Virus corona termasuk pada family Coronaviridae pada ordo Nidovirales. Virus corona terdiri
dari beberapa sub family yaitu α (alfa), β (beta) γ (gamma) dan δ (delta). Virus corona
digambarkan seperti mahkota di bagian luarnya, itulah yang menjadi dasar penamaan corona.
Virus corona memiliki ukuran 65-125 nm, dengan untai RNA tunggal sepanjang 26-32 Kb
(Gambar 1).
Virus corona yang mewabah saat ini dikategorikan sebagai anggota dari virus corona β (beta).
Virus ini dinamai sebagai Wuhan coronavirus atau 2019 novel coronavirus (2019-nCov) oleh
para peneliti Cina. Komite Internasional Taksonomi virus (ICTV) menamai virus tersebut
SARS-CoV-2 dan penyakitnya COVID-19 (Lai, Shih, Ko, Tang, & Hsueh, 2020). Virus ini
mengakibatkan sindrom pernafasan akut. Sindrom ini bukan yang pertama muncul dalam
sejarah manusia, sebelumnya ada beberapa sindrom yang mirip yang diakibatkan virus
corona dari sub family yang lain. Sindrom tersebut adalah severe acute respiratory syndrome
coronavirus (SARS-CoV) dan Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV)
(Hafsari, 2020).
Infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu,
seperti hidung berair dan meler, sakit kepala, batuk, nyeri tenggorokan, dan demam; atau
gejala penyakit infeksi pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan
berdarah, sesak napas, dan nyeri dada.
Namun, secara umum ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus
Corona, yaitu:
1. Demam
2. Batuk
3. Sesak napas
Menurut penelitian, gejala COVID-19 muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah
terpapar virus Corona (Zein, 2020).
Namun berbeda dengan influenza, virus corona dapat berkembang dengan cepat hingga
mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ. Kondisi darurat ini terutama terjadi pada
pasien dengan masalah kesehatan sebelumnya (Mona, 2020).
1. Sektor Perekonomian
Virus Corona telah memberikan dampak yang cukup signifikan dalam sektor
perekonomian beberapa negara di dunia. Pertama-tama di Asia kita melihat kejatuhan
bursa saham tidak hanya dialami oleh Indonesia, mungkin seluruh bursa saham di
dunia jatuh karena sentimen virus corona.Indonesia sendiri termasuk negara yang
dipastikan akan terkena dampak dari virus corona. Direktur Pelaksana Bank Dunia
Mari Elka Pangestu memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melemah
di bawah 5% pada kuartal I-2020. Mari mengatakan penurunan PDB Cina hingga satu
persen poin akan mengkoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,3 persen
poin. Pelemahan ekonomi Indonesia bisa terjadi karena Cina merupakan salah satu
mitra dagang terbesar Indonesia. Cina juga merupakan salah satu penyumbang
wisatawan terbesar Indonesia. Perekonomian global tidak bisa diukur dengan hanya
sebatas lingkup ekonomi itu sendiri. Virus Corona (Covid-19) menjadi bukti bahwa
virus yang mengganggu kesehatan tersebut dapat menimbulkan ketidakstabilan
ekonomi pada suatu negara bahkan dalam skala global (Barhanuddin, 2020).
2. Sektor Pendidikan
Akibat dampak virus corona (Covid-19), pemerintah mewajibkan pembelajaran
diterapkan dengan PJJ, guru mengajar dari rumah,perubahan pembelajaran tatap muka
di sekolah dihentikan, siswa diliburkan dan guru bekerja dari rumah (Salehudin,
2020).
3. Sektor Industri
Sektor industri ini terbagi menjadi 2 tingkatan. Tingkat tinggi dan Tingkat sedang.
Tingkat industri paling tinggi terdapat pada perusahan manufaktur dan gourment.
Dampak virus corona bagi perekonomian ini memaksa perusahaan manufaktur untuk
menurunkan produksinya. Perusahaan manufaktur normalnya dapat menggenjot
industri karena naiknya permintaan masyarakat, namun sekarang perusahaan
manufaktur sedang berada dalam tekanan yang sangat besar karena ketergantungan
mereka pada rantai pasokan global terutama china sangat kuat sehingga menghambat
proses produksi. Selain itu, hasil akhir proses manufaktur juga akan mengalami
penurunan ekspor karena penurunan permintaan dari luar negeri. Industri garment
yang memberlakukan sistem pengurangan kepadatan karyawan dengan cara dua
pekan kerja dan dua pekan libur untuk mengurangi penyebaran virus corona, tentu hal
ini berdampak pada menurunnya produksi sehingga perusahaan bisa mengalami
kerugian yang berujung PHK.
Dampak lain dari pandemi COVID-19 terhadap industri perfilman Tanah Air adalah
penutup bioskop pemutaran film secara luas. Hal ini dilakukan berdasarkan imbauan
dari pemerintah daerah setempat.
4. Sektor Pariwisata dan kegiatan Ekspor-Impor
Wabah ini memberikan dampak besar pada industri pariwisata, mulai dari hotel, kapal
pesiar hingga maskapai yang menghentikan penerbangannya di beberapa daerah
hingga waktu yang belum ditentukan. World Travel and Tourism Council telah
memperingatkan pandemi COVID-19 ini dapat memangkas 50 juta pekerjaan di
seluruh dunia dalam industri perjalanan dan pariwisata dan diperkirakan Asia akan
terkena dampak terburuk. Di Indonesia, tindakan pertama pemerintah setelah
informasi wabah Corona diedarkan adalah pembatasan masuknya wisatawan
Tiongkok yang akan masuk ke Indonesia. Tentu saja ini berdampak signifikan pada
sektor pariwisata Indonesia.
Pemerintah juga memblokir semua transaksi impor produk hewan hidup dari China,
yang diduga sebagai salah satu media untuk menyebarkan virus. Selain itu,
pemerintah juga melarang impor produk Cina lainnya seperti komidi putar, ayunan,
dan permainan taman hiburan lainnya. Peraturan ini diharapkan berdampak pada
semua bisnis di atas, apakah itu produk utama atau produk pendukung dan sebagai
dampak terburuk adalah penghentian operasi bisnisnya. Kementerian Perdagangan
masih mengizinkan impor buah dan sayuran dari Tiongkok. Mereka mengatakan
bahwa produk hortikultura sampai saat ini belum menjadi sumber penularan virus
corona.
5. Aspek Sosial
Penyebaran virus corona yang luas dan cepat membuat pemerintah bereaksi dengan
membatasi mobilitas dan interaksi masyarakat. Pabrik dan kantor ditutup, sekolah
diliburkan, restoran tidak menerima makan-minum di tempat, dan sebagainya. Segala
aktivitas yang membuat orang berkumpul menjadi tabu. Di satu sisi, social distancing
ini berhasil menyelamatkan nyawa. Terbukti kasus baru semakin menunjukkan tren
penurunan. Namun di sisi lain, social distancing membuat ekonomi menjadi mati suri.
Akibatnya, jutaan orang kehilangan pekerjaan, jadi 'korban' Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK).
Peningkatan angka pengangguran yang makin tinggi dapat menyebabkan banyak
kemungkinan buruk bila tidak ditangani dengan cara yang tepat. Jika melihat
kemungkinan terburuk dengan penanganan yang tidak tepat tingkat penanggungan
yang tinggi dapat mengakibatkan angka kemiskinan mencapat dibawah garis batas
atau negatif yang menyebabkan semua sektor bisa saja tidak bergerak, dengan
kemiskinan yang meningkat dan tidak adanya lapangan pekerjaan bisa timbul masalah
lain yg lebih besar yaitu kelaparan. Kelaparan disebabkan oleh ketidakmampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan pangannya yang diakibatkan oleh kemiskinan
yang disebutkan sebelumnya. Kelaparan jika tidak tertangani dengan baik dapat
menimbulkan masalah baru yang lebih serius lagi yaitu penjarahan dan kriminalitas.
Penjarahan dan kriminalitas terjadi disaat tidak ada cara lain yang dapat seseorang
lakukan untuk memenuhi kebutuhannya agar tetap hidup.
Hafsari, A. R., dkk., (2020), Penggunaan Bahan Herbal dan Pendekatan Spritual Untuk
Mencegah Stress Selama Karantina COVID-19, Digital Library UIN Sunan Gunung Djati.
Mona, N., (2020), Konsep Isolasi dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi Efek
Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona di Indonesia, Jurnal Sosial Humaniora Terapan,
2(2):117-125.
Zein, A., (2020), Pendeteksian Virus Corona dalam Gambar X-Ray Menggunakan Algoritma
Artificial Inteligence Dengan Deep Learning Phython, Jurnal Teknologi Informasi ESIT,
15(1):15-23.