Anda di halaman 1dari 3

UJIAN TENGAH SEMESTER

KARAWITAN

Oleh:

Rosyida (16/394715/SA/18241)

Bahasa dan Kebudayaan Korea

Alat musik merupakan benda yang tidak selalu ada dalam kehidupan sehari-hari saya.
Berbeda dengan musik yang selalu saya dengar untuk mengisi hari-hari saya yang sepi. Sejak
dulu hingga sekarang saya merupakan orang yang cenderung menikmati musik dari pada
memainkan alat musik. Tetapi sejak Sekolah Menengah Pertama saya mulai dikenalkan cara
memankan alat musik. Alat musik pertama yang saya mainkan saat itu adalah Pianika dan
Suling atau yang biasa disebut dengan Recorder. Pianika merupakan alat musik yang berasal
dari eropa khususnya daerah barat yaitu Amerika, serupa dengan Recorder yang merupakan
alat musik tradisi barat yang sudah ada sejak dahulu kala. Kedua alat musik tersebut merupakan
alat musik yang kecil dan praktis yang dapat dibawa ke mana saja, karena dapat dibawa ke
mana saja membuat saya merasa mudah untuk berlatih memainkan alat musik tersebut
kapanpun dan di manapun.

Saat semester tiga saya mengambil mata kuliah Seni dan Budaya Indonesia yang terbagi
menjadi dua klasifikasi kelas, yaitu kelas Batik dan kelas Karawitan. Sudah sejak dulu saya
ingin mengambil mata kuliah Karawitan, tetapi pada saat itu saya masih belum memiliki
keberanian dan percaya diri sehingga memilih kelas membatik karena saya ada basic
menggambar. Tetapi dalam hati saya masih terbersit rasa ingin mempelajari alat musik
tradisional Jawa di dalam kelas Karawitan. Kemudian saya putuskan pada semester delapan ini
saya mengambil mata kuliah Karawitan. Saat ingin mengambil mata kuliah Karawitan
sebenarnya saya masih merasa minder dan tidak percaya diri karena saya sama sekali tidak
memiliki basic atau dasar memainkan instrumen gamelan. Tetapi kemudian saya berfikir ‘Jika
saya tidak memperlajari instrumen gamelan sekarang, kapan lagi saya bisa mempelajarinya?’
maka saya memantapkan hati dan mengambil mata kuliah ini.

Pada kelas Karawitan pertama-tama mahasiswa disuruh untuk memilih instrumen yang
diinginkan untuk dimainkan. Saya mendapat alat musik yang bernama Slenthem. Slenthem
merupakan alat musik yang menghasilkan dengungan rendah atau gemah yang mengikuti nada
Saron dan Balungan. Saat pertama kali saya memainkan alat musik Slenthem ini saya sedikit
bingung karena suara yang dihasilkan Slenthem sangat rendah dan nyaris tidak terdengar jika
dimainkan bersamaan dengan alat musik lainnya. Tetapi saat saya mulai terbiasa dengan hal
tersebut saya dapat mendengar suara Slenthem yang saya mainkan. Slenthem memiliki dua
versi yaitu versi Slendro dan versi Pelog, hingga kelas terakhir sebelum pandemi menyebar
saya baru memainkan Slenthem dengan versi Pelog.

Mempelajari alat musik tradisional Indonesia khususnya Jawa merupakan tantangan


tersendiri bagi saya, karena saya tidak terbiasa dengan musik-musik tradisional Jawa. Pada saat
awal dimulainya kelas Karawitan saya merasa sangat kesusahan dan tidak bisa mengikuti
dengan baik, karena harus menghafal note-note angka sebuah lagu yang belum pernah saya
dengar sebelumnya. Saya juga mengalami kebingungan berupa otak dan tangan yang terkadang
tidak selaras. Saya sudah memikirkan note-note angka pada lagu yang akan dimainkan, tetapi
kemudian tangan saya memukul angka yang salah, dan hal tersebut tidak hanya terjadi sekali
atau pun dua kali saja. Berkat seorang teman kelas Karawitan yang sama seperti saya
memegang alat musik Slenthem, ia dengan sabar mengajari saya bagaimana menyamakan
ketukan dengan alat musik lainnya. Beruntung sekali saya mendapatkan banyak bantuan
sehingga tidak terlalu merasa kesusahan sendiri. Lagu yang paling berkesan di benak saya
adalah lagu ‘Mars 45’ karena terdapat banyak pengulangan nada sehingga lebih mudah dihafal,
dan memiliki variasi ketukan yang menyenangkan, memiliki ketukan sedang, cepat dan
perlahan melambat. Hal lain yang menurut saya menyenangkan dalam kelas Karawitan selain
mahasiswa bebas memilih instrument yang hendak dimainkan, di dalam kelas selalu ceria,
santai dan tidak tegang. Dosen pengampu sangat baik, sabar dan cara mengajarnya sangat supel,
sehingga suasana di dalam kelas selalu cair dan menyenangkan.

Dalam perkuliahan ini saya mendapatkan pelajaran bahwa sebuah kecakapan dan
ketepatan dalam menyelaraskan nada dengan alat musik lainnya merupakan hal yang penting
dalam menciptakan harmoni. Harmoni yang indah didapatkan dari sebuah kerjasama tim yang
baik dan sebuah harmoni tidak bisa didapat hanya dari satu instumen saja. Kerjasama dengan
teman-teman kelas karawitan merupakan kunci utama dalam menciptakan harmoni dalam
sebuah lagu yang dimainkan.

Saya berharap kelas karawitan ini tetap selalu menyenangkan dan efektif sehingga
mahasiswa dapat mempelajari instrumen Gamelan Jawa dengan hati yang senang, riang dan
gembira. Juga agar mahasiswa asing atapun mahasiswa dari luar pulau Jawa yang mengikuti
kelas Karawitan dapat melihat betapa indahnya harmoni instrumen Gamelan Jawa yang selama
ini tidak dapat terlihat. Agar seni musik tradisional Jawa tidak kalah atau hilang tenggelam oleh
perkembangan zaman dan munculnya musik-musik modern yang sangat beragam, kita harus
senantiasa melestarikannya. Semoga pandemi Covid-19 segera berakhir dan kita dapat
melakukan pembelajaran dengan bertatap muka seperti biasanya. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai