Anda di halaman 1dari 5

MOCHAMAD REZALUL FIQRI

Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran


yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka
(open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar
mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru.. Dalam kurikulumnya, dirancang
masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, membuat mereka
mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki
kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang
sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan
dalam karir dan kehidupan sehari-hari.

Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning (PBL) merupakan metode
instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”, bekerja sama dengan kelompok
untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa
keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Problem
Based Learning (PBL) mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan kehidupan
sehari-hari.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
proses berpikir tingka tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih menyusun sendiri
pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, dengan
pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui
proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan lagi.

Jadi Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu strategi
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik
untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

2.2.2 Ciri-ciri Problem Based Learning

Menurut Arends berbagai pengembangan pengajaran Problem Based Learning (PBL) telah
memberikan model pengajaran itu memiliki ciri sebagai berikut:

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah


Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan
dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk
siswa.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran
tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah-masalah yang diselidiki telah
MOCHAMAD REZALUL FIQRI

dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari
banyak mata pelajaran.
3. Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukann penyelidikan
autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu
dalam karya nyata. Produk tersebut bisa berupa laporan, model fisik, video maupun
program komputer. Dalam pembelajaran kalor, produk yang dihasilkan adalah berupa
laporan.
5. Kolaborasi dan kerja sama
Pembelajaran bersdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan
yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

2.2.3 Karakteristik Pembelajaran Problem Based Learning

Ada beberapa karakteristik dalam pembelajaran Problem Based Learning yaitu :


1. Belajar dimulai dengan satu masalah.
2. Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa.
3. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu.
4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan
secara langsung proses belajar mereka sendiri.
5. Menggunakan kelompok kecil.
6. Menuntut siswa untuk mendemonstrasi-kan yang telah mereka pelajari dalam bentuk
produk atau kinerja.

2.2.4 Langkah-Langkah Proses Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala
perangkat yang diperlukan. Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah
membentuk kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang
dikenal dengan proses tujuh langkah:
1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam
masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta
berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada
dalam masalah.
2. Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang
terjadi di antara fenomena itu.
3. Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang
masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada
masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah
gagasan) dilakukan dalam tahap ini.
4. Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis
MOCHAMAD REZALUL FIQRI

Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian
dikelompokkan; mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan
sebagainya. Analisis adalah upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian
yang membentuknya.
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran
Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu
pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan
pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat
6. Mencari informasi tambahan dari sumber lain
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan
pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan
menemukan kemana hendak dicarinya.
7. Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan

.
2.2.5 Prinsip Pembelajaran Problem Based Learning

Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk meningkatkan


pengajaran secara umum dan khsususnya Problem Based Learning. Premis dasar dalam
psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang
berdasarkan pada pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan
bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif
yang disebut metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan
kontektual mempengaruhi pembelajaran. Berdasarkan pada hal ini, ada tiga prinsip
pembelajaran yang berkaitan denganProblem Based Learning, yaitu:

1. Belajar adalah proses konstruktif


Belajar adalah proses konstruksis bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional didominasi
oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan kekepala siswa. Kepala siswa
dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Jadi
pelaksanaan pembelajaran selama ini dianggap sebagai perekaman materi oleh guru saja ke
dalam otak siswa.
2. Knowing about knowing (metakognisi)
Knowing about knowing mempengaruhi Pembelajaran Prinsip kedua yang sangat penting
dalam belajar adalah proses cepat, bila siswa mengajukan keterampilan-keterampilan self
monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi. Keberhasilan pemecahan masalah
tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi
juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus
keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri,
yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah
masuk akal
3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan siswa untuk
memahami pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah
merupakan tujuan yang sangat ambisius
Tabel tahap Pembelajran PBL

MOCHAMAD REZALUL FIQRI

Tahap Deskripsi

Tahap 1 Guru menyajikan masalah nyata kepada peserta didik.


Orientasi terhadap
masalah

Tahap 2 Guru memfasilitasi peserta didik untuk memahami


Organisasi belajar masalah nyata yang telah disajikan, yaitu
mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa yang
perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan
untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik berbagi
peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Tahap 3 Guru membimbing peserta didik melakukan


Penyelidikan individual pengumpulan data/informasi (pengetahuan, konsep,
maupun kelompok teori) melalui berbagai macam cara untuk menemukan
berbagai alternatif penyelesaian masalah.

Tahap 4 Guru membimbing peserta didik untuk menentukan


Pengembangan dan penyelesaian masalah yang paling tepat dari berbagai
penyajian hasil alternatif pemecahan masalah yang peserta didik
penyelesaian masalah temukan. Peserta didik menyusun laporan hasil
penyelesaian masalah, misalnya dalam bentuk gagasan,
model, bagan, atau Power Point slides.

Tahap 5 Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan


Analisis dan evaluasi refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian
proses penyelesaian masalah yang dilakukan.
masalah
MOCHAMAD REZALUL FIQRI

2.2.6 Kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran Problem Based Learning atau berdasarkan masalah memiliki


beberapa kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, di
antaranya sebagai berikut:

1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi
pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap
mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya
merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan
hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
7. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir
kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru
9. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus
menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Kekurangan Problem Based Learning (PBL)

Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, model pembelajaran Problem Based
Learning juga memiliki beberapa kekurangan dalam penerapannya. Kelemahan tersebut
diantaranya:

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba
2. Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Anda mungkin juga menyukai