Role Play
“Perbedaan Latar Belakang Usia Lebih Tua”
Wanita lanjut usia ini bernama Ibu Indah, dia merupakan ibu rumah tangga
sedangkan suaminya dulu adalah seorang PNS guru. Saat ini Ibu Indah tinggal
dirumah anak bungsunya.
Role Play :
P. Quintha : “Eh, tadi aku lewat depan rumah yang ada pohon mangganya itu,
nah rumahnya cukup besar, halamannya juga cukup luas, keadaan
rumahnyanya juga bersih, tapi kenapa terlihat sepi sekali ya? Siapa
sih yang tinggal disana?”
P. Erlin : “Wah aku kurang tau juga sih, soalnya aku juga baru beberapa
hari kerja disini, tapi yang aku dengar-dengar sih ada sepasang
suami istri yang tinggal disana terus yang aku dengar juga, mereka
jarang dirumah karena keduanya bekerja, tapi kalau tidak salah ibu
dari istri yang punya rumah itu juga tinggal disana.”
P. Quintha : “Informasi apalagi yang kira-kira kamu tau tentang keluarga itu?”
P. Erlin : “Dari infomarsi perawat lain yang sudah bekerja disini sih
keluarga itu memang cukup tertutup, jadi banyak perawat yang
masih susah mencari informasi tentang mereka”
P. Quintha : “Bagaimana kalau kita coba berkunjung kesana nanti sore? Kita
juga harus melakukan survey kesehatan terhadap lansia kan?”
P. Quintha : “Iya. Oke baiklah, aku sendirian juga tidak apa-apa kok, tidak
masalah”
Namun tidak ada jawaban dari dalam rumah, Perawat Quintha mengulangi
salam.
Tetapi tetap tidak ada jawaban, Dia kemudian memutuskan untuk kembali
lagi besok.
P. Quintha : “Kayaknya gak ada orang deh, apa mungkin lagi pada pergi ya?
Ya sudahlah besok saja aku mau kesini lagi”
P. Quintha : “Assalamualaikum”
P. Quinthua : ”Oh iya maaf sebelumnya, saya kesini berniat untuk berkunjung,
karena kami dari Puskesmas “Pelita” sedang melakukan survey
kesehatan di lingkungan sekitar puskesmas”
Dhea : “Tapi disini tidak ada yang sakit mbak, maaf ya. Saya juga mau
berangkat jemput anak saya les”
P. Quintha : “Baiklah mbak kalau begitu saya permisi dulu. Terima kasih
mbak, maaf sebelumnya jika saya mengganggu”
P. Quintha : “Ibu, sekarang coba ikuti saya, tarik napas dalam, hembuskan,
tarik lagi, hembuskan pelan-pelan, tarik lagi, hembuskan lagi
pelan-pelan”
Wanita itu pun mengikuti instruksi dari Perawat Quintha. Setelah itu wajah
wanita tersebut mulai terlihat tenang.
P. Quintha : “Selain sesak dan nyeri, apalagi yang sering ibu rasakan?”
Ibu Indah : “Kalau misalnya saya jalan yang cukup jauh, biasanya saya
langsung lemes, jadi kalau mau keluar rumah, belum sampai pintu
saya duduk dulu, setelah itu baru jalan lagi keluar”
Ibu Indah : “Setahun yang lalu, setelah suami saya meninggal saya sempat
pingsan dan langsung di bawa ke rumah sakit, tapi anak saya
bilang saya hanya syok saja”
P. Quintha : “Baiklah bu kalau begitu, sebaiknya ibu istirahat saja, nanti kalau
diperbolehkan, saya mau berkunjung lagi kesini melihat kondisi
ibu, bagaimana bu?”
Kemudian Perawat Quintha keluar dari kamar Ibu Indah, diikuti oleh
anaknya. Setelah itu Perawat Quintha melakukan sedikit percakapan dengan
Dhea.
P. Quintha : “Begini mbak, kalau diperbolehkan saya ingin melakukan
pengkajian terhadap penyakit yang di derita oleh Ibu Indah,
bagaimana mbak?”
Dhea : “Kalau memang mbak niatnya mau bantu Ibu saya, ya gak apa-
apa sih”
P. Quintha : “Syukurlah kalau begitu. Tadi saya dengar ibu pernah dibawa ke
rumah sakit setahun yang lalu”
Dhea : “Iya sus, setelah ayah saya meninggal, ibu saya langsung shock,
jadi kami bawa ke rumah sakit dan langsung di periksa”
P. Quintha : “Maaf mbak, saya mau bertanya apa sebelumnya ibu ada riwayat
merokok?”
Dhea : “Ibu saya tidak merokok, tapi ayah saya dulu perokok. Tunggu
sebentar ya sus”
Dhea masuk ke dalam dan kembali ke luar dengan membawa map besar
berwarna coklat
Dhea : “Saya belum berani kasih tau sus, karena saya takut dia jadi
stress. Tolong dirahasiakan saja ya sus”
P. Quintha : “Baiklah kalau permintaan mbak begitu, saya akan coba
rahasiakan”
Dhea : “Saya tinggal bersama suami saya dan satu orang anak saya”
Dhea : “Kakak saya yang pertama tinggal dan kerja di Jawa, dan mbak
saya yang kedua tinggal bersama suaminya di Kalimantan”
P. Quintha : “Maaf sebelumnya mbak, saya ingin menanyakan hal yang cukup
sensitif”
Dhea : “Bukan jarang berinteraksi sus, saya dan suami bekerja, libur
hanya hari sabtu dan minggu, itupun anak saya selalu mengajak
rekreasi kalau hari sabtu dan minggu, jadi saya jarang bertemu
tetangga lain.”
P. Quintha : “Oh iya sudah bu, kalau begitu saya permisi pulang. Kalau besok
saya kesini lagi bagaimana mbak?”
P. Quintha : “Alhamdulillah kalau begitu, besok sekitar jam 3 saya kesini lagi.
Terima kasih mbak, assalamualaikum”
Dhea : “Waalaikumsalam”
P. Quintha : “Assalamualaikum”
Dhea : “Assalamualaikum”
Dhea : “Jadi kira-kira saya dan ibu saya harus bagaimana sus?”
Dhea : “Oh iya sus, nanti saya akan mengontrol kondisi ibu saya”
P. Quintha : “Nah kalau misalnya ibu masih suka ngeluh sesak napas,
disandarin ke kursi aja mbak, atau kalau di kamar bantalnya di
tinggikan sampai ibu ngerasa nyaman. Nanti saya juga akan
mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pernapasan dalam, jadi kalau
misalnya merasa dadanya sesak, bisa langsung di gunakan, paling
tidak bisa mengurangi sesak yang ibu rasakan.
Ibu Indah : “Baik nak”
P. Quintha : “Nah, ini saya juga sudah siapkan daftar menu makanan harian
untuk ibu, disini juga ada kebutuhan kalori tiap harinya, terus ada
juga resep-resep masakannya kalau ibu mau coba masak sendiri.”
P. Quintha : “Kalau mau jalan-jalan atau rekreasi, mbak juga bisa ajak ibunya,
karena dengan begitu ibu bisa menyegarkan pikirannya. Dan
bermain dengan cucu juga bisa menjadi obat yang cukup baik
untuk mengurangi stress ibu
Dhea : “Jadi kalau ibu saya mau di ajak jalan-jalan bisa ya sus?”
P. Quintha : “Kalau boleh, besok saya akan kesini lagi untuk mengajarkan
teknik napas dalam yang sudah saya katakan tadi”
Ibu Indah : “Oh boleh-boleh nak, saya boleh masuk ke kamar, soalnya mau
istirahat dulu”
P. Quintha : “Maaf sebelumnya, saudara mbak yang lain tau kondisi kesehatan
Ibu mbak?”
Dhea : “Mereka tau sus, mereka juga sering menelpon saya dan juga Ibu
untuk mengetahui perkembangan kesehatan Ibu”
P. Quintha : “Syukurlah kalau saudara mbak tau. Ya saya sarankan, kalau bisa
kedua saudara mbak tetep menjaga komunikasi dengan ibu, kalau
bisa si di jenguk. Ibu sudah kehilangan suaminya, jadi dia sangat
membutuhkan perhatian dari anak-anaknya”
Dhea : “Mereka tiap lebaran pasti pulang kok sus, jadi alhamdulillah
setahun sekali kita pasti kumpul.”
P. Quintha : “Alhamdulillah, berarti mbak dan saudaranya tetap mengontrol
kesehatan ibu walau dari jauh. Pikiran dan Emosi ibu harus tetap
stabil mbak, kalau bisa jangan sampai ada kejadian atau lain hal
yang buat ibu jadi syok, usahakan ibu happy teruslah mbak, biar
badannya tetap sehat. Kita saling kerja sama ya mbak buat,
menjaga kondisi ibu tetap stabil.”
Dhea : “Terima kasih ya sus, saya baru tau kalau ada perawat keluarga
seperti ini. Kalau tau, dari dulu saya bisa gunain perawat keluarga,
paling tidak bisa memonitor ibu”
Okta : “Waalaikumsalam”
kembali.....
P. Quintha : ”Baiklah kalau begitu, saya membawa sesuatu bu” (P. Quintha
mengeluarkan beberapa buah balon tiup)
P. Quintha : “Seperti yang saya janjikan kemarin saya mau mengajarkan ibu
tentang napas dalam, nah media yang kita pakai adalah balon.”
Okta : “Assalamualaikum”
Semua : “Waalaikumsalam”
Dhea : “Syukurlah kalau saya tepat waktu, ini kenapa ada balon-balon
disini?”
P. Quintha : “Ini media yang saya gunakan untuk mengajarkan napas dalam
Setelah selesai.....
P. Quintha : “Nah, ibu dan mbak Dhea, kalau misalnya sewaktu-waktu dada
ibu sesak atau nyeri, metode yang saya ajarkan tadi bisa di pakai
ya, mbak Okta juga bisa membantu memotivasi dan mengajarkan
kembali kepada ibu
Ibu Indah : “Iya nak, saya sudah paham caranya, terima kasih ya”
P. Quintha : “Saya permisi dulu ya mbak, ibu, insya Allah besok saya akan
kesini lagi, untuk mengajarkan senam yang sehat untuk jantung
ibu”
Semua : “Waalaikumsalam”
Sejak saat itu, Ibu Indah melakukan saran-saran yang dianjurkan oleh
Perawat Quintha, sehingga penyakitnya jarang kambuh lagi dan dia mulai merasa
percaya diri untuk dapat lebih sehat kembali.
TAMAT