Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

Nutrigenomik

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah biologi nutrisi

Dosen pengampu: Dr. Ari Yuniastuti SPt, M. Kes

Disusun Oleh:
Nasiha El Karima (4441417008)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keterkaitan antara konsumsi makanan dengan beragamnnya respon pada
berbagai individu dengan latar belakang genetik yang berbeda telah lama diketahui,
misalnya pada kasus galaktosemia dan phenylketonuria (PKU). Integrasi antara ilmu
biologi, genomik, dan kesehatan telah membuka peluang penerapan teknologi
genomik pada ilmu gizi. Pada tahun 2001, para ilmuwan dalam Human Genome
Project menemukan bahwa referensi urutan gen manusia telah berhasil dipetakan.
Sejak saat itu pengetahuan mengenai tubuh manusia semakin terbuka. Pengetahuan
tersebut meliputi informasi genetik, bukti lebih lanjut tentang interaksi antara gen
dengan zat makanan serta lingkungan, dan pola ekspresi gen yang berhubungan
dengan penyakit-penyakit kronis. Manfaat informasi ini tidak bisa dipandang rendah.
Genomik dan bidang ilmu yang berkaitan telah memberikan kontribusi yang besar
untuk memahami mekanisme seluler dan molekuler dalam hubungannya dengan diet
pada penyakit tertentu.

Dewasa ini terjadi peningkatan angka kesakitan dan kematian yang


disebabkan oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh. Penyakit-penyakit
degeneratif pada umumnya sangat erat hubungannya dengan keseimbangan nutrisi di
dalam tubuh. Hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterolemia, asam urat adalah
beberapa contoh diantaranya. Menurut SDKI 2012 dan Profil Kesehatan Jawa Timur
juga ada kecenderungan peningkatan angka kesakitan dan kematian karena penyakit-
penyakit degeneratif. Akhir-akhir ini banyak sekali dikembangkan penelitian yang
berkaitan dengan nutrisi pengaruhnya dengan kondisi tubuh seseorang. Hasil dari
penelitian-penelitian tersebut tidak sedikit yang menyebutkan bahwa begitu sangat
erat hubungan antara nutrisi dengan kondisi kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut yang telah banyak dipublikasikan dan disosialisasikan menjadikan
masyarakat dewasa ini semakin meyakini bahwa melalui konsumsi makanan mereka
bisa memelihara kesehatan dan menghindarkan diri dari resiko yang tinggi terhadap
suatu penyakit tertentu, yang mana penyakit ini akan timbul akibat mengkonsumsi
makanan dengan kandungan baik kolestrol, karbohidrat, maupun lemak yang tinggi,
maka tindakan preventif memilih diet serat tinggi atau diet yang dikonsultasikan ke
dokter ahli nutrisi adalah tindakan yang tepat. Mereka yang mencoba untuk
mengendalikan kadar kolesterol darahnya berusaha menghindari makanan lemak
hewani. Untuk mencegah risiko kanker usus besar (kolon) mereka akan mengonsumsi
makanan serat tinggi. Dan bila ingin mengendalikan berat badan akan memperhatikan
nilai kalori makanannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan nutrigenomik?
2. Apa tujuan adanya studi nutrigenomik?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan latar belakang nutrigenomik.
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat studi nutrigenomik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nutrigenomik
Pada studi nutrigenomik memerlukan pengujian dengan analisis DNA dengan
biaya yang relatif mahal, meskipun demikian telah ada beberapa riset nutrigenomik
yang membuktikan bahwa antara peran gen dalam DNA, diet yang dikonsumsi, dan
penyakit-penyakit tertentu mempunyai keterkaitan yang sangat kuat. Pengetahuan
tentang nutrigenomik ini akan membantu kita untuk mengetahui makanan dan
minuman apa yang cocok untuk gen tubuh kita.sehingga penyakit obesitas, diabetes,
jantung, kanker, osteoporosis, alzheimer, dan penyakit karena penuaan dapat
dihindari.

Studi nutrigenomik dapat mengetahui makanan apa yang kita butuhkan dan
makanan apa yang harus kita hindari, ketika dikaji berdasarkan database gen yang
berasosiasi dengan suatu penyakit. Makanan yang kita makan tersusun atas molekul
kimia yang mampu menginduksi ekspresi gen. Komposisi kebutuhan gizi berbasis
profil genotip akan memberian pengetahuan tentang jenis-jenis pangan apa saja yang
sesuai untuk dikonsumsi. Pengetahuan ini penting untuk menjaga kesehatan dan
menghindarkan dari potensi penyakit kronis yang mungkin menyerang sehingga
kebutuhan terhadap obat juga dapat dikurangi.
Dampak dari keberagaman genetik ini dipengaruhi oleh lokasi gen tersebut
dan ekspresi protein dari gen tersebut dan berdampak terhadap proses matobolisme
gen-gen terkait (genes cascade). Perubahan dalam gen juga memberikan dampak yang
berbeda terhadap populasi (ras) yang berbeda. Susunan DNA tertentu juga memiliki
ketahanan terhadap penyakit tertentu. Oleh karena itu, perkembangan ilmu
nutrigenomik merupakan momen yang krusial untuk merevolusi pemahaman manusia
terhadap apa yang dimakannya. Beberapa komponen nutrisi essensial juga dapat
mempengaruhi perubahan aktivitas gen dan kesehatan, seperti karbohidrat, asam
amino, asam lemak, kalsium, zinc, selenium, folate dan Vitamin A, C & E, dan juga
komponen bioaktif non-essesial mempengaruhi secara signifikan terhadap kesehatan
(Corthésy Theulaz et al., 2005; Törrönen et al., 2006). Komponen bioaktif makanan
(essensial dan non-essensial) telah diketahui mampu memodifikasi sejumlah proses
seluler dalam meningkatkan kesehatan seseorang dan mencegah suatu penyakit,
contohnya memicu metabolism zat-zat dalam tubuh, meningkatkan keseimbangan
hormon, pensinyalan dalam sel-sel, kontrol siklus sel, apopotosis dan angiogenesis.
Komponen bioaktif ini juga dapat berperan secara simultan dalam proses seluler
tersebut (Kaput and Rodriguez, 2004).

Beberapa komponen nutrisi essensial juga dapat mempengaruhi perubahan


aktivitas gen dan kesehatan, seperti karbohidrat, asam amino, asam lemak, kalsium,
zinc, selenium, folate dan Vitamin A, C & E, dan juga komponen bioaktif non-
essesial mempengaruhi secara signifikan terhadap kesehatan (Corthésy Theulaz et al.,
2005; Törrönen et al., 2006).

2.2 Tujuan Nutrigenomik

Nutrigenomik mencakup studi yang luas dengan dua tujuan utama. Tujuan
yang pertama adalah untuk “menganalisis karakter dari masing-masing individu.”
Tujuan yang kedua adalah untuk “menggunakan informasi tersebut dalam pencegahan
penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup dengan efektifitas dari konsumsi dan
komponen makanan”. Nutrisi berbasis genomik dapat meningkatkan pengetahuan
untuk melakukan diet dan pemilihan gaya hidup yang mungkin dapat mengubah
kerentanan terhadap penyakit dan meningkatkan potensi kesehatan (Kato, 2008).
Peningkatan pengetahuan tentang nutrisi berbasis gen melalui pemilihan diet
dan gaya hidup diharapkan dapat mengubah kerentanan terhadap penyakit dan
meningkatkan potensi kesehatan. Perubahan dari pasien menjadi konsumen sehat pada
konsep nutrigenetik menjadi salah satu langkah strategis untuk menunda terjadinya
onset suatu penyakit dan manifestasi klinis, sehingga mungkin dapat dikatakan
pendekatan preventif lebih baik dari pada pengobatan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyaknya penyakit yang terjadi dikarenakan ketidakseimbangan nutrisi di
dalam tubuh sudah seharusnya membuat kita semakin bijak untuk memilih dan
mengkonsumsi makanan, sehingga tubuh kita terhindar dari berbagai penyakit yang
bisa diakibatkan oleh hal tersebut. Sebagai alternatif penanganan kesehatan dimasa
depan, nutrisi sangat menjanjikan, karena efek negatif yang ditimbulkannya sangat
kecil atau tidak ada. Nutrigenomik seperti yang telah disampaikan diatas, merupakan
alternatif penanganan kesehatan masa datan yang layak untuk dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA

CorthésyTheulaz I., den Dunnen JT., Ferré P., Geurts JMW., Müller M., van Belzen N., van
Ommen B. 2005. Nutrigenomik: dampak teknologi biomik pada penelitian nutrisi.
[terjemah]
Kaput J. 2008. Nutrigenomics Research for Personalized Nutrition & Medicine. Curr. Opn.
Biotechnology 19 (2): 110-120
Kato, H. 2008. Nutrigenomiks: The Cutting Edge and Asian Perspectives. Asia Pasific
Journal. 17 (S1):12-15.
Törrönen R., Kolehmainen M., and Poutanen K. 2006. Nutrigenomics - Pendekatan Baru
untuk Penelitian Nutrisi, Makanan dan Kesehatan. Pusat Penelitian Makanan dan
Kesehatan[terjemah], ETTK / Department of Clinical Nutrition. University of Kuopio.
pp 1-43

Anda mungkin juga menyukai