SOCI Mas
2.1.1. Sejarah Perusahaan
Berdirinya perusahaan ini tidak terlepas dari besarnya peluang dalam mengembangkan industri
turunan kelapa sawit seperti industri oleokimia di Indonesia. Peluang tersebut didapat karena
bahan baku yang tersedia yakni minyak kelapa sawit sangat berlimpah. Indonesia sendiri dikenal
sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Kelapa sawit telah menjadi
komoditi yang paling diandalkan oleh pertanian Indonesia karena kelapa sawit memiliki masa
tumbuh yang terbilang cepat serta memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional.
Industri oleokimia sendiri merupakan industri turunan pengolahan kelapa sawit yang mampu
menaikkan nilai tambah dari hasil produksi yang dihasilkannya. Melihat peluang tersebut di atas
maka didirikanlah sebuah perusahaan yang dinamai dengan PT. SOCI Mas. PT SOCI Mas
adalah salah satu perusahaan yang selama ini fokus bergerak di industri oleochemical atau
industri pengolahan minyak kelapa sawit menjadi bahan-bahan kimia seperti asam lemak (fatty
Acid) dan gliserin. Perusahaan yang sejak tahun 2008 lalu diambil alih PT Smart Tbk (kelompok
usaha Sinar Mas Group) itu sebelumnya bernama PT Sinar Oleochemical International (SOCI),
sebuah perusahaan joint venture yang mayoritas sahamnya dimiliki konsorsium empat
perusahaan Jepang.
Perkembangan Perusahaan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Majalah Kina (2012), perusahaan yang didirikan pada
tahun 1992 ini mulai membangun fasilitas industri oleokimia di Kawasan Industri Medan, Deli
Serdang Sumatera Utara pada bulan September 1993 dengan investasi sebesar US$ 46 juta.
Adapun kegiatan produksinya baru dimulai pada bulan September 1994 dengan kapasitas
produksi terpasang sebesar 88.000 ton per tahun. Pada bulan April tahun 2008 PT Smart Tbk
mengakuisisi PT SOCI dan terhitung mulai tanggal 2 September 2010 perusahaan berganti nama
menjadi PT. SOCI Mas. Di bawah payung kelompok usaha Sinar Mas, PT. SOCI Mas terus
melakukan ekspansi untuk meningkatkan kapasitas produksi maupun memperluas variasi produk
yang dihasilkan. Mulai bulan April 2011 kapasitas produksi PT SOCI Mas berhasil ditingkatkan
menjadi 100.000 ton per tahun yang terdiri dari 90.000 ton fatty acid dan 10.000 ton gliserin.
Secara umum, ada dua bentuk produk oleochemical yang diproduksi PT Soci Mas, yaitu berupa
padatan (khususnya untuk kelompok produk fatty acid) dan cairan (khususnya untuk kelompok
glycerin). Produk padatan terbagi dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk serpihan (flake) dan
dalam bentuk butiran (bead). Secara umum sekitar 90% produk oleochemical yang dihasilkan PT
SOCI Mas diekspor ke mancanegara antara lain ke Jepang, Korea, Taiwan, Amerika Serikat,
Eropa, Timur Tengah dan lain-lain. Sisanya sebesar 10% dijual kepada perusahaan lokal.
Gliserol
Gliserin adalah nama komersial dari produk yang terdiri dari gliserol dan sejumlah kecil
air. Gliserol sebenarnya merupakan Propanatriol. Berat Molekul 92,02 gr/mol, titik didih 290o
dan Berat jenis 1,2617 gr/cm. (Swern,D.,”Bailey’s Industrial Oil And Fat
Produts”,Vol.5,Ed.5p.275). Propanatriol.(Swern,D.,”Bailey’s Industrial Oil And Fat Products”,
Vol.5,Ed.5p.275). Gliserol 1,2,3-propanatriol ,gliserin CH2OHCOHCH2OH, adalah sebuah
alcohol trihidrat berupa cairan kental,bening dengan rasa manis. (kirk Othmer,”Encycopedia Of
Chemical Technogy”,Vol 11,Ed.3,p. 921).
Gliserol pertama kali ditemukan oleh Scheele pada tahun 1779, dengan memanaskan
campuran minyak zaitun (olive oil) dan litharge, kemudian membilasnya dengan air. Bilasan
dengan air tersebut, menghasilkan suatu larutan berasa manis, yang disebutnya sebagai “the
sweet principle of fats”. Sejak 1784, Scheele membuktikan bahwa substansi yang sama dapat
diperoleh dari minyak nabati dan lemak hewan seperti lard dan butter. Pada tahun 1811,
Chevreul memberi nama hasil temuan Scheele ini dengan sebutan gliserin, yang berasal dari
bahasa Yunani yaitu glyceros, yang berarti manis. Perkembangan pembangunan industri di
Indonesia semakin meningkat. Kemajuan ini tampak dengan semakin banyak berdirinya pabrik
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi. Kegunaan gliserol sangat banyak, terutama
adalah sebagai : resin sintetis, getah ester, obat – obatan kosmetika dan pasta gigi. Proses
pengolahan tembakau dan makanan juga mengkonsumsi gliserin dalam jumlah besar sebagai
bahan pembantu. (Kirk Othmer,”Encyclopedia Of Chemical Technology”, Vol. 11, Ed. 3, p.921).
Perkembangan Pabrik Gliserol dari tahun-ketahun di Indonesia masih kecil dan melihat
ketersediaan bahan baku CPO yang terbesar kedua setelah Malaysia mendorong untuk
dikembangkannya pabrik gliserol. Dituntut juga perkembangan industry yang memanfaatkan
gliserol untuk dijadikan bahan baku utama dalam produk olahan gliserol. Untuk proses
pembuatan gliserol tergolong masih sederhana dan tidak terlalu sulit untuk pemrosesan.
Pertimbangan utama yang melatarbelakangi pendirian Pabrik Gliserol mendirikan suatu pabrik
yang secara sosial-ekonomi cukup menguntungkan.
Pendirian Pabrik Gliserol ini cukup menarik karena masih sedikit Pabrik Gliserol di
Indonesia, dan juga karena prospeknya yang menguntungkan dimasa mendatang.
- Tidak berbau
- Densitas 1,261
- Transesterifikasi dari minyak dengan metanol katalis untuk menghasilkan metal ester. Sejak
proses tidak menggunakan air, konsentrasi gliserol lebih tinggi
Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak. Gliserin terutama digunakan dalam industri
kosmetika antara lain sebagai bahan pengatur kekentalan sampo, obat kumur, pasta gigi, dan
sebagainya (Fauzi, 2002).
Kadar gliserol, relative density, refractive index, kadar air, senyawa terhalogenasi,
arsenic dan logam berat adalah parameter-parameter penting yang sering digunakan dalam
perdagangan gliserin juga digunakan untuk menentukan kemurnian dari produk. Ini merupakan
suatu tes yang sulit karena gliserin bersifat sangat higroskopis, menyerap air dengan cepat dari
sekitarnya. Molekul gliserol mengandung gugus alkohol primer dan alkohol sekunder yang
dapat mengalami reaksi oksidasi. Pada umumnya gugus alkohol sekunder lebih suka dioksidasi
daripada gugus alkohol primer, sehingga apabila gliserol dioksidasi maka mula-mula akan
terbentuk aldehida dan pada oksidasi selanjutnya akan membentuk asam karboksilat (asam
gliserat atau asam tartronat).
Rumus molekul asam gliserat dan asam tartronat ditunjukkan pada Gambar 4 :
Terjadi sabun dari hasil saponifikasi dan sisanya terdiri 8-12% gliserin. Lemak dan
minyak bisa disaponifikasi melalui proses perebusan. Proses saponifikasi bisa secara singkat
seperti di atas. Campuran lemak dan minyak dimasukkan kedalam ketel dan ditakar dulu
sejumlah cairan sabun dengan konsentrasi sufisien dan garam yang ditambahkan. Campuran
tersebut direbus dengan optimal memakai coil steam tertutup, sampai saponifikasi hampir
selesai. Untuk memastikan bahwa sisa cairan sabun yang menyusun gliserin punya alkalinitas
minimum,.soda kaustik dalam sisa cairan sabun dinetralisir selama perlakuan berikutnya
berlangsung. Garam dalam cairan yang dipakai perlu untuk menjaga sabun dalam hal ini terjadi
pemisahan dari sabun dan sisa cairan. Selanjutnya digambarkan setelah diset dan ditransfer ke
dalam proses pembuatan gliserin. Artinya, sabun yang hilang selama perebusan dan
penghitungan yang lengkap pada pencucian untuk melengkapi saponifikasi dan menghasilkan
gliserin sebanyak mungkin sebelum habis menjadi sabun.
II.1.3. Transesterifikasi lemak / minyak
Transesterifikasi lemak dan minyak adalah proses yang digunakan untuk produksi metil
ester, kecuali dalam kasus yang diinginkan metil ester dari asam-asam lemak tertentu. Reaksinya
adalah :
Trigliserida bisa dengan cepat ditransesterifikasi secara batch pada tekanan atmosfer dan
temperatur 60-70oC dengan metanol berlebih dan katalis alkali. Sebelum ditransesterifikasi,
lemak atau minyak harus dibersihkan dari Asam Lemak Bebas (ALB). Perlakuan ini tidak
dibutuhkan jika reaksinya dilakukan pada tekanan hingga 9000 kPa dan temperatur yang tinggi
(240oC) dibawah kondisi ini esterifikasi dan transesterifikasi berjalan secara simultan. Campuran
pada akhir reaksi dialirkan ke settle. Lapisan sebelah bawah adalah gliserin dikeluarkan,
sementara lapisan atas metil ester dicuci untuk membuang sisa gliserin dan untuk diproses lebih
jauh. Kelebihan metanol didapatkan kembali dikondensor, dikirim ke kolom pembersihan untuk
pemurnian, dan kemudian di recycle. Transesterifikasi secara kontinu juga baru bisa diterapkan
untuk kapasitas yang besar bergantung pada kualitas feed. Unit-unitnya didesain untuk
beroperasi pada tekanan dan temperatur yang tinggi atau pada tekanan dan temperatur yang
rendah.
Gambar 2. Manufacture of methyl ester by transesterification
Henkel proses dioperasikan pada 9000 kPa dan 240oC menggunakan umpan minyak yang belum
murni (unrefined oil). Unrefined oil, metanol berlebih, dan katalis diketahui jumlahnya dan
dipanaskan hingga 240oC sebelum diumpankan ke dalam reaktor. Kelebihan metanol yang besar
dari reaktor menuju bubble fried column untuk pemurnian. Metanol yang diperoleh direcycle ke
sistem. Campuran dari reaktor masuk ke separator dimana gliserin lebih dari 90% konsentrasi
dipisahkan. Kemudian metil ester diumpankan menuju kolom distilasi untuk pemurnian.
Distilasi gliserin dioperasikan pada tekanan absolute 5-6 mmHg dan temperature 165oC.
Reaksi kimia yang tidak diinginkan dapat terjadi dalam gliserol mentah atau kasar.
Pembentukan komponen Nitrogen dari proteinoeus pada gliserin kasar (tidak dipindahkan dalam
proses treatment) dengan gangguan suhu. Bersama dengan produk dekomposisi yang rusak,
impurities di dalam gliserin ikut disuling. Oleh karena itu, sanagt penting membatasi waktu pada
saat temperature maksimum. Pembentukan gliserol ester oleh reaksi sabun ( Berat Molekul
rendah ) dengan reaksi sebagai berikut :
Pembentukan polygliserol dengan bantuan NaOH yang sangat penting untuk mengontrol
alkalinity dari gliserol kasar ke level optimum. Pembentukan acrolein (CH=CHCHO), dimana
digunakan dalam menghilangkan bau zat yang terkotaminasi. Jumlah total stripping stream dari
distilasi sekitar 20% dari jumlah gliserol yang diproses. Jumlah ini lebih besar dengan kualitas
umpan yang kurang baik. Bagaimanapun tidak semua steam diinjeksi, seperti air yang berasal
dari gliserin kasar (80%) mengalir menuju steam dan dibagi sesuai kebutuhan.
Penarikan dan Pembuangan residu
Residu yang terakumulasi pada dasarnya masih mengandung sedikit gliserol, Gliserol
polimer, Aldehid resin, produk organic dari dekomposisi dan garam. Sedikitnya ada dua metode
untuk memindahkan residu :
Penerima residu yang ditempatkan sedemikian rupa untuk menampung residu, yang
secara periodic akan dipindahkan kedalam tangki cairan untuk diproses ulang.
Gliserin dipindahkan secara kontinu dan disaring kembali untuk mendapatkan gliserin
Penyulingan gliserin cara “The Crown Iron Work Co. Press”, direpresentasikan secara
kontinu pada proses destilasi menggunakan lebih banyak suplai sweet water atau bahan sabun
gliserin mentah. Gliserin kasar dipanaskan secara regeneratf dengan destilasi gliserin. Cairan
(liquor) kemudian masuk hingga panas mencapai suhu 1650C dan disirkulasikan oleh pompa
sirkulasi. Cairan (liquor) yang disirkulasikan adalah sebagian uap air yang diuapkan dengan
bantuan vacum (6 mmHg) dan sparging uap air dalam suhu kamar. Uap air naik melalui bagian
separasi menuju alat kondensasi. Disitu uap air dikondensasikan dalam suatu lapisan dan
diedarkan kembali, didinginkan dan gliserin disuling. Gliserin yang terpadatkan atau
terkondensasi (80-90%) glisserin dibawah standar, yang akan dikirim ke gudang penyimpanan.
Gliserin dibawah standar adalah gliserin refined yang jumlahnya dikumpulkan 2-3 hari dalam
tiap bulannya.
Residu yang berada yang ada di dasar merupakan residu yang kaya akan gliserol (25%).
Dalam jumlah kecil (0.5%) asam posporik ditambahkan kedalam residu agar pH dapat terjaga
dan menghambat pembentukan poligliserol. Kemudian, residu dipanaskan dengan resirkulasi
pemanas eksternal hingga suhu 1750C dan secara parsial diuapkan dibawah vacum dan 24%
stripping steam. Lebih banyak uap yang terkondensasi pada kaki kondensornya dan kemudian
menghasilkan gliserin kasar. Residu yang berada dibawah kaki kondensor dipindahkan kedalam
drum untuk disimpan. Gliserin didestilasi dari gliserin kasar akan dievaporasi ulang dalam
deodorizer pada temperatur 130oC-140oC dengan vacuum tinggi dan stripping steam dan panas
luar. Untuk menjaga perpindahan agar tetap optimal dari material yang bersifat odoriferous dan
kelembaban residu. Gliserin yang akan dihilangkan baunya (deodorisasi) didinginkan sebelum di
alirkan kekolom karbon aktif, kemudian warna material dihilangkan. Gliserin yang sudah
melalui proses bleaching disring kemudian dipindahkan ke butir partikel karbon untuk
didinginkan lebih lanjut dan dikirim ke gudang penyimpanan.
II.3.A. ALAT PENUKAR PANAS PERMUKAAN
Metode alternatif dari gliserin adalah dengan menggunakan sistem pengering film tipis.
LCI corp. menjelaskan proses ini secara lanjut dengan menggunakan metode counter current
untuk memisahkan uap dari pengering film tipis ke umpan cairan yang terdiri dari badan
pemanas dan rotor.
II.3.B. STABILISASI DAN PENYIMPANAN
Gliserin kasar dan encer mengandung sedikitnya beberapa materi suspensi (endapan
garam) yang harus dibuang selama proses penyimpanan. Kemudian untuk menghindari
bercampurnya material ini kedalam proses ketika luquor diambil direkomendasikan untuk
menggantikan nozel yang terletak dibawah level terendah tanki serta pengosongan dan pencucian
tanki secara periodik. Larutan gliserol encer (< 50%) merupakan subjek untuk fermentasi yang
akan mengurangi yield dan mengakibatkan kemunduran produk gliserol yang dihasilkan. Dan
gliserol dijaga pada suhu 700C dan atau pada konsentrasi tinggi yang akan mencegah masalah
ini. Pertambahan konsentrasi gliserin akan menyebabkan kesulitan dalam pemompaan. Pada
suhu yang rendah karena mamiliki viskositas yang tinggi maka direkomendasikan agar gliserin
dipompa pada suhu 40oC-500C, temperatur yang rendah akan menyebabkan kesulitan saat
pemompaan dan suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan warna gliserin. Jika
menggunakan coil pemanas atau steam, penting untuk menggunakan tekanan steam rendah
sehingga tidak terlalu memanaskan gliserol dan mengakibatkn rusaknya produk vesel basa
direkomendasikan untuk mencegah pembentukan asam lemak terdapat didalam tanki tersebut
karena gliserin bersifat higrokopis maka kelembaban dapat dihilangkan dari tanki penyimpanan
gliserin. Gliserin yang dipanaskan jangan disimpan didalam tanki yang terbuat dari tembaga atau
besi karena garam tembaga atau besi dapat mengkatalis reaksi oksidasi terhadap gliserin pada
kondisi tertentu.
II.3.C. AROMA DAN WARNA
Masalah warna dan rasa dapat dihindari dengan menggunakan bahan mentah berkualitas,
threating dan penyimpanan gliserol kasar dan mencegah kenaikan suhu untuk waktu yang lama
pengotor dalam gliserin kasar khususnya zat organik bukan trigliserida menyebabkan turunnya
kualitas dan kuantitas gliserin yang disaring.
Jika zat organik bukan gliserida dikandung tinggi dari 3-5%, masalah aroma, rasa dan
warna akan timbul pada produk akhir. Trimetilen glikol yang ada bersama zat organik bukan
trigliserida dapat menyebabkan perubahan warna dari gliserin dan menimbulkan masalah dalam
penyimpanan.