I. Tujuan Percobaan
Mengisolasi kurkumin dari kunyit menggunakan refluks (ekstraksi panas).
Mengidentifikasi hasil isolasi dengan kromatografi lapis tipis.
Dengan kromatografi kolom dan KLT memisahkan hasil isolasi
II. Prinsip Percobaan
Kromatografi lapis tipis, pemisahan sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.
Kromatografi kolom, pemisahan yang didasarkan pada pemisahan daya
adsorbansi suatu adsorben terhadap suatu senyawa, baik pengotornya maupun
hasil isolasinya.
III. Teori Dasar
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen –
komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya
yang merupakan fase stasioner(fase diam) dan yang lainnya berupa fase mobil
(fase gerak). Fase gerak dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner.
Fase diam cenderung menahan komponen campuran, sedangkan fase gerak
cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada
fase diam dan perbedaan kelarutannya dalam fase gerak, komponen –
komponen suatu campuran dapat dipisahkan. Komponen yang kurang larut
dalam fase gerak atau yang lebih kuat terserap atau terabsorpsi pada fase diam
akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang terserap
akan bergerak lebih cepat (Keenan, 1990).
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi
komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen.
Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang didalamnya diisikan dasa
stasionerdiam yang dapat berupa padatan/cairam. Campuran ditambahkan ke
kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan
pengemban/ pembawa yang cocok (fasa gerak). Pemisahan dicapai oleh
perbedaan laju turun masing-masing komponen dalam kolom yang ditentukan
oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa gerak dan fasa diam
(Yoshito, 2009).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) terdapat fasa gerak yang akan
merayap/bergerak sepanjang fasa diam dan terbentuk kromatogram. KLT
disebut juga kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, sensitif dan
cepat dalam pemisahan. Kecepatan pemisahan yang tinggi dan mudah juga
dimiliki KLT (Khopar, 2003).
Kurkumin atau 1,7-bis-(4 hidroksi-3-metoksi fenol) hepta-1,6-diena-3,5
dien merupakan senyawa hasil isolasi dari tanaman Curcuma sp. (Meiyanto,
1999). Kurkumin yang dikenal sebagai bahan alam berupa zat warna kuning ini
memiliki berat molekul 386.126 gram per mol. Senyawa kurkumin biasanya
terdapat sekitar 1.5-2% dari berat rimpang kunyit kering (Aggarawal et al.,
2003).
Ekstraksi cara panas, metoda ini pastinya melibatkan panas dalam
prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses
penyarian dibandingkan cara dingin. Metodanya adalah ekstraksi . (Sudjadi,
1986)
.
Sifat fisika dan kimia bahan
Cara
No Nama bahan Sifat fisik Sifat kimia
penanggulangan
Bentuk: Padatan
putih
Titik leleh:
852ᵒC
Mr: 105,99
Iritan
Natrium gram/mol
Struktur kristal: Gunakan
1 karbonat ρ=2,549
monoklinik APD
(Na2CO3) gram/cm3
(anhidrat)
Tidak larut
dalam etanol
dan aseton
Kebasaan:
(pKb): 3,67
Bentuk: Cairan
tak berwarna
Mr: 84,93 Harmful
gram/mol Iritan
ρ=1,33 Konstanta
gram/cm3 hukum Henry:
Gunakan
2 Diklorometana Kelarutan dalam 3,25 L.atm/mol
APD
air: 13 Viskositas:
gram/liter 0,413 cP
Titik leleh: - Momen dipol:
96,7C 1,6 D
Titik didih:
39,6C
Bentuk: Serbuk
putih
Titik leleh: 772-
775C
Titik didih:
1935C Berbahaya
Gunakan
ρ=2,159 Iritan
Kalsium klorida APD
3 gram/cm3 pH 8-9
(CaCl2) Jangan
Mr: 110,98 Struktur Kristal:
dimakan
gram/mol orthombic
Bau: tidak
berbau
Kelarutan dalam
air: 74,5
gram/100 mL
Cairan tak
berwarna
Mr: 58,08
Mudah terbakar
gram/mol
Iritan Jauhkan dari
Aseton Ρ=0,791
4 Bentuk api
(CH3COCH3) gram/cm3
geometri: Gunakan APD
Titik leleh: -95 -
segitiga planar
-93C
Titik Didih: 56-
57C
Kloroform Cairan tak Bentuk molekul:
5 Gunakan APD
(CH3Cl3) berwarna tetrahedral
Mr: 119,39 Berbahaya
gram/mol Iritan
Ρ= 1,489
gram/cm3
Titik leleh: -
63,5C
Titik didih:
61,2C
Cairan tak
berwarna
Mr: 88,12
gram/mol
Gunakan APD
Etil asetat ρ=0,897 Mudah terbakar
6 Jauhkan dari
(C4H8O2) gram/cm3 Iritan
api
Titik didih:
77,1C
Titik leleh: -
83,6C
Cairan tak
berwarna Jauhkan dari
Mr: 32,04 api
Methanol gram/mol Mudah terbakar Gunakan APD
7
(CH3OH) =0,7918 Beracun Jangan
gram/cm3 dimakan/
Titik lebur: - diminum
97C
Titik didih:
64,7C
Kelarutan dalam
air: larut
sempurna
Perlakuan Hasil
Larutan menjadi coklat, berbau
Teh celup+air panas+Na2CO3
khas teh
Warna larutan semakin gelap dan
Teh+air dididihkan
terdapat busa
Larutan dingin dimasukkan corong Terbentuk 2 fasa. Fasa atas
pisah dengan penambahan berwarna hitam kecoklatan dan fasa
diklorometana bawah tak berwarna
Corong digoyang sekitar 5 menit Larutan terlihat hanya satu fasa,
dan kran corong dibuka dan gas keluar dari mulut kran
Hasil ekstraksi dibiarkan selama 2 Larutan tak berwarna (fasa bawah
menit kemudian diteteskan ke berada pada gelas kimia, sedangakn
dalam gelas kimia fasa atas tetap pada corong
Uji Alkaloid
Ketika sudah ditetesi pereaksi dragendorff warnanya berubah menjadi jingga,
menandakan reaksi positif
Ketika sudah ditetesi pereaksi meyer terdapat endapan kuning muda,
menandakan ada alkaloid.
VII. Pembahasan
Pada uji yang pertama yaitu dilakukan ekstraksi kafein dari teh. Hal
pertama yang dilakukan adalah mencampur teh dengan natrium karbonat yang
bertujuan untuk membantu pendesakan kafein dalam daun teh sehingga melarut
dalam air, atau dengan kata lain untuk mengikat bahan-bahan yang tekandung
dalam teh. Setelah itu ditambah air mendidih dan air panas berkali – kali yang
bertujuan untuk melarutkan seluruh zat yang masih tersisa dalam teh celup agar
hasil yang didapat maksimal. Digunakannya air sebagai pelarut juga
dikarenakan kafein bersifat polar sehingga bisa digunakan pelarut yang paling
polar yaitu air, juga karena lebih aman dan lebih mudah, sedangkan jika
digunakan etanol kerugiannya lama, kurang praktis. Mendidihkan larutan
dimaksudkan untuk memisahkan kafein dan zat-zat lain dalam teh karena
Na2CO3 larut dalam keadaan panas. Lalu dilakukan pemanasan 20 menit pada
filtrat yang didapat dari penyaringan agar kandungan lain dari teh tersebut
hilang dan yang tersisa hanya kafein. Hal ini bertujuan agar masuknya pelarut
air menembus bahan padat daun teh dari teh celup dan melarutkan kafein dari
daun karena perbedaan konsentrasi yang besar antara pelarut dan bahan.
Hasilnya adalah sari daun teh tersebut larut dengan warna larutan coklat tua,
sedangkan Na2CO3 menjadi endapan putih di dasar larutan sehingga tidak
mengganggu larutan yang diinginkan.
Setelahnya dilakukan pendinginan agar pelarutan ekstrak daun teh
dalam air benar-benar sempurna (larut secara maksimal). Jika menyaring saat
larutan masih panas, mungkin saja proses pelarutan masih terjadi. Lalu
dilakukan penambahan dikolorometana, penggunaan diklorometana sebagai
pelarut kedua adalah karena kloroform tidak bercampur dengan air dan mudah
menguap, sehingga pada akhir percobaan dapat terpisah dengan ekstrak kafein.
Pada saat larutan berada di dalam corong pemisah, terlihat bahwa air dan
diklorometana tidak dapat bercampur. Air berada di bagian atas, sedangkan
diklorometana yang kerapatannya lebih tinggi berada di bawah nya. Mulanya
kafein hanya terkonsentrasi pada air. Namun setelah corong pemisah dikocok,
kafein akan terdistribusi menempati kedua bagian pelarut dan mencapai
kesetimbangan sebagian antara fasa bagian atas (dalam air) dan fasa yang lebih
rendah (diklorometana). Setelah itu ditambahkan kalsium klorida, tujuannya
untuk mengikat air, karena air dapat larut dalam diklorometana.
Pada uji yang kedua, dilakukan uji kromatografi lapis tipis. Dengan
melarutkan sedikit sampel kristal kafein dengan sedikit diklorometana, lalu
ditotolkan diatas pelat TLC hingga terdapat noda, dan dielusi menggunakan
eluen etil asetat : methanol (3:1), dan mendapat hasil RF yaitu 0,625. Juga
dilakukan elusi dengan eluen kloroform : methanol (9:1) dan mendapat hasil
RF yaitu 0,3.
Pada pengujian yang terakhir yaitu dilakukan uji alkaloid, untuk melihat
kandungan senyawa alkaloid. Hal ini dilakukan dengan dua pereaksi yaitu,
pereaksi meyer dan pereaksi dragendorff. Pada pengujian dengan menggunakan
pereaksi meyer didapat endapan kuning muda, yang menandakan larutan
mengandung alkaloid. Dan pada pengujian dengan menggunakan pereaksi
dragendorff, menghasilkan perubahan warna jingga pada larutannya, yang
menandakan reaksi yang terjadi positif.
VIII. Kesimpulan
Hasil dari praktikum ini yaitu:
1. Kafein bisa diisiolasi dengan ekstraksi padat cair dengan cara panas dan
ekstraksi cair – cair
2. Hasil identifikasi titik leleh pada kafein adalah 2240 C. KLT Rf = 0,625
(9:1), Rf = 0,3 (3:1).
3. Uji alkaloid positif, meyer (endapan kuning muda), dragendorff perubahan
warna jingga.
IX. Daftar Pustaka
Arsyad, 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia.
Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB: Bandung.
3-5