BELAJAR MANDIRI
MUKOSA
■ Lamina propria : adalah lapisan tengah tipis jaringan ikat tempat epitel
berada. lapisan ini mengandung gut-associated lynsphoidtissue (GALT)
yang penting dalam pertahanan terhadap bakteri usus penyebab
penyakit .
SUBMUKOSA
Merupakan lapisan tebal jaringan ikat yang menentukan daya
regang dan elastisitas saluran cerna. Bagian ini mengandung pembuluh
darah dan pembuluh limfe yang lebih besar, yang keduanya membentuk
cabang-cabang ke arah dalam ke lapisan mukosa dan ke arah luar ke
lapisan otot tebal di sekitarnya. Di dalam submukosa juga terdapat
anyaman saraf yang dikenal sebagai pleksus submukosa (pleksus artinya
"anyaman").[2]
MUSKULARIS EKTERNA
Muskularis eksterna selubung utama otot polos saluran cerna,
mengelilingi submukosa. Di sebagian besar saluran cerna, muskularis
eksterna terdiri dari dua lapisan: lapisan sirkular dalam dan lapisan
longitudinal luar. Serat-serat di lapisan otot polos dalam (di samping
submukosa) mengelilingi saluran. Kontraksi serat-serat melingkar ini
mengurangi garis tengah lumen, mengonstriksikan saluran di titik
kontraksi. Kontraksi serat di lapisan luar, yang berjalan longitudinal di
sepanjang saluran cerna, memperpendek saluran. Bersama-sama, aktivitas
kontraktil kedua lapisan otot polos ini menghasilkan gerakan mendorong
dan mencampur. Anyaman saraf lain, mienterikus, terletak di antara kedua
lapisan otot (mio artinya "otot"; enterik artinya "usus"). Bersama-sama,
pleksus submukosa dan mienterikus, disertai hormon dan mediator
kimiawi lokal, membantu mengatur aktivitas lokal usus.[2]
SEROSA
Jaringan ikat paling luar yang menutupi saluran cerna adalah
serosa, yang mengeluarkan cairan encer licin (cairan serosa) yang
melumasi dan mencegah gesekan antara organ-organ pencernaan dan
visera di sekitarnya. Hampir di seluruh panjang saluran cerna, serosa
bersambungan dengan mesenterium, yang menggantung organ-organ
pencernaan dari dinding dalam rongga abdomen seperti kawat. Perlekatan
ini menghasilkan fiksasi relatif; menopang organ-organ pencernaan di
posisinya yang benar, sementara tetap memberi mereka kebebasan untuk
melakukan gerakan mencampur dan mendorong.
a. Hepar
Parasit
Giardia lambdia Menginfeksi usus halus, menyebabkan
diare yang cair, berbau busuk, disertai
malabsorpsi, nyeri perut tanpa inflamasi
Entamoeba Menginfeksi kolon, menyebabkan diare
hystolitica inflamatorik.
Non-Infeksi
Irritable bowel syndrome Diare dan konstipasi bergantian , gejala lain
(IBS) bervariasi , berkaitan dengan stress. Gejala
berulang dalam waktu yang lama.
Malabsorpsi (mis: Diare, kembung, flatulens, sendawa, nyeri perut.
defisiensi laktosa)
Fase akut Inflammatory Frekuensi BAB meningkat disertai mukus dan
bowel disease (IBD) darah pada feses, sudah berlangsung dalam waktu
yang lama, ada riwayat siklus akut-remisi-kronik.
Kolitis Iskemik Sering pada pasien >50 tahun. Diare disertai nyeri
perut hebat. Terutama pada pasien lansia dan
memiliki riwayat penyakit vaskular perifer
Medikasi Konsumsi antibiotik jangka lama, antihipertensi,
kemo/radioterapi
Keracunan makanan Diare setelah mengonsumsi makanan tertentu,
terutama yang tidak dimasak dengan baik
Tabel 1. Penyebab dan Karakteristik Diare
a. Diare Osmotik
Jika bahan makanan tidak dapat diabsorpsi dengan baik di usus
halus, maka tekanan osmotik intralumen meningkat sehingga menarik
cairan plasma ke lumen. Jumlah cairan yang bertambah melebihi
kemampuan reabsorpsi kolon menyebabkan terjadinya diare yang cair.[6]
b. Diare Sekretorik
Akibat gangguan transpor elektrolit dan cairan melewati mukosa
emterokolon, menyebabkan sekresi berlebihan atau absorpsi berkurang.
Penyebabnya adalah toksin bakteri (misal : kolera), penggunaan laksatif
non-osmotik, dll.[6]
c. Diare Eksudatif/Inflamatorik
Terjadi akibat inflamasi dan kerusakan mukosa usus. Diare dapat
disertai malabsorpsi lemak, cairan dan elektrolit serta hipersekresi dan
hipermotilitas akibat pelepasan sitokin pro-inflamasi. Penyebabnya : a)
Infeksi bakteri yang bersifat invasif seperti Camplyobacter Jejuni,
Shigella, Salmonella Yersinia enterocolica, Enteroinvasive Escherica coli
(EIEC), Enterohemorrhagic Eschericia coli (EHEC), Clostridium difficile
atau infeksi amuba; b) Non-infeksi berupa gluten sensitive enteropathy,
inflamatory bowel disease, atau radiasi. Karakteristik berupa feses dengan
pus (nanah), mukus atau darah karena kerusakan mukosa. Gejala biasanya
disertai tenesmus, nyeri dan demam.[6]
d. Diare Dismotilitas
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
akan menimbulkan diare. [6]
7. Mengapa pada saat diare perut terasa sakit?
Sakit perut merupakan kelainan yang tidak khas, dapat terjadi pada
kelainan organik maupun fungsional. Pada diare karena penyakit organik,
lokasi nyeri menetap sedangkan pada diare fungsional (psikogenik) nyeri
dapat berubah-ubah baik tempat maupun penyebarannya. Penyebab nyeri
organik atau nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan organ antara lain
penyakit usus inflamasi (IBD), iskemia masenterika. Penyebab nyeri
fungsiona atau nyeri disebabkan oleh respon abnormal sistem saraf antara
lain sindrom usus iritabel (IBS). Nyeri abdomen yang disebabkan
kelainan usus halus berlokasi disekitar pusat dan kolik/nyeri yang
disebabkan kelainan usus besar dapat terletak di suprapubik, kanan atau
kiri bawah. Nyeri terus menerus menandakan ulserasi yang berat pada
usus atau adanya komplikasi abses. Sakit perut yang sering muncul
disertai dengan diare kemungkinan menandakan suatu kondisi yang
disebut gastroenteritis. Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung
dan juga usus yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Kondisi ini
umumnya disebabkan oleh norovirus dan juga bakteri penyebab keracunan
makanan, yaitu salmonella dan campylobacter. Bakteri campylobacter dan
salmonella umumnya masuk ke tubuh melalui kontaminasi makanan
mentah, makanan yang tidak dimasak dengan baik, dan susu yang tidak
dipasteurisasi. Sakit perut parah yang disertai diare dan muntah-muntah
bias membuat kondisi tubuh sangat menurun. Tubuh akan mengalami
dehidrasi jika terlalu banyak cairan yang terbuang melalui diare. Selain
gastroenteritis, penyebab umum sakit perut yang disertai diare adalah
disentri, reaksi alergi, infeksi cacing, tifus, sindrom pramenstruasi, dan
efek samping obat-obatan.[7]
8. Mengapa diare tidak bisa ditahan?
Pada diare infeksius umum, infeksi paling luas terjadi pada usus besar
dan pada ujung distal ileum. Di mana pun infeksi terjadi, mukosa teriritasi,
dan kecepatan sekresinya menjadi sangat tinggi. Selain itu, motilitas
dinding usus biasanya meningkat berlipat ganda. Akibatnya, sejumlah
besar cairan cukup untuk membuat agen infeksi tersapu ke arah anus, dan
pada saat yang sama gerakan mendorong yang kuat akan mendorong
cairan ini ke arah depan. Ini merupakan mekanisme yang penting untuk
membebaskan traktus intestinalis dari infeksi yang mengganggu.[3]
KESIMPULAN
Dari skenario ini, kami menyimpulkan bahwa proses akhir pencernaan
terjadi di usus besar/intestinum crassum, yang mana pada usus besar akan terjadi
proses absorpsi (air dan vitamin) dan penyimpanan feses sementara, sebelum
diteruskan ke rektum dan dikeluarkan melalui anus. Pada proses pengeluaran
feses (defekasi) gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus besar
menggerakkan feses dari saluran pencernaan menuju ke rektum. Pada rektum
terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla) yang menjadi tempat
penampungan feses sementara, otot-otot pada dinding rektum yang dipengaruhi
oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk
mengeluarkan feses melalui anus. Motilitas yang buruk menyebabkan absorpsi
yang lebih besar, dan feses yang keras di dalam kolon transversum menyebabkan
“konstipasi”, sedangkan, motilitas yang berlebihan menyebabkan kurangnya
absorpsi dan “diare/feses yang cair”.
Pada proses defekasi ini juga terkadang dapat terjadi flatus atau buang
angin disebabkan oleh gas yang masuk ke usus besar, gas yang dikeluarkan akan
berbau tidak sebab dikarenakan oleh bakteri-bakteri yang ada di kolon. Feses
normal pada umumnya berwarna kuning kecoklatan yang disebabkan oleh pigmen
kuning (bilirubin) yang akan dibawa ke usus menjadi sterkobiliinogen dan akan
mengalami proses oksidasi menjadi sterkobilin yang menyebabkan feses berwarna
coklat, tekstur feses normal pada umumnya adalah padat namun pada skenario ini
didapatkan bahwa anak tersebut memiliki feses bertekstur cair ini merupakan
gejala diare. diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, parasit dari
makanan yang dimakan dan non infeksi yang akan menyebabkan kegagalan usus
dalam proses absorpsi.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Dorland, W.N. 2015. Kamus Saku Kedokteran Dorland, ed. 29. Jakarta
:Elsevier
[2]
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem, ed. 8. Jakarta: EGC
[3]
Guyton,A.C, Hall, J.E. 2014. Buku ajaran fisiologi kedokteran, ed
12.Penerjemah : Ermita I, Ibrahim I.Singapura : Elsevier.
[4]
Tehuteru, E. S., Hegar, B., & Firmansyah, A. 2001. Pola Defekasi Pada Anak.
Sari Pediatri, 129-133.
[5]
Amalina, S, N.2013. Sistem Pencernaan.Jurnal Volume 1,18-21.
[6]
Arifputra,A, dkk.2014. Kapita Selekta Kedokteran.Editor, Tanto C, dkk. Jilid
2, ed 4. Jakarta : Media Aescalapius
[7]
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF.2015. Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid II. VI. Jakarta: InternaPublishing