Anda di halaman 1dari 16

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PECERNAAN PADA MANUSIA

1. Definisi Sistem Pencernaan

Saluran cerna atau traktus digestifus merupakan sistem organ yang berfungsi untuk
mengambil berbagai zat dari luar tubuh (air, mineral, nutrien, vitamin), memecah
partikel-partikel besar menjadi partikel kecil, dan mentransfer partikelpartikel tersebut
dari lingkungan luar ke dalam darah, untuk selanjutnya digunakan atau disimpan dalam
sel (Chalik, 2016).

Secara umum, struktur anatomi sistem pencernaan terdiri atas saluran yang
berkesinambungan dan terhubung satu sama lain (rongga mulut, faring, esofagus,
lambung/gaster, usus besar, usus halus, anus) serta organ-organ aksesoris, yaitu kelenjar
ludah, liver, pankreas, serta kelenjar empedu (Chalik, 2016).
Gambar 1 Sistem Pencernaan

Secara mikroskopis atau histologis, dinding saluran cerna terdiri dari empat lapisan
menurut M. Jeffrie (2018), yaitu:

a. Tunika mukosa

Terdiri dari lapisan epitel yang membatasi lumen saluran cerna, lamina propria,
dan tunika muskularis mukosa yang memisahkan mukosa dengan submukosa.
Berbagai segmen saluran cerna memiliki bentuk epitel yang berlainan, tergantung
pada fungsinya masing-masing. Pada umumnya, sel epitel memiliki banyak fungsi,
yaitu absorbsi (pertukaran air, elektrolit, serta nutrien), sekresi enzim, serta sebagai
barier yang banyak mengandung sel imun. Lamina propria merupakan lapisan
dibawah lapisan epitel yang banyak mengandung saluran limfa, pembuluh darah, dan
ujung-ujung saraf aferen maupun eferen.

b. Lapisan submukosa

Terdiri dari jaringan ikat elastis serta pembuluh darah dan limfa. Pada lapisan ini,
juga terdapat pleksus saraf Meissner yang berfungsi untuk mempersarafi lapisan
epitel dan mukularis mukosa.

c. Tunika muskularis

Lapisan ini terletak di luar submukosa. Terbuat dari lapisan jaringan otot polos
dan berkontraksi untuk menggerakkan material melalui kanal. Muskularis eksterna
terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu lapisan longitudinal
luar. Kontraksi lapisan sirkular mengkonstriksi lumen saluran dan kontraksi lapisan
longitudinal memperpendek dan memperlebar lumen saluran. Kontraksi ini
mengakibatkan gelombang peristalsis yang menggerakkan isi saluran kearah depan.

1) Muskularis eksterna terdiri dari otot rangka di mulut, faring, dan esofagus atas,
serta otot polos pada saluran selanjutnya.

2) Pleksus Auerbach (pleksus mienterik) yang terdiri dari serabut saraf dan sel
ganglion parasimpatis, terletak di antara lapisan otot sirkular dalam dan
longitudinal luar.

d. Tunika serosa

Yaitu jaringan ikat terluar yang menghasilkan cairan serous untuk menjaga
bagian luar saluran tetap lembab atau basah dan untuk mencegah saluran melekat ke
organ lainnya. Peritoneum, mesenterium, dan omentum abdominopelvis adalah
membran serosa terlebar dalam tubuh.

1) Peritoneum parietal melapisi rongga abdominopelvis.

2) Peritonium viseral membungkus organ dan terhubungkan ke peritoneum parietal


oleh berbagai lipatan.

3) Rongga peritoneal adalah ruang potensial antara viseral dan peritoneum parietal.
Kontrol saraf pada saluran pencernaan. Sistem saraf otonom menginervasi
keseluruhan saluran pencernaan, kecuali ujung atas dan ujung bawah yang dikendalikan
secara volunter (Chalik, 2016).

a. Impuls parasimpatis yang dihantarkan dalam saraf vagus (CN X), mengeluarkan efek
stimulasi konstan pada tonus otot polos dan bertanggung jawab untuk peningkatan
keseluruhan aktivitas. Efek ini meliputi motilitas dan sekresi getah pencernaan.

b. Impuls simpatis yang dibawa medulla spinalis dalam saraf splanknik, menghambat
kontraksi otot polos saluran, mengurangi motalitas, dan menghambat sekresi cairan
pencernaan.

c. Pleksus Meissner dan Auerbach merupakan sisi sinaps untuk serabut praganglionik
parasimpatis. Pleksus ini juga berfungsi untuk pengaturan kontraktil lokal dan
aktivitas sekretori saluran.

Selama pencernaan, ada 3 kelompok molekul yang biasa ditemui. Masing masing
dipecah-pecah menjadi komponen molekulnya oleh enzim-enzim khusus menurut
Raimundus. C (2016), yaitu :

a. Kompleks karbohidrat atau polisakarida (seperti tepung) dipeceh menjadi


oligosakarida (mengandung 2-10 monosakarida yang berhubungan), disakarida
(seperti maltosa), atau monosakarida tunggal (seperti glukosa dan fruktosa). Enzim
yang disebut amilase memecah amilum (tepung).

b. Protein dipecah menjadi rantai asam amino pendek (peptida) atau asam amino
tunggal oleh enzim yang disebut protease.

c. Lemak (lipida) dipecah menjadi gliserol dan asam lemak (peptida) oleh enzim yang
disebut lipase.

Tabel 1 Pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak

Enzim Sumber Sekresi Aksi


Karbohidrat
Amilase saliva
Kalenjar saliva Zat tepung → Maltosa
(ptialin)
Zat tepung → Disakarida dan
Amilase pankreas Pankreas
Maltose
Maltase Usus halus Maltosa → Glukosa
Sukrosa → Glukosa dan
Sukrase Usus halus
fruktosa
Laktosa → Glukosa dan
Laktase Usus halus
galaktosa
Protein
Lambung (Pepsinogen
Pepsin Protein → Polipeptida
diaktivasi oleh HCL lambung)
Pankreas (Tripsinogen Protein dan peptida → Peptida
Tripsin
diaktivasi oleh enterokinase) yang lebih kecil
Pankreas (Kimotripsinogen Protein dan peptida → Peptida
Kimotripsin
diaktivasi oleh tripsin) yang lebih kecil
Peptidase Usus halus Dipeptida → Asam amino
Lemak
Pankreas (dengan garam Trigesirida → Monogliserida
Lipase pankreas
empedu) dan asam lemak
Usus halus (dengan garam Monogliserida → Asam
Lipase usus
empedu) lemak dan gliserol

2. Fungsi Sistem Pencernaan

Fungsi saluran cerna berdasarkan publikasi M. Juffrie (2018) dibagi menjadi empat,
antara lain :

a. Motilitas

Melibatkan kontraksi otot polos yang bertujuan untuk mendorong makanan


melalui saluran cerna dan mencampur makanan dengan jus digesti guna
memfasilitasi proses digesti serta absorpsi. Secara berurutan, motilitas saluran cerna
mencakup proses ingesti (memasukkan makanan ke dalam mulut), mastikasi
(mengunyah), deglutisi (menelan), gerakan peristaltik (gerakan ritmis saluran cerna),
dan segmentasi (proses pencampuran di dalam usus).

b. Sekresi (jus digestif)

Terdiri atas enzim, garam empedu, mukus, cairan, serta elektrolit yang dihasilkan
dan dilepaskan oleh kelenjar eksokrin ke dalam saluran cerna. Pada umumnya,
molekul makanan terlalu besar untuk diserap secara langsung sehingga perlu
diuraikan dengan bantuan enzim. Dalam menjalankan fungsinya, kerja enzim dapat
dibantu oleh zat-zat lain, seperti asam klorida yang dihasilkan lambung, garam
empedu ataupun natrium bikarbonat yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Sekresi
asam klorida dan natrium bikarbonat terjadi melalui pertukaran ion antara sel dan
lumen saluran cerna. Adapun mukus atau musin diproduksi oleh kelenjar ludah dan
berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh non-spesifik, asimilasi, dan sebagai pemicu
pelepasan neurotransmiter (asetilkolin), neuropeptida, dan sitokin.

c. Digesti

Pemecahan atau penguraian nutrien secara fisik dan kimia menjadi bentuk atau
unit yang dapat diserap. Digesti secara fisik mencakup proses pengunyahann dan
pencampuran, sedangkan digesti kimia adalah penguraian makanan dengan bantuan
atau katalisasi enzim. Contoh proses digesti kimia adalah penguraian polisakarida
menjadi monosakarida dengan bantuan enzim amilase dan disakaridase, pemecahan
protein menjadi asam amino dengan bantuan berbagai enzim protease (pepsin,
tripsin, kemotripsin), dan pemecahan lemak menjadi asam lemak dan gliserol dengan
bantuan lipase.

d. Absorpsi

Yaitu proses pemindahan atau transfer zat makanan terdigesti dari lumen usus
melalui epitel untuk selanjutnya masuk ke dalam pembuluh darah dan limfa.
Kemudian terjadi egesti (defekasi) yaitu proses eleminasi zat-zat sisa yang tidak
tercerna, juga bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.
3. Alat-Alat Sistem Pencernaan

a. Mulut (cavum oris)

Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Pada bagian dalam mulut
terdapat gigi, lidah, dan kalenjar ludah (Wahyuningsih, Heni dan Yuni, 2017).

Gambar 2 Mulut (Cavum oris)

1) Gigi (Dens)

Merupakan alat pencernaan yang bertugas secara mekanik. Terdapat 4 jenis


gigi menurut Devi, A (2017), antara lain:
a) Gigi taring (dens caninus), berfungsi untuk merobek atau mencabik
makanan.

b) Gigi seri (dens inscisivus), berfungsi untuk memotong makanan.

c) Gigi geraham depan(dens premolare), berfungsi untuk menghaluskan


makanan.

d) Gigi geraham belakang (dens molare), berfungsi untuk menghaluskan


makanan.

Gambar 3 Gigi

2) Lidah (Lingua)

Merupakan organ yang terletak di dasar mulut yang kaya akan otot.
Permukaannya kaya akan papila atau tonjolan lidah yang sangat banyak
mengandung kuncup pengecap. Fungsi lidah antara lain:

a) Pengaduk makanan

b) Membantu proses penelanan makanan

c) Sebagai alat/organ pengecap

d) Membantu membersihkan rongga mulut


e) Membantu untuk berbicara/bercakap-cakap

f) Terbagi menjadi asin, manis, asam, dan pahit.

Gambar 4 Lidah

3) Kalenjar ludah (Glandula Salivales)

Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental
yang mengandung mukus. Terdapat tiga pasang kelenjar saliva, yaitu:
Gambar 5 Kalenjar ludah

a) Kelenjar parotid adalah kelenjar saliva terbesar, terletak agak ke bawah dan
di depan telinga dan membuka melalui duktus parotid (Stensen) menuju
suatu elevasi kecil (papila) yang terletak berhadapan dengan gigi molar
kedua pada kedua sisi.

b) Kelenjar submaksilar (submandibular) kurang lebih sebesar kacang kenari


dan terletak di permukaan dalam pada mandibula serta membuka melalui
duktus Wharton menuju ke dasar mulut pada kedua sisi frenulum lingua.

c) Kelenjar sublingual terletak di dasar mulut dan membuka melalui duktus


sublingual kecil menuju ke dasar mulut.

Saliva terdiri dari sekresi serosa, yaitu 98%dan mengandung enzim amilase
serta berbagai jenis ion (natrium, klorida, bikarbonat, dan kalium), juga sekresi
mukus yang lebih kental dan lebih sedikit yang mengandung glikoprotein
(musin), ion, dan air. saliva yang disekresi permenit adalah sebanyak 1 ml. Saliva
yang disekresi dapat mencapai 1L sampai 1,5 L dalam 24 jam. Fungsi saliva
antara lain:

a) Saliva melarutkan makanan secara kimia untuk pengecapan rasa.

b) Saliva melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan. Saliva


juga memberikan kelembaban pada bibir dan lidah sehingga terhindar dari
kekeringan.

c) Amilase pada saliva mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltosa,
suatu disakarida.

d) Zat buangan seperti asam urat dan urea, serta berbagai zat lain seperti obat,
virus, dan logam, diekskresi ke dalam saliva.

e) Zat antibakteri dan antibodi dalam saliva berfungsi untuk membersihkan


rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah
kerusakan gigi.

Gangguan pada organ mulut


1) Xerostomia

Merupakan istilah bagi penyakit pada rongga mulut yang ditandai dengan
rendahnya produksi air ludah. Kondisi mulut yang kering membuat makanan
kurang tercerna dengan baik.

2) Parotitis

Parotitis atau penyakit gondok yaitu penyakit yangdisebabkan oleh virus


yang menyerang kelenjar air ludah di bagian bawah telinga akibatnya kelenjar air
ludah menjadi bengkak atau membesar.

3) Karies gigi
Karies gigi merupakan penyakit yang terdapat pada jaringan keras gigi yaitu
email, dentin dan sementum yang mengalami proses kronis regresif. Karies gigi
terjadi karena adanya interaksi antara bakteri di permukaan gigi, plak atau
biofilm dan diet, terutama komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan
oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat.
4) Gingivitis
Gingivitis merupakan penyakit radang gusi yang mengalami pembengkakan
pada mulut sebab kurang terjaganya kebersihan mulut sehingga menyebabkan
adanya karang – karang gigi atau plak yang menumpuk dan berbatasan dengan
tepi gusi.
5) Acute Necrotizing Ulcerative Gingingivitis (ANUG)
ANUG adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi pada nekrosis
gingiva. Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, terutama orang yang
mengkonsumsi rokok secara berlebihan, stress berat, dan malnutrisi berat.
6) Glositis
Glositis merupakan penyakit radang pada lidah dimana keadaannya di dalam
mulut biasanya ditunjukkan dengan adanya pembengkakan di lidah, jika
kasusnya lebih parah mampu memicu penyumbatan pernafasan pada saat lidah
membengkak yang sangat parah

b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang belakang. Keatas bagian
depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama
koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang
yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari 3 bagian sebagai berikut:

1) Bagian superior

Bagian ini disebut dengan nasofaring. Pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.

2) Bagian media

Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media
disebut dengan orofaring.Bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah.

3) Bagian inferior

Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian
inferior disebut dengan laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan
laring
Gambar 6 Faring

Gangguan pada organ faring

1) Faringitis
Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring atau
dapat juga tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari
infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut atau bagian dari influenza
(rinofaringitis) yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, dan
toksin.

2) Ca Nasofaring
Ca nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari Fossa Rosenmuller pada
nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah
menjadi skuamosa.
3) Faring Hiperemis
Terjadi karena pelebaran pembuluh darah di sekitar faring sebagai
respon terhadap inflamasi akibat infeksi lokal pada faring atau penyebaran
infeksi dari daerah di sekitarnya.
4) Tonsilofaringitis
Tonsilofaringitis menrupakan peradangan pada tonsil dan faring yang masih
bersifat ringan yang pada umumnya terjadi pada anak-anak.
5) Tonsilitis
Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring.
Dengan adanya tonsilitis berulang, seringkali jaringan limfoid tonsil membesar.

c. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Sering juga disebut dengan
esofagus(dari bahasa Yunani). Panjang kerongkongan ± 20 cm dan lebar ± 2 cm.
Organ ini berfungsi untuk menghubungkan mulut dengan lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Gerak
peristaltik kerongkongan meliputi gerakan melebar, menyempit, bergelombang, dan
meremas-remas agar makanan terdorong ke lambung. Di kerongkongan, zat makanan
tidak mengalami pencernaan. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi, Esofagus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian
superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka
dan otot halus), dan bagian inferior
(terutama terdiri dari otot halus)
(Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012,
Pearce, 2007 Wahyuningsih, H dan
Yuni, 2017).
Gambar 7 Esofagus

Gangguan pada organ esofagus

1) Barret Esofagus

Esofagus Barrett merupakan


perubahan mukosa esophagus
atau metaplasia dari epitel skuamosa menjadi columnar, yang merupakan
komplikasi dari refluks esophagus berat, dan merupakan faktor risiko terjadinya
adenocarcinoma. Metaplasia epitel columnar terjadi pada masa penyembuhan
erosive esofagitis dengan reflux asam lambung ang masih berlanjut, oleh karena
epitel columnar lebih resisten terhadap kerusakan akibat asam & pepsin
dibandingkan epitel squamosa. Barrett epitel berkembang menjadi diplasia
sebelum berkembang menjadi adenocarcinoma.

2) Eosinofilik esofagitis

Merupakan gangguan dimana terjadi infiltrasi eosinofil pada mukosa


superfisial esophagus yang berhubungan dengan alergi makanan dan kondisi
atopi seperti asma, dermatitis atropi, rhinitis alergika dan sering bersamaan
dengan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD).

3) Esofagitis refluks

Esofagitis refluks merupakan proses inflamasi pada esofagus akibat refluks


gastroesofagus.

4) Ca esophagus

Merupakan karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng yang melapisi
lumen esophagus.
5) Achalasia esofagus

Merupakan gangguan motorik pada otot polos esofagus, yang memiliki


karakteristik berupa kegagalan spinchter esofagus bawah untuk berelaksasi dan
tidak adanya gerakan peristaltik pada esofagus.

d. Lambung

Adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di
bawah diafrgma.Semua bagian, kecuali sebagian kecil,terletak pada bagian kiri garis
tengah. Ukuran dan bentuknya bervariasi dari satu individu ke individu lain. Regia-
regia lambung terdiri dari bagian kardia, fundus, bodi organ, dan bagian pilorus.

1) Bagian kardia lambung adalah area di sekitar pertemuan esofagus dan lambung
(pertemuan gastroesofagus).

2) Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus.

3) Bodi lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus, yang membentuk
dua pertiga bagian lambung. Tepi medial bodi lambung yang konkaf disebut
kurvatur kecil; tetapi lateral bodi lambung yang konveks disebut kurvatur besar.

4) Bagian pilorus lambung yang menyempit di ujung bawah lambung dan membuka
ke duodenum. Antrum pilorus mengarah ke mulut pilorus yang dikelilingi
sfingter pilorus muskular tebal.

1)

Anda mungkin juga menyukai