Standar Dokumen
Pengadaan Jasa
Konsultansi Badan Usaha
(dengan Prakualifikasi
Dua File)
41
b. Gambaran Umum
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil. Sehingga
transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi
nasional terus dikembangkan dalam rangka
mewujudkan prinsip Wawasan Nusantara untuk
mempersatukan seluruh wilayah teritorial Indonesia.
Dengan semakin meningkatnya kualitas sistem dan
jaringan transportasi akan meningkat pula interaksi di
antara pelaku ekonomi yang pada gilirannya dapat
memajukan perekonomian di seluruh wilayah negara.
Oleh karena itu, pengembangan pelabuhan sesuai
dengan masterplan yang telah direncanakan perlu
dilakukan sesuai dengan prediksi demand yang telah
diprediksi. Rehabilitasi pelabuhan juga diperlukan untuk
mengoptimasi fasilitas eksisting pelabuhan yang ada
dalam melayani transportasi laut. Maka untuk
mengakomodir rehabilitasi/pengembangan pelabuhan
maka diperlukan adanya Detail Engeneering Design
(DED) untuk merencanakan rehabilitasi /pengembangan
pelabuhan yang sesuai kebutuhan dan optimum sesuai
fungsinya.
a. Urain Kegiatan
1) Survey Reconnaissance
2) Survey Hidrografi dan Topografi (untuk
pengembangan)
3) Investigasi kondisi eksisting struktur fasilitas
pelabuhan eksisting (untuk rehabilitasi)
4) Penyelidikan Tanah
5) Desain Perencanaan Konstruksi untuk pengembangan
fasilitas pelabuhan
6) Desain Perbaikan/Perkuatan struktur untuk rehabilitasu
fasilitas eksisting pelabuhan
4) Penyelidikan Tanah
Survey dan penyelidikan Tanah tidak wajib dilakukan
untuk rehabilitasi pelabuhan. Disesuaikan dengan
jenis kerusakan yang terjadi pada fasilitas pelabuhan.
Pekerjaan survey dan penyelidikan tanah wajib
dilakukan untuk rencana pengembangan pelabuhan.
I. Tenaga Ahli
1) Ahli Perencanaan Kepelabuhanan (team Leader)
Sarjana Teknik Sipil/ Teknik Kelautan dengan
pengalaman minimal 5 (lima) tahun di bidang
Prencanaan Pelabuhan.
5) Ahli Geodesi
Sarjana teknik Geodesi dengan pengalaman
minimal 3 (tiga) tahun dalam mengerjakan
perancangan prasaran pelabuhan dan menguasai
sistem operasional pelabuhan jika dilakukan survey
dan penyelidikan tanah.
2) Surveyor (2 orang)
Lulusan STM berpengalman sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun dalam perkerjaan survey pemetaan jika
dilakukan pekerjaan survey hidrooceanografi dan
topografi.
3) Draftman ( 1 orang)
4) Laboran (1 orang)
Lulusan STM berpengalaman sekurang-kurangnya
3 (tiga) tahun dalam perkerjaan pengejui
laboratorium mekanika tanah jika dilakukan survey
dan penyelidikan tanah atau laboratorium struktur
dan bahan untuk penyelidikan kondisi material dan
struktur.
b. Tujuan Kegiatan
Mendapatkan gambaran kondisi eksisting dan
kesesuaian dengan masterplan dalam
pengembangan pelabuhan sehingga terbentuklah
pelabuhan yang tepat guna sesuai dengan fungsi
dan perannya.
b. Keluaran (Kuantitatif)
Hasil pekerjaan dilaporkan secara tertulis kepada
pengguna jasa dalam bentuk buku yang dijilid
dengan baik dan disusun secara sistematis beserta
softcopy nya dalam bentuk CD atau DVD.
KAK. Dan
Dan
5) CD
Dibuat sebanyak 10 (sepuluh) CD. Berisi semua
softcopy
laporan yang telah disempurnakan.
c. Pengukuran Arus
1) Pengamatan kecepatan dan arah arus dilakukan
minimal pada 2 lokasi.
2) Pengamatan dilakukan selama 25 jam terus
menerus dengan interval waktu 30 menit,
menggunakan alat current meter dan floater yang
dilakukan pada saat pasang tertinggi (Spring Tide)
dan pada saat pasang terendah (Neap Tide) pada
bulan yang sama.
3) Posisi pengamatan arus adalah 0,2d; 0,6d; dan
0,8d dari permukaan air, dimana d = kedalaman
di lokasi pengamatan arus.
4) Apabila memungkinkan, hasil simulasi arus dengan
menggunakan perangkat lunak agar ditampilkan
pada saat pembahasan laporan dengan Tim
Evaluasi.
5) Lokasi pengamatan diplotkan dalam peta
hidrografi dan hasil pengamatan arus dilampirkan
pada laporan dalam bentuk:
- Grafik hubungan antara pergerakan pasang
surut dan kecepatan arus.
- Peta arah arus.
f. Pekerjaan Topografi
1) Pengamatanazimuth matahari (pengukuran
azimuth) dilakukan pada salah satu BM.
2) Pengukuran dengan menggunakan sistem triangulasi:
- Dipakai titik BM sebagai basis.
- Pengukuran jarak basis dengan alat elektronik
atau optis (T2 dan intervarbasis) atau sejenis.
- Pengukuran sudut dilakukan dengan 4 (empat)
seri biasa- luar biasa. Selisih sudut antara tipa
bacaan titik boleh lebih daripada 10 detik.
3) Pengukuran Poligon
- Pengukuran poligon sepanjang titik-titik poligon
dengan jarak antara titik-titik poligon maksimum
50 m dan radius survey dari tiap poligon adalah
75 m.
- Pengukuran harus dimulai dari titik ikat awal
dan pengukuran poligon harus tertutup (dimulai
dari titik ikat awal dan berakhir pada titik yang
sama atau ditutup pada titik lain yang sudah
diketahui koordinatnya sehingga kesalahan-
kesalahan sudut maupun jarak dapat dikontrol).
4) Pengukuran Sipat Datar
- Pengukuran sipat datar dilakukan sepanjang titik-
titik poligon dan diikatkan pada Bench Mark.
- Pengukuran sipat datar dari Bench Mark ke
Bench Mark dengan alat waterpass dilakukan
g. Pekerjaan Pemetaan
1) Metode Pemetaan
Perhitungan dalam pembuatan peta hidrografi
disajikan dalam lintang/bujur (apabila didapatkan
BM berkoordinat geografis) dengan metode:
h. Pekerjaan Boring
Pekerjaan lapangan disyaratkan mengikuti prosedur
ASTM. Pengeboran dilaksanakan sampai kedalaman
-30 meter dari dasar laut dengan pengambilan contoh
tanah dan pelaksanaan SPT setiap interval 2 meter
(SPT pertama kali dilaksanakan pada kedalaman -1
meter dari dasar laut).
Pelaksanaan SPT diberhentikan setelah SPT > 60
sebanyak 3 (tiga) kali untuk penurunan berturut-turut
setinggi 30 cm sampai dengan ketebalan minimal 5
meter, sedangkan pengeborannya sendiri tetap
dilakukan sampai – 30 meter dari dasar laut.
Apabila sampai pada kedalaman – 30 meter dari dasar
laut belum dijumpai lapisan tanah keras (SPT > 60)
maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada
Pengguna Jasa untuk mendapat petunjuk lebih lanjut.
Apabila sangat diperlukan, kedalaman pengeboran
dapat ditambah atau dikurangi dengan persetujuan
Pengguna Jasa. Penambahan/pengurangan akan
diperhitungan sebagai pekerjaan tambah kurang.
1) Metode Pelaksanaan Pengeboran
Sebelum pelaksanaan pengeboran dimulai, semua
peralatan yang akan dipergunakan dalam pekerjaan
tersebut harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu
di tempat sehingga pelaksanaan dapat berjalan
dengan lancar. Pengeboran dilakukan dengan alat
bor yang mempunyai kemampuan dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
- Mampu menembus tanah keras dengan nilai N-60
- Kemampuan alat bor dapat mencapai kedalaman
100 m
- Mesin diesel kapasitas 80 PK
- Water pump dengan kapasitas (50 s/d 60 liter/menit)
- Casing dengan diameter minimum 97 mm
- Drilling rod (4,05 cm)
- Tabung sampel panjang 50 cm dan diameter 7,5 cm
- Mata bor klep
- Tabung SPT
- Piston dan piston rod untuk keperluan
pengambilan
undisturbed
sample
Kapasitas pompa harus cukup besar sehingga
Dokumen Seleksi Umum Detail Engineering Design (DED)
Fasilitas Pelabuhan
57
terjamin bahwa sisa pengeboran yang keluar dari
lubang harus selalu diamati agar diketahui bila
ditemui perubahan lapisan tanah yang dibor dengan
melihat perubahan jenis tanah yang keluar. Lubang
bor yang terjadi sewaktu pengeboran harus
dilindungi dengan casing agar tidak terjadi
kelongsoran sehingga diperoleh hasil pengeboran
yang baik dan teliti. Pada setiap tambahan
kedalaman tertentu, casing harus diturunkan
sampai dasar lubang dengan menambah
sambungan pada bagian atas casing. Untuk tanah
lunak (soft soil) sistem pengeboran harus
dilaksanakan dengan casing system yaitu
mengebor dengan casing yang berputar (drilling
rod) dan ujung casing diberi mata bor.
2) Data dan Hasil Pekerjaan Lapangan
Dari setiap pengeboran harus dilakukan pencatatan
pelaksanaan pekerjaan terutama masalah teknis
lapangan yang ditemui. Hasil pekerjaan lapangan
tersebut dituangkan ke dalam bor-log yang
menggambarkan:
- Elevasi muka tanah terhadap Datum
- Number of blows pada standard penetration test
dan kedalamannya (dalam angka dan grafik)
- Kedalaman tanah dimana undisturbed sample
diambil
- Elevasi lapisan batas atas dan bawah dari setiap
perubahan lapisan tanah yang ditemui selama
pengeboran
- Deskripsi dari jenis tanah untuk tiap interval
kedalaman
- Hal-hal lain (khusus) yang ditemui/terjadi pada
saat pengeboran dilaksanakan
- Penjelasan teknis dari penyimpangan-
penyimpangan atau kejanggalan yang terjadi
selama pengeboran.
3) Undisturbed Sampling
Untuk setiap interval kedalaman 2 meter diambil
undisturbed sample dan untuk pertama kalinya
diambil sampel pada kedalaman – 3 m dari muka
tanah yang bersangkutan. Tabung contoh tanah
(tube sample) yang disyaratkan adalah seamless
tube sampler ukuran OD 3 inch dan ID 2 7/8 inch
(ID=Internal Diameter, OD=Outer Diameter), tebal
tabung 1/16 inch, dengan panjang 50 cm. Tabung
yang dipakai tipe fixed-piston sampler terbuat dari
baja atau kuningan.
Tebal tabung: baja 1,5 ± 0,1 mm dan ID 75 ± 0,5 mm
Bila akan dipakai ID yang lain dari harga di atas
harus dipenuhi persyaratan Degree of disturbance:
A(%) = 100 (OD2- ID2) < 10 %
ID2
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi pada
waktu pengambilan contoh tanah adalah:
i. Pekerjaan Sondir
Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan
gambaran dan hubungan antara kedalaman lapisan
tanah dengan kekerasan atau kepadatannya serta
untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras
bilamana ada. Alat sondir yang dipakai adalah tipe
Dutch Penetrometer yang mempunyai Conus
dengan luas 10 cm² dan sudut lancip kerucut 60°
untuk mengukur perlawanan ujung, dilengkapi dengan
mantel (sleeve) yang berdiameter sama dengan
conus dan luas selimut 100 cm² untuk mengukur
lekatan (friction) dari lapisan tanah.
Kapasitas minimal alat sondir disyaratkan harus
mampu menembus lapisan-lapisan tanah keras sampai
tahanan ujung qc > 250 kg/cm. Disyaratkan
menggunakan Gouda mekanis.
1) Metode pelaksanaan sondir
Dokumen Seleksi Umum Detail Engineering Design (DED)
Fasilitas Pelabuhan
60
Letak titik-titik penyondiran harus sesuai rencana
yang telah ditetapkan Pengguna Jasa. Peralatan
Sondir dan perlengkapan harus sudah berada di
lapangan sebelum pelaksanaan agar pekerjaan
dapat berjalan dengan lancar.
Dalam pelaksanaannya, alat sondir harus dijangkar
ke dalam tanah atau platform atau diberi
pemberat yang cukup antara lain drum diisi air dll,
agar alat sondir cukup kokoh dan tidak terangkat
pada waktu conus menembus tanah keras.
Besaran- besaran yang hendak diperoleh dari
penyondiran ini adalah hubungan antara
kedalaman dengan:
- Tahanan ujung (end resistance)
- Tahanan geser setempat (local friction)
- Jumlah tahanan (total friction)
Untuk mendapatkan harga-harga tersebut conus
ditekan ke dalam tanah dengan tenaga mekanis
dari peralatan sondir dengan perantaraan batang-
batang sondir. Pembacaan dilakukan setiap
interval 20 cm pada waktu dilakukan dengan
kecepatan maksimum 1 cm/detik. Besarnya
perlawanan conus dan tahanan geser dibaca pada
parameter.
2) Kedalaman sondir
Sondir dapat dihentikan dengan ketentuan sebagai
berikut:
- Perlawanan conus sudah mencapai qc > 250
Kg/cm.
Kriteria qc > 250 kg/cm adalah bila conus yang
bersangkutan tidak dapat lagi masuk lebih
dalam setelah dicoba menekan conus tiga kali
berturut-turut. Apabila diperkirakan conus kena
batu atau kedalaman stang sondir masih
rendah, sondir perlu dipindahkan ke tempat
yang baru.
- Kedalaman sondir mencapai 30 m dari
permukaan
tanah/dasar laut.
Apabila sampai dengan kedalaman tersebut
belum diperoleh qc > 250 kg/cm, hal ini harus
dikonsultasikan dengan Pengguna Jasa/Tim
Evaluasi.
k. Pembuatan Desain
1) Umum
Konsultan ditugaskan untuk melaksanakan
pekerjaan- perkerjaan di bawah ini sebagai suatu
kesatuan pekerjaan dengan menggunakan data-
data dari desain dermaga prototipe, hasil survey
topografi, bathymetri dan penyelidikan tanah serta
data-data sekunder, yaitu mencakup:
a) Tata letak fasilitas pelabuhan
yang dibutuhkan/direncanakan.
b) Posisi alur (access channel), labuh jangkar
(anchorage) dan kolam pelabuhan (turning
basin).
c) Sistem struktur bangunan atas dermaga dan
fasilitas pelabuhan lainnya.
d) Bahan bangunan yang akan digunakan
dan sumber materialnya.
e) Perencanaan sistem pondasi.
f) Dokumen tender dan gambar-gambar
perencanaan standar.
g) Sistem pelaksanaan pembangunan dermaga
dan fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan dalam
hal sistem struktur, bahan bangunan, sistem
pondasi lapangan terkait dengan peralatan,
mobilisasi dan logistik.
4) Informasi lain-lain
a) Informasi mengenai sumber bahan bangunan
termasuk tersedianya air kerja juga menjadi
bahan pertimbangan untuk perencanaan.
b) Hal-hal lain yang spesifik pada daerah/lokasi
yang akan dibangun, misalnya adanya benda
hanyutan sungai, kemungkinan hilangnya
bagian-bagian konstruksi dan lain- lain agar
menjadi pertimbangan juga.
Gambar Pelaksanaan:
Gambar pelaksanaan harus dapat memberi
pedoman kepada pelaksana dalam mewujudkan
konstruksi yang direncanakan. Pedoman tersebut
antara lain menyangkut: posisi konstruksi, dimensi
konstruksi, volume konstruksi, elevasi konstruksi,
tahapan konstruksi, dll. Seluruh gambar pelaksana
harus dilengkapi dengan skala, ukuran, elevasi
berdasarkan lebih kurang 0,00 m-LWS, kualitas yang
akan dicapai (misalkan: mutu baja, mutu beton), dll.
Seluruh gambar pelaksanaan dibuat dengan
menggunakan komputer (CAD) dan soft copy-nya
diserahkan bersama Laporan Akhir kepada
Pengguna Jasa. Gambar pelaksanaan meliputi:
a) Gambar lay-out (dilengkapi dengan garis kontur,
arah mata angin, skala posisi BM, dll)
b) Gambar denah (misalkan posisi tiang, balok, dll)
c) Gambar potongan memanjang dan melintang
d) Gambar detail
7) Dasar-dasar Perencanaan
a) Sistem konstruksi
Dari hasil desain dermaga prototipe, konsultan
perencana harus menetapkan alternatif sistem
konstruksi yang sesuai dengan kondisi
pelabuhan dimana akan direncanakan
pembangunan dermaga.
Pilihan alternatif yang sesuai harus ditetapkan
mencakup:
Sistem konstruksi bangunan atas.
Sistem konstruksi bangunan bawah/pondasi.
Bahan bangunan yang akan digunakan.
Metode pelaksanaan konstruksi dan peralatan
yang akan digunakan
b) Data peta kedalaman laut dan peta topografi
Data peta kedalaman laut dan peta
topografi yang digunakan sebagai dasar
perencanaan fasilitas pelabuhan adalah sesuai
dengan hasil survey konsultan.
Peta-peta tersebut di atas akan digunakan untuk
perencanaan
Tatanan prasarana laut dan darat (general lay-
out plan)
Alur dan kolam pelabuhan
Olah gerak kapal
Kebutuhan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
(SBNP), dll
c) Data hasil penyelidikan tanah
Data hasil penyelidikan tanah untuk pelabuhan
yang akan direncanakan sesuai hasil survey
yang telah dilakukan. Data hasil penyelidikan
tanah digunakan untuk merencanakan sistem
pondasi baik pondasi langsung maupun pondasi
dalam atau tiang pancang. Data-data tersebut
juga dipergunakan untuk perhitungan
konsolidasi dan stabilitas timbunan.
d) Data-data sekunder
Data-data sekunder antara lain: data operasional
pelabuhan dan arsitektur daerah setempat. Data
operasional pelabuhan untuk merencanakan
pengembangan pelabuhan meliputi tata letak
bangunan, luas bangunan, jenis bangunan dan
arsitektur daerah digunakan untuk
merencanakan bentuk bangunan (misalnya
bentuk bangunan terminal penumpang yang
merupakan ciri khas daerah tersebut).