Anda di halaman 1dari 29

ASKEP PADA KLIEN KETERGANTUGAN NAPZA

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
CELSY ELVIRA C1814201059
FAUSTINO ATBAR C1814201066
HERDA ANNEKE SOPUTAN C1814201073
MARGARETHA MELANIA C1814201081
PAETRICK P. S de FRETES C1814201090
SURYA NATANIEL C1814201097

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STELLA MARIS MAKASSAR
2020
KATA PENGHANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena
limpahan berkatnya sehingga tugas makalah ini dapat kami selesaikan.
Dalam kesempatan ini kami ingin berterima kasih kepada pihak yang mauu
meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini mampu menambah ilmu bagi para pembaca.
Karena keterbatasan ilmu, kami tetap banyak kekurangan dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kami sangat berharap saran dan kritikan yang membangun
berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang sangat kompleks yang


memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama
multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, konsekuen, dan konsisten. Meskipun dalam kedokteran sebagian
besar narkoba masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau
digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai
peredaran di jalur ilegal akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat
luas khususnya generasi muda. Indonesia saat ini tidak hanya sebagai transit perdagangan
gelap serta tujuan peredaran narkoba, tetapi juga telah menjadi produsen dan pengekspor.
(Kemenkes RI,2014)
Jumlah kasus narkoba berdasarkan penggolongannya yang masuk dalam kategori
narkotika terus mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir sedangkan yang masuk
dalam kategori psikotropika jumlah kasusnya kian menurun, hal ini terlihat jelas pada tahun
2009 jumlah kasus psikotropika 8.779 kasus dan tahun 2010 jumlah kasus psikotropika
menurun secara signifikan menjadi 1.181 kasus.
Berdasarkkan Kemenkes (2014) dalam menangani penyalahguna narkoba saat ini
melibatkan berbagai sektor, antara lain Rumah Sakit khususnya Rumah Sakit
Ketergantungan Obat (RSKO) dan Rumah Sakit Jiwa (RSJ), Panti Rehabilitasi Sosial
Narkotika (PRSN), pesantren, lembaga pemasyarakatan, dan lembaga swadaya masyarakat
yang bergerak dalam bidang penanggulangan masalah penyalahgunaan narkoba.
Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
yang mengamanatkan pencegahan, perlindungan, dan penyalamatan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan narkotika serta menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial
bagi penyalahguna dan pecandu narkotika, dimana pada pasal 54 menyebutkan bahwa
“korban penyalahguna dan pecandu narkotika wajib rehabilitas”. Undang-undang tersebut
juga sudah mengatur bahwa rehabilitasi adalah alternative lain dari hukuman penjara.
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui
pendekatan nonmedis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita
sindrom ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.
Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan
kebutuhan (Depkes, 2002)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan NAPZA?
2. Sebutkan jenis-jenis dan golongan NAPZA?
3. Apa yang dimaksud psikotropika?
4. Apa saja gejala klinis dari penyalagunaan NAPZA?
5. Apa saja faktor penyebab penggunaan narkoba?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang NAPZA
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dan goolongan NAPZA
3. Untuk mengetahui tentang psikotropika
4. Untuk mengetahui klinis dari penyalgunaan NAPZA
5. Untuk mengetahui faktor penyebab penggunaan narkoba
BAB II
ISI
Definisi
Napza (narkotika , psikotropika, dan zat adiktif lain) adalah bahan / zat/ obat yang bila masuk
ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/ sususnan saraf pusat,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi ) terhadap NAPZA. Istilah
NAPZA umumnya di gunakan oleh sector pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada
upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan social. NAPZA sering di sebut
sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan
perilaku, perasaan, dan pikiran. Rentang respon gangguan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi
dari kondisi yang ringan sampai yang berat, indicator rentang respon ini berdasarkan perilaku
yang di tampakkan oleh remaja dengan gangguan penggunaan zat aiktif sebagai berikut :
1. Respon adaptif
2. Respon maladaptive
3. Eksperimental rekreasional situasional penyalahgunaan ketergantungan.

-Eksperimental : kondisi pengguna taraf awal, yang di sebabkan rasa ingin tahu dari remaja.
Sesuai kebutuhan pada masa tumbuh kembangnya , ia biasanya ingin mencari pengalaman yang
baru atau sering pula di katakana taraf coba-coba.
-Rekreasional : penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman sebaya. Misalnya
pada waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun, penggunaan ini bertujuan rekreasi
bersama teman-temannya.
-Situasional : mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan diri atau
mengatasi masalah yang di hadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang konflik
stress dan frustasi.

Jenis-jenis NAPZA :
1. Heroin : Serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid atau menekan nyeri dan juga
depresan SSP.
2. Kokain : di olah dari pohon coca yang punya sifat halusinogenik.
3. Putau : golongan heroin, berbentuk bubuk.
4. Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol berasal dari daun cannabis yang di
keringkan, komsumsi dengan cara di hisap seperti rokok tapi menggunakan hidung.
5. Shabu-shabu : Kristal yang berisi methamphetamine, di komsumsi dengan menggunakan
alat khusus yang di sebut bong kemudian di bakar.
6. Ekstasi : methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul, mampu
meningkatkan ketahanan seseorang ( disalahgunakan untuk aktivitas seksual dan aktivitas
hiburan di malam hari )
7. Diazepam, nipam, megadon : obat yang jika di komsumsi secara berlebihan
menimbulkan fek halusinogenik.
8. Alcohol : minuman yang berisi produk fermentasi menghasilkan etanol, dengan kadar di
atas 40 % mamnapu menyebabkan depresi susnan saraf pusat, dalam kadar tinggi bisa
memicu sirosis hepatic, hepatitis alkoholik maupun gangguan system persarafan.

Golongan Napza
A. Narkotika
1. Narkotika ( menurut UU RI Nomor 22 taun 1997 tentang Narkotika ). Narkotika :
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mnegurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
2. Narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan :
a. Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya dapat di gunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan, dan tidak di tujukan untuk tearpi serta mempunyai potensi
sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, ( contoh : heroin/putauw, kokain.
Ganja )
b. Narkotika golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatandi gunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat di gunakan dalam terapi atau tujuan
pengembagan ilmu pengetauan serta mempunyaipotensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan ( contoh : morfin, petidin)
c. Narkotika golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
di gunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan ( contoh : kodein ).
B. Psikotropika
Psikotropika ( menurut UU RI No.5 tahun 1997 tentang psikotropika ). Psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika di bedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
a. Psikotropika golongan 1 : psikotropika yang hanya dapat di gunakan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan tidak di gunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sidroma ketergantungan. ( contoh : ekstasi, shabu, LSD).
b. Psikotropika golongan II : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat di gunakan
dalam terapi, dan / tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sidroma ketergantungan. ( contoh mamifetamin, metilfemidat, Ritalin)
c. Psikotropika golongan III : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak di
gunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sidroma ketergantungan ( contoh : pentobarbital, flunitrazepam ).
d. Psikotropika golongan IV : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas di
gunakan dalam terapi dan tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan ( contoh : diazepam, bromazepam,
fenobarbital,klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil koplo, Rohip.
Dum,MG).
 Jenis-Jenis Bahan Berbahaya Lainnya
Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan Psikotropika atau
Zat-zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan.

1. Minuman Keras
Adalah semua minuman yang mengandung Alkohol tetapi bukan obat.
Efek Samping Yang Ditimbulkan
Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan
segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda,
tergantung dari jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah
yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih
mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan
kemarahan. Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai
berikut : merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan
terhambat menjadi lebih emosional ( sedih, senang, marah secara
berlebihan ) muncul akibat ke fungsi fisik - motorik, yaitu bicara cadel,
pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa
sampai tidak sadarkan diri.
Kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk
memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu, mulut rasanya kering.
Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula
akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas
(untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut
biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah
kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi
hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti
ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan
juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan
berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu
kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.
a. Nikotin

Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk
nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu,
dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan dikunyah
(tembakau tanpa asap).
Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa berbahayanya
merokok bagi kesehatan
tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus merokok. Hal
ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat kuat.
o Efek Samping Yang Ditimbulkan
Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan perhatian,
belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan maslah. Menghisap rokok
meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan perasaan depresif.
Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah serebral tanpa
mengubah metabolisme oksigen serebtral.
Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran darah serebral.
Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak sebagai relaksan
otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin. Nikotin adalah zat
kimia yang sangat toksik. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena
paralisis ( kegagalan ) pernafasan.
b. Desainer

Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. MEreka
membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-obat itu
dibuat tanpa memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan uang dan secara
sengaja membiarkan para pembelinya kecanduan dan menderita. Zat-zat ini banyak
yang sudah beredar dengan nama speed ball, Peace pills, crystal, angel dust rocket
fuel dan lain-lain.

EFEK / AKIBAT PEMAKAIAN ZAT

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat


digolongkan menjadi 3 golongan :

1. Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional


tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan
membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida
(morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan
tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan (Upper)

Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan


meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif,
segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin
(shabu, esktasi), Kafein, Kokain.

3. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang
yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak
digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD,
Mescalin.

Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial
seseorang.diantaranya :
1. Dampak Fisik:
Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, kerusakan syaraf tepi
 Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot
jantung, gangguan peredaran darah

 Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim

 Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran


bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

 Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:


penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan
fungsi seksual

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan
periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)

 Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga
saat ini belum ada obatnya
 Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi
narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan
kematian

2. Dampak Psikologi:
 Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

 Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

 Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

 Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

 Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

 Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

 Merepotkan dan menjadi beban keluarga

 Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Dampak fisik dan psikis berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan


mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak
mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat
kuat untuk mengkonsumsi (biasa disebut sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga
berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri,
pemarah, manipulatif, dll.

FAKTOR PENYEBAB PENGGUNAAN NARKOBA


Faktor penyebab penggunaan narkoba antara lain:
1. Ingin terlihat gaya
Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pamakainya menjadi lebih berani, keren,
percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek keren yang terlihat oleh orang lain
tersebut dapat menjadi trend pada kalangan tertentu sehingga orang yang memakai zat
terlarang itu akan disebut trendy, gaul, modis, dan sebagainya.
2. Solidaritas Kelompok
Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang tinggi antar anggota
biasanya memiliki nilai solidaritas yang tinggi. Misalnya, jika ketua atau beberapa
anggota kelompok yang berpengaruh pada kelompok itu menggunakan narkotik, maka
biasanya anggota yang lain baik secara terpaksa atau tidak terpaksa akan ikut
menggunakan narkotik itu agar merasa seperti keluarga senasib sepenanggungan.
3. Menghilangkan rasa sakit
Seseorang yang memiliki suatu penyakit atau kelainan yang dapat menimbulkan rasa
sakit yang tidak tertahankan dapat membuat orang jadi tertarik jalan pintas untuk
mengobati sakit yang dideritanya yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan zat
terlarang.
4. Coba-coba / penasaran
Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu zat yang dilarang,
seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat untuk mencicipi nikmatnya zat
terlarang tersebut. Jika iman tidak kuat, maka seseorang dapat mencoba ingin mengetahui
efek dari zat terlarang. Tanpa disadari dan diinginkan orang yang sudah terkena zat
terlarang itu akan ketagihan dan akan melakukannya lagi berulang-ulang tanpa bisa
berhenti.
5. Menyelesaikan Masalah
Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah dapat terjerumus dalam
pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar dapat tidur nyenyak atau jadi gembira
ria dan kemudian merasa masalahnya terselesaikan sejenak.
6. Mencari Tantangan / Kegiatan Beresiko
Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki resiko tinggi dalam
menjalankan aksinya ada yang menggunakan obat terlarang agar bisa menjadi yang
terhebat, penuh tenaga dan penuh percaya diri.
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan melalui


beberapa cara, sebagai berikut ini :

a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan


dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan.
Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di
sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat hiburan
malam oleh pihak keamanan, pengawasan obat-obatan illegal dan melakukan tindakan-
tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya
penyalahgunaan Narkoba.

b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba melalui


jalur hokum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat kemananan yang
dibantu oleh masyarakat. Jika masyarakat mengetahui harus segera melaporkan kepada
pihak berwajib dan tidak boleh main hakim sendiri.

c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis maupun
dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat penyembuhan dan
rehabilitas pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren, yayasan
Pondok Bina Kasih dll.

d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak
kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan
memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat dalam
keadaan sehat jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba
yang sudah sadar dan bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu
narkoba.

Upaya pencegahan penyalahgunaan napza :

Upaya pencegahan meliputi 3 hal :

1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan


melakukan intervensi.

Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko tinggi
untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka
agar tidak menggunakan NAPZA.

Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat
menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.
2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan
NAPZA.

3. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.

Etiologi
Factor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA meliputi :
1. factor bilogik
a. Kecendrugan keluarga, terutama penyalahgunaan alcohol.
b. Perubahan metabolism alcohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak
nyaman.

2. factor psikologik
a. Tipe kepribadian ketegantungan
b. Harga diri rendah biasanya sering berhubungan dengan penganiayaan waktu masa
kanak-kanak.
c. Perilaku maladaptif yang di pelajari secara berlebihan
d. Mencari kesenagan dan menghindari rasa sakit
e. Sifat keluarga, termaksud tidak stabil, tidak ada contoh peran yang positif, kurang
percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak secara individu, dan orang tua yang
adiksi.

3. factor sosiokultural
a. Ketersediaan dan penerimaan sosail terhadap pengguna obat
b. Ambivalens social tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai zat seperti
tembakau, alcohol dan mariyuana
c. Sikap, nilai, norma dan sanksi kultural
d. Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan kesempatan.

Manisfestasi klinis
Berikut adalah beberapa tanda dan gejala yang sering tampak pada para pengguna NAPZA, di
lihat dari :
1. ciri-ciri umum
a. Terjadi perubahan perilaku yang signifikan
b. Sulit di ajak bicara
c. Mulai sulit untuk di ajak terlibat dalam kegiatan keluarga
d. Mulai sering pulang terlambat tanpa alasan
e. Mudah tersinggung
f. Mulau berani membolos dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari.

2. perubahan fisik dan lingkungan


a. Jalan sempoyongan, bicara pelo, dan tampak terkantuk-kantuk
b. Mata merah dan berair
c. hidung berair atau seperti pilek
d. Pola tidur berubah, bangun di malam hari dan bangun di siang hari
e. Kamar tidak mau di periksa atau selalu terkunci
f. Sering menerima telfon atau tamu yang tidak di kenal
g. Di temukan obat-obatan, kertas timah, jarum suntik, dan korek api di kamar
atau di dalam tas.

3. perubahan perilaku social


a. Menghindari kontak mata langsung ketika berbicara dengan orang lain
b. Berbohong atau memanipulasi keadaan
c. Kurang disiplin
d. Bengong atau linglung
e. Suka membolos sekolah atau dari pekerjaan kantor
f. Mengabaikan kegiatan ibadah
g. Menarik diri dari aktifitas bersama keluarga
h. Sering menyendiri atau bersembunyi di kamar mandi, di gudang atau di tempat-tempat
tertutup

4. perubahan paikologis
a. Mudah tersinggung
b. Sering terjadi perubahan mood yang mendadak
c. Malas melakukan aktivitas sehari-hari
d. Sulit brkonsentrasi
e. Tidak memiliki tanggung jawab
f. Emosi tidak terkendali
g. Tidak peduli dengan nilai atau norma yang ada
h. Merasa di kucilkan atau menarik diri dari lingkungan
i. Cendrung melakukan tindak pidana kekerasan

Gejala yang muncul pada kegawatdaruratan yang muncul


1. Penurunan kesadaran
2. Frekuensi pernafasan < 12x/menit
3. Pupil miosis
4. Adanya riwayat pemakaian morfin/heroin/terdapat tanda bekas jarum suntik (needle
track sign)
Tanda-tanda kemungkinana penyelahgunaan narkotika dan zat adiktif
a) Fisik
1. Berat badan turun drastis
2. Mata terlihat cekung dan merah,muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.
3. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk
dan tanda bekas luka sayatan. Doresan dan perubahan warna kulit di
tempat bekas suntikan
4. Buang air besar dan kecil kurang lancar
5. Sembelit atau sakit perut tanpa alsan yang jelas
b) Emosi
1. Sangat sensitif dan cepat bosan
2. Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukan sikap membangkang
3. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul atau berbicara kasar
terhadap anggota keluarga atau orang di sekitarnya
4. Napsu makan tidak menentu
A. Komplikasi
1. HIV, hepatitis dan beberapa penyakit menular lainnya
2. Penyakit jantung dan pembuluh darah. Mulai dari detak jantung abnormal sampai
serangan jantung
3. Penyakit gangguan pernapasan sejumlah zat psikotropika juga dapat mengakibatkan
lambatnya pernapasan, menghalangi udara segar memasuki paru-paru yang lebih
buruk dari gejala asma
4. Penyakit nyeri lambung penggunaan kokain juga dapat mengakibatkan nyeri pada
lambung
5. Penyakit kelimpuhan otot beberapa jenis narkoba juga dapat mengakibatkan kejang
otot yang hebat, bahkan bisa berkelanjutan pada kelumpuhan otot
6. Penyakit gagal ginjal beberapa jenis narkotika juga dapat memicu kerusakan ginjal
7. Penyakit neurologis penggunaan narkoba juga dapat mengakibatkan perubahan fungsi
otak, sehingga menimbulkan permasalahan ingatan
8. Penyeakit kelainan mental penyalagunaan narkoba mendorong terjadinya
paranoid,depresi,agresi, dan halusinasi
9. Penyakit kelainan hormon semua perusakan ini meliputi kemandulan dan penyusutan
testikel pada pria
10. Penyakit kanker aktifitas merokok nikotin ini biasanya dihubungkan dengan penyakit
kankr mulut,leher,lambung dan paru-paru
11. Penyakit gangguan kehamilan penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan kelahiran
prematur,keguguran,penurunan berat bayi
12. Permasalahan kesehatan lainnya perlu diketahui pula bahwa semua jenis narkoba
tersebut memiliki potensi merubah fungsi tubuh secara keseluruhan
B. Pemeriksaan diagnostik
1. VCT (visite conselling test) untuk mengetahui terkena HIV AIDS

C. Penatalaksanaan

Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari
tubuh dapat dilakukan secara medis atau nonmedis. Secara medis dektofikasi ada 2:

1. Melakukan pengurungan dosis secara bertahap dan mengurangi tingkat ketergantungan


2. Penggunakan antagonis morfin: senyawa yang dapat mempercepat proses neuroregulasi
(pengaturan kerja saraf)
Rehabilitasi atau pemulihan:
Mencakup rehabilitasi secara fisik dan mental/psikis serta rehabilitasi secara sosial seperti
memperbaiki hubungan dengan keluarga, teman-teman dan orang-orang lain dilingkungan
sekitar
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KETERGANTUNGAN NAPZA

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. D
b. Umur : 20 Tahun
c. Jenis kelamin : laki-laki
d. Agama : Katolik
e. Alamat : Jln. Ahmad Yani km.3

2. Alasan masuk rumah sakit

Biasanya karena timbul gejala-gejala ketergantungan terhadap NAPZA. Alasan


masuk tanyakan pada keluarga klien.

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan pada klien apakah pernah menggunakan narkotika,
psikotropika atau zat adiktif lainnya sebelumnya
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan umum: klien dengan pengguna napza biasanya akan dijumpai
kondisi yang disebut intoksikasi (teler) yang menyebabkan perubahan memori,
perilaku, kognitif, alam perasaan dan kesadaran
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: klien dengan pengguna napza biasanya akan dijumpai kondisi yang
disebut intoksikasi (teler) yang menyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif,
alam perasaan dan kesadaran.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : hipotensi/normal
Nadi : takikardi
Suhu : meningkat, berhubungan dengan gangguan keseimbangan cairan elektrolit
Pernafasan : sesak nafas, nyeri dada
Berat badan : mengalami penurunan akibat nafsu makan menurun
Keluhan fisik : nyeri sendi, otot dan tulang

4. Pola fungsi kesehatan

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Biasanya klien mengalami halusinasi


2. Pola nutrisi dan metabolisme
Selera makan pasien menurun
3. Pola eleminasi
Biasanya pasien mengalami diare berat
4. Pola aktivitas/latihan

Aktivitas klien terganggu karena terdapat Keluhan fisik : nyeri sendi, otot
dan tulang. aktivitas sekolah atau kuliah yang menurun sampai berhenti, pekerjaan
terhenti..

5. Pola istrahat dan tidur

Pola tidur berubah, misalnya pagi susah dibangunkan dan malam suka
begadang

6. Pola Kognisi Dan Persepsi Sensori

Kelambatan : hipoaktifitas (lesu), katalepsi (gangguan kesadaran)


Peningkatan : gelisah, TIK, grimasen (gerakan otot muka yang berubah-ubah, tidak
dapat dikontrol), tremor, kompulsif (kegiatan yang dilakukan berulang)
7. Pola Konsep Diri

klien dengan penyalahgunaan NAPZA biasanya memiliki emosi yang berubah-


ubah (cepat marah, depresi, cema, eforia)

8. Pola Peran dan hubungan

Banyak mengurung diri dalam kamar, menghindari bertemu anggota keluarga


lainnya karena takut ketahuan, dan menolak makan bersama. Bersikap tidak ramah,
kasar terhadap anggota keluarga lainnya, dan mulai suka berbohong
9. Pola seksualitas
Penurunan libido, kebingungan dalam identitas seksual

10. Pola mekanisme koping


Biasanya pasien kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, tidak bisa
menerima kenyataan dan mengalami stress yang berlebihan. Mekanisme koping yang
biasanya digunakan adalah menerima tanggungjawab

11. Pola nilai dan kepercayaan


Nilai dan keyakinan : Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik untuk kesehatan.
Kegiatan ibadah : Tidak menjalankan ibadah selama menggunakan NAPZA
B. Analisa data
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS :- Halusinasi Resko perilaku
kekerasan
DO:
- Tampak pasien memiliki emosi
yang berubah-ubah (cepat
marah, depresi, cema, eforia)
- Tampak pasien bersikap tidak
ramah dan kasar terhadap orang
lain
2. DS: Gangguan irama Penurunan curah
- Pasien mengatakan sesak nafas jantung jantung
- Pasien mengatakan mudah
kelelahan
DO:
- Irama jantung pasien takikardi
- Pasien tampak cemas
3. DS:- Menurunnya ekspansi Ketidakefektifan pola
DO: paru nafas
- Pasien tampak sesak nafas
- Pasien tampak nyeri pada dada

4. DS: Agen cedera biologis Nyeri akut


- Pasien mengatakan nyeri pada
sendi, tulang dan otot
DO:
- Tampak pasien meringis dan
menahan sakit
5. DS: Kurang asupan nutrisi kurang dari
- Pasien mengeluh mual dan makanan kebutuhan tubuh
muntah, kurang nafsu makan
DO:
- Pasien tampak lemas

C. Diagnosa keperawatan
1. Resko perilaku kekerasan b/d halusinasi
2. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung
3. Ketidakefektifan pola nafas b/d menurunnya ekspansi paru
4. Nyeri akut b/d agen cedera biologis
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurang asupan makanan

D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
.
1. Resikoperilaku Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi tingkah laku klien
kekerasan b/d selama 3x24 jam pasien terkait halusinasiyang
halusinasi mampu: dialami
- mengidentifikasi jenis 2. Diskusikan bersama klien
halusinasi pasien tentang isi halusinasi yang
- mengidentifikasi isi halusinasi sedang dialami
pasien 3. Beri kesempatan kepada
- mengidentifikasi waktu klien untuk menungkapkan
halusinasi perasaannya
- mengidentifikasi frekuensi 4. Diskusikan dengan klien
halusinasi pasien tentang waktu terjadinya
- mengidentifikasi situasi yang halusinasi(pagi, siang, sore,
menimbulkan halusinasi pasien malam)
5. Diskusikan dengan klien
tentang frekuensi terjadinya
halusinasi(sering, hanya
sekali/kadang-kadang)
6. Diskusikan situasi dan
kondisi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi
2. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
jantung b/d gangguan selama 3x24 jam diharapkan RR
irama jantung penurunan kardiak output klien 2. Monitor jumlah, bunyi dan
teratasi dengan kriteria hasil: irama jantung
- Tanda Vital dalam rentang 3. Monitor suhu, warna, dan
normal (Tekanan darah, kelembaban kulit
Nadi, respirasi) 4. Jelaskan pada pasien tujuan
- Dapat mentoleransi dari pemberian oksigen
aktivitas, tidak ada 5. Atur periode latihan dan
kelelahan istirahat untuk menghindari
- Tidak ada edema paru, kelelahan
perifer, dan tidak ada asites 6. Identifikasi penyebab dari
- Tidak ada penurunan perubahan vital sign
kesadaran 7. Minimalkan stress
- AGD dalam batas normal lingkungan
- Tidak ada distensi vena
leher
- Warna kulit normal
3. Resiko Setelah dilakukan perawatan Manajemen jalan napas
ketidakefektifan pola selama 3x24 jam diharapkan 1. Posisikan pasien untuk
nafas b/d menurunnya pola napas kembali efektif memaksimalkan ventilasi
ekspansi paru dengan kriteria hasil: 2. Auskultasi bunyi napas
- Mempertahankam pola 3. Awal, frekuensi,
pernafasan efektif kedalaman dan upaya
- Memperlihatkan frekuensi pernapasan
respirasi yang normal 4. Pertahankan kepala tempat
- Memperlihatkan tidur dnegan posisi miring
pengembangan thorax yang 5. Awasi frekuensi kedalaman
penuh tanpa gejala dan upaya pernapasan.
pernapasan dangkal Monitor jumlah pernapasan
- Kapasitas dalam rentang dengan observasi TTV
normal 6. Kolaborasi dengan tim
- Bebas dipsnea dan sianosis medis dalam pemantauan
dan nilai GDA dalam batas perkembangan pasien
normal 7. Awasi seri GDA, nadi,
obsimetri, ukur kapasitas
vital, foto dada
4. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
cedera biologis keperawatan selama 3x24 jam 1. Melakukan pengkajian
pasien dpaat mengontrol nyeri nyeri yang komprehensif
dengan indicator: termasuk lokasi,
- Mengenali faktor penyebab karakteristik, durasi,
- Mengenali onset (lamanya frekuensi, kualitas dan
sakit) faktor presipitasi
- Menggunakan metode 2. Memastikan perawatan
menganalgesik sesuai analgasik bagi pasien
kebutuhan dilakukan dengan
- Mengenali gejala-gejala pemantauan yang ketat
nyeri 3. Gali pengetahuan dan
- Melaporkan nyeri sudah kepercayaan pasien
terkontrol mengenai nyeri
- Mengatakan rasa nyaman 4. Mencari faktor-faktor yang
setelah nyeri berkurang dpat menurunkan atau
memperberat nyeri
5. Kolaborasi dengan pasien
dan orang terdekat, dan tim
kesehatan untuk memilih
tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi sesuai
dengan kebutuhan
6. Dorong pasien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya sesuai kebutuhan
7. Beritahu dokter jika nyeri
berubah dari sebelumnya
5. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan perawatan Monitor nutrisi
nutrisi kurang dari selama 3x24 jam, diharapkan 1. BB pasien dalam batas
kebutuhan tubuh b/d pasien dapat meningkatkan normal
kurang asupan status nutrisi pasien normal 2. Monitor turgor kulit
makanan dengan kriteria hasil: 3. Monitor kalori dan intake
- Intake nutrient normal nutrisi
- Intake makanan normal 4. Kolaborasi dengan ahli gizi
- BB normal untuk menentukan jumlah
- Masa tubuh normal kalori dan nutrisi yang
- Intake cairan normal dibutuhkan
- Mempunyai keinginan 5. Ajarkan pasien bagaimana
untuk makan membuat catatan makan
- Nafsu makan meningkat harian
- Mengurangi frekuensi dan 6. Berikan informasi tentang
intensitas awal kebutuhan nutrisi
7. Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
8. Monitor mual dan muntah
9. Kaji penyebab mual dan
muntah
10. Diskusikan dengan pasien
dan keluarga mengenai
persepsi atau faktor
penghambat kemampuan
atau keinginan untuk
makan
Pathway

NAPZA

Melalui saluran pernafasan melalui saluran pencernaan(alkohol, melalui aliran darah (heroin,
(tembakau,heroin,ganja,kokain) amfetamin,magic mushroom,pil ekstasi) anfetamin, morfin)

Setelah dihirup masuk setelah dimakan/diminum masuk jantung-seluruh tubuh


Kesaluran pernafasan kedalam saluran pencernaan
Aliran darah keotak
Tenggorokan-bronkus- bronkiolus- mulut-tenggorokan-lambung
paru-paru- alveolus - usus halus

diserap dipembuluh darah absorpsi usus halus


kapiler
masuk pembuluh darah
jantung keseluruh tubuh
melalui darah hati-jantung-seluruh tubuh

transmisi neurotransiter terganggu

stimulan (laju neurotransmiter depresan (laju neurotransmiter halusinogen (mendistrosi laju


dipercepat) diperlambat) neurotransmiter
Resiko perilaku
kerja fungsi tubuh kerja fungsi tubuh halusinasi kekerasan
terhadap orang
pemakaian berulang lain

sayatan untuk Mutilasi diri


penggunaan obat
penumpukan zat dan kerusakan sel

keracunan dan over dosis

intoksikasi NAPZA

hormon merangsang asap rokok rangsangan gangguan ganguan depresi gangguan luka gangguan
katelkamin SSP berlebihan, pada farmasio pada pada korda pada fleksus pada bekas fungsi
zat iritan retikularis hipotalamus spinalis mientrik hipotalamus sayatan diensefalon
tekanan inhibisi pada
darah batang otak terjadi parasimpatik pengaturan tonus peristaltik pusat
inflamasi berikatan dgn suhu tubuh ureter dan usus pengaturan Kerusakan
kebutuhan pusat respirasi reseptor terganggu vesika nafsu makan Integritas
oksigen terganggu produksi kolinergik urinaria feses terganggu kulit
jantung bahkan rusak mukus dan suhu tubuh tertahan
gerak cilia denyut kejang, kulit tonus anoreksia, disfungsi otak
iskemik Co2 menekan jantung terba hangat sfingter air banyak BB tengah
pusat pernafasan akumulasi diserap di
mukus/ hipotensi sfingter usus besar disfungsi medula
kematian hipertermi Ketidak
Takipnea, mikroorganisme tidak dapat dan pons
Dipsnea, Sianosis, suplai relaksasi perubahan Seimbangan
Nutrsi:
Gagal nafas Darah pada pola letargi, stupor,
Dipsnea, suara inadekuat pengeluaran urin defekasi, Kurang dari koma, pupil
kebutuhan
Nafas tambahan, terhambat dan feses keras pinpoint, konfusi,
Ketidakefektifan
perubahan perubahan aritmia, menurun, berkemih dan berbentuk bicara tidak
pola nafas frekuensi nafas brakikardia, sedikit, distensi jelas
kelemahan, kandung kemih
Ketidakefektifan sianosis konstipasi
Resiko
Bersihan jalan jatuh
Retensi
nafas Penurunan urin
Curah
jantung
PENUTUP

1. Kesimpulan

Masalah penyalahgunaan narkoba / NAPZA khususnya pada remaja


adalah ancaman yang sangat mencemasakan bagi keluaga khususnya dan bagi
bangsa dan negara pada umumnya. Pengaruh narkoba sangatlah buruk, baik
dari segi kesehatan, maupun dampak sosial yang ditimbulkan.
Secara garis besar faktor yang menyebabkan terjadianya
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal yakni yang berasal dari dalam diri sendiri baik yang berasal dari
lingkungan.

2. Saran

Dalam mencegah penyalahgunaan narkoba pihak yang bertanggung jawab bukan


hanya pemerintah penegak hukum ataupun pelayanan kesehata saja namun diharapkam
peran orang tua dalam mengawasi dan membimbing anggota keluarganya harus lebih
baik, serta lebih meluangkan waktunya untuk selalu berada disisi anak-anaknya dalam
kondisi apapun, sehingga remaja tidak terjerumus melakukan hal-hal yang menyimpang
terutama melakukan penyalahgunaan narkoba.
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika: Jakarta
Simangsong Jimmy. 2015. Penyalahgunaan Nrkoba di Kalangan Remaja. Daiakses
pada tanggal 1 November 2016
Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, 2009. Asa
Mandiri. Jakarta
Departemen Kesehatan. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Tentang Pedoman
Penyalahgunaan Sarana Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan
Ketergantungan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (Napza). Jakarta
Herdman, T Heather & Kamitsuru, Shigemi 2018-2020. Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda NIC-NOC edisi 11. Jakarta: EGC.
Kementrian kesehatan RI. 2014. Situasi dan Analisis HIV AIDS. Pusat dan informasi :
Jakarta.
Martono. 2006. Peran Perawat Indonesia Dalam Pencegahan Peningkatan Kasus
HIV/AIDS. Jakarta : Balai Pustaka.
Djuanda Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai