I. Tujuan Percobaan
Mensintesis aspirin dari asam salisilat dengan reaksi eterifikasi
Memurnikan hasil sintessis dengan rekristalisasi dengan uji reaksi
pengompleksan dengan FeCl3
Menguji hasil sintesis kemurnian dengan penentuan titik leleh dengan alat
melting block
Menentukan kadar aspirin dari tablet yang dijual dengan titrasi asam basa.
Mengidentifikasi keberadaan aspirin dengan kromatografi lapis tipis
II. Prinsip Percobaan
Rekristalisasi pemurnian zat pada berdasarkan kelarutan
Menguji adanya kandungan asam salisilat terhadap sampel yang dipakai
menggunakan campuran besi (III) klorida yang hasil positifnya ditunjukkan
dengan adanya perubahan warna ungu pada sampel uji
Penentuan titik leleh merupakan cara yang baik untuk mengetahui
kemurnian suatu sampel. Melting block digunakan untuk menghitung titik leleh
pada kisaran 25 – 4000 C yang dihitung pada trayek sampel saat mulai leleh
sampai pelarutnya menjadi cair
Mentitrasi sampel dengan larutan baku NaOH sampai mencapai titik akhir
titrasi yaitu ketika terjadi perubahan warna indicator dalam larutan
Perbedaan kepolaran senyawa pada fase diam dan fase gerak
III. Teori Dasar
1. Pengertian Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) yaitu merupakan suatu jenis
obat turunan dari salisilat. Pembuatan aspirin yaitu dengan reaksi asetylasi.
Reaksi asetylasi adalah suatu reaksi dimana memasukkan gugus acetyl kedalam
suatu substrat yang sesuai. Gugus acetyl yaitu R-COO- (yaitu dimana R
merupakan alkil atau aril). Aspirin juga disebut asam asetil salisilat atau
acetylsalicylic acid dan dapat dibuat dengan cara asetilasi senyawa fenol (yaitu
dalam bentuk asam salisilat) dengan menggunakan anhidrida asetat dan juga
dengan bantuan sedikit katalis yaitu asam sulfat pekat. Pada pembuatan aspirin,
asam salisilat (o-hydroxiy benzoic acid) berfungsi sebagai alkohol dan
reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi (Clark, 2007).
2. Pembentukan Aspirin
gugus -COOR dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis
mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini
digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Disini akan
sebuah gugus alkil, meskipun tidak jauh beda jika diganti dengan sebuah gugus
alkanol asam salisilat menjadi grup asetil (R-OH→R -OCOCH3). Proses ini
menghasilkan aspirin dan asam asetat, yang merupakan produk sampingan.
Sejumlah kecil asam sulfat umumnya digunakan sebagai katalis. Asam sulfat
berfungsi sebagai donor proton sehingga ikatan rangkap pada anhidrida asetat
lebih mudah terbuka lalu bergabung dengan asam salisilat yang kehilangan
3. Manfaat Aspirin
4. Esterifikasi
Reaksi esterifikasi merupakan suatu reaksi yaitu antara asam
karboksilat dan alcohol yang kemudian akan membentuk ester. Turunan dari
asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester asam karboksilat
yaitu suatu senyawa yang mengandung gugus -COOR dengan R yang dapat
berupa alkil ataupun berupa aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat
kembali lagi (Fessenden, 1990).
Reaksi esterifikasi ini merupakan reaksi bolak-balik atau reversible, jika
alcohol yang dipakai berlebih jumlahnya, maka kesetimbangan beranjak ke
arah pembentukan ester, sebaliknya, jika ester dipanaskan dengan air yang
berlebihan beserta suatu katalisator asam, maka ester akan dihidrolisis menjadi
asam dan alkohol (Ganiswarna, 1995).
Ester diturunkan dari asam karboksilat. Asam karboksilat yang
mengandung gugus –COOH dan sebuah ester hidrogen pada gugus ini akan
digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Sehingga akan
terlihat hidrogen pada gugus –COOH akan digantikan oleh sebuah gugus alkil,
walaupun tidak jauh berbeda jika diganti dengan sebuah gugus aril (dimana
berdasarkan pada sebuah cincin benzen) (Clark, 2007).
Ester mengalami hidrolisis menjadi asam karboksilat dan alkohol,
contohnya hidrolisis etil asetat akan menghasilkan asam asetat dan entanol.
Ester yang banyak digunakan seharu-hari adalah etil asetat, yang digunakan
sebagai pelarut cat atau cat kuku maupun perekat. Etil asetat dan ester-ester
yang lain adalah suatu cairan yang mudah menguap dengan mempunyai bau
khas (Hedricson, 1988).
Sintetis aspirin termasuk reaksi esterifikasi. Asam salisilat yang
dicampur dengan anhidrin asetat akan menyebabkan reaksi kimia yang dapat
mengubah kelompok alkanol asam salisilat menjadi grup asetil (R-OH→R -
OCOCH3). Proses ini akan menghasilkan aspirin dan juga asam asetat yaitu
merupakan produk sampingan. Sebagian kecil asam sulfat digunakan sebagai
katalis. Asam sulfat berfungsi sebagai donor proton sehingga ikatan rangkap
pada anhidrida asetat akan lebih mudah terbuka kemudian bergabung dengan
asam salisilat yang kehilangan hidrogennya. Setelah proses pengikatan selesai,
ion SO42- akan kembali mengikat proton H+ yang berlebih (Fessenden, 1990).
Poses esterifikasi adalah proses yang biasa digunakan dalam produksi
ester dari asam lemak spesifik. Berikut adalah faktor-faktor yang akan
mempercepat atau memperlambat proses terjadinya reaksi esterifikasi:
a. Alkohol primer bereaksi paling cepat, selanjutnya alkohol sekunder, dan paling
lambat bereaksi alkohol tersier.
b. Adanya Ikatan rangkap memperlambat reaksi.
c. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi dengan lambat (Halim, 1990).
5. Rekristalisasi
zat-zat organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu teknik ini secara rutin
digunakan untuk pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil isolasi dari bahan
panjang seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah
Metoda ini sederhana, material padatan ini terlarut dalam pelarut yang
cocok pada suhu tinggi (pada atau dekat titik didih pelarutnya) untuk
mendapatkan jumlah larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas
perlahan didinginkan, kristal akan mengendap karena kelarutan padatan
biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan
mencapai jenuh.
umumnya, yaitu :
melarutkan secara baik zat tersebut dalam keadaan panas, tetapi sedikit
Zat yang akan dilarutkan hendaknya dilarutkan dalam pelarut panas dengan
ditambahkan pelarut yang kurang baik tetes demi tetes sampai timbul
kekeruhan. Tambahkan beberapa tetes pelarut yang baik agar kekeruhannya
3) Penyaringan
larutan, seperti debu, pasir, dan lainnya. Agar penyaringan berjalan cepat,
arang aktif untuk mengadsorbsi zat warna tersebut. Penambahan arang aktif
dimurnikan
4) Pendinginan filtrat
kadang pendinginan ini dilakukan dalam air es. Penambahan umpan (feed)
6. Titik Leleh
Titik leleh adalah temperatur senyawa padat dimana benda tersebut
akan berubah wujud menjadi zat cair. Pada senyawa dengan berat molekul
hampir sama, senyawa lebih polar dan struktur molekulnya lebih simetris
mempunyai titik leleh yang lebih tinggi. Titik leleh senyawa murni ditentukan
dengan pengamatan temperetur saat terjadi perubahan padatan dan
cairan. Sejumlah kecil zat padat diletakkan dalam tabung kapiler gelas dan
diapanaskan merata.Pertama diamati temperatur saat mulai terbentuk cairan
kemudian temperature saat padatan berubah menjadi cairan semua
(Setyopratomo, 2003).
Dalam menentukan titik leleh suatu zat, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi cepatatau lambatnya zat tersebut meleleh adalah :
a. Ukuran Kristal
Ukuran Kristal sangat berpengaruh dalam menentukan titik leleh suatu zat.
Apabilasemakin besar ukuran partikel yang digunakan, maka semakin sulit
terjadinya pelelehan.
b. Banyaknya Sampel.
Banyaknya sampel suatu zat juga dapat mempengaruhi cepat lambatnya
proses pelelehan. Hal ini dikarenakan, apabila semakin sedikit sampel yang
digunakanmaka semakin cepat proses pelelehannya, begitu pula sebaliknya jika
semakin banyak sampel yang digunakan maka semakin lama proses
pelelehannya.
c. Pengemasan Dalam Kapiler.
Pemanasan dalam suatu pemanas harus menggunakan bara api atau
pamanas yang bertahan.
Adanya senyawa lain yang dapat mempengaruhi range titik leleh
(Setyopratomo, 2003).
IV. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu erlenmeyer 125
mL, batang pengaduk kaca, penangas air, klem, wadah penangas, corong
Buchner, tabung kapiler, melting block, termometer, timbangan analitik, gelas
kimia, gelas ukur, pipet tetes, mortar, statip, melting block, buret, stamper.
V. Prosedur
1. Pembuatan Aspirin
Dipanaskan air didalam gelas kimia diatas hot plate. Dimasukkan 1,4
gram asam salisilat dan 4 ml anhidrida asetat kedalam erlenmeyer. Kemudian
ditambahkan 5 tetes H2SO4 kedalam erlenmeyer tersebut. Diaduk campuran
tersebut dengan batang pengaduk. Kemudian erlenmeyer tersebut dipanaskan
di pengangas air selama 5 menit. Setelah 5 menit dimasukkan kedalam
erlenmeyer 2 ml aqua dm. Ditunggu 2 sampai 3menit kemudian dimasukkan 20
ml aqua dm dan erlenmeyer dimasukkan kedalam wadah berisi es sampai
terbentuk kristal. Kristal yang didapatkan disaring dengan corong Buchner dan
kristalnya dicuci dengan sedikit air dingin. Dihitung rendemen yang
didapatkan.
Ditotolkan aspirin hasil sintesis diatas plat KLT yang sudah diberi tanda
batas atas dan bawah sebesar masing-masing 1cm. Ditotolkan pula pembanding
keatas plat KLT. Plat KLT dielusi dengan eluen ebruapa etil asetat : methanol
(3:1). Ditunggu sampai tandai batas atas, kemudian dikeringkan plat KLT dan
diamati noda yang terbentuk didalam spektofotometri.
VI. Pengamatan
Pembuatan Aspirin :
Terbentuk kristal setelah didinginkan (warna putih)
= 0,0235 N
Gram tablet aspirin
Mr aspirin = 80
𝐺𝑟𝑎𝑚 1000
M= x
𝑀𝑟 𝑣
𝑔𝑟 1000
0,235 = x
180 50
Pada percobaan ini dilakukan sintesis aspirin dari asam salisilat dan
anhidrida asetat dengan metode esterfikasi. Pertama asam salisilat ditimbang
sejumlah 1,4 gram dengan tujuan untuk memperoleh data untuk menghitung
rendemen, kemudian asam salisilat yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam
Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan anhidra asetat dengan berlebihan dengan
tujuan untuk membilas asam asetat yang pada saat dipanaskan menempel pada
dinding erlenmeyer, penuangan anhidra asetat harus mengenai semua dinding
erlenmeyer agar asam salisilat yang menempel tidak ada lagi. Asam salisilat
memiliki gugus fenol, sehingga asam salisilat berperan sebagai gugus alkohol.
Setelah penambahan anhidrat asetat ditambahkan H2SO4 pekat, asam sulfat
berperan sebagai katalisator, dimana tujuan dari katalisator adalah untuk
mempecepat suatu reaksi. Kemudian dipanaskan diatas hot plate yang
sebelumnya telah dimasukan stirrer ke dalam erlenmeyer. Penambahan stirrer
bertujuan agar panas dan pencampuran larutan dapat bercampur dengan
homogen.
Kemudian ditambahkan aqua dm yang berfungsi untuk menetralisir
anhidra asetat yang berlebihan agar dibebaskan keluar. Sehingga, apabila reaksi
berjalan dengan baik maka akan menghasilkan bau seperti cuka karena anhidra
asetat telah dibebaskan dengan dinetralisir oleh aqua dm. kemudian erlenmeyer
diletakkan didalam wadah yang berisi es agar terbentuk kristal, kemudian
apabila kristal sudah terbentuk kemudian dilakukan penyaringan dengan
menggunakan corong Buchner untuk mendapatkan kristal murni, tetapi yang
didapatkan adalah aspirin serbuk tidak berbentuk kristal, hal ini disebabkan
karena kurangnya bongkahan es, ataupun kurang dinginnya es yang digunakan
untuk membentuk kristal. Sehingga kristal tidak terbentuk secara sempurna.
Hasil yang didapatkan ditimbang untuk mendapatkan hasil rendeman. Hasil
rendeman yang didapatkan yaitu 83,33 % dari hasil yang didapat agak jauh dari
hasil murni suatu rendeman aspirin, hal ini bisa terjadi karena beberapa factor
dan kesalahan yang dilakukan pada proses sintesis. Factor-faktor kesalahan
yang mungkin terjadi diantaranya:
1. Belum terbentuk semua kristal pada proses perendaman dalam es, sehingga
hasil redemannya kecil
2. Pengadukan stirrer yang kurang kuat
3. Kristal ikut terjerap pada corong Buchner
4. Kesalahan penimbangan.
Pada uji yang kedua yaitu dilakukan uji pengompleksan dengan FeCl3.
Pada uji reaksi pengkompleksan FeCl3 akan berwarna kecoklatan ketika
direaksikan dengan aspirin dari hasil sintesis. Tetapi ketika direaksikan
berwarna ungu itu menandakan hasil negatif, yaitu masih adanya asam salisilat
yang belum berubah menjadi aspirin dikarenakan belum sepenuhnya bereaksi,
karena reaksi positif adanya fenol yaitu berwarna ungu, sedangkan aspirin tidak
memiliki gugus fenol. Maka harus dilakukan rekristalisasi lagi untuk
mengujinya.
Setelah itu dilakukan uji titik leleh dengan pada kristalnya untuk
mengetahui kemurniannya dengan menggunakan melting block. Diambil
tabung kapiler (kaca) yang ujung satunya tertutup. Dibalikkan ujung yang
terbuka, lalu ditekan-tekan kedalam serbuk kristal sampai serbuk masuk
kedalam tabung kapiler. Dibalikkan lagi tabung dan diketuk sampai serbuk
kristal turun ke dasar kapiler, hingga tinggi serbuk sekitar 0,5 cm, ketika
memasukkan kristal aspirin kedalam pipa kapiler jangan memegang mulut pipa,
karena akan menyebabkan kristal menggumpal di mulut pipa, hal ini
disebabkan karena adanya suhu tubuh ketika tangan memegang mulut pipa.
Lalu dipasang kapiler di pada melting block dan ditempatkan juga termometer
untuk menentukan skala titik leleh dari kristal aspirin, ditentukan titik lelehnya
pada saat kristal kamper mulai meleleh dan pada saat kristal aspirin meleleh
sempurna.
Trayek titik leleh dapat menunjukan kemurnian suatu bahan. Jika trayek
titik lelehnya mempunyai skala lebih dari 2°C maka senyawa itu tidak murni
dan mengandung banyak pengotor. Dan hasil yang didapatkan titik leleh ketika
mulai meleleh yaitu 1100 C dan ketika mulai meleh seluruhnya yaitu 1400 C.
Sedangkan pembandingnya yaitu awal meleleh pada 1310 C dan meleleh
seluruhnya pada 1560 C. Dan faktor kesalahan yang mungkin terjadi karena
kesalahan saat membaca waktu pertama kali meleleh, api yang digunakan
terlalu besar sehingga suhunya pun cukup besar, dan kurang telitinya saat
melihat skala pada termometer.
VIII. Kesimpulan
Hasil dari praktikum ini yaitu:
1. Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat dan anhidrida asetat dengan
katalis asam melalui reaksi esterifikasi, hasil rendemennya 83,33 %
2. Hasil Uji FeCl3 negatif karena aspirinnya terbentuk, namun asam salisilat
tidak sepenuhnya bereaksi sehingga terjadi warna ungu.
3. Titik leleh aspirin yang didapatkan adalah 110 ̊C dan meleleh sepenuhnya
pada 1400 C
4. Didapatkan aspirin pada 1 tabletnya yaitu 0,10575 gram atau 105,75 mg.
5. Hasil Rf pada uji KLT adalah 0,81 dan 0,89.
IX. Daftar Pustaka
Clark, Jim. (2007). Pengantar Alkohol Dalam situs Kimia Indonesia. Erlangga:
Jakarta.