Kelompok 3:
1. Nurussofa Yusticia (16/394714/SA/18240)
2. Rosyida (16/394715/SA/18241)
3. Verena Amalia F (16/395829/SA/18367)
4. Aprilia Nindasari (16/399541/SA/18449)
5. Ghina (16/399545/SA/18453)
6. Salma Nur Rahmah (16/399557/SA/18465)
거울 속에는소리가없소
No sound in the mirror
Tiada suara dalam cermin
저렇게까지조용한세상은참없을것이오
No world is that quiet
Tiada dunia yang susunyi ini
거울 속에도 내게 귀가있소
I have ears in the mirror too
Aku juga punya telinga di dalam cermin
내말을못알아듣는딱한귀가두개나있소
Two pitiful ears that can’t hear my own voice
Dua telinga menyedihkan yang tak dapat mendengar suaraku
거울속의나는왼손잡이오
I’m left handed in the mirror
Ia kidal
내악수를받을줄모르는ㅡ악수를모르는왼손잡이오
Left hander unable to shake hands
Ia tak tahu caranya bersalaman
거울때문에나는거울속의나를만져보지를못하는구료마는
I cannot touch myself in the mirror because of the mirror
Aku tak dapat menyentuhnya karena terhalang cermin
거울이아니었던들내가어찌거울속의나 를만나보기만이라도했겠소
But how could I have ever meet myself in the mirror, but for mirror?
Bagaimana bisa aku bertemu dengannya jika terhalang cermin?
나는지금거울을안가졌소마는거울속에는늘거울속의내가있소
Though I have no mirror in me, there is always ‘I’ in the mirror
Meski tak ada cermin dalam diriku, selalu ada aku dalam cermin
잘은모르지만외로된사업에골몰할게요
I don’t know for sure but the mirror ‘I’ is enganged in his one side struggle
Aku tak tahu pasti, tapi ia akan terlibat dalam perjuangan satu sisi
거울속의나는참나와는반대요마는또꽤닮았소
The resemblance of the two is remarkable but the mirror ‘I’ is my reversal
Dibalik persamaan yang sangat luar biasa, ia adalah kebalikanku
나는거울속의나를근심하고진찰할수없으니퍽섭섭하오
I feel extremely sorry that I cannot worry about or examine myself in the mirror
Aku sangat merasa bersalah karena aku tak dapat mengkhawatirkan dan memeriksanya.
Sumber terjemahan bahasa Inggris : Modern Korean Poetry oleh Jaihun Kim.
4. Analisis Strukturalisme
Tidak beraturan rimanya.
Tidak memiliki spasi antarkata.
Baris dalam bait tidak beraturan (2,2,2,1,4)
Citraan:
Pendengaran : 거울속에는소리가없소.
(Tiada suara dalam cermin)
Penglihatan : 거울속에도내게귀가있소.
(Aku juga punya telinga di dalam cermin)
거울 속에는소리가없소
No sound in the mirror
Tiada suara dalam cermin
저렇게까지조용한세상은참없을것이오
No world is that quiet
Tiada dunia yang susunyi ini
Di dalam cermin ia tak mampu bersuara sehingga “aku” dikenyataan sangta penasaran
dengan apa yang ada di cermin. Pada saat itu, masyarakat Korea berbeda pada kondisi tidak
berdaya dan dalam situasi ketatnya peraturan Jepang. Hal ini membuat sosok “aku” ingin
membebaskan diri untuk menemukan dunia impiannya yang lebih baik yang disimbolkan dengan
dunia di dalam cermin.
Larik kedua lebih menekankan bahwa tidak ada dunia sesunyi didalam cermin. Sunyi
dapat menyiratkan berbagai hal, yaitu kehampaan, kekosongan, bahkan kedamaian. Penggunaan
penekanan kata ‘tidak ada suara’ dan ‘sunyi’ secara tidak langsung “aku” menginginkan masuk
ke dalam dunia cermin. Penekanan kata di dalam bait ini menunjukkan harapan yang ingin
dicapai oleh “aku”. Menurut Sir Thomas More dalam J.A Cuddon (1986: 733), duni utopia
secara sederhana dapat dikatakan sebagai dunia yang diimpikan oleh seseorang namun tak
pernah akan terwujud karena dunia tersebut sebenarnya tidak ada atau dnegan kata lain dunia
tersebut adalah hanya ada pada angan-angan seorang individu semata.
거울속의나는참나와는반대요마는또꽤닮았소
The resemblance of the two is remarkable but the mirror ‘I’ is my reversal
Dibalik persamaan yang sangat luar biasa, ia adalah kebalikanku
Dunia utopia yang ada didaman imajinasi seorang “aku” merupakan dunia imajinasi di
alam bawah sadarnya yang menembus ke alam sadarnya. “Aku” yang ada dalam dunia cermin
adalah wujud imajinasi dan perngharapannya yang berasal dari ide di bawah alam sadarnya. Ide-
ide tersebut merupakan wujud dari pemberontakan, kegelisahan dan ketidaknyamanan yang ia
rasakan sehingga alam bawah sadarnya menciptakan hal-hal di luar kejadian di dunia nyata yang
membawanya ke dalam imajinsi. Selain menggambarkan keadaan social masyarakat Korea pada
waktu itu yang tidak dapat meraih ketenangan dalam kehidupannya, dunia nyata dalam bait
pertama puisi ini juga menggambarkan keadaan seorang “aku” yang mengalami kegalauan dalam
batinyya yang membuatnya merasa tidak sanggup menghadapi kenyataanya.
거울속의나는왼손잡이오
I’m left handed in the mirror
Ia kidal
내악수를받을줄모르는ㅡ악수를모르는왼손잡이오
Left hander unable to shake hands
Ia tak tahu caranya bersalaman
Pada tahun 1930-an, Jepang memaksa masyarakat korea untuk ‘bertangan kidal’, yaitu
mengubah dirinya menjadi diri yang lain. Hak ini ditunjukkan secara tersirat bahwa “aku” yang
bertangan kanan di dunia nyata tidak biasa menghadapi perubahan yang terjadi dalam dirinya.
Hal ini berkaitan dengan pemaksaan Jepang yang menganeksasi Korea pada waktu itu secara
sengaja menghapuskan identitas asli masyarakat Korea. Sehingga sebenarnya “aku” sedang
mengalami konflik batin.
거울속의나는참나와는반대요마는또꽤닮았소
The resemblance of the two is remarkable but the mirror ‘I’ is my reversal
Dibalik persamaan yang sangat luar biasa, ia adalah kebalikanku
Perbedaan ini terkait dengan kondisi masyarakat Korea pada masa puisi ini dibuat, yaitu
pada tahun 1930-an. Sosok indivisu mengalami perubahan di dalam dirinya karena peralihan
zaman dari tradisional menuju modernism sehingga individu tersebut mempertanyakan identitas
dirinya yang sebenernya kepada dirinya sendiri.
나는거울속의나를근심하고진찰할수없으니퍽섭섭하오
I feel extremely sorry that I cannot worry about or examine myself in the mirror
Aku sangat merasa bersalah karena aku tak dapat mengkhawatirkan dan memeriksanya.
Bait ke enam larik ke tiga menunjukkan keterpurukan seorang “aku”. “Aku” merasa
merana dan sedih ketika ia tidak dapat mengenali dirinya sendiri di dalam cermin. 근심하고 yang
digembarkan pada bait ini juga turut mendukung suasana kesedihan yang menghampiri “aku”. Kata
찰할수없으니 secara harfiah dapat diartikan sebagai ‘tidak dapat menilai’ menunjukkan kerapuhan
seseorang yang tidak berdaya atas apa yang ada di dalam dirinya sendiri. Bait ke 6 larik ketiga ini
menggambarkan ketidaktahuan seorang “aku” bahwa sebenarnya alam bawah sadar yang mengontrol
dirinya tanpa ia ketahui.
내말을못알아듣는딱한귀가두개나있소
Two pitiful ears that can’t hear my own voice
Dua telinga menyedihkan yang tak dapat mendengar suaraku
Kesadarannya pada perubahan pada dirinya terjadi setelah ia berefleksi pada cermin
sehingga ia menemukan sosok dirinya yang lain. Kerapuhan terjadi ketika seorang “aku”
menjadi seseorang yang inderanya tidak berfungsi dengan sempurna karena meskipun ia
memiliki telinga, ia tidak dapat mendengar keluh kesah dirinya sendiri. Ketidaksempurnaan di
dalam diri “aku” tidak terlihat secara fisik, melainkan terjadi di dalam batin “aku” ketika
menelusuri alam bawah sadarnya.
거울때문에나는거울속의나를만져보지를못하는구료마는
I cannot touch myself in the mirror because of the mirror
Aku tak dapat menyentuhnya karena terhalang cermin
거울이아니었던들내가어찌거울속의나 를만나보기만이라도했겠소
But how could I have ever meet myself in the mirror, but for mirror?
Bagaimana bisa aku bertemu dengannya jika terhalang cermin?
Pada bait ke empat secara tersirat menunjukkan pertemuan dirinya yang tradisional
dengan dirinya yang sedang dan telah berudabh mengikuti perkembangan zaman. Walaupun
perubahan zaman dari tradisional ke modern di Korea merupakan salah satu bentuk paksaan
Jepang yang membuat mesyarakat Korea terpuruk, secara tidak sadar masyarakat Korea telah
bergerak dan meninggalkan dirinya yang lama. Selain sebagai edia refleksi, cermin di sini
melambangkan sebuah media perubahan. Cermin merupakan alat yang mempertemuakn anatara
sosok dirinya yang satu dengan dirinya yang lain.
Pada bait pertama tergambar suasana kemarahan yang ditunjukkan oleh kata 거울때문에
yang cenderung menyalahkan cermin. Kata ‘gara-gara’ memiliki nilai rasa yang kasar dibandingkan
dengan ‘karena’. “aku” menyalahkan cermin kareana ia tidak dapat menggapai dirinya yang lain sehingga
ia tidak dapat memahami secara pasti seperti apa sosok dirinya tersebut.
나는지금거울을안가졌소마는거울속에는늘거울속의내가있소
Though I have no mirror in me, there is always ‘I’ in the mirror
Meski tak ada cermin dalam diriku, selalu ada aku dalam cermin
잘은모르지만외로된사업에골몰할게요
I don’t know for sure but the mirror ‘I’ is enganged in his one side struggle
Aku tak tahu pasti, tapi ia akan terlibat dalam perjuangan satu sisi
Pada larik pertama bayangan dirinya yang lain akan tetap ada di dalam cermin meskipun
ia tidak membawa cermin tersebut, karena ada maupun tidaknya cermin dua sisi seorang “aku”
selali melekat di dalam dirinya. Perbedaannya adalah ia tidak dapat melihat secara langsung
sosok dirinya yang lain, namun tetap dapat merasakan bahwa ada dua jiwa yang melekat, yaitu
tradisional dan modern.