Anda di halaman 1dari 143

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH

DAN FAKTOR INTERNAL EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHINYA

Skripsi

Oleh:

Nuryana Sari
NIM : 106081002476

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi
1. Nama : Nuryana Sari
2. Tempat & tanggal lahir : Jakarta, 18 Desember 2010
3. Alamat : Jl. Karang Tengah Rt.007/ 08 No. 03
Lebak Bulus, Cilandak, Jak- Sel
4. Anak ke- : 10 dari 10 bersaudara

II. Pendidikan
1. SD : SD Negeri 05 Pagi Lebak Bulus
2. SMP : SMP Negeri 226 Jakarta
3. SMA : SMA Negeri 66 Jakarta
4. SI : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. Pengalaman Organisasi


Paskibraka SMA 66 Jakarta : Bendahara
BEM Manajemen : Sekretaris Divisi Lit-bang

IV. Latar Belakang Keluarga


1. Ayah : Naumar
2. Ibu : Masiti
3. Alamat : Jl. Karang Tengah Rt.007/08 No.03
Lebak Bulus, Cilandak, Jak- Sel

iv
ABSTRACT

This study examines the efficiency of Islamic banking and the determinant factors
of internal external which effected. This study using the DEA as a tool of bank
efficiency analysis because of its the eminence to analyze the level of banking
efficiency. Then proceed with an analysis fixed effects regression method (MET)
to analyze the determinant factors of internal and external Islamic banking
efficiency, that is profitability, size, market power, capitalization, SBI, inflation
and economic growth. The results proved that based on the production approach,
intermediation approach, and asset approaches the average level relative
efficiency of Islamic Banking less than 100%. Then The panel data regression
model proved that based on production approaches, profitability variable effects
Islamic Banks efficiency levels. Beside that the result also proved variable size
effect efficiency level of Islamic Banks and variable profitability effect efficiency
level of Syariah Business Unit by the intermediation approach. While the asset
approach, proved variable size effect level of efficiency Islamic Banks and
variable market power and size effect level efficiency of Syariah Business Unit.

Keywords: Efficiency, DEA (Data Envelopment Analysis) and regression panel.

v
ABSTRAK

Penelitian ini mambahas efisiensi perbankan syariah dan faktor internal eksternal
yang mempengaruhinya. Dengan keunggulan- keunggulan yang dimiliki DEA
sebagai alat analisis efisiensi bank, maka penelitian ini menggunakan DEA dalam
mengukur tingkat efisiensi perbankan syariah. Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan analisis regresi metode efek tetap (MET) untuk menganalisis pengaruh
faktor internal dan faktor eksternal perbankan syariah yaitu, profitabilitas, size,
market power, kapitalisasi, SBI, inflasi, dan economic growth. Hasil penelitian
menunjukkan berdasarkan pendekatan produksi, pendekatan intermediasi, dan
pendekatan aset rata- rata tingkat efisiensi relatif Perbankan Syariah kurang dari
100%. Dengan analisis regresi model panel data, penelitian ini berhasil
membuktikan bahwa berdasarkan pendekatan produksi terdapat pengaruh variabel
profitabilitas terhadap tingkat efisiensi Bank Umum Syariah. Dengan pendekatan
intermediasi terbukti adanya pengaruh variabel size untuk tingkat efisiensi Bank
Umum Syariah dan variabel profitabilitas untuk tingkat efisiensi Unit Usaha
Syariah. Sedangkan dengan pendekatan aset, terbukti terdapat pengaruh variabel
size untuk tingkat efisiensi Bank Umum Syariah dan variabel market power dan
size untuk tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah.

Kata kunci: Efisiensi, DEA (Data Envelopment Analysis) dan regresi panel.

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah senantiasa memberikan curahan rahmat dan hidayah beserta nikmat yang
tiada tara, terutama nikmat sehat wal afiat, nikmat iman dan Islam sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Efisiensi
Perbankan Syariah dan Faktor Internal Eksternal yang Mempengaruhinya” ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Shalawat dan salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SWA yang telah membawa kita dari jaman kegelapan sampai
jaman yang terang- benderang seperti saat ini dengan segala ilmu pengetahuan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program
studi Ekonomi Strata Satu (SI), Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dalam kesempatan
ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak- pihak yang telah
berkenan memberikan bantuan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini, antara
lain kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyetujui dan memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
2. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB, selaku Ketua Jurusan Manajemen yang
telah memberikan persetujuan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
4. Murdiyah Hayati. S. Kom., MM, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi
ini.

vii
5. Untuk kedua orang tuaku, yang terus memberikan doa, kasih sayang,
perhatian, dan perjuangan mereka untuk tetap membiayai kuliahku, semoga
kelulusan ini menjadi kado terindah dan dapat sedikit membalas kasih
sayangmu.
6. Abang- abang, kakak ipar, dan keponakanku tersayang, yang selalu
memberikan semangat dan perhatiannya untuk kelancaran skripsi ini, selalu
menghibur dikala kejenuhan datang menyapa.
7. Untuk `gajaH ku,,makasiE selama ini selalu ada untuk `kutU, g’ pernah
ninggalin `kutU walaupun selalu jadi tempat marah- marah tapi tetap sabar
dan tetap sayang sama `kutU,,semoga ini jadi awal yang menggembirakan
untuk kita dan bisa jadi sedikit bukti cinta `kutU ke `gajaH.
8. Teman- teman D’TroC, Manajemen Perbankan, Keuangan, dan Pemasaran
2006, terutama untuk `Anak tiri` dan `Tante tiri`, yang selalu siap untuk
diminta bantuannya dan selalu memberi semangat serta doa untuk kelancaran
penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,


sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pihak- pihak lain yang membutuhkan.

Jakarta, 07 Juni 2010

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan........................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi .............................................................................. ii
Lembar Komprehensif ....................................................................................... iii
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... iv
Abstrak . ............................................................................................................ v
Abstract ........................................................................................................... vi
Kata Pengantar ............................................................................................... vi
Daftar Isi ....................................................................................................... viii
Daftar Tabel .................................................................................................... ix
Daftar Gambar ............................................................................................... xi
Daftar Lampiran ............................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12


A. Landasan Teori ........................................................................... 12
1. Karakteristik Dasar Perbankan Syariah ................................. 12
2. Konsep Pengukuran Efisiensi Perbankan .............................. 14
3. Metode Pengukuran Efisiensi ............................................... 17
4. Data Envelopment Analysis (DEA) ...................................... 23
5. Hubungan Input dan Output Variabel Pengukuran Efisiensi . 25
6. Determinan Tingkat Efisiensi ............................................... 26
B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 30
C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 33
D. Hipotesis Penelitian..................................................................... 36

ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 38
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 38
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 38
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 39
D. Metode Analisis .......................................................................... 40
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................. 47
1. Definisi Variabel Input dan Output Penelitian ...................... 47
2. Definisi dan Operasionalisasi Faktor Determinan Tingkat
Efisiensi ............................................................................... 51
3. Spesifikasi Variabel Input dan Output Pengukuran Tingkat
Efisiensi ............................................................................... 53
4. Alat Bantu Pengolahan Data ................................................. 56
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................. 57
A. Gambaran Umum ........................................................................ 57
B. Hasil Pengukuran Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah ............... 64
1. Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Produksi ................. 66
2. Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Intermediasi ............ 68
3. Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Aset ........................ 69
C. Peringkat Skor Efisiensi .............................................................. 71
1. Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Produksi .......... 71
2. Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Intermediasi .... 72
3. Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Aset................. 73
D. Pergerakan Skor Efisiensi ........................................................... 74
1. Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Produksi ................... 74
2. Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Intermediasi .............. 75
3. Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Aset .......................... 76
E. Pengujian Hipotesis Efisiensi ...................................................... 77
F. Analisis Regresi Metode Efek Tetap (MET) ................................ 79
1. Hasil Regresi Pendekatan Produksi ...................................... 79
2. Hasil Regresi Pendekatan Intermediasi ................................. 82

x
3. Hasil Regresi Pendekatan Aset ............................................. 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 90
A. Kesimpulan ................................................................................. 90
B. Saran- saran ................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 94


LAMPIRAN ................................................................................................... 97

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Hal


3. 1 Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan
Produksi 54
3. 2 Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan
Intermediasi 55
3. 3 Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan
Aset 55
4. 1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah 2005- 2009 60
4. 2 Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2005- 2009 62
4. 3 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah
2005- 2009 63
4. 4 Skor Efisiensi Berdasarkan Orientasi Input 71
4. 5 Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Produksi 72
4. 6 Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Intermediasi 73
4. 7 Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Aset 73
4. 8 Pergerakan Skor Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Produksi 75
4. 9 Pergerakan Skor Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Intermediasi 76
4. 10 Pergerakan Skor Efisiensi Berdasarkan Pendekatan
Aset 77
4. 11 Rata- rata Efisiensi Seluruh Bank 78
4. 12 Rata- rata Skor Efisiensi Perbankan Syariah 78

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Hal

2. 1 Kerangka Pemikiran 35
3. 2 Efficient Frontier Model CCR 42
3. 3 Efficient Frontier Model BCC 43
4. 1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah 2005- 2009 61
4. 2 Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2005- 2009 62
4. 3 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah
2005- 2009 64

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Hal


1 Indeks Periode Penelitian 97
2 Kode Decision Making Unit (DMU) 98
3 Variabel Input Output Pendekatan Produksi 100
4 Variabel Input Output Pendekatan Intermediasi 102
5 Variabel Input Output Pendekatan Aset 104
6 Data Faktor Internal dan Eksternal 106
7 Output Hasil Uji Efisiensi Perbankan Syariah 108
8 Output Hasil Uji Regresi MET 124

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kinerja industri perbankan di Indonesia telah mengalami pasang surut

dalam beberapa dekade terakhir. Pada umumnya, kinerja perbankan Indonesia

sebelum terjadinya krisis ekonomi cukup baik dan menunjukkan kemajuan.

Hal ini dapat dilihat dari mobilisasi dana pada tahun 1996 mencapai Rp. 414

trilliun, dana pihak ketiga, giro, tabungan dengan deposito serta kredit

mengalami kenaikan menjadi Rp. 304 trilliun dari Rp. 266 trilliun. Efisiensi

pada tahun tersebut juga masih dapat dikatakan baik. Rasio biaya operasional

terhadap pendapatan operasional menunjukkan nilai 92 %, ROE 16,96 %,

CAR menunjukkan peningkatan (rata- rata) 12,10%.

Namun sejak terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997

perbankan swasta maupun persero banyak yang mengalami kesulitan

keuangan, sehingga pada 1 Nopember 1997 16 bank dilikuidasi, 7 bank

dibekukan operasinya pada April 1998 dan pada 13 Maret 1999 terdapat 38

bank yang dilikuidasi.

Pada saat bank konvensional mengalami penurunan pendapatan, justru

perbankan syariah mengalami peningkatan pendapatan. Perbankan syariah

masih dapat memenuhi kinerja yang relatif lebih baik. Hal ini dapat dilihat

dari relatif rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah (non

performing loan) pada perbankan syariah dan tidak terjadinya negatif spread

1
dalam kegiatan operasionalnya. Karakteristik sistem perbankan syariah yang

beroperasi terutama berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif

sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank.

Selain itu, sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam produk-

produknya menyebabkan bank tersebut relatif mempertahankan kinerjanya

dan tidak hanyut oleh tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga

beban operasional lebih rendah dari bank konvensional (Novita Wulandari,

2004). Oleh karena itu, perbankan syariah mampu menyediakan modal

investasi dengan biaya modal investasi yang relatif lebih rendah dibanding

perbankan konvensional kepada masyarakat Indonesia.

Belajar dari pengalaman buruk saat krisis keuangan melanda Indonesia

pada tahun 1998 yang banyak memakan korban perbankan di Indonesia,

maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2001

(Lembaran Republik Indonesia Tahun 2001 No. 71) yang bertujuan

menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat dan mampu memenuhi

kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang

berkesinambungan. Selain PP tersebut bertujuan menciptakan industri

perbankan yang kuat dan daya saing tinggi serta memiliki ketahanan dalam

menghadapi resiko.

PP tersebut tidak hanya mengatur tentang perbankan konvensional tetapi

mengatur tentang perbankan di Indonesia secara keseluruhan termasuk

perbankan syariah di dalamnya. Karena itu, industri perbankan syariah

walaupun terbukti lebih tahan menghadapi krisis pada tahun 1998 juga tetap

2
diharapkan dapat menjalankan aktivitasnya dengan mengacu kepada prinsip

prudential banking.

Seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian makro dan

semakin kompetitifnya persaingan dalam industri perbankan, perbankan

syariah dituntut memiliki tingkat efisiensi dan daya saing yang tinggi.

Efisiensi merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

suatu organisasi, dalam hal ini industri perbankan baik secara makro ataupun

secara mikro. Dari sisi makro terkait dengan fungsinya sebagai lembaga

intermediasi, perbankan yang efisien sangat diperlukan untuk menunjang

tercapainya stabilitas harga dan akan memberikan dampak positif pada

sektor-sektor lain. Sedangkan dari sisi mikro tingkat efisiensi

menggambarkan kemampuan bank mengelola input dan outputnya. Sehingga

pengukuran efisiensi dan analisa terhadap determinan atau faktor-faktor

menjadi hal yang sangat penting untuk mengevaluasi seberapa efisien

operasional dari perbankan syariah dan faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat efisiensi tersebut, sehingga perbankan syariah dapat meningkatkan

efisiensinya.

Otoritas perbankan di Indonesia, dalam hal ini Bank Indonesia sangat

menaruh perhatian terhadap tingkat efisiensi industri perbankan.. Bank sentral

sangat berkepentingan terhadap terciptanya suatu sistem perbankan yang

sehat dan efisien untuk menopang program-program stabilisasi dan

pertumbuhan ekonomi makro. Oleh karena itu pengukuran efisiensi

dibutuhkan untuk menilai efektifitas transmisi kebijakan moneter terhadap

3
perkembangan perbankan termasuk perbankan syariah. Peningkatan efisiensi

operasi dan daya saing industri perbankan syariah merupakan fokus kegiatan

yang penting dalam pengembangan dan pengaturan perbankan syariah

nasional sebagaimana tercermin dalam misi pengembangan perbankan

syariah nasional.

Bank Muamalat Indonesia yang merupakan bank syariah pertama di

Indonesia yang berdiri pada tahun 1992 kini bukanlah pemain tunggal dalam

persaingan merebut potensi keuangan syariah yang ada di Indonesia. Dalam

beberapa tahun terakhir jumlah bank yang menawarkan jasa perbankan

syariah bertambah dari hanya 5 bank yang diantaranya terdapat dua bank

umum syariah pada tahun 2000 menjadi 166 yang terdiri dari 5 bank umum,

24 unit usaha syariah 137 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah pada akhir tahun

2009 (Statistik Perbankan Syariah: 2009).

Masih merujuk pada Statistik Perbankan Syariah yang dikeluarkan oleh

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, pada tahun 2009 jumlah asset

perbankan syariah mencapai 2,5% dari total asset perbankan nasional, yaitu

mencapai Rp 59,996 triliun. Total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun

sejumlah Rp 46,539 triliun pada September 2009 dan perbankan syariah telah

menyalurkan dalam berbagai bentuk pembiayaan sebesar Rp 46,046 triliun.

Melalui Financing to Deposit Ratio atau Loan to Deposit Ratio Bank umum

dan unit usaha syariah yang mencapai 98,11% kemudian disusul Bank

Pembiayaan Rakyat syariah sebesar 131,55% mencerminkan fungsi

intermediasi yang dilaksanakan dengan baik bahkan lebih baik jika

4
dibandingkan dengan perbankan secara keseluruhan yang hanya mencapai

65,24%.

Walaupun perkembangan perbankan syariah sebagai lembaga

intermediasi di Indonesia sepuluh tahun terakhir semakin pesat dan mulai

diperhitungkan ternyata perbankan syariah masih belum mampu berperan

besar dalam industri perbankan nasional yang menganut sistem dual banking.

Kontribusi atau share perbankan syariah terhadap perbankan nasional sebesar

2,5% pada akhir tahun 2009 relatif belum dapat diperhitungkan sebagai

lembaga yang dapat mempengaruhi indikator-indikator ekonomi makro,

sebaliknya tidak dapat dipungkiri variabel makro seperti inflasi, dan

pergerakan tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mempengaruhi

operasional dan efisiensi perbankan syariah baik secara langsung maupun

tidak langsung, meskipun pengaruhnya bersifat umum, yaitu berdampak

terhadap seluruh bank. Oleh karena itu untuk internal bank penelitian

mengenai pengaruh variabel makro seperti tingkat inflasi dan pertumbuhan

ekonomi dan kebijakan moneter seperti tingkat bunga Sertifikat bank

Indonesia (SBI) dan variabel mikro seperti tingkat profitabilitas, kapitalisasi,

dan Market Power diperlukan untuk mengetahui besarnya dampak variabel

makro dan mikro tersebut terhadap tingkat efisiensi bank sehingga

manajemen bank dapat menyusun program-program perbaikan peningkatan

efisiensi (performance) dan mengantisipasi pengaruh yang merugikan bank.

Terkait dengan efisiensi perbankan, nasabah bank sebagai pengguna jasa

keuangan sangat berkepentingan dengan efisiensi lembaga perbankan karena

5
mereka terkait langsung dengan risiko dan biaya yang akan mereka tanggung

dan manfaat yang akan mereka peroleh dari melakukan transaksi dengan

suatu bank. Bank yang efisien pada umumnya cenderung dapat memberikan

pelayanan yang lebih baik kepada para nasabahnya dengan tarif yang lebih

kompetitif. Dilain pihak, bank yang tidak efisien biasanya cenderung

menetapkan pricing dalam bentuk ínterest margin dan biaya transaksi yang

tinggi. Hal ini jelas kurang menguntungkan bagi nasabah pengguna jasa

perbankan.

Pada dasarnya tingkat kesehatan suatu bank, termasuk tingkat

efisiensinya dapat dinilai dengan menggunakan berbagai indikator, salah satu

sumber yang dapat dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan dari

bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan lembaga perbankan

dapat dikalkulasikan sejumlah rasio keuangan yang dapat dimanfaatkan untuk

memprediksi tingkat keuntungan, memprediksi masa depan, dan untuk

mengantisipasi kondisi di masa depan (Vicky Rahma Putri dan Niki

Lukviarman : 2004). Namun, pendekatan analisis ini memiliki kelemahan

yang disebabkan oleh kesulitan dan validitas hasil perhitungan rasio keuangan

melalui perbandingan dua perusahaan yang secara relative memiliki

karakteristik berbeda. Dalam mengevaluasi kinerja lembaga perbankan dapat

digunakan rasio keuangan dengan mengkombinasikannya dengan teknik non-

parametrik sehingga menjadi saling melengkapi antara satu dengan yang

lainnya.

6
Salah satu teknik non-parametrik yang telah banyak digunakan dalam

penelitian lain untuk mengukur efisiensi di berbagai bidang atau industri

adalah teknik Data Envelopment Analysis (Jibendu Kumar Mantri: 2008).

Priyonggo Suseno (2008) meneliti efisiensi dan skala ekonomi pada industri

perbankan syariah di Indonesia dengan teknik DEA. Input variabel yang

digunakan adalah biaya bagi hasil, biaya lainnya dan asset. Sedangkan

variable output adalah pendapatan bunga, pendapatan lainnya dan volume

kredit. Dengan sampel 10 bank, penelitian ini menyimpulkan bahwa secara

umum perbankan syariah di Indonesia tahun 1999-2004 cukup efisien dan

tidak terdapat skala ekonomis di dalamnya.

Vicky Rahma Putri dan Niki Lukviarman (2008) mengukur kinerja bank

komersil dengan analisis DEA. Variabel yang digunakan adalah efisiensi

yang diukur dengan menggunakan rasio keuangan. Dari hasil penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa dari 17 bank yang dijadikan sampel penelitian,

tidak ditemukan bank yang konsisten beroperasi secara efisien selama 3 tahun

periode penelitian.

Margaretha Tri Utami (2008) meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi

kinerja keuangan bank syariah selama 3 (tiga) tahun. Temuan dari penelitian

ini adalah bahwa pendapatan negara dan equity to total assets yang baik akan

berpengaruh secara positif terhadap kinerja.

Dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki DEA sebagai alat analisis

efisiensi bank, penulis akan menggunakan DEA dalam mengukur tingkat

efisiensi perbankan syariah. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan

7
analisis regresi metode efek tetap (MET) untuk menganalisis pengaruh faktor

internal dan faktor eksternal perbankan syariah yaitu, profitabilitas, size,

market power, kapitalisasi, SBI, inflasi dan economic growth.

Dengan penambahan beberapa faktor internal dan eksternal penelitian ini

akan melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya yang menganalisis

efisiensi perbankan di Indonesia, antara lain Surifah (2002) yang meneliti

kinerja perbankan swasta nasional dengan menggunakan CAMEL, Priyonggo

Suseno (2008) yang meneliti efisiensi perbankan syariah dikaitkan dengan

besarnya asset yang dimiliki, Zaenal Abidin (2007) yang meneliti efisiensi

pada bank umum dan Donsyah Yudhistira (2003) yang meneliti tingkat

efisiensi 18 bank syariah di berbagai Negara. Maka penulis mengangkat judul

“Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah dan Faktor Internal Eksternal

yang Mempengaruhinya”.

Penulis melakukan pembatasan masalah dengan tujuan dalam

pembahasan selanjutnya tidak mengalami perluasan. Adapun batasan masalah

tersebut adalah :

1. Penelitian ini dilakukan pada perbankan syariah di Indonesia.

2. Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu triwulan I tahun 2006

sampai dengan triwulan II tahun 2009.

8
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisa:

1. Bagaimana tingkat efisiensi perbankan syariah dilihat dari pendekatan

produksi, pendekatan intermediasi, dan pendekatan asset?

2. Apakah faktor internal bank seperti kapitalisasi, tingkat profitabilitas,

market power, size dan faktor eksternal bank seperti, economic growth,

inflasi, dan pergerakan tingkat suku bunga Surat Berharga Bank

Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

efisiensi Bank Umum Syariah?

3. Apakah faktor internal bank seperti kapitalisasi, tingkat profitabilitas,

market power, size dan faktor eksternal bank seperti, economic growth,

inflasi, dan pergerakan tingkat suku bunga Surat Berharga Bank

Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

efisiensi Unit Usaha Syariah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :

1. Menganalisis tingkat efisiensi perbankan syariah dilihat dari pendekatan

produksi, pendekatan intermediasi, dan pendekatan aset.

2. Menganalisis faktor internal bank seperti kapitalisasi, tingkat

profitabilitas, market power, size dan faktor eksternal bank seperti,

economic growth, inflasi, dan pergerakan tingkat suku bunga Surat

9
Berharga Bank Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat efisiensi Bank Umum Syariah.

3. Menganalisis faktor internal bank seperti kapitalisasi, tingkat

profitabilitas, market power, size dan faktor eksternal bank seperti,

economic growth, inflasi, dan pergerakan tingkat suku bunga Surat

Berharga Bank Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Perbankan Syariah

Informasi tentang hal-hal yang berkaitan tentang evaluasi kinerja terlebih

tentang efisiensi dalam beroperasi sangat penting untuk manajemen.

Dengan informasi tersebut, manajemen dapat merancang strategi operasi

yang efisien untuk meningkatkan kinerja dan daya saing dengan

perusahaan yang lain.

2. Pemerintah dan Bank Indonesia

Bagi pemerintah dan juga Bank Indonesia tentu saja sangat

berkepentingan dengan informasi tentang pengaruh kebijakan-kebijakan

yang mereka buat. Apakah kebijakan tersebut efektif mendorong

pertumbuhan perbankan syariah atau sebaliknya kontraproduktif dengan

pertumbuhan perbankan syariah.

10
3. Peneliti/Akademisi

Penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya tentang

efisiensi perbankan di Indonesia pada umumnya dan sektor perbankan

syariah secara khusus.

4. Masyarakat

Masyarakat luas mendapat penjelasan tentang efisiensi perbankan,

sebagai bahan pertimbangan dalam hal menitipkan dana mereka. Dengan

mengetahui baik tidaknya kinerja bank, masyarakat akan terhindar dari

resiko yang tidak diinginkan pada saat mereka menitipkan dananya ke

bank.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Karakteristik Dasar Perbankan Syariah

Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak

mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, Bank Islam (Bank Syariah)

adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta

peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip

syariat Islam (Muhammad, 2004; 1).

Bank Syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik

penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya

memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu

jual beli dan bagi hasil (Y. Sri Susilo, 2000; 110).

Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan kredit dan jasa- jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta

peredaran uang yang beroperasi disesuaikan prinsip- prinsip syariah

(Heri Sudarsono, 2003; 18).

Antonio dan Perwaatmadja membedakan bank syariah menjadi dua

pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip

syariah Islam. Bank Islam adalah (1) bank yang beropeasi sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah Islam; (2) adalah bank yang tata cara

12 12
12
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al Quran dan Hadis.

Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank

yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah

Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.

Dalam tata cara bermuamalat ini menghindari praktek yang

dikhawatirkan mengandung unsur riba dan diisi dengan kegiatan-

kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan

(Muhammad, 2004; 1).

Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip

ekonomi Islam dengan karakteristik, yakni :

a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya.

b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money).

c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas.

d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif.

e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang.

f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.

Oleh karena itu, dalam operasinya perbankan syariah tidak

menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional tetapi menerapkan

sistem bagi hasil. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI tanggal 16 Desember

2003 yang menggolongkan bunga bank termasuk riba, dan menurut Al-

Qur`an riba adalah haram.

13
2. Konsep Pengukuran Efisiensi Perbankan

Kinerja merupakan status organisasi secara keseluruhan dibanding

pesaingnya, atau terhadap suatu standar, baik internal maupun standar

eksternal. Kinerja organisasi bersifat multidimensional, oleh sebab itu

harus ditentukan atas dasar berbagai profil ukuran. Profil ukuran yang

populer antara lain: ekonomi, efektifitas, dan efisiensi. Penelitian ini

memfokuskan pada pengukuran efisiensi (Priyonggo Suseno: 2008).

Efisiensi adalah suatu istilah yang sifatnya relatif, yaitu selalu harus

dikaitkan dengan kriteria tertentu. Ahli ekonomi melihat efisiensi dari

dua sudut pandang, sudut pandang positif dan normatif. Pandangan

positif didasarkan pada prilaku manusia yang selalu mencari peningkatan

nilai atau value (utility maximization dan profit maximization theory).

Pencarian value adalah pendorong terciptanya mekanisme pasar. Jika

tercapai suatu situasi dimana masih ada value yang belum tereksploitasi,

prilaku manusia adalah selalu berusaha mencari jalan untuk mencapai

value tersebut. Pandangan normatif berakar dari keinginan untuk

membuat kebijakan. Untuk menilai apakah kebijakan yang satu lebih

baik dari pada kebijakan yang lainnya, dibutuhkan suatu dasar untuk

perbandingan (Surifah: 2002).

Konsep efisiensi diawali dari konsep teori produksi yang

menjelaskan hubungan teknis antara faktor input dan faktor output.

Fungsi produksi menggambarkan proses pentransformasian input

menjadi output pada satu periode tertentu. Salah satu model yang

14
digunakan untuk menjelaskan fungsi produksi adalah model fungsi

production frontier. Garis ini menggambarkan hubungan antara input dan

output dalam proses produksi. Garis frontier produksi ini mewakili

tingkat output maksimum dari setiap penggunaaan input yang mewakili

penggunaan teknologi dari suatu perusahaan atau industri. Keunggulan

dari model fungsi produksi frontier adalah kemampuannya untuk

menganalisa keefisienan dan ketidakefisienan teknis suatu proses

produksi (Cinca C. Serrano: 2002).

Ditinjau dari teori ekonomi ada dua macam pengertian efisiensi,

yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis mempunyai

sudut pandang mikroekonomi, sedangkan efisiensi ekonomi mempunyai

sudut pandang makroekonomi. Pengukuran efisiensi teknis cenderung

terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi

input menjadi output. Sedangkan dalam efisiensi ekonomi, harga tidak

dapat dianggap sudah ditentukan (given), karena harga dapat dipengaruhi

oleh kebijakan makro (Donsyah Yudhistira: 2003).

Berkaitan dengan hal ini, Farrel (1957) telah mengemukakan bahwa

efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen yaitu: (1)

technical efficiency dan (2) allocative efficiency. Technical efficiency

menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memilih kombinasi input

yang optimal pada tingkat harga dan teknologi tertentu. Efisiensi teknis

(technical efficiency) memusatkan perhatian pada kemampuan

perusahaan menggunakan input dalam menghasilkan output

15
dibandingkan dengan best practise. Sedangkan efisiensi alokatif

(allocative efficiency) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

mengoptimalkan penggunaan inputnya, dengan struktur harga dan

teknologi produksinya. Kedua ukuran ini yang kemudian dikombinasikan

menjadi efisiensi ekonomi (economic efficiency). Suatu perusahaan dapat

dikatakan efisien secara ekonomi jika dapat meminimalkan biaya

produksi untuk menghasilkan output tertentu dengan suatu tingkat

teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar yang berlaku.

Menurut Lovell (1994), efisiensi teknis hanya merupakan salah satu

komponen dari efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Namun dalam

rangka mencapai efisiensi ekonominya suatu perusahaan harus efisien

secara teknis. Dalam rangka mencapai tingkat keuntungan (profit) yang

maksimal, perusahaan harus memproduksi output yang maksimal dengan

input tertentu (efisien teknis) dan memproduksi output dengan kombinasi

yang tepat dengan tingkat harga tertentu (efisiensi alokatif).

Di sektor perbankan, pengukuran efisiensi (performance

measurement) juga merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan

untuk mengetahui kinerja dari sistem perbankan tersebut. Dapat

dikemukakan tiga alasan penting mengapa studi mengenai efisiensi di

sektor perbankan amat penting dilakukan yaitu: pertama, industri

perbankan memegang peranan yang sangat krusial dalam pembangunan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Disamping sebagai produsen

jasa keuangan, industri ini juga berperan sebagai penggerak

16
pembangunan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja sebagai sumber

pendapatan masyarakat. Dalam kaitan ini, sistem perbankan masih

merupakan pemain utama dalam intermediasi antara pihak-pihak yang

membutuhkan dana, sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan

produktifitas sumber-sumber keuangan (financial resources) masyarakat.

Kedua, lembaga perbankan menghadapi tantangan globalisasi dan

persaingan internasional yang semakin tajam. Persaingan tidak hanya

terjadi antara sesama bank domestik tetapi juga antara bank domestik

dengan bank asing. Dengan kondisi persaingan yang semakin terbuka

tersebut maka bank-bank domestik yang kurang efisien, misalnya biaya

operasinya tinggi, sangat mungkin akan tersingkir dari pasar. Ketiga,

konsep dan informasi hasil penelitian dapat menjadi masukan penting

bagi berbagai pihak terkait dengan industri perbankan. Para pimpinan

bank dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kinerja bank

sementara para investor dapat menggunakannya untuk mengambil

keputusan investasi. Demikian pula dengan otoritas moneter dan

perbankan yang juga mempunyai kepentingan terhadap efisiensi

perbankan karena kinerja dari sektor perbankan bisa berpengaruh

terhadap kinerja sektor-sektor ekonomi lainnya.

3. Metode Pengukuran Efisiensi

Terdapat beberapa metode untuk mengukur kinerja suatu organisasi

baik standard internal maupun eksternal, antara lain dengan analisis rasio

dan analisis frontier.

17
a. Analisis Rasio

Analisis Rasio ini merupakan pendekatan tradisional dengan

menggunakan rasio-rasio keuangan seperti pengukuran Return on

Asets (ROA), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasi/

Pendapatan Operasi (BOPO). Untuk pengukuran efisiensi suatu unit

kegiatan ekonomi multi ouput dan multi output biasanya

dipergunakan analisis rasio secara bersamaan. Kelemahan

pendekatan rasio adalah kesulitan untuk menentukan unit kegiatan

ekonomi mana yang paling efisien apabila analisis dilakukan

terhadap sejumlah unit kegiatan ekonomi yang memiliki bidang

usaha yang sama.

b. Analisis Efisien Frontier

Menurut Berger, A. N. Dan Humprey D.B (1997), beberapa

tahun terakhir ini perhitungan kinerja lembaga keuangan lebih

difokuskan kepada efisien frontier atau X-efficiency, yang mengukur

penyimpangan dari lembaga keuangan berdasarkan ‘best practice’

atau berlaku umum pada frontier efisiensinya. Jadi analisis efisien

frontier dari suatu lembaga keuangan diukur melalui bagaimana

kinerja lembaga keuangan tersebut relatif terhadap perkiraan kinerja

lembaga keuangan terbaik dari industri tersebut, dengan catatan

semua lembaga keuangan tersebut menghadapi kondisi pasar yang

sama.

18
Analisis efisien frontier cukup superior bagi sebagian besar

standar rasio keuangan yang digunakan oleh regulator, manager

lembaga keuangan atau konsultan industri dalam menganalisa

kinerja keuangan. Efisien frontier superior karena ukuran dari efisien

frontier menggunakan teknik pemrogaman atau statistik yang

menghilangkan pengaruh dari perbedaan dalam harga input dan

faktor pasar eksogen lainnya yang mempengaruhi kinerja standar

atau rasio dalam rangka mendapatkan estimasi yang terbaik

berdasarkan kinerja para manager.

Analisis rasio dan analisis frontier merupakan alat analisis yang

dapat digunakan sesuai kebutuhan analisa dan penelitian. Analisis

rasio merupakan pendekatan parsial sedangkan analisis frontier

bersifat lebih menyeluruh (total faktor productivity measures).

Dalam perkembangannya, analisis frontier ini lebih diutamakan

karena hasil pengukurannya lebih objektif, bisa didapatkan dari

ukuran-ukuran numerik, ukuran kinerja relatif yang bisa

memasukkan banyak faktor seperti faktor biaya (input), keuntungan

(output) dan faktor-faktor lainnya untuk menghitung efisiensi relatif

dibandingkan dengan kinerja terbaik institusi pada industri sejenis.

Berbagai informasi mengenai struktur dari frontier dan efisiensi

relatif dari unit ekonomi mengandung berbagi kebijakan terapan,

dimana hal ini sesuai diterapkan untuk pengukuran efisiensi bank

syariah. Pendekatan frontier seperti DEA sebenarnya bertitik tolak

19
dari analisis rasio yaitu rasio output terhadap input (output/input),

perbedaannya adalah DEA mengkombinasikan seluruh input dan

output secara terintegrasi.

c. Pendekatan Parametrik dan Non parametrik

Untuk analisis frontier ada dua pendekatan yang dapat

digunakan, yaitu pendekatan non-parametrik dan parametrik.

Pendekatan parametrik melakukan pengukuran dengan

menggunakan ekonometrik yang stokastik dan berusaha

menghilangkan gangguan dari pengaruh ketidakefisienan. Metode

parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA), Thick

Frontier Approach (TFA), dan Distribution Free Approach (SFA).

Metode non parametrik dengan program linier (Non parametric

Linear Progamming Approach) melakukan pengukuran non

parametrik dengan menggunakan pendekatan yang tidak stokastik

dan cenderung mengkombinasikan gangguan dan ketidakefisienan.

Metode non parametrik meliputi Free Disposal Hull (FDH) dan

Data Envelopment Analysis (DEA).

Perbedaan antara pendekatan parametrik dan non parametrik,

prosedur parametrik untuk melihat hubungan antara input dan output

diperlukan informasi yang akurat untuk harga input dan variabel

eksogen lainnya. Pengetahuan mengenai bentuk fungsi yang tepat

dari frontier dan struktur dari an on-sided error (jika digunakan),

dan ukuran sampel yang cukup dibutuhkan untuk menghasilkan

20
kesimpulan secara statistika (statistical inferences). Pendekatan non

parametrik tidak menggunakan informasi, sehingga sedikit data yang

dibutuhkan, lebih sedikit asumsi yang diperlukan dan sampel yang

lebih sedikit dapat dipergunakan. Namun demikian, kesimpulan

secara statistika tidak dapat diambil jika menggunakan metode non

parametrik. Untuk mengatasi hal ini, salah satu cara yang digunakan

adalah analisa regresi yang dikenal dengan ”two step procedure”.

Ide dasar dari metode ini yaitu memperlakukan nilai-nilai efisiensi

(efficiency score) yang dihasilkan oleh model DEA sebagai data atau

indeks dan kemudian menggunakan analisa regresi untuk

menjelaskan variasi yang terjadi diantara nilai-nilai efisiensi

tersebut.

Pendekatan parametrik dan non parametrik mempunyai tujuan

yang sama yaitu untuk memperoleh suatu frontier yang akurat.

Namun demikian, kedua pendekatan menggunakan metode yang

berbeda untuk mencapai tujuan tersebut. Pendekatan parametrik

menghasilkan stochastic frontier sedangkan pendekatan parametrik

menghasilkan production frontier. Perbedaan utama lainnya adalah

bahwa pendekatan parametrik memasukkan random error pada

frontier, sementara pendekatan non parametrik tidak memasukkan

random error. Sebagai konsekwensinya, pendekatan non parametrik

tidak dapat memperhitungkan faktor-faktor seperti perbedaan harga

antar daerah, perbedaan peraturan, perilaku baik buruknya data,

21
observasi yang ekstrim, dan lain sebagainya sebagai faktor-faktor

ketidakefisienan.

Dengan demikian, pendekatan non parametrik dapat digunakan

untuk mengukur inefisiensi secara lebih umum. Kelemahan dari

pendekatan non parametrik adalah satu outlier dapat secara

signifikan mempengaruhi perhitungan dari efisiensi dari setiap

perusahaan. Namun demikian, hal tersebut tidak terlalu merisaukan

karena kedua pendekatan akan menghasilkan hasil yang mirip. Hal

ini akan terjadi jika sampel yang dianalisis merupakan unit yang

sama dan menggunakan proses produksi yang sama.

Pendekatan non parametrik mempunyai beberapa keuntungan

relatif dibandingkan dengan teknik parametrik. Dalam mengukur

efisiensi, pendekatan non parametrik mengidentifikasi unit yang

digunakan sebagai referensi yang dapat membantu untuk mencari

penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan, yang merupakan

keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. Selain itu, pendekatan

non parametrik tidak memerlukan spesifikasi yang lengkap dari

bentuk fungsi yang menunjukkan hubungan produksi dan distribusi

dari observasi. Selain itu pendekatan parametrik sangat tergantung

pada asumsi mengenai data produksi dan distribusi.

Dengan referensi penelitian sebelumnya, penelitian ini akan

dilakukan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)

dan analisis regresi model panel data dengan menggunakan software

22
DEA Frontier dan software EViews. Model DEA dipilih karena

mampu mengukur efisiensi dengan lebih umum, telah banyak

digunakan dalam berbagai penelitian efisiensi sebelumnya dan

menggunakan software yang digunakan untuk pemrosesan data

relatif mudah diperoleh dan dioperasionalkan. Sedangkan, analisis

regresi model panel data dipilih karena jenis data yang digunakan

adalah data panel. Disamping itu, software DEA Frontier dan

EViews yang akan digunakan untuk pemrosesan data relatif mudah

diperoleh dan dioperasionalkan.

4. Data Envelopment Analysis (DEA)

Data Envelopment Analysis (DEA) adalah sebuah teknik

pemrograman matematis yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi

relatif dari sebuah kumpulan unit- unit pembuat keputusan atau Decision

Making Units (DMU) dalam mengelola sumber daya (input) dengan jenis

yang sama sehingga menjadi hasil (output) dengan jenis yang sama pula,

di mana hubungan bentuk fungsi dari input ke output tidak perlu

diketahui.

Metode DEA pertama kali ditemukan oleh Charnes, Cooper, dan

Rhodes pada tahun 1978. Model yang berorientasi pada input

berdasarkan asumsi Constant Return to Scale sehingga dikenal dengan

model CCR. Dalam model CCR setiap DMU akan dibandingkan dengan

seluruh DMU yang ada di sampel dengan asumsi bahwa kondisi internal

dan eksternal DMU adalah sama. Kritik terhadap asumsi CCR bahwa

23
asumsi ini hanya sesuai untuk kondisi di mana seluruh DMU beroperasi

pada skala optimal. Namun dalam kenyataanya, meskipun DMU tersebut

beroperasi dengan sumber daya (input) yang sama dan menghasilkan

output yang sama pula tetapi kondisi internal dan eksternalnya mungkin

berbeda yang bisa mengakibatkan sebuah DMU tidak beroperasi pada

skala optimal, misalnya kondisi persaingan yang tidak sempurna. Model

CCR lebih tepat digunakan untuk menganalisis kinerja pada perusahaan

manufaktur, karena dalam pendekatan CCR ini mengikuti konsep

Constant Returns to Scale, artinya penambahan satu input harus

menambah satu output. Jika asumsi CCR tetap digunakan untuk DMU

yang tidak beroperasi secara optimal maka akan timbul ketidakjelasan

inefficiency yang disebabkan technical efficiency dan bercampur dengan

scale efficiency.

Sehubungan dengan kelemahan asumsi CCR tersebut, muncul

asumsi alternatif variable return to scale, yang dikenal dengan model

BCC (Banker, Charnes, dan Coopers). Model BCC merupakan

pengembangan dari model CCR untuk memenuhi kebutuhan penelitian.

Perbedaan utama model CCR dengan BCC adalah model pertama

menghasilkan evaluasi terhadap overall efficiency sementara model

kedua telah dapat memisahkan technical efficiency dengan scale

efficiency.

Variable return to scale berarti bahwa penambahan input sebesar x

kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali, bisa lebih

24
kecil atau lebih besar x kali. Pendekatan BCC ini relatif lebih tepat

digunakan dalam menganalisis efisiensi kinerja pada perusahaan jasa,

dalam hal ini bank syariah. Karena dalam perusahaan jasa, faktor dari

sumber daya manusia lebih signifikan peranannya dibandingkan dengan

faktor- faktor lainnya, seperti kas, modal, dan lain- lain.

a. Pengukuran Berorientasi Input (Input Oriented Measure)

Pengukuran berorientasi input menunjukkan sejumlah input dapat

dikurangi secara proporsional tanpa mengubah jumlah output yang

dihasilkan.

b. Pengukuran Berorientasi Output (Output Oriented Measure)

Orientasi output mengukur apabila sejumlah output dapat

ditingkatkan secara proporsional tanpa mengubah jumlah output

yang digunakan.

5. Hubungan Input dan Output Variabel Pengukuran Efisiensi

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan

hubungan input dan output yang digunakan untuk pengukuran efisiensi

dari institusi keuangan, yaitu pendekatan produksi (production

approach), pendekatan intermediasi (intermediation approach) dan

pendekatan asset (asset approach).

a. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Pada bank syariah pendekatan produksi melihat aktivitas bank

sebagai sebuah produksi jasa bagi para pemilik dana (shohibul mal)

dan pengelola dana (mudharib). Pendekatan ini mendefinisikan

25
output sebagai penjumlahan dari rekening-rekening pendapatan

utama dari operasional bank, pendapatan non-operasional dan

pendapatan lainnya. Sedangkan input institusional adalah biaya

tenaga kerja dan modal serta pembayaran nisbah bagi hasil.

b. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach)

Pada bank syariah pendekatan ini menerangkan aktivitas

perbankan sebagai pentransformasian dana yang dimiliki yang

berasal dari giro wadiah, tabungan dan deposito mudharabah (dana

pihak ketiga) menjadi dana yang digunakan untuk pembiayaan oleh

mudharib. Output dalam pendekatan ini diukur melalui pembiayaan

mudharabah, murabahah, ijarah, istishna dan salam. Sedangkan input

dalam pendekatan ini dihitung dari jumlah tenaga kerja, pengeluaran

modal pada aktiva tetap dan material lainnya.

c. Pendekatan Aset (Asset Approach)

Pada bank syariah pendekatan asset pada bank syariah

mengukur kemampuan perbankan dalam menanamkan atau

mengelola dana dalam bentuk pembiayaan, surat-surat berharga,

alternatif pengelolaan asset lainnya dan aktiva lancar yang dimiliki

sebagai output. Sedangkan untuk inputnya diukur dari total asset

yang dimiliki bank.

6. Determinan Tingkat Efisiensi

Setelah penentuan variabel- variabel input dan output untuk

mengukur tingkat efisiensi, langkah selanjutnya adalah meneliti variabel-

26
variabel yang diduga memiliki hubungan terhadap tingkat efisiensi.

Determinan yang mempengaruhi efisiensi di mana manajemen bank tidak

dapat mengontrol faktor tersebut dapat dilihat dari aspek internal bank

dan aspek eksternal bank.

a. Faktor Internal

Faktor internal mencerminkan kondisi di dalam perbankan atau

karakteristik dari bank itu sendiri seperti kapitalisasi, size (ukuran

bank), profitabilitas, market power, dan lain- lain.

1) Kapitalisasi

Kapitalisasi menunjukkan kemampuan modal yang dimiliki

oleh bank untuk mengakumulasikan asset yang dimiliki oleh

bank. Kapitalisasi ini sangat penting karena bank sebagai

lembaga intermediasi harus bisa meningkatkan kapitalisasinya

untuk melakukan pembiayaan sekaligus memperkecil resiko dari

penarikan dana besar- besaran oleh nasabah (rush).

2) Size (Ukuran bank)

Besarnya tingkat kapitalisasi yang dimiliki bank

merefleksikan size (ukuran) yang dimiliki oleh suatu bank. Size

yang dipresentasikan oleh total asset merupakan variabel yang

sangat umum digunakan dalam penelitian tingkat efisiensi bank.

Dasar pertimbangan penggunaan size adalah untuk melihat

apakah terdapat economic of scale pada bank- bank anggota

sample yang diobservasi. Dengan kata lain, apakah peningkatan

27
jumlah aset bank dapat menaikkan tingkat efisiensi atau tingkat

produktifitasnya.

3) Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu ukuran bagi perusahaan

untuk menilai efektifitas manajemen perusahaan dalam

menghasilkan laba perusahaan. Tingkat profitabilitas dihitung

dari perbandingan net income (laba bersih) yang diperoleh bank

dibandingkan Total Aset yang dimiliki oleh bank.

4) Market Power

Market Power diukur dari penghimpunan dana bank

terhadap penghimpunan dana suatu negara pada tiap tiap

periode. Market Power yang dicerminkan oleh rasio Dana Pihak

Ketiga (DPK) bank syariah dengan total DPK perbankan

nasional. Data Market Power dihitung dari perbandingan dana

pihak ketiga Bank Umum Syariah dengan total dana pihak

ketiga perbankan di Indonesia dengan menggunakan software

Microsoft Excel.

b. Faktor Eksternal

Faktor- faktor eksternal juga diperkirakan berpengaruh terhadap

tingkat efisiensi bank, meskipun pengaruhnya bersifat umum, yaitu

berdampak terhadap seluruh bank. Faktor eksternal yang mempunyai

korelasi yang kuat dengan operasional perbankan antara lain kondisi

ekonomi yang dicerminkan oleh tingkat inflasi, dan kebijakan

28
moneter yang dicerminkan oleh tingkat bunga bank sentral dan

pergerakan nilai tukar.

1) Tingkat Inflasi

Dalam operasional perbankan, tingkat inflasi berpengaruh

terhadap meningkatnya komponen biaya operasional seperti

biaya gaji karyawan atau biaya personalia. Inflasi yang tinggi

memberi dampak turunnya efisiensi perekonomian termasuk

efisiensi sektor perbankan. Selain itu, inflasi yang sangat tinggi

akan mengakibatkan kepercayaan pada lembaga keuangan dan

perbankan akan turun.

2) Economic Growth (Pertumbuhan Ekonomi)

Economic Growth atau pertumbuhan ekonomi diukur dari

pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto). Peningkatan

pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari peningkatan

pendapatan yang pada umumnya akan menyebabkan tabungan

masyarakat juga meningkat. Dengan kata lain, hal ini

menyebabkan jumlah tabungan atau dana masyarakat (dana

pihak ketiga) yang disimpan di bank juga akan meningkat.

Peningkatan DPK akan berimplikasi terhadap efisiensi

perbankan. Semakin besar DPK yang dikelola bank

menyebabkan cost of fund yang aharus dibayar juga ikut

meningkat. Dan hal ini juga akan mempengaruhi tingkat

29
efisiensi bank akibat dari peningkatan cost of fund yang harus

dikeluarkan bank.

3) Kebijakan Moneter

Di dalam pasar keuangan, sumber ekspektasi utama adalah

kebijakan bank sentral khususnya suku bunga pasar uang. Di

Indonesia, suku bunga yang menjadi acuan bagi bank adalah BI-

Rate dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tidak

dapat dipungkiri SBI menjadi salah satu indikator bagi bank

dalam menentukan tingkat bunga tabungan, deposito dan

investasi. Efisiensi perbankan syariah dapat diakibatkan oleh

faktor- faktor eksternal seperti pergerakan tingkat SBI karena

fungsi yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dari

perbankan syariah adalah fungsi dari input dan output bank

seperti harga tenaga kerja, modal fisik dan pendanaan.

B. Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian tentang pengukuran efisiensi perbankan telah

dilakukan. Pendekatan yang digunakan mulai dari yang sederhana, yaitu rasio

antara output-input, pendekatan analisis input-output atau pendekatan analisis

stokastik.

Priyonggo Suseno (2008) meneliti efisiensi dan skala ekonomi pada

industri perbankan syariah di Indonesia dengan teknik DEA. Variabel yang

digunakan terdiri dari berbagai variabel yang diambil dari laporan keuangan

30
masing- masing bank konvensional dan bank murni syariah, yaitu terdiri dari

input dan output yang diambil dari Bank Indonesia. Untuk bank umum

syariah, inputnya berupa biaya bagi hasil, biaya lainnya dan asset. Outputnya

terdiri dari pendapatan bunga, pendapatan lainnya dan volume kredit. Untuk

UUS, inputnya berupa biaya bunga, biaya lainnya dan asset, outputnya terdiri

dari pendapatan utama, pendapatan lainnya dan volume pembiayaan.Dengan

sampel 10 bank, penelitian ini menyimpulkan bahwa secara umum perbankan

syariah di Indonesia tahun 1999-2004 cukup efisien yang ditunjukkan dengan

tingkat in-efisiensi rata- rata mencapai hanya sekitar 7%. Tidak ada perbedaan

yang signifikan antara tingkat efisiensi perbankan umum syariah dengan bank

konvensional yang memiliki unit usaha syariah. Di sisi lain, ditemukan bahwa

tidak terdapat skala ekonomis dalam perbankan syariah di Indonesia.

Vicky Rahma Putri dan Niki Lukviarman (2008) mengukur kinerja bank

komersil dengan analisis DEA. Variable yang digunakan adalah efisiensi

yang diukur dengan menggunakan rasio keuangan yang paling mencerminkan

pencapaian efisiensi bank komersil, yaitu rasio efisiensi dan rasio rentabilitas.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 17 bank yang dijadikan

sampel penelitian, tidak ditemukan bank yang konsisten beroperasi secara

efisien selama 3 tahun periode penelitian. Hanya ada satu bank (Bank Lippo)

yang konsisten beroperasi secara efisien pada 2 tahun penelitian (2003 dan

2004). Hanya terdapat sebagian kecil bank komersil di Indonesia yang

mampu berkinerja baik dan dapat digolongkan ke dalam bank yang relative

efisien.

31
Margaretha Tri Utami (2008) meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi

kinerja keuangan bank syariah selama 3 (tiga) tahun. Variable yang diteliti

terdiri dari variable dependen yaitu Before Tax Profit, Return On Assets

(ROA), dan Return On Equity (ROE). Sedangkan variable independennya

adalah Non-Interest Margin. Temuan dari penelitian ini adalah bahwa

pendapatan negara dan equity to total assets yang baik akan berpengaruh

secara positif terhadap kinerja. Sedangkan inflasi, liabilities to total assets

akan berpengaruh secara negative terhadap kinerja bank. Tetapi, overhead

mempengaruhi secara positif terhadap Non Interest Margin.

Wibowo (2003) mengukur efisiensi perbankan syariah di Indonesia tahun

2002-2003 dengan analisis DEA. Jumlah bank yang dijadikan sampel

sebanyak 2 bank murni syariah dan 8 bank konvensional dengan unit usaha

syariah. Variabel inputnya yaitu bunga, biaya lainnya dan asset. Sedang

outputnya yaitu pendapatan bunga, pendapatan lainnya dan kredit. Dari hasil

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 10 bank tersebut, bank umum

syariah merupakan bank yang paling efisien dalam menjalankan

operasionalnya bahkan apabila dibanding dengan bank konvensional yang

lainnya tidak kalah baik kinerjanya.

Yudistira (2003) meneliti tingkat efisiensi 18 perbankan syariah di

berbagai Negara tahun 1997- 2000. Input variabel yang digunakan terdiri dari

upah tenaga kerja, asset tetap, dan total deposito sedangkan outputnya terdiri

dari total pinjaman, pendapatan lainnya dan asset liquid. Temuan dari

penelitian ini adalah bahwa tahun 2000 merupakan tahun yang paling efisien.

32
Industri perbankan syariah yang telah berpengalaman menunjukkan efisiensi

pada tahun 1998 dan 1999 rata- rata sebesar 0,870 dan 0,897 dibandingkan

dengan tahun 1997 dan 2000 yang besarnya rata-rata 0,902 dan 0,909.

Besarnya efisiensi pada tahun 1998 lebih berpengaruh kepada efisiensi secara

teknis daripada skala efisiensi yang ada. Untuk menganalisis besarnya

hubungan efisiensi dan skala, bank-bank Islam yang memiliki total asset lebih

dari $600 miliar dikategorikan sebagai bank besar dan bank-bank yang

memiliki total asset di bawah $600 miliar dapat dikategorikan sebagai bank-

bank sedang dan kecil. Apabila dilihat dari skala efisiensi, dapat terlihat jelas

bahwa skala inefisiensi terjadi pada bank-bank besar, sedang skala terendah

yang bernilai 0,915 pada tahun 1998.

C. Kerangka Pemikiran

Dari Gambar. 2. 1 dapat dilihat hubungan antar variabel yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Ada dua hubungan yang dapat diterangkan

dari gambar tersebut. Pertama, bersumber pada laporan keuangan Perbankan

Syariah yang telah dipublikasikan oleh Bank Indonesia, didapatlah posisi

neraca dan laporan laba rugi bank yang bersangkutan. Selanjutnya dengan

menggunakan teknik DEA (Data Evelopment Analysis), akan dilihat

hubungan variable input dan output yang dibedakan atas tiga pendekatan,

yaitu pendekatan produksi, intermediasi, dan pendekatan aset dalam

menentukan skor efisiensi. Hubungan yang kedua adalah melihat hubungan

33
dan pengaruh variabel determinan yang terdiri dari variabel internal dan

eksternal yang mempengaruhi efisiensi perbankan syariah.

34
Gambar. 2. 1 :
Kerangka Pemikiran

Perbankan Syariah

Laporan Keuangan

Neraca Lap. Laba dan Rugi

DEA

Pengukuran Efisiensi
Orientasi Input

Pendekatan Produksi Pendekatan Intermediasi Pendekatan Aset

Input Input Input


- Nisbah bagibhasil - Biaya personalia - Total asset
- Biaya personalia - Fixed asset
- Biaya operasional - DPK Output
lainnya - Murabahah
Output Output - Mudharabah
- Pendapatan - Murabahah - Aktiva lancar
operasional utama - Mudharabah
- Pendapatan lainnya

EFISIENSI

DETERMINAN EFISIENSI

Faktor Internal Faktor Eksternal

- Kapitalisasi - Kebijakan Moneter


- Profitabilitas (SBI)
- Size - Kondisi Ekonomi
- Market Power (Growth & Inflasi)

35
D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas penulis melakukan rumusan hipotesa

penelitian sebagai berikut:

1. Tingkat efisiensi perbankan syariah:

H0 : Rata- rata perbankan syariah relatif tidak beroperasi secara

efisien.

Ha : Rata- rata perbankan syariah relatif beroperasi secara efisien.

2. Hubungan faktor internal bank kapitalisasi, tingkat profitabilitas, market

power, size dan faktor eksternal bank economic growth, inflasi, dan

pergerakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan efisiensi

Bank Umum Syariah:

H0 : Kapitalisasi, tingkat profitabilitas, market power, size, economic

growth, inflasi, dan pergerakan suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

tingkat efisiensi Bank Umum Syariah.

Ha : Kapitalisasi, tingkat profitabilitas, market power, size, economic

growth, inflasi, dan pergerakan suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

efisiensi Bank Umum Syariah.

3. Hubungan faktor internal bank kapitalisasi, tingkat profitabilitas, market

power, size dan faktor eksternal bank economic growth, inflasi, dan

pergerakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan efisiensi

Unit Usaha Syariah:

36
H0 : Kapitalisasi, tingkat profitabilitas, market power, size, economic

growth, inflasi, dan pergerakan suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah.

Ha : Kapitalisasi, tingkat profitabilitas, market power, size, economic

growth, inflasi, dan pergerakan suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

efisiensi Unit Usaha Syariah.

37
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dalam penelitian ini yaitu Bank Syariah yang

ada di wilayah hukum Republik Indonesia yang berdiri dan beroperasi

berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Dalam hal ini perbankan syariah yang

berdiri dan beroperasi pada periode Maret 2006 sampai dengan Juni 2009.

B. Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel untuk menguji hipotesis penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling yaitu, pengambilan sampel yang dipilih atas dasar

kesesuaian karakteristik dengan kriteria sampel. Maka didapatlah sampel

penelitian yang berjumlah lima bank, yang terdiri dari tiga Bank Umum

Syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank

Syariah Mega Indonesia. Sedangkan dua Unit Usaha Syariah yang diteliti

yaitu Bank Jabar dan Banten, dan Bank Permata. Bersumber dari bank- bank

tersebut dikumpulkan data- data tentang laporan keuangan yang menjadi

sampel penelitian. Semua data- data tersebut merupakan data triwulanan

laporan keuangan Bank Syariah.

38
38
C. Metode Pengumpulan Data

1. Library research

Library research atau riset kepustakaan yaitu data yang kami peroleh

dari buku- buku, jurnal serta bahan tertulis lainnya yang berhubungan

dengan penelitian ini. Dalam hal ini mengutip beberapa teori yang

membantu pembahasan dalam penelitian ini.

2. Sumber data

Data bank yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang dikumpulkan dari publikasi bank berupa neraca dan

laporan laba rugi dari setiap bank yang dijadikan sampel penelitian yang

sudah dipublikasikan di website Bank Indonesia dan website Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah tersebut selama tahun 2006

sampai dengan tahun 2009. Data- data untuk faktor- faktor yang

mempengaruhi tingkat efisiensi terdiri dari data faktor internal dan faktor

eksternal. Data faktor internal seperti kapitalisasi, profitabilitas, market

power dan size diperoleh dari perhitungan menggunakan software

Microsoft Excel. Data untuk faktor eksternal tingkat inflasi dan tingkat

pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) diperoleh dari Statistik

Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang telah dipublikasikan oleh Bank

Indonesia. Sedangkan data pergerakan suku bunga Bank Indonesia

diperoleh dari data tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) juga

diperoleh dari data SBI satu bulan yang dipublikasikan oleh Bank

Indonesia.

39
D. Metode Analisis

1. Deskripsi data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi. Penelitian

deskriptif (descriptive research) adalah jenis penelitian yang memberikan

gambaran atau uraian suatu keadaan sejelas mungkin mengenai

hubungan satu variabel dengan beberapa variabel lainnya. Sedangkan

penelitian korelasi adalah penelitian yang ingin melihat hubungan antar

variabel. Dua atau lebih variabel diteliti untuk melihat hubungan yang

terjadi diantara mereka.

2. Analisis data

a. Analisis dengan Teknik Data Envelopment Analysis (DEA)

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan

teknik Data Envelopment Analysis (DEA) sebagai teknik non-

parametrik untuk mengukur efisiensi sektor perbankan syariah

Indonesia. Pada dasarnya prinsip kerja model DEA adalah

membandingkan data input dan output dari suatu organisasi data

(Decision Making Unit, DMU) dengan data input dan output lainnya

pada DMU yang sejenis. DMU adalah sebuah sumber daya, dalam

hal ini adalah perbankan syariah.

Operasionalisasi teknik DEA dalam mengevaluasi sebuah DMU

sebagai sesuatu yang efisien secara teknis jika hal itu memiliki rasio

yang baik dari setiap output dan juga setiap input. Rangkain kegiatan

40
tersebut mampu menunjukkan signifikansi dari hubungan output-

input yang akan di ukur.

jumlah tertimbang input


Efisiensi =
jumlah tertimbang output

∑µ
k =1
k yrj
Efficiency of DMU0 = m

∑v x
i −1
i ij

Dimana:

k = DMU yang akan dievaluasi

m = jumlah input

n = jumlah output

xij = nilai input ke-i DMU j

yrj = nilai output ke-r DMU j

µ k = bobot DMU k untuk DMU yang dievaluasi

vi = bobot DMU j untuk DMU yang dihitung

Model DEA yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

constant return to scale dan variable return to scale. Model constant

return to scale dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes dan

disebut juga model CCR pada tahun 1978. Model ini

mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output

adalah sama, artinya jika ada penambahan input sebesar x kali, maka

output akan meningkat sebesar x kali juga (Gambar. 3. 2). Asumsi

41
lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap

perusahaan atau DMU beroperasi secara optimal.

Gambar. 3. 2 :
Efficient Frontier Model CCR

output

input
Sumber: Centre for Efficiency and Productivity Analysis Working Papers

Model variable return to scale dikembangkan oleh Banker,

Charnes, dan Rhodes (model BCC) pada tahun 1984 dan merupakan

pengembangan dari model CCR. Model ini beranggapan bahwa

perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal.

Asumsi dari model ini adalah rasio antara penambahan input dan

output tidak sama. Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak

akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali, bias lebih kecil

atau lebih besar dari x kali (Gambar 3. 3).

42
Gambar. 3. 3:
Efficient Frontier Model BCC

output

input
Sumber: Centre for Efficiency and Productivity Analysis Working Papers

Pendekatan BCC lebih baik dalam menghitung tingkat efisiensi

teknis yang sebenarnya tanpa dibatasi kendala apapun, karena

pendekatan BCC menghitung tingkat efisiensi secara lokal bukan

secara global.

b. Analsis Regresi Model Panel Data (Metode Efek Tetap)

Untuk melihat pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap

tingkat efisiensi Bank Syariah di Indonesia dilakukan analisis regresi

dengan Metode Efek Tetap (MET). Alasan penggunaan metode

Metode Efek Tetap ini karena data yang digunakan adalah data

panel, tujuannya adalah untuk memungkinkan adanya perubahan α

pada setiap i dan t.

Model matematis panel data untuk pengujian pengaruh faktor

internal dan eksternal dibagi dua yaitu model panel data untuk Bank

43
Umum Syariah dan model panel data untuk Unit Usaha Syariah.

Untuk model panel data Bank Umum Syariah dapat dituliskan

sebagai berikut:

EFFit = α+β1SBIit+ SIZEit+ β3EGit+ β4Inflasiit+ β5Kapitalit +

β6Profitit+ β1MrkPwrit+ γ2W2t + γ3W3t + …+ γNWNt + δ2Zi2

+ δ3Zi3 +…+ δNZiN + εit

Dimana:

EFF = Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah

SBI = Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

SIZE = Total Asset yang Dimiliki Bank Syariah

EG = Economic Growth

Inflasi = Tingkat Inflasi

Kapital = Rasio Equitas Terhadap Modal

Profit = Tingkat profitabilitas bank

MrkPwr = Market Power

a =Konstanta

ε =Error term

i =DMU ke-i

t =Periode ke-t

W&Z =Variabel Dummy yang didefinisikan sebagi berikut:

Wit = 1 ; untuk BMI; i=1(BMI),2(BSM), 3(BMS),

= 0 : lainnya

Zit =1 ; untuk peride triwulan I-2006; t=1, 2,…,12

44
= 0 : lainnya

Sedangkan untuk model panel data unit usaha syariah dapat

dituliskan sebagai berikut:

EFFit = α+β1SBIit+ SIZEit+ β3EGit+ β4Inflasiit+ β5Kapitalit +

β6Profitit+ β1MrkPwrit+ γ2W2t + γ3W3t + …+ γNWNt + δ2Zi2

+ δ3Zi3 +…+ δNZiN + εit

Dimana:

EFF = Tingkat Efisiensi Unit Usaha Syariah

SBI = Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

SIZE = Total Asset yang Dimiliki Bank Syariah

EG = Ecomic Growth

Inflasi = Tingkat Inflasi

Kapital = Rasio Equitas Terhadap Modal

Profit = Tingkat profitabilitas bank

MrkPwr = Market Power

a =Konstanta

ε =Error term

i =DMU ke-i

t =Periode ke-t

W&Z =Variabel Dummy yang didefinisikan sebagi berikut:

Wit = 1 ; untuk BP; i=1(BP),2(BJB)

= 0 : lainnya

Zit =1 ; untuk peride triwulan I-2006; t=1, 2,…,12

45
= 0 : lainnya

Model panel data mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat

membedakan efek individual dan efek waktu, dan MET juga tidak

perlu mengasumsikan komponen error tidak berkorelasi dengan

variabel bebas yang mungkin sulit dipenuhi.

Pertimbangan lain menggunakan model panel data ini adalah

karena jumlah waktu (T) lebih besar dibandingkan jumlah individu

(N) (Nachrowi dan Usman, 2006). Dalam hal ini jumlah T model

panel data Bank Umum Syariah sama dengan 14 sedangkan jumlah

N hanya tiga dan jumlah T model panel data Unit Usaha Syariah

sama dengan 14 dan jumlah N hanya dua. Oleh karena itu model

panel data sesuai digunakan dalam penelitian ini.

Jadi dalam penelitian ini kita akan menganalisis bagaimana

pengaruh beberapa faktor internal dan eksternal yang menjadi

variabel bebas (SBI, Economic Growth, Inflasi, Kapital (rasio

equitas terhadap modal), Profit, Size dan MP) terhadap tingkat

efisiensi 3 Bank Umum Syariah dan 2 Unit Usaha Syariah di

Indonesia selama 14 periode, triwulan I-2006 sampai dengan

triwulan II-2009 dengan alat bantu menggunakan software EViews.

Analisis pengaruh ini akan dilihat dari tiga pendekatan yaitu

pendekatan produksi, pendekatan intermediasi dan pendekatan aset.

46
E. Operasional Variabel Penelitian

1. Definisi Variabel Input dan Output Penelitian

Definisi dari masing- masing variabel input dan output penelitian

untuk efisiensi Perbankan Syariah dengan pendekatan non parametrik

Data Envelopment Analysis (DEA) adalah sebagai berikut :

a. Biaya Nisbah Bagi Hasil (X1) sebagai Variabel Input

Biaya nisbah bagi hasil adalah biaya yang dibayarkan bank

kepada pemegang dana yang menempatkan uangnya di bank syariah

dalam berbagai bentuk produk antara lain giro, tabungan, dan

deposito. Nisbah bagi hasil merupakan hak pihak ketiga atas hasil

pengelolaan dana mereka oleh bank. Biaya nisbah bagi hasil

merupakan komponen biaya operasional terbesar bagi bank yang

diperoleh dari laporan laba rugi bank syariah dan unit syariah.

b. Biaya Personalia (X2) sebagai Variabel Input

Biaya personalia digunakan sebagai proksi dari pemakaian

tenaga kerja sebagai faktor produksi. Masing- masing bank

mempunyai kebijakan tersendiri mengenai bentuk dan struktur

fasilitas yang diberikan kepada pegawainya. Walaupun demikian

gaji masih tetap merupakan komponen utama biaya personalia

sebuah lembaga perbankan secara umum. Biaya personalia

merupakan bagian dari biaya operasional dan dicantumkan dalam

laporan laba rugi.

47
c. Biaya Lainnya (Diluar Biaya Personalia) (X3) sebagai Proksi

dari Variabel Input Physical Capital

Physical Capital merupakan salah satu variable input yang

sangat penting perannya dalam menghasilkan output yang

diinginkan. Terdapat banyak sekali komponen modal fisik yang

dipergunakan bank dalam kegiatan- kegiatan menghasilkan output

tersebut seperti gedung, perangkat computer, kendaraan, berbagai

bentuk pelayanan nasabah dan sebagainya. Besarnya pemakaian

variable input ini tergambar dari besarnya jumlah biaya operasional

lainnya di luar biaya personalia yang dikeluarkan bank pada suatu

periode tertentu. Biaya operasional lainnya diambil dari laporan laba

rugi bank.

d. Aktiva Tetap / Fixed Asset (X4) sebagai Variabel Input

Aktiva tetap dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi

biaya penyusutan, kecuali hak atas tanah dan bangunan yang telah

dinilai kembali dengan harga pasar berdasarkan peraturan

pemerintah. Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus.

Posisi aktiva tetap yang dimiliki oleh bank pada suatu periode

tertentu diambil dari laporan neraca bank.

48
e. DPK (X5) sebagai Variabel Input

Dana pihak ketiga terdiri dari simpanan giro wadiah pihak

ketiga, pihak ketiga yang mempunyai hubungan istimewa, investasi

tidak terikat dengan bank berupa tabungan mudharabah dan deposito

mudharabah.

f. Total Aset (X6) sebagai Variabel Input

Total asset atau total aktiva terdiri dari kas, penempatan pada

Bank Indonesia, Giro pada bank lain, surat berharga yang dimiliki

bank, piutang bank terdiri dari piutang murabahah, piutang istishna,

piutang pendapatan ijarah, pembiayaan mudharabah, pembiayaan

musyarakah, pinjaman qardh, aktiva yang diperoleh untuk ijarah,

aktiva istishna dalam penyelesaian, aktiva pajak tangguhan, aktiva

tetap dan aktiva lain- lain bersih.

g. Pendapatan Operasional Utama (Y1) sebagai Variabel Output

Pendapatan operasi utama terdiri dari pendapatan jual beli yang

terdiri dari pendapatan margin murabahah, pendapatan bersih salam

paralel, pendapatan bersih istishna paralel, dan pendapatan sewa dari

pendapatan bersih ijarah. Pendapatan bagi hasil terdiri dari

pendapatan bagi hasil mudharabah dan pendapatan bagi hasil

musyarakah.

49
h. Pendapatan Operasi Lainnya (Y2) sebagai Variabel Output

Pendapatan operasi utama lainnya terdiri dari pendapatan dari

bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), penempatan pada

bank syariah lain, dan surat berharga syariah lainnya.

i. Pembiayaan Mudharabah (Y3) sebagai Variabel Output

Pembiayaan mudharabah yang diberikan merupakan

pembiayaan yang diberikan bank selain pembiayaan murabahah

yaitu pembiayaan salam, pembiayaan istishna, pembiayaan ijarah

(sewa menyewa), pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Posisi

pembiayaan mudharabah yang diberikan pada suatu periode tertentu

diambil dari laporan neraca bank.

j. Pembiayaan Murabahah (Y4) sebagai Variabel Output

Pembiayaan murabahah diambil dari posisi piutang murabahah

yang timbul dari transaksi jual beli berdasarkan akad murabahah.

Posisi piutang murabahah yang diberikan pada suatu periode tertentu

diambil dari laporan neraca bank.

k. Aktiva Lancar (Y5) sebagai Variabel Output

Aktiva lancar terdiri dari kas yang dimiliki bank, penempatan

pada Bank Indonesia, Giro pada bank lain, penempatan pada bank

lain, surat- surat berharga yang dimiliki bank, piutang murabahah,

50
pembiayaan istishna, ijarah, pembiayaan musyarakah dan

pembiayaan mudharabah yang diberikan bank. Posisi aktiva lancar

yang dimiliki bank pada suatu periode tertentu diambil dari laporan

neraca bank.

2. Definisi dan Operasionalisasi Faktor Determinan Tingkat Efisiensi

Setelah penilaian tingkat efisiensi bank- bank yang menjadi objek

penelitian, langkah berikutnya adalah melakukan pengujian terhadap

pengaruh beberapa variabel penjelas yang diduga mempunyai pengaruh

terhadap tingkat efisiensi. Operasionalisasi dari faktor- faktor yang akan

dimasukkan dalam model regresi linier berganda sebagai berikut:

a. Tingkat Efisiensi sebagai Variabel Dependent (EFF)

Tingkat efisiensi merupakan nilai efisiensi yang dihitung dengan

software DEA. Nilai efisiensi yang menjadi variabel bebas

merupakan nilai efisiensi model BCC yang berorientasi input yang

diuji berdasarkan tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi,

pendekatan intemediasi dan pendekatan aset.

b. Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai

Variabel Independent

Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang

menjadi variabel independent penelitian ini adalah tingkat suku

bunga SBI satu bulan periode Maret 2006 sampai dengan periode

Juni 2009. Data SBI satu bulan diperoleh dari website Bank

Indonesia.

51
c. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Independent

(Economic Growth)

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang menjadi variabel

independent penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi Maret 2006

sampai dengan Juni 2009. Tingkat pertumbuhan ekonomi ini

dihitung berdasarkan perubahan PDB berdasarkan harga berlaku.

Data pertumbuhan ekonomi diperoleh dari Statistik Ekonomi dan

Keuangan Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

d. Tingkat Inflasi sebagai Variabel Independent (Inflasi)

Tingkat inflasi yang menjadi variabel independent penelitian ini

adalah tingkat inflasi Maret 2006 sampai dengan Juni 2009. Data

inflasi diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia

yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

e. Kapitalisasi sebagai Variabel Independent (Capital)

Kapitalisasi menunjukkan kemampuan modal yang dimiliki oleh

bank untuk mengakumulasikan aset yang dimiliki oleh bank.

Kapitalisasi dihitung dari perbandingan jumlah modal yang dimiliki

bank terhadap total aset yang dimiliki. Data kapitalisasi dihitung dari

data modal dan total aset yang dimiliki bank dari laporan neraca

bank dengan menggunakan software Microsoft Excel.

f. Profitabilitas sebagai Variabel Independent (Profit)

Profitabilitas merupakan salah satu ukuran bagi perusahaan

untuk menilai efektifitas manajemen perusahaan dalam

52
menghasilkan laba perusahaan. Profitabilitas dihitung dari

perbandingan net income atau laba bersih yang diperoleh bank

dengan Total Aset yang dimiliki oleh bank dari laporan laba rugi dan

neraca dengan menggunakan software Microsoft Excel.

g. Market Power sebagai Variabel independent (MrkPwr)

Market Power diukur dari penghimpunan dana bank terhadap

penghimpunan dana suatu negara pada tiap tiap periode. Market Power

yang dicerminkan oleh rasio Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah

dengan total DPK perbankan nasional. Data Market Power dihitung dari

perbandingan dana pihak ketiga Bank Umum Syariah dengan total dana

pihak ketiga perbankan di Indonesia dengan menggunakan software

Microsoft Excel.

3. Spesifikasi Variabel Input dan Output Pengukuran Tingkat Efisiensi

Penelitian ini menggunakan metode DEA dengan model CCR dan

BCC dengan orientasi input dan output. Pendekatan yang digunakan

untuk mengukur efisensi tersebut adalah pendekatan produksi, asset, dan

intermediasi. Oleh karena itu, variable input dan output yang digunakan

terdiri dari tiga jenis berdasarkan pendekatan efisiensi.

a. Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan Produksi

Pendekatan produksi melihat aktivitas bank sebagai sebuah

produksi jasa bagi para shohibul mal dan mudharib. Pendekatan ini

mendefinisikan output sebagai penjumlahan dari rekening- rekening

pendapatan utama dari operasional bank, pendapatan non

operasional dan pendapatan lainnya. Sedangkan input institusional

53
adalah biaya tenaga kerja dan mopdal serta pembayaran nisbah bagi

hasil.

Dengan menggunakan pendekatan produksi, spesifikasi input

dan output sebagai berikut :

Tabel. 3. 1:
Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan Produksi

Input
Definisi Sumber
(X)
X1 Biaya Nisbah Bagi Hasil Laporan Laba Rugi
X2 Biaya Personalia Laporan Laba Rugi
X3 Biaya Operasional Lainnya Laporan Laba Rugi
Output
(Y)
Y1 Pendapatan Operasional Utama Laporan Laba Rugi
Pendapatan Operasional
Y2 Lainnya Laporan Laba Rugi

b. Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan Intermediasi

Pendekatan intermediasi menerangkan aktivitas perbankan

sebagai pentransformasian dana yang dimiliki shohibul mal menjadi

dana yang digunakan untuk pembiayaan oleh mudharib. Output

dalam pendekatan ini diukur melalui pembiayaan mudharabah,

murabahah, ijarah, istishna, dan pembiayaan salam. Sedangkan

input dalam pendekatan ini dihitung dari jumlah tenaga kerja,

pengeluaran modal pada aktiva tetap dan material lainnya.

Dengan menggunakan pendekatan intermediasi, spesifikasi

input dan output sebagai berikut :

54
Tabel. 3. 2:
Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan
Intermediasi

Input
Definisi Sumber
(X)
X1 Biaya Personalia Laporan Laba Rugi
X2 Fixed Asset (Aktiva Tetap) Neraca
X3 Dana Pihak Ketiga Neraca
Output
(Y)
Y1 Piutang Murabahah Neraca
Y2 Piutang Mudharabah Neraca

c. Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekat Aset

Pendekatan aset mengukur kemampuan perbankan dalam

menanamkan atau mengelola dana dalam bentuk pembiayaan, surat-

surat berharga, alternatif pengelolaan aset lainnya dan aktiva lancar

yang dimiliki sebagai output. Input diukur dari total aset yang

dimiliki bank.

Dengan menggunakan pendekatan aset, spesifikasi input dan

output adalah sebagai berikut :

Tabel. 3. 3:
Spesifikasi Variabel Input dan Output Pendekatan Aset

Input
Definisi Sumber
(X)
X1 Total Aset Neraca
Output
(Y)
Y1 Piutang Murabahah Neraca
Y2 Piutang Mudharabah Neraca
Y3 Aktiva Lancar Neraca

55
4. Alat Bantu Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data, penelitian ini menggunakan

software Microsoft Excel, DEA, dan EViews. Microsoft Excel digunakan

untuk mengelompokkan data berdasarkan definisi yang telah ditetapkan,

software DEA digunakan untuk menghitung nilai efisiensi masing-

masing bank dengan metode DEA, sedangkan software EViews

digunakan untuk melakukan regresi terhadap model persamaan pengaruh

faktor internal dan eksternal bank terhadap tingkat efisiensi.

56
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Pada tahun 1998 diberlakukan Undang-undang No.10 tahun 1998

tentang Perbankan sebagai pengganti Undang-undang No.7 tahun 1992.

Dengan adanya Undang-undang tersebut perbankan syariah di Indonesia

mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk berkembang,

menyelenggarakan kegiatan usaha, termasuk pemberian kesempatan kepada

bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang yang

melaksanakan operasional perbankan berdasarkan prinsip syariah. Jika pada

tahun 1992 – 1998 hanya ada satu bank syariah, maka pada Juli 2009

(berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh

Bank Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapai 29 unit yang terdiri

atas 5 Bank Umum Syariah dan 24 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 134 unit pada

periode yang sama.

Berdasarkan Laporan Perkembangan Perbankan Syariah - Bank

Indonesia, tahun 2005 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi industri

perbankan syariah nasional, khususnya berkaitan dengan kondisi makro

ekonomi yang ditandai oleh tingkat suku bunga dan inflasi yang relatif

tinggi. Namun, karena optimisme yang tinggi dari para pemangku

kepentingan (stakeholders) perbankan syariah, maka pertumbuhan volume

57 57
kepentingan (stakeholders) perbankan syariah, maka pertumbuhan volume

usaha perbankan syariah mampu mencapai angka 36,4%. Dan pelaksanaan

fungsi intermediasi bank syariah masih baik dengan posisi financing to

deposit ratio (FDR) sebesar 97,8% dengan tingkat pembiayaan bermasalah

(NPF-Gross) di bawah 3%. Secara kualitatif, pada tahun 2005 juga telah

terjadi kecenderungan peningkatan pembiayaan berbasis bagi hasil, yaitu

sebesar 33% dibandingkan tahun 2004 (29%).

Sejalan dengan bertambahnya jaringan kantor bank, industri perbankan

syariah mampu meningkatkan pangsa total aset perbankan syariah dalam

industri perbankan nasional dari 1,26% pada akhir tahun 2005 menjadi 2.5%

pada akhir 2009. Di sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga

menunjukkan peningkatan sebesar Rp 3,7 triliun (31,4%) menjadi Rp 43,004

triliun. Meskipun demikian, tren meningkatnya suku bunga menyebabkan

adanya peningkatan risiko displacement (pengalihan dana dari bank syariah

ke bank konvensional) yang dihadapi perbankan syariah.

Sementara itu, kegiatan penyaluran dana melalui pembiayaan yang

diberikan (PYD) juga menunjukkan peningkatan sebesar Rp 3,7 triliun

(32,6%) menjadi Rp 42,828triliun. Peningkatan tersebut mampu menaikkan

pangsa pembiayaan perbankan syariah terhadap total kredit perbankan

nasional dari 2,05% pada akhir tahun 2005 menjadi 2,19% pada akhir 2009.

Pertumbuhan pembiayaan yang masih cukup tinggi dalam kondisi sektor riil

yang kurang kondusif akibat meningkatnya tekanan inflasi, berdampak pada

meningkatnya jumlah pembiayaan bermasalah (non performing financing).

58
Namun, dengan meningkatkan kehati-hatian dan fokus serta intensitas

penanganan risiko pembiayaan, pada akhir 2009 konsentrasi pembiayaan

bermasalah dapat dipertahankan pada level yang terkendali yaitu dengan

rasio NPF (gross) sebesar 5,15%. Pada tahun 2009, secara umum kondisi

industri perbankan nasional masih relatif baik. Industri perbankan secara

umum memiliki kualitas aset dan tingkat keuntungan yang cukup baik.

Pencapaian LDR lebih mendorong perbankan untuk meningkatkan ekspansi

penyaluran dana, meskipun dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-

hatian, terutama ditunjang dengan penerapan manajemen risiko bank yang

lebih baik.

1. Perkembangan Asset

Perkembangan asset perbankan syariah pada kurun waktu tahun

2005 – 2009 sebagaimana terlihat pada Tabel 4.1 Perkembangan asset

perbankan syariah mempunyai kecenderungan yang terus meningkat

hingga Juli 2009. Tingkat pertumbuhan aset tertinggi selama periode

tersebut adalah pada tahun 2007 sebesar 36.73%. Sedangkan tingkat

pertumbuhan terendah terjadi pada Juli 2009 sebesar 0.67%.

Trend pertumbuhan aset perbankan syariah beberapa tahun terakhir

memang sejalan dengan pertumbuhan aset keuangan syariah di dunia.

Disamping itu hal ini juga didorong oleh berbagai kebijakan yang

memudahkan bank konvensional untuk membuka unit usaha syariah,

maupun perizinan pembukaan bank umum ataupun bank pembiyaan

rakyat syariah. Sehingga tercatat yang tadinya hanya 5 bank yang

59
diantaranya terdapat dua bank umum syariah pada tahun 2000 menjadi

166 yang terdiri dari 5 bank umum, 24 unit usaha syariah, dan 137

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah pada akhir tahun 2009. Ini tentu saja

berpengaruh terhadap pertumbuhan aset perbankan syariah secara

Nasional. Karena dengan bertambahnya jumlah bank syariah yang

beroperasi otomatis menambah cakupan luas operasi dan diversifikasi

penghimpunan dana masyarakat yang berujung pada pertumbuhan aset

perbankan syariah yang sangat signifikan.

Tabel. 4. 1:
Perkembangan Asset Perbankan Syariah 2005-2009

Jumlah Aset
Periode (milliar Pertumbuhan
rupiah)
2005 20,880
2006 26,722 27.98%
2007 36,538 36.73%
Mar-08 38,344 4.94%
Jun-08 42,981 12.09%
Sep-08 45,857 6.69%
Des-08 49,555 8.06%
Mar-09 51,678 4.28%
Jun-09 55,238 6.89%
Jul-09 55,610 0.67%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bulan Juli 2009

60
Gambar. 4. 1:
Perkembangan Asset Perbankan Syariah 2005-2009

60
50
40
30 Jumlah Aset
20
10
0
2005 2006 2007 Mar-08 Jun-08 Sep-08 Des-08 Mar-09 Jun-09 Jul-09

2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan

Tabel 4.2 menunjukkan perkembangan dana pihak ketiga (DPK)

perbankan syariah pada tahun 2005 – 2009. Jumlah nominal DPK dari

waktu ke waktu menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat.

Misal, DPK pada tahun 2006 sebesar Rp 20,672 milliar dan Maret 2009

sudah mencapai Rp 38,04 milliar. Hal ini merupakan indikasi yang

cukup baik bagi perbankan syariah untuk terus melakukan sosialisasi

dan pendekatan kepada masyarakat akan manfaat yang diperoleh dari

jasa perbankan.

Tingkat pertumbuhan DPK tertinggi selama periode tersebut adalah

pada tahun 2007 sebesar 35.51%. Sedangkan tingkat pertumbuhan

terendah terjadi pada Juli 2009 sebesar 2.14%.

61
Tabel. 4. 2:
Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2005-2009

Jumlah DPK
Periode (milliar Pertumbuhan
rupiah)
2005 15,584
2006 20,672 32.65%
2007 28,012 35.51%
Mar-08 29,552 5.50%
Jun-08 33,048 11.83%
Des-08 36,852 11.51%
Mar-09 38,040 3.22%
Jun-09 42,103 10.68%
Jul-09 43,004 2.14%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bulan Juli 2009

Gambar. 4. 2:
Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2005-2009

50

40

30
DPK
20

10

0
2005 2006 2007 Mar-08 Jun-08 Des-08 Mar-09 Jun-09 Jul-09

Perkembangan pendanaan/pembiayaan perbankan syariah yang

berasal dari dana pihak ketiga pada tahun 2005 – 2009 dapat dilihat

pada Tabel 4. 3. Pada sisi pembiayaan dari Desember 2005 hingga Juli

2009 dapat dilihat bahwa pembiayaan didominasi oleh pembiayaan

berprinsip jual beli yaitu pembiayaan yang cenderung digunakan oleh

nasabah peminjam untuk tujuan konsumtif, walaupun tidak menutup

62
kemungkinan ada juga yang dimanfaatkan untuk tujuan usaha

produktif.

Terlihat pembiayaan perbankan syariah sangat ekspansif sekali,

dimana pada tahun 2005, dari jumlah dana pihak ketiga yang berhasil

dikumpulkan sebesar 15,584 triliun bank syariah memberikan

pembiayaan sebesar 15, 232. Jumlah tersebut sebesar 97,74%.

Kemudian pada tahun 2006 jumlah dana pihak ketiga yang berhasil

dihimpun sebesar 20,672 triliun dan melakukan pembiyaan sebesar

20,445 atau sebesar 98,90% atau naik sebesar 1,16% dari tahun

sebelumnya. Kemudian terakhir pada juli 2009 dana pihak ketiga yang

berhasil dihimpun sebesar 43,004 triliun dan pembiayaan yang

dilakukan sebesar 42,828 triliun atau 99,59% dari total dana pihak

ketiga. Dari data tersebut bisa dikatakan perbankan syariah melakukan

fungsinya sebagai lembaga intermediasi dengan sangat baik.

Tabel. 4. 3:
Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah 2005-2009

Jumlah Pembiayaan
Periode Pertumbuhan
(milliar rupiah)
2005 15,232
2006 20,445 34.22%
2007 27,944 36.68%
Mar-08 29,629 6.03%
Jun-08 34,100 15.09%
Sep-08 37,681 10.50%
Des-08 38,195 1.36%
Mar-09 39,308 2.91%
Jun-09 42,195 7.34%
Jul-09 42,828 1.50%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bulan Juli 2009

63
Gambar. 4. 3:
Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah 2005-2009

50

40

30
Jumlah Pembiayaan
20

10

0
2005 2006 2007 Mar-08 Jun-08 Sep-08 Des-08 Mar-09 Jun-09 Jul-09

B. Hasil Pengukuran Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah

Efisiensi perbankan syariah dihitung dengan menggunakan metode DEA

untuk setiap tahun selama empat tahun mulai tahun 2006 sampai dengan

2009. Output dari DEA menghasilkan skor efisiensi berdasarkan orientasi

input, dimana suatu bank dikatakan efisien apabila memiliki skor efisiensi

sama dengan 100%, dan belum efisien jika skor efisiensi kurang dari 100%.

Dari output DEA tersebut kita dapat mengetahui suatu bank pada periode

tertentu yang telah efisien dan belum efisien. Disamping itu juga dapat

diketahui tingkat efisiensi masing- masing input dan output yang dianalisis

berdasarkan model BCC untuk setiap pendekatan.

Skor efisiensi yang telah diperoleh harus diklasifikasikan untuk tiap

perbankan syariah berdasarkan masing- masing pendekatan produksi,

pendekatan intermediasi dan pendekatan aset dilihat dari orientasi input.

Tahap ini untuk melihat perbankan syariah yang paling efisien dan rata- rata

efisiensi perbankan syariah di Indonesia berdasarkan pendekatan produksi,

intermediasi, dan aset.

64
Selanjutnya adalah analisis terhadap pergerakan skor efisiensi perbankan

syariah berdasarkan masing- masing pendekatan. Hal ini bertujuan untuk

melihat tren yang dibentuk oleh skor efisiensi selama periode waktu

penelitian. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis rata- rata tingkat efisiensi

perbankan syariah di Indonesia untuk masing- masing pendekatan. Terakhir

adalah melakukan analisis regresi untuk melihat pengaruh faktor internal dan

eksternal yang menjadi variabel bebas dalam analisis regresi linier berganda

terhadap tingkat efisiensi perbankan syariah.

Software Data Envelopment Analysis (DEA) Frontier merupakan

software yang digunakan untuk menghasilkan nilai efisiensi dilihat dari

orientasi input. DEA Frontier juga menyediakan informasi skor efisiensi

berdasarkan model CCR dan BCC. Model CCR mengikuti konsep constant

return to scale, artinya penambahan satu input akan menambah satu output.

Sedangkan model BCC menggunakan asumsi variable return to scale, artinya

penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan output meningkat

sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar x kali. Dalam hal ini hanya

akan dilakukan pengukuran tingkat efisiensi perbankan dengan pendekatan

BCC.

Orientasi input menghitung tingkat efisiensi bank apabila input dapat

digunakan seminimum mungkin tanpa mengurangi output yang dihasilkan.

Dengan kata lain orientasi input dilakukan dengan meminimalkan input

sementara output given. Suatu DMU dikatakan efisien apabila rasio

perbandingan input/ output = 1 atau 100%; artinya DMU tersebut tidak lagi

65
melakukan pemborosan dalam penggunaan input dan outputnya atau sudah

mampu mencapai tingkat output yang efisien.

Untuk lebih memudahkan analisis, penulisan periode penelitian diberi

indeks pada Lampiran 1. Sedangkan penulisan kode DMU yang menjadi

sampel penelitian ini dituliskan dengan singkatan sebagai berikut:

1. Bank Muamalat Indonesia dengan kode BMI

2. Bank Syariah Mandiri dengan kode BSM

3. Bank Syariah Mega Indonesia dengan kode BSMGI

4. Bank Permata dengan kode BP

5. Bank Jawa Barat dan Banten dengan kode BJB

Sehingga kode DMU untuk BMII_06 dapat diartikan menjadi Bank

Muamalat Indonesia periode triwulan I tahun 2006, untuk lebih lengkapnya

penulisan kode DMU ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

1. Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Produksi

Hasil perhitungan skor efisiensi dengan pendekatan produksi model

BCC yang berorientasi input (lihat Lampiran 7) diketahui bahwa terdapat

25 bank yang belum efisien, yaitu: Bank Muamalat Indonesia Triwulan

II_07 (BMIII_07), Bank Muamalat Indonesia Triwulan III_07

(BMIIII_07), Bank Muamalat Indonesia Triwulan I_08 (BMII_08), Bank

Muamalat Indonesia Triwulan I_09 (BMII_09), Bank Muamalat

Indonesia Triwulan II_09 (BMIII_09), Bank Syariah Mandiri Triwulan

IV_06 (BSMIV_06), Bank Syariah Mandiri Triwulan I_07 (BSMI_07),

Bank Syariah Mandiri Triwulan II_07 (BSMII_07), Bank Syariah

66
Mandiri Triwulan II_08 (BSMII_08), Bank Syariah Mega Indonesia

Triwulan I_06 (BSMGII_06), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan

II_06 (BSMGIII_06), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III_06

(BSMGIIII_06), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I_08

(BSMGII_08), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II_08

(BSMGIII_08), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III_08

(BSMGIIII_08), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan IV_08

(BSMGIIV_08), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I_09

(BSMGII_09), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II_09

(BSMGIII_09), Bank Permata Triwulan II_06 (BPII_06), Bank Permata

Triwulan III_06 (BPIII_06), Bank Permata Triwulan IV_06 (BPIV_06),

Bank Permata Triwulan III_07 (BPIII_07), Bank Permata Triwulan

IV_07 (BPIV_07), Bank Jawa Barat dan Baten Triwulan II_07

(BJBII_07), dan Bank Jawa Barat dan Baten Triwulan III_07

(BJBIII_07). Sedangkan bank yang sudah efisien berjumlah.45 bank.

Secara teknis bank yang memiliki skor efisiensi dengan pendekatan

produksi model BCC orientasi input sama dengan 100% berarti efisien,

sedangkan skor efisiensi kurang dari 100% berarti tidak efisien. Sebagai

contoh skor efisiensi BMII_07 adalah sebesar 75,2%, angka ini

menunjukkan pada periode Juni 2007 terjadi pemborosan input sebesar

24,8%. Pemborosan penggunaan input terjadi pada biaya operasional lain

(X3) yang digunakan, dimana inefisiensi penggunaan input X3 tersebut

67
sebesar 97,53% (100%- 2,47%). Skor efisiensi terendah dimiliki oleh Bank

Syariah Mega Indonesia Triwulan I-2009 sebesar 36,23%.

2. Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Intermediasi

Hasil perhitungan skor efisiensi dengan pendekatan intermediasi

model BCC yang berorientasi input (lihat Lampiran 7) diketahui terdapat

12 bank yang belum beroperasi secara efisien, yaitu: Bank Syariah

Mandiri Triwulan III_07 (BSMIII_07), Bank Syariah Mandiri Triwulan

IV_08 (BSMIV_08), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I_06

(BSMGII_06), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II_06

(BSMGIII_06), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III_06

(BSMGIIII_06), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III_07

(BSMGIIII_07), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan IV_07

(BSMGIIV_07), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II_08

(BSMGIII_08), Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III_08

(BSMGIIII_08), Bank Permata Triwulan IV_06 (BPIV_06), Bank Jawa

Barat dan Banten Triwulan IV_06 (BJBIV_06), dan Bank Jawa Barat dan

Banten Triwulan IV_07 (BJBIV_07). Sedangkan bank yang sudah

beroperasi secara efisien berjumlah 58 bank.

Sebagai contoh skor efisiensi BSMIII_07 adalah sebesar 69,1%,

angka ini menunjukkan pada periode September 2007 terjadi pemborosan

input sebesar 30,9%. Pemborosan penggunaan input terjadi pada fixed

asset (X2) dan DPK (X3)yang digunakan, dimana inefisiensi penggunaan

input X2 tersebut sebesar 88,82% (100%- 11,18%) dan input X3 sebesar

68
354,18 (100%- 454,18). Skor efisiensi terendah dimiliki oleh Bank Jawa

Barat dan Banten Triwulan IV-2006 sebesar 59,8%.

3. Hasil Perhitungan Efisiensi Pendekatan Aset

Hasil perhitungan skor efisiensi dengan pendekatan aset model BCC

yang berorientasi input (lihat Lampiran 7) diketahui terdapat 32 bank

yang belum beroperasi secara efisien, yaitu: Bank Muamalat Indonesia

Triwulan II_06 (BMIII_06), Bank Muamalat Indonesia Triwulan III_06

(BMIIII_06), Bank Muamalat Indonesia Triwulan I_07 (BMII_07),

Bank Muamalat Indonesia Triwulan II_07 (BMIII_07), Bank Muamalat

Indonesia Triwulan IV_07 (BMIIV_07), Bank Muamalat Indonesia

Triwulan I_08 (BMII_08), Bank Muamalat Indonesia Triwulan II_08

(BMIII_08), Bank Muamalat Indonesia Triwulan IV_08 (BMIIV_08),

Bank Syariah Mandiri Triwulan I_06 (BSMI_06), Bank Syariah Mandiri

Triwulan I_07 (BSMI_07), Bank Syariah Mandiri Triwulan I_08

(BSMI_08), Bank Syariah Mandiri Triwulan I_09 (BSMI_09), Bank

Syariah Mega Indonesia Triwulan III_06 (BSMGIIII_06), Bank Syariah

Mega Indonesia Triwulan II_07 (BSMGIII_07), Bank Syariah Mega

Indonesia Triwulan III_07 (BSMGIIII_07), Bank Syariah Mega

Indonesia Triwulan IV_07 (BSMGIIV_07), Bank Syariah Mega

Indonesia Triwulan II_08 (BSMGIII_08), Bank Syariah Mega Indonesia

Triwulan III_08 (BSMGIIII_08), Bank Permata Triwulan IV_06

(BPIV_06), Bank Permata Triwulan IV_07 (BPIV_07), Bank Permata

Triwulan I_08 (BPI_08), Bank Permata Triwulan II_08 (BPII_08), Bank

69
Permata Triwulan IV_08 (BPIV_08), Bank Jawa Barat dan Banten

Triwulan I_06 (BJBI_06), Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan II_06

(BJBII_06), Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan III_06 (BJBIII_06),

Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan IV_06 (BJBIV_06), Bank Jawa

Barat dan Banten Triwulan I_07 (BJBI_07), Bank Jawa Barat dan Banten

Triwulan II_07 (BJBII_07), Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan

IV_07 (BJBIV_07), Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan III_08

(BJBIII_08), dan Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan II_09

(BJBII_09). Sedangkan bank yang sudah beroperasi secara efisien

berjumlah 38 bank.

Sebagai contoh skor efisiensi BSMGIIV_07 adalah sebesar 80,9%,

angka ini menunjukkan pada periode Desember 2007 terjadi pemborosan

input sebesar 19,1%. Pemborosan penggunaan output terjadi pada

pembiayaan mudharabah (Y1) dan aktiva lancar (Y3) yang digunakan,

dimana inefisiensi penggunaan input Y1 tersebut sebesar 82,93% (100%-

17,07%) dan output Y3 sebesar 227,36 (100%- 327,36). Skor efisiensi

terendah dimiliki oleh Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan I-2006 sebesar

82,5%.

Dari hasil perhitungan skor efisiensi perbankan syariah berdasarkan

model BCC yang berorientasi input pada Tabel. 4. 4 berikut dapat dilihat

kompilasi skor efisien bank yang efisien dan yang belum efisien berdasarkan

pendekatan produksi, pendekatan intermediasi dan pendekatan aset.

70
Tabel. 4. 4:
Skor Efisiensi berdasarkan Orientasi Input

Model BCC Persentase


Jenis Pendekatan
Orientasi Input (%)
Bank yang Efisien 45 64%
Pendekatan
Produksi Bank yang Belum
Efisien 25 36%
Bank yang Efisien 58 83%
Pendekatan
Intermediasi Bank yang Belum
Efisien 12 17%
Bank yang Efisien 38 54%
Pendekatan
Aset Bank yang Belum
Efisien 32 46%
Sumber: Data DEA yang diolah

Dari tabel di atas terlihat bahwa skor efisiensi model BCC

berorientasi input dengan pendekatan intermediasi menghasilkan jumlah

bank yang efisiensi yang paling maksimal. Hasil tersebut sesuai dengan

fungsi bank itu sendiri sebagai lembaga intermediasi.

C. Peringkat Skor Efisiensi

Pada tahap ini akan dilihat peringkat perbankan syariah yang paling

efisien dilihat dari nilai rata- rata efisiensi perbankan syariah di Indonesia

berdasarkan pendekatan produksi, intermediasi, dan aset berdasarkan model

BCC.

1. Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Produksi

Tabel 4. 5 berikut memperlihatkan peringkat bank dengan skor

efisiensi terbaik berdasarkan pendekatan produksi. Bank yang

mempunyai peringkat paling tinggi adalah Bank Jawa Barat dan Banten,

dengan rata- rata skor efisiensi selama periode penelitian sebesar 99,75%

71
model BCC, diikuti oleh Bank Syariah Mandiri pada peringkat kedua,

Bank Permata pada peringkat ketiga, Bank Muamalat Indonesia pada

peringkat keempat, dan peringkat terakhir pada Bank Syariah Mega

Indonesia.

Tabel. 4. 5:
Peringkat Efisiensi berdasarkan Pendekatan Produksi

Model BCC Rata- rata Skor


Peringkat Nama Bank Efisiensi
1 BJB 99.75%
2 BSM 95.00%
3 BP 89.50%
4 BMI 84.00%
5 BSMGI 76.50%
Sumber: Data DEA yang diolah

2. Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Intermediasi

Tabel 4. 6 berikut memperlihatkan peringkat bank dengan skor

efisiensi terbaik berdasarkan pendekatan intermediasi. Bank yang

mempunyai peringkat paling tinggi adalah Bank Muamalat Indonesia,

dengan rata- rata skor efisiensi selama periode penelitian sebesar 100%

model BCC, diikuti oleh Bank Syariah Mandiri pada peringkat kedua,

Bank Permata pada peringkat ketiga, Bank Jawa Barat dan Banten pada

peringkat keempat, dan peringkat terakhir pada Bank Syariah Mega

Indonesia.

72
Tabel. 4. 6:
Peringkat Efisiensi berdasarkan Pendekatan Intermediasi

Model BCC Rata- rata Skor


Peringkat Nama Bank Efisiensi
1 BMI 100.00%
2 BSM 99.00%
3 BP 99.00%
4 BJB 96.25%
5 BSMGI 95.00%
Sumber: Data DEA yang diolah

3. Peringkat Efisiensi Berdasarkan Pendekatan Aset

Tabel 4. 7 berikut memperlihatkan peringkat bank dengan skor

efisiensi terbaik berdasarkan pendekatan aset. Bank yang mempunyai

peringkat paling tinggi adalah Bank Syariah Mandiri, dengan rata- rata

skor efisiensi selama periode penelitian sebesar 98.75% model BCC,

diikuti oleh Bank Muamalat Indonesia pada peringkat kedua, Bank

Permata pada peringkat ketiga, Bank Syariah Mega Indonesia pada

peringkat keempat, dan peringkat terakhir pada Bank Jawa Barat dan

Banten.

Tabel. 4. 7:
Peringkat Efisiensi berdasarkan Pendekatan Aset

Model BCC Rata- rata Skor


Peringkat Nama Bank Efisiensi
1 BSM 98.75%
2 BMI 98.50%
3 BP 98.25%
4 BSMGI 97.50%
5 BJB 94.00%
Sumber: Data DEA yang diolah

73
D. Pergerakan Skor Efisiensi

Analisis pergerakan skor efisiensi dimaksudkan untuk melihat tren atau

arah dari pergerakan nilai rata- rata efisiensi perbankan syariah selama masa

pengamatan. Analisis ini dilakukan berdasarkan masing- masing pendekatan

produksi, intermediasi, dan aset dilihat dari orientasi input model BCC.

1. Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Produksi

Tabel 4. 8 berikut memperlihatkan pergerakan skor efisiensi seluruh

Perbankan Syariah selama periode penelitian dilihat dari model BCC.

Secara keseluruhan, selama periode penelitian triwulan I :2006 sampai

dengan triwulan II:2009, tingkat efisiensi Perbankan Syariah berdasarkan

pendekatan produksi memperlihatkan keadaan tingkat efisiensi yang

tetap yaitu sebesar 100%.

74
Tabel. 4. 8:
Pergerakan Skor Efisiensi berdasarkan Pendekatan Produksi

Skor Efisiensi
Periode
Model BCC
1 100%
2 91%
3 98%
4 47%
5 100%
6 86%
7 97%
8 100%
9 87%
10 100%
11 80%
12 39%
13 72%
14 86%
15 100%
16 100%
17 100%
18 99%
19 100%
20 100%
Sumber: Data DEA yang diolah

2. Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Intermediasi

Tabel 4. 9 berikut memperlihatkan pergerakan skor efisiensi seluruh

Perbankan Syariah selama periode penelitian dilihat dari model BCC.

Secara keseluruhan, selama periode penelitian triwulan I :2006 sampai

dengan triwulan II:2009, tingkat efisiensi Perbankan Syariah berdasarkan

pendekatan intermediasi memperlihatkan keadaan tingkat efisiensi yang

tetap yaitu sebesar 100%.

75
Tabel. 4. 9:
Pergerakan Skor Efisiensi berdasarkan Pendekatan Intermediasi

Skor Efisiensi
Periode
Model BCC
1 100%
2 100%
3 100%
4 100%
5 100%
6 99%
7 97%
8 100%
9 90%
10 94%
11 96%
12 100%
13 96%
14 100%
15 100%
16 100%
17 89%
18 96%
19 100%
20 100%
Sumber: Data DEA yang diolah

3. Pergerakan Skor Efisiensi Pendekatan Aset

Tabel 4. 10 berikut memperlihatkan pergerakan skor efisiensi

seluruh Perbankan Syariah selama periode penelitian dilihat dari model

BCC. Secara keseluruhan, selama periode penelitian triwulan I :2006

sampai dengan triwulan II:2009, tingkat efisiensi Perbankan Syariah

berdasarkan pendekatan intermediasi memperlihatkan keadaan tingkat

efisiensi yang menurun yaitu dari 99% menjadi 93%.

76
Tabel. 4. 10:
Pergerakan Skor Efisiensi berdasarkan Pendekatan Aset

Skor Efisiensi
Periode
Model BCC
1 99%
2 96%
3 99%
4 100%
5 99%
6 98%
7 99%
8 99%
9 99%
10 94%
11 97%
12 100%
13 98%
14 97%
15 98%
16 100%
17 89%
18 95%
19 99%
20 93%
Sumber: Data DEA yang diolah

E. Pengujian Hipotesis Efisiensi

Berdasarkan pendekatan DEA sebuah DMU (Decision Making Unit)

dikatakan efisien adalah apabila rasio perbandingan input/ output = 1 atau 100%;

artinya DMU tersebut tidak lagi melakukan pemborosan dalam penggunaan input

dan outputnya. Sedangkan sebuah DMU dikatakan kurang efisien apabila rasio

perbandingan output/ input bernilai antara 0<output/input<1. Artinya DMU

tersebut masih melakukan tindakan pemborosan dalam penggunaan input-

77
inputnya dan atau belum mampu memanfaatkan secara optimal potensial

kemampuan produksi yang dimiliki.

Tabel. 4. 11:
Rata- Rata Efisiensi Seluruh Bank

Rata- rata Seluruh


BMI BSM BSMGI BP BJB
Efisiensi Bank
Pendekatan
Produksi 84.00% 95.00% 76.50% 89.50% 99.75% 88.95%
Pendekatan
Intermediasi 100% 99.00% 95.00% 99.00% 96.25% 97.85%
Pendekatan
Aset 98.50% 98.75% 97.50% 98.25% 94.00% 97.40%
Sumber: Data DEA yang diolah

Dapat disimpulkan bahwa baik dengan pendekatan produksi, pendekatan

intermediasi, maupun dengan pendekatan aset skor rata-rata efisiensi Perbankan

Syariah lebih kecil dari 100%. Dengan kata lain secara produksi, intermediasi,

dan aset Bank Umum Syariah di Indonesia belum beroperasi secara efisien.

Tabel. 4. 12:
Rata- Rata Skor Efisiensi Perbankan Syariah

Pendekatan Pendekatan Pendekatan


Produksi Intermediasi Aset
Skor Efisiensi 88.95% 97.85% 97.40%
Skor Inefisiensi 11.05% 2.15% 2.60%
Sumber: Data DEA yang diolah

Berdasarkan pengujian hipotesis di atas didapat kesimpulan bahwa baik

dengan pendekatan produksi, pendekatan intermediasi dan pendekatan aset

mendapatkan kesimpulan bahwa Perbankan Syariah belum beroperasi secara

efisien dengan kata lain bahwa masih terdapat inefisiensi atau pemborosan dalam

operasional Perbankan Syariah. Dan dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat

inefsiensi atau pemborosan rata-rata di Perbankan Syariah berkisar antara 2.15%

78
sampai dengan 11.05%. Kesimpulan ini menjawab tujuan penelitian yang

pertama.

F. Analisis Regresi Metode Efek Tetap (MET)

1. Analisis Regresi Pendekatan Produksi

a. Hasil Regresi MET Bank Umum Syariah

Setelah dilakukan estimasi dengan menggunakan model panel

data (Lampiran 5), R2 (R-squared) yang dihasilkan sebesar 52.75%,

artinya model sudah cukup baik. Variasi dari tingkat efisiensi Bank

umum Syariah dapat diterangkan oleh variasi pergerakan tingkat

bunga SBI, Economic Growth (pertumbuhan ekonomi), tingkat

inflasi, Kapital (rasio ekuitas terhadap modal), Size, Profit dan

Market Power sebesar 52.75 %. Sisanya sebesar 47.25% diterangkan

oleh variabel lain.

Sedangkan secara sendiri-sendiri terlihat bahwa hanya variabel

Profitabilitas yang signifikan secara statistik pada α = 5%.

Sedangkan variabel SBI, Economic Growth, Inflasi, Kapital, Size

dan Market Power tidak mempengaruhi tingkat efisiensi Bank

Umum Syariah secara signifikan. Dengan demikian dapat

diinterperetasikan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh

signifikan terhadap effisiensi Bank Umum Syariah secara positif,

artinya jika profitabilitas Bank Umum Syariah meningkat sebesar 1

rupiah akan menyebabkan peningkatan effisiensi Bank Umum

Syariah sebesar 9.32 rupiah.

79
Secara matematis menurut hasil output (lihat Lampiran 8) model

panel data tingkat efisiensi pendekatan produksi dan koefisien-

koefisiennya dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

Model efisiensi pendekatan produksi untuk Bank Muamalat

Indonesia :

EFF_BMI = 0.761+ 9.320* PROF_BMI+ 3.994* INF_BMI+ 2.591*

SBI_BMI- 28.183* MPWR_BMI- 0.019*

KAPT_BMI+ 0.278* EG_BMI+ 2.466e-05*

SIZE_BMI

Model efisiensi pendekatan produksi untuk Bank Syariah

Mandiri :

EFF_BSM = 0.821+ 9.320* PROF_BSM+ 3.994* INF_BSM+

2.591* SBI_BSM- 28.183* MPWR_BSM- 0.019*

KAPT_BSM+ 0.278* EG_BSM+ 2.466e-05*

SIZE_BSM

Model efisiensi pendekatan produksi untuk Bank Mega Syariah

Indonesia :

EFF_BSMGI =0.819+ 9.320* PROF_BSMGI+ 3.994*

INF_BSMGI+ 2.591* SBI_BSMGI - 28.183*

MPWR_BSMGI – 0.019* KAPT_BSMGI +

0.278* EG_BSMGI + 2.466e-05* SIZE_BSMGI

80
b. Hasil Regresi MET Unit Usaha Syariah

Setelah dilakukan estimasi dengan menggunakan model panel

data menggunakan α = 10% (lihat Lampiran 8), R2 (R-squared) yang

dihasilkan sebesar 46.36%, artinya model sudah cukup baik. Variasi

dari tingkat efisiensi dapat diterangkan oleh variasi pergerakan

tingkat bunga SBI, Economic Growth (pertumbuhan ekonomi),

tingkat inflasi, Kapital (rasio ekuitas terhadap modal), Size, Profit

dan Market Power sebesar 46.36 %. Sisanya sebesar 53.64%

diterangkan oleh variabel lain.

Sedangkan secara sendiri-sendiri terlihat bahwa variabel

Profitabilitas, SBI, Economic Growth, Inflasi, Kapital, Size dan

Market Power tidak mempengaruhi tingkat efisiensi Unit Usaha

Syariah secara signifikan.

Secara matematis menurut hasil output (lihat Lampiran 8) model

panel data tingkat efisiensi pendekatan produksi dan koefisien-

koefisiennya dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

Model efisiensi pendekatan produksi untuk Unit Usaha Syariah

Bank Permata :

EFF_BP = -0.070+ 0.530* PROF_BP+ 10.589* INF_BP - 3.103*

SBI_BP - 4.501* MPWR_BP - 1.98* KAPT_BP -

0.556* EG_BP + 0.001* SIZE_BP

81
Model efisiensi pendekatan produksi untuk Unit Usaha Syariah

Bank Jawa Barat dan Banten:

EFF_BJB = 0.070 + 0.530* PROF_BJB + 10.589* INF_BJB -

3.103* SBI_BJB - 4.501* MPWR_BJB - 1.984*

KAPT_BJB - 0.556* EG_BJB + 0.001* SIZE_BJB

2. Analisis Regresi Pendekatan Intermediasi

a. Hasil Regresi MET Bank Umum Syariah

Setelah dilakukan estimasi dengan menggunakan model panel

data (lihat Lampiran 8), R2 (R-squared) yang dihasilkan sebesar

47.99%, artinya model sudah cukup baik. Variasi dari tingkat

efisiensi dapat diterangkan oleh variasi pergerakan tingkat bunga

SBI, Economic Growth (pertumbuhan ekonomi), tingkat inflasi,

Kapital (rasio ekuitas terhadap modal), Size, Profit dan Market

Power sebesar 47.99 %. Sisanya sebesar 52.01% diterangkan oleh

variabel lain.

Sedangkan secara sendiri-sendiri terlihat bahwa hanya variabel

Size yang signifikan secara statistik pada α = 5%. Sedangkan

variabel Profitabilitas, SBI, Economic Growth, Inflasi, Kapital dan

Market Power tidak mempengaruhi tingkat efisiensi Bank Umum

Syariah secara signifikan. Dengan demikian dapat diinterperetasikan

bahwa variabel Size berpengaruh signifikan terhadap effisiensi bank

umum syariah secara negatif, artinya jika Size bank umum syariah

82
meningkat sebesar 1 rupiah akan menyebabkan penurunan effisiensi

bank umum syariah sebesar 1.85 rupiah.

Secara matematis menurut hasil output (lihat Lampiran 8) model

panel data tingkat efisiensi pendekatan intermediasi dan koefisien-

koefisiennya dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

Model efisiensi pendekatan intermediasi untuk Bank Muamalat

Indonesia :

EFF_BMI = 0.944 + 0.365* PROF_BMI - 6.652* INF_BMI +

1.101* SBI_BMI + 9.351* MPWR_BMI - 0.750*

KAPT_BMI + 0.359* EG_BMI - 1.085e-05*

SIZE_BMI

Model efisiensi pendekatan intermediasi untuk Bank Syariah

Mandiri :

EFF_BSM = 0.957+ 0.365* PROF_BSM - 6.652* INF_BSM +

1.101* SBI_BSM + 9.3518* MPWR_BSM - 0.750*

KAPT_BSM + 0.359* EG_BSM - 1.0856e-05*

SIZE_BSM

Model efisiensi pendekatan produksi untuk Bank Mega Syariah

Indonesia :

EFF_BSMGI = 0.814+ 0.365* PROF_BSMGI - 6.652*

INF_BSMGI + 1.101* SBI_BSMGI + 9.351*

MPWR_BSMGI - 0.750* KAPT_BSMGI + 0.359*

EG_BSMGI - 1.0856e-05* SIZE_BSMGI

83
b. Hasil Regresi MET Unit Usaha Syariah

Setelah dilakukan estimasi dengan menggunakan model panel

data (lihat Lampiran 8), R2 (R-squared) yang dihasilkan sebesar

57.30%, artinya model sudah cukup baik. Variasi dari tingkat

efisiensi dapat diterangkan oleh variasi pergerakan tingkat bunga

SBI, Economic Growth (pertumbuhan ekonomi), tingkat inflasi,

Kapital (rasio ekuitas terhadap modal), Size, Profit dan Market

Power sebesar 57.30 %. Sisanya sebesar 42.70% diterangkan oleh

variabel lain.

Sedangkan secara sendiri-sendiri terlihat bahwa hanya variabel

profitabilitas yang signifikan secara statistik pada α = 5%.

Sedangkan variabel Size, SBI, Economic Growth, Inflasi, Kapital

dan Market Power tidak mempengaruhi tingkat efisiensi Unit Usaha

Syariah secara signifikan. Dengan demikian dapat diinterperetasikan

bahwa variabel Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

effisiensi Unit Usaha syariah secara negatif, artinya jika

Profitabilitas Unit Usaha Syariah meningkat sebesar 1 rupiah akan

menyebabkan penurunan effisiensi Unit Usaha Syariah sebesar 6,3

rupiah.

Secara matematis menurut hasil output (lihat Lampiran 8) model

panel data tingkat efisiensi pendekatan intermediasi dan koefisien-

koefisiennya dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

84
Model efisiensi pendekatan produksi untuk Unit Usaha Syariah

Bank Permata :

EFF_BP = 1.142- 6.330* PROF_BP + 22.753* INF_BP - 2.161*

SBI_BP + 2.195* MPWR_BP - 1.187* KAPT_BP +

0.222* EG_BP - 1.021e-05* SIZE_BP

Model efisiensi pendekatan produksi untuk Unit Usaha Syariah

Bank Jawa Barat dan Banten :

EFF_BJB = 1.218- 6.330* PROF_BJB + 22.753* INF_BJB - 2.161*

SBI_BJB + 2.195* MPWR_BJB - 1.187* KAPT_BJB

+ 0.222* EG_BJB - 1.021e-05* SIZE_BJB

3. Hasil Analisis Regresi Pendekatan Aset

a. Hasil Regresi MET Bank Umum Syariah

Setelah dilakukan estimasi dengan menggunakan model panel

data (lihat Lampiran 8), R2 (R-squared) yang dihasilkan sebesar

43.96%, artinya model sudah cukup baik. Variasi dari tingkat

efisiensi dapat diterangkan oleh variasi pergerakan tingkat bunga

SBI, Economic Growth, tingkat inflasi, Kapital (rasio ekuitas

terhadap modal), Size, Profit dan Market Power sebesar 43.96 %.

Sisanya sebesar 56.04% diterangkan oleh variabel lain.

Sedangkan secara sendiri-sendiri terlihat bahwa hanya variabel

Size yang signifikan secara statistik pada α = 5%. Sedangkan

variabel Profitabilitas, SBI, Economic Growth, Inflasi, Kapital dan

Market Power tidak mempengaruhi tingkat efisiensi Bank Umum

85
Syariah secara signifikan. Dengan demikian dapat diinterperetasikan

bahwa variabel Size berpengaruh signifikan terhadap effisiensi Bank

Umum Syariah secara positif, artinya jika size Bank Umum Syariah

meningkat sebesar 1 rupiah akan menyebabkan peningkatan

effisiensi Bank Umum Syariah sebesar 1.54 rupiah.

Secara matematis menurut hasil output (lihat Lampiran 8) model

panel data tingkat efisiensi pendekatan intermediasi dan koefisien-

koefisiennya dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

Model efisiensi pendekatan aset untuk Bank Muamalat

Indonesia:

EFF_BMI = -0.008- 0.277* PROF_BMI + 3.968* INF_BMI -

0.406* SBI_BMI - 9.470* MPWR_BMI - 0.304*

KAPT_BMI + 0.226* EG_BMI + 1.535e-05*

SIZE_BMI

Model efisiensi pendekatan aset untuk Bank Syariah Mandiri:

EFF_BSM = -0.084- 0.277* PROF_BSM + 3.968* INF_BSM -

0.406* SBI_BSM - 9.470* MPWR_BSM - 0.304*

KAPT_BSM + 0.226* EG_BSM + 1.535e-05*

SIZE_BSM

Model efisiensi pendekatan aset untuk Bank Mega Syariah

Indonesia :

EFF_BSMGI = 0.092- 0.277* PROF_BSMGI + 3.968*

INF_BSMGI - 0.406* SBI_BSMGI - 9.470*

86
MPWR_BSMGI - 0.304* KAPT_BSMGI + 0.226*

EG_BSMGI + 1.535e-05* SIZE_BSMGI

b. Hasil Regresi MET Unit Usaha Syariah

Setelah dilakukan estimasi dengan menggunakan model panel

data (lihat Lampiran 8), R2 (R-squared) yang dihasilkan sebesar

69.89%, artinya model sudah cukup baik. Variasi dari tingkat

efisiensi dapat diterangkan oleh variasi pergerakan tingkat bunga

SBI, Economic Growth, tingkat inflasi, Kapt (rasio ekuitas terhadap

modal), Size, Profit dan Market Power sebesar 69.89 %. Sisanya

sebesar 30.11% diterangkan oleh variabel lain.

Sedangkan secara sendiri-sendiri terlihat bahwa variabel market

power dan Size Unit Usaha Syariah yang signifikan secara statistik

pada α = 5%. Sedangkan variabel SBI, Economic Growth, Inflasi

dan Kapital tidak mempengaruhi tingkat efisiensi Unit Usaha

Syariah secara signifikan. Dengan demikian dapat diinterperetasikan

bahwa masing-masing variabel market power berpengaruh signifikan

terhadap effisiensi Unit Usaha Syariah secara positif, artinya jika

market power Unit Usaha Syariah meningkat sebesar 1 rupiah akan

menyebabkan peningkatan effisiensi Unit Usaha Syariah sebesar

20.12 rupiah dan Size Unit Usaha Syariah berpengaruh secara

negatif terhadap efisiensi Unit Usaha Sariah yaitu, jika Size Unit

Usaha Syariah meningkat 1 rupiah akan menurunkan tingkat

efisiensi Unit Usaha Syariah sebesar 0.00013 rupiah.

87
Secara matematis menurut hasil output (lihat Lampiran 8) model

panel data tingkat efisiensi pendekatan intermediasi dan koefisien-

koefisiennya dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

Model efisiensi pendekatan aset untuk Unit Usaha Syariah Bank

Permata :

EFF_BP = 0.782 - 0.126* PROF_BP + 0.959* INF_BP + 0.850*

SBI_BP + 20.127* MPWR_BP - 1.922* KAPT_BP +

0.241* EG_BP - 0.001* SIZE_BP

Model efisiensi pendekatan aset untuk Unit Usaha Syariah Bank

Jawa Barat :

EFF_BJB = 0.738 - 0.126* PROF_BJB + 0.959* INF_BJB +

0.850* SBI_BJB + 20.127* MPWR_BJB - 1.922*

KAPT_BJB + 0.241* EG_BJB - 0.001* SIZE_BJB

Dari hasil pengujian pengaruh variable makro dan variable

mikro terhadap tingkat efisiensi Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syariah diatas diketahui bahwa berdasarkan pendekatan

intermediasi Variabel Size berpengaruh secara negatif juga

88
terhadap Bank Umum Syariah, hal ini sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Donsyah Yudhistira (2003). Hal yang diluar

perkiraan adalah variabel profit yang mempunyai pengaruh negatif

terhadap tingkat efisiensi aset Unit Usaha Syariah di Indonesia. Hal

ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan untuk meningkatkan

efisiensinya bank harus meningkatkan tingkat profitnya. Hasil

penelitian yang berbeda ini dapat diakibatkan karena variabel tingkat

profitabilitas yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini diambil

dari pendapatan bersih operasional dibandingkan dengan total aset

yang dimiliki bank, sementara keuntungan bank dapat diperoleh dari

pendapatan operasional lainnya. Hal tersebut menjawab hipotesis

penelitian kedua dan ketiga.

89
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini mempelajari beberapa aspek penting dari tingkat efisiensi

Perbankan Syariah di Indonesia. Berikut dapat dikemukakan beberapa kesimpulan

dan saran-saran sehubungan dengan temuan-temuan penelitian dan pembahasan-

pembahasan yang telah dilakukan.

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan pendekatan produksi,

pendekatan intermediasi, dan pendekatan aset rata-rata tingkat efisiensi relatif

Perbankan Syariah kurang dari 100%. Artinya masih terdapat inefisiensi atau

pemborosan dalam operasional Perbankan Syariah. Dengan kata lain,

Perbankan Syariah belum beroperasi secara efisien baik secara produksi,

secara intermediasi dan secara aset. Dan dapat diambil kesimpulan bahwa

tingkat inefsiensi atau pemborosan rata-rata di Perbankan Syariah berkisar antara

2.15% sampai dengan 11.05%.

Secara keseluruhan, selama periode penelitian triwulan I :2006 sampai

dengan triwulan II:2009, tingkat efisiensi Perbankan Syariah berdasarkan

pendekatan produksi dapat dikatakan berada pada keadaan tingkat efisiensi

yang stabil yaitu sebesar 100%, walaupun pada pertengahan periode

penelitian terjadi inefisiensi. Namun tingkat efisiensi Perbankan Syariah

berdasarkan pendekatan aset memperlihatkan keadaan tingkat efisiensi yang

menurun yaitu dari 99% menjadi 93%.

90
90
Dengan analisis regresi model panel data penelitian ini berhasil

membuktikan bahwa secara simultan adanya pengaruh faktor internal kapital,

size, profitabilitas dan faktor eksternal inflasi, economic growth dan SBI

terhadap tingkat efisiensi bank. Dari hasil analisis regresi model panel data

juga diketahui bahwa berdasarkan pendekatan produksi, pendekatan

intermediasi dan pendekatan aset secara sendiri-sendiri variabel SBI dan

inflasi secara statistik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

tingkat efisiensi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Demikian juga

halnya dengan variabel economic growth atau pertumbuhan ekonomi tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat efisiensi Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah.

B. Saran-saran

Penelitian ini membuktikan bahwa tingkat efisiensi dapat dipengaruhi

oleh faktor internal dan faktor eksternal. Jika faktor internal dapat dikelola

sendiri oleh manajemen bank, maka faktor eksternal seperti SBI, Inflasi dan

Economic Growth memerlukan peranan otoritas perbankan. Sehubungan

dengan hal tersebut maka saran-saran untuk perbaikan tingkat efisiensi

Perbankan Syariah dapat ditujukan kepada dua pihak yaitu pihak pemilik dan

manajemen Perbankan Syariah dan otoritas perbankan yaitu Bank Indonesia.

91
1. Saran Untuk Pemilik Bank dan Manajemen Perbankan Syariah

Beberapa saran yang dapat digunakan manajemen Perbankan

Syariah untuk meningkatkan tingkat efisiensinya sebagai berikut:

a. Manajemen bank disarankan untuk mencoba melakukan pengukuran

efisiensi banknya dengan metode penilaian yang objektif dan

terintegrasi seperti analisis frontier pendekatan parametrik atau non

parametrik seperti metode (Data Envelopment Analysis) DEA yang

lebih superior dibandingkan analisis rasio.

b. Peningkatan modal dengan memperhatikan kualitas aktiva yang

dimilki bank disarankan untuk dimasukkan sebagai salah satu

rencana strategis jangka panjang perusahaan mengingat faktor Size

terbukti mempunyai pengaruh terhadap tingkat efisiensi.

2. Saran Untuk Otoritas Perbankan

Kebijakan dari otoritas perbankan dapat membantu memperbaiki

tingkat efisiensi bank secara umum walaupun kebijakan yang dilakukan

oleh otoritas perbankan dapat menimbulkan dampak yang berbeda pada

masing-masing bank, tergantung pada respon bank yang bersangkutan

terhadap kebijakan tersebut. Beberapa saran untuk otoritas perbankan

antara lain:

a. Otoritas perbankan disarankan untuk mendorong Perbankan Syariah

untuk go public untuk meningkatkan modal, mengingat faktor

kapitalisasi mempunyai pengaruh terhadap tingkat efisiensi bank.

92
b. Otoritas perbankan juga diharapkan dapat terus mengembangkan

kebijakan dan instrumen moneter seperti pasar uang syariah, pasar

obligasi syariah sebagai alternatif untuk optimalisasi dana idle (dana

diam) Perbankan Syariah sebagaimana instrumen moneter di bank

konvensional.

93
DAFTAR PUSTAKA

Ade, Arthesa dan Edia Handiman, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”,
Indeks, Jakarta, 2006.

Adiwarman, A. Karim, “Bank Islam”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

Amir, Mahmud, “Bank Syariah”, Erlangga, Jakarta, 2010.

Ascarya, “Akad & Produk Bank Syariah”, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007.

Berger, A. N dan Humprey D. B., “Efficiency of Financial Institution:


International Survey and Direction for Future Research”, European Journal
Operational Research, 1997.

Bank Indonesia (2001), Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia,


diambil 15 Oktober 2005, dari http//:www.bi.go.id

_____________ (2005), Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2005,


diambil 24 Agustus 2006, dari http//:www.bi.go.id

_____________ (2006), Booklet Perbankan Indonesia 2006: edisi Maret 2006,


diambil 28 Juli 2006, dari http//:www.bi.go.id

_____________ (2006), Statistik Perbankan Syariah: Januari 2003- Desember


2006, diambil 5 Februari 2007, dari http//:www.bi.go.id

Cinca, C. Serrano, dkk, “Behind DEA Efficiency in Financial Institutions”, Univ.


Zaragoza, SPAIN, 2002.

Dahlan, Siamat, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, LPFEUI, Jakarta,


2000.

Donsyah, Yudistira, “Effiency in Islamic Banking: an Empirical Analysis of 18


Banks”, Loughborough University, United Kingdom, 2003.

Freixas, Xavier, dan Jean Charles Rochet, “Microeconomics of Banking”, MIT


Press, Massachusetts, 1997.

Gujarati, Damodar, “Basic Economefrics”, McGraw-Hill Book Company, New


York 1978.

Jaffer, Sohail, “Islamic Retail Banking and Finance: Global Challenges and
Opportunities”, Euromoney Books, London, 2005.

94
Jonni, J. Manurung, Adler H. Manurung dan Ferdinand D. SaragiH,
“Ekonometrika: Teori dan Aplikasi”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta,
2005.

Kasmir, “Dasar- Dasar Perbankan” Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2008.

M. Algaoud, Latifa dan Mervyn K. Lewis, “Perbankan Syariah”, Serambi Ilmu


Semesta, Jakarta, 2001.

Mantri, Jibendu Kumar, “Research Methodology on Data Envelopment Analysis


(DEA)”, Universal Publisher, Florida, 2008.

Mohamed, Ariff, “Islamic Banking in Southeast Asia: Islam and Economic


development of Southeast Asia”, Institute of Southeast Asian Studies, Pasir
Panjang, 1992.

Muchdarsyah, Sinungan, “Strategi Manajemen Bank”, Rineka Cipta, 1994.

Muhammad, “Lembaga Ekonomi Syari’ah”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007.

Muhammad, “Manajemen Dana Bank Syariah”, Ekonisia, Yogyakarta, 2004.

Muhammad, Syafi’i Antonio, “Bank Syariah”, Gema Insan Press, Jakarta, 2006.

Mullineux, A. W. dan Victor Murinde, “Handbook of International Banking”,


Edward Elgar Publishing Limited, Massachusetts, 2003.

Nachrowi, D. Nachrowi dan Hardius Usman, ”Pendekatan Populer dan Praktis


Ekonometrika : untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, LPFEUI, Jakarta,
2006.

Priyonggo, Suseno, “Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi pada Industri


Perbankan Syariah di Indonesia”, Journal of Islamic and Economics, Vol. 2
No. 1, 2008.

Sjahdeini, Sutan Remy, “Perbankan Islam ; dan Kedudukannya Dalam Tata


Hukum Perbankan Indonesia”, PT. Kreatama, Jakarta, 2005.

Suad, Husnan, “Manajemen Keuangan”, BPFE, Yogyakarta, 1997.

Surifah, “Kinerja Keuangan Perbankan Swasta Nasional Indonesia Sebelum dan


Setelah Krisis Ekonomi”, JAAI Vol. 6 No. 2, 2002.

95
T.J., Coelli,” A Guide to DEAP Version 2.1: A Data Envelopment Analysis
(Computer) Program”, Centre for Efficiency and Productivity Analysis
Working Papers, Armidale, 1996.

Totok, Budisantoso dan Sigit Triandaru, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”,
Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Vicky, Rahma Putri dan Niki Lukviarman, ”Pengukuran Kinerja Bank Komersial
dengan Pendekatan Efisiensi: Studi Terhadap Perbankan Go-Public di
Indonesia”, JAAI Vol 12No 1, Juni 2008.

Zainal, Abidin, ”Kinerja Efisiensi pada Bank Umum”, Proceeding PESAT,


Jakarta, 2007.

Zainul, Arifin, ”Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet


Jakarta, 2005.

Zulkarnain, Sitompul, “Problematika Perbankan”, BooksTerrace & Library,


Bandung, 2006.

96
Lampiran 1 : Indeks Periode Penelitian

Periode Keterangan
I_06 Triwulan I 2006
II_06 Triwulan II 2006
III_06 Triwulan III 2006
IV_06 Triwulan IV 2006
I_07 Triwulan I 2007
II_07 Triwulan II 2007
III_07 Triwulan III 2007
IV_07 Triwulan IV 2007
I_08 Triwulan I 2008
II_08 Triwulan II 2008
III_08 Triwulan III 2008
IV_08 Triwulan IV 2008
I_09 Triwulan I 2009
II_09 Triwulan II 2009

97
Lampiran 2 : Kode Decision Making Unit (DMU)

No. Kode DMU Keterangan


1 BMII_06 Bank Muamalat Indonesia Triwulan I Tahun 2006
2 BMIII_06 Bank Muamalat Indonesia Triwulan II Tahun 2006
3 BMIIII_06 Bank Muamalat Indonesia Triwulan III Tahun 2006
4 BMIIV_06 Bank Muamalat Indonesia Triwulan IV Tahun 2006
5 BSMI_06 Bank Syariah Mandiri Triwulan I Tahun 2006
6 BSMII_06 Bank Syariah Mandiri Triwulan II Tahun 2006
7 BSMIII_06 Bank Syariah Mandiri Triwulan III Tahun 2006
8 BSMIV_06 Bank Syariah Mandiri Triwulan IV Tahun 2006
9 BSMGII_06 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I Tahun 2006
10 BSMGIII_06 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II Tahun 2006
11 BSMGIIII_06 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III Tahun 2006
12 BSMGIIV_06 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan IV Tahun 2006
13 BPI_06 Bank Permata Triwulan I Tahun 2006
14 BPII_06 Bank Permata Triwulan II Tahun 2006
15 BPIII_06 Bank Permata Triwulan III Tahun 2006
16 BPIV_06 Bank Permata Triwulan IV Tahun 2006
17 BJBI_06 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan I Tahun 2006
18 BJBII_06 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan II Tahun 2006
19 BJBIII_06 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan III Tahun 2006
20 BJBIV_06 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan IV Tahun 2006
21 BMII_07 Bank Muamalat Indonesia Triwulan I Tahun 2007
22 BMIII_07 Bank Muamalat Indonesia Triwulan II Tahun 2007
23 BMIIII_07 Bank Muamalat Indonesia Triwulan III Tahun 2007
24 BMIIV_07 Bank Muamalat Indonesia Triwulan IV Tahun 2007
25 BSMI_07 Bank Syariah Mandiri Triwulan I Tahun 2007
26 BSMII_07 Bank Syariah Mandiri Triwulan II Tahun 2007
27 BSMIII_07 Bank Syariah Mandiri Triwulan III Tahun 2007
28 BSMIV_07 Bank Syariah Mandiri Triwulan IV Tahun 2007
29 BSMGII_07 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I Tahun 2007
30 BSMGIII_07 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II Tahun 2007
31 BSMGIIII_07 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III Tahun 2007
32 BSMGIIV_07 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan IV Tahun 2007
33 BPI_07 Bank Permata Triwulan I Tahun 2007
34 BPII_07 Bank Permata Triwulan II Tahun 2007
35 BPIII_07 Bank Permata Triwulan III Tahun 2007

98
36 BPIV_07 Bank Permata Triwulan IV Tahun 2007
37 BJBI_07 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan I Tahun 2007
38 BJBII_07 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan II Tahun 2007
39 BJBIII_07 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan III Tahun 2007
40 BJBIV_07 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan IV Tahun 2007
41 BMII_08 Bank Muamalat Indonesia Triwulan I Tahun 2008
42 BMIII_08 Bank Muamalat Indonesia Triwulan II Tahun 2008
43 BMIIII_08 Bank Muamalat Indonesia Triwulan III Tahun 2008
44 BMIIV_08 Bank Muamalat Indonesia Triwulan IV Tahun 2008
45 BSMI_08 Bank Syariah Mandiri Triwulan I Tahun 2008
46 BSMII_08 Bank Syariah Mandiri Triwulan II Tahun 2008
47 BSMIII_08 Bank Syariah Mandiri Triwulan III Tahun 2008
48 BSMIV_08 Bank Syariah Mandiri Triwulan IV Tahun 2008
49 BSMGII_08 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I Tahun 2008
50 BSMGIII_08 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II Tahun 2008
51 BSMGIIII_08 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan III Tahun 2008
52 BSMGIIV_08 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan IV Tahun 2008
53 BPI_08 Bank Permata Triwulan I Tahun 2008
54 BPII_08 Bank Permata Triwulan II Tahun 2008
55 BPIII_08 Bank Permata Triwulan III Tahun 2008
56 BPIV_08 Bank Permata Triwulan IV Tahun 2008
57 BJBI_08 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan I Tahun 2008
58 BJBII_08 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan II Tahun 2008
59 BJBIII_08 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan III Tahun 2008
60 BJBIV_08 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan IV Tahun 2008
61 BMII_09 Bank Muamalat Indonesia Triwulan I Tahun 2009
62 BMIII_09 Bank Muamalat Indonesia Triwulan II Tahun 2009
63 BSMI_09 Bank Syariah Mandiri Triwulan I Tahun 2009
64 BSMII_09 Bank Syariah Mandiri Triwulan II Tahun 2009
65 BSMGII_09 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan I Tahun 2009
66 BSMGIII_09 Bank Syariah Mega Indonesia Triwulan II Tahun 2009
67 BPI_09 Bank Permata Triwulan I Tahun 2009
68 BPII_09 Bank Permata Triwulan II Tahun 2009
69 BJBI_09 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan I Tahun 2009
70 BJBII_09 Bank Jawa Barat dan Banten Triwulan II Tahun 2009

99
Lampiran 3 : Variabel Input Output Pendekatan Produksi
(dalam jutaan rupiah)

DMU X1 X2 X3 Y1 Y2
BMII_06 132,210 14,452 24,869 249,966 8,589
BMIII_06 271,483 51,345 7,986 478,014 16,754
BMIIII_06 420,977 59,638 89,981 773,361 26,835
BMIIV_06 570,047 128,363 22,061 1.009,370 39,939
BSMI_06 112,673 35,936 25,375 181,450 30,816
BSMII_06 223,094 76,937 47,321 377,234 58,429
BSMIII_06 337,559 117,469 77,424 663,166 31,164
BSMIV_06 455,490 148,279 26,592 825,108 109,313
BSMGII_06 16,939 4,042 2,490 30,047 0,807
BSMGIII_06 37,330 8,147 4,977 75,167 0,811
BSMGIIII_06 66,219 12,496 8,746 144,539 0,811
BSMGIIV_06 109,366 16,966 13,076 242,292 1,058
BPI_06 1,238 1,170 0,235 3,488 1,785
BPII_06 3,599 2,508 0,551 8,266 4,406
BPIII_06 6,359 3,896 1,674 19,737 1,890
BPIV_06 9,873 6,407 2,827 24,963 4,336
BJBI_06 0,698 1,589 0,656 9,581 1,355
BJBII_06 1,639 4,305 1,623 21,006 3,001
BJBIII_06 2,555 7,678 3,085 32,880 4,346
BJBIV_06 4,214 11,219 4,343 45,632 6,251
BMII_07 129,135 27,310 25,238 277,126 18,423
BMIII_07 251,528 64,071 51,033 787,897 37,171
BMIIII_07 372,243 104,694 91,888 856,256 48,756
BMIIV_07 500,151 161,982 38,535 1.105,741 59,579
BSMI_07 109,113 40,955 27,101 260,512 21,360
BSMII_07 235,143 87,343 57,403 528,950 43,407
BSMIII_07 361,246 137,271 22,450 734,457 109,497
BSMIV_07 511,873 207,798 20,202 1.131,219 66,054
BSMGII_07 49,015 4,798 4,394 108,393 0,102
BSMGIII_07 92,201 10,700 8,568 205,366 0,560
BSMGIIII_07 125,768 17,446 13,395 295,789 1,216
BSMGIIV_07 155,141 25,081 19,297 381,126 3,626
BPI_07 3,178 1,534 0,558 6,028 9,910
BPII_07 6,210 3,066 1,164 11,051 63,379
BPIII_07 11,049 4,930 1,440 20,552 11,097

100
BPIV_07 16,839 6,529 3,425 33,983 11,594
BJBI_07 3,029 2,733 1,198 12,045 2,919
BJBII_07 5,838 5,899 2,429 23,935 6,207
BJBIII_07 8,211 9,015 3,918 36,837 9,897
BJBIV_07 10,785 12,490 5,529 50,923 13,087
BMII_08 118,130 35,195 29,232 310,950 19,360
BMIII_08 227,005 91,034 66,958 634,873 32,267
BMIIII_08 356,914 148,839 120,027 983,411 36,371
BMIIV_08 515,423 136,813 56,070 1.280,203 40,702
BSMI_08 168,825 65,052 11,632 577,028 19,433
BSMII_08 344,665 141,758 36,998 782,813 36,882
BSMIII_08 544,982 215,199 139,390 1.244,537 53,472
BSMIV_08 793,049 297,805 75,317 1.797,598 62,441
BSMGII_08 24,990 9,418 5,513 69,484 6,717
BSMGIII_08 47,086 22,440 10,764 132,080 13,555
BSMGIIII_08 72,450 50,323 17,007 203,839 17,510
BSMGIIV_08 116,738 88,912 26,923 311,662 19,595
BPI_08 7,959 1,747 1,289 19,089 9,495
BPII_08 21,927 3,669 3,735 40,465 17,774
BPIII_08 36,243 6,394 5,619 69,103 25,598
BPIV_08 56,988 9,675 8,414 106,675 34,802
BJBI_08 2,603 3,319 1,759 13,869 4,267
BJBII_08 2,923 6,855 6,323 27,103 8,866
BJBIII_08 8,429 12,089 6,285 47,210 14,158
BJBIV_08 11,150 19,156 9,045 69,126 13,344
BMII_09 167,883 41,575 79,408 357,444 15,289
BMIII_09 361,483 89,187 269,844 748,145 34,205
BSMI_09 239,854 77,343 12,467 1.397,927 68,765
BSMII_09 466,821 164,469 105,021 919,436 69,065
BSMGII_09 63,072 36,250 10,651 139,829 3,277
BSMGIII_09 120,603 78,543 23,587 305,488 5,729
BPI_09 22,051 2,628 1,762 36,232 12,020
BPII_09 40,664 5,478 3,589 73,656 23,821
BJBI_09 2,653 4,064 2,639 22,704 3,715
BJBII_09 2,973 6,237 2,677 35,938 8,314

101
Lampiran 4 : Variabel Input Output Pendekatan Intermediasi
(dalam jutaan rupiah)

DMU X1 X2 X3 Y1 Y2
BMII_06 14,452 109,486 5.419,571 2.971,031 3.130,634
BMIII_06 51,345 114,072 5.831,903 3.232,237 3.125,289
BMIIII_06 59,638 119,429 6.354,609 3.276,947 3.265,343
BMIIV_06 128,363 126,309 6.837,431 3.117,971 3.524,395
BSMI_06 35,936 226,434 7.039,882 4.063,566 2.076,521
BSMII_06 76,937 228,459 7.397,275 4.530,380 2.394,619
BSMIII_06 117,469 235,229 7.569,592 4.281,430 2.855,360
BSMIV_06 148,279 241,577 6.400,143 4.188,687 2.776,508
BSMGII_06 4,042 20,179 697,027 475,607 243,238
BSMGIII_06 8,147 20,424 1.039,827 812,538 222,508
BSMGIIII_06 12,496 25,080 1.567,691 1.366,660 193,426
BSMGIIV_06 16,966 27,102 2.158,104 1.944,482 165,716
BPI_06 1,170 1,137 72,227 107,243 19,591
BPII_06 2,508 1,163 113,615 154,879 18,997
BPIII_06 3,896 1,282 147,403 163,244 18,681
BPIV_06 6,407 1,334 212,585 145,858 18,208
BJBI_06 1,589 7,830 62,748 189,456 51,146
BJBII_06 4,305 10,783 67,892 196,110 56,733
BJBIII_06 7,678 11,998 78,762 202,197 66,373
BJBIV_06 11,219 14,107 141,805 201,938 62,895
BMII_07 27,310 128,375 7.069,942 3.030,947 3.373,449
BMIII_07 64,071 129,286 7.523,357 3.629,865 3.667,953
BMIIII_07 104,694 130,863 7.980,621 3.938,015 4.151,123
BMIIV_07 161,982 147,888 8.691,329 4.063,092 4.248,998
BSMI_07 40,955 245,040 8.788,944 4.122,663 3.303,850
BSMII_07 87,343 251,460 8.851,332 4.456,992 3.789,505
BSMIII_07 137,271 259,032 10.323,120 4.649,681 4.149,170
BSMIV_07 207,798 262,933 11.105,978 5.179,318 4.656,133
BSMGII_07 4,798 27,703 2.319,115 2.111,174 141,855
BSMGIII_07 10,700 42,250 2.059,756 1.930,842 108,143
BSMGIIII_07 17,446 46,419 2.108,488 1.875,642 102,238
BSMGIIV_07 25,081 58,227 2.169,456 1.744,128 98,559
BPI_07 1,534 1,402 205,360 138,035 18,208
BPII_07 3,066 0,856 254,807 163,678 17,576
BPIII_07 4,930 0,856 283,950 335,523 14,999

102
BPIV_07 6,529 1,217 398,112 490,617 15,186
BJBI_07 2,733 14,488 123,474 213,565 59,576
BJBII_07 5,899 14,593 115,220 227,440 72,408
BJBIII_07 9,015 14,565 125,457 231,579 95,890
BJBIV_07 12,490 14,881 179,973 231,294 93,652
BMII_08 35,195 150,822 9.134,198 3.987,991 4.611,057
BMIII_08 91,034 157,538 9.341,601 4.525,901 4.886,054
BMIIII_08 148,839 167,945 9.783,836 4.835,304 5.424,947
BMIIV_08 136,813 179,005 10.073,953 4.892,711 5.471,528
BSMI_08 65,052 267,591 12.245,787 5.419,180 5.275,569
BSMII_08 141,758 271,519 14.189,879 6.262,122 6.093,700
BSMIII_08 215,199 275,502 13.786,760 7.015,862 6.287,809
BSMIV_08 297,805 383,037 14.796,479 6.766,301 5.914,704
BSMGII_08 9,418 62,881 1.802,916 1.492,036 137,224
BSMGIII_08 22,440 64,523 1.882,302 1.391,657 242,003
BSMGIIII_08 50,323 63,155 2.208,250 1.650,650 209,053
BSMGIIV_08 88,912 68,888 2.626,471 1.957,787 174,521
BPI_08 1,747 1,351 575,086 597,902 104,979
BPII_08 3,669 1,351 865,078 747,540 103,792
BPIII_08 6,394 1,432 901,714 873,400 104,831
BPIV_08 9,675 2,205 1.070,158 911,941 148,259
BJBI_08 3,319 15,049 141,369 240,092 95,681
BJBII_08 6,855 15,679 184,726 392,144 132,879
BJBIII_08 12,089 16,094 217,191 415,869 145,569
BJBIV_08 19,156 23,601 258,514 419,158 174,374
BMII_09 41,575 204,033 10.824,597 4.610,212 5.850,046
BMIII_09 89,187 254,201 12.379,938 4.546,191 6.339,398
BSMI_09 77,343 393,359 15.593,304 6.757,480 5.744,445
BSMII_09 164,469 405,785 16.240,690 7.256,892 6.317,913
BSMGII_09 36,250 69,353 2.662,761 2.282,695 140,540
BSMGIII_09 78,543 93,579 3.171,804 2.533,339 169,581
BPI_09 2,628 2,437 978,322 1.000,588 153,443
BPII_09 5,478 2,454 865,439 1.080,022 133,061
BJBI_09 4,064 25,062 225,458 429,756 176,173
BJBII_09 6,237 26,523 266,781 440,354 177,968

103
Lampiran 5 : Variabel Input Output Pendekatan Aset
(dalam jutaan rupiah)

DMU X1 Y1 Y2 Y3
BMII_06 7.004,686 2.971,031 3.130,634 6.888,460
BMIII_06 7.636,618 3.232,237 3.125,289 7.501,282
BMIIII_06 8.070,740 3.276,947 3.265,343 7.904,871
BMIIV_06 8.370,595 3.117,971 3.524,395 8.224,904
BSMI_06 8.227,635 4.063,566 2.076,521 8.082,322
BSMII_06 8.713,649 4.530,380 2.394,619 8.651,591
BSMIII_06 8.903,521 4.281,430 2.855,360 9.175,808
BSMIV_06 9.554,967 4.188,687 2.776,508 9.344,755
BSMGII_06 804,644 475,607 243,238 777,193
BSMGIII_06 1.184,241 812,538 222,508 1.385,488
BSMGIIII_06 1.803,577 1.366,660 193,426 1.758,746
BSMGIIV_06 2.352,180 1.944,482 165,716 2.625,578
BPI_06 201,141 107,243 19,591 202,945
BPII_06 246,856 154,879 18,997 257,821
BPIII_06 249,268 163,244 18,681 253,416
BPIV_06 313,114 145,858 18,208 318,178
BJBI_06 386,186 189,456 51,146 328,851
BJBII_06 369,539 196,110 56,733 367,483
BJBIII_06 385,511 202,197 66,373 382,695
BJBIV_06 489,653 201,938 62,895 485,403
BMII_07 8.702,725 3.030,947 3.373,449 8.481,566
BMIII_07 9.238,544 3.629,865 3.667,953 8.953,170
BMIIII_07 9.722,749 3.938,015 4.151,123 9.925,310
BMIIV_07 10.569,078 4.063,092 4.248,998 9.816,346
BSMI_07 10.377,459 4.122,663 3.303,850 10.056,933
BSMII_07 10.438,352 4.456,992 3.789,505 10.337,541
BSMIII_07 11.540,418 4.649,681 4.149,170 11.393,838
BSMIV_07 12.885,390 5.179,318 4.656,133 12.416,260
BSMGII_07 2.532,327 2.111,174 141,855 3.447,113
BSMGIII_07 2.337,453 1.930,842 108,143 3.027,259
BSMGIIII_07 2.406,008 1.875,642 102,238 3.135,462
BSMGIIV_07 2.597,188 1.744,128 98,559 2.503,800
BPI_07 322,382 138,035 18,208 333,457
BPII_07 330,240 163,678 17,576 341,760
BPIII_07 452,025 335,523 14,999 467,376

104
BPIV_07 711,843 490,617 15,186 727,623
BJBI_07 492,564 213,565 59,576 489,124
BJBII_07 492,714 227,440 72,408 491,751
BJBIII_07 503,762 231,579 95,890 503,206
BJBIV_07 556,589 231,294 93,652 556,589
BMII_08 11.062,620 3.987,991 4.611,057 10.610,844
BMIII_08 11.227,007 4.525,901 4.886,054 10.593,998
BMIIII_08 12.101,842 4.835,304 5.424,947 11.444,858
BMIIV_08 12.596,715 4.892,711 5.471,528 11.847,628
BSMI_08 14.031,239 5.419,180 5.275,569 13.585,132
BSMII_08 16.285,555 6.262,122 6.093,700 15.979,816
BSMIII_08 16.539,350 7.015,862 6.287,809 16.149,000
BSMIV_08 17.063,838 6.766,301 5.914,704 16.586,084
BSMGII_08 2.112,049 1.492,036 137,224 2.310,625
BSMGIII_08 2.183,709 1.391,657 242,003 2.199,163
BSMGIIII_08 2.658,546 1.650,650 209,053 2.608,680
BSMGIIV_08 3.096,201 1.957,787 174,521 3.006,337
BPI_08 958,227 597,902 104,979 973,862
BPII_08 1.204,622 747,540 103,792 1.253,872
BPIII_08 1.194,264 873,400 104,831 1.209,830
BPIV_08 1.297,678 911,941 148,259 1.304,356
BJBI_08 538,632 240,092 95,681 538,853
BJBII_08 675,666 392,144 132,879 676,596
BJBIII_08 728,970 415,869 145,569 728,214
BJBIV_08 743,659 419,158 174,374 739,510
BMII_09 13.393,419 4.610,212 5.850,046 12.465,127
BMIII_09 14.819,668 4.546,191 6.339,398 13.904,366
BSMI_09 17.704,474 6.757,480 5.744,445 17.045,264
BSMII_09 18.684,103 7.256,892 6.317,913 18.091,250
BSMGII_09 3.321,456 2.282,695 140,540 3.207,398
BSMGIII_09 3.642,622 2.533,339 169,581 3.497,050
BPI_09 1.530,275 1.000,588 153,443 1.532,660
BPII_09 1.497,713 1.080,022 133,061 1.499,351
BJBI_09 716,080 429,756 176,173 710,005
BJBII_09 841,075 440,354 177,968 708,206

105
Lampiran 6 : Data Faktor Internal dan Eksternal
(dalam jutaan rupiah)

DMU SIZE PROF KAPT MPWR SBI GROWTH Inflasi


BMII_06 7.004,686 0,053 0,117 0,013 0,1273 0,01502 0,0131
BMIII_06 7.636,618 0,012 0,101 0,014 0,1250 0,02041 0,0129
BMIIII_06 8.070,740 0,016 0,100 0,015 0,1125 0,03773 0,0121
BMIIV_06 8.370,595 0,013 0,094 0,016 0,0975 -0,0185 0,0055
BMII_07 8.702,725 0,008 0,098 0,017 0,0900 0,02024 0,0054
BMIII_07 9.238,544 0,014 0,090 0,017 0,0850 0,02627 0,0048
BMIIII_07 9.722,749 0,017 0,089 0,018 0,0825 0,03717 0,0058
BMIIV_07 10.569,078 0,019 0,087 0,019 0,0800 -0,0253 0,0055
BMII_08 11.062,620 0,008 0,084 0,020 0,0796 0,02407 0,0068
BMIII_08 11.227,007 0,014 0,081 0,022 0,0873 0,02794 0,0092
BMIIII_08 12.101,842 0,018 0,081 0,021 0,0971 0,03698 0,0101
BMIIV_08 12.596,715 0,016 0,077 0,021 0,1083 -0,0365 0,0092
BMII_09 13.393,419 0,007 0,079 0,021 0,0821 0,01691 0,0066
BMIII_09 14.819,668 0,008 0,067 0,023 0,0695 0,02396 0,0030
BSMI_06 8.227,635 0,002 0,079 0,013 0,1273 0,01502 0,0131
BSMII_06 8.713,649 0,004 0,076 0,014 0,1250 0,02041 0,0129
BSMIII_06 8.903,521 0,005 0,076 0,015 0,1125 0,03773 0,0121
BSMIV_06 9.554,967 0,007 0,073 0,016 0,0975 -0,0185 0,0055
BSMI_07 10.377,459 0,003 0,071 0,017 0,0900 0,02024 0,0054
BSMII_07 10.438,352 0,006 0,073 0,017 0,0850 0,02627 0,0048
BSMIII_07 11.540,418 0,008 0,068 0,018 0,0825 0,03717 0,0058
BSMIV_07 12.885,390 0,009 0,063 0,019 0,0800 -0,0253 0,0055
BSMI_08 14.031,239 0,003 0,061 0,020 0,0796 0,02407 0,0068
BSMII_08 16.285,555 0,006 0,062 0,022 0,0873 0,02794 0,0092
BSMIII_08 16.539,350 0,009 0,064 0,021 0,0971 0,03698 0,0101
BSMIV_08 17.063,838 0,011 0,071 0,021 0,1083 -0,0365 0,0092
BSMI_09 17.704,474 0,004 0,078 0,021 0,0821 0,01691 0,0066
BSMII_09 18.684,103 0,007 0,077 0,023 0,0695 0,02396 0,0030
BSMGII_06 804,644 0,002 0,082 0,013 0,1273 0,01502 0,0131
BSMGIII_06 1.184,241 0,008 0,073 0,014 0,1250 0,02041 0,0129
BSMGIIII_06 1.803,577 0,016 0,075 0,015 0,1125 0,03773 0,0121
BSMGIIV_06 2.352,180 0,023 0,073 0,016 0,0975 -0,0185 0,0055
BSMGII_07 2.532,327 0,013 0,075 0,017 0,0900 0,02024 0,0054
BSMGIII_07 2.337,453 0,028 0,094 0,017 0,0850 0,02627 0,0048
BSMGIIII_07 2.406,008 0,041 0,106 0,018 0,0825 0,03717 0,0058

106
BSMGIIV_07 2.597,188 0,050 0,110 0,019 0,0800 -0,0253 0,0055
BSMGII_08 2.112,049 0,055 0,126 0,020 0,0796 0,02407 0,0068
BSMGIII_08 2.183,709 0,016 0,127 0,022 0,0873 0,02794 0,0092
BSMGIIII_08 2.658,546 0,014 0,105 0,021 0,0971 0,03698 0,0101
BSMGIIV_08 3.096,201 0,005 0,084 0,021 0,1083 -0,0365 0,0092
BSMGII_09 3.321,456 0,002 0,080 0,021 0,0821 0,01691 0,0066
BSMGIII_09 3.642,622 0,007 0,079 0,023 0,0695 0,02396 0,0030
BPI_06 201,141 0,013 0,076 0,013 0,1273 0,01502 0,0131
BPII_06 246,856 0,013 0,078 0,014 0,1250 0,02041 0,0129
BPIII_06 249,268 0,012 0,098 0,015 0,1125 0,03773 0,0121
BPIV_06 313,114 0,006 0,100 0,016 0,0975 -0,0185 0,0055
BPI_07 322,382 0,005 0,094 0,017 0,0900 0,02024 0,0054
BPII_07 330,240 0,005 0,094 0,017 0,0850 0,02627 0,0048
BPIII_07 452,025 0,006 0,098 0,018 0,0825 0,03717 0,0058
BPIV_07 711,843 0,005 0,100 0,019 0,0800 -0,0253 0,0055
BPI_08 958,227 0,007 0,097 0,020 0,0796 0,02407 0,0068
BPII_08 1.204,622 0,009 0,093 0,022 0,0873 0,02794 0,0092
BPIII_08 1.194,264 0,010 0,095 0,021 0,0971 0,03698 0,0101
BPIV_08 1.297,678 0,009 0,098 0,021 0,1083 -0,0365 0,0092
BPI_09 1.530,275 0,007 0,083 0,021 0,0821 0,01691 0,0066
BPII_09 1.497,713 0,003 0,086 0,023 0,0695 0,02396 0,0030
BJBI_06 386,186 0,016 0,102 0,013 0,1273 0,01502 0,0131
BJBII_06 369,539 0,030 0,085 0,014 0,1250 0,02041 0,0129
BJBIII_06 385,511 0,041 0,090 0,015 0,1125 0,03773 0,0121
BJBIV_06 489,653 0,044 0,087 0,016 0,0975 -0,0185 0,0055
BJBI_07 492,564 0,011 0,096 0,017 0,0900 0,02024 0,0054
BJBII_07 492,714 0,018 0,084 0,017 0,0850 0,02627 0,0048
BJBIII_07 503,762 0,031 0,085 0,018 0,0825 0,03717 0,0058
BJBIV_07 556,589 0,038 0,097 0,019 0,0800 -0,0253 0,0055
BJBI_08 538,632 0,013 0,087 0,020 0,0796 0,02407 0,0068
BJBII_08 675,666 0,016 0,091 0,022 0,0873 0,02794 0,0092
BJBIII_08 728,970 0,026 0,094 0,021 0,0971 0,03698 0,0101
BJBIV_08 743,659 0,031 0,095 0,021 0,1083 -0,0365 0,0092
BJBI_09 716,080 0,014 0,116 0,021 0,0821 0,01691 0,0066
BJBII_09 789,026 0,017 0,086 0,023 0,0695 0,02396 0,0030

107
Lampiran 7: Output Efisiensi
Model BCC Pendekatan Aset 2006
Inputs Outputs
Total Asset Mudharabh
Murabahah
Aktiva
Lancar

Input-
Oriented
Optimal
VRS Lambdas
DMU with
No. DMU Name Efficiency Benchmarks
1 BMII_06 1,00000 1,000 BMII_06
2 BMIII_06 0,98801 0,681 BMII_06 0,12 BMIIV_06 0,20 BSMIII_06
3 BMIIII_06 0,98978 0,351 BMII_06 0,47 BMIIV_06 0,18 BSMIII_06
4 BMIIV_06 1,00000 1,000 BMIIV_06
5 BSMI_06 0,96528 0,395 BSMII_06 0,47 BSMIII_06 0,14 BSMGIIV_06
6 BSMII_06 1,00000 1,000 BSMII_06
7 BSMIII_06 1,00000 1,000 BSMIII_06
8 BSMIV_06 1,00000 1,000 BSMIV_06
9 BSMGII_06 1,00000 1,000 BSMGII_06
10 BSMGIII_06 1,00000 1,000 BSMGIII_06
11 BSMGIIII_06 0,96519 0,379 BSMGII_06 0,61 BSMGIIV_06 0,01 BPIII_06

108
12 BSMGIIV_06 1,00000 1,000 BSMGIIV_06
13 BPI_06 1,00000 1,000 BPI_06
14 BPII_06 1,00000 1,000 BPII_06
15 BPIII_06 1,00000 1,000 BPIII_06
16 BPIV_06 0,94834 0,097 BSMGIII_06 0,90 BPI_06
17 BJBI_06 0,82529 0,093 BSMGII_06 0,05 BSMGIII_06 0,67 BPI_06 0,18 BPIII_06
18 BJBII_06 0,92975 0,005 BMII_06 0,11 BSMGIII_06 0,88 BPI_06
19 BJBIII_06 0,93560 0,008 BMII_06 0,11 BSMGIII_06 0,89 BPI_06
20 BJBIV_06 0,89035 0,239 BSMGIII_06 0,76 BPI_06

109
Model BCC Pendekatan Intermediasi Tahun 2006
Inputs Outputs
By. Persnlia Mudharabah
Fixed Asset Murabahah
DPK

Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU
No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 BMII_06 1,00000 1,000 BMII_06
2 BMIII_06 1,00000 1,000 BMIII_06
3 BMIIII_06 1,00000 1,000 BMIIII_06
4 BMIIV_06 1,00000 1,000 BMIIV_06
5 BSMI_06 1,00000 1,000 BSMI_06
6 BSMII_06 1,00000 1,000 BSMII_06
7 BSMIII_06 1,00000 1,000 BSMIII_06
8 BSMIV_06 1,00000 1,000 BSMIV_06
9 BSMGII_06 0,80180 0,075 BMII_06 0,045 BSMGIIV_06 0,020 BPI_06 0,860 BJBI_06
10 BSMGIII_06 0,86729 0,045 BMII_06 0,284 BSMGIIV_06 0,030 BPII_06 0,641 BJBI_06
11 BSMGIIII_06 0,96524 0,022 BMII_06 0,635 BSMGIIV_06 0,187 BJBI_06 0,156 BJBII_06
12 BSMGIIV_06 1,00000 1,000 BSMGIIV_06
13 BPI_06 1,00000 1,000 BPI_06
14 BPII_06 1,00000 1,000 110
BPII_06
15 BPIII_06 1,00000 1,000 BPIII_06
16 BPIV_06 0,86812 0,189 BPI_06 0,811 BPII_06
17 BJBI_06 1,00000 1,000 BJBI_06
18 BJBII_06 1,00000 1,000 BJBII_06
19 BJBIII_06 1,00000 1,000 BJBIII_06
20 BJBIV_06 0,59814 0,003 BMII_06 0,001 BSMGIIV_06 0,940 BJBI_06 0,055 BJBIII_06

Model BCC Pendekatan Produksi Tahun 2006


Inputs Outputs
By.
Basil Pd. Oprs Ut
By. Persnlia Pd. Lain
By. Oprs Lain

Input-
Oriented
Optimal
VRS Lambdas
DMU with
No. DMU Name Efficiency Benchmarks
1 BMII_06 1,00000 1,000 BMII_06
2 BMIII_06 1,00000 1,000 BMIII_06
3 BMIIII_06 1,00000 1,000 BMIIII_06
4 BMIIV_06 1,00000 1,000 BMIIV_06
5 BSMI_06 1,00000 1,000 BSMI_06
6 BSMII_06 1,00000 1,000 BSMII_06

111
7 BSMIII_06 1,00000 1,000 BSMIII_06
8 BSMIV_06 1,00000 1,000 BSMIV_06
9 BSMGII_06 0,71944 0,008 BMII_06 0,093 BSMGIIV_06 0,524 BPI_06 0,375 BJBI_06
10 BSMGIII_06 0,83378 0,017 BMIII_06 0,235 BSMGIIV_06 0,627 BJBI_06 0,121 BJBIII_06
11 BSMGIIII_06 0,93992 0,011 BMIII_06 0,535 BSMGIIV_06 0,227 BJBI_06 0,227 BJBIII_06
12 BSMGIIV_06 1,00000 1,000 BSMGIIV_06
13 BPI_06 1,00000 1,000 BPI_06
14 BPII_06 0,58516 0,008 BMII_06 0,549 BPI_06 0,442 BJBI_06
15 BPIII_06 0,73491 0,005 BMIII_06 0,023 BSMGIIV_06 0,860 BJBI_06 0,113 BJBIII_06
16 BPIV_06 0,56621 0,041 BSMGIIV_06 0,438 BJBI_06 0,521 BJBII_06
17 BJBI_06 1,00000 1,000 BJBI_06
18 BJBII_06 1,00000 1,000 BJBII_06
19 BJBIII_06 1,00000 1,000 BJBIII_06
20 BJBIV_06 1,00000 1,000 BJBIV_06

112
Model BCC Pendekatan Aset Tahun 2007
Inputs Outputs
Total Asset Mudharabah
Murabahah
Aktiva
Lancar

Input-Oriented
Optimal
VRS Lambdas
DMU with
No. DMU Name Efficiency Benchmarks
1 BMII_07 0,94227 0,808 BMIIII_07 0,128 BSMGII_07 0,064 BPI_07
2 BMIII_07 0,94834 0,881 BMIIII_07 0,068 BSMGII_07 0,051 BPIII_07
3 BMIIII_07 1,00000 1,000 BMIIII_07
4 BMIIV_07 0,97792 0,806 BMIIII_07 0,194 BSMIV_07
5 BSMI_07 0,95996 0,412 BMIIII_07 0,496 BSMIII_07 0,092 BSMGII_07
6 BSMII_07 1,00000 1,000 BSMII_07
7 BSMIII_07 1,00000 1,000 BSMIII_07
8 BSMIV_07 1,00000 1,000 BSMIV_07
9 BSMGII_07 1,00000 1,000 BSMGII_07
10 BSMGIII_07 0,99298 0,898 BSMGII_07 0,102 BPIII_07
11 BSMGIIII_07 0,96057 0,900 BSMGII_07 0,100 BPI_07
12 BSMGIIV_07 0,80945 0,793 BSMGII_07 0,207 BPIII_07
13 BPI_07 1,00000 1,000 BPI_07
14 BPII_07 1,00000 1,000 BPII_07

113
15 BPIII_07 1,00000 1,000 BPIII_07
16 BPIV_07 0,89026 0,087 BSMGII_07 0,913 BPIII_07
17 BJBI_07 0,92816 0,009 BMIIII_07 0,021 BSMGII_07 0,970 BPI_07
18 BJBII_07 0,95442 0,013 BMIIII_07 0,008 BSMGII_07 0,060 BPI_07 0,919 BPII_07
19 BJBIII_07 1,00000 1,000 BJBIII_07
20 BJBIV_07 0,94640 0,018 BMIIII_07 0,017 BSMGII_07 0,965 BPI_07

Model BCC Pendekatan Intermediasi Tahun 2007


Inputs Outputs
By. Persnlia Mudharabah
Fixed Asset Murabahah
DPK

Input-Oriented
Optimal
VRS Lambdas
DMU with
No. DMU Name Efficiency Benchmarks
1 BMII_07 1,00000 1,000 BMII_07
2 BMIII_07 1,00000 1,000 BMIII_07
3 BMIIII_07 1,00000 1,000 BMIIII_07
4 BMIIV_07 1,00000 1,000 BMIIV_07
5 BSMI_07 1,00000 1,000 BSMI_07
6 BSMII_07 1,00000 1,000 BSMII_07
7 BSMIII_07 0,96916 0,131 BMIIII_07 0,509 BSMII_07 0,361 BSMIV_07

114
8 BSMIV_07 1,00000 1,000 BSMIV_07
9 BSMGII_07 1,00000 1,000 BSMGII_07
10 BSMGIII_07 1,00000 1,000 BSMGIII_07
11 BSMGIIII_07 0,94668 0,962 BSMGIII_07 0,038 BPIV_07
12 BSMGIIV_07 0,85044 0,875 BSMGIII_07 0,100 BPIV_07 0,025 BJBIII_07
13 BPI_07 1,00000 1,000 BPI_07
14 BPII_07 1,00000 1,000 BPII_07
15 BPIII_07 1,00000 1,000 BPIII_07
16 BPIV_07 1,00000 1,000 BPIV_07
17 BJBI_07 1,00000 1,000 BJBI_07
18 BJBII_07 1,00000 1,000 BJBII_07
19 BJBIII_07 1,00000 1,000 BJBIII_07
20 BJBIV_07 0,86831 0,002 BMIIII_07 0,118 BPI_07 0,025 BPIII_07 0,854 BJBIII_07

115
Model BCC Pendekatan Produksi Tahun 2007
Inputs Outputs
By. Basil Pd. Oprs Ut
By. Persnlia Pd. Lain
By. Oprs Lain

Input-
Oriented
Optimal
VRS Lambdas
DMU with
No. DMU Name Efficiency Benchmarks
1 BMII_07 0,75200 0,271 BMIII_07 0,573 BSMGII_07 0,029 BPI_07 0,126 BPII_07
2 BMIII_07 1,00000 1,000 BMIII_07
3 BMIIII_07 0,88927 0,681 BMIII_07 0,230 BMIIV_07 0,089 BSMIII_07
4 BMIIV_07 1,00000 1,000 BMIIV_07
5 BSMI_07 0,72845 0,286 BMIII_07 0,028 BPII_07 0,687 BJBIV_07
6 BSMII_07 0,72018 0,664 BMIII_07 0,285 BPII_07 0,051 BJBIV_07
7 BSMIII_07 1,00000 1,000 BSMIII_07
8 BSMIV_07 1,00000 1,000 BSMIV_07
9 BSMGII_07 1,00000 1,000 BSMGII_07
10 BSMGIII_07 1,00000 1,000 BSMGIII_07
11 BSMGIIII_07 1,00000 1,000 BSMGIIII_07
12 BSMGIIV_07 1,00000 1,000 BSMGIIV_07
13 BPI_07 1,00000 1,000 BPI_07
14 BPII_07 1,00000 1,000 BPII_07
15 BPIII_07 0,78025 0,008 BSMIV_07 0,028 BSMGII_07 0,486 BPI_07 0,072 BPII_07 0,406 BJBI_07

116
16 BPIV_07 0,68744 0,019 BMIII_07 0,002 BSMIV_07 0,049 BSMGII_07 0,133 BPII_07 0,797 BJBI_07
17 BJBI_07 1,00000 1,000 BJBI_07
18 BJBII_07 0,98729 0,001 BSMIV_07 0,007 BPII_07 0,719 BJBI_07 0,272 BJBIV_07
19 BJBIII_07 0,99542 0,001 BSMIV_07 0,010 BPII_07 0,368 BJBI_07 0,621 BJBIV_07
20 BJBIV_07 1,00000 1,000 BJBIV_07

Model BCC Pendekatan Aset Tahun 2008


Inputs Outputs
Total Asset Mudharabah
Murabahah
Aktiva
Lancar

Input-Oriented
Optimal
VRS Lambdas
with
DMU No. DMU Name Efficiency Benchmarks
1 BMII_08 0,99918 0,552 BMIIII_08 0,263 BSMII_08 0,186 BJBI_08
2 BMIII_08 0,99343 0,870 BMIIII_08 0,013 BSMII_08 0,011 BSMIII_08 0,105 BSMGII_08
3 BMIIII_08 1,00000 1,000 BMIIII_08
4 BMIIV_08 0,98980 0,899 BMIIII_08 0,097 BSMII_08 0,003 BJBI_08
5 BSMI_08 0,98997 0,142 BMIIII_08 0,737 BSMII_08 0,066 BSMGII_08 0,056 BJBIV_08
6 BSMII_08 1,00000 1,000 BSMII_08
7 BSMIII_08 1,00000 1,000 BSMIII_08

117
8 BSMIV_08 1,00000 1,000 BSMIV_08
9 BSMGII_08 1,00000 1,000 BSMGII_08
10 BSMGIII_08 0,94856 0,022 BMIIII_08 0,700 BSMGII_08 0,279 BPIII_08
11 BSMGIIII_08 0,93184 0,011 BSMIII_08 0,778 BSMGII_08 0,211 BSMGIIV_08
12 BSMGIIV_08 1,00000 1,000 BSMGIIV_08
13 BPI_08 0,98023 0,167 BSMGII_08 0,046 BPIII_08 0,787 BJBII_08
14 BPII_08 0,97474 0,400 BSMGII_08 0,559 BJBI_08 0,040 BJBII_08
15 BPIII_08 1,00000 1,000 BPIII_08
16 BPIV_08 0,99582 0,008 BMIIII_08 0,011 BSMGII_08 0,981 BPIII_08 0,001 BJBIV_08
17 BJBI_08 1,00000 1,000 BJBI_08
18 BJBII_08 1,00000 1,000 BJBII_08
19 BJBIII_08 0,99385 0,024 BSMGII_08 0,087 BJBI_08 0,507 BJBII_08 0,381 BJBIV_08
20 BJBIV_08 1,00000 1,000 BJBIV_08

Model BCC Pendekatan Intermediasi Tahun 2008


Inputs Outputs
By. Persnlia Mudharabah
Fixed Asset Murabahah
DPK

Input-Oriented
Optimal
VRS Lambdas
with
DMU No. DMU Name Efficiency Benchmarks
1 BMII_08 1,00000 1,000 BMII_08

118
2 BMIII_08 1,00000 1,000 BMIII_08
3 BMIIII_08 1,00000 1,000 BMIIII_08
4 BMIIV_08 1,00000 1,000 BMIIV_08
5 BSMI_08 1,00000 1,000 BSMI_08
6 BSMII_08 1,00000 1,000 BSMII_08
7 BSMIII_08 1,00000 1,000 BSMIII_08
8 BSMIV_08 0,89455 0,951 BSMIII_08 0,049 BSMGIIV_08
9 BSMGII_08 1,00000 1,000 BSMGII_08
10 BSMGIII_08 0,91101 0,020 BMIIII_08 0,826 BSMGII_08 0,154 BJBIII_08
11 BSMGIIII_08 0,96215 0,011 BMIIII_08 0,518 BSMGII_08 0,379 BSMGIIV_08 0,091 BPIII_08
12 BSMGIIV_08 1,00000 1,000 BSMGIIV_08
13 BPI_08 1,00000 1,000 BPI_08
14 BPII_08 1,00000 1,000 BPII_08
15 BPIII_08 1,00000 1,000 BPIII_08
16 BPIV_08 1,00000 1,000 BPIV_08
17 BJBI_08 1,00000 1,000 BJBI_08
18 BJBII_08 1,00000 1,000 BJBII_08
19 BJBIII_08 1,00000 1,000 BJBIII_08
20 BJBIV_08 1,00000 1,000 BJBIV_08

119
Model BCC Pendekatan Produksi Tahun 2008
Inputs Outputs
By. Basil Pd. Oprs Ut
By. Persnlia Pd. Lain
By. Oprs Lain

Input-
Oriented
Optimal
VRS Lambdas
DMU with
No. DMU Name Efficiency Benchmarks
1 BMII_08 0,94718 0,035 BMIIV_08 0,346 BSMI_08 0,618 BPIV_08
2 BMIII_08 1,00000 1,000 BMIII_08
3 BMIIII_08 1,00000 1,000 BMIIII_08
4 BMIIV_08 1,00000 1,000 BMIIV_08
5 BSMI_08 1,00000 1,000 BSMI_08
6 BSMII_08 0,90978 0,052 BMIIII_08 0,360 BSMI_08 0,272 BSMIV_08 0,315 BPIV_08
7 BSMIII_08 1,00000 1,000 BSMIII_08
8 BSMIV_08 1,00000 1,000 BSMIV_08
9 BSMGII_08 0,85685 0,093 BSMI_08 0,628 BPI_08 0,279 BJBI_08
10 BSMGIII_08 0,78976 0,176 BSMI_08 0,129 BPIII_08 0,569 BJBII_08 0,126 BJBIII_08
11 BSMGIIII_08 0,78843 0,256 BSMI_08 0,121 BPIV_08 0,622 BJBIV_08
12 BSMGIIV_08 0,78709 0,466 BSMI_08 0,159 BPIV_08 0,375 BJBIV_08
13 BPI_08 1,00000 1,000 BPI_08

120
14 BPII_08 1,00000 1,000 BPII_08
15 BPIII_08 1,00000 1,000 BPIII_08
16 BPIV_08 1,00000 1,000 BPIV_08
17 BJBI_08 1,00000 1,000 BJBI_08
18 BJBII_08 1,00000 1,000 BJBII_08
19 BJBIII_08 1,00000 1,000 BJBIII_08
20 BJBIV_08 1,00000 1,000 BJBIV_08

Model BCC Pendekatan Aset Tahun 2009


Inputs Outputs
Total Asset Mudharabah
Murabahah
Aktiva
Lancar

Input-Oriented
Optimal
VRS Lambdas
DMU with
No. DMU Name Efficiency Benchmarks
1 BMII_09 1,00000 1,000 BMII_09
2 BMIII_09 1,00000 1,000 BMIII_09
3 BSMI_09 0,99413 0,937 BSMII_09 0,063 BPI_09
4 BSMII_09 1,00000 1,000 BSMII_09
5 BSMGII_09 1,00000 1,000 BSMGII_09
6 BSMGIII_09 1,00000 1,000 BSMGIII_09

121
7 BPI_09 1,00000 1,000 BPI_09
8 BPII_09 1,00000 1,000 BPII_09
9 BJBI_09 1,00000 1,000 BJBI_09
10 BJBII_09 0,87035 0,000 BMII_09 0,014 BPII_09 0,986 BJBI_09

Model BCC Pendekatan Intermediasi Tahun 2009


Inputs Outputs
By. Persnlia Mudharabah
Fixed Asset Murabahah
DPK

Input-Oriented
Optimal
VRS Lambdas
DMU with
No. DMU Name Efficiency Benchmarks
1 BMI_09 1,00000 1,000 BMI_09
2 BMII_09 1,00000 1,000 BMII_09
3 BSMI_09 1,00000 1,000 BSMI_09
4 BSMII_09 1,00000 1,000 BSMII_09
5 BSMGII_09 1,00000 1,000 BSMGII_09
6 BSMGIII_09 1,00000 1,000 BSMGIII_09
7 BPI_09 1,00000 1,000 BPI_09
8 BPII_09 1,00000 1,000 BPII_09
9 BJBI_09 1,00000 1,000 BJBI_09
10 BJBII_09 1,00000 1,000 BJBII_09

122
Model BCC Pendekatan Produksi Tahun 2009
Inputs Outputs
By. Basil Pd. Oprs Ut
By. Persnlia Pd. Lain
By. Oprs Lain

Input-Oriented
Optimal
VRS Lambdas
DMU with
No. DMU Name Efficiency Benchmarks
1 BMI_09 0,48713 0,236 BSMI_09 0,764 BPI_09
2 BMII_09 0,46745 0,523 BSMI_09 0,477 BPI_09
3 BSMI_09 1,00000 1,000 BSMI_09
4 BSMII_09 1,00000 1,000 BSMII_09
5 BSMGII_09 0,36236 0,085 BSMI_09 0,915 BJBI_09
6 BSMGIII_09 0,42642 0,206 BSMI_09 0,794 BJBI_09
7 BPI_09 1,00000 1,000 BPI_09
8 BPII_09 1,00000 1,000 BPII_10
9 BJBI_09 1,00000 1,000 BJBI_09
10 BJBII_09 1,00000 1,000 BJBII_10

123
Lampiran 8: Output Hasil Uji Regresi MET (Metode Efek Tetap)

REGRESI MET EFFISIENSI BCC PENDEKATAN ASSET BANK UMUM


Dependent Variable: EFF?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/29/10 Time: 04:33
Sample: 2006Q1 2009Q2
Included observations: 14
Cross-sections included: 3
Total pool (balanced) observations: 42

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PROF? -0.277789 0.672773 -0.412902 0.6824


INF? 3.968712 4.833511 0.821083 0.4177
SBI? -0.406822 1.132496 -0.359226 0.7218
MPWR? -9.470322 4.812344 -1.967923 0.0578
KAPT? -0.304036 0.633696 -0.479782 0.6346
GROWTH? 0.226580 0.147338 1.537817 0.1339
SIZE? 1.54E-05 4.90E-06 3.132030 0.0037
Fixed Effects (Cross)
_BMI--C -0.008641
_BSM--C -0.084250
_BSMGI--C 0.092891

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.439699 Mean dependent var 0.963677


Adjusted R-squared 0.282115 S.D. dependent var 0.043517
S.E. of regression 0.036872 Akaike info criterion -3.558499
Sum squared resid 0.043504 Schwarz criterion -3.144768
Log likelihood 84.72847 Hannan-Quinn criter. -3.406850
F-statistic 2.790244 Durbin-Watson stat 2.513449
Prob(F-statistic) 0.015519

REGRESI MET EFFISIENSI BCC PENDEKATAN ASSET UUS


Dependent Variable: EFF?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/26/10 Time: 10:49
Sample: 2006:1 2009:2
Included observations: 14
Number of cross-sections used: 2
Total panel (balanced) observations: 28
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PROF? -0.126044 0.796774 -0.158192 0.8760
INF? 0.959980 4.527637 0.212027 0.8343
SBI? 0.850163 1.093121 0.777740 0.4463
MPWR? 20.12713 4.694610 4.287286 0.0004
KAPT? -1.922672 0.731011 -2.630153 0.1165
GROWTH? 0.241996 0.132826 1.821897 0.0843

124
SIZE? -0.000103 3.03E-05 -3.390365 0.0031
Fixed Effects
_BP--C 0.782858
_BJB--C 0.738773
R-squared 0.698949 Mean dependent var 0.971186
Adjusted R-squared 0.572191 S.D. dependent var 0.044842
S.E. of regression 0.029330 Sum squared resid 0.016344
Log likelihood 64.51491 F-statistic 5.514031
Durbin-Watson stat 1.911288 Prob(F-statistic) 0.001084

REGRESI MET EFFISIENSI BCC PENDEKATAN INTERMEDIASI


BANK UMUM
Dependent Variable: EFF?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/26/10 Time: 10:51
Sample: 2006:1 2009:2
Included observations: 14
Number of cross-sections used: 3
Total panel (balanced) observations: 42
White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PROF? 0.365621 0.784110 0.466287 0.6442
INF? -6.652376 4.689808 -1.418475 0.1657
SBI? 1.101171 1.251292 0.880027 0.3854
MPWR? 9.351113 4.651686 2.010263 0.0529
KAPT? -0.750771 0.554117 -1.354896 0.1849
GROWTH? 0.359986 0.249855 1.440778 0.1594
SIZE? -1.09E-05 5.03E-06 -2.160166 0.0384
Fixed Effects
_BMI--C 0.944488
_BSM--C 0.957918
_BSMGI--C 0.814069
R-squared 0.479992 Mean dependent var 0.980198
Adjusted R-squared 0.333740 S.D. dependent var 0.046399
S.E. of regression 0.037873 Sum squared resid 0.045900
Log likelihood 83.60287 F-statistic 3.281945
Durbin-Watson stat 1.779551 Prob(F-statistic) 0.006128

REGRESI MET EFFISIENSI BCC PENDEKATAN INTERMEDIASI UUS


Dependent Variable: EFF?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/26/10 Time: 10:54
Sample: 2006:1 2009:2
Included observations: 14
Number of cross-sections used: 2
Total panel (balanced) observations: 28
White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PROF? -6.330143 2.718165 -2.328829 0.0311
INF? 22.75395 12.95862 1.755893 0.0952
SBI? -2.161608 2.465717 -0.876665 0.3916

125
MPWR? 2.195849 9.763484 0.224904 0.8245
KAPT? -1.187851 0.895933 -1.325826 0.2006
GROWTH? 0.222930 0.136973 1.627545 0.1201
SIZE? -1.02E-05 4.73E-05 -0.216065 0.8312
Fixed Effects
_BP--C 1.142231
_BJB--C 1.218480
R-squared 0.573015 Mean dependent var 0.976235
Adjusted R-squared 0.393232 S.D. dependent var 0.081743
S.E. of regression 0.063674 Sum squared resid 0.077034
Log likelihood 42.80975 F-statistic 3.187259
Durbin-Watson stat 2.188930 Prob(F-statistic) 0.018123

REGRESI MET EFFISIENSI BCC PENDEKATAN PRODUKSI BANK


UMUM
Dependent Variable: EFF?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/26/10 Time: 10:56
Sample: 2006:1 2009:2
Included observations: 14
Number of cross-sections used: 3
Total panel (unbalanced) observations: 41
White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PROF? 9.320049 2.697222 3.455425 0.0016
INF? 3.994112 15.63884 0.255397 0.8001
SBI? 2.591941 3.565440 0.726962 0.4727
MPWR? -28.18308 14.62531 -1.927007 0.0632
KAPT? -0.019386 1.957755 -0.009902 0.9922
GROWTH? 0.278860 0.338971 0.822667 0.4170
SIZE? 2.47E-05 1.56E-05 1.584298 0.1233
Fixed Effects
_BMI--C 0.761010
_BSM--C 0.821286
_BSMGI--C 0.819286
R-squared 0.527537 Mean dependent var 0.887939
Adjusted R-squared 0.390370 S.D. dependent var 0.178103
S.E. of regression 0.139060 Sum squared resid 0.599472
Log likelihood 28.44172 F-statistic 3.845950
Durbin-Watson stat 1.297817 Prob(F-statistic) 0.002343

126
REGRESI MET EFFISIENSI BCC PENDEKATAN PRODUKSI UUS
Dependent Variable: EFF?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/29/10 Time: 04:54
Sample: 2006Q1 2009Q2
Included observations: 14
Cross-sections included: 2
Total pool (balanced) observations: 28

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.291229 0.559471 2.307946 0.0324


PROF? 0.530961 3.155431 0.168269 0.8682
INF? 10.58963 17.93061 0.590590 0.5618
SBI? -3.103470 4.329040 -0.716896 0.4822
MPWR? -4.501055 18.59187 -0.242098 0.8113
KAPT? -1.984281 2.894994 -0.685418 0.5014
GROWTH? -0.556776 0.526027 -1.058456 0.3031
SIZE? 0.000179 0.000120 1.492438 0.1520
Fixed Effects (Cross)
_BP--C -0.070925
_BJB--C 0.070925

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.463612 Mean dependent var 0.940596


Adjusted R-squared 0.237764 S.D. dependent var 0.133041
S.E. of regression 0.116153 Akaike info criterion -1.212733
Sum squared resid 0.256337 Schwarz criterion -0.784524
Log likelihood 25.97826 Hannan-Quinn criter. -1.081825
F-statistic 2.052764 Durbin-Watson stat 2.156985
Prob(F-statistic) 0.094687

127

Anda mungkin juga menyukai