Anda di halaman 1dari 12

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN 1

Role Play
“Perbedaan Latar Belakang Usia Lebih Tua”

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Sri Indah Yuli Hartati I1B018053


Merlinda Dwi Cahyarani I1B018065
Quintha Huwaida I1B018079
Dhea Narantika I1B018091

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
Naskah Role Play Komunikasi dalam Keperawatan

Quintha H. Sebagai Perawat Quintha

Sri Indah Sebagai Ibu Indah

Merlinda Dwi C. Sebagai Perawat Erlin

Dhea Narantika Sebagai Dhea

Keperawatan Perbedaan Latar Belakang Usia Lebih Tua Dalam Masyarakat

Disebuah perumahan, hiduplah seorang wanita lanjut usia yang tinggal


bersama anak bungsunya yang saat ini telah berkeluarga. Wanita lanjut usia itu
telah ditinggal meninggal oleh suaminya karena sakit parah setahun yang lalu. Dia
memiliki tiga orang anak, yang pertama laki-laki dan sudah berkeluarga namun
tinggal di Jawa, yang kedua perempuan dan juga sudah berkeluarga dan saat ini
ikut suaminya tinggal di Kalimantan, sedangkan anak bungsunya yaitu perempuan
dan saat ini tinggal bersama dia.

Wanita lanjut usia ini bernama Ibu Indah, dia merupakan ibu rumah tangga
sedangkan suaminya dulu adalah seorang PNS guru. Saat ini Ibu Indah tinggal
dirumah anak bungsunya.

Role Play :

Perawat Quintha baru saja mendapat tugas untuk bekerja di Puskesmas


“Pelita”, kemudian pada hari pertama bekerja dia melewati sebuah rumah yang
cukup besar tetapi terlihat sangat sepi. Sesekali perawat tersebut melihat ke dalam
rumah. Namun, rumah tersebut terlihat seperti tidak berpenghuni.

Sesampai di Puskesmas, Perawat Quintha menanyakan hal yang


membuatnya penasaran kepada Perawat lain yang sedang bertugas di Puskesmas
“Pelita” juga.

P. Quintha : “Eh, tadi aku lewat depan rumah yang ada pohon mangganya itu,
nah rumahnya cukup besar, halamannya juga cukup luas, keadaan
rumahnyanya juga bersih, tapi kenapa terlihat sepi sekali ya? Siapa
sih yang tinggal disana?”

P. Erlin : “Wah aku kurang tau juga sih, soalnya aku juga baru beberapa
hari kerja disini, tapi yang aku dengar-dengar sih ada sepasang
suami istri yang tinggal disana terus yang aku dengar juga, mereka
jarang dirumah karena keduanya bekerja, tapi kalau tidak salah ibu
dari istri yang punya rumah itu juga tinggal disana.”

P. Quintha : “Informasi apalagi yang kira-kira kamu tau tentang keluarga itu?”

P. Erlin : “Dari infomarsi perawat lain yang sudah bekerja disini sih
keluarga itu memang cukup tertutup, jadi banyak perawat yang
masih susah mencari informasi tentang mereka”

P. Quintha : “Bagaimana kalau kita coba berkunjung kesana nanti sore? Kita
juga harus melakukan survey kesehatan terhadap lansia kan?”

P. Erlin : “Kalau kamu sendiri saja bagaimana, soalnya aku harus


melakukan perawatan keluarga untuk keluarga yang tinggal di
ujung gang sana. Gimana?”

P. Quintha : “Iya. Oke baiklah, aku sendirian juga tidak apa-apa kok, tidak
masalah”

Sepulang bekerja di Puskesmas Perawat Quintha melakukan kunjungan ke


rumah yang ingin ia kunjungi tadi.

P. Quintha : “Assalamualaikum, selamat sore”

Namun tidak ada jawaban dari dalam rumah, Perawat Quintha mengulangi
salam.

P. Quintha : “Assalamualaikum, selamat sore”

Tetapi tetap tidak ada jawaban, Dia kemudian memutuskan untuk kembali
lagi besok.

P. Quintha : “Kayaknya gak ada orang deh, apa mungkin lagi pada pergi ya?
Ya sudahlah besok saja aku mau kesini lagi”

Keesokan harinya, Perawat Quintha kembali mencoba berkunjung


kerumah Ibu Indah.

P. Quintha : “Assalamualaikum”

Dhea : “Waalaikumsalam, Siapa ya?”

P. Quintha : “Selamat Sore mbak, saya mitra dari Puskesmas “Pelita”


Dhea : “Iya ada apa? Seingat saya, saya tidak pernah memanggil perawat
untuk kesini sus”

P. Quintha : “Maaf sebelumnya mbak, dengan mbak siapa ya? “

Dhea : “Saya Dhea”

P. Quinthua : ”Oh iya maaf sebelumnya, saya kesini berniat untuk berkunjung,
karena kami dari Puskesmas “Pelita” sedang melakukan survey
kesehatan di lingkungan sekitar puskesmas”

Dhea : “Tapi disini tidak ada yang sakit mbak, maaf ya. Saya juga mau
berangkat jemput anak saya les”

P. Quintha : “Baiklah mbak kalau begitu saya permisi dulu. Terima kasih
mbak, maaf sebelumnya jika saya mengganggu”

Dhea : “Iya iya tidak masalah”

Belum sempat Dhea menutup pintu rumahnya, tiba-tiba terdengar suara


benda besar jatuh. Dhea langsung berlari menuju sumber suara. Kemudian dari
dalam rumah terdengar teriakan minta tolong.

Dhea : “Tolong......Tolong” (Sambil berteriak kencang)

Perawat Quintha langsung datang menuju sumber suara. Dia melihat


seorang wanita tua yang terkapar di lantai dan berusaha di angkat oleh Dhea.
Perawat Quintha langsung membantu Dhea mengangkat wanita tua itu.

P. Quintha : “Ehh kenapa ini mbak? Mari saya bantu”

Wanita itu kemudian memegangi dadanya dan terus menyeringai


kesakitan. Perawat Quintha mengambil beberapa bantal yang ada di atas kasur itu,
kemudian meletakkannya di belakang wanita itu dan memposisikan semi fowler.

P. Quintha : “Ibu, sekarang coba ikuti saya, tarik napas dalam, hembuskan,
tarik lagi, hembuskan pelan-pelan, tarik lagi, hembuskan lagi
pelan-pelan”

Wanita itu pun mengikuti instruksi dari Perawat Quintha. Setelah itu wajah
wanita tersebut mulai terlihat tenang.

P. Quintha : “Bagaimana perasaannya sekarang bu?”

Ibu Indah : “Alhamdulillah sudah agak mendingan”

P. Quintha : “Syukurlah kalau begitu bu, saya merasa lega”


Ibu Aisyah : “Mbak siapa ya?”

P. Quintha : “Perkenalkan bu, saya Quintha perawat dari Puskesmas “Pelita”

Ibu Indah : “Saya Ibu Indah, Ibu dari Dhea”

P. Quintha : “Oh iya bu, sekarang apa yang ibu rasakan?”

Ibu Indah : “Dada saya terasa sesak, terus sakit sekali”

P. Quintha : “Coba ibu gambarkan sakitnya itu seperti apa bu?”

Ibu Indah : “Kayak di tindih gitu nak”

P. Quintha : “Ibu sudah berapa lama merasakan sakit seperti ini?”

Ibu Indah : “Dari tiga tahun yang lalu nak”

P. Quintha : “Selain sesak dan nyeri, apalagi yang sering ibu rasakan?”

Ibu Indah : “Kalau misalnya saya jalan yang cukup jauh, biasanya saya
langsung lemes, jadi kalau mau keluar rumah, belum sampai pintu
saya duduk dulu, setelah itu baru jalan lagi keluar”

P. Quintha : “Kalau begitu saya boleh periksa tekanan darah ibu?”

Ibu Indah : “Boleh, silahkan nak”

P. Quintha : (Sambil mengukur tekanan darah, nadi, dan pernapasan)


“Sebelumnya ibu sudah pernah ke rumah sakit atau puskesmas?”

Ibu Indah : “Setahun yang lalu, setelah suami saya meninggal saya sempat
pingsan dan langsung di bawa ke rumah sakit, tapi anak saya
bilang saya hanya syok saja”

P. Quintha : “Baiklah bu kalau begitu, sebaiknya ibu istirahat saja, nanti kalau
diperbolehkan, saya mau berkunjung lagi kesini melihat kondisi
ibu, bagaimana bu?”

Ibu Indah : “Dengan senang hati nak”

P. Quintha : “Terima kasih bu, selamat beristirahat”

Kemudian Perawat Quintha keluar dari kamar Ibu Indah, diikuti oleh
anaknya. Setelah itu Perawat Quintha melakukan sedikit percakapan dengan
Dhea.
P. Quintha : “Begini mbak, kalau diperbolehkan saya ingin melakukan
pengkajian terhadap penyakit yang di derita oleh Ibu Indah,
bagaimana mbak?”

Dhea : “Itu buat apa? Penelitian aja ya?”

P. Quintha : “Tidak kok mbak, saya ingin melakukan pengkajian dan


intervensi terhadap Ibu Indah. Semoga nanti kedepannya kita bisa
sama-sama meminimalisir keluhan-keluhan yang di rasakan oleh
Ibu Indah. Bagaimana mbak?”

Dhea : “Kalau memang mbak niatnya mau bantu Ibu saya, ya gak apa-
apa sih”

P. Quintha : “Syukurlah kalau begitu. Tadi saya dengar ibu pernah dibawa ke
rumah sakit setahun yang lalu”

Dhea : “Iya sus, setelah ayah saya meninggal, ibu saya langsung shock,
jadi kami bawa ke rumah sakit dan langsung di periksa”

P. Quintha : “Bagaimana hasil dari pemeriksaan disana?”

Dhea : “Dokter bilang Ibu saya menderita penyakit Jantung Koroner”

P. Quintha : “Maaf mbak, saya mau bertanya apa sebelumnya ibu ada riwayat
merokok?”

Dhea : “Ibu saya tidak merokok, tapi ayah saya dulu perokok. Tunggu
sebentar ya sus”

Dhea masuk ke dalam dan kembali ke luar dengan membawa map besar
berwarna coklat

Dhea : “Ini hasil pemeriksaan setahun yang lalu”

P. Quintha : “Boleh saya lihat mbak?”

Dhea : “Boleh sus”

Kemudian Perawat Quintha melihat hasil pemeriksaan Ibu Indah dan


mencatat beberapa hal yang perlu di catat.

P. Quintha : “Apa Ibu Indah tau tentang kondisinya mbak?”

Dhea : “Saya belum berani kasih tau sus, karena saya takut dia jadi
stress. Tolong dirahasiakan saja ya sus”
P. Quintha : “Baiklah kalau permintaan mbak begitu, saya akan coba
rahasiakan”

Dhea : “Terima kasih sus”

P. Quintha : “Dirumah ini yang tinggal siapa saja mbak?”

Dhea : “Saya tinggal bersama suami saya dan satu orang anak saya”

P. Quintha : “Anak mbak umur berapa?”

Dhea : “Anak saya berumur 7 tahun”

P. Quintha : “Kalau anak Ibu Indah yang lain bagaimana mbak?”

Dhea : “Kakak saya yang pertama tinggal dan kerja di Jawa, dan mbak
saya yang kedua tinggal bersama suaminya di Kalimantan”

P. Quintha : “Maaf sebelumnya mbak, saya ingin menanyakan hal yang cukup
sensitif”

Dhea : “Mau nanya apa ya ?”

P. Quintha : “Saya dengar, orang-orang dirumah ini jarang berinteraksi keluar,


kalau saya boleh tau kenapa ya mbak?”

Dhea : “Bukan jarang berinteraksi sus, saya dan suami bekerja, libur
hanya hari sabtu dan minggu, itupun anak saya selalu mengajak
rekreasi kalau hari sabtu dan minggu, jadi saya jarang bertemu
tetangga lain.”

P. Quintha : “Jadi Ibu Indah tinggal sendiri dirumah mbak?”

Dhea : “Saya tidak mungkin membawanya jalan-jalan kan? Saya mau


jemput anak saya, apa pengkajiannya sudah selesai?”

P. Quintha : “Oh iya sudah bu, kalau begitu saya permisi pulang. Kalau besok
saya kesini lagi bagaimana mbak?”

Dhea : “Boleh mbak, kebetulan besok saya pulang cepat”

P. Quintha : “Alhamdulillah kalau begitu, besok sekitar jam 3 saya kesini lagi.
Terima kasih mbak, assalamualaikum”

Dhea : “Waalaikumsalam”

Keesokan harinya, Perawat Quintha kembali berkunjung kerumah Ibu


Indah....

P. Quintha : “Assalamualaikum”

Ibu Indah : “Waalaikumsalam, Quintha. Masuk nak.

P. Quintha : “Iya gak apa-apa bu, keadaan ibu gimana?”

Ibu Indah : “Alhamdulillah udah agak mendingan nak”

Tak lama kemudian, anak dari Ibu Indah datang.

Dhea : “Assalamualaikum”

Ibu Indah : “Waalaikumsalam”

P. Quintha : “Nah, berhubung mbak Dheanya sudah datang, kita mulai


sekarang aja ya bu?”

Ibu Indah : “Iya nak”

P. Quintha : “Begini, setelah kemarin saya melakukan pengkajian fisik


terhadap ibu dan pengkajian melalui wawancara. Serta berdasarkan
diagnosis dokter yang saya lihat dan saya baca di catatan medis
yang mbak tunjukkan kemarin. Saya membuat beberapa hal yang
perlu dilakukan oleh Ibu Indah. Saya berharap mbak Dhea juga
ikut bersama-sama membantu ibu untuk melakukan beberapa hal
ini.

Dhea : “Jadi kira-kira saya dan ibu saya harus bagaimana sus?”

P. Quintha : “Usahakan ibu jangan terlalu banyak melakukan gerakan


berlebihan, apalagi misalnya ibu duduk, terus langsung berdiri dan
berjalan. Itu membuat perubahan ritme jantungnya sangat cepat,
jadi usahakan berjalan yang santai saja. Kan ibu juga berat
badannya agak berlebih. Saya juga berharap mbak Dhea bisa tetap
mengontrol keadaan ibu”

Dhea : “Oh iya sus, nanti saya akan mengontrol kondisi ibu saya”

P. Quintha : “Nah kalau misalnya ibu masih suka ngeluh sesak napas,
disandarin ke kursi aja mbak, atau kalau di kamar bantalnya di
tinggikan sampai ibu ngerasa nyaman. Nanti saya juga akan
mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pernapasan dalam, jadi kalau
misalnya merasa dadanya sesak, bisa langsung di gunakan, paling
tidak bisa mengurangi sesak yang ibu rasakan.
Ibu Indah : “Baik nak”

P. Quintha : “Nah, ini saya juga sudah siapkan daftar menu makanan harian
untuk ibu, disini juga ada kebutuhan kalori tiap harinya, terus ada
juga resep-resep masakannya kalau ibu mau coba masak sendiri.”

Ibu Indah : “Wah, saya dapet resep masakan baru ya?”

P. Quintha : “Kalau mau jalan-jalan atau rekreasi, mbak juga bisa ajak ibunya,
karena dengan begitu ibu bisa menyegarkan pikirannya. Dan
bermain dengan cucu juga bisa menjadi obat yang cukup baik
untuk mengurangi stress ibu

Dhea : “Jadi kalau ibu saya mau di ajak jalan-jalan bisa ya sus?”

P. Quintha : “Insya’Allah bisa mbak, asal kondisinya terus diperhatikan, nanti


saya akan coba juga ajarkan senam jantung untuk ibu, agar bisa
mengurangi rasa keluhan-keluhan yang sering ibu rasakan”

Ibu Indah : “Baiklah nak, itu mau belajar semuanya kapan?”

P. Quintha : “Kalau boleh, besok saya akan kesini lagi untuk mengajarkan
teknik napas dalam yang sudah saya katakan tadi”

Ibu Indah : “Oh boleh-boleh nak, saya boleh masuk ke kamar, soalnya mau
istirahat dulu”

P. Quintha : “Oh baik bu, selamat istirahat ya bu, terima kasih”

Ibu Indah : “Sama-sama nak”

Ibu Indah berjalan masuk ke dalam kamar.....

P. Quintha : “Maaf sebelumnya, saudara mbak yang lain tau kondisi kesehatan
Ibu mbak?”

Dhea : “Mereka tau sus, mereka juga sering menelpon saya dan juga Ibu
untuk mengetahui perkembangan kesehatan Ibu”

P. Quintha : “Syukurlah kalau saudara mbak tau. Ya saya sarankan, kalau bisa
kedua saudara mbak tetep menjaga komunikasi dengan ibu, kalau
bisa si di jenguk. Ibu sudah kehilangan suaminya, jadi dia sangat
membutuhkan perhatian dari anak-anaknya”

Dhea : “Mereka tiap lebaran pasti pulang kok sus, jadi alhamdulillah
setahun sekali kita pasti kumpul.”
P. Quintha : “Alhamdulillah, berarti mbak dan saudaranya tetap mengontrol
kesehatan ibu walau dari jauh. Pikiran dan Emosi ibu harus tetap
stabil mbak, kalau bisa jangan sampai ada kejadian atau lain hal
yang buat ibu jadi syok, usahakan ibu happy teruslah mbak, biar
badannya tetap sehat. Kita saling kerja sama ya mbak buat,
menjaga kondisi ibu tetap stabil.”

Dhea : “Terima kasih ya sus, saya baru tau kalau ada perawat keluarga
seperti ini. Kalau tau, dari dulu saya bisa gunain perawat keluarga,
paling tidak bisa memonitor ibu”

P. Quintha : “InsyaAllah, saya berusaha semampu saya ya mbak. Kalau begitu


saya permisi ya mbak, masih ada yang harus dikerjakan”

Dhea : “Baiklah sus, Terima Kasih”

P. Quintha : “Sama-sama, kalau begitu saya permisi ya, mbak,


Assalamualaikum”

Okta : “Waalaikumsalam”

Keesokan harinya di rumah P. Quintha mengunjungi rumah Ibu Indah

kembali.....

P. Quintha : “Assalamualaikum ibu”

Ibu Indah : “Waalaikumsalam, masuk nak”

P. Quintha : “Iya bu, mbak Dheanya ada bu”

Ibu Indah : “Dia lagi keluar sebentar”

P. Quintha : ”Baiklah kalau begitu, saya membawa sesuatu bu” (P. Quintha
mengeluarkan beberapa buah balon tiup)

Ibu Indah : “Balon buat apa nak?”

P. Quintha : “Seperti yang saya janjikan kemarin saya mau mengajarkan ibu
tentang napas dalam, nah media yang kita pakai adalah balon.”

Ibu Indah : “Bagaimana caranya?”

Tidak lama kemudian Dhea pun pulang ke rumah......

Okta : “Assalamualaikum”

Semua : “Waalaikumsalam”
Dhea : “Syukurlah kalau saya tepat waktu, ini kenapa ada balon-balon

disini?”

P. Quintha : “Ini media yang saya gunakan untuk mengajarkan napas dalam

mbak, tapi sebelumnya kita cek kondisi ibu dulu ya”

Setelah mengecek Vital Sign Ibu Indah, Perawat Quintha mencontohkan


dan mengajarkan pernapasan dalam dengan media balon. Sembari menjelaskan
fungsinya, setelah itu Perawat Quintha mengajarkan teknik relaksasi...

Setelah selesai.....

P. Quintha : “Nah, ibu dan mbak Dhea, kalau misalnya sewaktu-waktu dada
ibu sesak atau nyeri, metode yang saya ajarkan tadi bisa di pakai
ya, mbak Okta juga bisa membantu memotivasi dan mengajarkan
kembali kepada ibu

Ibu Indah : “Iya nak, saya sudah paham caranya, terima kasih ya”

P. Quintha : “Saya permisi dulu ya mbak, ibu, insya Allah besok saya akan
kesini lagi, untuk mengajarkan senam yang sehat untuk jantung
ibu”

Ibu Indah : “Baik nak”

P. Quintha : “Oke kalau begitu, saya permisi ya mbak, ibu. Assalamualaikum”

Semua : “Waalaikumsalam”

Keesokan harinya Perawat Quintha menepati janjinya untuk mendatangi


rumah Ibu Indah kembali untuk menjelaskan fungsi dari senam jantung itu, dan
kemudian memulai mengajarkan senam jantung kepada Ibu Indah.

Beberapa hari Perawat Quintha sering mengunjungi Ibu Indah untuk


memonitor kondisi kesehatannya.

Sejak saat itu, Ibu Indah melakukan saran-saran yang dianjurkan oleh
Perawat Quintha, sehingga penyakitnya jarang kambuh lagi dan dia mulai merasa
percaya diri untuk dapat lebih sehat kembali.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai