Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL

Judul OPTIMASI KONSENTRASI KALIUM HIDROKSIDA PADA


EKSTRAKSI KARAGINAN DARI ALGA MERAH
(Kappaphycus alvarezii) ASAL PULAU LEMUKUTAN
Jurnal Jurnal Kimia Khatulistiwa
Volume, Halaman volume 2 (2), halaman 78-83
Tahun 2013
Penulis Rian Hidayah, Harlia , Gusrizal , Ajuk Sapar
Reviewer Ivanny Olivera (260110180080)
Tanggal 20 November 2019

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki sumber daya laut yang beragam dan
dapat digunakan sebagai pertumbuhan ekonomi dari negara itu. Salah satu sumber daya laut
yang ada di Indonesia adalah rumput laut atau alga. Jenis dari alga di indonesia ini beragam
contoh nya adalah jenis Eucheuma sp., Kappaphycus sp., Sargassum sp., Hypnea sp.,
Gelidium sp., dan Gracillaria. Secara umum rumput laut dikelompokkan menjadi empat kelas
yaitu ganggang cokelat (Phaeophyceae), , ganggang merah (Rhodophyceae), ganggang hijau
biru (Cyanophyceae) dan ganggang hijau (Chlorophyceae).Gangga jenis Rhodophyceae atau
gangga merah merupakan rumput laut yang dapat menghasilkan karaginan karena itu alga
merah dinilai sebagai gangga yang memiliki nilai tinggi . Karaginan memiliki fungsi yang
sama dengan agar-agar, diantaranya sebagai pengatur keseimbangan, pengental, pembentuk
gel, dan juga zat pengemulsi, selain itu karaginan juga banyak digunakan dalam berbagai
industri (makanan, farmasi tekstil, kosmetik dan cat). Cara untuk mendapatkan karaginan ini
adalah dengan mengekstraksi getah rumput laut Rhodophyceae atau gangga merah dengan
larutan dengan memperhatikan proses ekstraksi yang meliputi cara ekstraksi, pH, lama
ekstraksi dan suhu.Salah satu jenis sumberdaya hayati yang berpotensi sebagai penghasil
karaginan adalah Kappaphycus alvareziii yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Pulau
Lemukutan Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Pelarut basa yang biasa
digunakan dalam ekstraksi karagenan adalah kalium hidroksida karena dapat menghasilkan
karaginan dengan sifat kekuatan gel yang lebih baik dibandingkan NaOH.

METODELOGI
Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain AAS, batang pengaduk, beaker
glass, botol semprot, bulb, cawan petri, cawan porselen, corong Buchner, desikator, kertas
saring, kondensor, labu ukur, neraca analitik, oven, pemanas listrik, pipet volume, pompa air,
pompa vakum, saringan, spatula, termometer, stop watch, tanur, dan oven, air suling, asam
klorida, barium klorida, kalium hidroksida, kalium klorida, dan sampel Kappaphycus
alvarezii.
Cara Kerja
Sampling dan Preparasi Sampel
Sampel yang akan diuji telah dikumpulkan dari pesisir laut asal Pulau Lemukutan,
dibersihkan seluruh bagian tanamannya.

Optimasi Ekstraksi Karaginan dengan KOH


Rumput laut ditimbang sebanyak 5 gr lalu dipotong sekitar 1 cm. Kemudian rumput l
diekstraksi dengan Kalium Hidroksida 250 mL dengan konsentrasi KOH yang berbeda beda
(0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; dan 1,0 M). Selanjutnya campuran dipanaskan pada suhu 85˚C
sambil diaduk selama 2 jam. Kemudian ekstrak disaring dalam keadaan masih panas, dan
ditambahkan kalium klorida 1,5% kedalam filtrat, lalu aduk dan diamkan selama 24 jam pada
suhu kamar hingga terbentuk endapan. Endapan kemudian disaring dan dikeringkan kedalam
oven dengan suhu 55˚C. Karaginan yang telah kering kemudian ditimbang dan kembali
dikeringkan. Hal ini terus dilakukan hingga bobot konstan. Kemudian dihitung berat
rendemen, dengan membandingkan hasil serbuk karagenan konstan dengan berat awal, lalu
dikali 100%

Kadar sulfat
Karaginan ditimbang sebanyak 1 gr lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan
50 mL HCL dengan konsentrasi 0,2 N. Campuran kemudian direfluks sampai larutan menjadi
jernih. Larutan jernih kemudian dipindahkan kedalam gelas beaker dan diapanaskan hingga
mendidih, lalu ditambahkan larutan BaCL2 10 % sebanyak 10 mL lalu panaskan kembali
larutan selama 2 jam. Selanjutnya akan terbentuk endapan, endapan kemudian disaring
menggunakan kertas saring bebas berabu dan dicuci dengan aquadest mendidih hingga bebas
dari klorida. Kertas saring kemudian dikeringkan di oven dan dileburkan pada suhu 1000˚C.
abu hasil leburan kemudan didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Lalu dilakukan
perhitungan kadar sulfat.
Analisis Logam
Sampel ditimbang sebanyak 0,1 gr kemudian dimasukkan kedalam cawan dan ditambahkan
5-6 mL HCL 6N, lalu dipanaskan diatas hotplate dengan pemanasan rendah hingga kering.
Setelah itu kedalam campuran ditambahkan 15 mL HCL 3N lalu dipanaskan kembali hingga
mendidih. Larutan kemudian disaring. Filtrat yang didapatkan dimasukkan ke labu ukur
berukuran 25 mL. Padatan yang tertinggal dicuci dengan aquadest dan disaring, lalu
dimasuukan ke labu ukur tadi hingga tanda batas. Blanko disiapkan. Larutan blanko dan
sampel kemudian diukur larutan standar logam dan dibuat kurva standar (nilai absorbsi/emisi
vs konsentrasi logam dalam μg/mL).

Identifikasi Gugus Fungsi Karaginan Dengan Menggunakan Spektrofotometri FTIR.


Karaginan yang didapatkan lalu dianalisis dengan spektrofotometri FTIR untuk mengetahui
gugus gugus fungsi yang ada pada isolat karainan. Bila hasil gugus fungsi sama antara standar
dan sampel, maka sampel yang dianalisa identik.

HASIL dan PEMBAHASAN


Optimasi Ekstraksi Karaginan dengan KOH
Suhu yang dipilih untuk ekstraksi adalah 85˚C karena itu merupakan suhu yang sesuai dan
optimal untuk mendapatkan hasil rendemen yang tinggi. Hal ini disebabkan rumput laut
berinteraksi dengan panas dan larutan pengekstrak, karaginan akan terlepas dari dinding sel
rumput laut dan kadar karaginan akan meningkat. Dalam proses ekstraksi digunakan pelarut
kalium hidroksida yang dapat menghasilkan rendemen yang tinggi karena kation dari kalium
hidroksida ( K+) akan bereaksi dengan polimer karaginan yang nantinya akan membentuk
kappa karaginan. Kappa karaginan inilah yang nantinya menambahkn berat pada rendemen
yang dihasilkan. KOH juga berperan sebagai katalis dan juga sebagai pemecah dinding sel
rumput laut.

Hasil dari rendemen yang dihasilkan adalah sebagai berikut :


Kadar Sulfat
Kadar sulfat yang ditetapkan adalah sebesar 18-40 %. Sementara kadar sulfat pada penelitian
ini adalah sebesar 14,75% sehingga masi dalam batas syarat. Waktu ekstraksi berpengaruh
terhadap kadar sulfat dalam karagenan yang dihasilkan dari ekstraksi dengan pelarut KOH.
Kadar sulfat dalam karagenan yang dihasilkan dengan pelarut dapat diasumsi sebagai kadar
sulfat dalam rumput laut Kappaphycus alvarezii

Logam Berat
Kandungan logam dalam karagenan termasuk hal yang penting untuk diperiksa karena
merupakan parameter untuk keamanan pangan dan untuk keamanan penggunaan. Berikut
kandungan logam berat karaginan Kappaphycus alvareziii :

Logam Zn merupakan unsur atau mineral yang dibutuhkan oleh rumput laut. Kandungan Zn
yang terdapat pada karaginan disebabkan karena logam Zn pada rumput laut terakumulasi
melalui absorbsi atau proses pertukaran ion. Proses ini terjadi melalui dinding sel rumput laut,
yang kemudian bersenyawa dengan protein dan polisakarida. Adanya kandungan Pb dan Cu
menunjukkan adanya pencemaran di perairan, karena rumput laut mampu menyerap logam
berat dari perairan melalui proses absorpsi. Pada penelitian ini karaginan mengandung Zn, Cu
dan Pb dalam jumlah yang sedikit dan memenuhi standar yang ditetapkan oleh EEC untuk Pb
sebesar 10 ppm, Cu sebesar 25 ppm dan Zn sebesar 50 ppm.

Karakterisasi Menggunakan IR Spektrofotometer


Berikut ini merupakan spektrum FTIR standar dan sampel yang dihasilkan, dimana kedua
spektrum di bawah dibandingkan antar gugus-gugus fungsinya. Spektrofotometer FTIR
menunjukkan adanya berkas absorpsi yang sangat kuat pada daerah 1210-1260 cm-1 karena
ikatan ester sulfat dan daerah 1010-1080 cm-1 dianggap ikatan glycosidik pada semua jenis
karagenan. Karagenan yang menunjukkan lebar spektrum 840-850 cm-1 adalah galaktosa-4-
sulfat yang dimiliki karagenan jenis kappa. Hal ini menunjukkan spektrum karaginan hasil
isolasi telah memenuhi spesifikasi dengan karaginan komersial karena gugus- gugus fungsi
yang terdapat pada spektrum karaginan sample yang dihasilkan identik dengan spectrum
standar karaginan.

Standar Karaginan Karagenan Sampel

SIMPULAN
Hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan menunjukkan konsentrasi optimum kalium
hidroksida pada proses ekstraksi karaginan diperoleh pada konsentrasi 0.4 M yang
mrnghasilkan rendemen sebesar 47,74%. Kadar sulfat karaginan hasil isolasi yang diperoleh
sebesar 14,75%. Berdasarkan karakteristik FTIR karaginan hasil isolasi menunjukkanadanya
pada spektrum 1257,59 cm-1 terdapat gugus ester sulfat, spektrum 925,83 cm-1 terdapat 3,6-
anhidrogalaktosa , spektrum 848,68 cm-1 terdapat galaktosa-4-sulfat, serta analisis logam
yang dilakukan pada karaginan menghasilkan kadar logam Pb sebesar15.975 μg/g, kadar Cu
sebesar 9.65 μg/g, kadar Zn sebesar 502.55 μg/g

LAMPIRAN JURNAL
Dapat diakses di :http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jkkmipa/article/view/3896/3905

Anda mungkin juga menyukai