Anda di halaman 1dari 20

Sejarah Dan Perkembangan PT.

SOCI Mas
2.1.1. Sejarah Perusahaan
Berdirinya perusahaan ini tidak terlepas dari besarnya peluang dalam mengembangkan industri
turunan kelapa sawit seperti industri oleokimia di Indonesia. Peluang tersebut didapat karena
bahan baku yang tersedia yakni minyak kelapa sawit sangat berlimpah. Indonesia sendiri dikenal
sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Kelapa sawit telah menjadi
komoditi yang paling diandalkan oleh pertanian Indonesia karena kelapa sawit memiliki masa
tumbuh yang terbilang cepat serta memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional.
Industri oleokimia sendiri merupakan industri turunan pengolahan kelapa sawit yang mampu
menaikkan nilai tambah dari hasil produksi yang dihasilkannya. Melihat peluang tersebut di atas
maka didirikanlah sebuah perusahaan yang dinamai dengan PT. SOCI Mas. PT SOCI Mas
adalah salah satu perusahaan yang selama ini fokus bergerak di industri oleochemical atau
industri pengolahan minyak kelapa sawit menjadi bahan-bahan kimia seperti asam lemak (fatty
Acid) dan gliserin. Perusahaan yang sejak tahun 2008 lalu diambil alih PT Smart Tbk (kelompok
usaha Sinar Mas Group) itu sebelumnya bernama PT Sinar Oleochemical International (SOCI),
sebuah perusahaan joint venture yang mayoritas sahamnya dimiliki konsorsium empat
perusahaan Jepang.
Perkembangan Perusahaan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Majalah Kina (2012), perusahaan yang didirikan pada
tahun 1992 ini mulai membangun fasilitas industri oleokimia di Kawasan Industri Medan, Deli
Serdang Sumatera Utara pada bulan September 1993 dengan investasi sebesar US$ 46 juta.
Adapun kegiatan produksinya baru dimulai pada bulan September 1994 dengan kapasitas
produksi terpasang sebesar 88.000 ton per tahun. Pada bulan April tahun 2008 PT Smart Tbk
mengakuisisi PT SOCI dan terhitung mulai tanggal 2 September 2010 perusahaan berganti nama
menjadi PT. SOCI Mas. Di bawah payung kelompok usaha Sinar Mas, PT. SOCI Mas terus
melakukan ekspansi untuk meningkatkan kapasitas produksi maupun memperluas variasi produk
yang dihasilkan. Mulai bulan April 2011 kapasitas produksi PT SOCI Mas berhasil ditingkatkan
menjadi 100.000 ton per tahun yang terdiri dari 90.000 ton fatty acid dan 10.000 ton gliserin.
Secara umum, ada dua bentuk produk oleochemical yang diproduksi PT Soci Mas, yaitu berupa
padatan (khususnya untuk kelompok produk fatty acid) dan cairan (khususnya untuk kelompok
glycerin). Produk padatan terbagi dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk serpihan (flake) dan
dalam bentuk butiran (bead). Secara umum sekitar 90% produk oleochemical yang dihasilkan PT
SOCI Mas diekspor ke mancanegara antara lain ke Jepang, Korea, Taiwan, Amerika Serikat,
Eropa, Timur Tengah dan lain-lain. Sisanya sebesar 10% dijual kepada perusahaan lokal.
Gliserol
Gliserin adalah nama komersial dari produk yang terdiri dari gliserol dan sejumlah kecil
air. Gliserol sebenarnya merupakan Propanatriol. Berat Molekul 92,02 gr/mol, titik didih 290o
dan Berat jenis 1,2617 gr/cm. (Swern,D.,”Bailey’s Industrial Oil And Fat
Produts”,Vol.5,Ed.5p.275). Propanatriol.(Swern,D.,”Bailey’s Industrial Oil And Fat Products”,
Vol.5,Ed.5p.275). Gliserol 1,2,3-propanatriol ,gliserin CH2OHCOHCH2OH, adalah sebuah
alcohol trihidrat berupa cairan kental,bening dengan rasa manis. (kirk Othmer,”Encycopedia Of
Chemical Technogy”,Vol 11,Ed.3,p. 921).
Gliserol pertama kali ditemukan oleh Scheele pada tahun 1779, dengan memanaskan
campuran minyak zaitun (olive oil) dan litharge, kemudian membilasnya dengan air. Bilasan
dengan air tersebut, menghasilkan suatu larutan berasa manis, yang disebutnya sebagai “the
sweet principle of fats”. Sejak 1784, Scheele membuktikan bahwa substansi yang sama dapat
diperoleh dari minyak nabati dan lemak hewan seperti lard dan butter. Pada tahun 1811,
Chevreul memberi nama hasil temuan Scheele ini dengan sebutan gliserin, yang berasal dari
bahasa Yunani yaitu glyceros, yang berarti manis. Perkembangan pembangunan industri di
Indonesia semakin meningkat. Kemajuan ini tampak dengan semakin banyak berdirinya pabrik
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi. Kegunaan gliserol sangat banyak, terutama
adalah sebagai : resin sintetis, getah ester, obat – obatan kosmetika dan pasta gigi. Proses
pengolahan tembakau dan makanan juga mengkonsumsi gliserin dalam jumlah besar sebagai
bahan pembantu. (Kirk Othmer,”Encyclopedia Of Chemical Technology”, Vol. 11, Ed. 3, p.921).
Perkembangan Pabrik Gliserol dari tahun-ketahun di Indonesia masih kecil dan melihat
ketersediaan bahan baku CPO yang terbesar kedua setelah Malaysia mendorong untuk
dikembangkannya pabrik gliserol. Dituntut juga perkembangan industry yang memanfaatkan
gliserol untuk dijadikan bahan baku utama dalam produk olahan gliserol. Untuk proses
pembuatan gliserol tergolong masih sederhana dan tidak terlalu sulit untuk pemrosesan.
Pertimbangan utama yang melatarbelakangi pendirian Pabrik Gliserol mendirikan suatu pabrik
yang secara sosial-ekonomi cukup menguntungkan.
Pendirian Pabrik Gliserol ini cukup menarik karena masih sedikit Pabrik Gliserol di
Indonesia, dan juga karena prospeknya yang menguntungkan dimasa mendatang.

Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku


1. Minyak Sawit (CPO)
Sifat Fisika:
1. Spesific gravity (37,80C) : 0,9
2. Titik beku : 50C
3. Titik didih : 2980C
4. Densitas : 0,895 g/cm3
5. Kadar air (%) : 2
6. Bilangan Penyabunan : 198
7. Berat Molekul : 847,28 g/mol
8. Massa Jenis : 0.9
9. Rumus Kimia : C3H5(COOR)3
(Ketaren, 1986)
2 Air ( H2O)
Sifat Fisika:
1. Berat molekul : 18,016 gr/grmol
2. Rumus molekul : H2O
3. Densitas : 1 gr/ml
4. Viskositas : 0,01002 P
5. Panas spesifik : 1 kal/g
6. Tekanan uap : 760 mmHg
7. Panas laten : 80 kal/g
8. Indeks bias : 1,33 (Perry, 1984)
3 Gliserol
Sifat Fisika:
Beberapa sifat fisis dan karakteristik yang penting dari gliserol, antara lain
1. Rumus molekul : C3H8O3
2. Berat Molekul : 92,09 gr/mol
3. Titik lebur :18,17 0C
4. Titik didih : 290 0C
5. Berat jenis : 1,2617 gr/cm
6. Specific gravity : 1,260
7. Tekanan Uap : 0,0025 mmHg pada 50 0C
8. Panas spesifik : 0,5795 kal/gram pada 26 0C
(99,94 % gliserol)
9. Panas Penguapan : 21,060 kal/mol pada 55 0C
10. Panas Pembentukan : 159,60 kal/mol
11. Titik api : 204 0C
12. Flash point : 177 0C
(Sumber : Kirk dan Orthmer, 1971;Mc Graw Hill Encyclopedia, 1977;
Perry, 1999)
4. Soda Kaustik (NaOH)
Sifat Fisika:
1. Rumus Molekul : NaOH
2. Berat Molekul : 40
3. Warna : Putih
4. Sifat kristal : Higroskopis mudah mencair
5. Spesific gravity : 2,13
6. Titik lebur : 318,4 oC
7. Titik didih : 1,39 oC
8. Kelarutan dalam setiap 100 bagian :
- Air dingin (0oC) : 42
- Air panas (100oC) : 347 (Perry,R.H., “Perry’s Chemical Engineer’s Handbook”, Ed. 5, p. 3 –
21)

5. Fatty Acid (Asam Lemak)


1. Rumus Kimia : C16H23O2
2. Berat Molekul : 256,42 g/mol
3. Boiling point : 215 oC at 15 mmHg
4. Melting point : 52 oC
5. Flash point : 185 0C
6. Spesific gravity (at 20 0C) : 0.861 g/cm3
2.1. Gliserin
2.1.1. Pengertian Gliserin
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Jadi tiap atom
karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, tiga molekul
asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida dan trigliserida. Adapun
rumus molekul gliserin dapat ditunjukkan pada Gambar 1 :
CH2OH
|
CHOH
|
CH2OH
Gambar 1. Rumus Molekul Gliserin
Sifat fisik dari gliserol :
- Merupakan cairan tidak berwarna

- Tidak berbau

- Cairan kental dengan rasa yang manis

- Densitas 1,261

- Titik lebur 18,2C

- Titik didih 290 C


Gliserol juga digunakan sebagai penghalus pada krim cukur, sabun, dalam obat batuk dan
syrup atau untuk pelembab (Hart, 1983).
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap
karbon mempunyai gugus –OH. Gliserol dapat diperoleh dengan jalan penguapan hati-hati,
kemudian dimurnikan dengan distilasi pada tekanan rendah. Pada umumnya lemak apabila
dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan
oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Di samping itu dapat pula terjadi
proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa
yang tidak enak. Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya
akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tidak enak atau
tengik. Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau minyak adalah suatu zat cair
yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis. Gliserol larut baik dalam air dan
tidak larut dalam eter. Gliserol digunakan dalam industri farmasi dan kosmetika sebagai bahan
dalam preparat yang dihasilkan. Di samping itu gliserol berguna bagi kita untuk sintesis lemak di
dalam tubuh.
Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau minyak adalah suatu zat cair yang
tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis, larut dalam air dan tidak larut dalam eter
(Poedjiadi, 2006).
2.1.2. Proses Terbentuknya Gliserol
Pada umumnya, lemak atau minyak tidak terdiri dari satu macam trigliserida melainkan
campuran dari trigliserida. Trigliserida merupakan lipid sederhana dan merupakan cadangan
lemak dalam tubuh manusia.
Reaksi pembentukan trigliserida ditunjukkan pada Gambar 2 :

Gambar 2. Reaksi Pembentukan Trigliserida


Trigliserida di atas merupakan trigliserida sederhana karena merupakan trimester yang
terbuat dari gliserol dan tiga molekul asam lemak yang sama. Beberapa lemak atau minyak
menghasilkan satu atau dua ikatan ester akan terputus dan dihasilkan gliserol dan garam dari
asam lemaknya. Gliserol juga dapat dihasilkan dari reaksi hidrolisa trigliserida yang dilakukan
dengan tekanan dan temperatur tinggi.
Reaksi pembentukan gliserol ditunjukkan pada Gambar 3 :
Gambar 3. Reaksi Pembentukan Gliserol
Dari reaksi kesetimbangan antara trigliserida dengan air dihasilkan gliserol dan asam
lemak. Oleh sebab itu asam lemak atau gliserol harus segera dikeluarkan (Ketaren, 1986). Istilah
gliserol dan gliserin seringkali digunakan secara tertukar. Walaupun demikian, perbedaan yang
tajam antara keduanya sangat terlihat. Gliserol adalah istilah yang digunakan untuk campuran
murni, sedangkan gliserin berhubungan kepada tingkat komersialnya, terlepas dari
kemurniannya.
Gliserol alami pada dasarnya diperoleh sebagai produk samping di dalam produksi asam
lemak, ester lemak atau sabun dari minyak atau lemak. Di Malaysia, gliserol dihasilkan melalui
pemecahan minyak sawit atau minyak inti sawit dengan menggunakan metode berikut :
- Penyabunan minyak / lemak dengan NaOH untuk membentuk sabun dan larutan alkali sabun.
Larutan alkali sabun yang terbentuk mengandung 4 – 20 % gliserol dan juga diketahui sebagai
sweetwater atau gliserin.
- Splitting atau hidrolisis dari minyak inti sawit dibawah tekanan dan temperature yang tinggi
untukmenghasilkan asam lemak dan sweetwater. Sweetwater ini mengandung 10 – 20 % gliserol.

- Transesterifikasi dari minyak dengan metanol katalis untuk menghasilkan metal ester. Sejak
proses tidak menggunakan air, konsentrasi gliserol lebih tinggi
Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak. Gliserin terutama digunakan dalam industri
kosmetika antara lain sebagai bahan pengatur kekentalan sampo, obat kumur, pasta gigi, dan
sebagainya (Fauzi, 2002).
Kadar gliserol, relative density, refractive index, kadar air, senyawa terhalogenasi,
arsenic dan logam berat adalah parameter-parameter penting yang sering digunakan dalam
perdagangan gliserin juga digunakan untuk menentukan kemurnian dari produk. Ini merupakan
suatu tes yang sulit karena gliserin bersifat sangat higroskopis, menyerap air dengan cepat dari
sekitarnya. Molekul gliserol mengandung gugus alkohol primer dan alkohol sekunder yang
dapat mengalami reaksi oksidasi. Pada umumnya gugus alkohol sekunder lebih suka dioksidasi
daripada gugus alkohol primer, sehingga apabila gliserol dioksidasi maka mula-mula akan
terbentuk aldehida dan pada oksidasi selanjutnya akan membentuk asam karboksilat (asam
gliserat atau asam tartronat).
Rumus molekul asam gliserat dan asam tartronat ditunjukkan pada Gambar 4 :

Gambar 4. Rumus Molekul Asam Gliserat dan Asam Tartronat.


Alkohol dengan paling sedikit satu hidrogen melekat pada karbon pembawa gugus
hidroksil dapat dioksidasi menjadi senyawa-senyawa karbonil. Alkohol primer menghasilkan
aldehida yang dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat, alkohol sekunder
menghasilkan keton.
Berikut ini proses teroksidasinya alkohol primer yang ditunjukkan pada Gambar 5 :
Gliserin mempunyai peran hampir di setiap industri. Penggunaan terbesar dari gliserin
adalah pada industri resin alkid, dimana ± 35.000 ton/tahun. Industri kertas, dimana gliserin
berfungsi sebagai bahan pelunak adalah pengguna terbesar berikutnya, yaitu 25.000 ton/tahun.
Industri nitrogliserin sebesar 7.500 ton/tahun, tetapi pemasarannya berkurang 25 tahun terakhir,
dengan digantikannya nitrogliserin oleh bahan peledak yang lebih murah. Berikut ini perkiraan
penggunaan gliserin yang ditujukan pada Tabel.1

II.1. Proses Pembuatan Gliserin


II.1.1 Pemecahan Lemak/ Lemak atau Fat Splitting (Hidrolisis)
Minyak atau lemak merupakan campuran dari ester-ester asam lemak dan gliserol yang
membentuk gliserida, dan ester-ester tersebut dinamakan trigliserida. Pada suhu kamar minyak
berwujud fase cair, sedangkan lemak dalam fase padat. Karakteristik trigliserida ditentukan oleh
komponen asam lemak pembentuknya, karena sebagian besar dari komponen trigliserida adalah
asam lemak. Trigliserida yang direaksikan dengan air pada temperatur dan tekanan tertentu akan
menghasilkan asam lemak dan gliserol.
Minyak atau lemak dapat dihidrolisis atau dipecah menjadi zat asam yang mengandung
lemak dan gliserin, reaksinya sebagai berikut :

Proses pemisahan lemak ada empat macam :


1. Proses Twitchell

2. Proses Autoclave Batch


3. Proses Kontinu

4. Proses secara Enzimatik

II.1.1.A. Proses Twitchell


Proses Twitchell adalah proses yang mula-mula dikembangkan pada splitting. Proses ini
masih menggunakan cara yang sederhana, disebabkan murah serta kemudahan dari instalasi dan
operasi. Tetapi proses ini membutuhkan energi yang besar dan kualitas produk yang rendah.
Proses splitting menggunakan reagen Twitchell dan H2S sebagai katalis dalam hidrolisis.
Reagennya adalah campuran dari oleic atau asam lainnya dengan naptalen tersulfonasi. Operasi
terjadi dalam suatu wooden lead-lined, atau tong tahan asam. Kandungan yang terdiri dari air
yang jumlahnya ± ½ dari lemak, H2S 1-2 % dan reagen Twitchell 0,75-1,25 % dipanaskan
sampai mendidih pada tekanan atmosfer selama 36-48 jam, menggunakan steam terbuka. Proses
biasanya diulangi dua sampai empat kali, fasa tiap tahap menghasilkan larutan gliserin dan air.
Pada tahap akhir, air ditambahkan dan campuran dipanaskan kembali hingga mendidih guna
mencuci asam yang tertinggal. Pada periode reaksi yang panjang, steam yang dibutuhkan
menjadi tinggi dan diskolorisasi asam lemak tidak merata sehingga pemakaian proses ini tidak
menguntungkan.
II.1.1.B. Proses Autoclave Batch
Proses ini adalah metode komersial yang paling awal untuk hidrolisis umpan minyak /
lemak dengan kualitas yang lebih baik untuk menghasilkan asam lemak yang warnanya baik
(light-colored). Proses ini lebih cepat dibandingkan dengan proses Twitchell, butuh waktu
selama 6-10 jam sampai selesai. Hidrolisis menggunakan katalis zinc, Mg atau kalsium oksida.
Dari semua katalis yang paling aktif adalah zinc. Sekitar 2-4 % katalis digunakan dan sejumlah
dari serbuk zinc ditambahkan untuk meningkatkan warna dari asam lemak.
Autoclave merupakan silnder yang tinggi, dengam diameter 1220-1829 mm dan tinggi 6-
12 m dibuat dari alloy yang tahan terhadap korosi (corrosion-resistant alloy) dan terlindungi
secara penuh. Penginjeksian steam menyebabkan terjadinya pengadukan, meskipun pada
beberapa kondisi digunakan mesin pengaduk. Dalam operasi, autoclave diisi dengan lemak dan
air yang jumlahnya (sekitar ± ½ dari lemak) dan katalis. Steam dihembuskan guna menggantikan
udara terlarut dan autoclave ditutup. Steam yang digunakan untuk menaikkan tekanan sampai
1135 kPa dan diinjeksikan secara kontiniu, sementara sebagian kecil kisi-kisi menjaga agitasi
dan tekanan operasi. Konversi dapat dicapai lebih dari 95% setelah 6-10 jam. Isi dari autoclave
dipindahkan ke tangki, dimana terbentuk asam lemak dibagian atas dan gliserin pada bagian
bawah. Asam lemak yang terbentuk ditambahkan asam mineral untuk memisahkan kandungan
sabun dan selanjutnya dilakukan pencucian kembali guna memisahkan sisa asam mineral.
II.1.1.C. Proses Kontinu
Proses kontinu merupakan proses pemisahan lemak dengan menggunakan suhu dan
tekanan yang tinggi. Proses hidrolisis ini lebih dikenal dengan proses Coltage-Emery, merupakan
metode yang paling efisien dalam hidrolisis lemak. Suhu dan tekanan tinggi dipergunakan untuk
mempercepat waktu reaksi. Aliran counter current dipenuhkan oleh minyak dan air guna
menghasilkan suatu derajat hidrolisis yang maksimal tanpa memerlukan katalis, tetapi katalis
juga dapat digunakan untuk meningkatkan laju reaksi.
Menara pemisah merupakan bagian utama dari proses ini. Kebanyakan dari menara pemisah
mempunyai konfigurasi sama dan dioperasikan dengan cara yang sama. Tergantung dari
kapasitas, menara bisa berkapasitas pad diameter 508-1220 mm dengan tinggi 18-25 m dan
terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja stainless 316 atau campuran logam yang dirancang
untuk beroperasi pada tekanan sekitar 5000 kPa.
Gambar di bawah menunjukkan suatu rancangan Single-stage Countercurrent splitting,
lemak terdeaerasi dimasukkan dengan cincin sparge (sparge ring) sekitar 1 meter dari dasar
dengan sebuah pompa bertekanan tinggi. Air terdapat pada bagian atas dengan perbandingan 0-
50% dari berat lemak. Temperatur pemisahan yang tinggi (250-260 oC) cukup menjamin agar air
dapat melarut dalam minyak, sehingga tidak diperlukan lagi alat untuk membuat air dan minyak
berkontak.
Volume kosong menara digunakan sebagai tempat reaksi. Lemak mentah lewat sebagai
fase yang saling bersentuhan dari dasar atas menara, sementara cairan lebih berat mengalir turun
sebagai fase terdispersi melewati campuran lemak dan asam. Derajat pemisahan dapat dicapai
hingga 99%. Proses continiu countercurrent tekanan tinggi memecah lemak dan minyak dengan
lebih efisien dari pada proses lain dengan lama reaksi 2-3 jam.
II.1.D. Proses secara Enzimatik
Lemak atau minyak dapat terhidrolisis denagn adanya enzim alami. Proses hidrolisis
dengan enzim ini memakan biaya yang besar dan waktu reaksi yang lama. Hidrolosis enzimatik
menggunakan enzim lipase dari Candida Rugosa, Aspergillus niger, dan Rhizopus arrhizus pada
kondisi suhu 26-46 dengan waktu 48-72 jam. Proses ini dapat mencapai konversi 98 %.
Dari tabel perbandingan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses yang paling baik adalah
hidrolisis lemak atau lemak dengan proses kontinu, dengan alasan sebagai berikut :
1. konversi produk yang dihasilkan tinggi

2. dapat dilakukan tanpa katalis

3. waktu reaksi yang relatif singkat

4. konsentrasi gliserin yang diperoleh tinggi

II.1.2.Saponifikasi Lemak atau Minyak


Jika minyak atau lemak disafonifikasi dengan soda kaustik, persamaan reaksinya sebagai
berikut :

Terjadi sabun dari hasil saponifikasi dan sisanya terdiri 8-12% gliserin. Lemak dan
minyak bisa disaponifikasi melalui proses perebusan. Proses saponifikasi bisa secara singkat
seperti di atas. Campuran lemak dan minyak dimasukkan kedalam ketel dan ditakar dulu
sejumlah cairan sabun dengan konsentrasi sufisien dan garam yang ditambahkan. Campuran
tersebut direbus dengan optimal memakai coil steam tertutup, sampai saponifikasi hampir
selesai. Untuk memastikan bahwa sisa cairan sabun yang menyusun gliserin punya alkalinitas
minimum,.soda kaustik dalam sisa cairan sabun dinetralisir selama perlakuan berikutnya
berlangsung. Garam dalam cairan yang dipakai perlu untuk menjaga sabun dalam hal ini terjadi
pemisahan dari sabun dan sisa cairan. Selanjutnya digambarkan setelah diset dan ditransfer ke
dalam proses pembuatan gliserin. Artinya, sabun yang hilang selama perebusan dan
penghitungan yang lengkap pada pencucian untuk melengkapi saponifikasi dan menghasilkan
gliserin sebanyak mungkin sebelum habis menjadi sabun.
II.1.3. Transesterifikasi lemak / minyak
Transesterifikasi lemak dan minyak adalah proses yang digunakan untuk produksi metil
ester, kecuali dalam kasus yang diinginkan metil ester dari asam-asam lemak tertentu. Reaksinya
adalah :

Trigliserida bisa dengan cepat ditransesterifikasi secara batch pada tekanan atmosfer dan
temperatur 60-70oC dengan metanol berlebih dan katalis alkali. Sebelum ditransesterifikasi,
lemak atau minyak harus dibersihkan dari Asam Lemak Bebas (ALB). Perlakuan ini tidak
dibutuhkan jika reaksinya dilakukan pada tekanan hingga 9000 kPa dan temperatur yang tinggi
(240oC) dibawah kondisi ini esterifikasi dan transesterifikasi berjalan secara simultan. Campuran
pada akhir reaksi dialirkan ke settle. Lapisan sebelah bawah adalah gliserin dikeluarkan,
sementara lapisan atas metil ester dicuci untuk membuang sisa gliserin dan untuk diproses lebih
jauh. Kelebihan metanol didapatkan kembali dikondensor, dikirim ke kolom pembersihan untuk
pemurnian, dan kemudian di recycle. Transesterifikasi secara kontinu juga baru bisa diterapkan
untuk kapasitas yang besar bergantung pada kualitas feed. Unit-unitnya didesain untuk
beroperasi pada tekanan dan temperatur yang tinggi atau pada tekanan dan temperatur yang
rendah.
Gambar 2. Manufacture of methyl ester by transesterification
Henkel proses dioperasikan pada 9000 kPa dan 240oC menggunakan umpan minyak yang belum
murni (unrefined oil). Unrefined oil, metanol berlebih, dan katalis diketahui jumlahnya dan
dipanaskan hingga 240oC sebelum diumpankan ke dalam reaktor. Kelebihan metanol yang besar
dari reaktor menuju bubble fried column untuk pemurnian. Metanol yang diperoleh direcycle ke
sistem. Campuran dari reaktor masuk ke separator dimana gliserin lebih dari 90% konsentrasi
dipisahkan. Kemudian metil ester diumpankan menuju kolom distilasi untuk pemurnian.

II.2.Metoda Pencucian Gliserin


Gliserin diperoleh melalui proses produksi di atas belum lagi murni dan harus melelui
proses pemurnian konsentrasinya. Ada dua proses pemurnian yang dipakai.
II.2.A.Metoda konvensional
Yaitu dengan cara memisahkan cairan sabun dari gliserol dengan aluminium atau besi
klorida dengan cara evaporasi, distilasi deodorisasi dan bleaching. Pada dasarnya, langkah-
langkah memproduksi gliserin berkadar tinggi dengan kemurnian 99% sama saja.penghasilan
cairan sabun atau gliserol ditambah asam mineral untuk pemecahan berbagai molekul sabun dan
pembebasannya dari asam lemak. pH disesuaikan dan alumunium atau besi klrida sebagai
floccolant ditambahkan untuk mendapatkan kemurnian ,yang setelah itu disaring. Kemudian
disesuaikan pHnya 6,5 ke atas, sebelum diumpankan ke dalam evaporator. Tipe evaporator yang
memakai single atau multiple efek berdasarkan volume material yang diproses. Gliserin kasar
setelah evaporasi punya konsentrasi 80-88%. Garam yang dipisahkan dan dikeluarka selama
evaporasi dari perlakuan cairan sabun gliserol. Akumulasi dalam tepat garam di bawah
evaporator. Basa direcover dan direcycle ke pembuatan sabun. Gliserin kasar dari evaporator
didistilasi dalam keadaan vakum 660-1330 Pa. panas didalamnya dijaga selama evaporasi agar
temperature di bawah 2000 C. ini dilakukan untuk mencegah polimerisasi dan dekomposisi
gliserin. Yang dimulai pada suhu 2040 C. pengontrolan kondensaai dari pemisahan uap gliserin
dari uap air. Kondensasi gliserinyang mencapai 99% kemurnian melalui deodorisasi dengan
memasukka panas kedalamnya pada penampung deodorisasi keadaan vakum. Gliserin akhirnya
dibleaching dengan karbon aktif dan disaring untuk menghasilkan konsentrasi lebih dari 99%.
II.2.B. Metoda Pertukaran Ion
Metoda pertukaran ion dari pemurnian gliserin merupakan hal lazim dan diterima luas
karena operasi yangsederhana dan energy konsumsi yang rendah.metode ini didasarkan pada
penggunaan resin penukar ion yang cocok dan partikel yang sesuaiuntuk menyaring gliserin dari
pemecahan lemak atau transesterifikasi. Jika khaddar garam tinggi,pada saponifikasi perlu proses
untuk merubah garam tersebut. Pemurnian dengan pertukaran ion, tergantung lanjutan sebelum
penyaringan material berdasarkan hasil dengan memakai kation kuat, anion lemah dan tempat
campuran anion-kation kuat. Pertukaran ion beroperasi secara efisien dengan cairan 24-40%
gliserin. Caranya berdasarkan eliminasi permukaan resin bekas asam lemak bebas, lemak hewan
dan mineral lain yang akan dimurnikan. Makanya konsentrasi pemurnian cairan gliserin
didasarkan pada evaporasi (penguapan) memakai multiple-efek evaporator untuk memproduksi
gliserin dengan kemurnian lebih dari 99%. Akhir dekolorisasi berdasarkan dengan mengaktifkan
permukaan karbon atau perlakuan dengan karbon aktif berdasarkan filtrasi menghasilkan gliserin
yang bagus. Perbandingan metode konvensional dengan metoda pertukaran ion. Metoda
konvensional butuh fleksibilitas lebih besar tapi memkai energi lebih banyak, berdasarkan hal itu
maka air harus diuapkan dan gliserin tersebut di distilasi pada temperature yang lebih tinggi.
Metoda pertukaran ion tidak memakai energi tapi tidak bias dipakai untuk gliserol bila terdiri
dari klorida yang tinggi. Klorida kotor berada pada resin pertukaran ion.
II.3. PENYULINGAN GLISERIN
Penyulingan gliserin dilakukan dengan distilasi.
Distilasi gliserin
Distilasi gliserin dilakukan denagn menggunakan steam dibawah vakum tinggi dan
peningkatan tempertur. Tekanan uap gliserin pada tekanan udara 760 mmHg pada 290oC, dank
arena gliserol mulai berpolimerisasi pada 200oC, distilasi harus dilakukan pada tekanan rendah.
Saat distilasi berlangsung pada steam tekanan parsial gliserol dikurangi, untuk menjaga tekanan
total. Denagn persamaan sebagai berikut:

Distilasi gliserin dioperasikan pada tekanan absolute 5-6 mmHg dan temperature 165oC.
Reaksi kimia yang tidak diinginkan dapat terjadi dalam gliserol mentah atau kasar.
Pembentukan komponen Nitrogen dari proteinoeus pada gliserin kasar (tidak dipindahkan dalam
proses treatment) dengan gangguan suhu. Bersama dengan produk dekomposisi yang rusak,
impurities di dalam gliserin ikut disuling. Oleh karena itu, sanagt penting membatasi waktu pada
saat temperature maksimum. Pembentukan gliserol ester oleh reaksi sabun ( Berat Molekul
rendah ) dengan reaksi sebagai berikut :

Pembentukan polygliserol dengan bantuan NaOH yang sangat penting untuk mengontrol
alkalinity dari gliserol kasar ke level optimum. Pembentukan acrolein (CH=CHCHO), dimana
digunakan dalam menghilangkan bau zat yang terkotaminasi. Jumlah total stripping stream dari
distilasi sekitar 20% dari jumlah gliserol yang diproses. Jumlah ini lebih besar dengan kualitas
umpan yang kurang baik. Bagaimanapun tidak semua steam diinjeksi, seperti air yang berasal
dari gliserin kasar (80%) mengalir menuju steam dan dibagi sesuai kebutuhan.
Penarikan dan Pembuangan residu
Residu yang terakumulasi pada dasarnya masih mengandung sedikit gliserol, Gliserol
polimer, Aldehid resin, produk organic dari dekomposisi dan garam. Sedikitnya ada dua metode
untuk memindahkan residu :
 Penerima residu yang ditempatkan sedemikian rupa untuk menampung residu, yang
secara periodic akan dipindahkan kedalam tangki cairan untuk diproses ulang.

 Gliserin dipindahkan secara kontinu dan disaring kembali untuk mendapatkan gliserin
Penyulingan gliserin cara “The Crown Iron Work Co. Press”, direpresentasikan secara
kontinu pada proses destilasi menggunakan lebih banyak suplai sweet water atau bahan sabun
gliserin mentah. Gliserin kasar dipanaskan secara regeneratf dengan destilasi gliserin. Cairan
(liquor) kemudian masuk hingga panas mencapai suhu 1650C dan disirkulasikan oleh pompa
sirkulasi. Cairan (liquor) yang disirkulasikan adalah sebagian uap air yang diuapkan dengan
bantuan vacum (6 mmHg) dan sparging uap air dalam suhu kamar. Uap air naik melalui bagian
separasi menuju alat kondensasi. Disitu uap air dikondensasikan dalam suatu lapisan dan
diedarkan kembali, didinginkan dan gliserin disuling. Gliserin yang terpadatkan atau
terkondensasi (80-90%) glisserin dibawah standar, yang akan dikirim ke gudang penyimpanan.
Gliserin dibawah standar adalah gliserin refined yang jumlahnya dikumpulkan 2-3 hari dalam
tiap bulannya.
Residu yang berada yang ada di dasar merupakan residu yang kaya akan gliserol (25%).
Dalam jumlah kecil (0.5%) asam posporik ditambahkan kedalam residu agar pH dapat terjaga
dan menghambat pembentukan poligliserol. Kemudian, residu dipanaskan dengan resirkulasi
pemanas eksternal hingga suhu 1750C dan secara parsial diuapkan dibawah vacum dan 24%
stripping steam. Lebih banyak uap yang terkondensasi pada kaki kondensornya dan kemudian
menghasilkan gliserin kasar. Residu yang berada dibawah kaki kondensor dipindahkan kedalam
drum untuk disimpan. Gliserin didestilasi dari gliserin kasar akan dievaporasi ulang dalam
deodorizer pada temperatur 130oC-140oC dengan vacuum tinggi dan stripping steam dan panas
luar. Untuk menjaga perpindahan agar tetap optimal dari material yang bersifat odoriferous dan
kelembaban residu. Gliserin yang akan dihilangkan baunya (deodorisasi) didinginkan sebelum di
alirkan kekolom karbon aktif, kemudian warna material dihilangkan. Gliserin yang sudah
melalui proses bleaching disring kemudian dipindahkan ke butir partikel karbon untuk
didinginkan lebih lanjut dan dikirim ke gudang penyimpanan.
II.3.A. ALAT PENUKAR PANAS PERMUKAAN
Metode alternatif dari gliserin adalah dengan menggunakan sistem pengering film tipis.
LCI corp. menjelaskan proses ini secara lanjut dengan menggunakan metode counter current
untuk memisahkan uap dari pengering film tipis ke umpan cairan yang terdiri dari badan
pemanas dan rotor.
II.3.B. STABILISASI DAN PENYIMPANAN
Gliserin kasar dan encer mengandung sedikitnya beberapa materi suspensi (endapan
garam) yang harus dibuang selama proses penyimpanan. Kemudian untuk menghindari
bercampurnya material ini kedalam proses ketika luquor diambil direkomendasikan untuk
menggantikan nozel yang terletak dibawah level terendah tanki serta pengosongan dan pencucian
tanki secara periodik. Larutan gliserol encer (< 50%) merupakan subjek untuk fermentasi yang
akan mengurangi yield dan mengakibatkan kemunduran produk gliserol yang dihasilkan. Dan
gliserol dijaga pada suhu 700C dan atau pada konsentrasi tinggi yang akan mencegah masalah
ini. Pertambahan konsentrasi gliserin akan menyebabkan kesulitan dalam pemompaan. Pada
suhu yang rendah karena mamiliki viskositas yang tinggi maka direkomendasikan agar gliserin
dipompa pada suhu 40oC-500C, temperatur yang rendah akan menyebabkan kesulitan saat
pemompaan dan suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan warna gliserin. Jika
menggunakan coil pemanas atau steam, penting untuk menggunakan tekanan steam rendah
sehingga tidak terlalu memanaskan gliserol dan mengakibatkn rusaknya produk vesel basa
direkomendasikan untuk mencegah pembentukan asam lemak terdapat didalam tanki tersebut
karena gliserin bersifat higrokopis maka kelembaban dapat dihilangkan dari tanki penyimpanan
gliserin. Gliserin yang dipanaskan jangan disimpan didalam tanki yang terbuat dari tembaga atau
besi karena garam tembaga atau besi dapat mengkatalis reaksi oksidasi terhadap gliserin pada
kondisi tertentu.
II.3.C. AROMA DAN WARNA
Masalah warna dan rasa dapat dihindari dengan menggunakan bahan mentah berkualitas,
threating dan penyimpanan gliserol kasar dan mencegah kenaikan suhu untuk waktu yang lama
pengotor dalam gliserin kasar khususnya zat organik bukan trigliserida menyebabkan turunnya
kualitas dan kuantitas gliserin yang disaring.
Jika zat organik bukan gliserida dikandung tinggi dari 3-5%, masalah aroma, rasa dan
warna akan timbul pada produk akhir. Trimetilen glikol yang ada bersama zat organik bukan
trigliserida dapat menyebabkan perubahan warna dari gliserin dan menimbulkan masalah dalam
penyimpanan.

Anda mungkin juga menyukai