DISUSUN OLEH :
AN NISAA MARDHATILLAH
160110140103
Pembimbing:
Dr. drg. Irna Sufiawati, Sp. PM
DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
BAB II LAPORAN KASUS.................................................................................5
2.1 Status Klinik IPM......................................................................................5
2.1.1 Status Umum Pasien..........................................................................5
2.1.2 Anamnesa...........................................................................................5
2.1.3 Riwayat Penyakit Sitemik..................................................................6
2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu..............................................................6
2.1.5 Kondisi Umum...................................................................................7
2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral....................................................................7
2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral.......................................................................8
2.1.8 Status Gigi .........................................................................................8
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................9
2.1.10 Diagnosa.............................................................................................9
2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan....................................................9
2.2 Status Kontrol IPM..................................................................................10
2.2.1 Anamnesa.........................................................................................10
2.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral..................................................................11
2.2.3 Pemeriksaan Intra Oral.....................................................................11
2.2.4 Diagnosis..........................................................................................12
2.2.5 Rencana Perawatan..........................................................................12
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................14
3.1 Recurrent Aphtous Stomatitis..................................................................14
3.1.1 Definisi.............................................................................................14
3.1.2 Tanda dan Gejala Klinis...................................................................15
3.1.3 Etiologi.............................................................................................17
3.1.4 Patogenesis RAS..............................................................................20
3.1.5 Diagnosis..........................................................................................21
3.1.6 Diagnosis Banding...............................................................................22
3.1.7 Penatalaksanaan.........................................................................................24
3.2 Traumatic Ulcer.......................................................................................25
3.3 Triamcinolone acetonide 0,1% in orabase..............................................26
3.3.1 Sediaan.............................................................................................27
3.3.2 Farmakodinamik..............................................................................27
3.3.3 Farmakokinetik................................................................................28
3.3.4 Indikasi.............................................................................................28
3.3.5 Kontraindikasi..................................................................................29
3.3.6 Dosis dan Cara Pemakaian...............................................................29
3.3.7 Efek Samping...................................................................................29
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................30
BAB V SIMPULAN............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Kondisi dorsum lidah bagian sinistra saat kunjungan kontrol...........13
Gambar 2.4 Kondisi mukosa bukal bagian dekstra a/r 44 saat kunjungan
kontrol……………………………………………………………… 13
PENDAHULUAN
oral berulang berupa lesi ulseratif yang banyak terjadi di masyarakat. angka
kejadian stomatitis aftosa rekuren bervariasi pada tiap populasi yaitu sekitar 5%
hingga 60%. Usia yang rentan mengalami stomatitis aftosa rekuren adalah antara
18-25 tahun yang tergolong dalam kategori usia dewasa (Polycronopoulou dan
Divari, 2009; WHO, 2017). RAS belum memiliki etiologi yang dapat
trauma.
Unpad dengan keluhan terdapat sariawan di pipi sebelah kanan bawah dan lidah
sebelah kiri sejak 5 hari yang lalu. Pasien merasa sariawannya memang sering
muncul dan tidak pernah mengobati sariawannya dengan obat apapun. Pasien
dan vitamin.
BAB II
LAPORAN KASUS
Usia : 22 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
2.1.2 Anamnesa
sariawan pada lidah sebelah kiri dan pipi sebelah kanan bawah sejak lima hari
yang lalu. Pasien merasakan sariawan tersebut muncul ketika sedang banyak
kegiatan dan sering muncul berulang ketika sedang banyak kegiatan. Pasien
mengeluhkan rasa sakit pada sariawannya tersebut seperti rasa pedih. Rasa sakit
tersebut semakin terasa pada saat makan dan berkurang atau tidak terasa ketika
saat istirahat. Pasien belum memakai obat apapun untuk meredakan sariawannya.
terakhir kali ke dokter gigi 2 minggu yang lalu untuk dilakukan penambalan gigi.
penyakit maag sejak SD. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat. Pasien
menyikat gigi 2x sehari. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok. Pasien jarang
mengonsumsi buah atau sayur. Pasien suka makan makanan pedas. Pasien ingin
sariawannya ditangani.
Hipertensi : YA / TIDAK
Asma/Alergi : YA / TIDAK
Hamil : YA / TIDAK
Kontrasepsi : YA / TIDAK
Lain-lain : YA / TIDAK
2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu
Disangkal.
Suhu : Afebris
Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 80x/menit
Kelenjar Limfe
TMJ normal
Lain-lain -
Kalkulus + / - stain + / -
Gingiva Normal
Mukosa Bukal Terdapat lesi ulserasi pada regio gigi 44, berwarna putih,
dasar cekung.
Frenulum t.a.k
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Radiologi TDL
Darah TDL
Mikrobiologi TDL
2.1.10 Diagnosa
1. Terapi Farmakologi
2. KIE
Pasien diinstruksikan untuk minum minimal 2L/hari atau 8 gelas per hari
dan makan makanan berserat seperti sayuran dan buah-buahan untuk
kebutuhan serat dan vitamin.
3. Kontrol 1 minggu
2.2.1 Anamnesa
pengobatan terkait sariawan yang berada di pipi kanan bagian bawah dan lidah
sebelah kiri. Pasien telah menggunakan obat oles dan meminum vitamin untuk
perhari, tetapi pasien masih kurang dalam mengonsumsi sayuran dan buah. Pasien
Kelenjar Limfe
Lain-lain -
Kebersihan Mulut
Gingiva Normal
2.2.4 Diagnosis
KIE
Pasien tetap diinstruksikan untuk minum minimal 2L/hari atau 8 gelas per
hari dan makan makanan berserat seperti sayuran dan buah-buahan untuk
kebutuhan serat dan vitamin. Pasien juga diinstruksikan untuk menjaga kebersihan
yang berasal dari factor psikologis seperti stress serta dianjurkan untuk
mengurangi makan makanan pedas atau asam untuk menghindari munculnya
maag.
Gambar 2.3 Kondisi dorsum lidah bagian sinistra saat kunjungan kontrol
Gambar 2.4 Kondisi mukosa bukal bagian dekstra saat kunjungan kontrol
BAB III
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Ulser adalah suatu defek pada jaringan epitel berupa lesi cekung berbatas
jelas yang telah kehilangan lapisan epidermis (Greenberg dan Glick, 2003). Lesi
jaringan epitel berupa lesi cekung yang ditutupi oleh bekuan fibrin, menghasilkan
oleh trauma, virus, dan beberapa keadaan imunologis yang berkaitan dengan
munculnya lesi ulseratif (Myers, 2014). Diagnosis ulser biasanya didasarkan oleh
anamnesis dan temuan fisik. Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS) adalah kondisi
berulang yang terbatas pada mukosa mulut pada pasien tanpa tanda-tanda
3.1.1 Definisi
ditandai oleh ulkus yang rekuren tanpa disertai gejala penyakit lain. RAS juga
(RAU) (Neville, 2012). RAS merupakan suatu inflamasi yang terjadi pada
mukosa mulut, biasanya berupa lesi kecil berulang lebih dari satu berbentuk bulat
atau ovoid yang dikelilingi oleh haloeritema dengan dasar kuning atau keabuan.
Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. RAS dapat
menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral
dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak dan mukosa orofaring (Myers,
2014).
Angka prevalensi RAS berkisar 15-25% dari populasi penduduk di seluruh dunia.
Menurut Smith dan Wray (1999), RAS dapat terjadi pada semua kelompok umur
tetapi lebih sering ditemukan pada masa dewasa muda. Biasanya terjadi pada
anak-anak dan remaja yang angka kejadian tertinggi terdapat pada wanita.
tipe minor (>70%), tipe mayor (10%), dan tipe herpetiform (10%). Klasifikasi ini
tidak didefinisikan dengan jelas, akan tetapi mengacu pada ukuran, jumlah, lokasi,
Tipe minor adalah tipe yang paling sering terjadi sebesar >70%.
Karakteristik dari tipe minor adalah berjumlah tunggal atau lebih, berbatas tegas,
berada pada mukosa yang tidak berkeratin sehingga menimbulkan rasa sakit.
Dasar dari ulser ini cekung dengan warna kekuningan dan dikelilingi oleh halo
eritema. Normalnya,lesi ini dapat sembuh secara alamiah selama 10-14 hari tanpa
meniggalkan jaringan parut. Tipe ini sering terjadi pada usia dekade kedua atau
ketiga.
Tipe mayor adalah ulser yang ukurannya lebih besar (>10 mm), dalam,
dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk penyembuhan yaitu sekitar 3
minggu hingga beberapa bulan. Tipe mayor ini jarang terjadi dan hanya 10-15%
pada populasi. Pasien RAS tipe mayor biasanya disertai demam karena dehidrasi,
disfagia, dan malaise karena kurang nutrisi akibat pasien merasa sakit saat makan
dan minum. Tipe ini sering muncul pada bibir, palatum lunak, dan pangkal
tenggorokan.
Tipe yang terakhir yaitu tipe herpetiform. Tipe ini merupakan tipe yang
paling sedikit dijumpai yaitu sekitar 5-10%.. Lesi ulser tipe ini kecil dan
berbentuk pin-head tetapi dapat bergabung menjadi ulser yang besar. Ukurannya
berdiameter antara 1-3 mm. Tipe ini dapat berada pada semua mukosa rongga
mulut.
Gambar 3.2 Reccurent Apthous Stomatitis; (a) Minor Apthous Ulcer, (b) Major
Apthous Ucer, (c) Multiple Herpetiform Ulcer (Laskaris, 2006)
Tabel 1. Gambaran Klinis Subtipe RAS
3.1.3 Etiologi
Penyebab dari RAS belum diketahui secara pasti. Ulser pada RAS terjadi
bukan karena satu faktor saja tetapi terjadi dalam lingkungan yang memungknkan
berkembang menjadi ulser. Faktor-faktor ini terdiri dari local trauma, stress,
imunologi, infeksi virus dan bakteri (Myers, 2014). Tidak ada teori yang seragam
adanya respon imun yang diperantarai sel secara berlebihan pada pasien RAS
sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi
sitotoksin dari limfosit dan monosit pada mukosa mulut dimana pemicunya tidak
diketahui. Menurut Bazrafshani dkk, terdapat pengaruh dari IL-1B dan IL-6
terhadap resiko terjadinya RAS. Menurut Martinez dkk, pada RAS terdapat
adanya hubungan dengan pengeluaran IgA, total protein, dan aliran saliva.
Faktor genetik dianggap empunyai peranan yang sangat besar pada pasien
berpendapat bahwa bila kedua orangtua menderita RAS maka besar kemungkinan
timbul RAS pada anak-anaknya. Pasien dengan rowayat keluarga RAS akan
menderita RAS sejak usia muda dan lebih berat dibandingkan pasien tanpa
Ulser dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka penetrasi akibat
trauma. Pendapat ini didukung oleh hasil pemeriksaan klinis, bahwa sekelompok
ulser terjadi setelag adanya trauma ringan pada mukosa mulut. Umumnya karena
tergigit, kebiasaan buruk (bruksism), akibat perawatan dental, atau makan dan
minum yang terlalu panas. Trauma bukan merupakan faktor yang berhubungan
perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik
dan emosi. Stress dinyatakan merupakan salah satu faktor yang berperan secara
Pada faktor hormonal, diketahui pada wanita RAS terjadi pada masa pre
dianggap berperan penting adalah estrogen dan progesterone. Dua hari sebelum
sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihna terhadap jaringan mulut dan rentan
terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi RAS. Progesteron dianggap berperan
Pada pasien yang mengalami defisiensi nutrisi, Wray (1975) meneliti pada
330pasien RAS dengan hasil 47 pasien menderita defisiensi nutrisi yaitu terdiri
dari 57% defisiensi zat besi, 15% defisiensi asam folat, 13% defisiensi vitamin
B12, 21% mengalami defisiensi kombinasi terutama asam folat dan zat besi.
Ditemukan juga faktor nutrisi lain yang berpengaruh dalam timbulnya RAS
adalah vitamin B1, B2 dan B6. Dari 60 pasien RAS yang diteliti, ditemukan
dan merupakan keradangan lokal yang ditandai dengan adanya gejala prodromal
rasa terbakar mulai 24-48 jam sebelum timbulnya lesi, hal ini menunjukkan
adanya peningkatan aliran darah pada daerah radang sehingga terjadi panas
(kalor) dan kemerahan (rubor) pada daerah yang akan terjadi lesi.
kapiler sehingga protein plasma dan sel-sel radang masuk ke ruang interstitium,
pembengkakan. Adanya rangsangan dari luar, baik berupa fisik atau kimia
sehingga tidak lama kemudian papula akan pecah dan mengalami ulserasi dengan
nyeri yang hebat, oleh karena pada daerah lesi terjadi peregangan syaraf karena
gangguan fungsi secara normal yang disebut fungsio laesa. Ulser berangsur
membesar dalam waktu 42-72 jam yang selanjutnya akan mengalami proses
terbakar pada tempat dimana lesi akan muncul. Secara mikroskopis sel-sel
berkembang.
SAR. Pada tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi
ulserasi ini.
Pada tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi
oleh lapisan fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang
berkurang.
akan ditutupi oleh epitelium. Penyembuhan luka terjadi dan sering tidak
meninggalkan jaringan parut dimana lesi SAR pernah muncul. Semua lesi
3.1.5 Diagnosis
Diagnosis RAS didasarkan pada anamnesa dan gambaran klinis dari ulser.
Biasanya pada anamnesa, pasien akan merasakan sakit dan terbakar pada
hubungan dengan faktor predisposisi juga harus dicatat. Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan ulser pada bagian mukosa mulut dengan bentuk yang oval
tambahan diperlukan seperti pemeriksaan sitologi, biopsi, dan kultur bila ulser
RECURRENT APHTOUS
STOMATITIS (IDIOPATIK)
- Fixed Drug Eruption
- Linear IgA Bulluos Dermatosis
- Drug-induced Bullous
DRUG INDUCED Pemphigoid
- Drug Induced Pemphigus
Stevens-Johnson syndrome
- Toxic Epidermal Necrolysis
- Crohn’s (orofacial
granulomatosis)
- Behcet’s
PENYAKIT AUTOIMUN - Celiac
- systemic lupus erythematosus
- Lichen planus Linear IgA
bullous dermatosis
- Wegener’s granulomatosis
TRAUMA - Penggunaan alat dental
- necrotizing sialometaplasia
- Anemia
HEMATOLOGI - Neutropenia
- Hypereosinophilic Syndrome
- Cyclic neutropenia
- PFAPA (Periodic Fever,
Aphthous Stomatitis,
Pharyngitis, Cervical Adenitis)
FEVER SYDROME - Sweet syndrome Familial
Mediterranean fever
- Hyperimmunoglobulinemia D
with Periodic Fever Syndrome
(HIDS)
- Pemphigus Vulgaris
VESICULOBULLOUS DISORDERS - Linear IgA Disease
- Erythema Multiforme
- Zat Besi
DEFISIENSI NUTRISI - Folat
- Zinc
- Vitamin B1, B2, B6, B12
- Coxsackie A
- Herpes Simplex
- Herpes Zoster
VIRUS - Cytomegalovirus
- Eipstein-Barr
- Human Immunodeficiency
Virus
- Tuberculosis
BAKTERI - Syphilis
- Coccidioides immitis
FUNGAL (JAMUR) - Cryptococcus neoformans
- Blastomyces dermatitis
- Epidermolysis Bullosa
GENETIK - Chronic Granulomatous Disease
- Ketidakseimbangan hormon
- Keganasan
LAIN-LAIN - Merokok
- Hormonal (terkait masa
menstruasi)
3.1.7 Penatalaksanaan
tahapannya adalah:
yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. RAS juga
dapat dicegah dengan mengutamakan konsumsi makanan kaya serat seperti sayur
dan buah yang mengandung vitamin C, B12, dan mengandung zat besi. Karena
penyebab RAS sulit diketahui maka pengobatannya hanya untuk mengobati gejala
untuk mengurangi gejala, mengurangi jumlah dan ukuran lesi, dan meningkatkan
periode bebas penyakit. Rasa sakit pada ulser dapat dikurangi dengan pemberian
Ulser traumatik adalah lesi oral umum yang disebabkan oleh gigi yang
patah atau tajam, tambalan yang kurang baik, iritasi gigi tiruan, iritasi kawat orto,
benda asing lain, atau disebabkan oleh diri sendiri (tergigit saat makan, kebiasaan
buruk) (Laskaris, 2006). Traumatik ulser dapat disebabkan oleh bahan kimia,
panas, elektrik, atau gaya mekanis. Trauma mekanis dapat disebabkan ill-
fittingdenture, tergigit, abrasi karena sering berkontak dengan gigi yang tajam
atau patah, iatrogenik (seperti terkena alat tajam saat pemeriksaan gigi) (Langlais
& Miller, 2000; Regezi et al, 2012). Bahan kimia dapat menyebabkan ulser
rongga mulut karena sifat asam bahan tersebut atau karena kemampuan bahan
berperan sebagai iritan atau alergen. Bahan medikamen yang mengandung fenol
misalnya, dapat menyebabkan ulser lokal iatrogenik. Ulser rongga mulut karena
dengan banyak faktor dan melibatkan lima fase biologis yaitu inisiasi, respon
2012).
(erythematous halo), disertai rasa nyeri. Ulser akan sembuh dalam waktu 7-10
akumulasi sel inflamasi, fagositosis, sintesis dan pelepasan enzim lysosomal, dan
polyethylene, dan mineral oil gel base. Emollient dental paste bertindak sebagai
yang menutupi area iritasi sehingga mengurangi rasa sakit sementara akibat iritasi
oral. Anti inflamasi ini adalah agen yang efektif dalam meningkatkan proses
Obat ini dibuat ke dalam empat bentuk yang berbeda, yaitu dental (salep
yang dioleskan di dalam mulut atau gusi), topikal (krim kulit), nasal (semprot),
gatal, dan pembengkakan yang disebabkan oleh penyakit tukak mulut. Sedangkan
bengkak, dan kemerahan di kulit pada sejumlah kondisi ruam, dermatitis, eksim,
dan alergi.
bersin-bersin, pilek, serta gatal-gatal. Gatal yang dimaksud adalah pada hidung,
mata, dan tenggorokan yang biasanya akibat alergi musiman. Sedangkan pada
alergi, obat ini juga bisa dipakai untuk menangani penyakit kulit, gangguan
3.3.2 Farmakodinamik
3.3.3 Farmakokinetik
di kulit dan mukosa apabila diaplikasikan secara topikal. Obat ini dimetabolisme
di hati dan dieksresikan di ginjal. Dan beberapa kortikosteroid jenis ini juga
diekskresikan di empedu.
3.3.4 Indikasi
Indikasi penggunaan obat ini antara lain sebagai terapi penunjang untuk
meredakan sementara gejala yang berhubungan dengan lesi inflamasi oral dan lesi
Pada penggunannya dalam kedokteran gigi, obat ini juga digunakan pada:
4. lichen planus
5. cicatricial pemphigoid
7. bullous pemphigoid
8. erythema multiforme
9. pemphigus vulgaris
selain itu triamcinolone adalah selektif glukokortikoid yang juga dapat digunakan
3.3.5 Kontraindikasi
atau jamur pada mulut dan tenggorokan, lesi herpetic karena virus atau lesi
dalam sediaan Topical Paste: 0.1% (Yagiela, 2004). Dosis terapetik yang dapat
diberikan yaitu setelah makan pagi, siang dan malam serta sebelum tidur untuk
memaksimalkan kontak antara obat dengan ulser. Caranya dioleskan pada lesi
sampai terbentuk lapisan film tipis dan jangan digosok. Hal ini dilakukan
ulcer dan lainnya. Tapi biasanya efek samping ini reversible dan hilang saat
PEMBAHASAN
di pipi sebelah kanan dan lidah sebelah kiri sejak 5 hari yang lalu. Pasien
mengaku sariawan kerap timbul ketika ia sedang banyak kegiatan dan pasien
mengonsumsi air putih sekitar 8 gelas per hari. Sariawan ketika datang ke RSGM
tterasa sakit tetapi saat awal muncul terasa sakit. Tidak ada gejala lain yang
menyertai. Pasien memiliki riwayat penyakit maag sejak SD. Di keluarga pasien
(orang tua dan kakak) tidak memiliki riwayat sariawan yang berulang. Pasien suka
sebelah kanan bawah dan lidah sebelah kiri sejak 5 hari yang lalu. Pasien
mengaku sariawan kerap timbul ketika pasien sedang banyak kegiatan. Pasien
mengeluhkan rasa sakit pada sariawan tersebut ketika tersentuh saat makan.
Gambaran lesi pada pipi kanan berbentuk oval dengan batas tegas ireguler,
dan dikelilingi halo eritema. Gambaran lesi pada dorsal lidah sebelah kiri
berbentuk bulat dengan batas tegas ireguler, diameter ±1 mm, berwarna putih,
kedalaman dangkal, dasar cekung, jumlah 1, dan dikelilingi halo eritema. Menurut
diameter yang <10 mm, RAS pada kasus ini digolongkan RAS tipe minor.
tiga kali sehari setelah sarapan, makan siang, dan sebelum tidur. Meskipun
traumatik ulser dapat sembuh dengan sendirinya, rasa nyeri dapat diobati dengan
2014).
Pasien juga diresepkan vitamin B12 dan asam folat serta diinstruksikan
untuk rajin mengonsumsi buah, sayur-sayuran, dan mengonsumsi air putih sekitar
8 gelas per hari. Hubungannya dengan buah dan sayur dengan sariawan yang
dapat mengecil dan menghilang karena dalam buah dan sayur ada kandungan
vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk proses perbaikan sistem imun dari
tubuh seperti vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan zat besi. Fungsi dari
vitamin B12 adalah untuk memetabolisme energi atau meningkatkan sistem imun
dan memelihara fungsi tubuh. Fungsi vitamin C adalah untuk membantu
menyerap zat besi kepada tubuh secara optimal dan juga dapat meningkatkan
sistem imun. Fungsi asam folat adalah untuk pembentukan sel. Fungsi zat besi
Hubungannya dengan air putih dengan sariawan yang dapat mengecil dan
cairan dalam tubuh salah satunya adalah rongga mulut dan juga sebagai pelarut
yang akan melarutkan vitamin dan juga elemen lainnya ke dalam tubuh. Sehingga
air putih membantu proses perbaikan sistem imun pada pasien penderita sariawan
atau stomatitis.
BAB VI
SIMPULAN
pasien berupa recurrent aphtous stomatitis (RAS) tipe minor karena sering
muncul sariawan yang berulang dan ukuran lesinya yang <10 mm. Faktor
predisposisi RAS pada pasien ini adalah kurangnya asupan nutrisi sayur dan buah-
buahan yang kaya akan vitamin dan serat yang diperlukan oleh tubuh serta
Gambaran klinis lesi pada pipi kanan berbentuk oval dengan batas tegas ireguler,
dan dikelilingi halo eritema. Gambaran lesi pada lidah sebelah kiri berbentuk
bulat dengan batas tegas ireguler, diameter ±1 mm, berwarna putih, kedalaman
mengurangi rasa sakit pada sariawan, vitamin B12 dan asam folat untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dinilai cukup efektif serta ulser dapat sembuh tanpa
Edgar, N.K; Saleh, D; and Miller, R.A. 2017. Recurrent Aphtous Stomatitis; a
review. The Journal of Clinical Aesthetic and Dermatology. X(3):26-36
Greenberg, Martin S. dan Michael Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine
Diagnosis & Treatment 11thEd. London: BC Decker Inc.
Houston, G. 2009. Traumatic Ulcers. Available online at
http://emedicine.medscape.com
Jeske, Arthur H. 2014. Mosby’s Dental Drug Reference, 11th ed. USA: Elsevier
Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease 7thed. New York: Thieme
Langlais, R. P & Craig S. Miller. 2000. Color Atlas of Common Oral Disease
Myers, Sandra L., 2014. General and Oral Pathology for Dental Hygiene
Practice. Philadelphia: Davis Company.
Regezi, A. dan James J. Sciubba, Richard C. K. Jourdan. 2012. Oral Pathology:
Clinical Pathologic Correlations.6th Ed. Elsevier
Scuba, J.J, et al. 2002. PDQ Oral Diseases. London: BC Becker Inc.
Scully, Crispian. 2010. Medical Problems in Dentistry. London: Elsevier.
Yagiela, John A., Dowd, Frank J., and Neidle, Enid A. 2004. Pharmacology and
Therapeutics for Dentistry. Mosby.
Yeo, Ben., 2014, Master Index of Medical Specialities Edisi Bahasa Indonesia.
Vol. 15, BIP. Jakarta.
35