Anda di halaman 1dari 8

풀따기 - 김 소 월

Karya Paper Pengantar Sastra Korea


disusun guna memenuhi Nilai UAS Pengantar Sastra Korea

Dosen: Bunga Astya Syafitri, M.Hum

Disusun Oleh :

Oboy 222007416022

UNIVERSITAS NASIONAL
2023
1. (LATAR BELAKANG BUDAYA, SEJARAH, DAN KEJADIAN)

Pada tahun 1910, Jepang secara resmi menduduki semenanjung Korea. Demi mengukuhkan diri
sebagai penguasa saat itu, Jepang melakukan berbagai usaha agar dapat melanggengkan posisinya.
Salah satunya adalah dengan melakukan 토지조사사업, yaitu kebijakan okupasi lahan masyarakat
demi kepentingan Jepang. Saat kebijakan ini dicanangkan, masyarakat lokal yang memiliki lahan
namun tidak dapat membuktikannya dengan dokumen kepemilikan, tanahnya akan direbut secara
paksa dan dijadikan milik negara. Selain mengokupasi secara paksa lahan milik warga lokal, Jepang
memiliki satu tujuan, yaitu mengamankan sumber pajak dari pengelolaan tanah. Kedua hal ini
menyebabkan perekonomian masyarakat Korea hancur.

Kenyataan yang berlangsung selama 9 tahun ini berbuntut kemarahan dari masyarakat Korea.
Perebutan tanah dan usaha pemerintah Jepang untuk mengekang kebebasan berekspresi para
intelektual Korea menjadi salah satu penyebab munculnya pemberontakan pada tanggal 1 Maret
1919 yang dikenal sebagai gerakan 1 Maret (삼일 운동). Meski protes tersebut tidak mengarah
pada harapan untuk mendapatkan kembali kedaulatan nasional karena berujung pada kegagalan,
namun hal itu berhasil membawa perubahan di bidang budaya.

Selepas terjadinya pemberontakan 1 Maret, Jepang menyadari bahwa kemungkinan pemberontakan


terjadi dari sisi masyarakat Korea semakin besar. Kebijakan 무단통치 (pemerintahan paksa
menggunakan kekuatan militer) yang selama ini diterapkan bergeser dan digantikan dengan
문화통치 (pemerintahan yang mengatur masyarakat lewat budaya). Kebijakan terkait kebudayaan
dicanangkan pada tahun 1920. Kebijakan ini memudahkan para intelektual Korea untuk
mempublikasikan dan menyuarakan pendapat mereka. Ledakan penerbitan segera terlihat, dengan
dirilisnya 409 izin untuk penerbitan majalah dan jurnal pada tahun 1920 saja. Ini sangat kontras
dengan jumlah perizinan yang hanya mencapai 40 selama 10 tahun sebelumnya.

Dengan kebebasan berekspresi yang baru mereka temukan, suasana optimisme menguasai kalangan
intelektual seolah-olah era baru telah dimulai bagi masyarakat Korea. Bagi pemerintahan kolonial,
menyensor dan memantau pemikiran-pemikiran bangsa Korea yang tertuang dalam tulisan,
merupakan tugas yang sulit. Pada awalnya, surat kabar yang memuat artikel yang dianggap tidak
layak harus disensor atau dihapus dan menggantinya dengan strip atau garis putus-putus (membuat
artikel surat kabar terlihat seperti "batu bata"). Karena ini membuat bagian yang dihapus dan
disensor tetap terlihat oleh pembaca dan mengingatkan mereka akan bagian-bagian terlarang dalam
teks, penyensoran semacam ini kemudian diganti dengan penghapusan bagian yang dikehendaki
(kolom teks yang disensor dibiarkan kosong).

1
Di satu sisi, setelah terjadinya gerakan 1 Maret, paham sosialisme mulai mengalir masuk ke
semenanjung Korea akibat dari terjadinya Revolusi Rusia. Masuknya gagasan sosialisme
memberikan harapan baru bagi masyarakat Korea tentang mimpi pembebasan dari nasib buruk yang
menjerat mereka. Hal ini dikarenakan paham sosialisme mendukung kesejahteraan secara kolektif.

Secara umum, sastra pada masa ini menandai berkembangnya kesusastraan modern secara penuh.
Tema tentang kebebasan individu mulai banyak diangkat. Muncul pula karya sastra yang
menunjukkan konflik berupa keinginan untuk meraih kebebasan yang tidak sejalan dengan
kenyataan. Di masa ini, banyak pengarang yang melakukan pengamatan terhadap realita penjajahan
dan mengangkatnya ke dalam karya. Karya sastra berisikan gagasan tentang sosialisme juga hadir
sebagai wujud menginginkan perubahan masyarakat.

2. (LATAR BELAKANG PENULIS PUISI/PENGARANG)

Biografi singkat Kim So Wol (김 소 월)

Kim So Wol (김소월) sebagai penyair terkenal Korea. Ia begitu produktif dalam dunia kesusastraan
puisi walaupun dalam waktu singkat karena ia harus mati muda. Salah satu karyanya yang terkenal
adalah 풀따기. Puisi periode 1925 an ini terdapat nuansa rumput. Oleh karena itu, penulis berniat
untuk menganalisis nuansa rumput dalam puisi tersebut memiliki makna apa.

Kim So Wol adalah seorang penyair terkenal dari Korea. Sebenarnya, nama Kim So Wol adalah
bukan nama aslinya. Nama asli sebenarnya adalah Kim Jeong Sik, namun Kim Jeong Sik lebih
dikenal dengan nama Kim So wol. Kim So Wol lahir pada tahun 1902 di Kusong, provinsi
Pyeongan Utara, Korea Utara. Menurut Andrei Lankov, masa kecil Kim So Wol sangat suram dan
menyedihkan.

Pada tahun 1915, Kim So Wol dapat masuk sekolah di Sekolah Menengah Osan. Semua itu adalah
berkat bantuan kakeknya yang banyak mengajari Kim So Wol ilmu China klasik. Di sekolah itu,
Kim So Wol bertemu dan diajar oleh seorang guru yang merupakan seorang penyair terkenal Korea
juga, bernama Kim Ok. Ketika bersekolah di Sekolah Menengah Osan, Kim So Wol memulai
kegiatannya menulis puisi. Pada tahun 1920, Kim So Wol naik ke podium dan mendeklamasikan
puisi karyanya. Salah satunya adalah Nangin eui Bom dari buku koleksi Changjo. Kim So Wol
meniti pendidikan selanjutnya di Akademi Paejae dan lulus dari sana pada tahun 1923. Tidak
berhenti di situ, Kim So Wol lalu melanjutkan pendidikannya ke tingkat universitas, yaitu
Universitas Dongkyeongsang (Universitas Tokyo), sebuah universitas di jepang. Pada tahun 1924,
Kim So Wol sibuk beraktivitas dalam suatu perkumpulan bersama Kim Dong In, Kim Chan Yeong,

2
Im Jang Hwa dan sebagainya dalam perkumpulan Yeongdae (Perkumpulan Generasi Abadi). Pada
tahun 1925, Kim So Wol menerbitkan sebuah buku koleksi puisinya yang terkenal Jindallaekot.
Kim So Wol memang seorang penyair yang berbakat dan terkenal, namun sangat disayangkan
bahwa Kim So WOl harus meninggal di usia yang masih muda. Kematian Kim SO WOl sendiri
masih kontroversi. Ada pihak yang menyatakan Kim So Wol meninggal karena overdosis dalam
mengkonsumsi opium (Mc Cann, 2004:18) dan ada pula pihak yang menyatakan bahwa Kim So
Wol meninggal karena bunuh diri (Lankov, Koreantime:2012). Namun, fakta yang ada dan
disepakati bersama adalah bahwa Kim So Wol meninggal pada tahun 1934 di usia 32 tahun.

Puisi 풀따기
walaupun Kim So Wol meninggal di usia muda, namun ia adalah seorang penyair yang sangat
produktif. Selama 32 tahun masa hidupnya, Kim So Wol telah menghasilkan puluhan karya puisi.
Salah satunya adalah 풀따기 (Memetik Rumput). Puisi ini itu di buat pada tahun 1925-an ketika
periode penjajahan Jepang.

풀따기

우리 집 뒷산에는 풀이 푸르고 Rumput hijau di digunung di belakang rumah kami


숲 사이의 시냇물 모래 바다는 Sungai diantara hutan
파아란 풀 그림자 떠서 흘러요 Bayang-bayang rumput biru di dasar berpasir mengapung dan
mengalir

Rerumputan hijau bertunas di atas bukit di belakang rumah pedesaan yang sunyi dan daun daun biru
terpantul di aliran sungai di hutan seluruh susana berwarna hijau. Rumput sepertinya mewakili
sesuatu yang positif atau sesuatu yang disukai.

그리운 우리 님은 어디 계신고 dimana kekasih kita


날마다 피어나는 우리 님 생각 Pikiran kita mekar setiap hari
날마다 뒷산에 홀로 앉아서 Setiap hari saya duduk sendiri di gunung belakang
날마다 풀을 따서 물에 던져요 Saya memetik rumput setiap hari dan membuangnya ke air

Seorang pria memetik dan melemparkan bilah rumput ke pelana di samping sungai. Rerumputan
seolah melambangkan kekasih yang dirindukan. Memetik rumput setiap hari dan membuang nya ke
air sepertinya menandakan bahwa dia selalu memikirkan orang lain.

3
흘러가는 시내의 물이 흘러서 Bilah-bilah rumput yang telah mengalir dan
내어 던진 풀잎은 엷게 떠갈 제 Terlempar ke air sungai yang mengalir
물살이 해적해적 품을 헤쳐요 Tersebar di lenganku, dan akan mengapung dengan ringan

Bilah-bilah rumput yang mengambang di sungai bergoyang saat arus bergerak. bilah bilah rumput
tampaknya berfungsi sebagai media penulis untuk memikirkan kekasihnya. Cara bilah rumput
bergoyang saat mengalir sepertinya pikiranku tentang mu hilang dan berkeliaran kesana kemari.

그리운 우리 님은 어디 계신고 Dimana kekasih kita


가여운 이 내 속을 둘 곳 없어서 kasihan, saya tidak punya tempat untuk meletakkan isi hati
saya yang menyedihkan
날마다 풀을 따서 물이 던지고 Saya memetik rumput setiap hari, membuangnya ke air dan
흘러가는 잎이나 맘해 보아요 melihat daun yang mengalir

Pria itu mengapungkan bilah-bilah rumput di sungai lagi hari ini. Dia merindukan kekasihnya.
Walaupun dia merindukan kekasihnya yang tidak ada disisinya, dia terlihat menguasai dirinya
dengan mencabut dan melemparkan rumput tanpa dendam dan berbicara tentang kekasihnya. (rasa
cintanya pada kekasihnya tidak akan berubah).

3. LATAR BELAKANG IDEOLOGI KARYA SASTRA

Teori Sastra Romantik

Para pengarang dalam zaman Romantik menunjukkan kerinduan dan minat yang sangat besar
terhadap berbagai masalah klasik dan tradisional. Mereka sangat mengagumi penulis-penulis klasik,
khususnya penulis roman, yang dianggap sebagai penulis yang patut menjadi model dan gaya para
seniman (roman muncul pada akhir abad ke-2 dan ke-3 di wilayah Yunani, Hellen. Wilayah
kebudayaan Hellen membentang di sekitar laut Tengah sampai India. Pada masa-masa itu
Heliodorus dari Emesa, Apuleius, dan Xenophon menulis roman untuk memuja Dewi Isis, dan
Philostrat menulis roman untuk memuja dewa Apollo. Ciri khas penulisan roman pada masa itu
adalah terkait emansipasi dan kesadaran manusia ketika berhadapan dengan paham-paham
mitologis murni.

Penulisan sastra dalam zaman Romantik seringkali diawali dengan kata-kata bernada supranatural
seperti: "Pada zaman dahulu kala" (The far away; the Long time ago), yang dianggap sebagai
simbolisme puitik. Mereka cenderung mencoba untuk mengungkapkan makna-makna di balik
kualitas-kualitas fisik. Ciri ini sesuai dengan kecenderungan para penulis roman Yunani yang mulai
4
menentang anggapan yang berlaku pada waktu itu bahwa kejadian-kejadian di dunia hanyalah
pelaksanaan mikro dari yang terjadi di atas. Penulis-penulis roman Yunani berikhtiar menjernihkan
pandangan-pandangan mitologis murni tentang dunia para dewata dengan menunjukkan bahwa
permainan para dewa dan kenikmatan hidup khayangan hanyalah citra belaka dari semacam
kerajaan duniawi. Roman muncul sebagai sarana emansipatoris, dan manusia memperbarui
sikapnya terhadap dunia dan sejarahnya. Mitos mulai dilihat secara dewasa, kesusilaan dituntut,
juga perikemanusiaan, tanggung jawab, dan kesederhanaan, sekalipun dimensi transendensinya
belum terputus sama sekali.

Zaman Romantik ditandai dengan semacam "manifestasi’' (pernyataan) yang revolusioner dari
Wordsworth yang menegaskan bahwa karya sastra yang baik adalah peluapan yang spontan dari
perasaan-perasaan yang kuat. Sastra bukan lagi dilihat sebagai cermin tindak-tanduk manusia.
Unsur utama sastra adalah perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia penyair yang dikumpulkan
dalam keheningan refleksi yang mendalam, yang kemudian diisi dengan pemikiran dan revisi dalam
proses komposisinya. Akan tetapi, sastrawan yang baik, menurut mereka, selalu mendahulukan
aspek sponanitasnya. Ibarat tumbuhnya tanaman yang mengikuti prinsip-prinsip organismenya
sendiri secara inheren, demikian pula seharusnya konsep setiap karya seni.

Dalam zaman ini, kritik ekspresif mendapat perhatian utama. Oleh karena karya sastra dipahami
sebagai ekspresi, luapan, atau ungkapan perasaan pengarangnya, atau sebagai hasil imajinasi
pengarangnya yang menjabarkan pandangan, pemikiran, dan perasaannya, maka tolok ukur
penilaian terhadap karya sastra terutama ditujukan kepada: kesungguhan hatinya (sincerity),
keasliannya (genuineness), dan kememadaiannya (adequacy) dalam mengungkapkan visi dan
pemikiran individual si pengarang itu sendiri. Khusus pengarang, baik yang disadarinya maupun
yang tidak disadarinya, kritik semacam ini masih diteruskan dalam tradisi-tradisi kritik sastra
psikoanalitik dan kritik kesadaran (critics of consciousness) dalam mazhab Jenewa.

4. Analisis Makna Rumput dalam Puisi

Puisi di Korea pada awalnya ditulis menggunakan aksara China dan mempunyai peraturan sangat
kaku. Namun, semakin berjalannya waktu, puisi di Korea semakin bervariasi dan lebih bebas. Hal
itu disebabkan juga oleh pengaruh dari budaya luar Korea, seperti Jepang dan Barat.
Puisi sebagai salah satu bidang kesusastraan di Korea sangat mendarah daging dalam masyarakat
dan bangsa Korea. Puisi di Korea tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tapi juga sebagai

5
ungkapan rasa nasionalisme. Puisi banyak digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan pendapat
dan gagasan oleh masyarakat sehingga sangat berperan penting dalam perjalanan sejarah Korea.
Secara umum, tema dan karakteristik puisi di Korea dapat dibedakan menurut periodenya. Pada
periode awal, jenis puisi Korea yang banyak ditulis berupa Sijo dan Saseol Sijo, yaitu jenis puisi
pendek yang mempunyai bentuk kaku dan teratur. Kemudian, pada masa pencerahan (1860-1910),
jenis puisi yang banyak ditulis berupa Gasa, Changga, Sinchesi, dan 4 Haengsi. Pada periode ini,
puisi menjadi lebih bebas dari segi bentuk maupun isi. Lalu, pada periode 1920-an (1919-1931)
adalah masa ketika pergerakan orang Korea melawan penjajahan dan pengaruh Jepang. Puisi pada
masa ini digunakan sebagai ‘senjata’ halus untuk mempengaruhi masyarakat dan meningkatkan rasa
nasionalisme mengusir Jepang.
Puisi 풀따기 karya Kim So Wol masuk pada periode tahun 1920-an, yaitu pada masa pergerakan.
Puisi 풀따기 bercerita tentang seseorang yang merindukan kekasihnya, akan tetapi dalam puisi ini,
kerinduan akan cinta diekspresikan selaras dengan pemandangan alam. Penulis yang tidak memiliki
cara untuk mengungkapkan kerinduannya terhadap kekasihnya, mengulangi perasaannya yang
rumit dengan cara memetik rumput.
apabila kita analisis puisi tersebut lebih dalam, maka akan memiliki arti seperti berikut :
Bait pertama : Rerumputan hijau bertunas di atas bukit di belakang rumah pedesaan yang sunyi
dan daun daun biru terpantul di aliran sungai di hutan seluruh susana berwarna hijau. Rumput
sepertinya mewakili sesuatu yang positif atau sesuatu yang disukai.
Bait kedua : Seorang pria memetik dan melemparkan bilah rumput ke pelana di samping sungai.
Rerumputan seolah melambangkan kekasih yang dirindukan. Memetik rumput setiap hari dan
membuang nya ke air sepertinya menandakan bahwa dia selalu memikirkan orang lain.
Bait ketiga : Bilah-bilah rumput yang mengambang di sungai bergoyang saat arus bergerak. bilah
bilah rumput tampaknya berfungsi sebagai media penulis untuk memikirkan kekasihnya. Cara bilah
rumput bergoyang saat mengalir sepertinya pikiranku tentang mu hilang dan berkeliaran kesana
kemari.
Bait keempat : Pria itu mengapungkan bilah-bilah rumput di sungai lagi hari ini. Dia merindukan
kekasihnya. Walaupun dia merindukan kekasihnya yang tidak ada disisinya, dia terlihat menguasai
dirinya dengan mencabut dan melemparkan rumput tanpa dendam dan berbicara tentang
kekasihnya. (rasa cintanya pada kekasihnya tidak akan berubah).
ini adalah karya yang bisa merasakan emosi, karena penulis menaruh pemikirannya diatas sehelai
rumput, yang ia percayakan mengalir di atas air. melalui pengulangan tindakan mencabut rumput
dan membuangnya ke dalam air itu akan muncul, tapi kekasihnya pergi begitu saja sehingga
membuat penulis tidak ada daya, pada akhirnya seperti kabut air yang tanpa daya dan tidak jelas.
Kata mekar pada baris ke 5, itu hanya menunjukan keberadaan yang akan segera menghilang.

6
Dalam tradisi puisi Korea, ada cara untuk menyampaikan isi hati seseorang kepada orang lain
dengan mengandalkan air atau awan. Disini penulis menuangkan kesedihannya kepada air. Air juga
melambangkan kebebasan karena air mengalir kemana saja. Namun, simbol tersebut tidak muncul
sebagai kebalikan dari pengekangan dan ketidakbebasan. Fakta sebaliknya bahwa itu muncul,
sebagai media untuk meringankan dan menenangkan dan menghilangkan pengekangan dan
kebebasan yang tidak nyaman.
Itu adalah tradisi yang sama dengan aliran Pemetikan Rumput, sehelai rumput yang dibuang tersapu
bersih, arus menembus lengan penulis (baris 9,10), itu adalah ekspresi misterius.

Anda mungkin juga menyukai