Anda di halaman 1dari 11

KONSEP-KONSEP REALISME SOSIALIS DALAM DUA NASKAH DRAMA

KARYA UTUY TATANG SONTANI:


PERSPEKTIF SOSIOLOGI GEORG LUKACS

Michael Yuan Nora, Yoseph Yapi Taum, S.E. Peni Adji


michyuan41844@gmail.com, yosephyapi@usd.ac.id, peni@usd.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis konsep-konsep realisme sosialis dua naskah drama karya Utuy T. Sontani
menggunakan teori sosiologi Georg Lukacs. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, pendekatan
objektif untuk mengkaji struktur karya sastra yang berupa alur dan tokoh-penokohan dan pendekatan
mimetik menggunakan teori realisme sosialis Georg Lukacs untuk mengkaji konsep-konsep realisme
sosialis yang terkandung dalam naskah drama “Awal dan Mira” serta “Bunga Rumah Makan”. Metode
dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dan teknik catat. Metode analisis
data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Metode penyajian data yang digunakan adalah
metode deskripsi kualitatif. Hasil analisis dua naskah drama sebagai berikut. (1) Konsep realitas objektif
berupa nasib tragis orang miskin. (2) Konsep refleksi kritis atas realitas berupa adanya realita
masyarakat yang masih terbelenggu kemiskinan dan kelas sosial. (3) Konsep ungkapan kritis
emansipatoris berupa upaya atau gerakan pembebasan yang dilakukan dua perempuan tokoh utama
(Ani dan Mira) dari belenggu yang akhirnya mereka sadari.

Kata Kunci: realisme sosialis, realitas objektif, refleksi kritis atas realitas, ungkapan kritis
emansipatoris

ABSTRACT

This research analyses the concepts of socialist realism in two plays by Utuy T. Sontani using the
sociological theory by Georg Lukacs. There are two approaches used in this study. Objective approach is
used to examine the structure of literary works in the form of plots and characters and mimetic approach
is used to apply the socialist realism theory of Georg Lukacs to examine the concepts of socialist realism
contained in “Awal dan Mira” and “Bunga Rumah Makan” play scripts. This study is a library study
with descriptive-analytical method, and note taking technique is used in the data analysis. The data
presentation method used is a qualitative description method. The results of the analysis of the two drama
scripts are as follows. (1) The concept of objective reality is the tragic fate of the poor. (2) The concept of
critical reflection on reality is in the form of the reality of people who are still shackled by poverty and
social class. (3) The concept of emancipatory critical expression is in the form of efforts or liberation
movements carried out by the two main female characters (Ani and Mira) from the shackles they finally
realized.

Keywords: socialist realism, objective reality, critical reflection on reality, emancipatory critical
expression

62
M. Yuan Nora, Y. Yapi Taum, S. E. Peni Adji – Konsep-Konsep Realisme Sosialis dalam Dua … 63

1. PENDAHULUAN Rumah Makan”. Dua naskah tersebut


terispirasi dari kisah asmara yang gagal
Realisme sosialis adalah salah satu aliran dengan perempuan bernama Onih.
dalam sosialisme yang bergerak dalam Walaupun kisahnya tidak berlanjut bahagia,
bidang literatur dan seni. Roh realisme namun nama Onih menjadi abadi dalam
sosialis adalah memenangkan sosialisme di karya Utuy sebagai model sejumlah tokoh
masyarakat. Pada bahu para sastrawan perempuan yang berparas cantik, disukai
beraliran realisme sosialis, tertanam banyak lelaki, tetapi bernasib malang. Onih
tanggung jawab yang tidaklah mudah, yaitu antara lain menjelma menjadi tokoh Mira si
tanggung jawab untuk memberikan penjual kopi dalam “Awal dan Mira”, tokoh
penyadaran kepada masyarakat yang Ani si pelayan Rumah Makan yang
tertindas sehingga masyarakat tersebut diperebutkan dalam “Bunga Rumah
berjuang untuk melepaskan diri dari hal Makan”, dan tokoh Titi si pelacur dalam
yang membuat mereka tertindas. Klaim Selamat Djalan Anak Kufur (Kurnia, 2017: 205).
realisme sosialis melekat pada Lembaga Melalui naskah drama “Awal dan
Kebudayaan Rakyat (Lekra). Lembaga ini Mira”, Utuy melukiskan kekecewaan
mendominasi dunia kreatif penciptaan karya masyarakat terhadap hasil perjuangan
sastra di Indonesia dalam kurun waktu 1950- kemerdekaan. Awal marah dan kehilangan
1965. Namun pada tahun 1966 lembaga ini kepercayaan terhadap segalanya. Hanya
resmi dilarang dan dibubarkan oleh kepada Mira yang ia cintai, ia masih menaruh
pemerintah Orde Baru berdasarkan Tap. kepercayaan dan harapan. Namun, Mira
MPRS No. XXV/MPRS/tahun 1966 tentang tidak pernah membalas cintanya, bahkan
pelarangan ajaran Komunisme, Leninisme, selalu menghindarinya. Awal menganggap
dan pembubaran organisasi PKI beserta manusia di sekelilingnya hanyalah badut-
massanya. badut belaka. Sikapnya itu membuat Awal
Setelah berakhirnya rezim Orde Baru, ditertawakan dan dimusuhi oleh orang-
karya sastra Lekra mulai banyak dipublikasi orang yang datang ke warung kopi Mira;
dan diteliti ulang. Selain itu, tema-tema karya sehingga bagi Mira sikap Awal tersebut
sastra yang berkaitan dengan Partai merugikan. Awal menganggap Mira tidak
Komunis Indonesia dan Lekra mulai banyak pantas menjadi tukang kopi. Ia ingin
diperbincangkan. Salah satu sastrawan Lekra mengangkat nasib Mira. Sementara itu,
yang menarik untuk diteliti dan naskah drama “Bunga Rumah Makan”
berkecimpung di dunia drama adalah Utuy menceritakan seorang perempuan muda
Tatang Sontani. Utuy Tatang Sontani lahir di bernama Ani yang bekerja sebagai pelayan
Cianjur pada 1 Mei 1920. Sebelum menjadi rumah makan. Ani merupakan pribadi yang
eksil, meninggal di Moskow dan dilupakan cantik, ramah, dan gemar bekerja.
orang, ia adalah penulis drama terkemuka di Kepribadian Ani yang baik itulah yang
Indonesia. Karya-karyanya bahkan sampai menjadikannya “tidak sadar” telah
sekarang sering dipentaskan di berbagai dimanfaatkan oleh Karnaen (putra pemilik
panggung. Utuy banyak menimba daya warung makan) dan Suherman (kapten
kreatif kepenulisan karya dari kegagalan tentara). Namun akhirnya Ani berani
percintaannya. Dua di antara karya tersebut memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya
adalah “Awal dan Mira” serta “Bunga dan menerima cinta Iskandar.
64 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 62—72

Penelitian ini berangkat dari menunjukkan bahwa seni realis tidak pernah
paradigma penelitian Abrams (1971), yang memahami realitas dari dunia pasif,
membagi pendekatan sastra atas empat jenis melainkan dunia antara aku dan realitas
yakni pendekatan objektif, ekspresif, yang bergerak saling berkontradiksi,
mimetik, pragmatik, ekletik, dan diskursif. bernegasi, dan menjadi satu kesadaran baru
Penelitian ini memanfaatkan dua yang menggerakkan (Karyanto, 1997: 67).
pendekatan, yakni pendekatan objektif Gagasan Lukacs berkembang dari
(untuk mengkaji struktur teks berupa alur pemahaman mengenai hubungan antara
dan tokoh) serta pendekatan mimetik (yaitu esensi dan hal yang tampak (realitas
sosiologi sastra dalam perspektif Lukacs objektif). Seorang realis tidak hanya mampu
untuk meneliti konsep-konsep realisme melukiskan realitas objektif, melainkan
sosialis di dalam dua drama Utuy Tatang mengejawantahkan tuntutan dasar manusia
Sontani). (Karyanto, 1997: 38). Lukacs mengasumsikan
bahwa manusia yang terhisap kesadarannya
2. LANDASAN TEORI melalui kepalsuan, sesungguhnya memiliki
potensi dalam membebaskan diri.
Penelitian ini menggunakan teori realisme Berdasarkan asumsi tersebut proses kreatif
sosialis Georg Lukacs yang berpandangan dari seorang realis dapat dipahami sebagai
bahwa realisme adalah teori seni yang proses pemahaman menuju transformasi
mendasarkan pada kontemplasi dialektis kesadaran. Kesadaran seorang realis tidak
antara seniman dengan lingkungan sosialnya jauh berbeda dengan kesadaran kelas
(Karyanto, 1997). Terdapat tiga jalinan proletar yang menggerakkan perjuangan
antara seniman dengan lingkungan pembebasan (Karyanto, 1997: 67). Perhatian
sosialnya. Pertama, seniman realis seorang realis terpusat pada penghadiran
menempatkan satuan masyarakat sebagai secara tepat gambaran kesempurnaan dan
tatapan utama. Kedua, seniman realis akan keutuhan dalam kehidupan bersama.
memaknai makna kehidupan sebagai sudut
pandangnya dalam melihat realitas 2.2 Refleksi Artistik atas Realitas
masyarakat. Ketiga, dalam masa sekarang
merupakan pusat gerak masyarakat yang Istilah refleksi digunakan Lukacs untuk
dipengaruhi masa lalu dan akan menentukan menyebut bahwa seni merupakan refleksi
masa depan (Karyanto, 1997: 62). dari dunia manusia yang paling esensial.
Berdasarkan hal itu, Georg Lukacs memiliki Seni menghidupkan dunia manusia yang
konsep-konsep di antaranya realitas objektif, sarat dengan interaksi aktif antara unsur-
refleksi artistik, dan ungkapan kritis unsur keprihatinan manusiawi, emosi, dan
emansipatoris. cita-cita (Karyanto, 1997: 77). Sedangkan,
istilah artistik dipakai sebagai kriteria seni
2.1 Realitas Objektif yang menampilkan gambaran realitas yang
detail dan utuh. Dalam konteks kesadaran
Keindahan sastra realis bukan semata-mata masyarakat kapitalis, refleksi artistik
terletak pada ukuran artistiknya, melainkan merupakan ekspresi seni yang mampu
pada ketepatan dan kemampuannya mengungkap kepalsuan yang nampak di
menyingkap kebenaran dalam realitas sosial. permukaan dan memberikan gambaran
Lukacs dengan realismenya ingin tentang kebenaran (Karyanto, 1997: 76).
M. Yuan Nora, Y. Yapi Taum, S. E. Peni Adji – Konsep-Konsep Realisme Sosialis dalam Dua … 65

Lukacs melihat bahwa kapitalisme membuatnya kerdil. Seni yang dikatakan


tidak hanya mengubah posisi manusia, tetapi sebagai refleksi dari seorang seniman, tidak
juga menghancurkan kesadaran manusia. dapat diartikan bahwa yang ditampilkan
Kapitalisme mengisi kesadaran palsu, sekadar pengalaman, keterlibatannya dalam
kesadaran fetisis. Manusia tidak tahu lagi dunia. Lukacs berpandangan bahwa karya
keberadaannya sebagai “makhluk” yang sastra harus mampu memberikan ungkapan
memiliki potensi. Mereka hanya mengenal yang kritis sebagai upaya pembebasan diri
dirinya sebagai faktor pendukung sistem dan mendapatkan hak antar manusia. Karya
produksi (Karyanto, 1997: 75). sastra harus mampu menjadi media dalam
proses pembebasan diri manusia dari segala
2.3 Ungkapan Kritis Emansipatoris penindasan dan keterpurukan.
Dalam penelitian ini, teori realisme
Menurut Lukacs, seni realis tidak berbicara sosialis di atas adalah untuk mengungkap
pada dirinya sendiri. Seni berangkat dari bentuk-bentuk upaya penyadaran yang
pengalaman realitas nyata yang dilakukan manusia (tokoh) dalam dua drama
dikembalikan supaya dialami kembali Utuy Tatang Sontani untuk menyadarkan
dengan nuansa yang berbeda. Makna kritis manusia lain (tokoh) yang tidak sadar bahwa
seni realis adalah mampu memberi mereka sedang terbelenggu, mengungkap
kesadaran baru pada realitas. Kesadaran kepalsuan yang nampak di permukaan serta
baru yang ditawarkan Lukacs adalah memberikan gambaran tentang kebenaran
kesadaran yang mendorong ke arah yang terjadi di masyarakat, dan mengungkap
pembangunan manusia yang utuh, gerakan atau upaya pembebasan yang
terciptanya masyarakat yang humanis, dan dilakukan manusia (tokoh) untuk
mengajak manusia menjadi utuh (Karyanto, membebaskan diri dari belenggu yang
1997:79). mereka rasakan atau alami.
Lukacs memberi perhatian yang serius
terhadap masalah kesadaran, terutama 3. METODE PENELITIAN
dalam konteks proletar. Dalam
pandangannya, Lukacs mengemukakan Penelitian ini menggunakan metode studi
bahwa kesadaran tidak bisa direduksikan pustaka untuk pengumpulan data. Metode
sekadar sebagai sebuah pemahaman (rasio), ini bertujuan untuk untuk menemukan data-
karena kesadaran merupakan daya yang data yang diperoleh dengan cara
menggerakan seluruh instansi motorik. mempelajari dan membaca literasi-literasi
Lukacs melihat aktivitas kelas proletar yang berhubungan dengan penelitian.
sebagai manifestasi dari kesadaran yang Teknik yang digunakan dalam metode ini
sudah dikooptasi oleh kepentingan produksi adalah teknik catat. Teknik catat adalah
kaum kapitalis. Karena itu, Lukacs melihat teknik dengan mencatat data yang telah
seni realisme punya peranan dalam didapatkan dari berbagai sumber tertulis.
pemurnian kesadaran (Karyanto, 1997:79). Data yang diperoleh dengan menggunakan
Menurut Lukacs (Karyanto, 1997:80) metode dan teknik ini berupa data tulisan
dimensi kritis emansipatori dalam realisme atau catatan. Data dianalisis menggunakan
menunjukkan gerak manusia dalam metode analisis deskriptif. Metode ini
membebaskan diri dari lingkungan yang bertujuan untuk mendeskripsikan data-data
66 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 62—72

yang diperoleh melalui pembacaan naskah (1) LELAKI TUA : Memang


drama “Awal dan Mira” dan “Bunga Rumah Mira, sebagai orang tua, hidup di
Makan” karya Utuy T. Sontani. Penelitian ini jaman sekarang ini, aku pun
sering bertanya-tanya, apakah
menggunakan metode penyajian analisis
dunia sekarang sudah akan
data deskripsi kualitatif yang memanfaatkan kiamat? Di mana-mana terjadi
cara-cara penafsiran dengan menyajikannya kekacauan, di mana-mana terjadi
dalam bentuk deskripsi (Ratna, 2004: 48). penggedoran, perampokan,
Metode ini digunakan untuk pembunuhan, seolah-olah sudah
mendeskripsikan data berupa dialog tokoh tidak ada lagi cinta di antara
untuk menjelaskan konsep realisme sosialis sesama manusia. Antara kita dan
kita saling curiga, sedang para
perspektif Georg Lukacs.
pemimpin dunia pun
mempersenjatai diri. Ini
4. HASIL DAN PEMBAHASAN semuanya menimbulkan
kegelisahan. Dan kegelisahan ini
Analisis konsep-konsep realisme sosialis menimbulkan kerusakan pula.
dalam naskah drama “Awal dan Mira” dan Tapi bagaimanapun juga, sebagai
orang tua aku masih punya
“Bunga Rumah Makan” karya Utuy Tatang
pegangan. Dan pegangan itu
Sontani ini akan menggunakan teori realisme adalalah pegangan kita bersama,
sosialis menurut Georg Lukacs. Konsep yaitu kepercayaan kepada Tuhan
realisme sosialis yang Lukacs kemukakan yang lebih berkuasa dari
adalah realitas objektif, refleksi artistik atas manusia. Akan tetapi pemuda itu
realitas, dan ungkapan kritis emansipatoris. nampaknya sudah kehilangan
pegangan sama sekali. Dan itu
sangat berbahaya (Sontani, 2014:
4.1 Realitas Objektif 32).

Realitas objektif dalam naskah drama “Awal Data nomor (1) di atas memperlihatkan
dan Mira” terlihat dalam setiap dialog yang bahwa tokoh Lelaki Tua yang pesimis
terjadi antartokoh. Setiap tokoh saling dengan kondisi masyarakat revolusi
berkeluh kesah dan berusaha saling (pascapenjajahan) yang digambarkan seolah-
menyadarkan untuk terbebas dari oleh akan kiamat. Hal tersebut terlihat dalam
keterikatan (rasa belanggu) yang masih dialog yang menggambarkan kondisi
mereka rasakan. Proses penyadaran tersebut masyarakat yang semakin kacau karena
dapat terlihat dan dipahami melalui setiap sering terjadi penggedoran, perampokan,
dialog yang memiliki muatan pesimis. dan pembunuhan. Bahkan antarmanusia
Respons pesimis tersebut dapat dipahami timbul rasa curiga satu dengan yang lain,
secara tersirat sebagai bentuk “proses sedangkan para pemimpin dunia saling
penyadaran” akan keterikatan (rasa berlomba-lomba untuk memperkuat
terbelenggu) yang tidak disadari. Respons persenjataan. Melalui dialog tokoh Lelaki
pesimis tersebut adalah terkait dengan Tua di atas terlihat upaya penyadaran untuk
revolusi pascapenjajahan, kepercayaan terbebas dari rasa belenggu.
terhadap manusia, dan nasib tragis orang- Bentuk penyadaran terkait dengan
orang miskin. pesimisme kepercayaan terhadap manusia,
terlihat dengan istilah badut yang tokoh
Awal gunakan untuk melabeli orang yang
M. Yuan Nora, Y. Yapi Taum, S. E. Peni Adji – Konsep-Konsep Realisme Sosialis dalam Dua … 67

memiliki sifat picik/licik. Istilah badut Bentuk penyadaran terkait dengan


disematkan sebagai bentuk sarkasme Awal nasib tragis orang miskin terlihat dengan
kepada manusia yang hidup ungkapan iri tokoh Si Baju Biru dan Si Baju
pascapenjajahan. Hal tersebut dapat dilihat Putih. Hal tersebut dapat dilihat dalam
dalam dialog berikut. kutipan dialog nomor (4) berikut.

(2) WARTAWAN : (memandang (4) SI BAJU BIRU : Siapa bilang


Awal) Dari itu, majalah yang saya menghina? Nyonya padukatan,
pimpin itu akan memuat potret sekalipun jadi nomor dua atau
Nona, potret rakyat jelata. nomor tiga, sudah pasti tiap hari
MIRA : Tapi apa kepentingan naik turun mobil, diam di
potret saya dimuat? gedung besar, sebentar-sebentar
JURU POTRET : O! Belum kau pergi ke restoran dan seminggu
sadar, Mira. Bahwa kau cantik? sekali ongkang-ongkang ke luar
MIRA : Bahwa aku cantik? kota, pendeknya hidup mewah.
Aku lebih tahu dari siapapun Tidak seperti kita. Kita yang di
juga jaman pertempuran ikut
AWAL : Dan kau sudah tahu, memanggul senjata dan sering-
Mira. Bahwa jika seseorang di sering hampir mati oleh peluru
jaman sekarang ini minta sesuatu musuh, sekarang tetap saja
padamu. Itu adalah untuk tinggal di gubuk di gang bebek.
kepentingan orang itu. Untuk SI BAJU PUTIH : Dunia
itulah potretmu akan dimuat di sekarang ini memang tidak beres!
majalah (Sontani, 2014: 36). Kita yang merasa cape, orang lain
(3) JURU POTRET : (berdiri, yang merasakan kesenangannya
berjalan ke arah kanan) Selamat (Sontani, 2014: 18-19).
malam, Mira. sampai bertemu
lagi. Data nomor (4) di atas memperlihatkan
MIRA : Selamat malam bahwa tokoh Si Baju Biru merasa iri dengan
AWAL : Hm… badut-badut
masyarakat kelas atas yang pada jaman
melulu yang datang di sini
(Sontani, 2014: 39). penjajahan, mereka bersembunyi karena
takut dibunuh. Sedangkan mereka yang
Data nomor (2) dan (3) di atas kelas bawah pada masa penjajahan ikut
memperlihatkan sarkasme tokoh Awal berperang, memanggul senjata, dan nyaris
terhadap tokoh Wartawan dan Juru Potret. mati demi kemerdekaan. Bahkan dialog
Istilah badut disematkan tokoh Awal kepada tokoh Si Baju Putih mengafirmasi bahwa
tokoh Wartawan yang memiliki sifat kondisi masyrakat kelas bawah tetap
licik/picik yang ingin memanfaatkan tokoh menjadi rakyat kelas bawah walaupun
Mira karena kecantikannya. Melalui dialog mereka sudah ikut ambil bagian dalam
tokoh Awal pada nomor (2) terlihat upaya peperangan melawan penjajah.
penyadaran yang dilakukan oleh tokoh Awal Realitas objektif dalam naskah drama
kepada tokoh Mira untuk tidak mudah “Bunga Rumah Makan” dapat dilihat dari
percaya kepada orang karena Awal merasa dialog setiap tokoh. Bentuk penyadaran
bahwa “jika seseorang di jaman sekarang ini terkait dengan rasa belenggu yang masih
meminta sesuatu padamu. Itu adalah untuk tidak disadari oleh tokoh-tokoh yang
kepentingan orang itu.” berperan adalah terkait dengan nasib tragis
68 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 62—72

orang-orang miskin dan praktek kau saja yang akan membelanjai


perkawinan. Bentuk penyadaran terkait ongkos rumah tangga suami-
dengan nasib tragis orang-orang miskin isteri itu.
USMAN : Aku bicara atas nama
dapat dilihat dalam kutipan dialog nomor (5)
pagar keselamatan.
berikut. SUDARMAN : nanti dulu,
jangan dulu membicarakan
(5) KERNAEN : Tapi, An, kawin. Kawin perkara gampang,
ketika kau dulu kubawa ke sini, asal si laki-laki sudah ada uang,
keinginanku bukan hanya tinggal jadi. (kepada Ani) Tapi An,
melihat kau jadi pelayan di sini tadi tidak ada telepon untukku
saja. Aku ingin melihat kau (Sontani, 2014: 36).
menjadi wanita yang sungguh- (7) SUHERMAN : Tidak, saya
sungguh wanita. Dan wanita tidak mau minum apa-apa dan
yang kumaksudkan itu ialah tak akan datang lagi di sini.
wanita yang cakap mengurus Selamat tinggal! (berjalan keluar)
rumah tangga. SUDARMAN : (kepada
ANI : (terkulai menundukkan Usman) Kau juga yang
kepala) Mas, saya tidak mengacau. Kau menhendaki
mempunyai perkataan untuk keselamatan, tapi sikpmu
menyatakan terima kasih atas mengacaukan, merugikan rumah
kebaikan budi Mas, sudah makan. (mengeluarkan surat-surat
membawa saya ke sini, sudah dari dalam tas, duduk menghadap
mengangkat saya dari meja tulis) Rumah makanku mau
kecomberan, dari lingkungan dijadikan tempat tukang gado-
rakyat jembel ke tempat seindah gado. Seperti di dunia ini tiada
ini, saya tiada ingin lebih dari jadi lagi soal penting selain kawin.
pelayan, jadi pegawai, (menyusun surat-surat) Hah,
sebagaimana kesanggupannya kawin! Kawin! (Sontani, 2014:
orang miskin di dalam mencari 39).
sesuap nasi (Sontani, 2014: 14).
Data nomor (6) dan (7) di atas
Data nomor (5) di atas memperlihatkan memperlihatkan sikap tokoh Sudarman yang
nasib tragis yang dialami oleh Ani sebagai berupaya untuk menyadarkan Usman untuk
pelayan rumah makan yang ternyata hanya tidak gampang menyuruh orang untuk
sebagai alibi Karnaen untuk dapat menikah dengan bermodalkan perasaan
memperistrinya. cinta.
Bentuk penyadaran terkait dengan
perkawinan terlihat dari tokoh Sudarman 4.2 Refleksi Artistik atas Realitas
yang menentang praktik perkawinan hanya
bermodalkan perasaan cinta. Hal tersebut Refleksi artistik atas realitas yang
dapat dilihat dalam kutipan dialog (6) dan (7) terkandung dalam naskah drama “Awal dan
berikut. Mira” dapat dilihat dalam setiap dialog
antartokoh. Dialog-dialog tersebut
(6) SUDARMAN : Mentang- merupakan ekspresi seni yang
mentang kau ini Kyai, kau di
menggambarkan kesadaran palsu yang
mana-mana terus saja
menganjurkan kawin kepada diungkapkan setiap tokoh secara “tidak
orang yang belum kawin. Seperti disadari” sebagai bentuk kebenaran atas
M. Yuan Nora, Y. Yapi Taum, S. E. Peni Adji – Konsep-Konsep Realisme Sosialis dalam Dua … 69

realitas masyarakat. Bentuk ungkapan tidak tahu lagi keberadaannya sebagai


kebenaran atas realitas palsu yang “makhluk” yang memiliki potensi dan
diungkapkan adalah terkait dengan keadaan mereka hanya mengenal dirinya sebagai
masyarakat yang masih terbelenggu kelas faktor pendukung sistem produksi. Hal
sosial. Hal tersebut dapat dilihat dalam tersebut dapat dilihat dalam kutipan dialog
kutipan dialog berikut. nomor (9) berikut.

(8) IBU : Maksud Ibu, Den, (9) ANI : (berjalan perlahan


Mira itu bukan perempuan dari menjauhi Kernaen) Saya tidak
golongan atas. Dia hanya tukang mengatakan bahwa saya lebih
kopi. senang jadi pelayan daripada
AWAL : (memandang Ibu mengurus rumah tangga, Mas.
dengan tegas) Apa arti golongan Tapi saya belum hendak
atas di jaman edan seperti memikirkan berumah tangga,
sekarang ini? Sangka Ibu sebab saya masih senang bekerja.
perempuan yang tadi berpidato KERNAEN : Tapi, An,
di radio itu dari golongan atas? ketika kau dulu kubawa ke sini,
Perempuan bicara asal bunyi? keinginanku bukan hanya
Orang-orang semacam itulah melihat kau jadi pelayan di sini
yang menguasai masyarakat kita saja. Aku ingin melihat kau
sekarang... orang-orang yang menjadi wanita yang sungguh-
maunya mengatasi orang lain sungguh wanita. Dan wanita
dengan bicara terus bicara, tidak yang kumaksudkan itu ialah
tau jiwanya sendiri kering- wanita yang cakap mengurus
dangkal, dunianya sendiri rumah tangga.
sempit. Lebih sempit dari ini, ANI : (terkulai menundukkan
kedai kopi!!! (Sontani, 2014: 13- kepala) Mas, saya tidak
14). mempunyai perkataan untuk
menyatakan terima kasih atas
Data nomor (8) di atas memperlihatkan kebaikan budi Mas, sudah
realita masyrakat yang masih belum bisa membawa saya ke sini, sudah
mengangkat saya dari
untuk menjadi satu kesatuan karena masih
kecomberan, dari lingkungan
terbatasi oleh tembok kelas sosial. Hal
rakyat jembel ke tempat seindah
tersebut disimbolkan dengan nasihat tokoh ini, saya tiada ingin lebih dari jadi
Ibu Mira kepada tokoh Awal yang pelayan, jadi pegawai,
merupakan keturunan menak (bangsawan) sebagaimana kesanggupannya
untuk tidak berharap lebih kepada tokoh orang miskin di dalam mencari
Mira yang merupakan masyarakat biasa sesuap nasi (Sontani, 2014: 14).
(tukang kopi).
Data nomor (9) di atas memperlihatkan
Refleksi artistik atas realitas yang
tokoh Ani yang tidak menyadari bahwa
terkadung dalam naskah drama “Bunga
dirinya memiliki potensi untuk lebih dari
Rumah Makan” terlihat dalam setiap dialog
seorang pelayan. Ungkapan “saya tiada ingin
yang dapat dipahami secara tersirat maupun
lebih dari jadi pelayan, jadi pegawai,
tersurat sebagai bentuk ekspresi seni yang
sebagaimana kesanggupan orang miskin di
mengungkapkan kesadaran palsu. Ekspresi
dalam mencari sesuap nasi”
seni tersebut menandakan bahwa manusia
mengungkapkan kesadaran palsu tokoh Ani
70 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 62—72

atas realitas masyarakat yang masih tersebut dapat dilihat dalam kutipan dialog
terbelenggu kemiskinan. nomor (11) dan (12) berikut.

4.3 Ungkapan Kritis Emansipatoris (11) ANI : Betul dia berkata


seperti itu, tapi saya dungu, tidak
mau terus terang, bahwa
Ungkapan kritis emansipatoris dalam naskah
sebenarnya …… sebenarnya apa
drama “Awal dan Mira” dapat dilihat dari yang dikatakannya itu
tindakan pembebasan yang dilakukan oleh mengandung kebenaran, bahwa
tokoh. Bentuk pembebasan tersebut terlihat sebenarnya saya sudah berdusta
melalui tokoh Mira yang akhirnya mau kepada diri sendiri dan kepada
untuk terbuka dan jujur atas orang lain (Sontani, 2014: 44).
(12) ANI : (tampil membawa
ketidakpercayaan diri akibat dari
koper)
kekurangan fisik yang ia miliki. Hal tersebut USMAN : Mau kemana, An?
dapat dilihat dalam kutipan dialog nomor ANI : Saya mau keluar dari
(10) berikut. sini.
SUDARMAN : Nanti dulu!
(10) Mira bangkit berdiri, terus berjalan Nanti dulu! Jangan tergesa-gesa
ke luar kedai, mendapatkan Awal. begitu, An. Siapa yang
berjalan menggunakan kruk pada menyuruh kau keluar dari sini?
kedua ketiaknya. Aku sayang kepadamu dan
Melihat hal itu Awal yang nafasnya berjanji akan menaikkan gajimu,
pendek itu mundur. Tangannya asal jangan pergi dari sini.
yang berdarah meraba kepala. ANI : Tidak, saya tak
hendak diikat. Saya mau hidup
Matanya berkeringat
merdeka.
AWAL : Oh …. (suaranya tidak
SUDARMAN : Ah, merdeka
terdengar, mundur dengan langkah
bagaimana? Nanti kau sukar
sempoyongan hampir jatuh)
mencari pekerjaan lagi, mencari
MIRA : (menyapu air mata di
kesenangan seperti di sini.
pipi) Ya, Mas. Inilah
ANI : Saya tidak senang di
kenyataanku. Kakiku buntung.
sini, karena itu saya mau pergi.
Buntung karena peperangan.
Saya harus jauhi segala
Tapi lantaran inilah Mas,
kepalsuan dalam rumah makan
lantaran ke atas aku cantik dan ke
ini, dan akan pergi bersama
bawah aku cacat. Selama ini aku
orang jujur (Sontani, 2014: 46).
bagimu merupakan teka-teki.
Tapi sekarang… (Sontani, 2014:
44). Data nomor (11) dan (12)
memperlihatkan gerak pembebasan yang
Ungkapan kritis emansipatoris dalam dilakukan oleh tokoh Ani. Gerak
naskah drama “Bunga Rumah Makan” pembebasan tersebut terlihat dari tindakan
terlihat dalam tokoh Ani. Gerak pembebasan tokoh Ani yang mulai menyadari bahwa
tersebut terlihat dalam keputusan Ani untuk dirinya terbelenggu dan memutuskan untuk
meninggalkan rumah makan Sambara dan pergi meninggalkan rumah makan.
pergi bersama Iskandar. Ani akhirnya
merasa bahwa rumah makan tersebut
membuat dirinya kerdil. Gerak pembebasan
M. Yuan Nora, Y. Yapi Taum, S. E. Peni Adji – Konsep-Konsep Realisme Sosialis dalam Dua … 71

5. KESIMPULAN yang diungkapkan tokoh Ani yang


menandakan bahwa dirinya tidak tahu lagi
Penelitian ini menganalisis naskah drama keberadaannya sebagai “makhluk” yang
“Awal dan Mira” dan “Bunga Rumah memiliki potensi lebih dari seorang pelayan
Makan” karya Utuy Tatang Sontani rumah makan. Ungkapan kritis
menggunakan teori realisme sosialis Georg emansipatoris dalam “Bunga Rumah
Lukacs. Lukacs dalam teorinya Makan”, ditemukan gerakan pembebasan
mengemukakan tiga konsep realisme sosial yang terlihat dalam keputusan tokoh Ani
yaitu, realitas objektif, refleksi artistik atas untuk meninggalkan rumah makan Sambara
realitas, dan ungkapan kritis emansipatoris. dan pergi bersama Iskandar. Ani akhirnya
Konsep realitas objektif dalam naskah merasa bahwa rumah makan tersebut
drama “Awal dan Mira”, ditemukan proses membuat dirinya kerdil.
atau upaya penyadaran bahwa manusia Konsep realisme sosialis dalam naskah
dapat terbebas dari rasa belenggu/terikat. “Awal dan Mira” dan “Bunga Rumah
Keterikatan tersebut terkait dengan (1) Makan” karya Utuy Tatang Sontani dapat
kekecewaan terhadap revolusi disimpulkan bahwa kedua naskah memiliki
pascapenjajahan, (2) kepercayaan terhadap persamaan. Persamaan konsep realitas
manusia, dan (3) nasib tragis orang miskin. objektif dalam kedua naskah adalah nasib
Refleksi artistik atas realitas dalam naskah tragis orang miskin, konsep refleksi artistik
drama “Awal dan Mira”, ditemukan atas realitas adalah realitas masyarakat yang
ungkapan kepalsuan yang memberikan masih terbelenggu kemiskinan dan kelas
gambaran atas realita masyarakat terkait sosial, dan konsep ungkapan kritis
dengan (1) keadaan masyarakat yang masih emansipatoris adalah ditemukan upaya atau
terbelenggu kelas sosial. Gambaran tersebut gerakan pembebasan dari kedua tokoh
terlihat dari upaya tokoh Ibu Mira yang utama (Mira dan Ani) untuk terbebas dari
menasihati Awal untuk tidak berharap kesadaran palsu yang selama ini
kepada Mira, karena perbedaan status sosial, membelenggu mereka.
simbol meludah yang dilakukan oleh tokoh
perempuan berbaju bagus kepada Mira, dan DAFTAR PUSTAKA
perasaan iri tokoh Si Baju Biru dan Putih
terhadap kaum bangsawan (menak). Abrams, M. H. 1971. The Mirror and The Lamp.
Ungkapan kritis emansipatoris dalam naskah Oxford: Oxford University Press.
drama “Awal dan Mira”, ditemukan (1) Anwar, Ahyar. 2012. Teori Sosial Sastra.
gerakan pembebasan dari rasa belenggu Yogyakarta: Ombak.
terkait dengan ketidakpercayaan diri karena Foulcher, Keith. 2020. Komitmen Sosial dalam
memiliki kekurangan fisik yang dilakukan Sastra dan Seni: Sejarah Lekra 1950-
oleh tokoh Mira. 1965. Diterjemahkan oleh Rima
Konsep realitas objektif dalam naskah Febriani dari judul asli Social
“Bunga Rumah Makan”, ditemukan proses Commitment in Literature and the Art:
penyadaran terkait dengan (1) nasib tragis The Indonesian Institute of People’s
orang miskin dan (2) praktik perkawinan. Culture 1950-1965. Bandung: Pusaka
Refleksi artistik atas realitas dalam “Bunga Bias.
Rumah Makan”, ditemukan (1) ekspresi seni
72 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 62—72

Karyanto, Ibe, 1997. Realisme Sosialis Georg Sontani, Utuy T. 2014. Awal dan Mira.
Lukacs. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Bandung: Pustaka Jaya.
Utama. _____________. 2014. Bunga Rumah Makan.
Lubis, DR. Nina H. 1998. Kehidupan Kaum Bandung: Pustaka Jaya.
Menak Priangan 1800-1942. Bandung: _____________. 2001. Di Bawah Langit Tak
Pusat Informasi Kebudayaan Sunda. Berbintang. Bandung: Pustaka Jaya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, Suharianto. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra.
dan Teknik Penelitian Karya Sastra. Surakarta: Widya Duta.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Taum, Yoseph Yapi, 2017. “Kritik Sastra
Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, Diskursif: Sebuah Reposisi.” Makalah
dan Penulisan Sastra dari Strukturalisme Seminar Nasional Kritik Sastra ‘Kritik
Hingga Poststrukturalisme Perspektif Sastra yang Memotivasi dan
Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Menginspirasi.’ Diselenggarakan oleh
Pelajar. Badan Pengembangan dan
Satoto, Soediro. 2012. Analisis Drama & Teater Pembinaan Bahasa Kemendikbud,
Bagian 1. Yogyakarta: Ombak. Jakarta 15-16 Agustus 2017.

Anda mungkin juga menyukai