DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
CELSY ELVIRA C1814201059
FAUSTINO ATBAR C1814201066
HERDA ANNEKE SOPUTAN C1814201073
MARGARETHA MELANIA C1814201081
PAETRICK P. S de FRETES C1814201090
SURYA NATANIEL C1814201097
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang NAPZA
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dan goolongan NAPZA
3. Untuk mengetahui tentang psikotropika
4. Untuk mengetahui klinis dari penyalgunaan NAPZA
5. Untuk mengetahui faktor penyebab penggunaan narkoba
BAB II
ISI
Definisi
Napza (narkotika , psikotropika, dan zat adiktif lain) adalah bahan / zat/ obat yang bila masuk
ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/ sususnan saraf pusat,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi ) terhadap NAPZA. Istilah
NAPZA umumnya di gunakan oleh sector pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada
upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan social. NAPZA sering di sebut
sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan
perilaku, perasaan, dan pikiran. Rentang respon gangguan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi
dari kondisi yang ringan sampai yang berat, indicator rentang respon ini berdasarkan perilaku
yang di tampakkan oleh remaja dengan gangguan penggunaan zat aiktif sebagai berikut :
1. Respon adaptif
2. Respon maladaptive
3. Eksperimental rekreasional situasional penyalahgunaan ketergantungan.
-Eksperimental : kondisi pengguna taraf awal, yang di sebabkan rasa ingin tahu dari remaja.
Sesuai kebutuhan pada masa tumbuh kembangnya , ia biasanya ingin mencari pengalaman yang
baru atau sering pula di katakana taraf coba-coba.
-Rekreasional : penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman sebaya. Misalnya
pada waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun, penggunaan ini bertujuan rekreasi
bersama teman-temannya.
-Situasional : mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan diri atau
mengatasi masalah yang di hadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang konflik
stress dan frustasi.
Jenis-jenis NAPZA :
1. Heroin : Serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid atau menekan nyeri dan juga
depresan SSP.
2. Kokain : di olah dari pohon coca yang punya sifat halusinogenik.
3. Putau : golongan heroin, berbentuk bubuk.
4. Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol berasal dari daun cannabis yang di
keringkan, komsumsi dengan cara di hisap seperti rokok tapi menggunakan hidung.
5. Shabu-shabu : Kristal yang berisi methamphetamine, di komsumsi dengan menggunakan
alat khusus yang di sebut bong kemudian di bakar.
6. Ekstasi : methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul, mampu
meningkatkan ketahanan seseorang ( disalahgunakan untuk aktivitas seksual dan aktivitas
hiburan di malam hari )
7. Diazepam, nipam, megadon : obat yang jika di komsumsi secara berlebihan
menimbulkan fek halusinogenik.
8. Alcohol : minuman yang berisi produk fermentasi menghasilkan etanol, dengan kadar di
atas 40 % mamnapu menyebabkan depresi susnan saraf pusat, dalam kadar tinggi bisa
memicu sirosis hepatic, hepatitis alkoholik maupun gangguan system persarafan.
Golongan Napza
A. Narkotika
1. Narkotika ( menurut UU RI Nomor 22 taun 1997 tentang Narkotika ). Narkotika :
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mnegurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
2. Narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan :
a. Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya dapat di gunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan, dan tidak di tujukan untuk tearpi serta mempunyai potensi
sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, ( contoh : heroin/putauw, kokain.
Ganja )
b. Narkotika golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatandi gunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat di gunakan dalam terapi atau tujuan
pengembagan ilmu pengetauan serta mempunyaipotensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan ( contoh : morfin, petidin)
c. Narkotika golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
di gunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan ( contoh : kodein ).
B. Psikotropika
Psikotropika ( menurut UU RI No.5 tahun 1997 tentang psikotropika ). Psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika di bedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
a. Psikotropika golongan 1 : psikotropika yang hanya dapat di gunakan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan tidak di gunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sidroma ketergantungan. ( contoh : ekstasi, shabu, LSD).
b. Psikotropika golongan II : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat di gunakan
dalam terapi, dan / tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sidroma ketergantungan. ( contoh mamifetamin, metilfemidat, Ritalin)
c. Psikotropika golongan III : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak di
gunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sidroma ketergantungan ( contoh : pentobarbital, flunitrazepam ).
d. Psikotropika golongan IV : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas di
gunakan dalam terapi dan tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan ( contoh : diazepam, bromazepam,
fenobarbital,klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil koplo, Rohip.
Dum,MG).
Jenis-Jenis Bahan Berbahaya Lainnya
Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan Psikotropika atau
Zat-zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan.
1. Minuman Keras
Adalah semua minuman yang mengandung Alkohol tetapi bukan obat.
Efek Samping Yang Ditimbulkan
Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan
segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda,
tergantung dari jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah
yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih
mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan
kemarahan. Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai
berikut : merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan
terhambat menjadi lebih emosional ( sedih, senang, marah secara
berlebihan ) muncul akibat ke fungsi fisik - motorik, yaitu bicara cadel,
pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa
sampai tidak sadarkan diri.
Kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk
memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu, mulut rasanya kering.
Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula
akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas
(untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut
biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah
kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi
hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti
ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan
juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan
berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu
kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.
a. Nikotin
Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk
nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu,
dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan dikunyah
(tembakau tanpa asap).
Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa berbahayanya
merokok bagi kesehatan
tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus merokok. Hal
ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat kuat.
o Efek Samping Yang Ditimbulkan
Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan perhatian,
belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan maslah. Menghisap rokok
meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan perasaan depresif.
Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah serebral tanpa
mengubah metabolisme oksigen serebtral.
Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran darah serebral.
Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak sebagai relaksan
otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin. Nikotin adalah zat
kimia yang sangat toksik. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena
paralisis ( kegagalan ) pernafasan.
b. Desainer
Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. MEreka
membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-obat itu
dibuat tanpa memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan uang dan secara
sengaja membiarkan para pembelinya kecanduan dan menderita. Zat-zat ini banyak
yang sudah beredar dengan nama speed ball, Peace pills, crystal, angel dust rocket
fuel dan lain-lain.
3. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang
yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak
digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD,
Mescalin.
Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial
seseorang.diantaranya :
1. Dampak Fisik:
Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, kerusakan syaraf tepi
Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot
jantung, gangguan peredaran darah
Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur
Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan
periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga
saat ini belum ada obatnya
Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi
narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan
kematian
2. Dampak Psikologi:
Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis maupun
dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat penyembuhan dan
rehabilitas pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren, yayasan
Pondok Bina Kasih dll.
d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak
kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan
memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat dalam
keadaan sehat jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba
yang sudah sadar dan bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu
narkoba.
Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko tinggi
untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka
agar tidak menggunakan NAPZA.
Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat
menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.
2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan
NAPZA.
Etiologi
Factor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA meliputi :
1. factor bilogik
a. Kecendrugan keluarga, terutama penyalahgunaan alcohol.
b. Perubahan metabolism alcohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak
nyaman.
2. factor psikologik
a. Tipe kepribadian ketegantungan
b. Harga diri rendah biasanya sering berhubungan dengan penganiayaan waktu masa
kanak-kanak.
c. Perilaku maladaptif yang di pelajari secara berlebihan
d. Mencari kesenagan dan menghindari rasa sakit
e. Sifat keluarga, termaksud tidak stabil, tidak ada contoh peran yang positif, kurang
percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak secara individu, dan orang tua yang
adiksi.
3. factor sosiokultural
a. Ketersediaan dan penerimaan sosail terhadap pengguna obat
b. Ambivalens social tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai zat seperti
tembakau, alcohol dan mariyuana
c. Sikap, nilai, norma dan sanksi kultural
d. Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan kesempatan.
Manisfestasi klinis
Berikut adalah beberapa tanda dan gejala yang sering tampak pada para pengguna NAPZA, di
lihat dari :
1. ciri-ciri umum
a. Terjadi perubahan perilaku yang signifikan
b. Sulit di ajak bicara
c. Mulai sulit untuk di ajak terlibat dalam kegiatan keluarga
d. Mulai sering pulang terlambat tanpa alasan
e. Mudah tersinggung
f. Mulau berani membolos dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari.
4. perubahan paikologis
a. Mudah tersinggung
b. Sering terjadi perubahan mood yang mendadak
c. Malas melakukan aktivitas sehari-hari
d. Sulit brkonsentrasi
e. Tidak memiliki tanggung jawab
f. Emosi tidak terkendali
g. Tidak peduli dengan nilai atau norma yang ada
h. Merasa di kucilkan atau menarik diri dari lingkungan
i. Cendrung melakukan tindak pidana kekerasan
C. Penatalaksanaan
Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari
tubuh dapat dilakukan secara medis atau nonmedis. Secara medis dektofikasi ada 2:
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. D
b. Umur : 20 Tahun
c. Jenis kelamin : laki-laki
d. Agama : Katolik
e. Alamat : Jln. Ahmad Yani km.3
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan pada klien apakah pernah menggunakan narkotika,
psikotropika atau zat adiktif lainnya sebelumnya
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan umum: klien dengan pengguna napza biasanya akan dijumpai
kondisi yang disebut intoksikasi (teler) yang menyebabkan perubahan memori,
perilaku, kognitif, alam perasaan dan kesadaran
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: klien dengan pengguna napza biasanya akan dijumpai kondisi yang
disebut intoksikasi (teler) yang menyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif,
alam perasaan dan kesadaran.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : hipotensi/normal
Nadi : takikardi
Suhu : meningkat, berhubungan dengan gangguan keseimbangan cairan elektrolit
Pernafasan : sesak nafas, nyeri dada
Berat badan : mengalami penurunan akibat nafsu makan menurun
Keluhan fisik : nyeri sendi, otot dan tulang
Aktivitas klien terganggu karena terdapat Keluhan fisik : nyeri sendi, otot
dan tulang. aktivitas sekolah atau kuliah yang menurun sampai berhenti, pekerjaan
terhenti..
Pola tidur berubah, misalnya pagi susah dibangunkan dan malam suka
begadang
C. Diagnosa keperawatan
1. Resko perilaku kekerasan b/d halusinasi
2. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung
3. Ketidakefektifan pola nafas b/d menurunnya ekspansi paru
4. Nyeri akut b/d agen cedera biologis
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurang asupan makanan
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
.
1. Resikoperilaku Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi tingkah laku klien
kekerasan b/d selama 3x24 jam pasien terkait halusinasiyang
halusinasi mampu: dialami
- mengidentifikasi jenis 2. Diskusikan bersama klien
halusinasi pasien tentang isi halusinasi yang
- mengidentifikasi isi halusinasi sedang dialami
pasien 3. Beri kesempatan kepada
- mengidentifikasi waktu klien untuk menungkapkan
halusinasi perasaannya
- mengidentifikasi frekuensi 4. Diskusikan dengan klien
halusinasi pasien tentang waktu terjadinya
- mengidentifikasi situasi yang halusinasi(pagi, siang, sore,
menimbulkan halusinasi pasien malam)
5. Diskusikan dengan klien
tentang frekuensi terjadinya
halusinasi(sering, hanya
sekali/kadang-kadang)
6. Diskusikan situasi dan
kondisi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi
2. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
jantung b/d gangguan selama 3x24 jam diharapkan RR
irama jantung penurunan kardiak output klien 2. Monitor jumlah, bunyi dan
teratasi dengan kriteria hasil: irama jantung
- Tanda Vital dalam rentang 3. Monitor suhu, warna, dan
normal (Tekanan darah, kelembaban kulit
Nadi, respirasi) 4. Jelaskan pada pasien tujuan
- Dapat mentoleransi dari pemberian oksigen
aktivitas, tidak ada 5. Atur periode latihan dan
kelelahan istirahat untuk menghindari
- Tidak ada edema paru, kelelahan
perifer, dan tidak ada asites 6. Identifikasi penyebab dari
- Tidak ada penurunan perubahan vital sign
kesadaran 7. Minimalkan stress
- AGD dalam batas normal lingkungan
- Tidak ada distensi vena
leher
- Warna kulit normal
3. Resiko Setelah dilakukan perawatan Manajemen jalan napas
ketidakefektifan pola selama 3x24 jam diharapkan 1. Posisikan pasien untuk
nafas b/d menurunnya pola napas kembali efektif memaksimalkan ventilasi
ekspansi paru dengan kriteria hasil: 2. Auskultasi bunyi napas
- Mempertahankam pola 3. Awal, frekuensi,
pernafasan efektif kedalaman dan upaya
- Memperlihatkan frekuensi pernapasan
respirasi yang normal 4. Pertahankan kepala tempat
- Memperlihatkan tidur dnegan posisi miring
pengembangan thorax yang 5. Awasi frekuensi kedalaman
penuh tanpa gejala dan upaya pernapasan.
pernapasan dangkal Monitor jumlah pernapasan
- Kapasitas dalam rentang dengan observasi TTV
normal 6. Kolaborasi dengan tim
- Bebas dipsnea dan sianosis medis dalam pemantauan
dan nilai GDA dalam batas perkembangan pasien
normal 7. Awasi seri GDA, nadi,
obsimetri, ukur kapasitas
vital, foto dada
4. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
cedera biologis keperawatan selama 3x24 jam 1. Melakukan pengkajian
pasien dpaat mengontrol nyeri nyeri yang komprehensif
dengan indicator: termasuk lokasi,
- Mengenali faktor penyebab karakteristik, durasi,
- Mengenali onset (lamanya frekuensi, kualitas dan
sakit) faktor presipitasi
- Menggunakan metode 2. Memastikan perawatan
menganalgesik sesuai analgasik bagi pasien
kebutuhan dilakukan dengan
- Mengenali gejala-gejala pemantauan yang ketat
nyeri 3. Gali pengetahuan dan
- Melaporkan nyeri sudah kepercayaan pasien
terkontrol mengenai nyeri
- Mengatakan rasa nyaman 4. Mencari faktor-faktor yang
setelah nyeri berkurang dpat menurunkan atau
memperberat nyeri
5. Kolaborasi dengan pasien
dan orang terdekat, dan tim
kesehatan untuk memilih
tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi sesuai
dengan kebutuhan
6. Dorong pasien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya sesuai kebutuhan
7. Beritahu dokter jika nyeri
berubah dari sebelumnya
5. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan perawatan Monitor nutrisi
nutrisi kurang dari selama 3x24 jam, diharapkan 1. BB pasien dalam batas
kebutuhan tubuh b/d pasien dapat meningkatkan normal
kurang asupan status nutrisi pasien normal 2. Monitor turgor kulit
makanan dengan kriteria hasil: 3. Monitor kalori dan intake
- Intake nutrient normal nutrisi
- Intake makanan normal 4. Kolaborasi dengan ahli gizi
- BB normal untuk menentukan jumlah
- Masa tubuh normal kalori dan nutrisi yang
- Intake cairan normal dibutuhkan
- Mempunyai keinginan 5. Ajarkan pasien bagaimana
untuk makan membuat catatan makan
- Nafsu makan meningkat harian
- Mengurangi frekuensi dan 6. Berikan informasi tentang
intensitas awal kebutuhan nutrisi
7. Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
8. Monitor mual dan muntah
9. Kaji penyebab mual dan
muntah
10. Diskusikan dengan pasien
dan keluarga mengenai
persepsi atau faktor
penghambat kemampuan
atau keinginan untuk
makan
Pathway
NAPZA
Melalui saluran pernafasan melalui saluran pencernaan(alkohol, melalui aliran darah (heroin,
(tembakau,heroin,ganja,kokain) amfetamin,magic mushroom,pil ekstasi) anfetamin, morfin)
intoksikasi NAPZA
hormon merangsang asap rokok rangsangan gangguan ganguan depresi gangguan luka gangguan
katelkamin SSP berlebihan, pada farmasio pada pada korda pada fleksus pada bekas fungsi
zat iritan retikularis hipotalamus spinalis mientrik hipotalamus sayatan diensefalon
tekanan inhibisi pada
darah batang otak terjadi parasimpatik pengaturan tonus peristaltik pusat
inflamasi berikatan dgn suhu tubuh ureter dan usus pengaturan Kerusakan
kebutuhan pusat respirasi reseptor terganggu vesika nafsu makan Integritas
oksigen terganggu produksi kolinergik urinaria feses terganggu kulit
jantung bahkan rusak mukus dan suhu tubuh tertahan
gerak cilia denyut kejang, kulit tonus anoreksia, disfungsi otak
iskemik Co2 menekan jantung terba hangat sfingter air banyak BB tengah
pusat pernafasan akumulasi diserap di
mukus/ hipotensi sfingter usus besar disfungsi medula
kematian hipertermi Ketidak
Takipnea, mikroorganisme tidak dapat dan pons
Dipsnea, Sianosis, suplai relaksasi perubahan Seimbangan
Nutrsi:
Gagal nafas Darah pada pola letargi, stupor,
Dipsnea, suara inadekuat pengeluaran urin defekasi, Kurang dari koma, pupil
kebutuhan
Nafas tambahan, terhambat dan feses keras pinpoint, konfusi,
Ketidakefektifan
perubahan perubahan aritmia, menurun, berkemih dan berbentuk bicara tidak
pola nafas frekuensi nafas brakikardia, sedikit, distensi jelas
kelemahan, kandung kemih
Ketidakefektifan sianosis konstipasi
Resiko
Bersihan jalan jatuh
Retensi
nafas Penurunan urin
Curah
jantung
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika: Jakarta
Simangsong Jimmy. 2015. Penyalahgunaan Nrkoba di Kalangan Remaja. Daiakses
pada tanggal 1 November 2016
Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, 2009. Asa
Mandiri. Jakarta
Departemen Kesehatan. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Tentang Pedoman
Penyalahgunaan Sarana Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan
Ketergantungan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (Napza). Jakarta
Herdman, T Heather & Kamitsuru, Shigemi 2018-2020. Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda NIC-NOC edisi 11. Jakarta: EGC.
Kementrian kesehatan RI. 2014. Situasi dan Analisis HIV AIDS. Pusat dan informasi :
Jakarta.
Martono. 2006. Peran Perawat Indonesia Dalam Pencegahan Peningkatan Kasus
HIV/AIDS. Jakarta : Balai Pustaka.
Djuanda Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.