasien. Standard membentuk kriteria kinerja, tujuan
perencanaan, rencana strategis, pengukuran hasil secara fisik dan
kuantitatif, unit pelayanan, jam personel, kecepatan, biaya, modal,
pajak, program, dan standar-standar yang tidak jelas. Mereka juga
menetapkan sebagai suatu pengukuran yang tidak diketahui
tentang perbandingan dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif,
kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standar atau tes
dimana suatu pengevaluasian atau keputusan dapat dijadikan
dasar.
Manajer perawat mengembangkan kerja sama dengan
perawat-perawat klinik, kriteria keperawatan klinik dihadapkan
pada pengukuran hasil pasien dan proses keperawatan. Standar-
standard ini digambarkan sebagai hasil pasien dan sebagai proses
asuhan keperawatan.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien
digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman
bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar
praktik keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2010) yang
mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi:
Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Perencanaan, Implementasi,
Evaluasi.
1. Standar 1: Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien
secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan
berkesinambungan dan data dapat diperoleh, dikomunikasikan,
dan dicatat.
Kriteria Pengkajian meliputi:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa,
observasi, pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan
penunjang.
b. Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang
terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi:
1) Status kesehatan pasien masa lalu
2) Status kesehatan pasien saat ini
3) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual
4) Respon terhadap terapi
5) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
2. Standar 2: Diagnosa Keperawatan
Adapun kriteria proses:
a. Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data,
identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab
(E), dan tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan
penyebab (P, E).
c. Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya
untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa
berdasarkan data terbaru.
3. Standar 3: Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.
Kriteria proses, meliputi:
a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah,
tujuan dan rencana tindakan keperawatan.
b. Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana
tindakan keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.
d. Mendokumentasikan rencana keperawatan
4. Standar 4: Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah
diidentifikasi dalam proses Asuhan Keperawatan. Kriteria
proses, meliputi:
a. Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi
kesehatan pasien.
d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri, serta
membantu pasien memodifikasi lingkungan yang
digunakan.
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan
keperawatan berdasarkan respon pasien.
5. Standar 5: Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan
keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar
dan perencanaan.
Adapun kriteria prosesnya adalah:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi
secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam
mengukur ke arah pencapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman
sejawat.
d. Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk
memodifikasi perencanaan keperawatan.
e. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi
perencanaan.
Melalui aplikasi standar asuhan keperawatan tersebut,
maka pelayanan keperawatan diharapkan akan menjadi lebih
terarah.

I. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


1. Pengertian Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang
dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam
tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan
hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga
jenis/tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam
memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti & Mulyati, 2017).
2. Tujuan Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan mempunyai tujuan yang
sangat penting dalam bidang keperawatan. Berikut ini tujuan
dokumentasi keperawatan, sebagai berikut:
a. Sebagai bukti kualitas asuhan keperawatan.
b. Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban
perawat kepada klien.
c. Menjadi sumber informasi terhadap perlindungan individu.
d. Sebagai bukti aplikasi standar praktik keperawatan.
e. Sebagai sumber informasi statistik untuk standar dan riset
keperawatan.
f. Dapat mengurangi biaya informasi terhadap pelayanan
kesehatan.
g. Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan
dalam dokumen keperawatan yang lain sesuai dengan data
yang dibutuhkan.
h. Komunikasi konsep risiko asuhan keperawatan.
i. Informasi untuk peserta didik keperawatan.
j. Menjaga kerahasiaan informasi klien.
k. Sebagai sumber data perencanaan pelayanan kesehatan di
masa yang akan datang.
3. Prinsip Dokumentasi Keperawatan
Prinsip dokumentasi keperawatan menurut Potter dan
Perry (1994) dalam (Nursalam, 2011b) memberikan panduan
pendokumentasian yang benar sebagai sebagai berikut:
a. Jangan menghapus dengan menggunakan cairan
penghapus atau mencoret-coret tulisan yang salah ketika
mencatat, karena akan tampak perawat seakan akan
menyembunyikan informasi atau merusak catatan. Adapun
cara yang benar adalah dengan membuat garis lurus pada
tulisan yang salah (usahakan tulisan yang salah masih bisa
dibaca), lalu diparaf pada bagian terakhir kalimat yang
salah kemudian diikuti dengan tulisan kata yang benar.
b. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik pasien
atau tenaga kesehatan lainnya, karena pernyataan tersebut
dapat dinilai sebagai perilaku tidak profesional atau asuhan
keperawatan yang tidak bermutu.
c. Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin.
d. Bila kesalahan tidak segera diperbaiki maka dapat
menyebabkan kesalahan tindakan pula.
e. Catatan harus akurat, valid dan reliabel. Pastikan yang
ditulis adalah fakta, jangan berspekulasi atau menuliskan
pikiran sendiri.
f. Jangan biarkan bagian kosong pada catatan perawat,
karena orang lain dapat menambah informasi yang tidak
benar pada bagian yang kosong tersebut.
g. Semua catatan harus dapat dibaca dan ditulis dengan tinta.
h. Menulis hanya untuk diri sendiri karena perawat
bertanggung gugat atas informasi yang telah ditulisnya.
Jangan menulis untuk orang lain.
i. Hindari penggunaan istilah yang bersifat tidak umum.
j. Memulai dokumentasi dengan waktu dan akhiri dengan
tanda tangan dan nama jelas.
4. Makna Pendokumentasian Keperawatan
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang
penting bila dilihat dari berbagai aspek menurut (Nursalam,
2011) yaitu:
a. Hukum
Semua catatan informasi tentang pasien merupakan
dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu
masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan
dimana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai
pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-
waktu. Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai
barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus
diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan
ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal
dan perlu dihindari adanya interpretasi yang salah.
b. Jaminan mutu (Kualitas pelayanan)
Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan
memberi kemudahan bagi perawat dalam membantu
menyelesaikan masalah pasien. Dan untuk mengetahui
sejauh mana kesehatan pasien dapat teratasi dan seberapa
jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor
melalui catatan yang akurat. Hal ini membantu
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
c. Komunikasi
Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam
terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat
atau tenaga kesehatan lain akan dapat melihat catatan
yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan
pedoman dalam memberikan Asuhan Keperawatan.

d. Keuangan
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan
keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan
dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai
acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi
pasien.
e. Pendidikan
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya
menyangkut kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan
yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi
pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.
f. Penelitian
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian.
Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi
yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan
pengembangan profesi keperawatan.
g. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh
mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan
Keperawatan kepada Pasien. Dengan demikian akan dapat
diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian Asuhan
Keperawatan yang diberikan, pembinaan dan
pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi
peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat
dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.
5. Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi
Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi antara lain:
a. Mengkomunikasikan secara nyata tindakan-tindakan yang
telah dilakukan untuk klien. Hal ini penting untuk :
1) Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi
tindakan, yang seharusnya tidak perlu terjadi
Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak
dicatat sehingga diberikan obat kembali
2) Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan
menunjukkan apa yang secara nyata telah dilakukan
terhadap klien dan bagaimana hubungannya dengan
standar yang telah dibuat.
3) Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan
keperawatan yang sudah diberikan (evaluasi klinis)
b. Menjadi dasar penentuan tugas
Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi
tindakan keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya
digunakan dalam menentukan jurnal perawat yang harus
bertugas dalam setiap shift jaga
c. Memperkuat pelayanan keperawatan
Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada
dokumen-dokumen yang ada.
1) Dokumen tentang kondisi klien
2) Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk klien
3) Kejadian-kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan
tindakan
d. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan
Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan
akan membantu perhitungan anggaran biaya suatu rumah
sakit.
6. Proses Dokumentasi Keperawatan
Proses dokumentasi keperawatan mencakup:
a. Pengkajian
1) Mengumpulkan Data
2) Validasi data
3) Organisasi data
4) Mencatat data

b. Diagnosa Keperawatan
1) Analisa data
2) Identifikasi masalah
3) Formulasi diagnosa
c. Perencanaan / Intervensi
1) Prioritas Masalah
2) Menentukan tujuan
3) Memilih strategi keperawatan
4) Mengembangkan rencana keperawatan
d. Pelaksanaan/implementasi
1) Melaksanakan intervensi keperawatan
2) Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat
waktu dan tanggal pelaksanaan, mencatat diagnosa
keperawatan nomor berapa yang dilakukan intervensi
tersebut, mencatat semua jenis intervensi keperawatan
termasuk hasilnya, berikan tanda tangan dan nama
jelas perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan
intervensi.
3) Memberikan laporan secara verbal
4) Mempertahankan rencana asuhan
e. Evaluasi
1) Mengidentifikasikan kriteria hasil
2) Mengevaluasi pencapaian tujuan
3) Memodifikasi rencana keperawatan
7. Model Asuhan Keperawatan
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan profesional. Ada 5 metode pemberian asuhan
keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren
pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan
keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode fungsional,
metode tim, metode kasus, modifikasi metode tim-primer
(Nursalam, 2014).
a. Metode fungsional
Metode fungsional merupakan manajemen klasik
yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas,
dan pengawasan yang baik. Metode ini sangat baik untuk
rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior
menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau
belum berpengalaman.
Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan
keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2
jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak
memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan
persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja.
b. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas
tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan
keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan
proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi
antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antar
anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim
sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi
yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan
ketua tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh
kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk
memberikan perawatan yang berpusat pada klien.
Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari
memperkenalkan semua personel adalah media untuk
memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota
tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat
mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan,
mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan
pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing
anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi
standar asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan
secara efektif, mungkin pasien masih menerima
fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim
tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan
pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat
menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.
c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer adalah ada tanggung jawab
dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien
dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan
keperawatan dan keterampilan manajemen, bersifat
kontinuitas dan komprehensif, perawat primer
mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien
merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan
secara individu. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji
dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan
rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan
keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan
tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan
keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan
klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan
tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
d. Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu
pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti: isolasi, intensive care. Kelebihannya adalah
perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem evaluasi
dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya
adalah belum dapat diidentifikasi perawat penanggung
jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama.
e. Modifikasi MAKP Tim-Primer
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi
dari kedua sistem. Penetapan sistem model MAKP ini
didasarkan pada beberapa alasan :
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni,
karena perawat primer harus mempunyai latar
belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien
terfragmentasi pada berbagai tim.
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas
asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping
itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian
besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat
bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang
asuhan keperawatan.
Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26
perawat. Dengan menggunakan model modifikasi
keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat
primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang
kepala ruang rawat juga Ners. Perawat associate (PA) 21
orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas
lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang).
Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga terlihat pada
gambar di bawah.

DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. (2012). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi.


Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Basuki, D. (2018). Manajemen Keperawatan untuk Mahasiswa dan
Praktisi. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
Dinarti, & Mulyati, Y. (2017). DOKUMENTASI KEPERAWATAN. BPPSDMK
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek
Keperawatan. In Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. BPPSDMK
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional (edisi 3). Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai