Disusun Oleh:
KELOMPOK 1A
KELOMPOK 1B
Pada tabel 4 dari hasil pre – post antara grup intervensi dan grup kontrol
menunjukkan bahwa variabel kualitas hidup pada grup intervensi pre-test
terdapat 5 (10%) responden memiliki kualitas hidup rendah, 41 (82%) responden
memiliki kualitas hidup sedang, dan 4 (8%) responden memiliki kualitas hidup
tinggi. Setelah dilakukan post-test pada grup intervensi didapatkan tidak ada
(0%) responden yang memiliki kualitas hidup rendah, 13 (26%) responden
memiliki kualitas hidup sedang, dan 37 (74%) responden memiliki kualitas hidup
tinggi.
Sedangkan pada grup kontrol menunjukkan bahwa variabel kualitas hidup
saat pre-test terdapat 3 (6%) responden memiliki kualitas hidup rendah (low), 39
(78%) responden memiliki kualitas hidup sedang (medium), dan 8 (16%)
responden memiliki kualitas hidup tinggi (high). Setelah dilakukan post-test, pada
grup kontroli didapatkan masih ada responden yang memiliki kualitas hidup
rendah (low) yaitu sebanyak 1 (2%) responden, 20 (40%) responden memiliki
kualitas hidup sedang (medium), dan 29 (58%) responden memiliki kualitas
hidup tinggi (high).
Dari kedua hasil pre-post pada grup intervensi maupun grup kontrol pada
tabel 4 didapatkan peningakatan kualitas hidup. Pada uji wilcoxon didapatkan P<
0.05, sehingga hasil tersebut dikatakan signifikan.
PEMBAHASAN
CBR dalam pengaturan sumber daya yang rendah dapat dengan mudah
digunakan untuk mengatasi hambatan ekonomi, geografis dan budaya untuk
pengiriman rehabilitasi untuk orang dengan skizofrenia (Balaji et al., 2012; Wang
et al., 2013). Ini melibatkan partisipasi aktif dari pasien, caregiver dan petugas
kesehatan primer untuk perawatan orang dengan skizofrenia (Chatterjee et al.,
2003). Model CBR dapat digunakan untuk menyediakan rehabilitasi bagi orang
dengan skizofrenia dalam pengaturan sumber daya rendah .
Dua kegiatan utama yang digunakan studi ini sebagai CBR adalah
pendidikan jasmani dan pelatihan keterampilan sosial. Intervensi ini sejalan
dengan intervensi yang direkomendasikan oleh PORT (Lehman et al., 2004;
Dixon et al., 2010). Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa psikoedukasi
meningkatkan pengetahuan (Thara et al., 2005; Hou dan Bai, 2008; Hasan et al.,
2014), mengurangi beban keluarga (Hasan et al., 2014), menurunkan tingkat
kekambuhan (Chen et al. ., 2002), dan meningkatkan kualitas hidup dan gejala
klinis orang dengan skizofrenia (Hasan et al., 2014). Psikedukasi tanpa pelatihan
keterampilan sosial juga telah ditunjukkan dalam pengaturan intervensi agar
efektif dalam peningkatan hasil intervensi pada orang dengan skizofrenia
(Marchira et al., 2018, 2016; Marchira et al., 2017). Pelatihan keterampilan sosial
telah ditunjukkan dalam penelitian sebelumnya untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi dan fungsi sosial (Dixon et al., 2006). Aktivitas dalam model CBR
juga telah dilakukan dalam kelompok, memberikan kesempatan bagi orang
dengan skizofrenia untuk berinteraksi satu sama lain (De Silva et al., 2013).
Melibatkan orang dengan skizofrenia dalam kegiatan kelompok juga telah
terbukti meningkatkan fungsi sosial. Tujuan klinis terakhir dalam pengobatan
skizofrenia adalah maksimalitas produktivitas individu dan mencapai tujuan hidup
(Tandon et al., 2006). Rencana tim profesional kesehatan mental harus
komprehensif termasuk mengurangi gejala penyakit, keterampilan sosial dan
juga keterampilan adaptasi.
Efektivitas model CBR ini juga diyakinkan oleh perubahan gejala klinis,
yaitu skor PANSS; dalam penelitian ini, ada perubahan negatif dan positif dalam
PANSS. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
menunjukkan pengaruh kognitif sosial pada gejala klinis (Thonseet al., 2018;
Tanet al., 2018; Li etal., 2018). Meningkatkan kapasitas sosial dengan CBR
terhadap orang dengan skizofrenia, akan memberikan efek signifikan terhadap
skor PANSS.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari artikel jurnal dapat disimpulkan bahwa
kombinasi dari latihan kemampuan psikoedukasi sosial dapat dilakukan
dalam rehabilitasi berbasis komunitas yang dilakukan di puskesmas
dengan sumberdaya minimal. Pada penelitian didapatkan bahwa
ketersediaan sumber daya komunitas memiliki pengaruh dan mampu
memberikan contoh pada tingkat rehabilitasi yang lebih tinggi untuk
orang-orang dengan skizofrenia di Indonesia.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis
Dalam jurnal disebutkan bahwa penelitian dilakukan selama 16
minggu, hal ini dirasakan kurang optimal karena merupakan waktu yang
cukup singkat untuk meneliti komunitas secara keseluruhan, dimana pada
komunitas diperlukan penelitian yang lebih mendetail pada aspek bio,
psiko, sosio dan spiritual sedangkan pada jurnal ini belum terlalu
dijelaskan terkait beberapa faktor yang mempengaruhinya. Hal ini juga
dirasakan oleh peneliti pada batasan penelitian
5.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan/Masyarakat
Jurnal ini dilaksanakan di Yogyakarta, Indonesia sehingga memiliki
kultur dan budaya yang tidak jauh berbeda dengan wilayah di bagian
Indonesia lainnya sehingga bisa diimplementasikan di wilayah yang lain.
Pada penelitian juga disebutkan bahwa kegiatan ini memiliki hasil yang
positif sehingga bisa dijadikan pertimbangan untuk pemangku jabatan di
daerah lain terutama yang memiliki masalah yang sama untuk
mengadopsi di wilayahnya masing-masing