Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Penilaian Kelas”

Oleh:
Kelompok 16

Achmad Edi Sudirman (1729040036)


Imam Nur Ihsan (1529042029)
Kamila Basit (1829044005)

Dosen Pengampu:
Dr. Ruslan, M.Pd.
19631231 199003 1 028

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wata’ala yang Maha Pengasih


lagi Maha Panyayang, puja dan puji syukur dipanjatkan atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Penilaian Kelas”.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal, terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saran dan kritik diterima dengan
tangan terbuka dari pembaca agar makalah ini dapat diperbaiki.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Penilaian Kelas ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, September 2018

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3


A. Pengertian Penilaian Kelas...................................................................... 3
B. Fungsi dari Penilaian Kelas..................................................................... 3
C. Pengukuran dan Evaluasi ........................................................................ 4
D. Menggunakan teknology dalam pembelajaran dilihat dari
psikologi Pendidikan ............................................................................... 4

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 6


A. Kesimpulan ............................................................................................. 6
B. Saran ....................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shifty Landa, guru grade1 di H.F. Epstein Hebrew Academy di St. Louis,
Missouri, menggunakanpendekatan multiple inteligences dari Howard Gardner
(1983, 1993) dalam pengajaran di kelasnya.Gardner mengatakan bahwa tipe
inteligensi umum tidak hanya ada satu, tetapi setidaknya adadelapan tipe spesifik.
Landa (2000) percaya bahwa pendekatan multiple intelligences adalah cara
terbaik untuk mengajaranak sebab anak punya kemampuan yang berbeda-beda.
Dia mengatakan bahwa perannya sebagaiguru sekarang sangat berbeda dengan
beberapa tahun lalu. Dia tak lagi berdiri di depan kelasdan mengajari murid-
muridnya. Kini dia lebih bertindak sebagai fasilitator ketimbang scbagaipengatur
saat murid belajar di berbagai pusat belajar yang berhubungan dengan
kecerdasanyang berbeda. Murid berpartisipasi dalam kelompok belajar kooperatif
di pusat tersebut. Pusatbelajar itu menyediakan kesempatan bagi mereka untuk
mengembangkan inteligensi interpersonal mereka.
Murid menggunakan inteligensi tubuh-kinestetik untuk menyusun bentuk
huruf saat merekabelajar menulis. Mereka juga menggunakan inteligensi untuk
belajar mengucapkan vokal saatmereka belajar, dan mengucapkan huruf saat
mereka belajar menulis.
Landa percaya bahwa inteligensi intrapersonal adalah tipe inteligensi yang
paling banyak diabaikan dalam kelas tradisional. Dalam kelasnya, murid-murid
menyelesaikan sendiri lembar evaluasi diri setelah mereka menyelesaikan tugas di
beberapa pusat belajar. Murid juga membuatsebuah portofolio tempat mereka
mencatat hasil tugas mereka sehingga mereka bisa melihat kemajuannya.
Setelah dia mengimplementasikan pendekatan multiple intelligences ini di
kelasnya, Landa mengetahui bahwa dia perlu mendidik orang tua tentang
pendekatan ini. Dia membuat kelas pendidikan orang tua yang disebut “The
Parent-Teacher Connection”, yang bertemu tiga kali setahununtuk melihat video,
berbicara tentang multiple intelligences, dan mendiskusikan bagaimanapendekatan

1
itu digunakan dalam kelasnya. Dia juga mengirimkan newsletter setiap minggu
keorang tua, yang isinya memberi tahu mereka aktivitas multiple intelligences
mingguan dan kemajuan murid.
Dari cerita mengajar di atas, dapat diketahui bahwa inteligensi memiliki
peranan penting dalam kehidupan individu terutama dalam dunia pendidikan, oleh
karena itu di makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang konsep inteligensi serta
cara pengukurannya serta gaya belajar dan gaya berfikir individu yang
dipengaruhi oleh tempramen dan kepribadian individu tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk dan susunan konteks penilaian di dalam kelas?

2. Apa maksud dari penilaian alternatif?

3. Apa maksud dari grading dan pelaporan kinerja?

4. Bagaimana penggunaan komputer dalam penilaian kelas?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konteks penilaian dalam kelas
1. Penilaian sebagai bagian integral dari pengajaran
Pakar penilaian james Mcmilan (1997 ,2001) percaya bahwa
guru yang berkompeten sering mengevaluasi muridnya dalam
konteks tujuan pembelajaran dan mengadaptasi instruksinya sesuai
dengan evaluasi itu. Pandanglah integrasi instruksi dan penilaian dari
segitiga kerangka: pra-instruksi, selama instruksi, dan pasca-
instruksi.
a. Penilaian Pra-konstruksi
Penialaian ini di desain untuk menjawab pertanyaan:”Apa
keahlian matematika yang dapat ditunjukkan oleh murid saya?”
jika hasil penilitian anda menunjukkan bahwa murid kurang
pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan, anda bisa memberi
materi yang tak terlalu sulit bagi murid anda. Jika hasilnya sangat
baik, maka anda bisa menaikkan level instruksi anda. Tanpa
penilaian ini anda akan beresiko memiliki kelas yang
kebingungan (jika pengajaran anda terlalu tinggi levelnya) atau
membosankan (jika levelnya terlalu rendah).
b. Penilaian selama instruksi
Penilaian formatif adalah penilaian selama instruksi atau jalannya
pembelajaran, bukan setelah pembelajaran selesai. Observasi
anda secara terus menerus dan memantau proses belajar murid
saat mengajar akan membuat anda mengetahui apa yang harus
anda lakukan berikutnya. Penilaian selama instruksi membantu
anda menentukan pengajaran pada level yang menantang murid
dan memperluas cakrawala pemikiran mereka. Penilaian ini juga
membantu anda mendeteksi murid yang butuh perhatian
individual.
Pertanyaan lisan adalah aspek penting dari penilaian ini.
Beberapa guru mungkin mengajukan pertanyaan hingga 300
sampai 400 sehari, bukan hanya untuk menstimulasi pemikiran
dan penilitian murid, tetapi juga menilai level pengetahuan dan
keahlian mereka (Morgan & Saxton, 1991).
c. Penilaian pasca-instruksi
Penilaian sumatif (atau penilaian formal) adalah penilaian setelah
instruksi selesai, dengan tujuan mencatat kinerja murid. Penilaian
sesudah instruksi akan menghasilkan informasi tentang seberapa
baikkah murid anda dalam menguasai materi, apakah murid

3
sudah siap untuk pelajaran selanjutnya, grade apa yang harus
diberikan kepada meraka, komentar apa yang harus anda katakan
kepada orang tuanya, dana bagaimana anda harus menyesuaian
instuksi anda (McMilan, 2001).

2. Membuat penilaian kompatibel dengan pandangan pembelajaran dan


motivasi kontemporer
Penilaian memainkan peran penting dalam usaha, kegiatan dan
kinerja. Observasi informal anda dapat memberi informasi tentang
seberapa besar motivasi murid untuk mempelajari suatu mata
pelajaran. Jika anda mempunyai hubungan baik dengan murid,
pertanyaan lisan langsung dalam percakapan privat dapat
menghasilkan pendangan yang berguna tentang motivasi murid.
Penilaian yang menantang tetapi fair akan meningkatkan semangat
belajar murid. Penilaian yang terlalu sulit akan menurunkan rasa
penghargaan dirinya dan perasaan akan kecakapan dirinya, dan
menaikkan kecemasan mereka. Menilai murid dengan ukuran yang
terlalu mudah akan membosankan mereka dan tidak termotivasi
mereka untuk belajar lebih keras. Susan Brookhart (1997, 2002)
mengembangkan sebuah model cara penilaian kelas bisa membantu
meningkatkan motivasi . dia berpendapat bahwa setiap lingkungan
kelas murupakan tempat serangkaian penilaian terus berulang.

3. Menciptakan sasaran pembelajaran yang tepat dan jelas


Mengenai hubungan penilaian dengan pembelajaran dan motivasi
juga berarti penilaian harus mencakup penyusunan tujuan atau target
pembelajaran yang tepat dan jelas. Target pembelajaran terdiri dari
apa-apa yang harus diketahui oleh murid dan mampu dilakukan.
Tipe-tipe target pembelajaran (Stiggins & Conklin, 1992) :
a. Pengetahuan, pengetahuan memberi murid kemampuan untuk
menguasai pokok persoalan substansif.
b. Penalaran/pemikiran, dimana kita mendiskusikan pemikiran
seperti, pemecahan masalah, penalaran induktif dan deduktif,
pemikiran strategis, dan pemikiran kritis.
c. Produk, hasil kerja murid yang merupakan kemampuan murid
untuk menggunakan pengetahuan dan penalaran.
d. Perasaan, upaya membantu murid untuk mengembangkan
kesadaran emosional sendiri (seperti memahami penyebab
perasaan mereka), mengelola emosi (seperti menahan amarah),
membaca emosi (seperti menjadi pendengar yang baik), dan

4
mengelola hubungan (seperti kompeten dalam memecahkan
problem hubungan).

4. Membuat penilaian bermutu


Penilaian mencapai mutu level tinggi jika penilaian menghasilkan
informasi yang realibel, valid, dan berguna tentang kinerja murid
(Carey, 2001). Untuk itu diperlukan validitas dan reliabilitas untuk
akurasi dan inferensi atau kesimpulan guru.
Validitas adalah sejauh mana penilaian mengukur apa-apa yang
hendak diukur, juga mencakup seberapa akurat dan bergunakah
inferensi guru tentang penilaian tersebut. Inferensi adalah kesimpulan
yang diambil seseorang dari informasi. validitas validitas juga
memerlukan penggunaan jenis informasi yang benar untuk membuat
keputusan tentang murid, dana menilai apakah penilaian tersebut
sudah cukup representatif dan adil. Upaya menghubungkan instuksi
dan penilaian kelas telah memunculkan konsep validitas instruksional
yaitu penilaian merupakan sampel yang reasonable dari apa-apa yang
sebenarnya terjadi di kelas. Strategi penting untuk validitas di dalam
penilaian kelas adalah secara sistematis mengaitkan target
pembelajaran, isi, instruksi, dan penilaian (McMilan, 2001).
Reabilitas merupakan sebuah tes menghasilkan nilai yang
konsisten dan dapat direproduksi. Nilai yang reliabel adalah nilai
yang stabil, dependable, dan relatif bebas dari kesalahan pengukuran.
Konsisten tergantung pada situasi dalam pelaksanaan tes dan faktor
murid yang bervariasi dari satu tes ke tes lainnya (McMilan, 2001).
Reliabilitas bukanlah ketepatan informasi penilaian. Reliabilitas
adalah tentang penentuan seberapa konsistenkah penilaian itu
mengukur hal-hal yang akan diukur. Reliabilitas akan berkurang
akibat kesalahan dalam pengukuran. Murid mungkin mempunyai
pengetahuan dan keahlian yang cukup namun tidak bisa mengerjakan
tes secara konsisten pada beberapa tes dikarenakan sejumlah faktor.
Faktor-faktor internal antara lain kesehatan, motivasi, dan
kecemasan. Faktor eksternal antara lain petunjuk guru yang kurang
jelas, soal ambigu, sampel informasi yang buruk, dan penilaian
jawaban murid yang tidak efisien.
Keadilan. Penilaian dikatakan fair apabila semua murid
mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan menunjukkan
kemampuan dan pengetahuan mereka (Rearden, 2001; Yung, 2001).
Penilaian adalah adil jika guru membuat target pembelajaran yang
tepat, memberi pelajaran dan materi yang baik untuk mencapati

5
target tersebut, dan menggunakan penilaian yang merefleksikan
target, isi materi, dan instruksi.

B. Penilaian Alternatif
C.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang terkait
dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil
belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran
tertentu.Penilaian Kelas kemudahan guru dalam membuat keputusan
tentang kemajuan pembelajaran dalam menyelesaikan kumpulan informasi
secara sistematis, penilaiankelas memilki Dua tujuan penting lainnya.
Yaitu: a. peningkatan pembelajaran dan b. peningkatan motivasi.Dua dasar
penilaian yang berkaitan dengan penilaian: ukuran, kumpulan proses
informasi tentang pembelajaran dan evaluasi proses membuat keputusan
dasar pada ukuran.Menciptakan penilaian yang benar dan yang dapat
diandalkan di ruang kelasmu. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
meningkatkan kebenaran melalui perencanaan yang hati-hati untuk dinilai,
menggunakan penilaian alternatif untuk meningkatkan keabsyahan,
menggunakan portofolio dan pertunjukan penilaian untuk meningkatkan
pengaturan diri pelajar.

B. Saran
Sangat penting untuk memahami bagaimana penilaian dalam kelas
ini, maka disarankan untuk pendidik dan calon pendidik untuk memahami
lebih mendalam tentang penilaian kelas.

7
DAFTAR PUSTAKA

Council for Exceptional Children. (1998). CEC’s Comments on the Proposed Idea
Regulations, WashingtonDC.: Author.
Collins, M.(1996, Winter). The job outlook for ’96 grabs. Journal of Career
Planning, pp, 51-54
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. https://kbbi.web.id, diakses pada 18
September 2018
Mayer, John D., dkk. 2004. Emotional Intelligence. New York: Dude Publishing.
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Comer, J, P. (1988). Educating poor minoritory children. Scientific American,
259, 42-48.

Anda mungkin juga menyukai