Anda di halaman 1dari 65

MODUL I

SALURAN TERBUKA

1.1 Tujuan
1. Meneliti fungsi bendung dalam saluran terbuka
2. Meneliti terjadinya kedalaman air kritis diatas mercu bendung
3. Meneliti hydraulic jump atau lompatan hidrolis
4. Mendemonstrasikan debit yang mengalir melalui bendung Sifon (syphon
spillway )

1.2 Landasan teori


Fungsi bendung ialah meninggikan muka air saluran atau sungai sehingga
tanpa pompa air bisa mengalir masuk kedalam sebuah saluran sadap ditepi
sungai secara gravitasi. Diatas mercu sebuah bendung selalu terjadi aliran
kritis. Dalam peralatan model saluran terbuka yang panjangnya 5 m ini,
dengan memasang didalamnya sebuah model bendung dapat dicari letak
terjadinya aliran kritis tersebut. Kecepatan rambatan sebuah gelombang muka
air

V= √g d
dimana
g = percepatan gravitasi (m/s2) = 9.81 m/s2
d = kedalaman air (m)
v
Froude→F= =1
Bilangan √g d artinya terjadi aliran kritis sehingga
pada saat muka air disentuh dan tidak terjadi gelombang permukaan air, maka
disitulah lokasi terjadinya aliran kritis.
Hydraulic jump bisa terjadi bila sebuah aliran superkritis menuju perubahan
langsung ke aliran sub-kritis, jadi dari Froude number > 1 jumlah Froude
number F < 1. Sebuah bendung sifon dapat mengalirkan debit aliran air yang

1
sama besar dengan sebuah bendung tetap. Namun dengan muka air hulu yang
debit rendah
1.3 Alat-alat yang digunakan

1.4 Cara kerja


1. Jalankan pompa air untuk mengalirkan air kedalam saluran terbuka
2. Tempatkan model bendung yang dikehendaki
3. Lakukan pengamatan rambatan gelombang muka air diatas mercu
bendung yang tetap

1.5 Pelaporan Hasil Uji

1. Bendungan 1

Awal
h awal (cm) 8.2
v awal (cm/s) 1.05
Subkritis
V (cm/s) 2.5
jarak bendungan ke aliran (cm) 20.9
h (cm) 6.2
0.32056024
Bilangan Froude
4
Kritis

2
V (cm/s) 3.2
jarak aliran subkritis menuju akhir
58.7
(cm)
h (cm) 1.9
Bilangan Froude 0.74120557
Akhir
V (cm/s) 2
h (cm) 3.6

2. Bendungan 2

Awal
h awal (cm) 7.8
v awal (cm/s) 1.1
Subkritis
V (cm/s) 2.7
jarak bendungan ke aliran (cm) 18.6
h (cm) 2.8
Bilangan Froude 0.51516962
Kritis
V (cm/s) 3.2
jarak aliran subkritis menuju akhir
56.4
(cm)
h (cm) 3.3
0.56241708
Bilangan Froude
4
Akhir
V (cm/s) 1.6
h (cm) 6.2

3. Bendungan 3

Awal
h awal (cm) 15.8
v awal (cm/s) 0.25
Subkritis
V (cm/s) 2.4
jarak bendungan ke aliran (cm) 46.5
h (cm) 13.5
0.20854983
Bilangan Froude
7
Super Kritis

3
V (cm/s) 3.3
jarak aliran subkritis menuju akhir
159.3
(cm)
h (cm) 2.3
0.69472914
Bilangan Froude
4
Akhir
V (cm/s) 1.7
h (cm) 3.4

4. Bendungan 4

Awal
h awal (cm) 16.2
v awal (cm/s) 0.35
Super Kritis
V (cm/s) 1.7
jarak bendungan ke aliran (cm) 1.7
h (cm) 4.3
0.26174608
Bilangan Froude
2
Subkritis
V (cm/s) 1.4
jarak aliran subkritis menuju akhir
70.5
(cm)
h (cm) 4.6
Bilangan Froude 0.20840811

1.6 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, penentuan jenis aliran dapat


ditentukan berdasarkan Bilangan Froude dan kecepatan. Semakin besar
kecepatan aliran mengalir, maka nilai bilangan Froude juga semakin tinggi.

4
1.7 Dokumentasi

Gambar 1.7.1 Model Bendungan Spill Way dan Aliran air yang terbentuk

5
Gambar 1.7.2 Model Bendungan Crump Wer dan Aliran air yang terbentuk

Gambar 1.7.3 Model Bendungan Clyndrical Gate dan Aliran air yang terbentuk

6
Gambar 1.7.4 Model Bendungan Radial Sector dan Aliran air yang terbentuk

Gambar 1.7.5 Model Bendungan Parshall Flume dan Aliran air yang terbentuk

7
Gambar 1.7.6 Model Bendungan Syphon dan Aliran air yang terbentuk

Gambar 1.7.7 Model Bendungan Bridge Pier dan Aliran air yang terbentuk

8
Gambar 1.7.8 Pengukuran Laju Aliran Air

Gambar 1.7.9 Model aliran air tampak depan

9
Gambar 1.7.9 Model aliran air tampak atas

Gambar 1.7.10 Alat mengukur kecepatan aliran air

10
MODUL II
BENDUNG DASAR

2.1 Tujuan
1. Menentukan koefisien debit dari pengukur debit berbentuk segi empat
2. Menentukan koefisien debit dari pengukur dabit berbentuk segi tiga
dengan sudut bukaan 300 dan900

2.2 Teori
Secara teoritis debit yang mengalir melalui suatu bendung / peluap / weir
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut :
1. Lubang segi empat
2
Q=Cd . . B . √2 . g. √ H 3
3
2. Lubang segi tiga
8 θ
Q=Cd . . √2 . g . tan . √ H 5
15 2
Dimana :
Q : debit aliran yang melimpas diatas dasar lubang
Cd : koefisien kontraksi
 : sudut bukaan segi tiga
g : 9,81 m/det.
H : Head diatas dasar lubang
B : Lebar lubang

Sedangkan khusus untuk peluap dengan bukaan sehingga 900, persamaan


untuk menentukan besarnya Cd dapat disederhanakan menjadi :

11
5
m
Cd= (
1. 41039 ) 2

5
Q
dimana m merupakan slope dari grafik 2 ( sumbu X ) vs H ( sumbu )
dan Q dan H merupakan hasil pengamatan percobaan
2.3 Alat – alat :
1. Meja hidrolika
2. Dinding peredam
3. Alat duga dengan perlengkapan yang berbentuk jarum atau diatas pancing
4. Bendung dasar
5. Stop watch

2.4 Langkah Kerja


1. Siapkan meja hidrolika
2. Siapkan alat-alat Bendung Dasar, gunakan lubang segi empat terlebih
dahulu
3. Atur alat-alat peraga seperti gambar di atas dan sebelumnya ukur dimensi
peluap
4. Alirkan air kedalam saluran hingga melimpas melalui bendung dasar
5. Tutup katup pengatur aliran dan diamkan sampai air di atas lubang bukan
tepat berhenti melimpas
6. Atur alat duga untuk pembacaan diatas, set 0 alat duga tersebut, pada
kondisi langkah 5 diatas dengan catatan sebaiknya alat duga ini ditempatkan
agak ditengah antara bendung dasar dan dinding peredam
7. Naikkan alat duga tersebut dengan ketinggian tertentu sehingga alat duga
tidak mengganggu aliran sewaktu air mengalir dengan debit tertentu
8. Alirkan kembali aliran, atur besar kecilnya aliran dengan mengatur bukaan
katup pada meja hidrolika
9. Ukur ketinggia muka air untuk mendapatkan harga Head ( H ) dengan
mengatur posisi jarum alat duga tepat diatas muka air.

12
10. Catat pula volume yang melimpas pada waktu tertentu untuk mendapat
debit alirannya dengan menggunakan pebandingan antara massa air yang
mengalir ( masuk ke meja hidrolika ) dan massa beban pemberat dalam
keadaaan seimbang sebesar 3 : 1
11. Ulangi langkah ( 7 – 10 ) untuk setiap kenaikan Head kira-kira 5 mm atau
dengan debit yang berbeda ( ditentukan lebih lanjut oleh asisten ). Hal ini
dilakukan sampai Headnya tidak memungkinkan untuk dinaikkan lagi.
12. Ulangi langkah ( 2 – 13 ) untuk lubang segi tiga 300 dan 900
Spesifikasi alat :
a. Lebar lubang Segi Empat (B) = 30 mm dan Cd literatur = 0,59
b. Cd sudut bukaan Segi tiga (  ) 30 derajat = 0,62

2.5 Pelaporan Hasil Uji

1. Bukaan persegi
H Q
Wakt Volume Log Log
No (cm (cm3/ Q2/3 H3/2 Cd
u (s) (cm3) Q H
) s)
19.58 373.7 51.8 125. 2.5 1.3 0.33751
1 7320 25
5 55 87 000 73 98 8821
13.39 546.4 66.8 160. 2.7 1.4 0.38499
2 7320 29.5
5 73 41 226 38 70 5667
684.7 77.6 198. 2.8 1.5 0.38988
3 10.69 7320 34
52 88 252 36 31 4081
1000. 100. 225. 3.0 1.5 0.50155
4 7.32 7320 37
000 000 062 00 68 4252
Rata- 12.74 31.3 651.2 75.1 175. 2.8 1.4 0.41830
7320
rata 75 75 45 33 742 14 97 1401

2 3

651.245 = Cd . .3 . ( 2)(9.81¿) √ 31.375 ¿
3
Cd = 0.418
Cd Literatur = 0.59

13
Kurva perbandingan H dengan Q2/3
120

100

80

60
Q2/3

40

20

0
20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

H (cm)

Kurva perbandingan Log H dengan Log Q

14
3.1

2.9

2.8
Log Q

2.7

2.6

2.5

2.4

2.3
1.38 1.4 1.42 1.44 1.46 1.48 1.5 1.52 1.54 1.56 1.58
Log H

Kurva perbandingan Cd dengan H

15
50

45

40

35

30
H (cm)

25

20

15

10

0
0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500 0.550

Cd

2. Bukaan segitiga sudut 30o


H Q
Wakt Volume Log Log
No (cm (cm3/ Q2/5 H5/2 Cd
u (s) (cm3) Q H
) s)
413.3 11. 3446. 2.6 1.4 0.18943
1 17.71 7320 26
26 131 937 16 15 4235
12.59 581.1 12. 4847. 2.7 1.4 0.18939
2 7320 29.8
5 83 756 755 64 74 6333
737.1 14. 7993. 2.8 1.5 0.14568
3 9.93 7320 36.4
60 029 803 68 61 2603
1018. 15. 9498. 3.0 1.5 0.16944
4 7.185 7320 39
789 967 642 08 91 2406
Rata- 11.85 687.6 13. 6161. 2.8 1.5 0.17630
7320 32.8
rata 5 15 644 474 37 16 3018

8 30
687.615 = Cd . . √ (2).(9.81) . tan . √ 32.85
15 2
Cd = 0.176
Cd literatur = 0.62

Kurva perbandingan H dengan Q2/3

16
18.000

16.000

14.000

12.000

10.000
Q 2/5

8.000

6.000

4.000

2.000

0.000
20 25 30 35 40 45

H (cm)

Kurva perbandingan Log H dengan Log Q


1.650

1.600

1.550

1.500
Log Q

1.450

1.400

1.350

1.300
2.550 2.600 2.650 2.700 2.750 2.800 2.850 2.900 2.950 3.000 3.050

Log H

Kurva perbandingan Cd dengan H

17
45

40

35

30

25
H (cm)

20

15

10

0
0.14 0.15 0.16 0.17 0.18 0.19 0.2

Cd

3. Bukaan segitiga sudut 90o


Q
Wakt Volume H Log Log
No (cm3/ Q2/5 H3/2 Cd
u (s) (cm3) (cm) Q H
s)
473.63 11.7 4148.5 2.67 1.44 0.04
1 15.455 7320 28
3 54 38 5 7 83
680.29 13.5 8327.3 2.83 1.56 0.03
2 10.76 7320 37
7 86 02 3 8 46
740.14 14.0 11432. 2.86 1.62 0.02
3 9.89 7320 42
2 52 027 9 3 74
896.50 15.1 12841. 2.95 1.64 0.02
4 8.165 7320 44
9 71 971 3 3 96
Rata- 11.067 37.7 697.64 13.7 8755.7 2.84 1.57 0.03
7320
rata 5 5 5 23 31 4 7 37

Kurva perbandingan H dengan Q2/5

18
16.000

14.000

12.000

10.000
Q 2/5

8.000

6.000

4.000

2.000

0.000
20 25 30 35 40 45 50

H (cm)

Kurva perbandingan Log H dengan Log Q

1.700

1.650

1.600

1.550
Log Q

1.500

1.450

1.400

1.350

1.300
2.650 2.700 2.750 2.800 2.850 2.900 2.950 3.000

Log H

Kurva perbandingan Cd dengan H

19
50

45

40

35

30
H (cm)

25

20

15

10

0
0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05

Cd

Kurva perbandingan Cd Teoritis dengan H


0.7

0.6

0.5
Cd Teoritis

0.4

0.3

0.2

0.1

0
26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46

20
Bentuk grafik Cd vs H, seharusnya garis diagonal kebawah, dimana semakin
besar H maka semakin kecil nilai Cd. Jadi, semakin besar Head diatas dasar
lubang maka semakin kecil koefisien kontraksinya.

Persamaan lengkung debit untuk suat pelimpah berguna untuk memperlihatkan


pengaruh kecepatan masuk pada hubungan antara H e / H d dan C /C d . Untuk
pelimpah yang rendah dengan h /H d < 1.33 kecepatan masuk akan mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap debit atau koefisien debit.

. Penurunan Persamaan
 Penurunan Persamaan 2.1

Gambar 2a. Peluap segiempat

Dengan menggunakan persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan 2 (pada pias) maka:
P 1 V 12 P2 V 22
z 1+ + =z 2+ +
γ 2g γ 2g
Apabila disebelah hulu peluap berupa kolam besar sehingga V 1 = 0 dan tekanan
pada pias adalah atmosfer maka :
V 22
z 1+ 0+0=z2 +0+
2g
atau
V 2= √2 g (z 1−z 2)= √2 g h

21
Luas pias adalah : dA = b dh
1
Debit melalui pias : dQ = V 2 dA = √ 2 g h b dh = b √ 2 g h 2 dh

Dengan memasukkan koefisien debit, maka debit aliran :


1
dQ = Cd b √ 2 g h 2 dh

Debit total melalui seluruh peluap dapat dihitung dengan mengintegralkan


persamaan di atas dari h = 0 pada muka air sampai h = H pada puncak ambang.
H
1/ 2 2 3 /2 H
Q = Cd b √ 2 g ∫ h dh = Cd b √ 2 g [ h ]0
0
3
2
Q=Cd . . B . √ 2. g . √ H 3
3
 Penurunan Persamaan 2.2

Gambar 2b. Peluap segitiga


Dipandang suatu pias setebal dh pada jarak h dari muka air, panjang pias tersebut
adalah :
b = 2(H-h) tg α /2
Luas pias :
dA = 2(H-h) tg α /2 dh
Kecepatan air melalui pias :
V = √2 g h
Debit aliran melalui pias :
dQ = Cd dA √ 2 g h

22
= Cd 2(H-h) tg α /2 dh √ 2 g h
Integrasi persamaan tersebut untuk mendapatkan debit aliran melalui peluap :
H
1/2
Q = 2 Cd tg α /2 √ 2 g ∫ (h−h)h dh
0

H
1 /2 3/ 2
Q = 2 Cd tg α /2 √ 2 g ∫ H h −h dh
0

H
2 2
Q = 2 Cd tg α /2 √ 2 g
3 [
H h 3/ 2− h5 /2
5 ] 0

Q = 2 Cd tg α /2 √ 2 g ( 23 H 5 /2 2
− H5/2
5 )
8 θ 5
Q=Cd . . √ 2. g . tan . √ H
15 2

 Penurunan Persamaan 2.3

Gambar 2.3 Peluap segitiga sudut 90o

Dari penurunan persamaan 9.2, didapat rumus :


8 θ
Q=Cd . . √ 2. g . tan . √ H 5
15 2
Apabila θ=90 °, maka persamaannya akan menjadi :
8
Q=Cd . . √ 2. g . √ H 5
15
Jika g = 9.81 m 2 / s , maka :

23
Q=Cd .2.362 . √ H 5
Q
Cd=
2.362. √ H 5
Q
Cd=
2.362. H 5/ 2
Q
Dari grafik, didapatkan = m 5 /2 maka persamaannya akan menjadi :
H 5/ 2
m5 / 2
Cd=
2.362
Cd=¿

2.6 Kesimpulan
Dari data hasil percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa nilai debit dan
nilai Cd bergantung pada nilai H. Apabila semakin besar nilai H. maka nilai
debit akan semakin besar tetapi nilai Cd akan semakin kecil. Sebaliknya,
semakin kecil nilai H, maka nilai debit juga akan semakin kecil tetapi nilai Cd
akan semakin besar.

24
2.7 Dokumentasi

Gambar 2.7.1 Bendung Dasar

25
Gambar 2.7.2 Bukaan Persegi

Gambar 2.7.3 Bukaan Segitiga 30o

Gambar 2.7.4 Bukaan Segitiga 90o

26
Gambar 2.7.5 Pembacaan Head

27
Gambar 2.7.6 Aliran Air yang Mengalir dari Bukaan
MODUL III
VENTURIMETER

3.1 Tujuan
Mengadakan simulasi pengukuran debit aliran dengan menggunakan
venturimeter dan menyelidiki ketelitian venturimeter dengan membandingkan
tekanan yang terjadi dengan tekanan ideal yang menggunakan teori Bernoully
pada aliran dalam pipa bundar dengan perubahan diameter.

3.2 Teori
Hukum Bernoulli :
Jumlah tinggi tempat, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan pada setiap
titik dari suatu aliran zat cair ideal selalu mempunyai harga yang konstan.
Sehubungan dengan aliran dalam pipa pada dua penampang, persamaan
Bernoully tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
V 12 P V 2 P
+ 1 + z1 = 2 + 2 + z2
2. g ρ . g 2. g ρ . g
dimana :
V2
= tinggi kecepatan
2. g
P
= tinggi tekanan
ρ.g
z = tinggi tempat
indeks 1,2 = menunjukkan titik tinjauan
V = Kecepatan aliran
g = percepatan gravitasi

Pada alat percobaan / peraga ini :


Z1 = Z2 (pipa benda uji terletak horizontal)
P = ρ.g.h

28
Jadi bila mengikuti teori Bernoully, maka :
V 22
Total head (H) = + h , konstan pada semua penampang sepanjang pipa
2. g
uji.
Tekanan Ideal :
Diasumsikan pada tekanan ideal tidak terjadi kehilangan energy pada
pipa sehingga dari penurunan rumus Bernoully berlaku :
hn−¿h
2
1
¿ a2 2 a2 2
u2 =( ) -( ) …… (4.1)
a1 an
2g
dengan :
a2 2 a2 2
( ) - ( ) merupakan persamaan distribusi tekanan ideal
a1 an
dimana :
Indeks 1 = Hulu
Indeks 2 = Lubang
a1 = Luas pipa bagian hulu
a2 = Luas lubang
h1,2 , n = tinggi tekanan di titik ke-1,2, dan ke n

Penentuan Q :
Berdasarkan persamaan-persamaan di atas maka berlaku

2 g(h1 −h2 )

dimana Cd literature = 0.936


Q=Cd . a2 .

√ a 2
1−( 2 )
a1

3.3 Alat-alat :
1. Stopwatch

29
2. Meja Hidrolika
3. Alat Peraga Venturimeter

30
31
32
3.4 Cara Kerja :
1. Letakkan alat percobaan horizontal pada saluran tepi di atas meja
Hidrolika dengan mengatur kaki penyangga.
2. Hubungkan alat dengan aliran suplai dari meja Hidrolika dan arahkan
aliran yang keluar dari ujung outlet pipa benda uji melalui pipa lentur ke
dalam tangki pengukur volume.
3. Hubungkan benda uji dengan suplai dari meja Hidrolika
4. Isi semua tabung manometer dengan air, hingga semua kantung-kantung
udara pada sambungan pipa hilang.
5. Atur dengan seksama suplai air dan kecepatan aliran melalui katup
pengatur aliran alat dan katup suplai pada meja hidrolika, sehingga
diperoleh kombinasi aliran tekanan yang sangat baik dan perbedaan
tekanan tampak jelas pada tabung manometer
6. Catat semua pembacaan skala tekanan pada tabung manometer dan data
diameter pipa dan jarak tiap titik manometer yang ada di spesifikasi alat
peraga (tertera di alat peraga).
7. Jalankan pompa meja hidrolika dan buka katup outlet sehingga
venturemeter dialiri air dengan debit tertentu. Catat pembacaan manometer
dan ukur debit yang melewati benda uji dengan bantuan stopwatch dan
tangki pengukur volume pada meja Hidrolika. Dengan perbandingan
massa air dan massa beban 3:1
8. Ulangi langkah ke-5 sampai ke-6 dengan debit yang berbeda dengan
mengatup bukaan katup outlet.
9. Ulangi langkah 5 sampai 7 dengan perubahan debit sebanyak 10 kali

33
3.5 Pelaporan Hasil Uji

Piezometer
A B C D E F G H J K L
Reference
Diameter 23. 18. 16. 18. 20. 21. 23. 25.
26 16 26
(mm) 2 4 79 47 16 84 53 21
530 422 265 201 221 267 319 374 434 499 530
Area (mm)
.9 .7 .9 .1 .4 .9 .2 .6 .8 .2 .9
Distance
from
-54 -34 -22 -8 7 22 37 52 67 82 102
Datum
(mm)

Percobaa Tinggi (mm)


n A B C D E F G H J K L
1 282 270 154 4 50 128 174 205 225 239 246
2 274 264 157 18 60 133 175 202 220 233 240
3 268 260 160 30 72 140 178 204 222 234 240
4 267 258 165 44 80 143 180 205 221 233 238
5 266 257 168 52 86 146 182 206 222 234 240
6 263 255 172 64 96 152 186 207 223 233 239
7 262 254 174 70 100 156 188 209 223 232 238
8 258 252 179 82 111 163 192 210 223 232 237
9 256 250 184 96 120 168 194 212 224 231 236
10 252 248 189 112 133 174 198 213 224 231 236

Percobaa Waktu
Rata-rata
n I II
1 20.51 20.37 20.44
2 21.39 21.71 21.55
3 22.17 22.36 22.265
4 22.42 23.22 22.82
5 24.44 24.33 24.385
6 25.97 26.27 26.12
7 27.6 26.88 27.24
8 28.25 28.44 28.345
9 30.42 29.88 30.15
10 32.27 32.11 32.19

34
Distribusi Tekanan Ideal

Tekanan Ideal
a 2 a 2
Titik ( 2) ( 2) a2 2 a2 2
a1 an ( ) -( )
a1 an
A 0.1435 0.1435 0.0000
B 0.1435 0.2263 -0.0829
C 0.1435 0.5720 -0.4285
D 0.1435 1.0000 -0.8565
E 0.1435 0.8250 -0.6815
F 0.1435 0.5635 -0.4200
G 0.1435 0.3969 -0.2534
H 0.1435 0.2882 -0.1447
J 0.1435 0.2139 -0.0704
K 0.1435 0.1623 -0.0188
L 0.1435 0.1435 0.0000

Kurva Distribusi Tekanan Ideal

Distribusi Tekanan Ideal


0.0000
-0.1000
-0.2000
-0.3000
Tekanan

-0.4000
-0.5000
-0.6000
-0.7000
-0.8000
-0.9000
0 2 4 6 8 10 12

Titik

35
Distribusi Tekanan Hasil Pengukuran

Volume
Percobaan Waktu (s)
(m3)
Q·10-3 (m3/s) u2 /2 g (m)
1 20.44 0.006 0.2935 0.0744
2 21.55 0.006 0.2784 0.0706
3 22.265 0.006 0.2695 0.0683
4 22.82 0.006 0.2629 0.0666
5 24.385 0.006 0.2461 0.0624
6 26.12 0.006 0.2297 0.0582
7 27.24 0.006 0.2203 0.0558
8 28.345 0.006 0.2117 0.0536
9 30.15 0.006 0.1990 0.0504
10 32.19 0.006 0.1864 0.0472

Percobaan 1
Tekanan
hasil
Titik h1 hn pengukuran
hn−h1
u2 / 2 g
A 0.282 0.282 0
B 0.282 0.27 -0.161295392
C 0.282 0.154 -1.720484183
D 0.282 0.004 -3.736676585
E 0.282 0.05 -3.118377582
F 0.282 0.128 -2.069957533
G 0.282 0.174 -1.451658529
H 0.282 0.205 -1.034978766
J 0.282 0.225 -0.766153113
K 0.282 0.239 -0.577975155
L 0.282 0.246 -0.483886176

36
Percobaan 2
Tekanan
hasil
Titik h1 hn pengukuran
hn−h1
u2 / 2 g
A 0.274 0.274 0
B 0.274 0.264 -0.141712153
C 0.274 0.157 -1.658032192
D 0.274 0.018 -3.627831122
E 0.274 0.06 -3.032640078
F 0.274 0.133 -1.99814136
G 0.274 0.175 -1.402950317
H 0.274 0.202 -1.020327503
J 0.274 0.22 -0.765245627
K 0.274 0.233 -0.581019828
L 0.274 0.24 -0.481821321

Percobaan 3
Tekanan
hasil
Titik h1 hn pengukuran
hn−h1
u2 / 2 g
A 0.268 0.268 0
B 0.268 0.26 -0.117131178
C 0.268 0.16 -1.581270898
D 0.268 0.03 -3.484652535
E 0.268 0.072 -2.869713852
F 0.268 0.14 -1.874098842
G 0.268 0.178 -1.317725748
H 0.268 0.204 -0.937049421
J 0.268 0.222 -0.673504271
K 0.268 0.234 -0.497807505
L 0.268 0.24 -0.409959122

Percobaan 4

37
Tekanan
hasil
Titik h1 hn pengukuran
hn−h1
u2 / 2 g
A 0.267 0.267 0
B 0.267 0.258 -0.135057272
C 0.267 0.165 -1.530649081
D 0.267 0.044 -3.346419069
E 0.267 0.08 -2.806189982
F 0.267 0.143 -1.860789079
G 0.267 0.18 -1.305553628
H 0.267 0.205 -0.930394539
J 0.267 0.221 -0.690292723
K 0.267 0.233 -0.51021636
L 0.267 0.238 -0.435184543

Percobaan 5
Tekanan
hasil
Titik h1 hn pengukuran
hn−h1
u2 / 2 g
A 0.266 0.266 0
B 0.266 0.257 -0.144319526
C 0.266 0.168 -1.571479279
D 0.266 0.052 -3.431597609
E 0.266 0.086 -2.886390512
F 0.266 0.146 -1.924260341
G 0.266 0.182 -1.346982239
H 0.266 0.206 -0.962130171
J 0.266 0.222 -0.705562125
K 0.266 0.234 -0.513136091
L 0.266 0.24 -0.416923074

Percobaan 6
Titik h1 hn Tekanan

38
hasil
pengukuran
hn−h1
u2 / 2 g
A 0.263 0.263 0
B 0.263 0.255 -0.137411469
C 0.263 0.172 -1.563055461
D 0.263 0.064 -3.418110294
E 0.263 0.096 -2.868464418
F 0.263 0.152 -1.906584134
G 0.263 0.186 -1.32258539
H 0.263 0.207 -0.961880284
J 0.263 0.223 -0.687057346
K 0.263 0.233 -0.515293009
L 0.263 0.239 -0.412234407

Percobaan 7
Tekanan
hasil
Titik h1 hn pengukuran
hn−h1
u2 / 2 g
A 0.262 0.262 0
B 0.262 0.254 -0.143303538
C 0.262 0.174 -1.576338921
D 0.262 0.07 -3.439284918
E 0.262 0.1 -2.901896649
F 0.262 0.156 -1.898771882
G 0.262 0.188 -1.325557729
H 0.262 0.209 -0.949385941
J 0.262 0.223 -0.698604749
K 0.262 0.232 -0.537388268
L 0.262 0.238 -0.429910615

Percobaan 8
Titik h1 hn Tekanan
hasil

39
pengukuran
hn−h1
u2 / 2 g
A 0.258 0.258 0
B 0.258 0.252 -0.111837522
C 0.258 0.179 -1.47252737
D 0.258 0.082 -3.280567306
E 0.258 0.111 -2.740019284
F 0.258 0.163 -1.770760762
G 0.258 0.192 -1.23021274
H 0.258 0.21 -0.894700174
J 0.258 0.223 -0.652385544
K 0.258 0.232 -0.484629261
L 0.258 0.237 -0.391431326

Percobaan 9
Tekanan
hasil
Titik h1 hn pengukuran
hn−h1
u2 / 2 g
A 0.256 0.256 0
B 0.256 0.25 -0.118959297
C 0.256 0.184 -1.427511568
D 0.256 0.096 -3.172247928
E 0.256 0.12 -2.696410739
F 0.256 0.168 -1.74473636
G 0.256 0.194 -1.229246072
H 0.256 0.212 -0.87236818
J 0.256 0.224 -0.634449586
K 0.256 0.231 -0.495663739
L 0.256 0.236 -0.396530991

Percobaan 10
Titik h1 hn Tekanan hasil
pengukuran

40
hn−h1
u2 / 2 g
A 0.252 0.252 0
B 0.252 0.248 -0.08467219
C 0.252 0.189 -1.333586988
D 0.252 0.112 -2.96352664
E 0.252 0.133 -2.518997644
F 0.252 0.174 -1.6511077
G 0.252 0.198 -1.143074561
H 0.252 0.213 -0.82555385
J 0.252 0.224 -0.592705328
K 0.252 0.231 -0.444528996
L 0.252 0.236 -0.338688759

Tekanan Hasil Pengukuran rata-rata

Tekanan
Titik
Rata-Rata
A 0
B -0.129569954
C -1.543493594
D -3.390091401
E -2.843910074
F -1.869920799
G -1.307554695
H -0.938876883
J -0.686596041
K -0.515765821
L -0.419657033

Kurva Perbandingan Tekanan Ideal dan Tekanan Rata-rata

41
0

-0.5

-1

-1.5
Tekanan
Tekanan

Rata-Rata
-2 Percobaa
n

-2.5 Tekanan
Ideal

-3

-3.5

-4
0 2 4 6 8 10 12

Titik

Koefisien debit (Cd) Venturimeter


h1 = h pada tabung A
h2 = h pada tabung D

Q·10-3
Percobaan h1 h2 √ h1−h2 (m3 /s ¿
Cd

1 0.282 0.004 0.527257053 0.294 0.794


2 0.274 0.018 0.505964426 0.278 0.784
3 0.268 0.03 0.487852437 0.269 0.787
4 0.267 0.044 0.472228758 0.263 0.794
5 0.266 0.052 0.46260134 0.246 0.758
6 0.263 0.064 0.44609416 0.230 0.734
7 0.262 0.07 0.438178046 0.220 0.717
8 0.258 0.082 0.419523539 0.212 0.719
9 0.256 0.096 0.4 0.199 0.709
10 0.252 0.112 0.374165739 0.186 0.710

a2 2
1
√ h1−h2= Cd x

a1
a2 . √ 2 g
) 1−(
xQ

42
m = slope dari grafik Q (sumbu x) vs √ h1−h2 (sumbu y) dimana Q dan √ h1−h2
merupakan hasil pengamatan/percobaan
0.199−0.269
m= = 802.212
( 0.199−0.269 ) x 10−3

a2 2
1
x

1−( )
a1 = m
Cd a2 . √ 2 g

a2 2
1
x

1−( )
a1 = 802.212
Cd a2 . √ 2 g
1
x 1038.98=802.212Cd=¿0.77212
Cd
Cd rata-rata = 0.751
Kurva Perbandingan Q dengan Cd

0.82
0.8
0.78
0.76
0.74
Cd

0.72
0.7
0.68
0.66
0.15 2.15 4.15 6.15 8.15 10.15 12.15
Q

a. Penurunan Persamaan 3.1

43
V 12 P1 V n2 Pn
+ ρ.g
+ z1 = + ρ.g
+ zn
2. g 2. g

pada percobaan ini z 1 = z n, sehingga persamaan menjadi :


V 12 P V 2 P
+ 1 = n + n
2. g ρ.g 2. g ρ.g
Pn P1 V 2 V 2
− = 1− n
ρ.g ρ.g 2. g 2. g
ρ . g .(h n−h1 ) V 2 V 2
= 1− n
ρ.g 2. g 2. g
(V 12−V n2 )
(h ¿ ¿ n−h1 ) ¿ =
2. g
2. g
Kedua ruas dikalikan , sehingga persamaan menjadi :
U 22

hn−¿h V 12 V n2
U 22
1
=
( )( )
U 22

U 22
¿

2g
hn−¿h V1 2 Vn 2
U 22
1
=
U2( )( )

U2
¿

2g
a2 a2
Dari asas Bernoulli didapat, V 1= x U 2 dan V n= x U 2, sehingga persamaan
a1 an
akan menjadi :
hn−¿h 1
¿ a2 2 a2 2
V2 2
=( ) -( )
a1 an
2g

Apabila diameter pipa venturi diperkecil, maka nilai Cd akan semakin besar.
Sebaliknya apa bila diameter pipa ventruri diperbesar, maka nilai Cd akan
semakin kecil.
Jika posisi venturimeter tidak horizontal maka tidak akan ada yang namanya
tekanan pada air,sehingga pipa venturi-meter harus horizontal baru bisa adanya
tekanan pada air

44
Alat ini dapat dipakai untuk mengukur laju aliran fluida, misalnya menghitung
laju aliran air atau minyak yang mengalir melalui pipa. Venturimeter digunakan
sebagai pengukur volume fluida misalkan minyak yang mengalir tiap detik.
Cara kerja alat venturimeter:
Fluida yang mengalir dalam pipa mempunyai massa jenis ρ. Kecepatan fluida
mengalir pada pipa sebelah kanan, maka tekanan pada pipa sebelah kiri lebih
besar. Perbedaan tekanan fluida di dua tempat tersebut diukur oleh manometer
yang diisi dengan fluida dengan massa jenis ρ’ dan manometer menunjukkan
bahwa perbedaan ketinggian permukaan fluida di kedua sisi adalah H. alat ini
menggunakan persamaan kontinuitas dan Persamaan Bernouli.

3.6 Kesimpulan
Untuk mengetahui tingkat tekanan-tekanan air dapat mengunakan alat venturi-
meter dan mendapat data-data dari tekanan yang berbeda-beda. Selain itu, dari
data hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa nilai Cd akan semakin besar
apabila diameter pipa venturi diperkecil dan nilai Q diperbesar. Sebaliknya, nilai
Cd akan semakin kecil apabila diameter pipa venturi diperbesar dan nilai Q
diperkecil. Nilai Cd sangat bergantung pada diameter pipa venturi dan nilai Q
yang didapat dari data hasil percobaan

45
3.7 Dokumentasi

Gambar 3.7.1 Alat Peraga Venturimeter

Gambar 3.7.2 Tabel Keterangan Dimensi Venturimeter

46
Gambar 3.7.3 Proses
Pembacaan Venturimeter

47
Gambar 3.7.4 Venturimeter yang Dialiri Air
MODUL IV
OSBORNE REYNODS

4.1 Tujuan
1. Menvisualisasikan aliran laminer, aliran transisi, turbulen dan profil
kecepatan
2. Mengulangi percobaan klasik yang dilakukan Prof. Osborne Reynods
mengenao kondisi aliran

4.2 Teori
Bilangan Reynolds (Re) telah dikenal luas sebagai kriteria penentuan
kondisi aliran cairan. Bilangan Re ini diperoleh dari hasil perbandingan
antara gaya inersia dan gaya kekentalan (Viscous force) dalam suatu
cairan, dinyatakan sebagai :
V . d S .V
Re= =
S ρ
dimana :

V = kecepatan rata-rata (m/s)


d = diameter pipa (m)
S = kinematik viskositas cairan (m/s)
u = viskositas absolut cairan (pa.s)
p = massa jenis cairan (kg/m3)

Bilangan ini dapat digunakan untuk menentukan keadaan transisi dari


aliran laminet ke aliran turbulen.

Untuk aliran pada pipa :


1. Re laminer < 2000
2. Re transisi = 2000 – 2600

48
3. Re rurbulen > 2600

Aliran laminer ditandai oleh keadaan mantap dimana semua garis alir
mengikuti lintasan yang sejajar. Dalam kondisi ini maka zat pewarna
nampak jelas sebagai satu kesatuan yang berbentuk inti. Aliran turbulen
ditandai oleh keadaan yang tidak mantap dimana garis aliran saling
bertabrakan sehingga menimbulkan bidang geser yang patah dan
terjadinya percampuran antara air dan zat pewarna. Dalam keadaan ini
maka zat pewarna buyar pada saat terjadinya percampuran cairan.
Sejalan dengan meningkatnya kecepatan aliran, maka terjadilah proses
transisi aliran dari laminer ke turbulen. Keadaan ini maka zat pewarna
buyar pada saat terjadinya percampuran cairan. Sejalan dengan
meningkatnya kecepatan aliran, maka terjadilah proses transisi aliran
dari laminer ke turbulen. Keadaan inilah yang disebut sebagai aliran
trasisi. Hal ini ditandai dengan awal terjadinya penyimpangan garis alir
zat pewarna sampai dengan buyar sepenuhnya dimana aliran telah
menjadi turbulen.

4.3 Alat – alat :


1. Meja hidrolika
2. Stop watch
3. Gelas ukur
4. Thermometer
5. Alat percobaan Osborne Reynolds.

4.4 Langkah Kerja


1. Siapkan alat-alat percobaan
2. Tutup katup pengatur aliran pada pipa laca peraga aliran
3. Buka katup pengatur aliran pada meja hidrolika
4. Isilah tangki tekanan secara perlahan sampai melimpah melalui bagian
pelimpah

49
5. Jika keadaan (4) tercapai, atur katup suplai dari meja hidrolika
sedemikian rupa sehingga kondisi (4) dapat dipertahankan
6. Buka dan kemudian tutup kembali katup pengatur aliran setelah pipa
peragaan aliran terisi air
7. Sebelum melenjutkan, diamkan dulu alat percobaan dalam keadaan
terakhir tersebut sedikitnya selama sepuluh menit
8. Ukurlah temperatur air dengan thermometer dan catat
9. Buka katup pengatur aliran masuk sedikit sehingga air menetes dari
pipa aliran keluar dari bagian pelimpah
10. Bukalah pengatur aliran dalam pipa peragaan secara perlahan dan atur
katup pengatur zat pewarna sehingga terbentuk aliran perlahan yang
hanya garis air berwarna nampak jelas
11. Bila garis alir telah nampak jelas, catatlah kondisi aliran zat pewarna
secara visual dan volume air pada gelas ukur serta waktu pengalirannya
pada lembar data tersedia

4.5 Pelaporan Hasil Uji

1. Percobaan 1
V
Diameter Volume Wakt 3 2
No Q (m /s) A (m ) (m/s Re
pipa (m) (m3) u (s)
)
9.30521 0.00011 0.08 1134.
1 0.012 0.0003 32.24 E-06 3143 2 387
9.10194 0.00011 0.08 1109.
2 0.012 0.0003 32.96 E-06 3143 0 606
9.04977 0.00011 0.08 1103.
3 0.012 0.0003 33.15 E-06 3143 0 247
Rata- 9.15231 0.00011 0.08 1115.
rata 0.012 0.0003 32.783 E-06 3143 1 746

Re = 1115.746 < 2000


Aliran pada percobaan 1 adalah aliran laminer

50
2. Percobaan 2
V
Diameter Volume Wakt 3 2
No Q (m /s) A (m ) (m/s Re
pipa (m) (m3) u (s)
)
1.93874 0.00011 0.17 2363.
1 0.012 0.0005 25.79 E-05 3143 1 489
1.98886 0.00011 0.17 2424.
2 0.012 0.0005 25.14 E-05 3143 6 597
2.01369 0.00011 0.17 2454.
3 0.012 0.0005 24.83 E-05 3143 8 868
Rata- 1.98043 0.00011 0.17 2414.
rata 0.012 0.0005 25.253 E-05 3143 5 318

Re = 2414.318
Aliran pada percobaan 2 adalah aliran transisi

3. Percobaan 3
V
Diameter Volume Wakt
No Q (m3/s) A (m2) (m/s Re
pipa (m) (m3) u (s)
)
5.38213 0.00011 0.47 6561.
1 0.012 0.001 18.58 E-05 3143 6 289
5.54939 0.00011 0.49 6765.
2 0.012 0.001 18.02 E-05 3143 0 191
5.52792 0.00011 0.48 6739.
3 0.012 0.001 18.09 E-05 3143 9 013
Rata- 5.48648 0.00011 0.48 6688.
rata 0.012 0.001 18.23 E-05 3143 5 498

Re = 6688.498 > 2600


Aliran pada percobaan 3 adalah aliran turbulen

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, ternyata 3 percobaan


sesuai dengan jenis aliran yang diuji. Percobaan 1 merupakan percobaan
yang dilakukan untuk menguji aliran laminar, percobaan 2 merupakan
percobaan yang dilakukan untuk menguji aliran transisi, dan percobaan 3
merupakan percobaan yang dilakukan untuk menguhi aliran turbulen.

51
Untuk menentukan jenis aliran tersebut bergantung pada debit air (Q)
mengalir dan juga kecepatan (V) mengalir. Semakin besar Q dan V maka
jenis aliran semakin bertambah.
4.6 Kesimpulan
Dari data hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa debit air dan
kecepatan mempengaruhi dalam penentuan jenis aliran air.

4.7 Dokumentasi

Gambar 4.7.1 Alat Osborne Reynolds

52
Gambar 4.7.2 Aliran Laminer

53
Gambar 4.7.3 Aliran Transisi

Gambar 4.7.4 Aliran Turbulen

54
Gambar 4.7.5 Perhitungan Debit Air dengan Volume Tertentu

Gambar 4.7.6 Perhitungan Debit Air menggunakan Stopwatch

55
MODUL V
DAMPAK ALIRAN JET

5.1 Tujuan
Menyelidiki keabsahan berlakunya rumus-rumus teoritis mengenai
gaya yang ditimbulkan aliran jet terhadap berbagai bentuk benda sasaran.

5.2 Teori
Suatu aliran jet dengan kecepatan V dan debir Q mempunyai
momentum persatuan waktu sebesar  . Q. V. dimana  berat jenis zat cair.
Bila aliran jet menabrak suatu benda, maka benda tersebut mengalami gaya
dorong sebesar perubahan momentum momentum aliran jet, sehingga secara
teoritis diperoleh persamaan berikut untuk penghalang berbentuk
Hemispherical.

F  2Qu0

dengan

u  12,75Q m s 
2
u 0  u 2  0,687

dimana

A = Luas Nozzle
Q = debit ( kg/s )
F = Gaya
 = Massa jenis air = 103 kg/m3

56
u0 = Kecepatan aliran awal ( m/s)
u = Kecepatan aliran setelah keluar dari nozzle ( m/s )

Sedangkan secara praktek besarnya gaya yang akan dihasilkan oleh aliran
jet dapat diketahui dengan mudah dengan menggunakan pesamaan
keseimbangan.
Dimana spesifikasi alat:

Diameter Nozzle = 10 mm
Massa beban geser = 0,6 kg
Jarak Jx = 150 ( jarak pada lengan beban dari titik tumpuan /
as ke pusat gaya
S = 35 mm ( jarak antara benda sasaran / vance dan
nozzle.

Sehingga diperoleh persamaan

F x 0,15 = 0,6 x g x y

Dengan y merupakan jarak pemberat dari pusat gaya ( 0,0 mm )

5.3 Alat – alat :


2. Meja hidrolika
3. Alat peraga aliran jet
4. Benda sasaran
5. Beban
6. Stop watch
7. Nivo

5.4 Cara Kerja :

57
1. Buka tutup atas tabung dan pasang benda sasaran pada batang yang
dihubungkan dengan lengan beban
2. Pasang kembali tutup atas tabung dan sambungkan pipa aliran masuk
dengan meja hidrolika
3. Atur tegaknya alat dengan mengatur kaki penyangga tabung
4. Letakkan beban di atas lengan beban pada titik 0,0 dan atur lengan beban
sehingga berada pada posisi horizontal dengan mengatur skrup pengatur
posisi lengan beban
5. Geser beban sebesat X sehingga lengan beban turun
6. Air mulai dialirkan dengan membuka katup pengatur pada meja hidrolika
7. Kecepatan aliran disesuaikan sedemikian rupa sehingga lengan beban
horizontal kembali
8. Catat massa air yang melalui penghalang dengan perbandingan beban
pemberat 3,1 waktu aliran serta beratnya beban pemberat meja hidrolika
9. Ulangi langkah kje 5 s/d 8 untuk setiap pergeseran beban

5.5 Pelaporan Hasil Uji

Hemispherical Cup
Waktu aliran (s) Rata-
Beban Massa
No y(mm) rata
(kg) air (kg) 1 2
waktu
1 50 0.6 9 30 30.48 30.24
2 70 0.6 9 24 24.16 24.08
3 100 0.6 9 20.39 19.55 19.97

Mas F F
y beb Wa m u u0 Quo
N sa Prak Teori
(m an ktu Q (m3/s) (kg/ (m/ (m/ (m3
o air tis tis
m) (kg) (s) s) s) s) /s)
(kg) (N) (N)
30.2 0.00029 0.2 3.7 3.7 1.10 2.20
1 50 0.6 9 1.96
4 7619 98 95 03 2 4
24.0 0.00037 0.3 4.7 4.6 1.75 2.74 3.50
2 70 0.6 9
8 3754 74 65 93 4 4 8

58
19.9 0.00045 0.4 5.7 5.6 2.56 5.12
3 100 0.6 9 3.92
7 0676 51 46 86 3 5

Flat Plate
Waktu aliran (s) Rata-
Beban Massa
No y(mm) rata
(kg) air (kg) 1 2
waktu
1 20 0.6 9 33.21 33.21 33.21
2 40 0.6 9 24.55 23.74 24.145
3 50 0.6 9 21.42 21.68 21.55

mas F F
y beb wak m u u0 Quo
N sa Prak Teori
(m an tu Q (m3/s) (kg/ (m/ (m/ (m3
o air tis tis
m) (kg) (s) s) s) s) /s)
(kg) (N) (N)
33.2 0.00027 0.2 3.4 3.3 0.90 0.78 1.81
1 20 0.6 9
1 1003 71 55 54 9 4 8
24.1 0.00037 0.3 4.7 4.6 1.74 1.56 3.48
2 40 0.6 9
45 2748 73 53 80 4 8 9
21.5 0.00041 0.4 5.3 5.2 2.19 4.39
3 50 0.6 9 1.96
5 7633 18 25 60 7 3

59
4.5

3.5

3
F Praktis (N)

2.5
Flat
2 Plate

Hemisp
1.5 herical
Cup
1

0.5

0
0.800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000 2.200 2.400 2.600 2.800
muo (m3/s)

Kurva Perbandingan mu0 dengan F Praktis


6.000

5.000

4.000
F Teoritis (N)

3.000

Flat
Plate
2.000

Hemis
pheric
1.000 al Cup

0.000
0.800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000 2.200 2.400 2.600 2.800
muo (m3/s)

Kurva Perbandingan mu0 dengan F Teoritis

F=2 Qu 0

60
Pembuktian:

Gambar benda sasaran / vane, simetris terhadap sumbu x


 F=Q(u ¿ ¿ 0−u1 cosβ )¿
 idealnya, jet bersifat isostatik, atau memiliki kecepatan konstan sehingga
u0 = u1
 F ≈ Q u0 (1−cosβ)

untuk hemisphere, β = 180° jadi


 F ≈ Q u0 (1−(−1))
 F ≈ 2 Qu 0 (terbukti)

u=¿12,75Q (m/s)
Pembuktian:
Q
 u=
ρA
Q
 u= 3 −6
10 (78,5 ×10 )
 u=12,75Q (terbukti)

u0 2 = u2−0,687
Pembuktian:
 u0 2 = u2−2 gs

 u0 2 = u2−2(9,81)( 0,035)

61
 u0 2 = u2−0,687 (terbukti)

5.6 Kesimpulan
Jet Impact Apparatus dapat digunakan untuk menyelidiki gaya yang
diproduksikan oleh aliran jet. Aparatus digunakan untuk mendapatkan data
kecepatan aliran jet yang diperukan untuk mengimbangi gaya akibat momen
yang disebabkan oleh beban. Dalam percobaan ini jarak Y yang merupakan
jarak dari posisi beban ke Pivot divatariasikan. Dapat disimpulkan jika Y
diperkecil maka F memiliki nilai yang kecil dan kecepatan aliran jet
mengecil. Sebaliknya jika Y diperbesar maka nilai F menjadi lebih besar dan
kecepatan aliran jet meningkat.

5.7 Dokumentasi

Gambar 5.7.1 Peralatan Uji


Dampak Aliran Jet

62
Gambar 5.7.2 Aliran Air yang Menyembur

Gambar 5.7.3 Penyeimbangan Lengan Beban dengan Titik Acuan

63
Gambar 5.7.4 Peletakan Beban

Gambar 5.7.5 Wadah Gepeng

64
Gambar 5.7.6 Penyemburan Air ke Wadah Hemisphere

65

Anda mungkin juga menyukai