Anda di halaman 1dari 16

PENGABDIAN MASYARAKAT DOSEN

PEMANFAATAN LAHAN SEMPIT PEKARANGAN SEBAGAI KEBUN SAYURAN


DENGAN SISTEM TANAM SUMBU DI RT 01 RW 08 KELURAHAN BRANG BIJI
KABUPATEN SUMBAWA

Tim Pengusul:

Ketua : Desy Fadilah Adina Putri, S.Si., M.Si


NIDN : 0809128701
Anggota I : Iga Maliga, S.Pd, M.IL
NIDN : 0807089003
Anggota II : Fitri Setianingsih, S.ST
NUPN : 9908431672

STIKES GRIYA HUSADA SUMBAWA


SUMBAWA BESAR
TAHUN 2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pemanfaatan lahan sempit pekarangan


sebagai kebun sayuran dengan sistem tanam
sumbu di RT 01 RW 08 Kelurahan Brang
Biji Kabupaten Sumbawa
Peneliti/ Pelaksana
Nama Lengkap : Desy Fadilah Adina Putri, S.Si., M.Si
NIDN : 0809128701
Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
Program Studi : Kebidanan
Nomor HP : 081233356592
Alamat surel (e-mail) : desyfadilstikesghs@gmail.com

Anggota (1) :
Nama Lengkap : Iga Maliga, S.Pd, M.IL
NIDN : 0807089003
Perguruan Tinggi STIKES Griya Husada Sumbawa

Anggota (2) :
Nama Lengkap : Fitri Setianingsih, S.ST
NUPN :
Perguruan Tinggi : STIKES Griya Husada Sumbawa

Sumbawa,

Mengetahui,
Ketua STIKES Griya Husada Sumbawa Ketua

TTD TTD

Rusmayadi, S.Kep.,Ners.,MPH Desy Fadilah Adina Putri, S.Si, M.Si


NIK. 19800127 2016 001 NIK. 19871209 2016 005

2
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Pengesahan
Daftar Isi i
Ringkasan ii
Bab I Pendahuluan 1
Bab II Tinjauan Pustaka 3
Bab III Metode Pelaksanaan 7
Bab IV Hasil dan Pembahasan 8
Bab V Alokasi Biaya 10
Bab VI Kesimpulan dan Saran 11
Daftar Pustaka 12
Lampiran

i
RINGKASAN

Salah satu masalah mendasar di daerah perkotaan yang sedang berkembang adalah
keterbatasan lahan dan harga tanah yang makin meningkat. Tujuan dari pengabdian ini
memberikan wawasan pemanfaatan lahan sempit pekarangan sebagai kebun sayuran
dengan sistem tanam sumbu di RT 01 RW 08 Kelurahan Brang Biji Kabupaten Sumbawa.
Metode kegiatan ini adalah metode ceramah, diskusi, dan demonstrasi praktik
langsung. Masyarakat terlihat antusias dalam pembuatan sistem tanam sumbu ini, karena
merupakan hal baru bagi masyarakat setempat. Ide ini muncul lantaran di daerah sekitar
RT 01 RW 08 lahan kebun terlihat minim sekali. Selain penyuluhan dan pelatihan,
masyarakat juga dijelaskan cara perawatan sistem ini yang hanya memperhatikan nutrisi
yang diperlukan oleh tanaman saja. Saran pengabdian ini diperlukan tinjauan secara
berkala agar masyarakat tetap menanam sistem sumbu ini, sehingga lahan oekarangan asri.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu masalah mendasar di daerah perkotaan yang sedang berkembang adalah
keterbatasan lahan dan harga tanah yang makin meningkat. Konsekuensinya adalah
rumah-rumah di daerah perkotaan umumnya tidak mempunyai halaman rumah atau
pekarangan yang luas, sehingga pertanian perkotaan merupakan alternatif untuk
menyiasati keterbatasan lahan tersebut (Santoso dan Widya, 2014). Pertanian perkotaan
merupakan salah satu cara untuk pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat
perkotaan untuk menyikapi berkurangnya lahan pertanian di perkotaan. Kebutuhan
pangan dapat disuplai salah satunya dari pekarangan yang ditanami dengan aneka ragam
sayuran. Lahan pekarangan memiliki potensi yang besar jika dapat dimanfaatkan secara
tepat dan benar. Potensi lahan pekarangan tersebut yaitu sebagai penyedia bahan pangan
keluarga, mengurangi pengeluaran rumah tangga, dan meningkatkan pendapatan
keluarga (Ashari, dkk, 2012).
Kondisi serupa juga terjadi di wilayah Kelurahan Brang Biji terutama RT 01 RW 08, di
mana pembangunan di berbagai bidang telah mengurangi peruntukan lahan pertanian
tersebut. Kelurahan Brang Biji yang berada Kabupaten Sumbawa merupakan daerah
pemukiman yang berkembang pesat. Keterbatasan lahan pertanian tersebut akan memicu
berkurangnya lahan hijau dan penyerapan polusi kendaraan bermotor. Di lain pihak
pemenuhan kebutuhan bahan pangan yang bergizi sangat dibutuhkan bagi balita dan
anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Kebutuhan sayuran diperlukan untuk
pemenuhan kebutuhan gizi bagi masyarakat utamanya bagi pertumbuhan anak-anak
dalam masa tumbuh kembang maupun ibu menyusui agar tubuh mereka selalu dalam
keadaan sehat. Seringkali orangtua mengabaikan akan pemberian sayuran bagi keluarga
mereka selain karena terbatasnya anggaran belanja, juga masih kurangnya pengetahuan
mereka akan manfaat nilai gizi sayuran (Sudarmo, 2018). Salah satu cara menanam
sayuran di lahan pekarangan yang terbatas dengan sistem satu sumbu atau sumbu wick.
Sistem wick yaitu teknik penanaman hidroponik dengan sistem sumbu. Sistem ini
disarankan untuk pemula dikarenakan teknik yang digunakan begitu sederhana sekaligus
mudah untuk diterapkan (Hudhud, 2018). Biasanya sistem ini digunakan pada buah dan
sayur. Terkait dengan latar belakang tersebut, kegiatan pengabdian masyarakat (IbM)

1
berfokus pada cara memanfaatkan lahan pekarangan sempit atau halaman rumah yang
ada dengan menggunakan metode hidroponik.sistem wick.

B. TUJUAN KEGIATAN
Adapun tujuan penulisan ini yaitu memberikan wawasan pemanfaatan lahan sempit
pekarangan sebagai kebun sayuran dengan sistem tanam sumbu di RT 01 RW 08
Kelurahan Brang Biji Kabupaten Sumbawa.

C. MANFAAT KEGIATAN
1. Institusi
Institusi dapat memanfaatkan hasil pengabdian sebagai tambahan referensi
perpustakaan dan mengasah keterampilan mahasiswa yang terlibat.
2. Responden
a. Memberikan informasi kepada warga RT 01 RW 08 tentang berkebun dengan
metode hidroponik sistem wick.
b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan anggota kelompok dalam
memelihara tanaman sayuran dengan metode hidroponik sistem wick.

D. LUARAN YANG DIRENCANAKAN


Luaran dalam pengabdian ini yaitu peningkatan wawasan dan keterampilan
masyarakat RT 01 RW 08 Kel. Brang Biji akan penanaman sistem satu sumbu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pekarangan Rumah
Pemanfaatan pekarangan ataupun halaman rumah yang terbatas dapat mempunyai nilai
tambah yang maksimal jika dilakukan secara tepat dan mempunyai konsep yang jelas.
Lahan pekarangan yang ada umumnya belum dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan
pangan, kalaupun dilaksanakan, masih bersifat sambilan atau mengisi waktu luang.
Ashari, dkk (2012) menyatakan perlu dilakukan rancangan pemanfaatan pekarangan
yang lebih komprehensif untuk mengoptimalkan peran lahan pekarangan sebagai
penyangga ketahanan pangan rumah tangga. Pekarangan dengan keanekaragaman di
dalamnya juga mempunyai potensi yang besar untuk menaikkan daya dukung
lingkungan. Santoso dan Widya (2014) menyatakan gerakan pertanian perkotaaan dapat
menjadi tulang punggung dalam meningkatkan kemandirian masyarakat terutama
menjaga ketahanan pangan dalam skala rumah tangga.
Jenis Tanaman Yang Dapat Ditanam Pada lahan Sempit
Berbagai jenis tanaman akan dikelompokkan sebagai bunga–bungaan, semak hiasan,
perdu dan hiasan, sayuran, dan buah–buahan (Roidah, 2014).
1. Bunga–bungaan
a. Anthuriumscherzerianum
Flamingo flower yang berasal dari Columbia, Amerika Tengah ini banyak
digemari oleh orang di Eropa dan Amerika. Karena tumbuhnya tetap kecil
mungil dengan seludang bunga aneh sekali bentuk jantung yang merah jambu
berseri–seri warnanya, seperti warna paruh burung Flamingo.
b. Hibiscus rosa-sinensis
Kembang sepatu atau kembang wera, dari familia Malvaceae berasal dari Asia ini
banyak digemari oleh orang karena bunganya yang bertangkai panjang menjurai
dengan 5 helai mahkota bersusun membentuk terompet. Umumnya bunga
berwarna merah dengan nuansa lebih tua di pangkalnya.
c. Opuntia nigrican
Kaktus pipih dari familia Cactaceae berasal dari Amerika Selatan ini digemari
orang karena bentuk batangnya yang pipih hijau tua, dapat menghasilkan bunga
besar berwarna kuning dengan bagian tengah yang merah merona.

3
2. Semak Hiasan
a. Aglaonema pictum
Tanaman familia Araceae yang terkenal sebagai Sri Rejeki ini berasal dari bumi
asia tropika kita sendiri. Tanamannya pendek berbentuk semak dengan daun
lonjong yang tepiannya berombak. Warnanya hijau kusam berbercak–bercak
putih atau abu – abu pada sisi atasnya, dan hijau muda pada sisi bawahnya.
b. Aloe mitriformis
Sejenis lidah buaya dari familia Liliaceae, yang berbeda dengan jenis lidah buaya
tulen, Aloe vera. Kalau jenis yang akhir-akhir ini ditanam oleh masyarakat untuk
diusahakan dari daunnya yang berlendir sebagai obat pencuci rambut, maka jenis
mitriformis dipelihara orang hanya sebagai tontonan atau hobi semata. Daunnya
yang tersusun melingkar dengan rapat,berwarna merah ungu aneh sekali.
c. Iresine herbstii
Tanaman Barsilia dari familia Amaranthaceae yang terkenal sebagai Bayam
Merah ini termasuk benar–benar bayam dan memang berwarna merah. Tetapi
diantaranya juga ada yang berwarna hijau muda biasa dengan urat daun yang
kuning.
3. Perdu dan Hiasan
a. Araucaria cunninghamii
Cemara dari familia Araucariaceae ini masih berkerabat dekat dengan Ki Damar,
Agathis alba kita yang terkenal sebagai pohon besar untuk kebun pekarangan
yang luas. Cemara ini berasal dari Nortfolk, dekat Australia. Tajuk pohonnya
memang bagus, dengan puncaknya berbentuk piramida, sedangkan cabang –
cabang bawahnya melengkung kebawah menutupi seluruh batang.
b. Chamaedorea elegans
Palm kerdil berbatang satu dari familia Palmae berasal dari Kolumbia dulu
dikenal sebagai Neanthe bella. Daunnya yang berbentuk pita lebar melengkung
membentuk naungan memang bagus, berwarna hijau tua. Biasanya digunakan
sebagai penghias ruangan salon.
c. Cycas revoluta
Pohon pakis dari familia Cycadaceae berasal dari Cina dan Jepang dan terkenal
sebagai Sikas Jepang ini mempunyai batang yang besar, lebar, dan bengkak
sampai sebetulnya tidak seimbang dengan daunnya yang bersirip tunggal

4
berwarna hijau tua. Sirip daun ini begitu rapat dan makin ke pucuk semakin
menyempit, sampai bagus sekali sebagai karangan bunga pemakaman.
4. Sayuran dan Buah-buahan
a. Broccoli
Sayuran sejenis kubis Brassica oleracea varietas botrytis dari familia Cruciferae
ini berasal dari daerah sekitar Laut Tengah yang jaman Nabi–Nabi kita masih
hidup dulu sudah diusahakan orang. Bentuknya mirip seperti kol bunga (putih)
yang biasa masyarakat masak sop, tetapi kepala bunganya yang terdiri dari
sejumlah kuntum bunga kecil bertangkai pendek dan berwarna hijau.
b. Paprika
Paprika ini sejenis cabai hijau, Capsicumannuum dari familia Solanaceae seperti
Lombok hijau yang digunakan untuk memasak ibu–ibu saat ini, tetapi
menyimpang bentuk buahnya. Tidak panjang lonjong, tetapi panjang lebar dan
sebesar sawo manila. Bentuknya tidak bulat lonjong, tetapi bulat persegi.
c. Tomat
Tanaman yang membingungkan, apakah termasuk dalam sayur atau buah –
buahan. Lycopersicum esculentum dari familia Solanaceae ini sebenarnya sangat
sulit ditanam. Karena tanaman tomat menginginkan udara sejuk di lingkungan
yang kering. Hal ini berarti tanaman tomat tidak tahan terhadap udara panas
serta tidak tahan terhadap air hujan.

B. Sistem Wick/ Sumbu


Teknik Hidroponik Sistem Sumbu (Wick)
Teknik hidroponik sistem wick merupakan
salah satu sistem hidroponik yang paling
sederhana dan digunakan oleh kalangan
pemula. Sistem ini menggunakan tangki
yang berisi larutan nutrisi yang besar. Nutrisi
mengalir ke dalam media pertumbuhan dari
dalam wadah menggunakan sejenis sumbu
yang biasanya adalah kain flanel. Prinsip
yang diterapkan pada sistem ini adalah
kapilaritas. Keuntungan dari tipe ini adalah

Gambar 1. Hidroponik sistem sumbu


5
semua tanaman mampu menyerap nutrisi yang sama dengan kualitas nutrisi yang sama
karena tanaman berada pada wadah hidroponik yang sama (Puspitasari, 2018).

6
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Rencana Kerja
Sasaran penyuluhan dan pelatihan pemanfaatan lahan sempit pekarangan sebagai kebun
sayuran dengan sistem tanam sumbu ini adalah warga RT 01 RW 08 Kel Brang Biji yang
memiliki lahan sempit dan setuju menjadi responden. Metode kegiatan ini adalah
metode ceramah, diskusi, dan demonstrasi praktik langsung yang didasari oleh
evaluasi awal sebagai landasan untuk menentukan posisi pengetahuan kelompok
sasaran mengenai pemanfaatan lahan pekarangan melalui sistem tanam sumbu
(Dwiratna, dkk, 2016).

B. Susunan Pelaksana

Survei dan observasi lapangan Tim Pelaksana

Persiapan instrument penelitian Tim Pelaksana

Pelaksanaan penelitian Tim Pelaksana

Ceramah dan diskusi Demontrasi/praktik langsung Tim Pelaksana

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di RT 01 RW 08 Kel. Brang Biji ini


ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat sekitar tentang
pengelolaan lahan pekarangan yang sempit di perkotaan. Sistem pengelolaan yang digunakan
yaitu dengan sistem satu sumbu. Sistem sumbu (wick) merupakan salah satu sistem
hidroponik. Sistem sumbu memanfaatkan prinsip kapilaritas larutan nutrisi yang diserap
langsung oleh tanaman melalui sumbu (Lee, et all., 2010). Salah satu bahan yang memiliki
daya serap air terbaik dan dapat digunakan sebagai sumbu pada sistem sumbu adalah bahan
kain flanel (Wesonga, et all., 2014). Akan tetapi bahan tersebut relatif mahal sehingga
masyarakat menggunakan sabut kelapa dan kain yang tidak terpakai. Masyarakat diberikan
pemahaman terlebih dahulu tentang penanaman dengan sistem sumbu dan cara
menerapkannya.
Pertama-tama masyarakat diminta untuk membawa bahan dan alat yang diperlukan
dalam kegiatan ini seperti botol bekas, kaleng bekas, pot bekas, sumbu yang akan digunakan
dan jenis tanaman. Selanjutnya masyarakat mulai mempersiapkan alat dengan memotong
botol bekas yang ada menjadi 2 bagian yaitu ukuran bawah botol lebih besar dari bagian atas.
Kemudian bagian bawah botol diisi air (karena sifatnya organik maka tidak memakai pupuk).
Untuk bagian atas, tutup botolnya dilubangi sebagai tempat masuknya sumbu, kemudian
bagian atas diisi dengan tanah dan bibit tanaman yang disediakan. Selanjutnya bibit tanaman
tersebut diletakkan di bawah sinar matahari akan tetapi tidak bersifat langsung.

Gambar 1. Pendampingan pembuatan sistem tanam sumbu Gambar 2. Hasil pembuatan sistem sumbu

Masyarakat terlihat antusias dalam pembuatan sistem tanam sumbu ini, karena
merupakan hal baru bagi masyarakat setempat. Ide ini muncul lantaran di daerah sekitar RT
01 RW 08 lahan kebun terlihat minim sekali. Masyarakatnya pun hanya menanam tanaman
sekedarnya, bahkan ada rumah yang tidak memiliki tanaman. Hal ini perlu digalakkan karena
intensitas lalu lintas dan suhu udara polusi dapat masuk ke dalam rumah. Apabila terdapat

8
tanaman yang rimbun dharapkan dapat mengurangi emisi gas dari polusi kendaraan yang lalu
lalang setiap harinya.
Pengabdian ini diharapkan dapat memicu masyarakat untuk melakukan penghijauan
yang dimulai dari tatanan rumah tangga terlebih dahulu. Berbagai penelitian menyebutkan
bahwa sistem sumbu ini merupakan salah satu sistem yang paling sederhana dilakukan.
Selain tentang pelatihan pembuatannya, masyarakat juga dijelaskan cara perawatan sistem ini
yang hanya memperhatikan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman saja.

9
BAB V
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

A. ANGGARAN BIAYA
No. KELOMPOK KOMPONEN ITEM SATUAN VOLUME HARGA TOTAL
0
Bahan habis
1 pakai ATK kertas a4 Rim 1 35000 35000
Bahan habis
2 pakai Bahan Pembelian tanah plastik 10 15000 150000
Bahan habis
3 pakai Alat Cetok Buah 2 25000 50000
Bahan habis
4 pakai Bahan Pembelian bibit Buah 10 15000 150000
Pengumpulan honor pembantu
5 Kegiatan data lapangan minggu 2 100000 200000
transportasi
6 Kegiatan perjalanan transport lokal orang 3 50000 150000
Total 735000

B. JADWAL PENGABDIAN MASYARAKAT


Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Survei lokasi
2. Persiapan instrument pengabdian masyarakat
3. Pelaksanaan pengabdian masyarakat
4. Pengumpulan data
5. Analisis data
6. Pelaporan
7. Publikasi media lokal
8. Evaluasi hasil semua teknis pengabdian masyarakat

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
10
A. Kesimpulan
Masyarakat terlihat antusias dalam pembuatan sistem tanam sumbu ini, karena
merupakan hal baru bagi masyarakat setempat. Ide ini muncul lantaran di daerah sekitar
RT 01 RW 08 lahan kebun terlihat minim sekali. Selain penyuluhan dan pelatihan,
masyarakat juga dijelaskan cara perawatan sistem ini yang hanya memperhatikan nutrisi
yang diperlukan oleh tanaman saja.

B. Saran
Diperlukan tinjauan secara berkala agar masyarakat tetap menanam sistem sumbu
ini, sehingga lahan oekarangan asri.

DAFTAR PUSTAKA

11
Ashari, Saptana, Purwantini, T.B. 2012. Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pekarangan Untuk
Ketahanan Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 30 (1): 13-30.
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE30-1b.pdf. Diakses pada 20
Desember 2019.

Dwiratna, N.P.S., Widyasanti, A., dan Rahmah, D.M. 2016. Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Dengan Menerapkan Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jurnal Aplikasi Ipteks
untuk Masyarakat. ISSN 1410 – 5675. Vol. 5, No. 1, 19-22.

Hudhud. 2018. Hidroponik system wick. https://www.caramenanam.org/hidroponik-sistem-


wick/. Diakses 20 Desember 2019.

Lee, C.W., I.S. So., S.W. Jeong., and M. R. Huh, 2010. Aplication of Subirrigation Using
Capillary Wick System to Pot Production. Journal of Agriculture & Life Science, 44
(3): 7-14.

Puspasari, I. 2018. Otomasi Sistem Hidroponik Wick Terintegrasi pada Pembibitan Tomat
Ceri. JNTETI, Vol. 7, No. 1, Februari 2018. ISSN 2301 – 4156.

Roidah, I. S. 2014. Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik. Jurnal


Universitas Tulungagung BONOROWO Vol. 1.No.2.

Santoso, E.B. dan Widya, R.R. 2014. Gerakan pertanian perkotaan dalam mendukung
kemandirian masyarakat di kota Surabaya. Seminar Nasional CITIES.

Sudarmo, A. P. 2018. Pemanfaatan Pertanian Secara Hidroponik Untuk Mengatasi


Keterbatasan Lahan Pertanian Di Daerah Perkotaan. Seminar Nasional Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Terbuka.

Wesonga, J.M., C. Wainaina, F.K. Ombwara, P.W. Masinde, and P.G. Home, 2014. Wick
Material and Media For Capillary Wick Based Irrigation System in Kenya.
International Journal of Science and Research, 3(4): 613-617.

12

Anda mungkin juga menyukai