Anda di halaman 1dari 41

Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Dalam listrik sendiri terdapat beberapa
hal yang mempengaruhi listrik itu sendiri, salah satunya adalah hambatan listri.
Hambatan listrik merupakan suatu hambatan pada rangkaian yang
nantinya dapat menghambat arus listrik yang mengalir. Semakin besar
hambatan yang mengalir pada suatu rangkaian, maka arus yang mengalir pada
rangkaian pun juga makin kecil Rangkaian Listrik adalah suatu hubungan
sumber listrik dengan alat-alat listrik lainnya yang mempunyai fungsi tertentu.
Berdasarkan susunan hubungan alat-alat listrik, maka rangkaian listrik tersusun
dengan tiga cara, yaitu: rangkaian seri, rangkaian paralel, dan rangkaian
campuran
Mengingat pentingnya dalam melakukan pengukuran terhadap rangkaian
maka perlu dilakukan pengukuran terhadap rangkaian seri paralel dan hubungan
rangkaian kombinasi.

B. Tujuan
1. Membuktikan bahwa tahanan seri (Rs) dapat dicari dengan rumus
Rs= R1+R2+R3+………+Rn
2. Membuktikan bahwa nilai tahanan parallel (Rp) dapat dicari dengan rumus
1/Rp= 1/R1 + 1/R2+ 1/R3 +……….+ 1/Rn
3. Menghitung nilai tahanan yang dihubungkan secara kombinasi berdasarkan
rumus Rs dan Rp.
4. Mementukan nilai tahanan pengganti pada hubung seri, parallel dan
kombinasi

1
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

BAB II
TEORI DASAR

Rangkaian Seri dan Paralel merupakan jenis-jenis rangkaian yang dipakai


untuk menyambungkan dua ataupun lebih komponen elektrik sehingga menjadi
satu kesatuan yang utuh. Bila dilihat dari cara penyusunannya, maka rangkaian
seri di susun dengan cara bersambung atau sejajar.
A. Hubungan Seri
Rangkaian seri terdiri dari dua atau lebih beban listrik yang
dihubungkan ke catu daya lewat satu rangkaian.
Rangkaian seri dapat berisi banyak beban listrik dalam satu rangkaian.
Contoh yang baik dari beberapa beban rangkaian dihubung seri adalah
lampu pohon Natal. ( kurang lebih 20 lampu dalam rangkaian seri ).
Dua buah elemen berada dalam susunan seri jika mereka hanya memiliki
sebuah titik utama yang tidak terhubung menuju elemen pembawa arus
pada suatu jaringan.
Karena semua elemen disusun seri, maka jaringan tersebut disebut
rangkaian seri. Dalam rangkaian seri, arus yang lewat sama besar pada
masing-masing elemen yang tersusun seri.

Gambar 2.1 Rangkaian hubungan seri


Untuk mengetahui hubungan antara besarnya masing-masing hambatan
dengan hambatan penggantinya dalam rangkaian tersebut dapat
menggunakan alat ukur voltmeter. Dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut

2
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Dari hukum Kirchoff II didapatkan:


E = I.R1 + I.R2 +I.R3
Dari hokum Ohm bahwa E = I.Rs
Sehingga persamaan diatas menjadi:
I.Rs = I( R1 + R2 +R3)
Jadi Rs = R1 + R2 +R3
Dari persamaan diatas terbukti bahwa tahan total dari rangkaian seri adalah
jumlah dari harga masing-masing tahanan atau dalam rumus umumya
dituliskan:
Rs = R1 + R2 +R3 ……..+ R
B. Hubungan paralel
Tahanan atau resistor yang dihubungkan secara paralel adalah jika semua
ujung kaki depan tahanan R1, R2, dan R3 disambungkan atau disimpulkan pada
satu titik dan semua ujung kaki belakangnya juga disambungkan atau disimpulkan
pada satu titik.

Gambar 2.2 Rangkaian hubungan paralel


Berdasarkan hukum Kirchoff maka besar arus:
E/Rp = E/R1 + E/R2 + E/R3
Sehingga
1/Rp = 1/R1 + 1/R2+ 1/R3
Atau dalam rumus umumnya adalah :
1/Rp = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 +……..+ 1/Rn

3
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Khusus untuk dua tahanan yang dihubungkan parallel dapat digunakan


rumus:
Rp =( R1× R2)/(R1 + R2)
3. Hubungan Kombinasi/campuran
Dalam hubungan kombinasi (campuran seri-paralel) besarnya
tahanan pengganti dapat dengan menggabungka rumus-rumus pada
hubungan seri paralel (bergantung susunan/ramgkaian). Sebagai salah
satu contoh adalah gambar 2/3 yang meru[pakan rangkaian dari 3 buah
tahanan yang dihubungkan secra kombinasi seri-paralel.

Gambar 2.3 Rangkaian Hubungan Kombinasi


Berdasarkan rumus-rumus seri-parael, maka:
RAB = R1 + R2×R3/R2+ R3

4
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan:
Tabel 3.1 alat dan bahan
No AlatdanKomponen Jumlah
1. Power Supply DC 10 V 1 Buah
2. Multimeter
- Voltmeter
4Buah
- Amperemeter(3)
- Ohm me ter
3. Resistor
- 1kΩ/ W 3Buah
- 2,2kΩ/ W 1 Buah
- 3,3kΩ/ W 1 Buah
- 330 Ω/ W 1 Buah
4. Saklar Tunggal 1 Buah
5. KabelPenghubung/jumper Secukupnya
6. PapanPercobaan 1 Buah

B. Gambar Rangkaian Percobaan


1. Gambar rangkaian hubungan seri

V1 V2 V3

A
R1 R2 R3

Gambar 3.1 Rangkaian hubungan seri

5
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

2. Gambar rangkaian hubungan paralel

A1
A2 A3

E R1 V1 R2 V2

Gambar 3.2 Rangkaian hubungan paralel


3. Gambar Rangkaian hubungan kombinasi
V2

A1 A2
R1 R2

V1 V3
E
A3
R3
Gambar 3.3 Rangkaian hubungan kombinasi

C. Prosedur Percobaan
1. Hubungan Seri
a. Meneliti semua peralatan/ komponen sebelum digunakan
b. Membuat rangkain seperti pada gambar 3.1
c. Melakukan pengukuran sesuai tabel 4.1
2. Hubungan Paralel
a. Mengubah rangkaian menjadi rangkaian seperti pada gambar 3.2
b. Melakukan pengukuran sesuai tabel 4.2
3. Hubungan Kombinasi
a. Mengubah rangkaian menjadi rangkaian seperti pada gambar 3.3
b. Melakukan pengukuran sesuai dengan tabel 4.3

6
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

D. Analisa Perhitungan
1. Hukum Ohm

V
R (1)
I

Keterangan :
I = kuat arus listrik (A)
V = beda potensial listrik (V)
R = tahanan (Ω)

2. Hukum Kirchoff I / Kirchoff’s Current Law


(2)
∑ 𝐼𝑖𝑛 = ∑ 𝐼𝑜𝑢𝑡

𝑅𝑡𝑜𝑡 (3)
𝐼𝑥 = 𝑥𝑖
𝑅𝑥

Keterangan :
∑ 𝐼𝑖𝑛 = Jumlah arus yang masuk (A)
∑ 𝐼𝑜𝑢𝑡= Jumlah arus yang keluar (A)
Rtot = Resistansi total (Ω)

7
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

3. Hukum Kirchoff II / Kirchoff’s Voltage Law


(4)
∑𝑉 = 0

𝑅𝑥 (5)
𝑉𝑥 = 𝑥𝐸
𝑅𝑥 + 𝑅𝑦 + 𝑅𝑧

Keterangan :
∑𝑉 = Jumlah tegangan (V)
E = Sumber tegangan (V)

4. % Error
𝑇−𝑀
% 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑥 100% (6)
𝑇

Keterangan :
% Error = persentase kesalahan
T = Theory / hasil perhitungan
M = Measurement/ hasil pengukuran

8
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

BAB IV
DATA DAN HASIL PERCOBAAN
A. Data Percobaan

1. Tabel 4.1 Percobaan 1


R(Ω) R(Ω) Tegangan (V) Arus I
NO
Menurut Kode Diukur V1 V2 V3 (mA)
R1 = 1k Ω 987 Ω
1 R2 = 1k Ω 990 Ω 2,93 V 2,92 V 2,93 V 3A
R3 = 1k Ω 991 Ω
R1 = 1k Ω 987 Ω
2 R2 = 2k2 Ω 2160 Ω 1,35 V 2,98 V 4,46 V 1,3 A
R3 = 3k3 Ω 3230 Ω

Gambar 4.1 Pengukuran Tegangan & Arus pada Hubungan Seri (a)

9
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Gambar 4.2 Pengukuran Tegangan & Arus pada Hubungan Seri (b)

2. Tabel 4.2 Percobaan 2


R(Ω) Tegangann
R(Ω) Arus (mA)
NO Menurut (V)
Diukur
Kode I1 I2 I3 V1 V2
R1 = 1k Ω 987 Ω
1 17,3 8,6 8,6 9,5 9,5
R2 = 1k Ω 990 Ω
R1 = 2k2 Ω 987 Ω
2 12,7 3,9 8,7 9 9
R2 = 1k Ω 2160 Ω
R1 = 3k3Ω 987 Ω
3 27,7 2,6 25,1 9 9
R2 = 330 Ω 330 Ω

Gambar 4.3 Pengukuran Tegangan & Arus pada Hubungan Paralel (a)

10
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Gambar 4.4 Pengukuran Tegangan & Arus pada Hubungan Paralel (b)

Gambar 4.5 Pengukuran Tegangan & Arus pada Hubungan Paralel (c)

3. Tabel 4.3 Percobaan 3


R(Ω) Arus I
R(Ω) Tegangan (V)
NO Menurut (mA)
Diukur
Kode V1 V2 V3 I1 I2 I3
R1 = 1k Ω 987 Ω
1 R2 = 1k Ω 990 Ω 6 3 3 6 3 3
R3 = 1k Ω 991 Ω
R1 = 1k Ω 987 Ω
2 R2 = 2k2 Ω 2160 Ω 3,94 5,2 5,2 4 2,3 1,7
R3 = 3k3 Ω 3230 Ω

11
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Gambar 4.6 Pengukuran Tegangan dan Arus pada Hubungan Kombinasi (a)

Gambar 4.7 Pengukuran Tegangan dan Arus pada Hubungan Kombinasi (b)

12
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

B. Grafik Percobaan

13
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

14
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

15
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

16
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

17
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

18
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

BAB V
PEMBAHASAN

A. Perhitungan secara Teori


1. Percobaan 1 (Hubungan Seri)
Diketahui :E = 10 V
a. R1 = 1k Ω
R2 = 1k Ω
R3 = 1k Ω
b. R1 = 1k Ω
R2 = 2k2 Ω
R3 = 3k3 Ω
Ditanyakan : V1, V2, V3, I = ...........?
Penyelesaian : a. RTot = R1 + R2 + R3
= 1k Ω + 1k Ω + 1k Ω
= 3k Ω
I = E / RTot
= 10 V / 3k Ω
= 3,33 mA
V1 = I . R1
= 3,33 mA . 1k Ω
= 3,3 V
Untuk V1 & V2 dapat ditemukan hasilnya
dengan menggunakan rumus persamaan
pada V1. Begitu pula pada bagian b. Untuk
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.1 atau
Gambar 5.1 & Gambar 5.2

19
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Tabel 5.1 Pengukuran Tegangan & Arus pada Hubungan Seri


R(Ω) Tegangan Hambatan (VR) Arus I
NO
Menurut Kode VR1 VR2 VR3 (mA)
R1 = 1k Ω
1 R2 = 1k Ω 3,3 3,3 3,3 3,3
R3 = 1k Ω
R1 = 1k Ω
2 R2 = 2k2 Ω 1,5 3,3 4,95 1,5
R3 = 3k3 Ω

Gambar 5.1 Pengukuran Tegangan & Arus pada Hubungan Seri (a)

Gambar 5.2 Pengukuran Tegangan & Arus pada Hubungan Seri (b)

20
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

2. Percobaan 2 (Hubungan Paralel)


Diketahui :E = 10 V
a. R1 = 1k Ω
R2 = 1k Ω
b. R1 = 1k Ω
R2 = 2k2 Ω
c. R1 = 3k3 Ω
R2 = 330 Ω
Ditanyakan : I1, I2, I3, VR1, VR2 = ...........?
Penyelesaian : a. 1/RTot = 1/R1 + 1/R2
1/RTot = 1/1k Ω + 1/1k Ω
1/RTot = 2k Ω
RTot = 1/2k Ω
I1 = E / RTot
= 10 V / 1/2k Ω
= 20 mA
I2 = E / R2
= 10 V / 1k Ω
= 10 mA
VR1= VR2 = E
= 10 V
Untuk I3 & V2 dapat ditemukan hasilnya
dengan menggunakan rumus persamaan
pada bagian (a). Begitu pula pada bagian
(b) dan (c). Untuk Hasilnya dapat dilihat
pada Tabel 5.2 atau Gambar 5.3 (a),
Gambar 5.4 (b) & Gambar 5.5 (c)

21
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Tabel 5.2 Pengukuran Tegangan dan Arus pada Hubungan Paralel


R(Ω) Tegangan Hambatan
R(Ω) Arus (mA)
NO Menurut (VR)
Diukur
Kode I1 I2 I3 VR1 VR2
R1 = 1k Ω 987 Ω
1 20 10 10 10 10
R2 = 1k Ω 990 Ω
R1 = 2k2 Ω 987 Ω
2 14,5 4,5 10 10 10
R2 = 1k Ω 2160 Ω
R1 = 3k3Ω 987 Ω
3 33,3 3 30,3 10 10
R2 = 330 Ω 330 Ω

Gambar 5.1 Rangkaian Hubungan Seri


B. Perbandingan Teori dan Praktek
Berisi tabel dan grafik perbandingan
C. Analisa Hasil Praktikum
Gambar 5.3 Pengukuran Tegangan dan Arus pada Hubungan Paralel (a)

Gambar 5.4 Pengukuran Tegangan dan Arus pada Hubungan Paralel (b)

22
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Gambar 5.5 Pengukuran Tegangan dan Arus pada Hubungan Paralel (c)

3. Percobaan 3 (Hubungan Kombinasi Seri – Paralel)


Diketahui :E = 10 V
a. R1 = 1k Ω
R2 = 1k Ω
R3 = 1k Ω
b. R1 = 1k Ω
R2 = 2k2 Ω
R2 = 3k3 Ω
Ditanyakan : I1, I2, I3, VR1, VR2, VR3 = ...........?
Penyelesaian : a. RP = R2 // R3
= 1k Ω // 1k Ω
= (1k Ω . 1k Ω) / (1k Ω + 1k Ω)
= 1k Ω / 2k Ω
= 1/2 k Ω
RTot = R1 + RP
= 1k Ω + 1/2 k Ω
= 1,5k Ω
I1 = E / RTot
= 10 V / 1,5k Ω
= 6,66 mA
VR1 = I1 . R1
= 6,66 mA . 1k Ω

23
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

= 6,66 V
VR2= VR3 = (RP / (RP + R1)) . E
= (1/2 k Ω / (1/2 k Ω + 1k Ω)) . 10V
= (1/2 k Ω / 1,5 k Ω) . 10 V
= 0,333 . 10 V
= 3,33 V
I2 = V2 / R2
=3,33 V. 1k Ω
= 3,33 mA
I3 = V2 / R3
=3,33 V. 1k Ω
= 3,33 mA
Untuk I1, I2, I3, VR1, VR2, VR3, pada
bagian (b) untuk mendapatkan hasilnya
dapat digunakan rumus yang sama dan
cara yang sama pada penyelesaian (a).
untuk hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.3
atau Gambar 5.6 (a), dan Gambar 5.7 (b).
Tabel 5.3 Pengukuran Tegangan dan Arus pada Hubungan Kombinasi
R(Ω) Arus I
R(Ω) Tegangan (V)
NO Menurut (mA)
Diukur
Kode V1 V2 V3 I1 I2 I3
R1 = 1k Ω 987 Ω
1 R2 = 1k Ω 990 Ω 6,6 3,3 3,3 6,6 3,3 3,3
R3 = 1k Ω 991 Ω
R1 = 1k Ω 987 Ω
2 R2 = 2k2 Ω 2160 Ω 4,31 5,6 5,6 4,31 2,54 1,69
R3 = 3k3 Ω 3230 Ω

24
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Gambar 5.6 Pengukuran Tegangan dan Arus pada Hubungan Kombinasi (a)

Gambar 5.7 Pengukuran Tegangan dan Arus pada Hubungan Kombinasi (b)

25
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

B.Perbandingan Teori dan Praktek


1. Percobaan 1 (Hubungan Seri)
Tegangan Hambatan pada Hubungan Seri berbeda dengan tegangan
hambatan yang lainnya akan tetapi arus yang dimiliki tiap hambatan pasti
sama. Dari percobaan 1 telah dilakukan praktek untuk mengukur
tegangan hambatan dan arus dengan berdasarkan teori yang ada, untuk
datanya dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Data Pengukuran Tegangan dan Arus berdasarkan teori dan praktek
Arus I
R(Ω) Tegangan (V)
(mA)
NO Menurut
M T
Kode M T
VR1 VR2 VR3 VR1 VR2 VR3
R1 = 1k Ω
1 R2 = 1k Ω 2,93 2,92 2,93 3,3 3,3 3,3 3 3,3
R3 = 1k Ω
R1 = 1k Ω
2 R2 = 2k2 Ω 1,35 2,98 4,46 1,5 3,3 4,95 1,3 1,5
R3 = 3k3 Ω

% Kesalahan (VR1) = ((T – M) / T ) . 100%


= ((3,3 – 2,93) / 3,3) . 100%
= (0,37 / 3,3) . 100%
= 0,1121 . 100%
= 11,21 %
Untuk Menentukan Persentase Kesalahan VR1, VR2, VR3, dan I rumus
dan penyelesaiannya sama dengan pnyelesaian VR1. Untuk data
persentase kesalahannya dapat dilihat pada Tabel 5.5 (VR1), Tabel 5.6
(VR2), Tabel 5.7 (VR3), dan Tabel 5.8 (I)

26
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Tabel 5.5 Persentase Kesalahan Tegangan Hambatan Hubungan Seri (VR1)


R(Ω)
Tegangan Hambatan VR1
NO Menurut % Kesalahan
Kode T M
R1 = 1k Ω
1 R2 = 1k Ω 3,3 2,93 11,21 %
R3 = 1k Ω
R1 = 1k Ω
2 R2 = 2k2 Ω 1,5 1,35 10 %
R3 = 3k3 Ω

Tabel 5.6 Persentase Kesalahan Tegangan Hambatan Hubungan Seri (VR2)


R(Ω)
Tegangan Hambatan VR2
NO Menurut % Kesalahan
Kode T M
R1 = 1k Ω
1 R2 = 1k Ω 3,3 2,92 11,51 %
R3 = 1k Ω
R1 = 1k Ω
2 R2 = 2k2 Ω 3,3 2,98 9,69 %
R3 = 3k3 Ω

27
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Tabel 5.7 Persentase Kesalahan Tegangan Hambatan Hubungan Seri (VR3)


R(Ω)
Tegangan Hambatan VR3
NO Menurut % Kesalahan
Kode T M
R1 = 1k Ω
1 R2 = 1k Ω 3,3 2,93 11,21 %
R3 = 1k Ω
R1 = 1k Ω
2 R2 = 2k2 Ω 4,95 4,46 9,89 %
R3 = 3k3 Ω

Tabel 5.8 Persentase Kesalahan Arus I Hubungan Seri (mA)


R(Ω)
Arus I (mA)
NO Menurut % Kesalahan
Kode T M
R1 = 1k Ω
1 R2 = 1k Ω 3,3 3 9,09 %
R3 = 1k Ω
R1 = 1k Ω
2 R2 = 2k2 Ω 1,5 1,3 13,33 %
R3 = 3k3 Ω

28
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

2. Percobaan 2 (Hubungan Paralel)


Tegangan Hambatan pada Hubungan Paralel sama dengan tegangan
hambatan yang lainnya akan tetapi arus yang berlaku ialah arus masuk =
arus keluar (Hk. Kirchooff I). Dari percobaan 2 telah dilakukan praktek
untuk mengukur tegangan hambatan dan arus dengan berdasarkan teori
yang ada, untuk datanya dapat dilihat pada Tabel 5.9
Tabel 5.9 Data Pengukuran Tegangan dan Arus berdasarkan teori dan praktek
Hubungan Paralel

Tegangan Hambatan
R(Ω) Arus (mA)
(VR)
NO Menurut
T M T M
Kode
I1 I2 I3 I1 I2 I3 VR1 VR2 VR1 VR2
R1 = 1k Ω
1 20 10 10 17,3 8,6 8,6 10 10 9,5 9,5
R2 = 1k Ω
R1 = 2k2 Ω
2 14,5 4,5 10 12,7 3,9 8,7 10 10 9 9
R2 = 1k Ω
R1 = 3k3Ω
3 33,3 3 30,3 27,7 2,6 25,1 10 10 9 9
R2 = 330 Ω

% Kesalahan (I1) = ((T – M) / T ) . 100%


= ((20 – 17,3) / 20) . 100%
= (2,7 / 20) . 100%
= 0,135 . 100%
= 13,5 %
Untuk Menentukan Persentase Kesalahan I1, I2, I3, dan VR1 = VR2 rumus
dan penyelesaiannya sama dengan pnyelesaian I1. Untuk data persentase
kesalahannya dapat dilihat pada Tabel 5.10 (I1), Tabel 5.11 (I2), Tabel
5.12 (I3), dan Tabel 5.13 (VR1 = VR2)

29
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Tabel 5.10 Persentase Kesalahan Arus I1 Hubungan Paralel (mA)


R(Ω)
Arus (mA) I1
NO Menurut % Kesalahan
Kode T M
R1 = 1k Ω
1 20 17,3 13,5 %
R2 = 1k Ω
R1 = 2k2 Ω
2 14,5 12,7 12,41 %
R2 = 1k Ω
R1 = 3k3Ω
3 33,3 27,7 16,81 %
R2 = 330 Ω

Tabel 5.11 Persentase Kesalahan Arus I2 Hubungan Paralel (mA)


R(Ω)
Arus (mA) I2
NO Menurut % Kesalahan
Kode T M
R1 = 1k Ω
1 10 8,6 14 %
R2 = 1k Ω
R1 = 2k2 Ω
2 4,5 3,9 13,33 %
R2 = 1k Ω
R1 = 3k3Ω
3 3 2,6 13,33 %
R2 = 330 Ω

30
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Tabel 5.12 Persentase Kesalahan Arus I3 Hubungan Paralel (mA)


R(Ω)
Arus (mA) I3
NO Menurut % Kesalahan
Kode T M
R1 = 1k Ω
1 10 8,6 14 %
R2 = 1k Ω
R1 = 2k2 Ω
2 10 8,7 13 %
R2 = 1k Ω
R1 = 3k3Ω
3 30,30 25,1 17,16 %
R2 = 330 Ω

Tabel 5.13 Persentase Kesalahan Tegangan Hambatan Hubungan Paralel (VR1 = VR2)
R(Ω)
Tegangan Hambatan VR1 = VR2
NO Menurut % Kesalahan
Kode T M
R1 = 1k Ω
1 10 9,5 5%
R2 = 1k Ω
R1 = 2k2 Ω
2 10 9 10 %
R2 = 1k Ω
R1 = 3k3Ω
10 9 10 %
R2 = 330 Ω

31
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

3. Percobaan 3 (Hubungan Kombinasi Seri – Paralel)


Tegangan Hambatan R2 = Tegangan Hambatan R3 pada Hubungan
Paralel namun tegangan hambatan R1 berbeda dengan tegangan
hambatan yang lainnya akan tetapi arus yang berlaku ialah arus masuk =
arus keluar (Hk. Kirchooff I). Dari percobaan 3 telah dilakukan praktek
untuk mengukur tegangan hambatan dan arus dengan berdasarkan teori
yang ada, untuk datanya dapat dilihat pada Tabel 5.14
Tabel 5.14 Data Pengukuran Tegangan dan Arus berdasarkan teori dan praktek
R(Ω) Tegangan Hambatan (VR) Arus I (mA)
NO Menurut T M T M
Kode V1 V2 V3 V1 V2 V3 I1 I2 I3 I1 I2 I3
R1 = 1k Ω
1 R2 = 1k Ω 6,6 3,3 3,3 6 3 3 6,6 3,3 3,3 6 3 3
R3 = 1k Ω
R1 = 1k Ω
2 R2 = 2k2 Ω 4,31 5,6 5,6 3,94 5,2 5,2 4,31 2,54 1,69 4 2,3 1,7
R3 = 3k3 Ω

% Kesalahan (VR1) = ((T – M) / T ) . 100%


= ((6,6 – 6) / 6,6) . 100%
= (0,6 / 6,6) . 100%
= 0,0909 . 100%
= 9,09 %
Untuk Menentukan Persentase Kesalahan, VR1, VR2 = VR3, I1, I2, dan I3
rumus dan penyelesaiannya sama dengan penyelesaian VR1. Untuk data
persentase kesalahannya dapat dilihat pada Tabel 5.15 (VR1), Tabel 5.16
(VR2 = VR3), Tabel 5.17 (I1), Tabel 5.18 (I2), dan Tabel 5.19 (I3).

32
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Tabel 5.15 Persentase Kesalahan Tegangan Hambatan (VR1)


R(Ω)
Tegangan Hambatan VR1
NO Menurut % Kesalahan
Kode T M
R1 = 1k Ω
1 R2 = 1k Ω 6,6 6 9,09 %
R3 = 1k Ω
R1 = 1k Ω
2 R2 = 2k2 Ω 4,31 3,94 8,58 %
R3 = 3k3 Ω

Tabel 5.16 Persentase Kesalahan Tegangan Hambatan (VR2 = VR3)


R(Ω)
Tegangan Hambatan VR2 = VR3
NO Menurut % Kesalahan
Kode T M
R1 = 1k Ω
1 R2 = 1k Ω 3,3 3 9,09 %
R3 = 1k Ω
R1 = 1k Ω
2 R2 = 2k2 Ω 5,6 5,2 7,14 %
R3 = 3k3 Ω

33
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Tabel 5.17 Persentase Kesalahan Arus I1 (mA)


R(Ω)
Arus I1 (mA)
NO Menurut % Kesalahan
Kode T M
R1 = 1k Ω
1 R2 = 1k Ω 6,6 6 9,09 %
R3 = 1k Ω
R1 = 1k Ω
2 R2 = 2k2 Ω 4,31 4 7,19 %
R3 = 3k3 Ω

Tabel 5.18 Persentase Kesalahan Arus I2 (mA)


R(Ω)
Arus I2 (mA)
NO Menurut % Kesalahan
Kode T M
R1 = 1k Ω
1 R2 = 1k Ω 3,3 3 9,09 %
R3 = 1k Ω
R1 = 1k Ω
2 R2 = 2k2 Ω 2,54 2,3 9,44 %
R3 = 3k3 Ω

34
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Tabel 5.19 Persentase Kesalahan Arus I3 (mA)


R(Ω)
Arus I3 (mA)
NO Menurut % Kesalahan
Kode T M
R1 = 1k Ω
1 R2 = 1k Ω 3,3 3 9,09 %
R3 = 1k Ω
R1 = 1k Ω
2 R2 = 2k2 Ω 1,69 1,7 -1%
R3 = 3k3 Ω

C.Analisa Praktikum
1. Dari data persentase kesalahan yang sangat besar atau perbandingan antara
Measurement/ Percobaan dan Teori sangatlah berbeda, mungkin dikarenakan
kesalahan sistematis seperti resistor-resistor yang telah diukur resistansinya
walaupun perbedaannya kecil dengan nilai resistor aslinya namun hal inilah
yang dapat mempengaruhi besarnya niali persentase kesalahan.
2. Penyebab persentase kesalahan yang besar adalah pada penyetelan atau
penyesuaian Sumber DC (E = 10 V) itu tidak mencapai sesuai target yang
tadi, sehingga dimana E < 10 V membuat tegangan hambatan dan arus yang
diukur nilainya berada dibawah dari nilai teorinya.
3. Dengan adanya satu multimeter Analog dapat menimbulkan kesalahan umum
dimana kesalahan praktikan salah membaca penunjukan jarum pada skala.
Adapun dari multimeter digital angka penting yang tertera tidak diterpkan
dalam pembacaannya sehingga perhitungan pada Measurement (M) akan
menghasilkan data yang berbeda dari perhitungan secara teori (T).

35
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

BAB VI
JAWABAN PERTANYAAN

1. Dari hasil percobaan saudara, tunjukkan bahwa hubungan seri suatu


tahanan merupakan penjumlahan dari tahanan-tahanan
2. Sesuaikanlah percobaan rangkaian gambar 3.2. yang telah saudara
lakukan dengan teori? Jelaskan!
3. Pada percobaan rangkaian gambar 3.3., bandingkan hasil pengukuran
antara VR2 dan VR3
4. Ada 7 buah tahanan masing-masing 3 x 18 Ω ; 2 x 10 Ω ; 2 x 1 Ω
rangkailah tahanan tersebut agar diperoleh tahanan 13 Ω
5. Tentukan nilai tahanan total pada rangkaian ini !
R1 = R2 = R3 = R4 = R5 = 18 Ω

Gambar 6.1 Kombinasi Tahanan

36
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

Jawaban Tugas dan Pertanyaan :


1 Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pada suatu tahanan
yang disusun secara seri. Tahanan totalnya merupakan penjumlahan
dari tahanan-tahanannya, berdasarkan pada percobaan 3.1 yang telah
kami lakukan dimana hasilnya sama dengan nilai tiap hambatan yang
dijumlahkan.
2 Ya sesuai, berdasarkan hasil pengukuran praktek kami dengan hasil
perhitungan secara teori tidak berbeda jauh, perbedaannya ini hanya
diakibatkan oleh kesalahan acak.
3 Pada percobaan rangkaian 3.3, besarnya nilai VR2 sama dengan
besarnya nilai VR3, karena R2 dan R3 pada rangkaian tersebut di
rangkai secara paralel dimana nilai tegangan pada rangkaian paralel
besarnya sama.
4 Rangkaiannya adalah sebagai berikut

Gambar 6.2 Kombinasi Tahanan dengan nilai resistornya

5 Nilai tahanan total pada rangkaiannya adalah


1 1 1 1 1 1 1 1
= + + → Rp = 18+ 18 + 18
Rp R1 R2 R3
18
Rp = = 6Ω
3

RTOTAL = R4 + R5 + RP
= 18 + 6+ 18 = 42 Ω

37
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dengan selesainya penulisan laporan ini dapat disimpulkan
beberapa hal-hal yang terkait dengan praktikum hubungan seri,
paralel, dan kombinasi (seri – paralel) :
1. Dari hasil praktik dapat disimpulkan bahwa hambatan seri atau
hambatan total adalah jumlah seluruh hambatan yang ada pada
rangkaian seri dikarenakan ujung ujung kaki resistor tidak
ketemu (tidak paralel) akan tetapi resistor-resitor yang ada
membentuk deretan sehingga rumusnya ialah
Rs=R1+R2+R3+………+Rn
2. Pada hubungan paralel, resistor resistor yang ada pada
hubungan paralel memebentuk sejajar dimana kaki-kaki
resistor yang lain saling ketemu sehingga membentuk paralel,
dari hasil praktikum berdasrkan teori ataupun pecobaan untuk
membuktikan bahwa nilai tahanan parallel (Rp) dapat dicari
dengan rumus1/Rp= 1/R1 + 1/R2+ 1/R3 +……….+ 1/Rn
3. Berdasarkan percobaan ke-3 ialah hubungan kombinasi dimana
rangkaian yang didalamnya terdapat hubungan seri dan paralel
dimana tahanannya baik seri maupun tahanan paralel sama
dengan kesimpulan pada poin 1 dan 2 dari hasil praktikum
berdasrkan teori ataupun pecobaan untuk menghitung nilai
tahanan yang dihubungkan secara kombinasi berdasarkan
rumus Rs dan Rp.

38
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

B. Saran
a. Sebaiknya membaca dan memahami deskripsi percobaan
sebelum melakukan percobaan di dalam laboratorium agar
segala sesuatu yang dapat mendukung terlaksananya praktikum
berjalan dengan efektif.
b. Setelah mengambil alat dan komponen untuk pengukuran di
teknisi sebaiknya diperiksa terlebih dahulu konektivitas kabel
dan mengetes komponennya.
c. Sebelum melakukan suatu pengukuran sebaiknya melakukan
kalibrasi atau tera ulang terlebih dahulu pada alat ukur yang
akan digunakan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang
presisi.
d. Setelah merangkai komponen alat ukur sebaiknya meminta
dosen pembimbing memeriksa rangkaian sebelum power supply
dinyalakan agar terhindar dari bahaya kecerobohan ketika
merangkai.

39
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/.../Rangkaian_seri_dan_paralel

https://www.google.co.id/search?laporan_praktikum_rangkaian_seri_paralel_dan
_kombinasi

www.slideshare.net/.../makalah-rangkaian-listrik-seri-parelel

_ _ _ _. 2016. Jobsheet Laboratorium Pengukuran Dasar. Makassar: Politeknik


Negeri Ujung Pandang

40
Laboratorium Pengukuran Dasar Listrik

LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1.
Dst........

41

Anda mungkin juga menyukai