OLEH :
NAMA : MUHAMMAD IRVAN HASIBUAN
NIM : 4182210003
Jurusan : KIMIA
Program : S1 KIMIA
Kelompok : VI ( ENAM )
Tgl. Pelaksanaan : 16 MARET 2020
4.2 Bahan
V. PROSEDUR KERJA
a. Karbohidrat
1. Uji Molisch
5mL Larutan Glukosa, Fruktosa, Sukrosa, Laktosa, Pati, Maltosa dan Jagung
Larutan Benedict
3. Uji Barfoed
1 mL larutan Barfoed
4. Uji Seliwanoff
5 mL pereaksi Seliwanoff
b. Protein
1. Uji Ninhidrin
2 mL {Putih Telur;Albumin;Gelatin;kasein;Pepton;Fenol}
3. Uji Biuret
6. Denaturasi protein
1 Identifikasi Karbohidrat
Uji Molisch
Uji Iodium
Uji Ninhidrin
Uji Xantoprotein
2mL kasein + 1mL asam nitrat (p) , kasein + HNO3 = putih keruh,
dipanaskan. + tetes demi tetes NaOH dipanaskan = kuning pudar +
NaOH = kuning pudar
2mL pepton + 1mL asam nitrat (p) , Pepton + HNO3 = putih keruh,
dipanaskan. + tetes demi tetes NaOH dipanaskan = kuning pudar +
NaOH = kuning pudar
2mL fenol + 1mL asam nitrat (p) , Fenol + HNO3 = putih keruh,
dipanaskan. + tetes demi tetes NaOH dipanaskan = kuning + NaOH
= Oranye
Uji Biuret
Denaturasi Protein
B. REAKSI-REAKSI
KARBOHIDRAT
PROTEIN
Ninhidrin
Xantoprotein
Biuret
Denaturasi Protein
C. PEMBAHASAN
KARBOHIDRAT
Karbohidrat didefinisikan secara umum sebagai senyawa dengan rumus molekul
Cn(H2O)n. Karbohidrat adalah turunan aldehid atau keton dari alkohol polihidroksi
atau senyawa turunan sebagai hasil hidrolisis senyawa kompleks. Adanya
karbohidrat dalam suatu sampel dapat diidentifikasi dengan berbagai cara yaitu uji
Molisch, uji Benedict, uji Barfoed, uji Selliwanof, uji Iodium, uji Tauber dll.
1. Uji Molisch
Secara teori : Uji Molisch adalah uji yang didasarkan pada prinsip hidrolisis
karbohidrat menjadi monosakarida.Selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan
mengalami dehidrasi dengan asam pekat menjadi furfural, sementara golongan
heksosamenjadi hidroksi-metilfurfural menggunakan asam organik pekat.
PereaksiMolisch yang terdiri dariα-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan
furfuraltersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu kemerahan atau
merah lembayung.
Secara praktek : didapati hasil bahwa hasil untuk glukosa menghasilkan larutan
bewarna merah lembayung. Untuk fruktosa menghasilkan larutan bewarna merah
lembayung. Untuk sukrosa menghasilkan larutan bewarna merah lembayung. Untuk
laktosa menghasilkan larutan bewarna merah kecoklatan. Untuk maltose
menghasilkan larutan bewarna orange bening. Untuk larutan pati menghasilkan
larutan bewarna ungu tua. Untuk sampel(jagung) menghasilkan larutan bewarna
coklat kemerahan. Jadi jika dilihat hasil yang menunjukan positif mengandung
karbohidrat adalah glukosa, fruktosa, sukrosa, dan larutan pati sedangkan sampel
lainnya tidak sesuai teori. Adapun sampel yang tidak sesuai dengan teori belum tentu
tidak mengandung karbohidrat sebenarnya semua yang diuji mengandung karbohidrat
hal ini didasari adanya warna merah yang ditimbulkan Cincin kemerahan itu
terbentuk dari reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asamsulfat (asam organik pekat).Di
sini H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan
furfural.Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagen Molisch, α-naphtol membentuk
cincin yang berwarna ungu kemerah-merahan. Cincin ungu pada monosakarida lebih
banyak dibandingkan polisakaida karena polisakarida harus dihidrolisis menjadi
monosakarida (Rahayu Annyet al, 2005).
2. Uji Benedict
Secara teori : prinsip percobaan Benedict yaitu larutan-larutan tembaga yang basa
bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
membentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna kuning sampai merah (Hala dan
Hartono ,2012). Didasarkan atas reduksi kupri (Cu2+) menjadi kupro (Cu+). Jika
larutan tembaga dalam keadaan alkalis direduksi oleh KH yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas, maka akan membentuk endapan berwarna merah bata (Tim
Biokimia, 2020).
Secara praktek : Didapatkan hasil untuk glukosa menghasilkan dua fasa, yaitu
bagian atas terdapat endapan bewarna merah bata dan bagian bawah terdapat larutan
bewarna biru. Untuk fruktosa menghasilkan dua fasa, yaitu bagian atas terdapat
endapan bewarna merah bata dan bagian bawah terdapat larutan bewarna biru.
Sukrosa menghasilkan dua fasa, yaitu bagian atas terdapat endapan bewarna merah
bata dan bagian bawah terdapat larutan bewarna biru. Untuk laktosa menghasilkan
larutan bewarna biru. Untuk maltose menghasilkan larutan biru. Untuk pati
menghasilkan dua fasa, yaitu bagian atas terdapat endapan bewarna cream dan bagian
bawah terdapat larutan bewarna biru. Untuk sampel (jagung) Menghasilkan larutan
Berwarna kuning kehijauan. Jika dilihat dari hasil yang didapatkan bahan yang
mengandung karbohidrat dengan uji ini adalah sukrosa, glukosa, dan fruktosa.
Sedangkan bahan yang lain tidak menunjukan hasil positif, namun sebenarnya jika
dilihat dalam referensi lain menyebutkan bahwa jenis monosakarida seperti glukosa
dan fruktosa akan menghasilkan endapan merah bata, lalu pada disakarida laktosa dan
maltose akan menghasilkan warna hijau sampai orange kecuali sukrosa yang
berwarna biru. Perbedaan ini karena larutan tembaga yang alkalis bila direduksi
karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton yang bebas akan membentuk
cupro oksida yang berwarna hijau, orange, merah atau merah bata dan terdapat
enndapan merah bata, adapun endapan yang dihasilkan fruktosa akan lebih banyak
jika dibandingkan glukosa, hal ini dikarenakan molaritas yang tinggi dimiliki oleh
fruktosa sehingga gugus ketonnya lebih cepat mereduksi dibandingkan gugus aldehid
yang dimiliki glukosa. Jadi karbohidrat yang terkandung dalam jangung termasuk
disakarida karena menghasilkan warna kuning kehijauan.
3. Uji Barfoed
Secara teori : Uji ini memiliki prinsip yang sama seperti uji Benedict, yaitu reduksi
Cu2+ menjadi Cu+oleh karbohidrat yang memiliki gugus aldehida dan keton bebas.
Pereaksi Barfoed terdiri dari larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan
digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida
dapat mereduksi lebih cepat oleh disakarida. Oleh karena itu, larutan uji disakarida
tidak membentuk warna merah orange pada percobaan ini. Akan tetapi, membentuk
warna biru. Apabila menghasilkan warna merah bata (Poedjiadji, 2007).
Secara praktek : Didapatkan hasil glukosa Menghasilkan endapan bewarna merah.
Kemudian larutan ditambahkan fosfomolibdat menghasilkan larutan bewarna biru.
Untuk fruktosa menghasilkan endapan bewarna merah. Kemudian larutan
ditambahkan fosfomolibdat menghasilkan larutan bewarna biru. Untuk sukrosa
Menghasilkan endapan bewarna merah. Kemudian larutan ditambahkan fosfomolibdat
menghasilkan larutan bewarna biru. Untuk laktosa Menghasilkan endapan bewarna
biru. Kemudian larutan ditambahkan fosfomolibdat menghasilkan larutan tetap biru.
Untuk maltose Menghasilkan endapan bewarna biru. Kemudian larutan ditambahkan
fosfomolibdat menghasilkan larutan bening kebiruan. Untuk pati menghasilkan
larutan bewarna biru. Kemudian larutan ditambahkan fosfomolibdat warna larutan
bening kebiruan. Untuk sampel menghasilkan endapan bewarna biru. Kemudian
larutan ditambahkan fosfomolibdat menghasilkan larutan bewarna biru tua. Dapat
disimpulkan bahwa laktosa, maltosa, pati, dan sampel merupakan disakarida ditandai
dengan warna biru saat sesudah dan sebelum penambahan reagen fosfomolibdat
sedangkan glukosa, sukrosa dan fruktosa termasuk monosakarida, jadi hasil ini sesuai
dengan teori yang ada.
4. Uji Selliwanof
Secara teori : : pada percobaan scliwanoff, fruktosa akan bereaksi cepat dengan
membentuk warna merah. Zat-zat lain juga akan bereaksi seperti fruktosa apabila
pemanasan dilakukan lebih lama. Prinsip reaksinya berdasarkan atas pembentukan 4-
hidroksi metal fulfural yang membentuk senyawa berwarna ungu dengan adanya
resolsinol (1,3 –dihidroksi benzena). Reaksi positif menunjukan adanya warna
merah(Hala dan Hartono, 2012). Reaksi ini spesifik untuk ketosa yang ditunjukkan
dengan timbulnya warna merah(Tim Biokimia, 2020).
Secara praktek : Adapun hasil yang didapat glukosa Menghasilkan larutan bewarna
kuning bening. Untuk fruktosa menghasilkan larutan bewarna orange bening. Untuk
sukrosa menghasilkan larutan bening. Untuk laktosa menghasilkan larutan bening.
Untuk maltose menghasilkan larutan bewarna bening kekuningan. Untuk pati
menghasilkan larutan bening kekuningan dan ada endapan putih. Untuk sampel
menghasilkan larutan bewarna kuning bening. Jika dilihat dari hasil pada praktikum
ini tidak ada terdapat kesesuain dengan yaitu ditermukannya kandungan ketosa, jika
ditinjau dari literatur yang mempunya ketosa itu adalah sukrosa, laktosa dan maltosa,
adanya warna merah merupakan hasil kondensasi dari resorsinol yang sebelumnya
didahului pembentukan hidroksi metil fulfural, pembentukan hidroksi metil fulfural
berasal dari konversi fruktosa oleh asam klorik panas yang selanjutnya menghasilkan
asam livulenik dan hidroksi metil fulfural. ini bisa terjadi kesalahan saat pemanasan
larutan yang terlalu lama sehingga bereaksi kembali dengan zat-zat lain.
5. Uji iodium
Secara teori : uji iodium digunakan khusus menunjukkan adanya amilosa. Iodin
dengan amilum(pati) membentuk ikatan kompleks berwarna biru. tetapi jika
dipanaskan lebih dari 15 menit warna biru tersebut akan hilang (Tim Biokimia, 2020).
Secara praktek : Didapati hasil dari semua sampel yaitu agar-agar, jagung dan
tepung pati semuanya menunjukan hasil berwarna biru kehitaman, hal ini menunjukan
kesesuain dengan teori yang ada bahwa polisakarida akan membentuk reaksi
denganiodine dan memberikan warna spesifik tergantung jenis karbohidratnya.
Amilosa dan iodine berwarna biru, amilopektin merah coklat, glikogenn dan dekstrin
berwarna merah coklat (Septorini, 2008), jadi jenis kandungan yang paling banyak
dalam agar-agar, jagung dan tepung pati adalah amilosa karena menghasilkan
endapan biru kehitaman, sehingga didalamnya terkandung polisakarida.
1. Uji Ninhidrin
Secara teori : Uji ini dilakukan untuk membuktikan adanya asam amino bebas dalam
protein. Semua asam amino atau peptida yang mengandung asam alfa-amino bebas
akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Dalam
uji ini, digunakan pereaksi Ninhidrin 0,1% yang berfungsi sebagai oksidator yang
mereduksi asam amino.
Secara praktek : Adapun bahan yang diujikan adalah albumin, gelatin, kasein, dan
pepton. Albumin dan gelatin memiliki perbedaan pada unsur S (belerang) yang
terkandung di dalamnya. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil negatif pada setiap
bahan dengan perubahan menjadi bening keruh, namun hasil ini tidak sesuai dengan
teori yang menyebutkan bahwa seharusnya albumin, pepton dan gelatin seharusnya
positif hal ini didasari oleh sebelum mengalami perubahan warna, sebelumnya
terbentuk hasil antara hidridantin. Setelah mengalami oksidasi, gugus amino terpecah
menjadi NH3 dan asam karboksilat. Hidridantin dan amonia yang bereaksi
membentuk warna biru dan melepasakan CO2 dan asam karboksilat. Perbedaan hasil
ini dimungkinkan terjadi karena semua bahan sudah mengalami denaturasi sehingga
sulit diidentifikasi.
2. Uji Xantoprotein
Secara teori : Uji xantroprotein bertujuan untuk membuktikan adanya cincin benzena
pada protein. Tidak semua protein mengandung asam amino yang mengandung cincin
benzena. Reaksi pada uji xantroprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena yang
terdapat pada molekul protein. Jika protein yang mengandung cincin benzene
ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan putih yang dapat
berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam
suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga.
Secara praktek : : Adapun bahan yang diujikan adalah albumin, gelatin, kasein, fenol
, dan pepton. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil semua bahan setelah
ditambahkan HNO3 dan dipanaskan menghasilkan warna kuning kecuali gelatin
bening. Lalu setelah ditambahkan NaOH semuanya menghasilkan warna orange
kecuali gelatin yang tetap bening. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil uji positif
mengandung cincin benzen adalah albumin, kasein, fenol, dan pepton. Untuk gelatin
ketika direaksikan menunjukkan hasil yang negatif, ini mengindikasikan bahwa
gelatin tidak punya ikatan rangkap dua yang bisa beresonansi dalam cincin
benzenanya.
3. Uji Biuret
Secara teori : Uji ini bertujuan untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida
dari protein berdasarkan reaksi warna. Reaksi berdasarkan adanya ikatan peptida,
reaksi positif terjadi dengan adanya perubahan warna menjadi ungu untuk ikatan
peptida panjang dan merah muda untuk ikatan peptida pendek, sehingga warna yang
terjadi tergantung pada panjang pendeknya ikatan peptida. Perubahan warna
disebabkan terjadinya senyawa antara Cu dan N dari ikatan peptida dan O dari air,
Asam amino memberikan reaksi biuret negatif, sebab tidak ada ikatan peptida. Ion
CU2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida
atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu (violet).
Secara praktek : Adapun bahan yang diujikan adalah albumin, gelatin, kasein, fenol ,
dan pepton. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil bahwa perubahan warna pada
albumin menghasilkan warna ungu, lalu pada gelatin menghasilkan warna ungu, pada
gelatin menghasilkan larutan bening, pada pepton menghasilkan warna lembayung
cenderung ungu, dan pada fenol menghasilkan larutan bening dan menghasilkan buih
pada permukaan larutan. Dapat dilihat bahwa uji positifnya adalah pada albumin,
gelatin, dan pepton. Warna ungu yang dibentuk menandakan albumin, gelatin dan
pepton sebagai protein kompleks dimana ia mempunyai lebih dari dua ikatan peptide.
Adapun terdapat ketidaksesuain dengan teori pada kafein yang seharusnya
menghasilkan warna ungu, Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya,
konsentrasi yang rendah dan melakukan pengocokan yang dimana pada prosedur
kerja tidak dilakukan bisa menjadi penyebabnya. Sedangkan Untuk fenol , ketika
direaksikan tidak terjadi perubahan warna (larutan tetap bening). Hal ini menunjukkan
bahwa glisin hanya mengandung dua ikatan peptida (dipeptida).
4. Uji Pengendapan Protein oleh Logam
Secara teori : Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh logam berat seperti
Ag,Pb, dan Hg akan berikatan dengan karboksilat bebas di dalam molekul protein
membentuk endapan logam proteinat. Ikatan yang terbentuk amat kuat dan akan
memutuskan jembatan garam, sehingga potein mengalami denaturasi. Jadi garam
logam sangat berbahaya bila sampai termakan karena logam tersebut akan
mendenaturasi sekaligus mengendapkan protein sel-sel tubuh (Tim Biokimia, 2020)
Secara praktek : Adapun bahan yang diujikan adalah albumin yang ditambahkan
beberapa logam seperti HgCl2, AgNO3, dan Pb asetat. Berdasarkan percobaan
didapatkan hasil bahwa perubahan warna pada albumin setelah ditambahkan ketiga
logam secara terpisah adalah menghasilkan warna putih keruh dan terdapat buih
gelembung pada permukaan, hal ini tidak sesuai dengan teori seharusnya terdapat
endapan hasil denaturasi oleh logam. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
perbedaaan ini salah satunya adalah kelarutan zat pada albumin . banyak sedikitnya
endapan tergantung dari bilangan oksidasi senyawa, jika bilangan oksidasi sama,
maka penentuannya kemudian dilanjutkan dengan melihat kedudukannya dalam
sistem periodik.
6. Denaturasi Protein
Secara teori : Denaturasi protein didefinisikan sebagai suatu keadaan telah terjadi
perubahan struktur protein yang mencakup bentuk dan lipatan molekul, tanpa
menyebabkan pemutusan atau kerusakan ikatan antar asam amino dalam struktur
primer protein. Protein yang mengalami denaturasi kelarutannya berkurang. Karena
itu akan mengendap pada titik isolistriknya. Apabila terdapat garam-garam anorganik
dengan presentasi tinggi dalam larutan maka kelarutannya akan berkurang, sehingga
mengakibatkan pengendapan. Teori menyebutkan bahwa sifat ini terjadi karena
kamampuan ion garam untuk terhidrasi, sehingga berkompetisi dengan molekul
protein untuk mengikat air.
Secara praktek : Adapun bahan yang digunakan adalah albumin telur dan kacang
tanah sebagai sampel. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil bahwa pada albumin
semua uji menghasilkan larutan bening, sedangkan pada kacang tananh menghasilkan
perubahan menjadi putih pada endapan kacang tanh. Jika dilihat hasil ini tentu tidak
sesuai dengan yang diharapkan dan teori yang seharusnya menghasilkan endapan,
perbedaan ini dapat diakibatkan beberapa faktor salah satunya adalah kelarutan dari
bahan yang sangat tinggi sehingga sulit mengendap ataupun dikarenakan sifat ion
pada bahan yang sulit untuk terhidrasi, sehingga tidak terjadi kompetisi dengan
molekul protein untuk mengikat air.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan,
1. Perubahan yang terjadi pada uji molisch, uji benedict dan uji iodium
Uji Molisch terhadap Glukosa menghasilkan Larutan merah lembayung, Fruktosa
menghasilkan Larutan merah lembayung, Sukrosa menghasilkan Larutan Merah
lembayung, Laktosa menghasilkan Larutan Merah kecokelatan, pati menghasilkan
Larutan berwarna ungu tua, maltosa menghasilkan Larutan orange bening, Jagung
menghasilkan Berwarna cokelat kehitaman.
Uji benedict Glukosa menghasilkan 2 fasa, bagian atas terdapat endapan merah bata
dan bagian bawah larutan berwarna biru, Fruktosa menghasilkan 2 fasa, bagian atas
berwarna endapan merah abta dan bagian bawah larutan berwarna biru, Sukrosa lart
biru dan warna merah bata di bagian atas, Laktosa larutan biru, Pati larutan biru,
endapan putih, Maltosa larutan biru, Jagung larutan kuning kehijauan.
Uji iodium terhadap Tepung pati menghasilkan berwarna biru kehitaman, Fruktosa
menghasilkan berwarna biru kehitaman, Jagung menghasilkan berwarna biru
kehitaman.
2. Perubahan yang terjadi pada uji ninhidrin terhadap Albumin menghasilkan berwarna
keruh, Gelatin menghasilkan berwarna keruh, Kasein menghasilkan berwarna keruh,
Pepton menghasilkan berwarna keruh.
3. Perubahan yang terjadi pada uji xantoprotein, terhadap Putih Telur menghasilkan warna
Oranye, Albumin menghasilkan warna Oranye, Gelatin menghasilkan warna bening,
kasein menghasilkan warna kuning pudar, pepton menghasilkan warna kuning pudar,
Fenol menghasilkan warna Oranye
2. Uji molisch bukan merupakan uji spesifik karbohidrat Karena prinsip uji ini
adalah pembentukan furtural atau turunan-turunan dari karbohidrat. Sehingga
karbohidrat tidak secara langsung terdeteksi melainkan dehidras terlebih dahulu
menjadi monosakarida.
3. Hasil jenis karbohidrat yang memberikan hasi positif dan negative terhadap uji
benedict, sebagai berikut:
4. Fungsi Natrium Sulfat pada uji benedict adalah sebagai zat pengkompleks, untuk
mencegah terjadinya pengendapan CuCO3 dalam larutan Natrium Bikarbonat.
5. Pada uji Barfoed, jika pemanasan dilakukan terlalu lama maka akan menyebabkan
endapan endapan merah bata yang terbentuk akan semakin banyak.
6. Perbedaan pereaksi barfoed dengan pereaksi benedict ialah bahwa pereaksi
barfoed digunakan pada suasana asam (bersifat asam lemah) sedangkan pereaksi
benedict digunakan pada suasana basa (bersifat basa lemah).
7. Uji seliwanoff sebenarnya bias digunakan untuk membedakan sukrosa dan
fruktosa Karena fruktosa akan meberikan reaksi yang cepat sedangkan sukrosa
memeberikan reaksi yang lambat. Karena walaupun sukrosa mempunyai gugus
ketosa tetapi sukrosa adalah hasil dari fruktosa dan glukosa jadi akan memerlukan
waktu yang lama dalam perubahan warnanya.
8. Dua jenis pentose di dalam sel-sel makhluk yang merupakan komponen dari
nucleoprotein adalah ribose dan deoksiribosa.
9. Struktur pati:
b. Hidrolisis sukrosa:
C12H22O11 + H2O → C6H12O6 + C6H12O6
(sukrosa) (glukosa) (fraktosa)
c. Hidrolisis amilum:
Hidrolisis pati yaitu polisakarida mula-mula menghasilkan maltose dan
kemudian glukosa.
(C6H10O5)n + H2O → C12H22O11
(amilum) (maltose)
Uji Biuret
Larutan Albumin + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan berwarna
bening keunguan
Larutan gelatin + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan berwarna ungu
Larutan kasein + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan Bening
Larutan pepton + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan berwarna
lembayung
Larutan fenol + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan bening
Uji Pengendapan Protein Oleh Garam
Denaturasi Protein
Akram, M., Asif H. M., Uzair M., Akhtar N., Madni A., Shah S. M. A., Hasan Z. U.,
Ullah A., (2011), Amino Acids: Areview Article, Journal Of Medicinal Plants
Research, 5(17) : 1-4.
Almatsier, S.,(2004), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Purtaka Utama : Jakarta.
Wu, Guoyao, (2016), Dietary Protein Intake And Human Health, Food And
Functions, 7(1): 1251-1265.
2. Uji Benedict
4. Uji Selliwanof
5. Uji Iodium
7. Uji Biuret