Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Mata Kuliah : PRAKTIKUM BIOMOLEKULER


REAKSI IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT, PROTEIN
DAN ASAM AMINO

OLEH :
NAMA : MUHAMMAD IRVAN HASIBUAN
NIM : 4182210003
Jurusan : KIMIA
Program : S1 KIMIA
Kelompok : VI ( ENAM )
Tgl. Pelaksanaan : 16 MARET 2020

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
I. JUDUL PERCOBAAN : REAKSI IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT,
PROTEIN DAN ASAM AMINO
II. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Mengetahui perubahan yang terjadi pada uji molisch, uji benedict dan uji
iodium
2. Mengetahui perubahan yan terjadi pada uji ninhidrin.
3. Mengetahui perubahan yang terjadi pada uji xantoprotein.

III. TINJAUAN TEORITIS


Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia yang
befungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat sebagai zat gizi
merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur molekul yang
berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dari sudut kimia dan fungsinya.
Semua karbohidrat terdiri atas unsur Carbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).
Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi menjadi dua golongan yaitu karbohidrat
sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri atas monosakarida
yang merupakan molekul dasar dari karbohidrat, disakarida yang terbentuk dari dua
monosa yang dapat saling terikat, dan oligosakarida yaitu gula rantai pendek yang
dibentuk olh galaktosa, glukosa dan fruktosa. Karbohidrat kompleks terdiri atas
polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua ikatan monosakarida dan serat yang
dinamakan juga polisakarida nonpati. Fungsi lain karbohidrat yaitu pemberi rasa manis
pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran
feses (Almatsier, 2004).
Protein berasal dari bahasa Yunani “ Proteios” yang berarti prima atau primer. Istilah
ini sangat tepat dalam nutrisi, karena protein merupakan komponen paling mendasar dari
jaringan pada hewan dan manusia. Suatu protein biasanya mengandung 20 asam amino
dengan berbagai variasi yang berbeda, yang dihubungkan melalui ikatan peptida. Asam
amino menyediakan nitrogen, kerangka hidrokarbon, dan belerang (komponen penting
organisme), sehingga tidak dapat diganti dengan nutrisi lain (Wu, 2016).
Asam amino adalah unit dasar penyusun protein, asam amino mengandung gugus
amino dan gugus karboksilat. Asam amino memainkan peran utama dalam mengatur
berbagai proses terkait ekspresi gen termasuk modulasi fungsi protein yang memediasi
messenger RNA. Jika tubuh kekurangan asam amino, maka sintesis protein tidak terjadi.
Sebagai akibatnya penyakit defisiensi protein dapat terjadi. Asam amino spesifik secara
akut dan secara kronis mengatur sekresi insulin. Asam amino dikategorikan menjadi dua
yaitu asam amino essensial dan asam amino non-essensial (Akram dkk.,2011).
IV. ALAT DAN BAHAN
4.1 Alat

No Nama Alat Ukuran Jumlah


1 Tabung Reaksi - 6 buah
2 Penjepit Tabung - 4 buah
3 Pipet Tetes - 6 buah
4 Gelas Ukur 10 Ml 1 buah
5 Corong Kaca - 1 buah
6 Beaker Glass 500 mL 1 buah
7 Penangas Air - 1 set

4.2 Bahan

No Nama Bahan Rumus Kimia Konsentrasi Wujud Warna Jumlah


1 Glukosa C6H12O6 - Cair Bening 7 mL
2 Fruktosa C6H12O6 - Cair Kuning 7 mL
bening
3 Sukrosa C12H22O11 - Cair Bening 7 mL
4 Laktosa C12H22O11 - Cair Bening 7 mL
5 Pati C6H12O16 - Cair Putih 8 gr
6 Maltosa C12H10O5 - Padat Bening 7 mL
7 Jagung C6H12O16 - Padat Kuning 8 gr
8 Kacang tanah CN2H8O3 - Padat Putih keruh 9 gr
9 Pereaksi C10H7OH - Cair Coklat 2 mL
Molisch bening
10 Asam sulfat H2SO4 Pekat Cair Bening 2 mL
11 Larutan CuSO4.5H2O - Cair Biru muda 30 mL
benedict
12 Larutan Cu(CH3COO)2H2 - Cair Biru muda 6 mL
barfoed
13 Pereaksi (NH4)2(Pmo12O44) - Cair Bening 6 mL
fosfomolibdad
14 Pereaksi C17H33COOH - Cair Bening 30 mL
seliwanoff kekuningan
15 Tepung agar- C12H14O(OH)4)n - Padat Putih 1 gr
agar kekuningan
16 Larutan iodium I2 0,1 M Cair Orange 1 mL
17 Larutan C6H10O5 - Cair Biru tua 4 mL
amilum
18 albumin C4N2H8O3 - Cair Bening 35 mL
19 Gelatin C102H151N31 - Cair Bening 8 mL
20 Kasein C4N2H8O3 - Cair Bening 8 mL
21 Pepton C4N2H8O3 - Cair Kuning 8 mL
bening
22 Fenol C6H5OH - Cair Bening 5 mL
23 Larutan C9H6O4 - Cair Bening 2 mL
Ninhidrin
24 Asam nitrat HNO3 Pekat Cair Bening 1 mL
25 Natrium NaOH - Cair Bening 3 mL
hidroksida
26 Tembaga (II) CuSO4 - Cair Bening 1mL
sulfat
27 Raksa (II) HgCl2 - Cair Bening 1mL
klorida
28 Perak nitrat AgNO3 - Cair Bening 1mL
29 Timbal asetat PbCH3COO - Cair Bening 1mL
30 Buffer asetat CH3COO- - Cair Bening 21 mL
31 Asam klorida HCl - Cair Bening 1mL
32 Amonium (NH4)2SO4 - Padat Putih 1 gr
sulfat

V. PROSEDUR KERJA
a. Karbohidrat
1. Uji Molisch
5mL Larutan Glukosa, Fruktosa, Sukrosa, Laktosa, Pati, Maltosa dan Jagung

Dimasukkan kedalam 7 tabung reaksi

Di (+)kan 4 tetes pereaksi molisch pada


setiap tabung dan diaduk

Di (+)kan 3mL asam sulfat pekat


melalui dinding tabung secara
perlahan
 Glukosa + Molisch + asam sulfat = larutan merah lembayung
 Fruktosa + Molisch + asam sulfat = larutan merah lembayung
 Sukrosa+ Molisch + asam sulfat = merah lembayung
 Laktosa+ Molisch + asam sulfat = merah kecokelatan
 Pati + Molisch + asam sulfat = larutan ungu tua
 Maltosa+ Molisch + asam sulfat = larutan berwarna orange
bening
 Jagung+ Molisch + asam sulfat = cokelat kehitaman
2. Uji Benedict

Larutan Benedict

Dimasukkan kedalam 7 tabung reaksi

Di (+)kan kedalam masing-masing tabung


8 tetes lart. Glukosa, fruktosa, sukrosa,
laktosa, pati, maltosa dan jagung

Dipanaskan dalam penangas air selama 5


menit dan dibiarkan dingin

 Glukosa + lart. Benedict (dipanaskan) = menghasilkan 2 fasa, yaitu


bagian atas endapan merah bata, bagian bawah larutan berwarna biru.
 Fruktosa + lart. Benedict (dipanaskan) = menghasilkan 2 fasa, yaitu
bagian atas endapan merah bata, bagian bawah larutan berwarna biru.
 Sukrosa + lart. Benedict (dipanaskan) = lart. biru dan warna merah
bata di bagian atas
 Laktosa + lart. Benedict (dipanaskan) = larutan biru
 Pati + lart. Benedict (dipanaskan) = larutan biru, endapan putih
 Maltosa + lart. Benedict (dipanaskan) = larutan biru
 Jagung + lart. Benedict (dipanaskan) = larutan kuning kehijauan

3. Uji Barfoed

1 mL larutan Barfoed

Dimasukkan kedalam 7 tabung reaksi

Di(+)kan 1mL larutan glukosa, fruktosa,


sukrosa, laktosa, pati, maltosa dan jagung

Dipanaskan dalam penangas air selama 5


menit dan dibiarkan dingin

Di(+)kan 1mL pereaksi fosfomolibdat, dan


dikocok
 Glukosa + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad =
menghasilkan endapan merah bata setelah dipanaskan, di(+)
fosfomolibdat larutan berwarna biru.
 Fruktosa + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad = endapan
merah bata setelah dipanaskan, di(+) fosfomolibdat larutan berwarna
biru.
 Sukrosa + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad = biru dengan
warna merah dibawah
 Laktosa + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad = warna biru
 Pati + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad = bening kebiruan +
endapan biru
 Maltosa + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad = bening
kebiruan
 Jagung + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad = warna biru tua

4. Uji Seliwanoff

5 mL pereaksi Seliwanoff

Dimasukkan kedalam 7 tabung reaksi

Di(+)kan 8 tetes larutan glukosa, fruktosa,


sukrosa, laktosa, pati, maltosa dan jagung.

Dipanaskan pada penangas air selama 1 menit

 Glukosa + lart seliwanoff (dipanaskan) = menghasilkan larutan


kuning bening
 Fruktosa + lart seliwanoff (dipanaskan) = menghasilkan larutan
berwarna orange
 Sukrosa + lart seliwanoff (dipanaskan) = lart bening
 Laktosa + lart seliwanoff (dipanaskan) = lart bening
 Pati + lart seliwanoff (dipanaskan) = lart. Bening kekuningan
(endapan putih)
 Maltosa + lart seliwanoff (dipanaskan) = bening kekuningan
 Jagung + lart seliwanoff (dipanaskan) = larutan bening ke orange
5. Uji Iodium

Tepung pati, tepung agar-agar dan jagung

Dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi

Di(+)kan 4 tetes lart. Iodium dan dicampur hingga


rata

Di(+)kan 2mL lart. Amilum 2% dan 5 tetes Lart.


iodium

Dipanaskan beberapa menit dan didinginkan

 Tepung pati + iodium = berwarna biru kehitaman


 Fruktosa + iodium = berwarna biru kehitaman
 Jagung + iodium = berwarna biru kehitaman

b. Protein
1. Uji Ninhidrin

3 mL albumin, gelatin, kasein,


pepton

Masing –masing dimasukkan kedalam 4 tabung berbeda

Ditambahkan 0,5 mL larutan ninhidrin 1 % kedalam


masing-masing tabung

Dipanaskan selama 10 menit

 Albumin berwarna keruh


 Gelatin berwarna keruh
 Kasein berwarna keruh
 Pepton berwarna keruh
2. Uji Xantoprotein
2. Uji Xantoprotein

2 mL {Putih Telur;Albumin;Gelatin;kasein;Pepton;Fenol}

Dimasukkan dalam tabung berbeda

Ditambahkan 1 mL HNO3 pekat

Ditambahkan 1 mL HNO3 pekat

ditambahkan tetes demi tetes NaOH pekat

 Putih Telur + HNO3 : putih keruh, (dipanaskan): Kuning, + NaOH;


Oranye

 Albumin + HNO3 : putih keruh, (dipanaskan): Kuning, + NaOH; Oranye

 Gelatin + HNO3 : bening , (dipanaskan): bening, + NaOH: bening

 kasein + HNO3 : putih keruh, (dipanaskan): Kuning pudar, + NaOH;


kuning pudar

 pepton + HNO3 : putih keruh, (dipanaskan): Kuning pudar, + NaOH;


kuning pudar

 Fenol + HNO3 : putih keruh, (dipanaskan): Kuning, + NaOH; Oranye

3. Uji Biuret

3 mL albumin, gelatin, kasein, pepton, dan fenol

Masing –masing dimasukkan kedalam 5 tabung


berbeda

Masing –masing dimasukkan kedalam 5 tabung


berbeda

Ditambahkan 2 tetes larutan CuSO4 0,1 % kedalam


masing-masing tabung, Dikocok sampai ada
perubahan warna.
 Larutan Albumin + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan
berwarna bening keunguan
 Larutan gelatin + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan
berwarna ungu
 Larutan kasein + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan
Bening
 Larutan pepton + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan
berwarna lembayung
 Larutan fenol + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan bening
4. Uji Pengendapan Protein Oleh Logam

3 mL larutan Albumin telur

Dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi berbeda

Ditambahkan tiap tabung masing masing 5 tetes


HgCl2, AgNO3, PbCH3COO

 HgCl2 Setelah larutan dicampurkan menghasilkan larutan putih


keruh dengan buih dipermukaan larutan

 AgNO3 menghasilkan larutan putih keruh

 PbCH3COO menghasilkan warna larutan putih keruh dengan


buih dipermukaan larutan

5. Uji Pengendapan Protein Oleh Garam

10 mLlarutan albumin telur

Dimasukkan kedalam erlenmeyer

Dijenuhkan larutan dengan garam (NH4)2SO4

Disaring setelah mencapai titik jenuh


Diuji kelarutan dengan air

Diuji endapan dengan pereaksi millon dan


filtrat dengan pereaksi biuret

Albumin + (NH4)2SO4 menghasilkan 2 fase larutan bening dan endapan


bening.
Percobaan hanya dilakukan sampai disini dikarenakan pelarut millon daan
biuret tidak tersedia.

6. Denaturasi protein

Kacang tanah, dan 9 mL albumin

Dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi berbeda

Masing –masing ditambahkan HCl 0,1 M


sebanyak 1 mL

Ditempatkan dalam air mendidih selama 15 menit

Didinginkan dan perhatikan apa yang terjadi

Ditambahkan 10 mL buffer asetat pH 4,7

 Kacang tanah + HCl menghasilkan warna putih lalu


dipannaskan didinginkan dan ditambah buffer asetat warnanya
tetap putih
 Albumin + HCl = menghasilkan larutan bening lalu setelah
dipanaskan dan ditambah buffer asetat tetap bening
Kacang tanah, dan 9 mL albumin

Dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi berbeda

Masing –masing ditambahkan NaOH 0,1 M sebanyak 1 mL

Ditempatkan dalam air mendidih selama 15 menit

Didinginkan dan perhatikan apa yang terjadi

Ditambahkan 10 mL buffer asetat pH 4,7

 Kacang tanah + NaOH menghasilkan warna kuning , lalu dipanaskan,


didinginkan dan ditambah larutan buffer asetat menjadi putih
 Albumin + NaOH = menghasilkan larutan bening lalu setelah
dipanaskan dan ditambah buffer asetat tetap bening

Kacang tanah, dan 9 mL albumin

Dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi berbeda

Masing –masing ditambahkan buffer asetat pH 4,7


sebanyak 1 mL

Ditempatkan dalam air mendidih selama 15 menit

Didinginkan dan perhatikan apa yang terjadi

 kacang tanah + buffer asetat menghasilkan warna putih


 albumin ditambah buffer asetat menghasilkan warna bening
VI. HASIL PERCOBAAN/ REAKSI-REAKSI/ PEMBAHASAN
A. TABEL HASIL PENGAMATAN

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Identifikasi Karbohidrat

Uji Molisch

 5mL Glukosa + 4 tetes Pereaksi Molisch + larutan merah lembayung


3mL asam sulfat (p)

 5mL Fruktosa + 4 tetes Pereaksi Molisch + larutan merah lembayung


3mL asam sulfat (p)

 5mL Sukrosa + 4 tetes Pereaksi Molisch + Larutan Merah lembayung


3mL asam sulfat (p)

 5mL Laktosa + 4 tetes Pereaksi Molisch + Larutan Merah kecokelatan


3mL asam sulfat (p)

 Pati + 4 tetes Pereaksi Molisch + 3mL Larutan berwarna ungu tua


asam sulfat (p)

 5mL maltosa + 4 tetes Pereaksi Molisch + Larutan orange bening


3mL asam sulfat (p)

 Jagung + 4 tetes Pereaksi Molisch + 3mL Berwarna cokelat kehitaman


asam sulfat (p)

Uji Benedict Menghasilkan 2 fasa, yaitu


bagian atas endapan merah
 8 tetes glukosa + larutan benedict, bata, bagian bawah larutan
dipanaskan dan dibiarkan dingin berwarna biru.

 8 tetes fruktosa + larutan benedict, Menghasilkan 2 fasa, yaitu


dipanaskan dan dibiarkan dingin bagian atas endapan merah
bata, bagian bawah larutan
berwarna biru.

 8 tetes sukrosa + larutan benedict, Larutan biru dengan warna


dipanaskan dan dibiarkan dingin merah bata pada bagian atas

 8 tetes laktosa + larutan benedict, Larutan biru


dipanaskan dan dibiarkan dingin

 Pati + larutan benedict, dipanaskan dan Larutan biru + endapan putih


dibiarkan dingin

 8 tetes maltosa+ larutan benedict, Larutan berwarna biru


dipanaskan dan dibiarkan dingin

 Jagung + larutan benedict, dipanaskan dan Berwarna kuning kehijauan


dibiarkan dingin

Uji Barfoed Menghasilkan endapan merah


bata setelah dipanaskan, di(+)
 1mL Glukosa + 1mL lart.Barfoed, fosfomolibdat larutan
dipanaskan + 1 mL pereaksi fosfomolibdat berwarna biru.

 1mL Fruktosa + 1mL lart.Barfoed, Endapan merah bata setelah


dipanaskan + 1 mL pereaksi fosfomolibdat dipanaskan, di(+)
fosfomolibdat larutan
berwarna biru.

 1mL sukrosa + 1mL lart.Barfoed, Larutan biru dengan warna


dipanaskan + 1 mL pereaksi fosfomolibdat merah dibawah

 1mL laktosa + 1mL lart.Barfoed, Larutan biru


dipanaskan + 1 mL pereaksi fosfomolibdat

 Pati + 1mL lart.Barfoed, dipanaskan + 1 Larutan bening kebiruan +


mL pereaksi fosfomolibdat endapan biru muda

 1mL maltosa + 1mL lart.Barfoed, Berwarna Bening kebiruan


dipanaskan + 1 mL pereaksi fosfomolibdat

 Jagung + 1mL lart.Barfoed, dipanaskan + Berwarna biru tua


1 mL pereaksi fosfomolibdat

Uji Seliwanoff Menghasilkan larutan kuning


bening
 8 tetes glukosa + 5mL lart. Seliwanoff ,
dipanaskan

 8 tetes frukosa + 5mL lart. Seliwanoff , Menghasilkan larutan


dipanaskan berwarna orange

 8 tetes sukrosa + 5mL lart. Seliwanoff , Larutan bening


dipanaskan

 8 tetes laktosa + 5mL lart. Seliwanoff , Larutan bening


dipanaskan

 Pati + 5mL lart. Seliwanoff , dipanaskan Larutan bening kekuningan ,


endapan putih

 8 tetes maltosa + 5mL lart. Seliwanoff , Larutan bening kekuningan


dipanaskan

 Jagung + 5mL lart. Seliwanoff , Larutan bening orange


dipanaskan

Uji Iodium

 Jagung + 4 tetes Lart. Iodium + 2mL lart Berwarna biru kehitaman


amilum 2%, dipanaskan

 Tepung Pati + 4 tetes Lart. Iodium + 2mL Berwarna biru kehitaman


lart amilum 2%, dipanaskan

 Tepung agar-agar + 4 tetes Lart. Iodium + Berwarna biru kehitaman


2mL lart amilum 2%, dipanaskan

2 Identifikasi Protein dan Asam Amino

Uji Ninhidrin

 3mL albumin + 0,5mL lart. Ninhidrin 1%, Larutan keruh


dipanaskan 10menit

 3mL gelatin + 0,5mL lart. Ninhidrin 1%, Larutan keruh


dipanaskan 10menit

 3mL kasein + 0,5mL lart. Ninhidrin 1%, Larutan bening


dipanaskan 10menit

 3mL pepton + 0,5mL lart. Ninhidrin 1%, Larutan kuning bening


dipanaskan 10menit

Uji Xantoprotein

 2mL albumin + 1mL asam nitrat (p) , Albumin + HNO3 = putih


dipanaskan. + tetes demi tetes NaOH keruh, dipanaskan = kuning +
NaOH = Oranye

 2mL gelatin + 1mL asam nitrat (p) , Gelatin + HNO3 = bening,


dipanaskan. + tetes demi tetes NaOH dipanaskan = bening + NaOH
= bening

 2mL kasein + 1mL asam nitrat (p) , kasein + HNO3 = putih keruh,
dipanaskan. + tetes demi tetes NaOH dipanaskan = kuning pudar +
NaOH = kuning pudar

 2mL pepton + 1mL asam nitrat (p) , Pepton + HNO3 = putih keruh,
dipanaskan. + tetes demi tetes NaOH dipanaskan = kuning pudar +
NaOH = kuning pudar

 2mL fenol + 1mL asam nitrat (p) , Fenol + HNO3 = putih keruh,
dipanaskan. + tetes demi tetes NaOH dipanaskan = kuning + NaOH
= Oranye
Uji Biuret

 3mL albumin + 1mL NaOH 10% + 2 tetes menghasilkan larutan


CuSO4 0,1% berwarna bening keunguan

 3mL gelatin + 1mL NaOH 10% + 2 tetes Menghasilkan larutan


CuSO4 0,1% berwarna ungu

 3mL kasein + 1mL NaOH 10% + 2 tetes Menghasilkan larutan Bening


CuSO4 0,1%

 3mL pepton + 1mL NaOH 10% + 2 tetes Menghasilkan larutan


CuSO4 0,1% berwarna lembayung

 3mL fenol + 1mL NaOH 10% + 2 tetes Menghasilkan larutan bening


CuSO4 0,1%

Uji Pengendapan Protein oleh Logam Menghasilkan larutan putih


keruh dengan buih dipermukaan
 3mL larutan albumin telur + 5 tetes Lart. larutan
HgCl2

 3mL larutan albumin telur + 5 tetes Lart. Menghasilkan larutan putih


AgNO3 keruh

 3mL larutan albumin telur + 5 tetes Lart. Menghasilkan warna larutan


Pb-Asetat putih keruh dengan buih
dipermukaan larutan

Uji Pengendapan Protein Oleh Garam

 10mL albumin Telur dijenuhkan dengan Terbentuk 2 fase, larutan


garam (NH4)2SO4, diaduk dan disaring. bening dan dan endapan
bening.
 Endapan + Pereaksi Millon
Percobaan hanya dilakukan
 Filtrate + Pereaksi Biuret sampai disini dikarenakan
pelarut millon dan biuret tidak
tersedia.

Denaturasi Protein

 9mL albumin telur + 1mL HCl 0,1M, Larutan bening


dipanaskan 15 menit, + 10mL lart. Buffer
Asetat pH 4,7

 9mL albumin telur + 1mL NaOH 0,1M, Larutan bening


dipanaskan 15 menit, + 10mL lart. Buffer
Asetat pH 4,7

 9mL albumin telur + 1mL lart. Buffer Larutan bening


Asetat pH 4,7 ,dipanaskan 15 menit
 Kacang tanah + 1mL HCl 0,1M, Larutan + kacang berwarna
dipanaskan 15 menit, + 10mL lart. Buffer putih
Asetat pH 4,7

 Kacang tanah + 1mL NaOH 0,1M, Kacang tanah + NaOH =


dipanaskan 15 menit, + 10mL lart. Buffer Kuning, setalah dipanaskan
Asetat pH 4,7 dan di (+) buffer asetat
menjadi berwarna putih

 Kacang Tanah + 1mL lart. Buffer Asetat Larutan + kacang berwarna


pH 4,7 ,dipanaskan 15 menit putih

B. REAKSI-REAKSI
KARBOHIDRAT

 Reaksi Uji Molisch

 Reaksi Uji Benedict


 Reaksi Uji Barfoed

 Reaksi Uji Seliwanoff

 Reaksi Uji Iodium

PROTEIN
 Ninhidrin
 Xantoprotein

 Biuret

 Pengendapan Protein Oleh Logam

Pengendapan dengan HgCl2


Pengendapan dengan Pb Asetat

Pengendapan dengan AgNO3

 Denaturasi Protein

C. PEMBAHASAN
KARBOHIDRAT
Karbohidrat didefinisikan secara umum sebagai senyawa dengan rumus molekul
Cn(H2O)n. Karbohidrat adalah turunan aldehid atau keton dari alkohol polihidroksi
atau senyawa turunan sebagai hasil hidrolisis senyawa kompleks. Adanya
karbohidrat dalam suatu sampel dapat diidentifikasi dengan berbagai cara yaitu uji
Molisch, uji Benedict, uji Barfoed, uji Selliwanof, uji Iodium, uji Tauber dll.

1. Uji Molisch

Secara teori : Uji Molisch adalah uji yang didasarkan pada prinsip hidrolisis
karbohidrat menjadi monosakarida.Selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan
mengalami dehidrasi dengan asam pekat menjadi furfural, sementara golongan
heksosamenjadi hidroksi-metilfurfural menggunakan asam organik pekat.
PereaksiMolisch yang terdiri dariα-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan
furfuraltersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu kemerahan atau
merah lembayung.

Secara praktek : didapati hasil bahwa hasil untuk glukosa menghasilkan larutan
bewarna merah lembayung. Untuk fruktosa menghasilkan larutan bewarna merah
lembayung. Untuk sukrosa menghasilkan larutan bewarna merah lembayung. Untuk
laktosa menghasilkan larutan bewarna merah kecoklatan. Untuk maltose
menghasilkan larutan bewarna orange bening. Untuk larutan pati menghasilkan
larutan bewarna ungu tua. Untuk sampel(jagung) menghasilkan larutan bewarna
coklat kemerahan. Jadi jika dilihat hasil yang menunjukan positif mengandung
karbohidrat adalah glukosa, fruktosa, sukrosa, dan larutan pati sedangkan sampel
lainnya tidak sesuai teori. Adapun sampel yang tidak sesuai dengan teori belum tentu
tidak mengandung karbohidrat sebenarnya semua yang diuji mengandung karbohidrat
hal ini didasari adanya warna merah yang ditimbulkan Cincin kemerahan itu
terbentuk dari reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asamsulfat (asam organik pekat).Di
sini H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan
furfural.Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagen Molisch, α-naphtol membentuk
cincin yang berwarna ungu kemerah-merahan. Cincin ungu pada monosakarida lebih
banyak dibandingkan polisakaida karena polisakarida harus dihidrolisis menjadi
monosakarida (Rahayu Annyet al, 2005).
2. Uji Benedict

Secara teori : prinsip percobaan Benedict yaitu larutan-larutan tembaga yang basa
bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
membentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna kuning sampai merah (Hala dan
Hartono ,2012). Didasarkan atas reduksi kupri (Cu2+) menjadi kupro (Cu+). Jika
larutan tembaga dalam keadaan alkalis direduksi oleh KH yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas, maka akan membentuk endapan berwarna merah bata (Tim
Biokimia, 2020).

Secara praktek : Didapatkan hasil untuk glukosa menghasilkan dua fasa, yaitu
bagian atas terdapat endapan bewarna merah bata dan bagian bawah terdapat larutan
bewarna biru. Untuk fruktosa menghasilkan dua fasa, yaitu bagian atas terdapat
endapan bewarna merah bata dan bagian bawah terdapat larutan bewarna biru.
Sukrosa menghasilkan dua fasa, yaitu bagian atas terdapat endapan bewarna merah
bata dan bagian bawah terdapat larutan bewarna biru. Untuk laktosa menghasilkan
larutan bewarna biru. Untuk maltose menghasilkan larutan biru. Untuk pati
menghasilkan dua fasa, yaitu bagian atas terdapat endapan bewarna cream dan bagian
bawah terdapat larutan bewarna biru. Untuk sampel (jagung) Menghasilkan larutan
Berwarna kuning kehijauan. Jika dilihat dari hasil yang didapatkan bahan yang
mengandung karbohidrat dengan uji ini adalah sukrosa, glukosa, dan fruktosa.
Sedangkan bahan yang lain tidak menunjukan hasil positif, namun sebenarnya jika
dilihat dalam referensi lain menyebutkan bahwa jenis monosakarida seperti glukosa
dan fruktosa akan menghasilkan endapan merah bata, lalu pada disakarida laktosa dan
maltose akan menghasilkan warna hijau sampai orange kecuali sukrosa yang
berwarna biru. Perbedaan ini karena larutan tembaga yang alkalis bila direduksi
karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton yang bebas akan membentuk
cupro oksida yang berwarna hijau, orange, merah atau merah bata dan terdapat
enndapan merah bata, adapun endapan yang dihasilkan fruktosa akan lebih banyak
jika dibandingkan glukosa, hal ini dikarenakan molaritas yang tinggi dimiliki oleh
fruktosa sehingga gugus ketonnya lebih cepat mereduksi dibandingkan gugus aldehid
yang dimiliki glukosa. Jadi karbohidrat yang terkandung dalam jangung termasuk
disakarida karena menghasilkan warna kuning kehijauan.
3. Uji Barfoed
Secara teori : Uji ini memiliki prinsip yang sama seperti uji Benedict, yaitu reduksi
Cu2+ menjadi Cu+oleh karbohidrat yang memiliki gugus aldehida dan keton bebas.
Pereaksi Barfoed terdiri dari larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan
digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida
dapat mereduksi lebih cepat oleh disakarida. Oleh karena itu, larutan uji disakarida
tidak membentuk warna merah orange pada percobaan ini. Akan tetapi, membentuk
warna biru. Apabila menghasilkan warna merah bata (Poedjiadji, 2007).
Secara praktek : Didapatkan hasil glukosa Menghasilkan endapan bewarna merah.
Kemudian larutan ditambahkan fosfomolibdat menghasilkan larutan bewarna biru.
Untuk fruktosa menghasilkan endapan bewarna merah. Kemudian larutan
ditambahkan fosfomolibdat menghasilkan larutan bewarna biru. Untuk sukrosa
Menghasilkan endapan bewarna merah. Kemudian larutan ditambahkan fosfomolibdat
menghasilkan larutan bewarna biru. Untuk laktosa Menghasilkan endapan bewarna
biru. Kemudian larutan ditambahkan fosfomolibdat menghasilkan larutan tetap biru.
Untuk maltose Menghasilkan endapan bewarna biru. Kemudian larutan ditambahkan
fosfomolibdat menghasilkan larutan bening kebiruan. Untuk pati menghasilkan
larutan bewarna biru. Kemudian larutan ditambahkan fosfomolibdat warna larutan
bening kebiruan. Untuk sampel menghasilkan endapan bewarna biru. Kemudian
larutan ditambahkan fosfomolibdat menghasilkan larutan bewarna biru tua. Dapat
disimpulkan bahwa laktosa, maltosa, pati, dan sampel merupakan disakarida ditandai
dengan warna biru saat sesudah dan sebelum penambahan reagen fosfomolibdat
sedangkan glukosa, sukrosa dan fruktosa termasuk monosakarida, jadi hasil ini sesuai
dengan teori yang ada.
4. Uji Selliwanof
Secara teori : : pada percobaan scliwanoff, fruktosa akan bereaksi cepat dengan
membentuk warna merah. Zat-zat lain juga akan bereaksi seperti fruktosa apabila
pemanasan dilakukan lebih lama. Prinsip reaksinya berdasarkan atas pembentukan 4-
hidroksi metal fulfural yang membentuk senyawa berwarna ungu dengan adanya
resolsinol (1,3 –dihidroksi benzena). Reaksi positif menunjukan adanya warna
merah(Hala dan Hartono, 2012). Reaksi ini spesifik untuk ketosa yang ditunjukkan
dengan timbulnya warna merah(Tim Biokimia, 2020).
Secara praktek : Adapun hasil yang didapat glukosa Menghasilkan larutan bewarna
kuning bening. Untuk fruktosa menghasilkan larutan bewarna orange bening. Untuk
sukrosa menghasilkan larutan bening. Untuk laktosa menghasilkan larutan bening.
Untuk maltose menghasilkan larutan bewarna bening kekuningan. Untuk pati
menghasilkan larutan bening kekuningan dan ada endapan putih. Untuk sampel
menghasilkan larutan bewarna kuning bening. Jika dilihat dari hasil pada praktikum
ini tidak ada terdapat kesesuain dengan yaitu ditermukannya kandungan ketosa, jika
ditinjau dari literatur yang mempunya ketosa itu adalah sukrosa, laktosa dan maltosa,
adanya warna merah merupakan hasil kondensasi dari resorsinol yang sebelumnya
didahului pembentukan hidroksi metil fulfural, pembentukan hidroksi metil fulfural
berasal dari konversi fruktosa oleh asam klorik panas yang selanjutnya menghasilkan
asam livulenik dan hidroksi metil fulfural. ini bisa terjadi kesalahan saat pemanasan
larutan yang terlalu lama sehingga bereaksi kembali dengan zat-zat lain.
5. Uji iodium
Secara teori : uji iodium digunakan khusus menunjukkan adanya amilosa. Iodin
dengan amilum(pati) membentuk ikatan kompleks berwarna biru. tetapi jika
dipanaskan lebih dari 15 menit warna biru tersebut akan hilang (Tim Biokimia, 2020).
Secara praktek : Didapati hasil dari semua sampel yaitu agar-agar, jagung dan
tepung pati semuanya menunjukan hasil berwarna biru kehitaman, hal ini menunjukan
kesesuain dengan teori yang ada bahwa polisakarida akan membentuk reaksi
denganiodine dan memberikan warna spesifik tergantung jenis karbohidratnya.
Amilosa dan iodine berwarna biru, amilopektin merah coklat, glikogenn dan dekstrin
berwarna merah coklat (Septorini, 2008), jadi jenis kandungan yang paling banyak
dalam agar-agar, jagung dan tepung pati adalah amilosa karena menghasilkan
endapan biru kehitaman, sehingga didalamnya terkandung polisakarida.

PROTEIN DAN ASAM AMINO


Protein utama merupakan makro molekul yang paling berlimpah didalam sel
dan menyusul lebih dari setengah berat kering pada hampir semua organisme. Protein
merupakan instrument yang mengekspresikan informasi genetik. Seperti juga terdapat
ribuan gen didalam inti sel. Masing-masing mencirikan suatu sifat nyata dari
organisme, didalam sel terdapat ribuan jenis protein yang berbeda. Masing-masing
membawa fungsi spesifik yang dibentuk oleh gen yang sesuai. Protein, karenanya
bukan hanya merupakan makromolekul yang berlimpah. Tetapi juga amat bervariasi.
Protein adalah suatu zat dalam susunan kimianya mengandung unsur-unsur oksigen,
karbon, hydrogen, nitrogen dan kadang-kadang mengandung unsur-unsur lain seperti
sulfur dan fosfor (Girindra, 1986).
Asam amino merupakan satuan penyusun protein. Berdasarkan rumus
bangunnya asam amino dapat dipandang sebagai turunan karboksilat, yang salah satu
hidrogenya diganti oleh gugus amino (-NH3). Protein dapat dipecah kembali menjadi
asam amino, yaitu dengan memakai asam, basa, ataupun hidrolisis dengan enzim.
Asam amino tergolong amfoter yaitu dapat bereaksi asam atau basa (Hala, 2011).
Adanya protein dan asam amino dalam suatu sampel dapat diidentifikasi dengan
berbagai cara misalnya dengan uji Ninhidrin, uji Millon, uji Hopskinscole, uji
Koagulasi oleh Garam dan sebagainya.

1. Uji Ninhidrin
Secara teori : Uji ini dilakukan untuk membuktikan adanya asam amino bebas dalam
protein. Semua asam amino atau peptida yang mengandung asam alfa-amino bebas
akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Dalam
uji ini, digunakan pereaksi Ninhidrin 0,1% yang berfungsi sebagai oksidator yang
mereduksi asam amino.
Secara praktek : Adapun bahan yang diujikan adalah albumin, gelatin, kasein, dan
pepton. Albumin dan gelatin memiliki perbedaan pada unsur S (belerang) yang
terkandung di dalamnya. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil negatif pada setiap
bahan dengan perubahan menjadi bening keruh, namun hasil ini tidak sesuai dengan
teori yang menyebutkan bahwa seharusnya albumin, pepton dan gelatin seharusnya
positif hal ini didasari oleh sebelum mengalami perubahan warna, sebelumnya
terbentuk hasil antara hidridantin. Setelah mengalami oksidasi, gugus amino terpecah
menjadi NH3 dan asam karboksilat. Hidridantin dan amonia yang bereaksi
membentuk warna biru dan melepasakan CO2 dan asam karboksilat. Perbedaan hasil
ini dimungkinkan terjadi karena semua bahan sudah mengalami denaturasi sehingga
sulit diidentifikasi.
2. Uji Xantoprotein
Secara teori : Uji xantroprotein bertujuan untuk membuktikan adanya cincin benzena
pada protein. Tidak semua protein mengandung asam amino yang mengandung cincin
benzena. Reaksi pada uji xantroprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena yang
terdapat pada molekul protein. Jika protein yang mengandung cincin benzene
ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan putih yang dapat
berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam
suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga.
Secara praktek : : Adapun bahan yang diujikan adalah albumin, gelatin, kasein, fenol
, dan pepton. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil semua bahan setelah
ditambahkan HNO3 dan dipanaskan menghasilkan warna kuning kecuali gelatin
bening. Lalu setelah ditambahkan NaOH semuanya menghasilkan warna orange
kecuali gelatin yang tetap bening. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil uji positif
mengandung cincin benzen adalah albumin, kasein, fenol, dan pepton. Untuk gelatin
ketika direaksikan menunjukkan hasil yang negatif, ini mengindikasikan bahwa
gelatin tidak punya ikatan rangkap dua yang bisa beresonansi dalam cincin
benzenanya.
3. Uji Biuret
Secara teori : Uji ini bertujuan untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida
dari protein berdasarkan reaksi warna. Reaksi berdasarkan adanya ikatan peptida,
reaksi positif terjadi dengan adanya perubahan warna menjadi ungu untuk ikatan
peptida panjang dan merah muda untuk ikatan peptida pendek, sehingga warna yang
terjadi tergantung pada panjang pendeknya ikatan peptida. Perubahan warna
disebabkan terjadinya senyawa antara Cu dan N dari ikatan peptida dan O dari air,
Asam amino memberikan reaksi biuret negatif, sebab tidak ada ikatan peptida. Ion
CU2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida
atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu (violet).
Secara praktek : Adapun bahan yang diujikan adalah albumin, gelatin, kasein, fenol ,
dan pepton. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil bahwa perubahan warna pada
albumin menghasilkan warna ungu, lalu pada gelatin menghasilkan warna ungu, pada
gelatin menghasilkan larutan bening, pada pepton menghasilkan warna lembayung
cenderung ungu, dan pada fenol menghasilkan larutan bening dan menghasilkan buih
pada permukaan larutan. Dapat dilihat bahwa uji positifnya adalah pada albumin,
gelatin, dan pepton. Warna ungu yang dibentuk menandakan albumin, gelatin dan
pepton sebagai protein kompleks dimana ia mempunyai lebih dari dua ikatan peptide.
Adapun terdapat ketidaksesuain dengan teori pada kafein yang seharusnya
menghasilkan warna ungu, Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya,
konsentrasi yang rendah dan melakukan pengocokan yang dimana pada prosedur
kerja tidak dilakukan bisa menjadi penyebabnya. Sedangkan Untuk fenol , ketika
direaksikan tidak terjadi perubahan warna (larutan tetap bening). Hal ini menunjukkan
bahwa glisin hanya mengandung dua ikatan peptida (dipeptida).
4. Uji Pengendapan Protein oleh Logam
Secara teori : Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh logam berat seperti
Ag,Pb, dan Hg akan berikatan dengan karboksilat bebas di dalam molekul protein
membentuk endapan logam proteinat. Ikatan yang terbentuk amat kuat dan akan
memutuskan jembatan garam, sehingga potein mengalami denaturasi. Jadi garam
logam sangat berbahaya bila sampai termakan karena logam tersebut akan
mendenaturasi sekaligus mengendapkan protein sel-sel tubuh (Tim Biokimia, 2020)
Secara praktek : Adapun bahan yang diujikan adalah albumin yang ditambahkan
beberapa logam seperti HgCl2, AgNO3, dan Pb asetat. Berdasarkan percobaan
didapatkan hasil bahwa perubahan warna pada albumin setelah ditambahkan ketiga
logam secara terpisah adalah menghasilkan warna putih keruh dan terdapat buih
gelembung pada permukaan, hal ini tidak sesuai dengan teori seharusnya terdapat
endapan hasil denaturasi oleh logam. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
perbedaaan ini salah satunya adalah kelarutan zat pada albumin . banyak sedikitnya
endapan tergantung dari bilangan oksidasi senyawa, jika bilangan oksidasi sama,
maka penentuannya kemudian dilanjutkan dengan melihat kedudukannya dalam
sistem periodik.

5. Uji Pengendapan Protein Oleh Garam


Secara teori : Uji ini bertujuan untuk mengetahui larutan garam alkali dan garam
divalent konsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan protein. Pengaruh penambahan
garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan
jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan
ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan protein.
Secara praktek : Adapun bahan yang di uji adalah albumin telur. Berdasarkan
percobaan 10mL albumin Telur dijenuhkan dengan garam (NH4)2SO4, diaduk dan
disaring menghasilkan Terbentuk 2 fase, larutan bening dan endapan bening.
Selanjutnya endapan diuji dengan pereaksi Millon dan filtrate diuji dengan peraksi
Biuret. Namun sangat disayangkan praktikum tidak dilanjutkan karena tidak adanya
ketersedian bahan pereaksi. Adapun secara teori ketika albumin direaksikan dengan
larutan (NH4)2SO4 hanya butuh kurang dari 50 tetes sudah banyak yang terbentuk
endapan. . Setiap garam yang direaksikan dengan garam berpotensi memiliki endapan
tergantung pada konsentrasi, bilangan oksidasi dan muatan ionnya.

6. Denaturasi Protein
Secara teori : Denaturasi protein didefinisikan sebagai suatu keadaan telah terjadi
perubahan struktur protein yang mencakup bentuk dan lipatan molekul, tanpa
menyebabkan pemutusan atau kerusakan ikatan antar asam amino dalam struktur
primer protein. Protein yang mengalami denaturasi kelarutannya berkurang. Karena
itu akan mengendap pada titik isolistriknya. Apabila terdapat garam-garam anorganik
dengan presentasi tinggi dalam larutan maka kelarutannya akan berkurang, sehingga
mengakibatkan pengendapan. Teori menyebutkan bahwa sifat ini terjadi karena
kamampuan ion garam untuk terhidrasi, sehingga berkompetisi dengan molekul
protein untuk mengikat air.
Secara praktek : Adapun bahan yang digunakan adalah albumin telur dan kacang
tanah sebagai sampel. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil bahwa pada albumin
semua uji menghasilkan larutan bening, sedangkan pada kacang tananh menghasilkan
perubahan menjadi putih pada endapan kacang tanh. Jika dilihat hasil ini tentu tidak
sesuai dengan yang diharapkan dan teori yang seharusnya menghasilkan endapan,
perbedaan ini dapat diakibatkan beberapa faktor salah satunya adalah kelarutan dari
bahan yang sangat tinggi sehingga sulit mengendap ataupun dikarenakan sifat ion
pada bahan yang sulit untuk terhidrasi, sehingga tidak terjadi kompetisi dengan
molekul protein untuk mengikat air.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan,

1. Perubahan yang terjadi pada uji molisch, uji benedict dan uji iodium
 Uji Molisch terhadap Glukosa menghasilkan Larutan merah lembayung, Fruktosa
menghasilkan Larutan merah lembayung, Sukrosa menghasilkan Larutan Merah
lembayung, Laktosa menghasilkan Larutan Merah kecokelatan, pati menghasilkan
Larutan berwarna ungu tua, maltosa menghasilkan Larutan orange bening, Jagung
menghasilkan Berwarna cokelat kehitaman.
 Uji benedict Glukosa menghasilkan 2 fasa, bagian atas terdapat endapan merah bata
dan bagian bawah larutan berwarna biru, Fruktosa menghasilkan 2 fasa, bagian atas
berwarna endapan merah abta dan bagian bawah larutan berwarna biru, Sukrosa lart
biru dan warna merah bata di bagian atas, Laktosa larutan biru, Pati larutan biru,
endapan putih, Maltosa larutan biru, Jagung larutan kuning kehijauan.
 Uji iodium terhadap Tepung pati menghasilkan berwarna biru kehitaman, Fruktosa
menghasilkan berwarna biru kehitaman, Jagung menghasilkan berwarna biru
kehitaman.
2. Perubahan yang terjadi pada uji ninhidrin terhadap Albumin menghasilkan berwarna
keruh, Gelatin menghasilkan berwarna keruh, Kasein menghasilkan berwarna keruh,
Pepton menghasilkan berwarna keruh.

3. Perubahan yang terjadi pada uji xantoprotein, terhadap Putih Telur menghasilkan warna
Oranye, Albumin menghasilkan warna Oranye, Gelatin menghasilkan warna bening,
kasein menghasilkan warna kuning pudar, pepton menghasilkan warna kuning pudar,
Fenol menghasilkan warna Oranye

VIII. JAWABAN PERTANYAAN TUGAS


KARBOHIDRAT

1. Dari hasil pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut:


Uji Molisch
 Glukosa + Molisch + asam sulfat = larutan merah lembayung
 Fruktosa + Molisch + asam sulfat = larutan merah lembayung
 Sukrosa+ Molisch + asam sulfat = merah lembayung
 Laktosa+ Molisch + asam sulfat = merah kecokelatan
 Pati + Molisch + asam sulfat = larutan ungu tua
 Maltosa+ Molisch + asam sulfat = larutan berwarna orange bening
 Jagung+ Molisch + asam sulfat = cokelat kehitaman
Uji Benedict
 Glukosa + lart. Benedict (dipanaskan) = menghasilkan 2 fasa, yaitu bagian
atas endapan merah bata, bagian bawah larutan berwarna biru.
 Fruktosa + lart. Benedict (dipanaskan) = menghasilkan 2 fasa, yaitu bagian
atas endapan merah bata, bagian bawah larutan berwarna biru.
 Sukrosa + lart. Benedict (dipanaskan) = lart. biru dan warna merah bata di
bagian atas
 Laktosa + lart. Benedict (dipanaskan) = larutan biru
 Pati + lart. Benedict (dipanaskan) = larutan biru, endapan putih
 Maltosa + lart. Benedict (dipanaskan) = larutan biru
 Jagung + lart. Benedict (dipanaskan) = larutan kuning kehijauan
Uji Barfoed
 Glukosa + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad = menghasilkan
endapan merah bata setelah dipanaskan, di(+) fosfomolibdat larutan berwarna
biru.
 Fruktosa + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad = endapan merah bata
setelah dipanaskan, di(+) fosfomolibdat larutan berwarna biru.
 Sukrosa + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad = biru dengan warna
merah dibawah
 Laktosa + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad = warna biru
 Pati + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad = bening kebiruan +
endapan biru
 Maltosa + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad = bening kebiruan
 Jagung + lart. Barfoed (dipanaskan) + fosfomolibdad = warna biru tua
Uji Seliwanoff
 Glukosa + lart seliwanoff (dipanaskan) = menghasilkan larutan kuning bening
 Fruktosa + lart seliwanoff (dipanaskan) = menghasilkan larutan berwarna
orange
 Sukrosa + lart seliwanoff (dipanaskan) = lart bening
 Laktosa + lart seliwanoff (dipanaskan) = lart bening
 Pati + lart seliwanoff (dipanaskan) = lart. Bening kekuningan (endapan putih)
Uji Iodium
 Tepung pati + iodium = berwarna biru kehitaman
 Fruktosa + iodium = berwarna biru kehitaman
 Jagung + iodium = berwarna biru kehitaman

2. Uji molisch bukan merupakan uji spesifik karbohidrat Karena prinsip uji ini
adalah pembentukan furtural atau turunan-turunan dari karbohidrat. Sehingga
karbohidrat tidak secara langsung terdeteksi melainkan dehidras terlebih dahulu
menjadi monosakarida.
3. Hasil jenis karbohidrat yang memberikan hasi positif dan negative terhadap uji
benedict, sebagai berikut:
4. Fungsi Natrium Sulfat pada uji benedict adalah sebagai zat pengkompleks, untuk
mencegah terjadinya pengendapan CuCO3 dalam larutan Natrium Bikarbonat.
5. Pada uji Barfoed, jika pemanasan dilakukan terlalu lama maka akan menyebabkan
endapan endapan merah bata yang terbentuk akan semakin banyak.
6. Perbedaan pereaksi barfoed dengan pereaksi benedict ialah bahwa pereaksi
barfoed digunakan pada suasana asam (bersifat asam lemah) sedangkan pereaksi
benedict digunakan pada suasana basa (bersifat basa lemah).
7. Uji seliwanoff sebenarnya bias digunakan untuk membedakan sukrosa dan
fruktosa Karena fruktosa akan meberikan reaksi yang cepat sedangkan sukrosa
memeberikan reaksi yang lambat. Karena walaupun sukrosa mempunyai gugus
ketosa tetapi sukrosa adalah hasil dari fruktosa dan glukosa jadi akan memerlukan
waktu yang lama dalam perubahan warnanya.
8. Dua jenis pentose di dalam sel-sel makhluk yang merupakan komponen dari
nucleoprotein adalah ribose dan deoksiribosa.
9. Struktur pati:

10. Reaksi dari


a. Hidrolisis laktosa:
C12H22O11 + H2O → C6H12O6 + C6H12O6
(laktosa) (glukosa) (galaktosa)

b. Hidrolisis sukrosa:
C12H22O11 + H2O → C6H12O6 + C6H12O6
(sukrosa) (glukosa) (fraktosa)

c. Hidrolisis amilum:
Hidrolisis pati yaitu polisakarida mula-mula menghasilkan maltose dan
kemudian glukosa.
(C6H10O5)n + H2O → C12H22O11

(amilum) (maltose)

PROTEIN DAN ASAM AMINO


1. Dari hasil pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut:
Uji Ninhidrin
 Albumin berwarna keruh
 Gelatin berwarna keruh
 Kasein berwarna keruh
 Pepton berwarna keruh
Uji Xantoprotein

 Putih Telur + HNO3 : putih keruh, (dipanaskan): Kuning, + NaOH; Oranye

 Albumin + HNO3 : putih keruh, (dipanaskan): Kuning, + NaOH; Oranye

 Gelatin + HNO3 : bening , (dipanaskan): bening, + NaOH: bening

 kasein + HNO3 : putih keruh, (dipanaskan): Kuning pudar, + NaOH; kuning


pudar

 pepton + HNO3 : putih keruh, (dipanaskan): Kuning pudar, + NaOH; kuning


pudar

 Fenol + HNO3 : putih keruh, (dipanaskan): Kuning, + NaOH; Oranye

Uji Biuret
 Larutan Albumin + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan berwarna
bening keunguan
 Larutan gelatin + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan berwarna ungu
 Larutan kasein + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan Bening
 Larutan pepton + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan berwarna
lembayung
 Larutan fenol + NaOH + larutan CuSo4 menghasilkan larutan bening
Uji Pengendapan Protein Oleh Garam

 HgCl2 Setelah larutan dicampurkan menghasilkan larutan putih keruh dengan


buih dipermukaan larutan

 AgNO3 menghasilkan larutan putih keruh

 PbCH3COO menghasilkan warna larutan putih keruh dengan buih


dipermukaan larutan

Uji Pengendapan Protein Oleh Logam

 Albumin + (NH4)2SO4 menghasilkan 2 fase larutan bening dan endapan


bening. Percobaan hanya dilakukan sampai disini dikarenakan pelarut millon
daan biuret tidak tersedia.

Denaturasi Protein

 Kacang tanah + HCl menghasilkan warna putih lalu dipannaskan didinginkan


dan ditambah buffer asetat warnanya tetap putih
 Albumin + HCl = menghasilkan larutan bening lalu setelah dipanaskan dan
ditambah buffer asetat tetap bening
 Kacang tanah + NaOH menghasilkan warna kuning , lalu dipanaskan,
didinginkan dan ditambah larutan buffer asetat menjadi putih
 Albumin + NaOH = menghasilkan larutan bening lalu setelah dipanaskan dan
ditambah buffer asetat tetap bening
 kacang tanah + buffer asetat menghasilkan warna putih
 albumin ditambah buffer asetat menghasilkan warna bening
2. Reaksi asam amino dengan ninhydrin:
3. Penggunaan CuSO4 tidak boleh digunakan secara berlebih pada uji biuret Karena
akan menghasilkan warna larutan yang lebih pekat atau akan membentuk garam
ammonium.
4. Garam ammonium dapat menganggu pada uji biuret Karena dapat mengganggu
pengamatan terhadap warna larutan.
5. Putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan Hg Karena protein
dan putih telur dapat mengikat Pb dam Hg.
6. Dalam serum
7. Metode-metode denaturasi protein:
a. Metode pemanasan, pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi
sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi Karena panas
akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur
alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan
peptide.
b. Metode kromatografi, memisahkan protein berdasarkan interaksi reversible
antara suatu protein dan pasangan ligan spesifik ke matriks kromatografi.
c. Metode pemurnian enzim, Karena enzim merupakan protein perubahan pH
akan menyebabkan ionisasi pada molekul protein berubah pula. Peruabhan ini
akan mengakibatkan struktur tiga dimensinya berubah sehingga fungsi
katalitiknya terganggu.
8. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah denaturasi protein adalah
mengontrol suhu, pH, kadar logam-logam berat dan kadar alcohol.
IX. DAFTAR PUSTAKA

Akram, M., Asif H. M., Uzair M., Akhtar N., Madni A., Shah S. M. A., Hasan Z. U.,
Ullah A., (2011), Amino Acids: Areview Article, Journal Of Medicinal Plants
Research, 5(17) : 1-4.

Almatsier, S.,(2004), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Purtaka Utama : Jakarta.

Wu, Guoyao, (2016), Dietary Protein Intake And Human Health, Food And
Functions, 7(1): 1251-1265.

MEDAN, 23 MARET 2020


ASISTEN LABORATORIUM PRAKTIKAN

(INDAH KHAIRANI) (MUHAMMAD IRVAN HASIBUAN)


NIM. 4161210005 NIM. 4182210003
Lampiran 1 Dokumentasi
1. Uji Molisch

Sukrosa, Laktosa , Pati, Maltosa, Jagung, Glukosa, Fruktosa

2. Uji Benedict

Sukrosa, Laktosa, , Glukosa, Fruktosa, Jagung, Maltosa dan Pati


3. Uji Barfoed

Sukrosa, Laktosa, Fruktosa, Glukosa, Maltosa, Pati dan Jagung,

4. Uji Selliwanof

Sukrosa, Laktosa, Fruktosa, Glukosa, Jagung, maltosa, pati

5. Uji Iodium

Jagung, Tepung Agar-Agar, Tepung Pati


6. Uji Ninhidrin

7. Uji Biuret

Albumin, gelatin, kasein, pepton dan fenol


8. Uji Pengendapan oleh logam 9. Denaturasi protein

HgCl2, AgNO3, PbCH3COO


Lampiran 2 Jurnal

Anda mungkin juga menyukai