Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN 3

PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK

EKSTRAKSI : ISOLASI KAFEIN DARI TEH DAN UJI ALKALOID

I. Tujuan Percobaan
 Mengisolasi kurkumin dari kunyit menggunakan refluks (ekstraksi panas).
 Mengidentifikasi hasil isolasi dengan kromatografi lapis tipis.
 Dengan kromatografi kolom dan KLT memisahkan hasil isolasi
II. Prinsip Percobaan
 Kromatografi lapis tipis, pemisahan sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.
 Kromatografi kolom, pemisahan yang didasarkan pada pemisahan daya
adsorbansi suatu adsorben terhadap suatu senyawa, baik pengotornya maupun
hasil isolasinya.
III. Teori Dasar
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen –
komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya
yang merupakan fase stasioner(fase diam) dan yang lainnya berupa fase mobil
(fase gerak). Fase gerak dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner.
Fase diam cenderung menahan komponen campuran, sedangkan fase gerak
cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada
fase diam dan perbedaan kelarutannya dalam fase gerak, komponen –
komponen suatu campuran dapat dipisahkan. Komponen yang kurang larut
dalam fase gerak atau yang lebih kuat terserap atau terabsorpsi pada fase diam
akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang terserap
akan bergerak lebih cepat (Keenan, 1990).
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi
komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen.
Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang didalamnya diisikan dasa
stasionerdiam yang dapat berupa padatan/cairam. Campuran ditambahkan ke
kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan
pengemban/ pembawa yang cocok (fasa gerak). Pemisahan dicapai oleh
perbedaan laju turun masing-masing komponen dalam kolom yang ditentukan
oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa gerak dan fasa diam
(Yoshito, 2009).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) terdapat fasa gerak yang akan
merayap/bergerak sepanjang fasa diam dan terbentuk kromatogram. KLT
disebut juga kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, sensitif dan
cepat dalam pemisahan. Kecepatan pemisahan yang tinggi dan mudah juga
dimiliki KLT (Khopar, 2003).
Kurkumin atau 1,7-bis-(4 hidroksi-3-metoksi fenol) hepta-1,6-diena-3,5
dien merupakan senyawa hasil isolasi dari tanaman Curcuma sp. (Meiyanto,
1999). Kurkumin yang dikenal sebagai bahan alam berupa zat warna kuning ini
memiliki berat molekul 386.126 gram per mol. Senyawa kurkumin biasanya
terdapat sekitar 1.5-2% dari berat rimpang kunyit kering (Aggarawal et al.,
2003).
Ekstraksi cara panas, metoda ini pastinya melibatkan panas dalam
prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses
penyarian dibandingkan cara dingin. Metodanya adalah ekstraksi . (Sudjadi,
1986)

.
Sifat fisika dan kimia bahan
Cara
No Nama bahan Sifat fisik Sifat kimia
penanggulangan
 Bentuk: Padatan
putih
 Titik leleh:
852ᵒC
 Mr: 105,99
 Iritan
Natrium gram/mol
 Struktur kristal:  Gunakan
1 karbonat  ρ=2,549
monoklinik APD
(Na2CO3) gram/cm3
(anhidrat)
 Tidak larut
dalam etanol
dan aseton
 Kebasaan:
(pKb): 3,67
 Bentuk: Cairan
tak berwarna
 Mr: 84,93  Harmful
gram/mol  Iritan
 ρ=1,33  Konstanta
gram/cm3 hukum Henry:
 Gunakan
2 Diklorometana  Kelarutan dalam 3,25 L.atm/mol
APD
air: 13  Viskositas:
gram/liter 0,413 cP
 Titik leleh: -  Momen dipol:
96,7C 1,6 D
 Titik didih:
39,6C
 Bentuk: Serbuk
putih
 Titik leleh: 772-
775C
 Titik didih:
1935C  Berbahaya
 Gunakan
 ρ=2,159  Iritan
Kalsium klorida APD
3 gram/cm3  pH 8-9
(CaCl2)  Jangan
 Mr: 110,98  Struktur Kristal:
dimakan
gram/mol orthombic
 Bau: tidak
berbau
 Kelarutan dalam
air: 74,5
gram/100 mL
 Cairan tak
berwarna
 Mr: 58,08
 Mudah terbakar
gram/mol
 Iritan  Jauhkan dari
Aseton  Ρ=0,791
4  Bentuk api
(CH3COCH3) gram/cm3
geometri:  Gunakan APD
 Titik leleh: -95 -
segitiga planar
-93C
 Titik Didih: 56-
57C
Kloroform  Cairan tak  Bentuk molekul:
5  Gunakan APD
(CH3Cl3) berwarna tetrahedral
 Mr: 119,39  Berbahaya
gram/mol  Iritan
 Ρ= 1,489
gram/cm3
 Titik leleh: -
63,5C
 Titik didih:
61,2C
 Cairan tak
berwarna
 Mr: 88,12
gram/mol
 Gunakan APD
Etil asetat  ρ=0,897  Mudah terbakar
6  Jauhkan dari
(C4H8O2) gram/cm3  Iritan
api
 Titik didih:
77,1C
 Titik leleh: -
83,6C
 Cairan tak
berwarna  Jauhkan dari
 Mr: 32,04 api
Methanol gram/mol  Mudah terbakar  Gunakan APD
7
(CH3OH)  =0,7918  Beracun  Jangan
gram/cm3 dimakan/
 Titik lebur: - diminum
97C
 Titik didih:
64,7C
 Kelarutan dalam
air: larut
sempurna

IV. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah corong pisah, Erlenmeyer,
gelas kimia, gelas ukur, kertas saring, pipet, saringan.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air, aseton, daun teh
kering, dikolorometana, etil asetat, kalsium klorida anhidrat, kantong teh celup,
kloroform, ligroin, methanol, n-heksan, natrium karbonat, pereaksi
dragendorff, pereaksi meyer.
V. Prosedur
A. Ekstraksi Padat/Cair : Ekstraksi Kafein dari Teh
Diambil 25 gram daun teh kering dan 20 gram natrium karbonat, lalu
dimasukkan pada labu erlenmeyer 250 mL, lalu ditambahkan 225 mL air
mendidih. Setelah itu dibiarkan selama 7 menit, selanjutnya dilakukan
dekantasi campuran reaksi ke dalam labu erlenmeyer. Lalu pada daun teh
ditambahkan 50 mL air panas, lalu segera didekantasi ekstrak teh dan
gabungkan dengan ekstrak sebelumnya. Untuk mengekstrak sisa kafein,
didihkan air berisi daun teh selama 20 menit, lalu didekantasi ekstraknya.
Setelah itu dinginkan hingga mencapai suhu kamar, lalu dilakukan ekstraksi di
dalam corong pisah dengan ditambah 30 mL dikolorometana. Lalu corong pisah
dikocok secara perlahan selama 5 menit “sambil membuka keran corong pisah
untuk mengeluarkan tekanan udara/gas dari dalam corong pisah” Ekstraksi
diulangi dengan menambahkan 35 ml diklorometana kedalam corong pisah.
Kemudian digabungkan ekstrak diklorometana dan semua fraksi yang
berwujud emulsi di dalam labu Erlenmeyer 125 ml. ekstrak diklorometana
didekantasi, namun jangan sampai kalsium klorida anhidrat ikut terbawa.
Erlenmeyer dan kertas saring dibilas dengan 5 ml dengan diklorometana.
Setelah itu filtrat digabungkan dan dilakukan destilasi menggunakan air untuk
menguapkan diklorometana. Produk yang terbentuk kemudian ditimbang.
Rekristalisasi dilakukan menggunakan 5 ml aseton panas , kemudian larutan ini
dipindahkan mengguakan pipet kedalam erlenmeyer kecil dan dalam keadaan
panas. n-heksan ditambahkan kedalamnya tetes demi tetes sampai terbentuk
keruhan. Erlenmeyer kemdian didinginkan hingga suhu kamar. Kristal yang
terbentuk disaring dengan penyaring vakum isap. Kristal juga dicuci dengan
beberapa tetes n-heksan dingin. Uji titik leleh terhadap kafein pun dilakukan.
B. Uji Kromatografi Lapis Tipis
Diambil sedikit sampel kristal kafein hasil ekstraksi dari daun teh dilarutkan
dengan sedikit diklorometana atau kloroform. Kemudian sampel ini ditotolkan
diatas pelat TLC sampai nodanya tebal. Elusi KLT menggunakan eluen etil
asetat : metanol (3:1) dan elusi juga menggunakan kloroform : etanol (9:1).
Elusi dilakukan sampai batas atas pelat kemudian dikeluarkan dan dikeringkan
diudara. Pelat yang telah dikembangkan kemudian disemprot dengan pereaksi
dragendorff, setelah itu dipanaskan hingga kering. Adanya koloid akan
ditunjukan oleh noda pada pelat yang berwarna jingga. Rf dari masing-masing
noda ditentukan dan dibandingkan.
C. Uji Alkaloid
Kristal kafein dilarutkan didalam air. Lalu 1-2 tetes pereaksi meyer
diteteskan. Apabila larutan tersebut mengandung alkaloid, makan akan terjadi
endapan kuning muda. Kemudian kedalam larutan kafein lainnya dimasukan 1-
2 tetes pereaksi dragendorff. Pengujian positif akan ditunjukan dengan
terjadinya endapan berwarna jingga.
VI. Pengamatan
Uji Ekstraksi Padat/Cair
Teh 10 gram
Na2CO3 5 gram

Perlakuan Hasil
Larutan menjadi coklat, berbau
Teh celup+air panas+Na2CO3
khas teh
Warna larutan semakin gelap dan
Teh+air dididihkan
terdapat busa
Larutan dingin dimasukkan corong Terbentuk 2 fasa. Fasa atas
pisah dengan penambahan berwarna hitam kecoklatan dan fasa
diklorometana bawah tak berwarna
Corong digoyang sekitar 5 menit Larutan terlihat hanya satu fasa,
dan kran corong dibuka dan gas keluar dari mulut kran
Hasil ekstraksi dibiarkan selama 2 Larutan tak berwarna (fasa bawah
menit kemudian diteteskan ke berada pada gelas kimia, sedangakn
dalam gelas kimia fasa atas tetap pada corong

Uji Kromatografi Lapis Tipis


3,5
Rf 9:1 = 5,6 = 0,625
2
Rf 3:1 = 5,4 = 0,37

Uji Alkaloid
Ketika sudah ditetesi pereaksi dragendorff warnanya berubah menjadi jingga,
menandakan reaksi positif
Ketika sudah ditetesi pereaksi meyer terdapat endapan kuning muda,
menandakan ada alkaloid.
VII. Pembahasan
Pada uji yang pertama yaitu dilakukan ekstraksi kafein dari teh. Hal
pertama yang dilakukan adalah mencampur teh dengan natrium karbonat yang
bertujuan untuk membantu pendesakan kafein dalam daun teh sehingga melarut
dalam air, atau dengan kata lain untuk mengikat bahan-bahan yang tekandung
dalam teh. Setelah itu ditambah air mendidih dan air panas berkali – kali yang
bertujuan untuk melarutkan seluruh zat yang masih tersisa dalam teh celup agar
hasil yang didapat maksimal. Digunakannya air sebagai pelarut juga
dikarenakan kafein bersifat polar sehingga bisa digunakan pelarut yang paling
polar yaitu air, juga karena lebih aman dan lebih mudah, sedangkan jika
digunakan etanol kerugiannya lama, kurang praktis. Mendidihkan larutan
dimaksudkan untuk memisahkan kafein dan zat-zat lain dalam teh karena
Na2CO3 larut dalam keadaan panas. Lalu dilakukan pemanasan 20 menit pada
filtrat yang didapat dari penyaringan agar kandungan lain dari teh tersebut
hilang dan yang tersisa hanya kafein. Hal ini bertujuan agar masuknya pelarut
air menembus bahan padat daun teh dari teh celup dan melarutkan kafein dari
daun karena perbedaan konsentrasi yang besar antara pelarut dan bahan.
Hasilnya adalah sari daun teh tersebut larut dengan warna larutan coklat tua,
sedangkan Na2CO3 menjadi endapan putih di dasar larutan sehingga tidak
mengganggu larutan yang diinginkan.
Setelahnya dilakukan pendinginan agar pelarutan ekstrak daun teh
dalam air benar-benar sempurna (larut secara maksimal). Jika menyaring saat
larutan masih panas, mungkin saja proses pelarutan masih terjadi. Lalu
dilakukan penambahan dikolorometana, penggunaan diklorometana sebagai
pelarut kedua adalah karena kloroform tidak bercampur dengan air dan mudah
menguap, sehingga pada akhir percobaan dapat terpisah dengan ekstrak kafein.
Pada saat larutan berada di dalam corong pemisah, terlihat bahwa air dan
diklorometana tidak dapat bercampur. Air berada di bagian atas, sedangkan
diklorometana yang kerapatannya lebih tinggi berada di bawah nya. Mulanya
kafein hanya terkonsentrasi pada air. Namun setelah corong pemisah dikocok,
kafein akan terdistribusi menempati kedua bagian pelarut dan mencapai
kesetimbangan sebagian antara fasa bagian atas (dalam air) dan fasa yang lebih
rendah (diklorometana). Setelah itu ditambahkan kalsium klorida, tujuannya
untuk mengikat air, karena air dapat larut dalam diklorometana.
Pada uji yang kedua, dilakukan uji kromatografi lapis tipis. Dengan
melarutkan sedikit sampel kristal kafein dengan sedikit diklorometana, lalu
ditotolkan diatas pelat TLC hingga terdapat noda, dan dielusi menggunakan
eluen etil asetat : methanol (3:1), dan mendapat hasil RF yaitu 0,625. Juga
dilakukan elusi dengan eluen kloroform : methanol (9:1) dan mendapat hasil
RF yaitu 0,3.
Pada pengujian yang terakhir yaitu dilakukan uji alkaloid, untuk melihat
kandungan senyawa alkaloid. Hal ini dilakukan dengan dua pereaksi yaitu,
pereaksi meyer dan pereaksi dragendorff. Pada pengujian dengan menggunakan
pereaksi meyer didapat endapan kuning muda, yang menandakan larutan
mengandung alkaloid. Dan pada pengujian dengan menggunakan pereaksi
dragendorff, menghasilkan perubahan warna jingga pada larutannya, yang
menandakan reaksi yang terjadi positif.
VIII. Kesimpulan
Hasil dari praktikum ini yaitu:
1. Kafein bisa diisiolasi dengan ekstraksi padat cair dengan cara panas dan
ekstraksi cair – cair
2. Hasil identifikasi titik leleh pada kafein adalah 2240 C. KLT Rf = 0,625
(9:1), Rf = 0,3 (3:1).
3. Uji alkaloid positif, meyer (endapan kuning muda), dragendorff perubahan
warna jingga.
IX. Daftar Pustaka

Achmad S. A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka. Jakarta

Arsyad, 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia.

Hermanto. 2007. Kafein, Senyawa Bermamfaat atau Beracunkah. Jakarta: Gramedia


Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press

Medicafarma .2010 Prinsip Ekstraksi

Rohman, Abdul. 2007. "Kimia Farmasi Analisis". Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Setyopratomo, Puguh. Dkk. 2003. Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl

dengan Cara Rekristalisasi. Surabaya: Universitas Surabaya

Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB: Bandung.

3-5

Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan", UGM Press, Yogyakarta

Syukri. 2007. Kimia Dasar 2. Penerbit ITB. Bandung

Anda mungkin juga menyukai