Hipertensi
Hipertensi
DENGAN HIPERTENSI
KELOMPOK 2 :
1. Apriliana Pameda (13059)
2. Astri Milani (13060)
3. Bangun Nugraha (13061)
4. Deni Estu Utami (13013)
5. Desi Mustikasari (13014)
6. Della Octavia (13064)
7. Diyan Malasari (13018)
I. PENGERTIAN
Menurut WHO (1999), tekanan darah yang berada di atas 160/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. (Rahardjo,2001)
The Sixth Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1997)
mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang dalam
pengobatan antihipertensi. (Susalit, 2001)
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.
(Smeltzer,2001)
II. KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : hipertensi dimana tekanan
sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan/atau tekanan diastolik sama
atau lebih besar dari 90 mmHg dan hipertensi sistolik terisolasi lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.(Darmojo,
1999).
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC VI)
sebagai berikut : (Rahardjo, 2000)
III. ETIOLOGI
Prevalensi hipertensi bertambah degan bertambahnya usia. (Darmojo,
1999). Penyebab hipertensi diantaranya karena faktor keturunan, ciri dari
perseorangan serta kebiasaan hidup seseorang. Seseorang memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya
adalah penderita hipertensi. Sedangkan ciri perseorangan yang berupa umur,
jenis kelamin dan ras juga mempengaruhi timbulnya hipertensi. Umur yang
bertambah menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah
pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Ras kulit hitam hampir dua
kali lebih banyak dibanding dengan orang kulit putih. Kebiasaan hidup
seseorang dengan konsumsi garam tinggi, kegemukan atau makan berlebihan,
stres atau ketegangan jiwa, kebiasaan merokok, minum alkohol dan obat-
obatan akan memicu terjadinya hipertensi. (lany, 2001). Dapat dikatakan
kebiasaan yang buruk akan memperberat resiko terjadinya hipertensi.
Pada Usia lanjut, penyebab perubahan tekanan darah adalah karena
adanya ateroslerosis, hilangnya elastisitas pembuluh darah, menurunnya
distensi dan daya regang pembuluh darah.
IV. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
V.PATHWAY
PATHWAY HIPERTENSI
ETIOLOGI
Hipertensi
Gangguan sirkulasi
Suplai darah ke
Gejala lemas akut otak berkurang Ketidakseimbang Potensi Na +
an antara suplai H2O
O2 dan kebutuhan
Pusing, mata tubuh
Koping individu berkunang, Volume intra
tidak efektif pucat, mual, vaskuler
muntah meningkat
Penebalan pada
pembuluh darah
Resiko tinggi Lelah, lesu
terhadap lemah aktivitas
kerusakan berkurang
perfusi jaringan Vasokan
Gaya hidup tion
yang monoton
Tekanan perifer
Intoleransi meningkat
aktifitas
Kelebihan
intake nutrisi
Preloat
meningkat
Penurunan
cardio output Sesak, tachicardi
gemetar
Referensi :
- Prince, Sylvia Anderson (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
- Sidobutar, et all (1992). Penyakit Ginjal dan Hipertensi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
- Soeparman. (1992). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Penerbit Fakultas
Kedokteran UI. Jakarta.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. BUN : memebrikan informasi tentang perfusi ginjal
2. Glukosa : hiperglikemi dapat diakibatkan oleh peningkatan
katekolamin
3. Kalium serum : hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama
4. Kalsium serum : peningkatan dapat menyebabkan hipertensi
5. Kolesterol dan trigliserid serum : peningkatan dapat membentuk
adanya plak ateromatosa
6. pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
7. kadar aldosteron urin/serum : mengkaji aldosteronisme primer
8. urinalisa : mengisyaratkan disfungsi ginjal
9. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
10. steroid urin : mengindikasikan hiperadrenalisme
11. IVP : mengetahui penyebab hieprtensi
12. Foto dada : menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub,
perbesaran jantung
13. CT skan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati
14. EKG : perbesaran jantung gangguan konduksi (Smeltzer, 2001)
VI. PENATALAKSANAAN
a). Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup
Pengurangan asupan garam serta upaya penurunan berat badan
merupakan langkah awal pengobatan hipertensi. Pembatasan asupan garam
sampai 60 mmol/hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan.
Akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat
dan akan mempengaruhi kebiasaan makan pasien secara drastis. Pada
beberapa penyelidikan didapatkan bahwa diet rendah lemak jenuh dapat
mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler. Dengan melakukan aktivitas fisik
yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer sehingga dapat menurunkan
tekanan darah.
Perubahan gaya hidup lain ialah menghindari faktor resiko seperti
merokok, minum alkohol, hiperlipidemia, stres. Merokok dapat
meningkatkan tekanan darah, alkohol diketahui dapat meningkatkan tekanan
darah sehingga menghindari alkohol berarti menghindari kemungkinan
mendapat hipertensi. Relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem saraf autonom dengan kemungkinan dapat pula
menurunkan tekanan darah.
b). Penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensi
Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan
beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya
kerusakan organ target dan terdapatnya manifetasi klinis penyakit
kardiovaskuler atau faktor resiko lain. Apabila penderita hipertensi ringan
berada dalam risiko tinggi(pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya
menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139
mmHg maka perlu dimulai terapi obat-obatan. (Smeltzer,2001)
Jenis-jenis obat hipertensi yaitu sebagai berikut :
i). Diuretik
Cara kerja obat ini yaitu dengan meningkatkan volume air seni dan
pengeluaran Natrium (garam) melalui air seni tersebut. Obat golongan
diuretik yang lazim diberikan adalah tiazid. Efek samping terjadinya penyakit
“gout” dan kadar gula pada DM sedikit meningkat.
ii). Beta Bloker
Bekerja dengan menghambat kerja hormon stres yaitu adrenalin terhadap
jantung dan pembuluh darah. Efek samping rasa lelah dan lesu, kaki lemah
dan tangan (kaki) terasa dingin. Yang termasuk yaitu asebutolol, alprenolol,
propanolol, timolol, pindolol,dll.
iii). Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium bekerja dngan cara mengurangi jumlah kalsium yang
masuk ke sel otot dinding pembuluh darah dan jantung serta mengurangi
ketegangan otot. Berkurangnya tegangan otot ini mengakibatkan tekanan
darah turun. Efek samping adalah sakit kepala, muka merah dan
pembengkakan pergelangan kaki. Golongan obat ini seperti nifedipine,
diltiazim, verapamil, amlodipin, felodipin dan nikardipin.
iv). Penghambat enzim konversi Angiotensin (Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor atau ACE Inhibitor)
ACE inhibitor menghambat substansi yang dihasilkan ginjal, yang bertugas
menyempitkan arteri kecil. Efek samping : terjadi penurunan tekanan darah
yang drastis, gangguan pengecap dan batuk yang menggelitik. contoh
losartan, valsartan dan irbesartan.
v). Vasodilator
Bekerja dengan melebarkan arteri secara langsung. Efek samping dari
vasodilator sedikit meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan
pembengkakan pergelangan kaki. Yang temasuk golongan ini adalah
doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diazosid dan sodium
nitroprusid.
vi). Golongan penghambat simpatetik
Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor
otak seperti pada pemerian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf
perifer seperti reserpin dan guanetidine.(Susalit, 2001)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan
warna kulit, suhu dingin
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
faktor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang,
pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan / Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6. Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut sakit
kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum,
riwayat merokok
Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi napas tambahan, sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
10. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala : Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Curah jantung, penurunan, resti, terhadap.
Berhubungan dengan : Peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia
myokardia, hypertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler,
2. Intoleran aktifitas
Berhubungan dengan : kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2
3. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan : peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
4. Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan: Masukan berlebihan sehubungan dengan
metabolic, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
5. Koping individual, inefektif berhubungan dengan : Krisis
situasional/diaturasional, Perubahan hidup beragam, Relaksasi tidak
adekuat, System pendukung tidak adekuat, Persepsi tidak realistic,
Sedikit atau tidak pernah olahraga, Nutrisi buruk, Harapan yang tidak
terpenuhi, Kerja tidak berlebihan, Metode koping tidak efektif.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi rencana
pengobatan berhubungan dengan : Kurang pengetahuan/daya ingat,
Misinterpretasi informasi, Keterbatasan kopnitif, Menyangkal diagnosa
C. INTERVENSI
NO. TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
DX HASIL
Tujuan:
2. Berpartisipasi dalam a) Kaji respon pasien a) Menyebutkan
aktifitas yang terhadap aktifitas parameter
diinginkan/diperlukan. frekuensi nadi, membantu dalam
Melaporkan peningkatan peningkatan tekanan mengkaji respon
dalam toleransi aktifitas darah yang nyata fisiologis stress
yang dapat diukur. selama/sesudah terhadap aktifitas
Menunjukkan penurunan aktifitas. dan bila ada
dalam tanda-tanda toleransi b) Instruksikan tehnik merupakan
fisiologis. penghematan energi indicator dari
(menggunakan kursi kelebihan kerja
saat mandi, duduk, yang berkaitan
menyisir rambut dengan tingkat
atau menyikat gigi, aktifitas.
lakukan aktifitas b) Dapat mengurangi
dengan perlahan). penggunaan energi
c) Berikan dorongan dan membantu
untuk melakukan keseimbangan
aktifitas/perawatan antara suplai antara
diri bertahap jika suplai dan
dapat ditoleransi. kebutuhan O2.
Berikan bantuan c) Kemajuan aktifitas
sesuai kebutuhan. bertahap mencegah
penurunan kerja
jantung tiba.
Tujuan:
3. melaporkan a) Mempertahankan a) Meminimalkan
nyeri/ketidaknyamanan tirah baring selama stimulasi atau
hilang/tidak terkontrol fase akut. menurunkan
Mengungkapkan metode yang b) Berikan kompres relaksasi.
memberikan pengurangan dingin pada dahi, b) Menurunkan tekanan
pijat punggung, vaskuler serebral dan
dan leher, tenang, yang memperlambat/
redupkan lampu memblok respon
kamar, tehnik simpatis efektif
relaksasi. dalam
c) Hilangnya/minimal menghilangkan sakit
kan aktifitas kepala dan
vasokonstriksi komplikasi.
yang dapat c) Menyebabkan sakit
menurunkan dan kepala pada adanya
sakit kepala, tekanan vaskuler
misalnya: batuk serebral karena
panjang, mengejan aktifitas yang
saat BAB, dan lain- meningkatkan
lain. vaskonotraksi.
d) Bantu pasien dalam
ambulasi sesuai
kebutuhan. d) Pusing dan
e) Berikan cairan, pengelihatan kabur
makanan lunak, sering berhubungan
perawatan mulut dengan sakit kepala.
yang teratur bila e) Menaikkan
terjadi perdarahan kenyamanan
hidung atau kompres hidung
kompres di hidung dapat mengganggu
telah dilakukan menelan atau
untuk membutuhkan nafas
menghentikan dengan mulut,
perdarahan. menimbulkan
f) Kolaborasi dalam stagnasi sekresi oral
pemberian dan mengeringkan
analgesic dan mukosa.
antiancietas. f) Dapat mengurangi
tegangan dan
ketidaknyamanan
yang diperbuat oleh
stress.
DAFTAR PUSTAKA
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III,
diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Darmojo, R. Boedhi. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ), Balai
penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, jakarta, 1999.
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit
Kanisius, 2001
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com,
2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?,
Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta,
Penerbit Arcan, 1996
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis
dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998