Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit ginjal kronis (CKD), ditandai sebagai disfungsi ginjal, diakui sebagai
masalah kesehatan masyarakat yang utama dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di
seluruh dunia. Penyakit ginjal kronis (CKD) ditandai dengan penurunan fungsi ginjal, laju
filtrasi glomerulus (GFR) <60 mL / mnt / per 1,73 m 2 atau adanya penanda cedera ginjal,
atau keduanya, untuk jangka waktu lebih lama. dari satu trimester tanpa memandang
etiologi. CKD biasanya didiagnosis dengan GFR, yang diukur dengan biomarker atau
diperkirakan menggunakan persamaan. CKD dibagi menjadi 5 tahap berdasarkan perkiraan
laju filtrasi glomerulus (eGFR) atau albuminuria (Wang et al., 2019). 
Morbiditas global dari CKD setinggi 11% hingga 13% menyebabkan setidaknya 10
kali lipat mortalitas kardiovaskuler lebih tinggi daripada populasi umum, menjadikan CKD
masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia, terutama di negara-negara
berpenghasilan tinggi. perkembangan CKD yang ireversibel sering mengakibatkan peyakit
ginjal stadium akhir (ERSD), yang berkontribusi terhadap hasil klinis yang buruk (Wang et
al., 2019).
Penyakit Ginjal Kronis di dunia saat ini mengalami peningkatan dan menjadi
masalah kesehatan serius, hasil penelitan Global Burden of Disease tahun 2010, Penyakit
Ginjal Kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke 27 di dunia tahun 1990 dan
meningkat menjadi urutan ke 18 pada tahun 2010. Lebih dari 2 juta penduduk di dunia
mendapatkan perawatan dengan dialisis atau transplantasi ginjal dan hanya sekitar 10%
yang benar-benar mengalami perawatan tersebut. Sepuluh persen penduduk di dunia
mengalami Penyakit Ginjal Kronis dan jutaan meninggal setiap tahun karena tidak
mempunyai akses untuk pengobatan (Kemenkes RI, 2018). Prevalensi gagal ginjal kronis
di Indonesia sebesar 3,8 %. Prevalensi terendah sebesar 1,8% dan tertinggi 6,4%
(RISKESDAS 2018).
Glomerupati Primer Ditandai dengan tubuh sembab, hipertensi dan bendungan
sirkulasi, proteinuria, hematuria, mikrokospik/makro skopik dengan slinder eritrosit,tanpa

iv
disertai penyakit sistemik atau penyakit ginjal lainnya. Nefropati Diabetika Di tandai degan
riwayat DM (+), proteinuria pada funduskopi terdapat mikro aneurisma kapiler , tanpa
adannya bukti riwayat penyakit ginjal sebelumnya. Nefropati Lupus Adanya gambaran
klinik SLE, hasil laboratorium urine terdapat proteinuria persisten persisten, hematuria,
kelainan sedimen aktif, kenaikan titer antinukleus (ANA) dan DNA binding antibody
(dsDNA). Penyakit Ginjal Hipertensif Adanya riwayat hipertensi, ditandai dengan
proteinuria, hematuria mikroskopik, serta adanya target organ damage yang lain, seperti
LVH / hypertensive heart disease, reinopathy hypertensive. Ginjal Polikistik Ditandai
dengan pembesaran ginjal pada perabaan dengan salah satu atau semua gejala : proteinuria,
hematuria, ISK berulang, peningkatan tekanan darah dan nyeri pinggang. Nefropati Asama
Urat Terdapat riwayat Artritis Go ut yang berulang serta ISK juga berulang. Hasil
laboratorium kadar asam urat biasanya >13mg% pada laki-laki dan >10mg% pada
perempuan, terdapat proteinuria dengan / tanpa hematuria tanpa keluhan. Nefropati
Obstruktif ada riwayat obstruksi saluran kemih pada lithiasis, BPH vesicouretral reflux, Ca
vesica urinia, Ca prostat atau Ca servix. Ditandai dengan ISK berulang, hipertensi dan
hidronefrosis. Pielonefritis Kronik/ PNC ditandai dengan proteinuria asimptomatik
dengan / tanpa hematunia, ISK berulang, Hipertensi, gambaran USG, kedua ginjal
mengisut (9 th Report of Indonesian Renal Registry, 2016 ).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan Chronic Kidney Disease

v
vi
44

Anda mungkin juga menyukai