Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN HIDROLIKA

BENDUNG DASAR | DAMPAK ALIRAN JET | OSBORNE REYNOLDS |


VENTURIMETER

Dennis Sucahya
Devina Hamdani
Ericko Wijaya
Felix
Glenaldy Tellys
Geordi Wahyu Nugroho

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


2015
DAFTAR ISI
BENDUNG DASAR..................................................................................1
DAMPAK ALIRAN JET.........................................................................13
OSBORNE REYNOLDS.........................................................................18
VENTURIMETER...................................................................................21
BENDUNG DASAR
1. Tujuan
 Menentukan koefisien debit dari pengukur debit berbentuk segi empat.
 Menentukan koefisien debit dari pengukur debit berbentuk segi tiga. Dengan
sudut bukaan 30° dan 90°

2. Teori
Secara teoritis debit yang mengalir melalui suatu bendung/peluap/weir dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut:
1. Lubang segi empat
2
Q=Cd . . B . √ 2. g . √ H 3 …… (2.1)
3
2. Lubang segitiga
8 θ
Q=Cd . . B. √ 2. g . tan . √ H 5 …… (2.2)
15 2
dimana :
Q = Debit aliran yang melimpas diatas dasar lubang
Cd = Koefisien kontraksi
θ = Sudut bukaan segitiga
g = 9,81 m/s
H = Head diatas dasar lubang
B = Lebar lubang
Sedangkan khusus untuk peluap dengan bukaan segitiga 90°, persamaan untuk
menentukan besarnya Cd dapat disederhanakan menjadi :
Cd=¿ …… (2.3)
5 /2
dimana m merupakan slope dari grafik Q (sumbu x) vs H (sumbu y) dan Q dan H
merupakan hasil pengamatan/percobaan

3. Alat-alat :
Alat dan bahan yang digunakan yaitu :
1. Meja Hidrolika
2. Dinding peredam
3. Alat duga dengan perlengkapan yang berbentuk jarum atau diatas pancing
4. Bendung Dasar
5. Stopwatch

1 of 37
2 of 37
4. Cara Kerja
1. Siapkan meja Hidrolika
2. Siapkan alat-alat Bendung Dasar, gunakan lubang segiempat terlebih dahulu.
3. Atur alat-alat peraga seperti gambar diatas dan sebelumnya ukur dimensi
peluap.
4. Alirkan air kedalam saluran hingga melimpas melalui bendung dasar.
5. Tutup katup pengatur aliran dan diamkan sampai air diatas lubang bukaan
tepat berhenti melimpas.
6. Atur alat duga untuk pembacaan diatas, set 0 alat duga tersebut, pada kondisi
langkah 5 diatas dengan catatan sebaiknya alat duga ini ditempatkan agak
ditengah antara bendung dasar dan dinding peredam.
7. Naikkan alat duga tersebut dengan ketinggian tertentu sehingga alat duga tidak
mengganggu aliran sewaktu air mengalir dengan debit tertentu.
8. Alirkan kembali aliran, atur besar kecilnya aliran dengan mengatur bukaan
katup pada meja hidrolika.
9. Ukur ketinggian muka air untuk mendapatkan harga Head (H) dengan
mengatur posisi jarum alat duga tepat diatas muka air.
10. Catat pula volume yang melimpas dalam waktu tertentu untuk mendapatkan
debit alirannya dengan menggunakan perbandingan antara massa air yang
mengalir (masuk ke meja hidrolika) dan massa beban pemberat dalam keadaan
seimbang sebesar 3:1.
11. Ulangi langkah (7-10) untuk setiap kenaikan Head kira-kira 5 mm atau dengan
debit yang berbeda (ditentukan lebih lanjut oleh asisten). Hal ini dilakukan
sampai Headnya tidak memungkinkan untuk dinaikkan lagi.
12. Ulangi langkah (2-11) untuk lubang segitiga 30° dan 90°.
Spesifikasi Alat :
a. Lebar lubang Segi Empat (B) = 30 mm dan Cd literatur = 0.59
b. Cd Sudut bukaan Segi Tiga (θ) 30 derajat = 0.62

5. Hasil Laporan
a. Lubang Bukaan Segi Empat
Percobaan Volume (c m3 ¿ Waktu (s) Q (cm3 /s ¿
1 7500 9.53 786.99
2 7500 8.70 862.07
3 7500 10.57 709.56
Rata-rata 7500 9.60 782.61

2
Q=Cd . . B . √ 2. g . √ H 3
3
2 3

782.61 = Cd . .3 . ( 2)(9.81¿) √ 5.1 ¿
3
Cd = 7.67, sedangkan Cd literatur = 0.59

Data Hasil Percobaan :


2
Volume = 7500 c m3 Q = 84.92 cm /s
3
3

Waktu = 9.60 s Cd = 7.71


H = 5.1 cm log Q = 2.89
3
H 2 = 11.52 cm log H = 0.708

3 of 37
Q = 782.61 cm3 /s

Grafik Q 2/3 terhadap H


160
140
120
100
Q2/3

80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
H (cm)

Grafik Log Q terhadap Log H


3.5
3 f(x) = 1.5 x + 1.83
2.5
2
Log Q

1.5
1
0.5
0
0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Log H

Grafik Cd terhadap Q
9
8
7
6
5
Cd

4
3
2
1
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
Q

b. Lubang Bukaan Segitiga 30°


Percobaan Volume (c m3 ¿ Waktu (s) Q (cm3 /s ¿

4 of 37
1 7500 10.67 702.91
2 7500 10.88 689.34
3 7500 9.73 770.81
Rata-rata 7500 10.43 721.02

8 θ
Q=Cd . . B. √ 2. g . tan . √ H 5
15 2
8 30 5
721.02 = Cd . . √(2) .(9.81). tan . √ 6.4
15 2
Cd = 10.992, sedangkan Cd literatur = 0.62

Data Hasil Percobaan :


2
Volume = 7500 c m 3 Q 5 = 13.91 cm /s
3

Waktu = 10.43 s Cd = 10.992


H = 6.4 cm log Q = 2.85
5
H = 103.62 cm
2 log H = 0.81
Q = 72.1 cm3 /s

Grafik Q2/5 terhadap H


20
18
16
14
12
Q2/5

10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
H

5 of 37
Grafik Log Q terhadap Log H
3.5
3
2.5
2
Log Q

1.5
1
0.5
0
0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Log H

Grafik Cd terhadap Q
12

10

6
Cd

0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Q

c. Lubang Bukaan Segitiga 90°


Percobaan Volume (c m3 ¿ Waktu (s) Q (cm3 /s ¿
1 7500 10.27 730.28
2 7500 11.21 669.045
3 7500 10.16 738.18
Rata-rata 7500 10.55 712.51

8 θ
Q=Cd . . B. √ 2. g . tan . √ H 5
15 2
8 90 5
712.51 = Cd . .10 . √ 2.981 . tan . √ 4.7
15 2
Cd = 1.62

6 of 37
Data Hasil Percobaan :
2
Volume = 16200 c m3 Q 5 = 13.84 cm /s
3

Waktu = 10.55 s Cd = 1.62


H = 4.7 cm log Q = 2.85
5
H = 47.89 cm
2 log H = 0.672
Q = 712.51 cm3 /s

Grafik Q2/5 terhadap H


14
12
10
8
Q2/5

6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
H

∆y
Dari grafik diatas, didapat slopenya (m) yaitu , dimana ∆ y =10−6.67=3.33 dan
∆x
∆ x=3−2=1, sehingga m = 3.33

Cd=¿
Cd=¿
Cd = 8.57
Dari persamaan 9.3, didapatkan Cd teoritis = 8.57, dimana Cd teoritis 100x lipat lebih
besar dibandingkan Cd percobaan dengan menggunakan persamaan 9.2 = 0.0859

7 of 37
Grafik Cd teoritis terhadap H
14

12

10
Cd teoritis

0
0.55 0.6 0.65 0.7 0.75

d. Bentuk grafik Cd vs H, seharusnya garis diagonal kebawah, dimana semakin besar


H maka semakin kecil nilai Cd. Jadi, semakin besar Head diatas dasar lubang maka
semakin kecil koefisien kontraksinya.

e. Persamaan lengkung debit untuk suat pelimpah berguna untuk memperlihatkan


pengaruh kecepatan masuk pada hubungan antara H e / H d dan C /C d . Untuk pelimpah
yang rendah dengan h /H d < 1.33 kecepatan masuk akan mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap debit atau koefisien debit.

8 of 37
f. Penurunan Persamaan
 Peenurunan Persamaan 2.1

Gambar 2a. Peluap segiempat


Dengan menggunakan persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan 2 (pada pias) maka:
P 1 V 12 P 2 V 22
z 1+ + =z 2+ +
γ 2g γ 2g
Apabila disebelah hulu peluap berupa kolam besar sehingga V 1 = 0 dan tekanan pada
pias adalah atmosfer maka :
V 22
z 1+ 0+0=z2 +0+
2g
atau
V 2= √2 g (z 1−z 2)= √2 g h
Luas pias adalah : dA = b dh
1
Debit melalui pias : dQ = V 2 dA = √ 2 g h b dh = b √ 2 g h 2 dh
Dengan memasukkan koefisien debit, maka debit aliran :
1
dQ = Cd b √ 2 g h 2 dh
Debit total melalui seluruh peluap dapat dihitung dengan mengintegralkan persamaan
di atas dari h = 0 pada muka air sampai h = H pada puncak ambang.
H
1/ 2 2 3 /2 H
Q = Cd b √ 2 g ∫ h dh = Cd b √ 2 g [ h ] 0
0
3
2
Q=Cd . . B . √ 2. g . √ H 3
3

 Penurunan Persamaan 2.2

9 of 37
Gambar 2b. Peluap segitiga
Dipandang suatu pias setebal dh pada jarak h dari muka air, panjang pias tersebut
adalah :
b = 2(H-h) tg α /2
Luas pias :
dA = 2(H-h) tg α /2 dh
Kecepatan air melalui pias :
V = √2 g h
Debit aliran melalui pias :
dQ = Cd dA √ 2 g h
= Cd 2(H-h) tg α /2 dh √ 2 g h
Integrasi persamaan tersebut untuk mendapatkan debit aliran melalui peluap :
H
1/2
Q = 2 Cd tg α /2 √ 2 g ∫ (h−h)h dh
0
H
1 /2 3/ 2
Q = 2 Cd tg α /2 √ 2 g ∫ H h −h dh
0
H
2 2
Q = 2 Cd tg α /2 √ 2 g
3 [
H h 3/ 2− h5 /2
5 ] 0
2 5 /2 2 5 / 2
(
Q = 2 Cd tg α /2 √ 2 g 3 H − 5 H )
8 θ
Q=Cd . . √ 2. g . tan . √ H 5
15 2

10 of 37
 Penurunan Persamaan 2.3

Gambar
9.3
Dari penurunan persamaan 9.2, didapat rumus :
8 θ
Q=Cd . . √ 2. g . tan . √ H 5
15 2
Apabila θ=90 °, maka persamaannya akan menjadi :
8
Q=Cd . . √ 2. g . √ H 5
15
Jika g = 9.81 m 2 /s , maka :
Q=Cd .2.362 . √ H 5
Q
Cd=
2.362. √ H 5
Q
Cd=
2.362. H 5/ 2
Q
Dari grafik, didapatkan 5/ 2 = m 5 /2 maka persamaannya akan menjadi :
H
5/2
m
Cd=
2.362
Cd=¿

6. Kesimpulan
Dari data hasil percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa nilai debit dan nilai Cd
bergantung pada nilai H. Apabila semakin besar nilai H. maka nilai debit akan
semakin besar tetapi nilai Cd akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin kecil nilai H,
maka nilai debit juga akan semakin kecil tetapi nilai Cd akan semakin besar.

11 of 37
7. Dokumentasi

12 of 37
DAMPAK ALIRAN JET
1. Tujuan
Melakukan simulasi pengukuran perubahan momentum dari aliran jet dan
membuktikan bahwa aliran jet bersifat isotaktik dan kecepatan aliran jet tidak
berubah.
2. Alat-alat

1. Meja hidrolika
2. Alat peraga aliran jet
3. Benda sasaran
4. Beban
5. Stopwatch
6. Nivo
3. Teori
Aliran jet mengalir dengan rata-rata mkg/detik dan kecepatan U0 menabrak
vanes dan dibelokan dengan sudut β, maka cairan meninggalkan vanes dengan
kecepatan U1 dengan kecepatan m/s kearah dengan sudut β terhadap sumbu x.
mu0 (kgm / s2)
mu1 cos β (kg / ms2)
F = m(u0- u1 cos β)
F = mu0 (1- cos β)
m
u= (m/s)
pA
F .0,15=0,6 gy
F=2 Qu 0
u=¿12,75Q (m/s)
u0 2 = u2−0,687
Keterangan :
m = Massa air
u0 = Kecepatan inisial air
u1 = Kecepatan air setelah menabrak vanes
F = Gaya
β = Sudut belokan
A = Luas Nozzle
Ρ = Massa jenis air
Secara ideal jet adalah isotatik atau kecepatan konstan jadi u0= u1
Shape β F
→│ 900 mu0
0
→) 180 2 mu0

4. Cara kerja

1. Buka tutup tabung dan pasang vane pada batang yang terhubung dengan
lengan beban.
2. Tutup tabung dan sambungkan pipa aliran masuk dengan meja hidrolika.
3. Atur berdirinya alat dengan menggerakan kaki penyangga tabung.

13 of 37
4. Pasang beban di atas lengan beban pada titik 0,0 dan atur lengan beban
pada posisi horizontal dengan memutar skrup pengatur posisi lengan
beban.
5. Geser beban hingga mencapai y s
6. Air dialirkan dengan membuka katup pengatur pada meja hidrolika.
7. Kecepatan aliran jet diatur sampai lengan beban sejajar dengan garis
horizontal.
8. Hitung waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air degan berat yang
sudah ditentukan sebelumnya.
9. Ulangi langkah ke-5 s/d 8 untuk setiap nilai y.

5. Tugas

1. Buat grafik F terhadap mu0 ideal dan Buat grafik F terhadap mu0
berdasarkan hasil pengukuran. Ulang 1 sampai 3 untuk hasil pengukuran
menggunakan vane bulat
2. Pembuktian persamaan yang digunakan
3. Jelaskan pendapat saudara mengenai hasil yang akan diperoleh secara
teoritis jika ada kesalahan pengukuran massa beban dan jika terdapat
kesalahan pada pengukuran y.
4. Kesimpulan

Tugas
1. Perhitungan Secara Praktis & Teoritis
1.1. Data Hasil Eksperimen
1.1.1. Flat Cup
Beban massa air waktu aliran (s) Rata-rata
no y(mm)
(kg) (kg) 1 2 3 waktu
1 20 2.5 7.5 26.7 27.65 28.17 27.51
2 35 2.5 7.5 20.41 19.81 20.45 20.22
3 40 2.5 7.5 18.3 19.88 19.4 19.19

1.1.2 Hemispherical Cup


massa air waktu aliran (s) Rata-rata waktu
no y(mm) Beban (kg)
(kg) 1 2 3
1 20 2.5 7.5 40.9 40.68 40.43 40.67
2 35 2.5 7.5 27.58 28.68 29.22 28.49
3 40 2.5 7.5 27.9 27.07 25.45 26.81

1.2 Perhitungan
1.2.1 Flat Plate

n massa Waktu y(m m u u0 mu0 F F


o air (kg) aliran (s) m) (kg/s (m/s (m/s) (m/s) praktis Teoritis

14 of 37
) ) (N) (N)
0.27 3.47 3.37 0.91
1 7.5 27.51 20 0.7848 0.9190
26 12 08 90
0.37 4.72 4.64 1.72
2 7.5 20.22 35 1.3734 1.7246
09 27 94 46
0.39 4.97 4.90 1.91
3 7.5 19.19 40 1.5696 1.9177
08 62 67 77

1.2.2 Hemispherical Cup


m u F F
n massa Waktu y(m u0 Qu0
(kg/s (m/s praktis Teoritis
o air (kg) aliran (s) m) (m/s) (m/s)
) ) (N) (N)
0.18 2.35 2.20 0.40
1 7.5 40.67 20 0.7848 0.8394
44 12 04 58
0.26 3.35 3.25 0.85
2 7.5 28.49 35 1.3734 1.7398
33 64 25 62
0.27 3.56 3.46 0.97
3 7.5 26.81 40 1.5696 1.9683
97 68 92 05

F praktis terhadap mu0


2
F
1.5
p
r 1
a
k
t 0.5
i
s 0
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000
mu0

Flat Linear (Flat)


Hemispherical Linear (Hemispherical)

15 of 37
F teoritis terhadap mu0
2.5000
F
2.0000
t
e 1.5000
o
r 1.0000
i
t 0.5000
i
s 0.0000
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000
mu0

Flat Linear (Flat)


Hemispherical Linear (Hemispherical)

2. Pembuktian Persamaan yang Digunakan

F=2 Qu 0
Pembuktian:

Gambar benda sasaran / vane, simetris terhadap sumbu x


 F=Q(u ¿ ¿ 0−u1 cosβ )¿
 idealnya, jet bersifat isostatik, atau memiliki kecepatan konstan sehingga
u0 = u1
 F ≈ Q u0 (1−cosβ)
untuk hemisphere, β = 180° jadi
 F ≈ Q u0 (1−(−1))
 F ≈ 2 Qu 0 (terbukti)

u=¿12,75Q (m/s)

16 of 37
Pembuktian:
Q
 u=
ρA
Q
 u= 3 −6
10 (78,5 ×10 )
 u=12,75Q (terbukti)

u0 2 = u2−0,687
Pembuktian:
 u0 2 = u2−2 gs
 u0 2 = u2−2(9,81)( 0,035)
 u0 2 = u2−0,687 (terbukti)

3. Pengaruh Kesalahan
Jika ada terjadi kesalahan pengukuran tmassa, dimana massa asli lebih berat
dibandingkan pengukuran maka F hasil pengukuran memiliki nilai lebih kecil dari F
asli. Sebaliknya bila masa asli lebih kecil dibandingkan dengan massa pegukuran
maka F hasil pengukuran memiliki nilai lebih besar dari F asli.
Jika terjadi kesalahan pengukuran dimana Y asli lebih besar dibandingkan Y
pengukuran maka F hasil pengukuran memiliki nilai lebih kecil dari F asli. Sebaliknya
jika Y asli lebih kecil dibandingkan Y pengukuran maka pengukuran memilik nilai
lebih besar dari F asli.

4. Kesimpulan

Jet Impact Apparatus dapat digunakan untuk menyelidiki gaya yang diproduksikan
oleh aliran jet. Aparatus digunakan untuk mendapatkan data kecepatan aliran jet
yang diperukan untuk mengimbangi gaya akibat momen yang disebabkan oleh
beban. Dalam percobaan ini jarak Y yang merupakan jarak dari posisi beban ke
Pivot divatariasikan. Dapat disimpulkan jika Y diperkecil maka F memiliki nilai
yang kecil dan kecepatan aliran jet mengecil. Sebaliknya jika Y diperbesar maka
nilai F menjadi lebih besar dan kecepatan aliran jet meningkat.

17 of 37
OSBORNE REYNOLDS
1. Tujuan
1. Menvisualisasikan aliran laminar, aliran transisi, turbulen dan profil
kecepatan.
2. Mengulangi percobaan klasik yang dilakukan Prof. Osborne Reynolds
mengenai kondisi aliran.
2. Teori
1. Bilangan Reynolds (Re) telah dikenal luas sebagai kriteria penentuan kondisi aliran
cairan. Bilangan Re ini diperoleh hasil perbandingan antara gaya inersia dan gaya
kekentalan (Viscous force) dalam suatu cairan, dinyatakan sebagai :
V .d S.V
ℜ= =
S ρ
dimana :
V = kecepatan rata (m/s)
d = diameter pipa (m)
S = kinematik viskositas cairan (m/s)
u = viskositas absolut cairan (pa .s)
ρ = massa jenis cairan (kg / m3)
Bilangan ini dapat digunakan untuk menentukan keadaan transisi dari aliran laminer
ke aliran turbulen.

Untuk aliran pada pipa :


Re laminer < 2000
Re transisi = 2000 – 2600
Re turbulen > 2600

Gambar ini menunjukkan kelakukan cairan zat pewarna yang dimasukkan kedalam
suatu pipa kaca. Aliran laminer gambar 11.1. ditandai oleh keadaan mantap dimana
semua garis alir mengikuti lintasan yang sejajar. Dalam kondisi ini maka zat pewarna
nampak jelas sebagai satu kesatuan yang berbentuk inti. Aliran turbulen gambar 11.3.
ditandai oleh keadaan yang tidak mantap dimana garis alir saling bertabrakan
sehingga menimbulkan bidang geser yang patah dan terjadinya percampuran antara
air dan zat pewarna. Dalam keadaan ini maka zat pewarna buyar pada saat terjadinya
percampuran cairan. Sejalan dengan meningkatnya kecepatan aliran, maka terjadilah

18 of 37
proses transisi aliran dari laminer ke turbulen. Keadaan inilah yang disebut sebagai
aliran transisi. Hal ini ditandai dengan awal terjadinya penyimpangan garis alir zat
pewarna sampai dengan buyar sepenuhnya dimana aliran telah menjadi turbulen.

3. Alat-alat
Alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. Meja Hidrolika
2. Stopwatch
3. Gelas ukur
4. Termometer
5. Alat percobaan Osborne Reynold

4. Cara Kerja
1. Siapkan alat-alat percobaan.
2. Tutup katup pengatur aliran pada pipa kaca peraga aliran.
3. Buka katup pengatur aliran pada meja hidrolika.
4. Isilah tangki tekanan secara perlahan sampai melimpah melalui bagian
pelimpah.
5. Jika keadaan (4) tercapai, atur katup suplai dari meja hidrolika sedemikian
rupa sehingga kondisi (4) dapat dipertahankan.
6. Buka dan kemudian tutup kembali katup pengatur aliran setelah pipa peragaan
aliran terisi air.
7. Sebelum melanjutkan, diamkan dulu alat percobaan dalam keadaan terakhir
tersebut sedikitnya selama sepuluh menit.
8. Ukurlah temperatur air dengan termometer dan catat.
9. Buka katup pengatur aliran masuk sedikit sehingga air menetes dari pipa aliran
keluar dari bagian pelimpah.
10. Bukalah katup pengatur aliran dalam pipa peragaan secara perlahan dan atur
katup pengatur zat pewarna sehingga terbentuk aliran perlahan yang hanya
garis alir berwarna nampak jelas.
11. Bila garis alir telah nampak jelas, catatlah kondisi aliran zat pewarna secara
visual dan volume air pada gelas ukur serta waktu pengalirannya pada lembar
data tersedia.

5. Hasil Laporan
Data hasil Percobaan
 Percobaan 1 (Re Laminer < 2000)
Percobaan diameter pipa (m) Volume( m3 ) t (s ) Q(m3 / s )

1 0.01 0.0005 44.67 1.12 x 10−5


2 0.01 0.0005 46.09 1.08 x 10−5
3 0.01 0.0005 50.13 9.97 x 10−6
Rata−rata 0.01 0.0005 46.96 1.06 x 10−5
Q 1.06 x 10−5
V= = = 0.136 m/s
A πx 0.0052
V . d 0.136 x 0.01
ℜ=
S
= = 1563.218 (aliran laminer)
8.7 x 10−7

19 of 37
 Percobaan 2 (Re Transisi kecepatan 2000-2600)
Percobaan Diameter pipa (m) Volume (m 3 ¿ t (s) Q (m 3 /s ¿
1 0.01 0.0005 10.67 4.69 x 10−5
2 0.01 0.0005 10.30 4.85 x 10−5
3 0.01 0.0005 11.13 4.49 x 10−5
Rata-rata 0.01 0.0005 10.7 4.67 x 10−5
Q 4.67 x 10 −5
V= = = 0.595 m/s
A πx 0.0052
V . d 0.595 x 0.01
ℜ=
S
= = 6839.08 (aliran turbulen)
8.7 x 10−7

 Percobaan 3 (Re Turbulen > 2600)


Percobaan diameter pipa Volume (m 3 ¿ t (s) Q (m3 /s ¿
(m)
1 0.01 0.0005 8.15 6.13 x 10−5
2 0.01 0.0005 7.16 6.98 x 10−5
3 0.01 0.0005 7.30 6.84 x 10−5
Rata-rata 0.01 0.0005 7.54 6.63 x 10−5
Q 6.63 x 10 −5
V= = = 0.845 m/s
A πx 0.0052
V . d 0.845 x 0.01
ℜ=
S
= = 9712.644 (aliran turbulen)
8.7 x 10−7

Apabila berdasarkan pengamatan, percobaan 2 seharusnya merupakan aliran transisi.


Namun, terjadi faktor-faktor kesalahan seperti alat praktikum yang kurang akurat,
tidak tepat dalam menghentikan stopwatch dan berbagai faktor kesalahan lainnya
sehingga mengakibatkan percobaan 2 merupakan aliran turbulen. Sedangkan
percobaan 1 dan percobaan 3 yang dihitung secara teoritis tepat berdasarkan
pengamatan, dimana percobaan 1 adalah aliran laminer dan percobaan 3 adalah aliran
turbulen

6. Kesimpulan
Dari data hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa percobaan 1 merupakan aliran
laminer dikarenakan Re lebih kecil dari 2000, sedangkan percobaan 2 dan 3
menunjukkan aliran turbulen karena Re yang dihasilkan lebih besar dari 2600.

20 of 37
VENTURIMETER
1. Tujuan
Mengadakan simulasi pengukuran debit aliran dengan menggunakan venturimeter dan
menyelidiki ketelitian venturimeter dengan membandingkan tekanan yang terjadi
dengan tekanan ideal yang menggunakan teori Bernoully pada aliran dalam pipa
bundar dengan perubahan diameter.

2. Teori
Hukum Bernoulli :
Jumlah tinggi tempat, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan pada setiap titik dari suatu
aliran zat cair ideal selalu mempunyai harga yang konstan.
Sehubungan dengan aliran dalam pipa pada dua penampang, persamaan Bernoully
tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
V 12 P V 2 P
+ ρ . 1g + z 1 = 2 + ρ . 2g + z 2
2. g 2. g
dimana :
V2
= tinggi kecepatan
2. g
P
= tinggi tekanan
ρ.g
z = tinggi tempat
indeks 1,2 = menunjukkan titik tinjauan
V = Kecepatan aliran
g = percepatan gravitasi

Pada alat percobaan / peraga ini :


Z1 = Z2 (pipa benda uji terletak horizontal)
P = ρ.g.h

Jadi bila mengikuti teori Bernoully, maka :


V 2
Total head (H) = 2 + h , konstan pada semua penampang sepanjang pipa uji.
2. g
Tekanan Ideal :
Diasumsikan pada tekanan ideal tidak terjadi kehilangan energy pada pipa sehingga
dari penurunan rumus Bernoully berlaku :
hn−¿h1
¿ a2 2 a2 2
u2 2
=( ) -( ) …… (4.1)
a1 an
2g
dengan :
a2 2 a2 2
( ) - ( ) merupakan persamaan distribusi tekanan ideal
a1 an
dimana :
Indeks 1 = Hulu
Indeks 2 = Lubang
a1 = Luas pipa bagian hulu

21 of 37
a2 = Luas lubang
h1,2 , n = tinggi tekanan di titik ke-1,2, dan ke n

Penentuan Q :
Berdasarkan persamaan-persamaan di atas maka berlaku
2 g(h1 −h2 )
Q=Cd . a2 .


1−( )
a2 2
a1
dimana Cd literature = 0.936

3. Alat-alat :
Alat dan bahan yang digunakan yaitu :
1. Stopwatch
2. Meja Hidrolika
3. Alat Peraga Venturimeter

22 of 37
23 of 37
24 of 37
4. Cara Kerja :
1. Letakkan alat percobaan horizontal pada saluran tepi di atas meja Hidrolika
dengan mengatur kaki penyangga.
2. Hubungkan alat dengan aliran suplai dari meja Hidrolika dan arahkan aliran
yang keluar dari ujung outlet pipa benda uji melalui pipa lentur ke dalam
tangki pengukur volume.
3. Hubungkan benda uji dengan suplai dari meja Hidrolika
4. Isi semua tabung manometer dengan air, hingga semua kantung-kantung udara
pada sambungan pipa hilang.
5. Atur dengan seksama suplai air dan kecepatan aliran melalui katup pengatur
aliran alat dan katup suplai pada meja hidrolika, sehingga diperoleh kombinasi
aliran tekanan yang sangat baik dan perbedaan tekanan tampak jelas pada
tabung manometer
6. Catat semua pembacaan skala tekanan pada tabung manometer dan data
diameter pipa dan jarak tiap titik manometer yang ada di spesifikasi alat
peraga (tertera di alat peraga).
7. Jalankan pompa meja hidrolika dan buka katup outlet sehingga venturemeter
dialiri air dengan debit tertentu. Catat pembacaan manometer dan ukur debit
yang melewati benda uji dengan bantuan stopwatch dan tangki pengukur
volume pada meja Hidrolika. Dengan perbandingan massa air dan massa
beban 3:1
8. Ulangi langkah ke-5 sampai ke-6 dengan debit yang berbeda dengan mengatup
bukaan katup outlet.
9. Ulangi langkah 5 sampai 7 dengan perubahan debit sebanyak 10 kali

25 of 37
5. Hasil Laporan
Data hasil percobaan

Tinggi (mm)
Percobaan
A B C D E F G H J K L
I 218 208 124 10 42 102 136 158 172 180 186
II 216 206 127 20 50 106 138 158 171 178 185
III 214 204 131 30 58 110 141 160 172 179 186
IV 216 206 136 40 66 116 145 162 174 180 186
V 212 206 140 50 74 122 148 164 174 180 187
VI 212 204 146 60 82 126 151 166 175 180 188
VII 210 204 148 70 90 131 154 168 176 180 186
VIII 210 204 150 80 98 136 156 168 178 182 188
IX 208 202 156 90 110 144 162 172 180 182 188
X 206 200 160 100 114 146 162 172 180 182 188

Waktu Rata - Rata


Percobaan
I II III
I 11.33 12.86 13.08 12.42
II 13.66 14.05 12.98 13.56
III 13.01 14.11 12.78 13.30
IV 14.81 13.51 14.15 14.16
V 14.40 13.18 14.73 14.10
VI 15.76 14.56 15.96 15.43
VII 16.48 17.00 16.98 16.82
VIII 17.70 18.18 16.95 17.61
IX 18.90 19.76 19.30 19.32
X 19.98 19.90 20.55 20.14

Piezometer
A B C D E F G H J K L
Reference
Diameter
26.00 23.20 18.40 16.00 16.79 18.47 20.16 21.84 23.53 25.21 26.00
(mm)
Area (mm) 530.90 422.70 265.90 201.10 221.40 267.90 319.20 374.60 434.80 499.20 530.90
Distance from
-54.0 -34.0 -22.0 -8.0 7.0 22.0 37.0 52.0 67.0 82.0 102.0
Datum (mm)

a. Distribusi tekanan ideal dengan simulasi grafiknya

Tekanan Ideal
Titik a2 2 a2 2
( ) -( )
a1 an
A(1) 0
B -0.0829
C -0.4285
D(2) -0.8565

26 of 37
E -0.6815
F -0.4200
G -0.2534
H -0.1447
J -0.0704
K -0.0188
L 0

Simulasi Grafik Tekanan Ideal

Distribusi Tekanan Ideal


0
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
Tekanan

-0.5
-0.6
-0.7
-0.8
-0.9
A(1) B C D(2) E F G H J K L
Titik

27 of 37
b. Distribusi tekanan hasil pengukuran dengan simulasi grafiknya
Distribusi hasil pengukuran
Q
u2 =
a2
Percobaan
Waktu Volume Q·10-3 u2 /2 g
(s) (m3) (m3/s) (m)
I 12.42 0.006 0.483 0.122
II 13.56 0.006 0.442 0.112
III 13.30 0.006 0.451 0.114
IV 14.16 0.006 0.424 0.107
V 14.10 0.006 0.425 0.108
VI 15.43 0.006 0.389 0.099
VII 16.82 0.006 0.357 0.090
VIII 17.61 0.006 0.341 0.086
IX 19.32 0.006 0.311 0.079
X 20.14 0.006 0.298 0.075

 Percobaan I
Tekanan Hasil
Pengukuran
Titik h1 hn hn−h1
u2 /2 g
A 0.218 0.218 0.000
B 0.218 0.208 -0.082
C 0.218 0.124 -0.768
D 0.218 0.01 -1.699
E 0.218 0.042 -1.438
F 0.218 0.102 -0.948
G 0.218 0.136 -0.670
H 0.218 0.158 -0.490
J 0.218 0.172 -0.376
K 0.218 0.18 -0.310
L 0.218 0.186 -0.261

28 of 37
 Percobaan II
Tekanan Hasil
Pengukuran
Titik h1 hn hn−h1
u2 /2 g
A 0.216 0.216 0.000
B 0.216 0.206 -0.089
C 0.216 0.127 -0.794
D 0.216 0.02 -1.748
E 0.216 0.05 -1.481
F 0.216 0.106 -0.981
G 0.216 0.138 -0.696
H 0.216 0.158 -0.517
J 0.216 0.171 -0.401
K 0.216 0.178 -0.339
L 0.216 0.185 -0.276

 Percobaan III

Tekanan Hasil
Pengukuran
Titik h1 hn hn−h1
u2 /2 g
A 0.214 0.214 0.000
B 0.214 0.204 -0.087
C 0.214 0.131 -0.726
D 0.214 0.03 -1.609
E 0.214 0.058 -1.364
F 0.214 0.11 -0.910
G 0.214 0.141 -0.638
H 0.214 0.16 -0.472
J 0.214 0.172 -0.367
K 0.214 0.179 -0.306
L 0.214 0.186 -0.245

29 of 37
 Percobaan IV
Tekanan Hasil
Pengukuran
Titik h1 hn hn−h1
u2 /2 g
A 0.216 0.216 0.000
B 0.216 0.206 -0.087
C 0.216 0.136 -0.700
D 0.216 0.04 -1.539
E 0.216 0.066 -1.312
F 0.216 0.116 -0.875
G 0.216 0.145 -0.621
H 0.216 0.162 -0.472
J 0.216 0.174 -0.367
K 0.216 0.18 -0.315
L 0.216 0.186 -0.262

 Percobaan V

Tekanan Hasil
Pengukuran
Titik h1 hn hn−h1
u2 /2 g
A 0.212 0.212 0.000
B 0.212 0.206 -0.052
C 0.212 0.14 -0.630
D 0.212 0.05 -1.417
E 0.212 0.074 -1.207
F 0.212 0.122 -0.787
G 0.212 0.148 -0.560
H 0.212 0.164 -0.420
J 0.212 0.174 -0.332
K 0.212 0.18 -0.280
L 0.212 0.187 -0.219

30 of 37
 Percobaan VI
Tekanan Hasil
Pengukuran
Titik h1 hn hn−h1
u2 /2 g
A 0.212 0.212 0.000
B 0.212 0.206 -0.052
C 0.212 0.14 -0.630
D 0.212 0.05 -1.417
E 0.212 0.074 -1.207
F 0.212 0.122 -0.787
G 0.212 0.148 -0.560
H 0.212 0.164 -0.420
J 0.212 0.174 -0.332
K 0.212 0.18 -0.280
L 0.212 0.187 -0.219

 Percobaan VII

Tekanan Hasil
Pengukuran
Titik h1 hn hn−h1
u2 /2 g
A 0.21 0.21 0.000
B 0.21 0.204 -0.052
C 0.21 0.148 -0.542
D 0.21 0.07 -1.224
E 0.21 0.09 -1.050
F 0.21 0.131 -0.691
G 0.21 0.154 -0.490
H 0.21 0.168 -0.367
J 0.21 0.176 -0.297
K 0.21 0.18 -0.262
L 0.21 0.186 -0.210

31 of 37
 Percobaan VIII

Tekanan Hasil
Pengukuran
Titik h1 hn hn−h1
u2 /2 g
A 0.21 0.21 0.000
B 0.21 0.204 -0.052
C 0.21 0.15 -0.525
D 0.21 0.08 -1.137
E 0.21 0.098 -0.980
F 0.21 0.136 -0.647
G 0.21 0.156 -0.472
H 0.21 0.168 -0.367
J 0.21 0.178 -0.280
K 0.21 0.182 -0.245
L 0.21 0.188 -0.192

 Percobaan IX

Tekanan Hasil
Pengukuran
Titik h1 hn hn−h1
u2 /2 g
A 0.208 0.208 0.000
B 0.208 0.202 -0.052
C 0.208 0.156 -0.455
D 0.208 0.09 -1.032
E 0.208 0.11 -0.857
F 0.208 0.144 -0.560
G 0.208 0.162 -0.402
H 0.208 0.172 -0.315
J 0.208 0.18 -0.245
K 0.208 0.182 -0.227
L 0.208 0.188 -0.175

32 of 37
 Percobaan X

Tekanan Hasil
Pengukuran
Titik h1 hn hn−h1
u2 /2 g
A 0.208 0.208 0.000
B 0.208 0.202 -0.052
C 0.208 0.156 -0.455
D 0.208 0.09 -1.032
E 0.208 0.11 -0.857
F 0.208 0.144 -0.560
G 0.208 0.162 -0.402
H 0.208 0.172 -0.315
J 0.208 0.18 -0.245
K 0.208 0.182 -0.227
L 0.208 0.188 -0.175

Tekanan Hasil Pengukuran rata-rata

Tekanan
Titik
Rata-Rata
A 0.000
B -0.068
C -0.612
D -1.366
E -1.163
F -0.767
G -0.547
H -0.412
J -0.322
K -0.277
L -0.221

Simulasi Grafik Tekanan Hasil Pengukuran

33 of 37
Distribusi Tekanan Hasil Pengukuran
0.000
A B C D E F G H J K L
-0.200

-0.400

-0.600
Tekanan

-0.800

-1.000

-1.200

-1.400

-1.600
Titik

c. Grafik perbandingan antara distribusi tekanan ideal dan pengukuran vs


jarak dalam satu grafik

Perbandingan Distribusi Tekanan


0

-0.2

-0.4

-0.6
Tekanan

-0.8

-1

-1.2

-1.4

-1.6
A(1) B C D(2) E F G H J K L
Titik
Tekanan Ideal Tekanan Hasil Pengukuran

34 of 37
d. Koefisien debit (Cd) Venturimeter
h1 = h pada tabung A
h2 = h pada tabung D
Percobaan h1 ( m) h2 ( m) √ h1−h2 Q·10-3 (m3 /s ¿
I 0.218 0.01 0.456 0.483
II 0.216 0.02 0.443 0.442
III 0.214 0.03 0.429 0.451
IV 0.216 0.04 0.420 0.424
V 0.212 0.05 0.402 0.425
VI 0.212 0.06 0.390 0.389
VII 0.21 0.07 0.374 0.357
VIII 0.21 0.08 0.361 0.341
IX 0.208 0.09 0.344 0.311
X 0.206 0.1 0.326 0.298
a2 2
1
√ h1−h2= Cd x
√ 1−(
a1
a2 . √ 2 g
)
xQ

m = slope dari grafik Q (sumbu x) vs √ h1−h2 (sumbu y) dimana Q dan √ h1−h2


merupakan hasil pengamatan/percobaan
0.390−0.442
m= = 989.0
( 0.389−0.422 ) x 10−3

a2 2
1
x

1−( )
a1 = m
Cd a2 . √ 2 g
a2 2
1
x
√1−( )
a1 = 989.0
Cd a2 . √ 2 g
1
x 1038.98=989.0Cd=¿1.050
Cd

Percobaan Q·10-3 (m 3 /s ¿ √ h1−h2 Cd


I 0.483 0.456 1.100
II 0.442 0.443 1.038
III 0.451 0.429 1.093
IV 0.424 0.420 1.050
V 0.425 0.402 1.098
VI 0.389 0.390 1.036
VII 0.357 0.374 0.991
VIII 0.341 0.361 0.982
IX 0.311 0.344 0.939
X 0.347 0.326 0.951
Cd rata-rata = 1.028

35 of 37
Grafik Q terhadap Cd
1.200

1.000

0.800

0.600
Cd

0.400

0.200

0.000
0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500
Q

e. Dari data hasil percobaan didapatkan Cd = 1.028, sedangkan Cd literatur =


0.936. Kesalahan relatif yang terjadi antara lain kurang teliti dalam
menghentikan stopwatch, alat praktikum yang kurang akurat, kesalahan dalam
melihat skala, kesalahan dalam pengukuran dan lain-lain.

f. Penurunan Persamaan 3.1


2
V1 P V 2 P
+ ρ . 1g + z 1 = n + ρ . ng + z n
2. g 2. g
pada percobaan ini z 1 = z n, sehingga persamaan menjadi :
V 12 P V 2 P
+ 1 = n + n
2. g ρ.g 2. g ρ.g
V 1 V n2
2
Pn P1
− = −
ρ.g ρ.g 2. g 2. g
ρ . g .(h n−h1 ) V 2 V 2
= 1− n
ρ.g 2. g 2. g
(V 12−V n2 )
(h ¿ ¿ n−h1 ) ¿ =
2. g
2. g
Kedua ruas dikalikan , sehingga persamaan menjadi :
U 22
hn−¿h V 12 V n2
U 22
1
=
( )( )
U 22

U 22
¿

2g
hn−¿h V1 2 Vn 2
U 22
1
=
( ) ( )
U2

U2
¿

2g

36 of 37
a2 a2
Dari asas Bernoulli didapat, V 1= x U 2 dan V n= x U 2, sehingga persamaan akan
a1 an
menjadi :
hn−¿h1
¿ a2 2 a2 2
V 22 = ( ) - ( )
a1 an
2g

g. Apabila diameter pipa venturi diperkecil, maka nilai Cd akan semakin besar.
Sebaliknya apa bila diameter pipa ventruri diperbesar, maka nilai Cd akan
semakin kecil.
h. Jika posisi venturimeter tidak horizontal maka tidak akan ada yang namanya
tekanan pada air,sehingga pipa venturi-meter harus horizontal baru bisa
adanya tekanan pada air
i. Alat ini dapat dipakai untuk mengukur laju aliran fluida, misalnya menghitung
laju aliran air atau minyak yang mengalir melalui pipa. Venturimeter
digunakan sebagai pengukur volume fluida misalkan minyak yang mengalir
tiap detik.

Cara kerja alat venturimeter:


Fluida yang mengalir dalam pipa mempunyai massa jenis ρ. Kecepatan fluida
mengalir pada pipa sebelah kanan, maka tekanan pada pipa sebelah kiri lebih
besar. Perbedaan tekanan fluida di dua tempat tersebut diukur oleh manometer
yang diisi dengan fluida dengan massa jenis ρ’ dan manometer menunjukkan
bahwa perbedaan ketinggian permukaan fluida di kedua sisi adalah H. alat ini
menggunakan persamaan kontinuitas dan Persamaan Bernouli.

6. Kesimpulan
Kesimpulan yang kelompok kami dapatkan yaitu untuk mengetahui tingkat tekanan-
tekanan air dengan mengunakan alat venture-meter dan mendapat data-data dari
tekanan yang berbeda-beda. Selain itu, dari data hasil percobaan ini dapat disimpulkan
bahwa nilai Cd akan semakin besar apabila diameter pipa venturi diperkecil dan nilai
Q diperbesar. Sebaliknya, nilai Cd akan semakin kecil apabila diameter pipa venturi
diperbesar dan nilai Q diperkecil. Nilai Cd sangat bergantung pada diameter pipa
venturi dan nilai Q yang didapat dari data hasil percobaan

7. Dokumentasi

37 of 37

Anda mungkin juga menyukai