Disusun Oleh :
Nanda Adin Nisa
NIM. B2C018003
- Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah
oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan
mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak dapat dilihat pada gambar
berikut. Ketengikan menyatakan rusaknya lemak dan minyak. Ini terjadi
karena hasil reaksi antara trigliserida tidak jenuh dan oksigen diudara. Lemak
dan minyak yang sangat tengik mempunyai keasaman yang sangat rendah.
- Hidrogenasi
Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri yang bertujuan untuk
menjenuhkan ikatan rangkap dari karbon asam lemak bebas pada minyak atau
lemak. Reaksi hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni
dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator dapat dilihat pada gambar di
bawah ini. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan
katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang
bersifat plastis atau keras tergantung pada derajat kejenuhannya (Ketaren,
1986).
Beaker Glass
2.
Corong
3.
4.
Erlenmeyer
5.
Pipet Tetes
6.
Neraca Analitik
7.
Kaca Arloji
8.
Batang Pengaduk
9.
III.2 BAHAN
No. Gambar Nama
1.
NaOH
2.
Asam Oksalat
3.
Minyak Goreng
4.
Indikator PP
5.
Etanol 95%
6.
Dietil eter
7.
Aquades
V. ANALISIS DATA
V.1Standarisasi Larutan NaOH
Volume Reagen Titrasi 1 Titrasi 2
Larutan asam oksalat 10,0 ml 10,0 ml
Larutan NaOH 9,80 ml 9,90 ml
VI. PERHITUNGAN
VI.1 Perhitungan Standarisasi NaOH
b. Titrasi 9,90 ml
N1 X V1 = N2 X V2 0,1
X 10,00 = N2 X 9,90
N2 = 0,1010 N
N2 = 0,1010 N
0,1020 +0,1010
𝒙
=
2
= 0,1015 N
VII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini akan membahas mengenai penentuan bilangan asam pada sampel
minyak murni. Metode yang digunakan dalam penentuan ini adalah metode Alkalimetri.
Prinsip penentuan bilangan asam adalah penentuan jumlah asam bebas yang dihitung
berdasar bobot molekul asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan
sebagai jumlah miligram KOH 0,1 N yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas
yang terdapat dalam 1 gram minyak.
Dalam pelaksanaannya, sampel minyak murni ditambahkan campuran etanol dan dietil
eter yang sudah dinetralkan dengan NaOH, penetralan ini dilakukan karena campuran tersebut
belum tentu dalam keadaan netral, maka dari itu harus dinetralkan dengan NaOH dengan
indikator PP yang nantinya dapat dikatakan netral ketika sudah berubah menjadi merah muda.
Penambahan campuran itu adalah sebagai pelarut asam lemak yang terkandung dalam minyak
murni, sehingga asam lemak dapat terlarut sempurna dan akan mudah bereaksi dengan senyawa
NaOH sebagai titran dengan indikator PP. TAT terjadi ketika larutan sampel menjadi berwarna
merah muda dan tidak berubah setelah ditunggu 30 detik.
Praktikum penentuan bilangan asam ini menggunakan dua sampel minyak murni.
Sampel 1 menggunakan minyak murni sebesar 5,4007 gram dan sampel 2 sebesar 5,42 gram.
Sampel dititrasi menggunakan NaOH 0,1015 N yang sudah terstandarisasi menggunakan Asam
Oksalat 0,10 N dengan Indikator PP sesuai kaidah titrasi Alkalimetri. Indikator yang digunakan
dalam praktikum ini adalah PP. Indikator tersebut akan bereaksi ketika pH sudah menjadi basa
dan membentuk larutan berwarna merah muda. TAT pada praktikum ini tercapai ketika
terbentuk warna merah muda pada sampel.
Dari praktikum ini dihasilkan bilangan peroksida pada sampel 1 sebesar 0,527
mgKOH/gram dan Sampel 2 sebesar 0,735 mgKOH/gram. Hasil rata rata yang didapatkan
sebesar 0,631 mgKOH/gram.
Menurut tabel tersebut menunjukan bahwa minyak murni yang dijadikan sampel sudah
melebihi dari batas maksimal kandungan bilangan asam pada minyak goreng berdasarkan
standar mutu minyak goreng (Badan Standardisasi Nasional, 2013).
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa:
1. Sampel minyak jelantah mengandung 0,631 mgKOH/gram atau dalam 1 gram minyak
murni mengandung 0,631 mg KOH.
2. Kandungan bilangan asam sampel sudah mencapai batas maksimal standar mutu yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu 0,6 mgKOH/gram.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. (2013). Minyak Goreng. Sni 3741 : 2013, 1–23.
https://www.academia.edu/4506592/21744_SNI_3741_2013_minyak_goreng_web
Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil Limbah dan Limbah Analisa Usaha
dan Pemasaran. Jakarta: Penebaran Swadaya
Gaman, M. 1992. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi II.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Hart, H., Craine, L.E., Hart, D.J. 2003. Kimia Organik. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit UI Press
Mangoensoekarjo, S. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Pahan, Y. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.
Jakarta: Penebaran Swadaya.
Puspitasari, D.I. 2017. Kimia Analitik Dasar. Bandung: Penerbit Alfabeta
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik Stereokimia, Karbohidrat, Lemak dan Protein.
Yogyakarta : Gadjah Mada UniversityPress
Sastrosayono, Selardi. 2006. Budi Daya Kelapa Sawit; Jakarta. Agro Media Pustaka.
LAMPIRAN
Disusun Oleh :
Nanda Adin Nisa
NIM. B2C018003
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau rasa tengik yang disebut proses
ketengikan. Hal ini disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak.
Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal- radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-
faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida, lemak atau hidroperoksida,
logam berat seperti Cu, Fe, Ce, dan Mn, logam porfirin seperti hematin, hemoglobin, mioglobin,
klorofil dan enzim-enzim lipoksidase (Kataren, 1986).
Salah satu parameter kerusakan minyak goreng adalah titik asap. Titik asap adalah suhu
pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa
gatal pada tenggorokan. Semakin tinggi titik asap, semakin baik mutu minyak goreng. Asap tipis
yang muncul saat pemanasan minyak merupakan tanda yang normal, namun jika minyak
mengeluarkan asap sangat banyak, menandakan minyak tidak layak lagi digunakan.
Kombinasi lamanya pemanasan dan suhu yang tinggi mengakibatkan terjadinya beberapa
reaksi penyebab kerusakan minyak. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah hidrolisa, oksidasi dan
polimerisasi. Minyak yang rusak akibat dari proses hidrolisa, oksidasi dan polimerisasi akan
menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak, serta
kerusakan sebagian vitamin 14 dan asam lemak esensial yang terdapat dalam minyak. Minyak yang
telah rusak tidak hanya mengakibatkan kerusakan nilai gizi, tetapi juga merusak tekstur, flavor dari
bahan pangan yang digoreng.
Beaker Glass
2.
Corong
3.
4.
Stop Erlenmeyer
5.
Pipet Tetes
6.
Neraca Analitik
7.
Kaca Arloji
8.
Batang Pengaduk
9.
Na2S2O3
2.
CHCl3
3.
CH3COOH
4.
KI
5.
KIO3
6.
Minyak Jelantah
7.
Amylum
4.2 Pembuatan KI
Ambil 1 sendok KI ke dalam gelas beker Tambah akuades sampai terdapat endapan
V. DATA PENGAMATAN
5.1 Standarisasi Na2S2O3
Volume Titrasi 1 Titrasi 2
Larutan KIO3 10,0 ml 10,0 ml
VI. PERHITUNGAN
6.1 Standarisasi Na2S2O3
Diketahui: Titrasi 1 = 19,50 ml
Titrasi 2 = 20,00 ml
N1 = 0,10 N
V1 = 2 ml
Ditanya: N Na2S2O3?
Penyelesaian:
a. Titrasi 19,50 ml
N1 X V1 = N2 X V2
0,1 X 2 = N2 X 19,50
N2 = 0,0103 N
b. Titrasi 20,00 ml
N1 X V1 = N2 X V2
0,1 X 2 = N2 X 20,00
N2 = 0,0100 N
0,0103+0,0100
𝒙 =
2
= 0,01015 N
Penyelesaian:
- Sampel A
N Na2 S 2O 3
V x 0,008 x 100
Kadar bilangan asam = 0 , 01
B
0,1015
0 ,70 x 0,008 x 100
= 0 , 01
5 , 14
= 0,584 mgO2/100g
- Sampel B
N Na2 S 2O 3
V x 0,008 x 100
Kadar bilangan asam = 0 , 01
B
0,1015
3 , 40 x 0,008 x 100
= 0 ,01
5 , 42
= 0,574 mgO2/100g
VII. PEMBAHASAN
Peroksida merupakan produk awal terjadinya kerusakan pada minyak goreng akibat
terjadinya reaksi autoksidasi pada minyak terutama jika digunakan untuk pangan yang berdampak
merugikan bagi kesehatan manusia. Minyak atau lemak yang mengandung asam-asam lemak tidak
jenuh, dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Apabila minyak
mengalami oksidasi maka senyawa peroksida yang dihasilkan akan meningkat. Selain dari oksidasi
oleh oksigen di udara, peningkatan angka peroksida juga dapat disebabkan oleh pemanasan. Warna
minyak akan semakin gelap seiring dengan meningkatnya bilangan peroksida akibat pemanasan dan
pemakaian berulangulang. Penyebab meningkatnya bilangan peroksida pada minyak goreng yang
telah digunakan ialah minyak goreng bekas, minyak goreng curah, minyak goreng yang digunakan
terus menerus tanpa penggantian, dan panas yang digunakan menggoreng telah tinggi.
Praktikum kali ini akan membahas mengenai penentuan bilangan peroksida pada sampel
minyak jelantah. Metode yang digunakan dalam penentuan ini adalah metode iodometri. Prinsip
penentuan bilangan peroksida adalah menentukan banyaknya/jumlah volume natrium thiosulfate
yang tepat bereaksi dengan gas Iodium yang terlepas akibat reaksi antara senyawa peroksida
dengan KI jenuh dalam suasana asam, yang mana jumlah iodium yang terlepas equivalen dengan
jumlah senyawa peroksida yang terdapat pada minyak jelantah.
Dalam pelaksanaannya, sampel minyak jelantah ditambahkan campuran asam asetat dan
Kloroform dengan perbandingan 3:2. Penambahan campuran itu adalah sebagai pembuat suasana
asam dan juga sebagai pelarut asam lemak yang terkandung dalam minyak jelantah, sehingga KI
jenuh akan mudah bereaksi dengan senyawa peroksida yang terdapat pada sampel minyak jelantah.
Setelah penambahan KI jenuh harus didiamkan selama 30 menit dalam tempat gelap dengan tujuan
agar lebih banyak gas iod yang dilepaskan sampel dan juga tidak terpengaruh oleh cahaya matahari.
Setelah didiamkan tambahkan aquadest pada sampel, penambahan ini ditujukan agar KI jenuh yang
ditambahkan dapat terlarut sempurna, sehingga hasil dari penentuan bilangan peroksidanya menjadi
lebih tepat.
Praktikum penentuan bilangan peroksida ini menggunakan dua sampel minyak jelantah.
Sampel 1 menggunakan minyak jelantah sebesar 5,14 gram dan sampel 2 sebesar 4,808 gram.
Sampel dititrasi menggunakan Na2S2O3 0,01015 N yang sudah terstandarisasi. Indikator yang
digunakan dalam praktikum ini adalah amylum 1%. Indikator tersebut akan bereaksi dengan gas I 2
dan membentuk larutan berwarna biru. TAT pada praktikum ini tercapai ketika warna biru tepat
hilang. Teknik titrasi yang digunakan juga sedikit berbeda yaitu pada awal dititrasi dilakukan
dengan dikucurkan secara deras dengan penggojokkan yang pelan hingga warna sampel berubah
menjadi kuning muda. Hal ini dilakukan agar gas I2 tidak banyak terbuang ke udara.
Setelah warna berubah kuning muda langsung ditambahkan amylum 1% hingga berubah
warna menjadi biru, kemudian lanjutkan titrasi dengan tetes demi tetes dengan penggojokkan cepat.
Hal ini bertujuan agar ikatan yang kuat antara I2 dan Amylum dapat terpisah dan segera tercapai
TAT.
Dari praktikum ini dihasilkan bilangan peroksida pada sampel 1 sebesar 0,584 mg O2 / 100
gram dan Sampel 2 sebesar 0,574 mg O 2 /100 gram. Hasil rata rata yang didapatkan sebesar 0,579
mgO2/100 gram atau sama dengan 5,790 mgO/KG.
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa:
1.
Sampel minyak jelantah mengandung 0,579 mgO2/100 gram atau dalam 100 gram minyak
jelantah mengandung 0,579 mgO.
2.
Kandungan bilangan peroksida sampel sudah mencapai setengah dari batas standar mutu
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Standarisasi Na2S2O3
Disusun Oleh :
Nanda Adin Nisa
NIM. B2C018003
Tiroksin merupakan hormon utama yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid. Setiap molekul
dari tiroksin mengandung empat atom iodium. Fungsi iodium adalah sebagai komponen
esensial tiroksin dan kelenjar tiroid. Peranan tiroksin adalah meningkatkan laju oksidasi
Sebagian besar iodium diserap melalui usus kecil, akan tetapi beberapa diantaranya
langsung masuk kedalam saluran darah melalui dinding lambung. Di dalam tubuh manusia
penyerapan iodium berlangsung sangat cepat yaitu dalam waktu 3–6 menit setelah makanan
dicerna dalam mulut. Sebagian besar iodium yang dicerna masuk kedalam kelenjar tiroid,
yang kadarnya sekitar 25 kali lebih tinggi dari iodium yang ada dalam darah. Membran
tiroid mempunyai kapasitas spesifik untuk memindahkan iodida ke bagian belakang
kelenjar. Dalam kelenjar tiroid, iodium bergabung dengan molekul tirosin membentuk
tiroksin (tetraiodotironin) dan tri-iodotironin. Hormon tersebut dikeluarkan kedalam saluran
darah menurut kebutuhan dan permintaan tubuh.
Hormon tiroid yang terdapat didalam tubuh manusia tersimpan lebih dari 95 % didalam
darah dan berbentuk tiroksin. Sedangkan didalam kelenjar gondok, tiroksin dan tri-
iodotironin bergabung dengan sebuah molekul protein kemudian akan diubah menjadi
trigolobulin dan merupakan bentuk iodium yang akan disimpan sebagai cadangan iodium
apabila sewaktu-waktu akan dibutuhkan.
Beaker Glass
2.
Corong
3.
4.
Stop Erlenmeyer
5.
Pipet Tetes
6.
Neraca Analitik
7.
Kaca Arloji
8.
Batang Pengaduk
9.
10.
Labu Ukur
11.
Gelas Ukur
III.2 BAHAN
No Gambar Nama
1.
2.
3.
Amilum
4.
KIO3
5. KI
6.
H2SO3
7.
8.
Garam
9.
Akuades