DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
TINGKAT 2B
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan pertolongannya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Hidrosefalus ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalh ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah keperawatan anak, selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang penyakit hidrosefalus bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini demi
menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian ilmu pengetahuannya baik melalui buku, jurnal dan
sebagainya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami ini.
Kami pun menyadari makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah kami ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………….............. 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….............. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..............3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………………….............. 4
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………............. 5
C. TUJUAN……………………………………………………………….............. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFENISI………………………………………………………………............ 6
2.2 ANATOMI FISIOLOGI………………………………………………….......... 6
2.3 KLASIFIKASI…………………………………………………………............. 9
2.4 ETIOLOGI………………………………………………………………........... 9
2.5 PATOFISIOLOGI……………………………………………………….......... 11
2.6 MANIFESTASI KLINIK………………………………………………........... 12
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG………………………………………........... 13
2.8 PENATALAKSANAAN………………………………………………........... 14
2.9 KOMPLIKASI…………………………………………………………............ 17
ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………………............ 19
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 26
3.1KESIMPULAN …………………………………………………………….......... 26
3.2 SARAN………………………………………………………………………....... 26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………............ 27
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dari data yang didapat di ruang rawat inap Anak RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Dari awal bulan Januari sampai dengan bulan Juni Tahun
2018. angka kejadian kasus Hidrosefalus sebanyak 7 orang anak terdiagnosa
hidrosefalus angka tertimggi terletak pada bulan maret sebanyak 2 anak.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFENISI
Kata hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang berarti
air, dan cephalus yang berarti kepala.Secara umum hidrosefalus dapat didefiniskan
sebagai suatu gangguan pembentukan, aliran, maupun penyerapan dari cairan
serebrospinal sehingga terjadi kelebihan cairan serebrospinal pada susunan saraf pusat,
kondisi ini juga dapat diartikan sebagai gangguan hidrodinamik cairan
serebrospinal.1-3
6
Darsono, (2005) Mengatakan bahwa cairan serebrospinal (CSS)
dibentuk di dalam sistem ventrikel serebrum, terutama oleh pleksus
koroideus. Masing- masing dari keempat ventrikel mempunyai jaringan pleksus
koroideus yang terdiri atas lipatan vilosa dilapisi oleh epitel dan bagian
tengahnya yang mengandung jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah.
Cairan dibentuk melalui sekresi dan difusi aktif. Terdapat sumber CSS
nonkonroid, tetapi aspek pembentukan cairan ini masih belum diketahui
sebelumnya. Sistem ventrikel terdiri atas sepasang ventrikel lateral, masing- masing
dihubungkan oleh akuaduktus Sylvii ke ventrikel keempat tunggal yang terletak
di garis tengah dan memiliki tiga lubang keluar, sepasang foramen Luschka di
sebelah lateral dan sebuah foramen magendie di tengah. Lubang- lubang ini
berjalan menuju ke sebuah sistem yang saling berhubungan dan ruang
subaraknoid yang mengalami pembesaran fokal dan disebut sisterna Sisterna pada
fosa posterior berhubungan dengan ruang subaraknoid diatas konveksitas serebrum
melalui jalur yang melintasi tentorium. Ruang subaraknoid spinalis berhubungan
dengan ruang subaraknoid intrakranium melalui sisterna basalis.
Sementara itu, aliran CSS netto adalah dari ventrikel lateral menuju
ventrikel ketiga kemudian ke ventrikel keempat lalu ke sisterna basalis,
tentorium, dan ruang subaraknoid di atas konveksitas serebrum ke daerah sinus
sagitalis, tempat terjadinya penyerapan ke dalam sirkulasi sistemik.
Sebagian besar penyerapan CSS terjadi melalui vilus araknoidalis dan masuk kedalam
saluran vena sinus sagitalis, tetapi cairan juga diserap melintasi lapisan ependim
7
system ventrikel dan di ruang subaraknoid spinalis. Prasetio(2004) mengatakan
bahwa pada orang dewasa normal, volume total CSS adalah sekitar 150 mL, yang
25% nya terdapat di dalam sistem ventrikel. CSS terbentuk dengan kecepatan sekitar 20
mL/jam, yang mengisyaratkan bahwa perputaran CSS terjadi tiga sampai empat kali
sehari.
b. Fisiologi
Pembentukan CSF Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan
demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF
ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA:
2. Parenchym otak.
3. Arachnoid
Sirkulasi CSF
2.3 KLASIFIKASI
8
1. Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalamkandungan dan
berlanjut setelah dilahirkan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan atau
terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang diakibatkan
oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS mengalami
obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar dari
ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS yang
terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak
(Anonim, 2003).
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak dan
jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cederatraumatis
yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy (Anonim, 2003).
2. 4 ETIOLOGI
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah 1.
Kelainan Bawaan (Kongenital)
a. Stenosis akuaduktus Sylvii
Merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak
(60-90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama
sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala
hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat pada
bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
9
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan
sindrom Arnould-Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan
medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian
atau total.
b. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang
menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran system ventrikel
terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya sehingga
merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior
c. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma
sekunder suatu hematoma.
2. Infeksi
3. Neoplasma
10
suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4. Perdarahan
2.5 PATOFISIOLOGI
Menurut teori hidrosefalus terjadi akibat dari tiga mekanisme yaitu; produksi
cairan yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran cairan, peningkatan tekanan sinus
venosa. Konsekuensi dari tiga mekanisme diatas adalah peningkatan tekanan
intrakranial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi.
Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel masih belum dipahami dengan jelas, namun hal
ini bukanlah hal yang sederhana sebagaimana akumulasi akibat dari ketidakseimbangan
antara produksi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit
dan berlangsung berbeda-beda tiap saat tiap saat selama perkembangan hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
11
antara sekresi dan absorbs liquor, sehingga akhirnya ventrikel akan membesar.
Adapula beberapa laporan mengenai produksi liquor yang berlebihan tanpa adanya
tumor pada pleksus khoroid, di samping juga akibat hipervitaminosis. Gangguan
aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan dari kasus hidrosefalus.
Peningkatan resistensi yang disebabkan oleh gangguan aliran akan
meningkatkan tekanan cairan secara proporsional dalam upaya mempertahankan
resorbsi yang seimbang. Derajat peningkatan resistensi aliran cairan dan
kecepatan perkembangan gangguan hidrodinamik berpengaruh pada penampilan
klinis.
Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu :
2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak- kanak Pembesaran kepala tidak
bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial.
Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda
(diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling
umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun
adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania
mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar
dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya
disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu: Fontanel anterior
yang sangat tegang, Sutura kranium tampak atau teraba melebar, Kulit kepala
12
licin mengkilap dan tampak vena- vena superfisial menonjol, Fenomena
‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon)
b. Transimulasi
c. Lingkaran kepala
d. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan
alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam
ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras
13
mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela
telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada
kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan
mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas
CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan
e. Ultrasonografi
f. CT Scan kepala
2.8 PENATALAKSANAAN
a. Keperawatan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining”
yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan
14
tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan
kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
a) Drainase ventrikule-peritoneal.
b) Drainase Lombo-Peritoneal.
c) Drainase ventrikulo-Pleural.
d) Drainase ventrikule-Uretrostomi.
dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil
di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu
selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka
rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut
dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
d. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis
silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “:
1. Eksternal
15
.
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya:
pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
2. Internal
a) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain Ventrikulo-Sisternal, CSS
dialirkan ke sisterna magna(Thor-Kjeldsen).
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi
terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:
c) Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak
proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun
yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka
pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
e) Ventriculo-Peritneal Shunt .
16
g) Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum. Pada anak-anak dengan
kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun
badan anak tumbuh memanjang.
2.9 KOMPLIKASI
a. Infeksi
b. Perdarahan subdural
(lokasi yang berada di bawah lapisan pelindung otak duramater) Perdarahan subdural
terjadi karena robekan pada pembuluh darah balik (vena). Risiko komplikasi ini dapat
diturunkan dengan penggunaan shunt yang baik.
Yang terjadi pada selang shunt mengakibatkan gejala yang terus menerus ada atau
timbulnya kembali gejala yang sudah mereda. Sekitar sepertiga kasus hidrosefalus dengan
pemasangan shunt memerlukan penggantian dalam waktu 1 tahun. Sebagian besar kasus
(80%) memerlukan revisi dalam 10 tahun.
(low pressure) Bila cairan yang dialirkan terlalu berlebihan, maka dapat menjadi keadaan
dengan tekanan rendah. Gejaala yang timbul berupa sakit kepala dan muntah saat duduk
atau berdiri. Gejala ini dapat membaik dengan asupan cairan yang tinggi dan perubahan
posisi tubuh secara perlahan.
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi.
Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari
bahan–bahan khusus (jaringan /eksudat) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat
dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan
manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status
17
neurologis buruk. Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi
umumnya akibat dari infeksi pada saat pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik,
Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis.
Komplikasi VP shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan
oleh reduksi yang cepat pada tekanan intrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen oleh kateter
atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.
18
ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS
1). Pengkajian
a. Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, berat badan, dan jenis kelamin, alamat rumah,
tanggal lahir, identitas orang tua dll.
b. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang, meliputi sejak kapan timbulnya demam, gejala
lain seperti mual muntah, diaphoresis, eliminasi, nyeri otot, dan sendi, gelisah,
nyeri kepala dll
2) Riwayat penyakit dahulu yang perlu dinyatakan yaitu riwayat penyakit yang
pernah diderita oleh anak ataupun keluarga dalam hal ini orang tua
19
3) Pola eliminasi
Manajemen pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit, kebiasaan defekasi,
ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (ologuria, dysuria dll), frekuensi
defekasi dan miksi, karakteristik urine dan feses, pola input cairan, infeksi
saluran kemih dll.
20
2). Diagnose keperawatan
3) Intervensi keperawatan
21
biologis terjadi nonverbal dari
2. menggambarkan faktor ketidaknyamanan
penyebab 2) Lakukan pengkajian nyeri
3. menggunakan tindakan secara komprehensif
pencegahan termasuk lokasi,
4. menggunakan analgesik karakteristik, durasi,
yang direkomendasikan frukensi, kualitas dan
faktor presipitasi
3) Kaji tipe suara dan
sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
4) Kurangi faktor presipitasi
nyeri
5) Beri informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri,
akan dirasakan, dan
antisipasi dari akibat
ketidaknyamanan
6) Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
3 Risiko kerusakan Integritas jaritas : kulit & pengawasan kulit
integritas kulit membran mukosa: 1) Observasi ekstremitas
berhubungan dengan 1.Suhu kulit untuk warna, panas,
imobilitas fisik 2.sensai keringat, nadi, tekstur,
3.elastisitas edema dan luka
4.hidrasi 2) Inspeksi kulit dan
5. lesi pada kulit membrane mukosa untuk
kemerahan, panas
3) Monitor penyebab
tekanan
4) Monitor adanya infeksi
22
5) Monitor warna dan
temperature kulit
6) Catat perubahan kulit dan
membrane mukosa
Manajemen tekanan
1) Monitor sumber tekanan
2) Monitor status nutrisi
pasien
3) Mobilisasi pasien
minimal tiap 2 jam
4) Ajarkan oran tua pasien
untuk memberikan baju
yang longgar kepada
pasien
4 kurang pengetahuan Pengetahuan: Manajemen Health education (pendidikan
berhubungan dengan penyakit akut kesehatan)
kurang informasi, kurang 1.faktor-faktor yang penyebab 1) Kenali faktor internal
sumber pengetahuan dan faktor yang berkontribusi atau eksternal yang dapat
2.manfaat manajemen meningkatkan atau
penyakit menurunkan motivasi
3.tanda dan gejala komplikasi perilaku sehat
4.tanda dan gejala penyakit 2) Kenali sumber (misalnya
5. pilihan pengobatan yang personal, ruang, dan
tersedia peralatan) yang
dibutuhkan untuk
mengadakan program
3) Ajarkan strategi dapat
digunakan untuk menolak
perilaku tidak sehat atau
mengambil resiko dari
pada menyarankan untuk
menghindari atau
menganti perilaku
4) Jaga penyajiam yang
23
terfokus, singkat, dan
dimulai serta diakhiri
pada tujuan utama
5) Libatkan individu,
keluarga dan kelompok,
dalam merencanakan dan
mengimplementasikan
rencana untuk perubahan
gaya hidup dan perilaku
sehat
24
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kata sempurna. Tentunya kami sebagai penulis, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah kami sehingga
lebih baik lagi dari sebelumnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto. Agung, Rhonaz Putra & Sari, Fadillah. 2013 Hidrosefalus Pada Anak. Journal
of JMJ volume 1, (1), 61-67
Trilestari. 2018 “Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Hidrosefalus Post Pasang
Shunting Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi”
.keperawatan. STIKES Perintis Padang. Bukittinggi.
Dr. Iskandar Japardi (2002). Cairan Serebrospinal. USU Digital Library, Fakultas
Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara.
Jason G. Mandell et. All. 2010. Journal of Neurosurgery: Pediatrics. July 2010 Volume 6,
Number 1.
Said, Alfin Khalilullah (2011). Review Article Hidrosefalus. RSUD dr.Zainoel Abidin
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
26
27
28