Nim : 201711283
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
domestic ) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA
News, 2006 ). Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak
kurang dari 400.000 m3 / hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan
tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di
Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan beberapa
cara antara lain dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai atau
danau, dibuang ke tanah , dan ada juga yang dibuang ke kolam atau pantai. Di beberapa
daerah pedesaan di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah
garis kemiskinan dengan sanitasi yang sangat minim. Masih sering dijumpai sebagian
pembuangan khusus untuk pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan
dari kamar mandi. Bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat yang membuang
karena faktor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang
relatif rendah dari masyarakat pun memang sangat berpengaruh besar terhadap pola hidup
masyarakat.
merugikan terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan hidup dan kegiatan ekonomi yang
melaporkan bahwa 32,24 % air minum perpipaan dan 54,16 % non perpipaan diketahui
penyakit diare di Indonesia begitu tinggi (Percik, Desember 2006). Sehingga diharapkan
masyarakat untuk menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) karena dari sanitasi
yang baik dapat memutus tali rantai penyebaran penyakit. Disini penulis akan
Masyarakat ”. Alasan penulis mengambil kasus sanitasi agar masyarakat sadar akan
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Sanitasi
lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan
Upaya-upaya untuk menciptakan sanitasi lingkungan yang baik adalah sebagai berikut (Bagja
diare diakibatkan oleh kebiasaan hidup yang tidak sehat. Kebiasaan yang dimaksud
adalah tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, buang air besar atau kecil
sembarangan, minum air yang belum dimasak secara benar dan lain-lain.
dibersihkan. Perlengkapan rumah seperti karpet dan kursi berpotensi menjadi tempat
ruangan dapat menimbulkan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Debu
juga dapat berfungsi sebagai media tempat menempelnya bakteri atau virus yang dapat
mengganggu kesehatan manusia. Ruangan yang tidak bersih dan rapi juga dapat
mengundang masuknya lalat, nyamuk dan tikus masuk ke dalam ruangan. Padahal
Kamar mandi dan toilet merupakan bagian dari rumah yang paling kondusif untuk
penyakit. Lantai kamar mandi yang senantiasa lembab atau bahkan basah merupakan
tempat yang cocok bagi berkembangnya bakteri atau mikroorganisme penyebab berbagai
penyakit. Karena itu, kamar mandi dan toilet harus lebih sering dibersihkan dibanding
ruangan lainnya.
Bak atau tempat penampungan air dapat menjadi tempat yang sangat baik bagi
perkembangbiakan nyamuk. Karena itu, bak dan tempat penampungan air harus
dibersihkan dan dikuras secara rutin minimal satu minggu sekali. Tempat penampungan
air diupayakan selalu tertutup. Menutup tempat penyimpanan air dapat mencegah
organisme lainnya yang dapat menimbulkan penyakit seperti tikus dan kecoa. Aktivitas
plastik, dan lain-lain sebaliknya ditimbun jika tidak akan dipakai lagi.
Genangan air seringkali dianggap tidak membahayakan. Padahal, genangan air yang
dibiarkan lama, terutama pada musim hujan dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk. Karena itu, barang-barang bekas yang sedianya dapat menampung air seperti
Air bekas mencuci, mandi, masak, dan air dari kakus akan masuk ke saluran
pembuangan. Saluran tersebut biasanya terbuka dan air yang mengalir sangat kotor dari
limbah cair maupun sampah. Jika dibiarkan, tempat tersebut menjadi sumber berbagai
jenis penyakit dari organisme yang hidup di dalamnya. Karena itu, secara individu
maupun bersama-sama dengan warga masyarakat lainnya, secara rutin saluran tersebut
harus dibersihkan.
Air menjadi salah satu komponen penting dalam kaitannya dengan kesehatan. Namun,
sebagian masyarakat kita masih menggunakan air yang tidak bersih untuk keperluan
mencuci dan mandi serta memasak maupun minum. Selain itu, proses masak yang tidak
sempurna juga dapat menyebabkan penyakit. Karena itu, tidak heran jika banyak
dari evaluasi oleh Kamal Kar mengenai WaterAid dari VERC’s (Village Education
Resource). Hasil dari evaluasi adalah penemuan pendekatan CLTS dengan metode PRA
pada tahun 2000. Sejak tahun 2000, melalui pelatihan langsung oleh Kamal Kar dan
dukungan dari banyak lembaga serta dibantu dengan kunjungan lintas Negara, CLTS telah
menyebar ke organisasi lain di Bangladesh dan Negara lain di Asia Selatan dan Asia
Tenggara, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Lembaga atau instansi yang
mensponsori pelatihan ini oleh Kamal Kar antara lain the WSP-World Bank, CARE,
Concern, WSLIC II (Kamal Kar dan Robert C, 2008: 7). Uji coba implementasi CLTS di 6
kabupaten di Indonesia pada tahun 2005. Pada Juni 2006, Departemen Kesehatan
mendeklarasikan pendekatan CLTS sebagai strategi nasional untuk program sanitasi. Pada
sebagai pengganti pendekatan dana bergulir di seluruh lokasi program (36 kabupaten).
Pada saat yang sama, beberapa LSM mulai mengadopsi pendekatan ini. Mulai Januari
sampai Mei 2007, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia merancang
proyek PAMSIMAS di 115 kabupaten. Program ini mengadopsi pendekatan CLTS dalam
rancangannya (Kepmenkes, 2008). Bulan Juli 2007 menjadi periode yang sangat penting
bagi perkembangan CLTS di Indonesia, karena pemerintah bekerja sama dengan Bank
total bernama Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total dan
Pemasaran Sanitasi (SToPS), dan pada tahun 2008 diluncurkannya sanitasi total berbasis
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan, strategi dan program
untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode pemicuan. Perilaku higiene dan sanitasi yang dimaksud antara lain tidak buang
air besar sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan
yang aman, mengelola sampah dengan benar dan mengelola limbah cair rumah tangga
dengan aman. Perilaku tersebut merupakan rangkaian kegiatan sanitasi total. Selanjutnya
rangkaian perilaku tersebut disebut sebagai pilar STBM. Kelima pilar tersebut merupakan
satu kesatuan kegiatan namun perlu diprioritaskan pilar mana yang paling mendesak.
Prioritas berdasarkan criteria: 1) luasnya akibat (dampak) yang ditimbulkan oleh perilaku
ditanggulangi; (4) keterdesakan, akibat yang akan timbul apabila persoalan tidak segera
ditanggulangi (Menkes, 2008 dan Ditjen PP dan PL, 2011). STBM dilaksanakan melalui
melaksanakan sanitasi total yang timbul dari dirinya sendiri, bukan melalui paksaan.
Melalui cara ini diharapkan perubahan perilaku tidak terjadi pada saat pelaksanaan
program melainkan berlangsung seterusnya (Depkes RI, 2008). Metode yang digunakan
dalam STBM adalah metode pemicuan. Metode pemicuan ini dilaksanakan oleh tim
fasilitator dengan cara memicu masyarakat dalam lingkup komunitas terlebih dahulu
untuk memperbaiki sarana sanitasi sehingga tercapai tujuan dalam hal memperkuat
budaya perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat serta mencegah penyakit
berbasis lingkungan. Faktor-faktor yang harus dipicu antara lain rasa jijik, rasa malu,
takut sakit, aspek agama, privacy, dan kemiskinan. Setelah pemicuan faktor tersebut
terlaksana, dibentuklah komite dari komunitas tersebut. Komite dibentuk agar rencana
aksi dari masyarakat yang terpicu dapat berjalan dengan baik. Selain itu monitoring dari
tim fasilitator juga harus diterapkan. Kegiatan terus dilakukan sampai tercapai kondisi
desa bebas buang air besar sembarangan (ODF/ Open Defecation Free) (Ditjen PP dan
Tujuan umum dari program STBM adalah memicu masyarakat sehingga dengan kesadarannya
sendiri mau menghentikan kebiasaan buang air besar di tempat terbuka pindah ke tempat tertutup
dan terpusat. Sedangkan tujuan khusus dari program STBM antara lain:
dengan memicu perasaan jijik, malu, takut sakit, rasa dosa, dan lain sebagainya
sehingga muncul kesadaran untuk merubah perilakunya kearah perilaku hidup bersih
sehingga timbul kesadaran tentang keadaan dirinya tersebut atau terjadi realisasi.
Kesadaran atau realisasi inilah yang kemudian menimbulkan keinginan ataupun dorongan
untuk berubah, yakni mengubah keadaannya yang jelek menjadi baik. Keadaan inilah
yang menunjukkkan motif pada diri seorang telah terbentuk. Atas dasar motif inilah akan
terjadi perubahan perilaku (Slamet, 2006). Prinsip dari program nasional STBM antara
masyarakat, dan keberlanjutan (Kepmenkes RI, 2010 dan Ditjen PP dan PL, 2011).
Pilar STBM
Tujuan STBM dapat tercapai dengan terpenuhinya beberapa pilar agar kondisi sanitasi total
sebagai prasyarat keberhasilan STBM tercapai. Beberapa pilar tersebut antara lain (Kepmenkes
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) Kondisi ketika setiap individu dalam
suatu komunitas tidak membuang air besar di ruang terbuka atau di sembarang tempat.
Tujuan dari pilar ini adalah mencegah dan menurunkan penyakit diare dan penyakit
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan
air yang mengalir pada 5 waktu kritis. Lima waktu kritis tersebut antara lain sebelum
makan, sesudah makan, setelah BAB atau kontak dengan kotoran, setelah mengganti
popok bayi, dan sebelum memberikan makan bayi. Tujuan jangka panjang dari pilar
kedua adalah untuk berkontribusi terhadap penurunan kasus diare pada anak balita di
Indonesia.
3. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan Makanan Sehat (PAM- RT) Suatu proses
pengolahan, penyimpanan, dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk
produksi makanan dan keperluan oral lainnya. Tujuan dari pilar ketiga adalah untuk
4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT) Proses pengelolaan sampah pada tingkat
5. Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (PALRT) Proses pengolahan air limbah pada
Aktor desa yang terlibat dalam program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat meliputi Kepala
Desa dan Perangkat Desa, Dukuh dan Natural leader, Lembaga Kemasyarakatan Desa seperti
LPMD, Kader Kesehatan, PKK, Ketua RT, Ketua RW, Tokoh Masyarakat, Karangtaruna dan
seluruh warga desa. 5 Pilar STBM adalah :Tidak Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS);
Cuci Tangan Pakai Sabun; Pengamanan Makanan dan Air Minum; Pengolahan Sampah; dan
Melalui kegiatan verifikasi pra pencanangan desa STBM, dapat dilihat secara langsung
implementasi program STBM oleh warga masyarakat. Sejauh mana masyarakat desa sadar akan
pentingnya menjaga kesehatan lingkungan. Selain itu, komitmen masyarakat desa juga dapat
ditinjau dari perilaku sehari-hari serta ketersediaan sarana prasarana sanitasi di tingkatan rumah
tangga. Pada akhirnya, terselenggaranya sanitasi lingkungan berbasis pemberdayaan masyarakat
desa dapat berjalan optimal jika didukung oleh segenap lapisan masyarakat dan fasilitasi dari
pemerintah.
Salah satu bagian dari masyarakat yang sangat diharapkan untuk berpatisipasi
dalam memperhatikan lingkungan hidup adalah para generasi muda. Pada era saat ini,
sebagai generasi muda yang akan memegang kendali kehidupan dalam bermasyarakat di masa
yang akan datang, maka sudah sepantasnya bagi para generasi muda baik laki-laki dan
perempuan menjadi generasi yang bijak dalam berbagai aspek kehidupan, begitu juga halnya
dalam masalah kelestarian lingkungan, mestinya sebagai generasi penerus bangsa sangat wajib
untuk bersifat bijak dalam andil mempertahankan kelestarian lingkungan. Kemajuan tekhnologi
tanpa kita sadari membuat para generasi muda kurang bersikap bijak terhadap lingkungan
sekitar, banyak penampakan dan bukti bahwa masih kurang bijaknya generasi muda dalam
masalah melesarikan lingkungan namun dalam realitasnya peran generasi muda dalam
pelestarian lingkungan belum sepenuhnya dapat terwujud. Masyarakat akan ikut berpartisipasi
2.3. Sosialisasi
Dalam buku Dasar-Dasar Sosialisasi (2004) karya Sutaryo, sosialisasi merupakan suatu proses
bagaimana memperkenalkan sistem pada seseorang. Serta bagaimana orang tersebut menentukan
tanggapan serta reaksinya. Sosialisasi ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan
kebudayaan di mana individu tersebut berada. Selain itu, sosialisasi juga ditentukan dari interaksi
sehari-hari.
a. Sosialisasi Primer Sosialisasi yang pertama kali dijalani oleh manusia semasa
masyarakat.
proses tersebut berlangsung menyeluruh, di tempat tinggal dan tempat kerja. Dalam
dua tempat tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari
antaranya:
pembelajaran.
kelompok.
Fungsi umum dari sosialisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu:
terhadap nilai-nilai, norma, dan struktur sosial. Dengan hal tersebut, seorang individu
bisa menjadi masyarakat yang baik. Di mana masyarakat baik adalah warga yang
b. Kepentingan masyarakat
nilai serta norma sosial. Nilai dan norma terpelihara dari generasi ke generasi dalam
masyarakattersebut.
2.3.7. Tujuan Sosialisasi
Dengan fungsi sosialisasi yang sudah berjalan, maka tujuan sosialisasi sebagai berikut:
1. Setiap orang dapat hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat, jika menghayati
2. Setiap orang dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan masyarakat yang
5. Keutuhan masyarakat dapat terjadi bila di antara warganya saling berinteraksi dengan
Peranan Generasi Muda dalam mensosialisasikan sanitasi dengan merujuk 5 pilar STBM
diantaranya adalah :
1. Perilaku stop buang air besar sembarangan diwujudkan melalui kegiatan paling sedikit
terdiri atas:
a. Membudayakan perilaku buang air besar sehat yang dapat memutus alur
berkelanjutan.
2. Perilaku cuci tangan pakai sabun diwujudkan melalui kegiatan paling sedikit terdiri atas:
a. Membudayakan perilaku cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
secara berkelanjutan
b. Menyediakan dan memelihara sarana cuci tangan yang dilengkapi dengan air
mengalir, sabun, dan saluran pembuangan air limbah.
3. Perilaku pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga diwujudkan melalui kegiatan
paling sedikit terdiri atas:
a. Membudayakan perilaku pengolahan air layak minum dan makanan yang
aman dan bersih secara berkelanjutan.
b. Menyediakan dan memelihara tempat pengolahan air minum dan makanan
rumah tangga yang sehat.
4. Perilaku pengamanan sampah rumah tangga diwujudkan melalui kegiatan paling sedikit
terdiri atas:
a. Membudayakan perilaku memilah sampah rumah tangga sesuai dengan
jenisnya dan membuang sampah rumah tangga di luar rumah secara rutin.
b. Melakukan pengurangan (reduce), penggunaan kembali (reuse), dan
pengolahan kembali (recycle).
c. Menyediakan dan memelihara sarana pembuangan sampah rumah tangga
di luar rumah.
5. Perilaku pengamanan limbah cair rumah tangga diwujudkan melakui kegiatan paling
sedikit terdiri atas:
a. Melakukan pemisahan saluran limbah cair rumah tangga melalui sumur
resapan dan saluran pembuangan air limbah.
b. Menyediakan dan menggunakan penampungan limbah cair rumah tangga.
c. Memelihara saluran pembuangan dan penampungan limbah cair rumah
tangga
Agar sosialisasi dari generasi muda dapat berjalan dengan baik diharapkan perangkat
desa, tenaga fasilitator dan tim puskesmas harus mengadakan pembekalan buat generasi muda
karena melalui generasi muda baik melalui pendidikan konseptual maupun practical akan dapat
menciptakan suatu pola berpikir yang berwawasan lingkungan yang akan mempengaruhi pola
tingkah laku dalam masyarakat dan pada akhirnya akan dapat menciptakan kesadaran secara
masyarakat setempat. Karena sanitasi yang baik dapat memutus tali rantai penyebaran penyakit.
penyakit. Banyak daerah terlihat semakin kritis dan gersangnya tanah serta perbukitan akibat
penggundulan hutan dan semakin keruhnya air sungai karena erosi tanah bahkan bencana banjir
yang sangat rutin terjadi. Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
masyarakat. Banyak aspek kesehatan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit
dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Banyak yang
tidak menyadari bahwa pola kehidupan modern saat ini sangat mempengaruhi lingkungan dan
kondisi bumi secara keseluruhan. Kemakmuran yang semakin tinggi telah memberikan fasilitas
hidup semakin mudah melalui perkembangan teknologi. Salah satu bagian dari masyarakat yang
sangat diharapkan untuk berpatisipasi dalam memperhatikan lingkungan hidup adalah para
generasi muda. .
untuk kepentingan praktis atau kebutuhan analisis dibatasi hingga lingkungan dalam arti
biosphere saja, yaitu permukaan bumi, air, dan atmosfer tempat terdapat jasad hidup. Batasan
lingkungan hidup dalam arti ini adalah semua benda, daya, kehidupan, termasuk di dalamnya
manusia dan tingkah lakunya yang terdapat dalam suatu ruang, yang mempengaruhi
kelangsungan dan kesejahteraan manusia serta jasad-jasad hidup lainnya. Dari pengertian ini
maka tingkah laku manusia pun merupakan bagian dari lingkungan. Dalam pengertian ini, istilah
lingkungan hidup diartikan luas, yaitu meliputi tidak saja lingkungan fisik dan biologi,
melainkan juga lingkungan ekonomi, sosial, dan budaya. Oleh karena itu, untuk mempelajari dan
untuk dapat mengerti secara komprehensif diperlukan pendekatan yang bersifat multi dan
interdisipliner ilmu. Manusia mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya.
lingkungannya. Hubungan timbal balik demikian terdapat antara manusia sebagai individu atau
kelompok atau masyarakat dan lingkungan alamnya. Karena itu, benar apa yang dikatakan oleh
Lothar Gundling sebagai berikut: bahwa lingkungan hidup merupakan bagian yang sangat
penting dalam kehidupan manusia sehingga merupakan suatu keharusan bagi masyarakat untuk
menjaga dan melestarikannya termasuk dalam hal ini para generasi muda.
Oleh karena itu pendidikan lingkungan hidup menjadi suatu keharusan dalam rangka
memberikan pendidikan sejak dini kepada generasi muda mengenai lingkungan hidup termasuk
dalam hal ini 5 pilar dasar STBM untuk membangun kesadaran manusia dalam hal menjaga
lingkungannya. Generasi muda perlu dididik menjadi insane yang bijak dan harus ditanamkan
kedalam sikap dan kepribadian para pemuda tugas wajib bagi para orang tua untuk ikut
membiasakan anakanak mereka selalu bersikap bijak khususnya rasa keperduliannya terhadap
lingkungan sekitar. Banyak juga fakta yang mengatakan generasi muda saat ini sudah tak lagi
mencerminkan rasa bijak dan pedulinya kepada lingkungan, malahan cara dan prilaku mereka
tidak sama sekali menggambarkan rasa pedulinya kepada kelestarian lingkungan, mereka lebih
disembarang tempat, atau melakukan perusakan terhadap pohon dan tanaman yang itu semua
hanya meninggalkan dampak negatif pada masyarakat dan lingkungan khususnya. Pendidikan
lingkungan hidup kepada para generasi muda tidak hanya memberikan andil yang besar bagi diri
generasi muda tetapi diharapkan dengan pendidikan yang dimilikinya, generasi muda mampu
untuk ikut serta membangun kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan hidup khususnya
untuk membangun kesadaran masyarakat akan hal 5 pilar STBM. Untuk membangun generasi
muda yang mampu untuk menciptakan kesadaran hukum masyarakat dalam pengelolaan
citizenship yang pernah dikemukakan oleh Van Steenbergen pada tahun 1994. Untuk
citizenship). Adapun literasi yang dibutuhkan oleh masyarakat ekologi yaitu literasi ekologi
(ecological literacy) dan literasi kewarganegaraan (civic literacy). Literasi ekologi dapat
berpikir, dan kebiasaan atau cara berpikir untuk menikmati, menghargai, atau mempelajari
menggunakan pemahaman akan nilai-nilai sosial dalam masyarakat (politik, ekonomi), sistem,
keahlian, kebiasaan, dan sistem berpikir untuk berpartisipasi dan belajar akan perannya sebagai
warga negara. Jadi ada lima komponen yang menjadi tujuan dibutuhkan dalam penerapan
Untuk meningkatan peran generasi muda dalam upaya meningkatkan kesadaran hukum
1. Generasi muda memahami mengenai prinsip dan sistem kehidupan secara umum
dalam hal ini mengetahui awal kehidupan manusia dan sistem kehidupan manusia
sejak dahulu.
2. Generasi muda memahami tentang desain yang terbentuk dalam alam kehidupan,
keterkaitan antara satu sub sistem dengan sub sistem lain sehingga generasi muda
3. Setelah generasi muda memahami mengenai tentang prinsip kehidupan dan sistem
kehidupan maka mereka diharapkan akan memiliki sistem berpikir yang bertolak
4. Generasi muda yang telah memiliki sistem berpikir yang berorientasi pada prinsip
dan sistem kehidupan akan memiliki pola tingkah laku yang berpihak pada prinsip
5. Pada saat setiap generasi muda telah memiliki sistem berpikir dan pola tingkah
laku yang berpihak pada lingkungan hidup maka mereka akan berkolaborasi
dengan generasi muda lain untuk membentuk komunitas dan akhirnya dapat
STBM)
2. Masyarakat menjadi paham dan sadar akan pentingnya pengelolaan lingkungan yang
bersih dan sehat sehingga dapat membudayakan PHBS kapanpun dan dimanapun.
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
masyarakat, dan pada akhirnya akan dapat menciptakan kesadaran secara bersama-
sama sehingga dapat membentuk suatu masyarakat yang sadar akan budaya hidup
bersih dan sehat (PHBS) dalam hal 5 pilar STMB diantaranya adalah : stop BABS,
budayakan CTPS, Penyediaan air minum, penyaluran air limbah dapat terkelola dan
Sanitasi yang baik menciptkan lingkungan yang bersih dan sehat sehingga dari
sanitasi yang baik dapat memutus tali rantai penyebaran penyakit. Contohnya
2. Saran
sanitasi lingkungan kepada generasi muda secara konseptual dan practical sehingga
generasi muda benar-benar memiliki pola pikir dan pola tingkah laku yang
berwawasan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
http://research.unissula.ac.id/file/penelitian/210299028/63BAB_I_Pendahuluan_
HBII.pdf
https://siarwarta.blogspot.com/2019/09/sanitasi-lingkungan-berbasis-
pemberdayaan-masyarakat-desa.html
https://www.slideshare.net/metrosanita/tahapan-dan-proses-pemberdayaan-
masyarakat-untuk-sanitasi
https://lib.unnes.ac.id/28128/1/6411411249.pdf