Anda di halaman 1dari 14

ISSN 2597-5102

Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

ANALISIS PEMANFAATAN RUMAH TUNGGU KELAHIRAN PADA


DAERAH TERPENCIL DI KABUPATEN SUMBAWA
Amelia Ramdani Hasby1, Desy Fadilah Adina Putri2
1,2
Program Studi Kebidanan STIKES Griya Husada Sumbawa
e-mail: melscute@rocketmail.com

ABSTRAK

Pemanfaatan rumah tunggu kelahiran pada daerah terpencil belum maksimal dilaksanakan di
Kabupaten Sumbawa. Hal ini di karenakan ibu hamil lebih memilih menunggu di rumah sendiri daripada di
rumah tunggu kelahiran. Mereka memilih datang langsung ke Puskesmas apabila sudah ada tanda-tanda
persalinan. Selain itu, masih ada ibu hamil yang tidak ingin ke fasilitas kesehatan, lebih memilih memanggil
dukun untuk membantu proses persalinan. Keterbatasan infrastruktur, transportasi, kondisi geografis,
kurangnya sarana air bersih, serta masih kurangnya tenaga kesehatan yang dapat menyulitkan proses rujukan
ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat ketika ada ibu hamil atau bersalin yang mengalami komplikasi juga
mempengaruhi proses pelayanan yang di berikan kepada masayarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh tingkat pengetahuan dan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran pada daerah
terpencil oleh ibu hamil TM III berserta suami yang ada di Kabupaten Sumbawa.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan
menggunakan deskriptif analitik dengan metode observasional. Jumlah populasi dalam pengelitian ini
sebanyak 260 ibu hamil TM III pada daerah terpencil yang ada diKabupaten Sumbawa. Sampel yang di ambil
sebanyak 30% dengan responden ibu hamil TM III sebanyak 80 orang beserta suami sebanyak 80 orang.
Teknik pengambilan sampling menggunakanpurposive sampling.
Kegiatan penelitian ini difokuskan pada 4 Kecamatan daerah terpencil yaitu Tarano, Labangka,
Batulanteh dan Labuhan Badas. Hasil temuan dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil TM III
adalah cukup baik yaitu sebanyak 54 ibu hamil (67,5%), sedangkan pengetahuan suami mayoritas pada
kategori kurang baik sebanyak 48 orang (60%). Pemanfaatan rumah tunggu kelahiran pada ibu hamil TM III
dengan katagori cukup baik sebanyak 62 ibu hamil (77,5%), sedangkan pemanfaatan rumah tunggu pada
suami dengan kategori kurang baik >55% yaitu sebanyak 53 (60%).
Berdasarkan temuan ini peneliti memberikan beberapa rekomendasi kepada stakeholder
(Pemerintah, Dinas Kesehatan, Puskesmas) agar dapat mensosialisasikan danmemberikan edukasi tentang
pentingnya rumah tunggu kelahiran kepada masyarakat di daerah terpencil, agar masyarakat mendapat
pemahaman tentang pemanfaatan rumah tunggu kelahiran. Selain itu,memperkuat akses pelayanan kesehatan
dengan memberikan jaminan kehidupan sehat dan mendorong kesejahtraan bagi semua orang di segala usia
sesuai dengan target sistem kesehatan nasional.

Kata Kunci: Rumah tunggu kelahiran (RTK), Pemanfatan, Tingkat pengetahuan, Ibu hamil Trimester III,
Daerah terpencil.

A. Pendahuluan menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu)


Salah satu tujuan SDG’s dan AKB (Angka Kematian Bayi) yaitu
(Sustainable Development Goals) dalam menjamin kehidupan yang sehat dan

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│34


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

mendorong kesejahteraan bagi semua melibatkan Camat, Tokoh Agama, Tokoh


orang di segala usia yang tertuang dalam Masyarakat dan Puskesmas selaku tenaga
target sistem kesehatan nasional pada pemberi pelayanan di masyarakat,
akhir tahun 2030.Mengurangi AKI tujuannya adalah mendekatkan akses
hingga dibawah 70/100.000 kelahiran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
hidup dan mengakhiri kematian bayi dan Ibu, bayi dan balita di fasilitas pelayanan
balita yang dapat dicegah merupakan kesehatan yang memadai. Hal ini
salah satu indikator dalam target tersebut. sangatlah tepat mengingat jumlah sasaran
Seluruh negara berusaha menurunkan ibu hamil pada tahun 2016 sebanyak
Angka Kematian Neonatal setidaknya 10.551, ibu bersalin 10.073 dan bayi baru
hingga 12/1000 KH dan Angka Kematian lahir 10.073 sehingga dapat menekan dan
Balita 25/1000 KH. menurunkan kematian.
Penyebab kematian ibu di Salah satu upaya untuk
Kabupaten Sumbawa pada tahun 2016 menurunkan angka kematian ibu, maka
disebabkan oleh komplikasi obstetri setiap persalinan harus ditolong oleh
berupa perdarahan 43%, Emboli 43% dan tenaga kesehatan (Depkes RI, 2012). Oleh
lain-lain 14%. Penyebab langsung adalah karena itu, setiap ibu hamil harus
kurang-lebih 90% disebabkan oleh mempunyai akses terhadap petugas dan
komplikasi persalinan. Sedangkan pelayanan kesehatan. Namun demikian,
penyebab tidak langsung antara lain akses ternyata masih menjadi persoalan di
dilatarbelakangi oleh sosial ekonomi, sebagian wilayah Indonesia, khususnya
pendidikan, sosial budaya dan didaerah terpencil di Kabupaten
transportasi. (Depkes RI, 2016). Sumbawa. Hal tersebut antara lain
Dinas Kesehatan Kabupaten disebabkan adanya keterbatasan
Sumbawa telah melakukan gerakan cepat infrastruktur, transportasi, kondisi
yang di dukung oleh Pemerintah Daerah geografis, kurangnya sarana air bersih,
(Bupati Sumbawa) dengan membentuk masih kurangnya tenaga kesehatan yang
Tim SATGAS PEDULI IBU DAN dapat menyulitkan proses rujukan ke
ANAK dengan membangun rumah fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
tunggu kelahiran di 25 kecamatan dengan

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│35


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

ketika ada ibu hamil atau bersalin yang (rumah/bangunan tersendiri) yang dapat
mengalami komplikasi. digunakan untuk tempat tinggal
Ibu hamil diupayakan harus sudah sementara bagi ibu hamil yang akan
berada didekat fasilitas pelayanan melahirkan hingga nifas, termasuk bayi
kesehatan H-7 sebelum perkiraan yang dilahirkannya serta pendampingnya
persalinan sudah berada di rumah tunggu (suami/keluarga/ kader kesehatan), serta
kelahiran (Permenkes nomor 82, tahun meningkatkan deteksi dan penanganan
2015). Namun faktanya di lapangan ibu dini komplikasi maternal (Permenkes
hamil maupun masyarakat tidak mau nomor 82, tahun 2015).
menunggu proses persalinan di rumah Berdasarkan lokasi dan fungsinya
tunggu kelahiran, mereka lebih memilih Rumah Tunggu Kelahiran dapat
menunggu di rumah sendiri apabila sudah dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) Rumah
ada tanda-tanda persalinan mereka Tunggu Poskesdes, adalah Rumah
memilih datang langsung ke Puskesmas. Tunggu yang berada dekat Poskesdes,
Selain itu ada juga ibu hamil yangtidak digunakan bagi ibu hamil yang non-
mau ke fasilitas kesehatan, lebih memilih risiko, 2) Rumah Tunggu Puskesmas,
memanggil dukun untuk membantu yaitu Rumah Tunggu yang berada dekat
proses persalinan. Puskesmas, digunakan bagi ibu hamil
Strategi dalam meningkatkan yang non-risiko atau yang memiliki risiko
mutu pelayanan dan jangkauan pelayanan yang dapat ditangani sesuai kemampuan
kesehatan di daerah terpencil dalamupaya puskesmas, 3) Rumah Tunggu Rumah
pelaksanaan percepatan penurunan Sakit, yaitu rumah tunggu yang berada
kematian ibu dan bayi baru lahir maka dekat rumah sakit, digunakan bagi ibu
diusahakanibu hamil berada sedekat hamil dengan risiko tinggi (Depkes RI,
mungkin pada sarana pelayanan baik 2012).
pelayanan dasar maupunpelayanan Pemanfaatan pelayanan kesehatan
rujukan(Depkes RI, 2012). Rumah tergantung kepada 3 faktor antara
Tunggu Kelahiran (RTK) adalah suatu lainPredisposing factor, reinforcing
bentuk upaya kesehatan bersumberdaya factor, dan enabling factors. Faktor
masyarakat (UKBM), berupa tempat utama yang mempengaruhi perilaku

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│36


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, B. Metode Penelitian


nilai, dan sebagainya. Faktor pendukung Jenis penelitian yang digunakan
(enabling factors) yaitu jarak pelayanan dalam penelitian ini yaitu penelitian
kesehatan seberapa jauhlintasan yang kuantitatif dengan deskriptif
ditempuh responden menuju tempat observasional(Arikunto, 2006). Penelitian
pelayanan kesehatan yang meliputi rumah ini untuk mendeskripsikan pemanfaatan
sakit, puskesmas. Faktor pendorong rumah tunggu kelahiran pada daerah
(reinforcing factors) adalah faktor yang terpencil di Kabupaten Sumbawa.
memperkuat perubahan perilaku Rancangan dalam penelitian ini
seseorang dikarenakan adanya sikap dan menggunakan cross sectional (belah
perilaku orang lain seperti: guru, lintang). Populasi dalam penelitian ini
keluarga, teman sebaya, petugas sebanyak 260 ibu hamil TM III. Peneliti
kesehatan dan lain sebagainya mengambil sampel 30% dari populasi
(Notoatmodjo, 2018). sebanyak 80 ibu hamil trimester III yang
Rumah Tunggu Kelahiran di akan menghadapi persalinan dan suami/
Kabupaten Sumbawa telah mulai pada anggota keluarga lainnya sebanyak 80
tahun 2015, namun sejauh ini belum orang sebagai pendamping selama
diketahui bagaimana pemanfaatan dan tinggal di rumah tunggu kelahiran.
tingkat pengetahuan tentang keberadaan Teknik pengambilan sampling
Rumah Tunggu kelahiran khususnya pada menggunakan purposive sampling.
daerah terpencil. Oleh karena itu, perlu Masing-masing Kecamatan sampel yang
dilakukan kajian mendalam untuk di ambil yaitu memiliki sasaran ibu hamil
memperoleh informasi atau gambaran TM III beserta suami sebanyak 20 orang
umum tentang pemanfaatanrumah tunggu yang mewakili setiap wilayah Kecamatan.
kelahiran pada daerah terpencil dan Daerah terpencil yang ada di Kabupaten
tingkat pengetahuan Ibu Hamil TM III Sumbawa terdapat 10 Kecamatan. Dalam
beserta suami. penelitian ini di fokuskan hanya 4 daerah
terpencil yang di jadikan sampel
penelitian yang ada di Kabupaten
Sumbawa yang terdiri dari Puskesmas

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│37


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

Tarano, Puskesmas Labangka, Puskesmas C. Hasil dan Pembahasan


Labuhan Badas, Puskesmas Batulanteh. 1. Deskripsi Data Karakteristik
Pengumpulan datadalam penelitian Responden Penelitian Data Kontinu
Mendeskripsikandata karakteristik
ini menggunakan kuesioner untuk
responden penelitian data kontinu
mengetahui seberapa jauh pengetahuan
bertujuan untuk mendapatkan data
ibu hamil trimester III, beserta
pendukung mengenai tingkat pengetahuan
suami/keluarga dan melakukan
ibu hamil TM III beserta suami dalam
monitoring untuk melihat sarana dan
pemanfaatan rumah tunggu kelahiran
prasarana yang ada di masing-masing
(RTK). Hasil analisis statistik deskriptif
rumah tunggu kelahiran pada 4 daerah
karakteristik responden penelitian data
terpencil yang ada di Kabupaten
kontinyu dalam penelitian ini meliputi
Sumbawa.
usia ibu hamil TM III, usia suami, umur
Penilaian Acuan Patokan (PAP)
kehamilan ibu hamil, jarak tempuh ke
dalam penelitian mengacu pada Arikunto
rumah tunggu kelahiran, dan waktu
(2006)
tempuh ke rumah tunggu kelahiran dapat
(1) Baik : 76-100%
dilihat pada Tabel 5.2.1 sebagai berikut:
(2) Cukup Baik : 56%-75%
(3) Kurang Baik : < 55%
Teknik analisa datadata dalam penelitian
ini menggunakan desriptif kuantitatif
dengan menghitung prosentase dari
masing-masing aspek (Sudijono, 2006)
dengan rumus sebagai berikut:
𝑋 Berdasarkan Tabel 5.2.1, bahwa
P = × 100%
𝑛 analisis statistik deskriptif karakteristik
sampel penelitian data kontinu didapatkan
Keterangan:
hasil bahwa rata-rata usia ibu hamil TM
P = Prosentase
III sebesar 26,40 tahun, rata-rata usia
x = Jumlah jawaban yang benar
suami 30,23 tahun, rata-rata umur
n = Jumlah skor t
kehamilan ibu 32,29 minggu, rata-rata

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│38


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

jarak tempuh dari rumah ibu hamil ke


rumah tunggu kelahiran adalah 81km,
dengan waktu tempuh rata-rata 13,91 jam.

2. Data Karakteristik Sampel Penelitian


Data Kategorikal
Analisis statistik deskriptif
karakteristik sampel penelitian data
kategorikal dalam penelitian ini meliputi
pendidikan ibu, pendidikan suami,
pekerjaan suami, pekerjaan ibu, rencana
tempat melahirkan, paritas dapat dilihat
pada Tabel sebagai berikut : (Sumber : Data Primer, 2018)
Berdasarkan tabel 5.2.2.
menunjukkan bahwa mayoritas
pendidikan ibu hamil TM III di empat
daerah terpencil (Tarano, Labangka,
Batulanteh dan Labuhan Badas) dalam
penelitian ini adalah SMA sebanyak 34
ibu hamil TM III (42,5%), sedangkan
mayoritas pendidikan suami dalam
penelitian ini adalah SMA sebanyak 28
orang (35,0%). Mayoritas pekerjaan ibu
hamil TM III dalam penelitian ini adalah
sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu
sebanyak 40 ibu hamil (50,0%),
sedangkan mayoritas pekerjaan suami
dalam penelitian ini adalah sebagai petani
yaitu sebanyak 49 orang (61,3%). Untuk
kategori paritas mayoritas ibu hamil

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│39


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

pernah melahirkan satu kali sebanyak 39 Berdasarkan Grafik 2.1.


kali (48,8%). Rencana melahirkan ibu menunjukkan bahwa nilai rata-rata
hamil mayoritas memilih di Puskesmas pengetahuan ibu hamil TM III pada 4
sebanyak 52 ibu hamil (72,5%). daerah terpencil sebanyak 67,5% di mana
Pengetahuan ibu hamil TM III pengetahuan ibu hamil TM III yang
dalam penelitian ini mayoritas dalam memiliki pengetahuan kurang >55%
kategori rata-rata keseluruhan adalah sebanyak 40% yaitu Puskesmas
cukup baik yaitu sebanyak 54 ibu hamil Batulanteh. Rata-rata pengetahuan ibu
(67,5%), sedangkan pengetahuan suami hamil TM III pada kategorikal tertinggi
mayoritas pada kategori kurang sebanyak yaitu pada Puskesmas Labangka dengan
48 orang (60%). Pemanfaatan rumah skor pengetahuan sebesar 80%.
tunggu kelahiran pada ibu hamil TM III
dengan kategori rata-rata keseluruhan
adalah baik sebanyak 62 ibu hamil
(77,5%), sedangkan pada suami dengan
kategori cukup yaitu sebanyak 53 (60%).

3. Deskripsi Hasil Penelitian


Pengetahuan ibu hamil TM III pada
Berdasarkan Grafik 2.2.
masing-masing Puskesmas, dapat dilihat
menunjukkanbahwa nilai rata-rata
di grafik di bawah ini:
pengetahuan suami tentang rumah tunggu
kelahiran pada 4 daerah terpencil yaitu
sebanyak 60%. Pengetahuan kurang yaitu
Puskesmas Batulanteh sebanyak 50%.
Rata-rata pengetahuan suami pada
kategorikal tertinggi yaitu pada
Puskesmas Labangka dengan skor
pengetahuan sebesar 80%.

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│40


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

suami pada 4 daerah terpencil


menunjukkan kurang baik dengan skor <
55% sebanyak 60%. Pemanfaatan rumah
tunggu kelahiran yang kurang di
manfaatkan oleh suami adalah Puskesmas
Labuhan Badas sebanyak 50%.
Hasil identifikasi data responden
penelitian yang telah dianalisis
berdasarkan kajian teori dan temuan
Berdasarkan Grafik 2.3. dalam penelitian bahwa data karakteristik
menunjukkan bahwa nilai rata-rata sampel penelitian kategorikal yang
pemanfaatan rumah tunggu kelahiran oleh menunjukkan bahwa mayoritas
ibu hamil TM III pada 4 daerah terpencil pendidikan ibu hamil TM III di 4 daerah
menunjukkan cukup baik sebanyak terpencil (Tarano, Labangka, Batulanteh
77,5%. Diantara 4 Puskesmas daerah dan Labuhan Badas) dalam penelitian ini
terpencil yang belum maksimal dalam adalah SMA sebanyak 34 ibu hamil TM
pemanfaatan rumah tunggu kelahiran III (42,5%), sedangkan mayoritas
adalah Puskesmas Batulanteh sebanyak pendidikan suami dalam penelitian ini
60%. adalah SMA sebanyak 28 orang (35,0%).
Tingkat pendidikan seseorang
berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar.
Orang berpendidikan tinggi akan lebih
rasional dan kreatif serta terbuka dalam
menerima adanya bermacam usaha
pembaruhan, ia juga akan lebih dapat
menyesuaikan diri terhadap berbagai
Berdasarkan Grafik 2.4 perubahan (Mathis, 2002). Sedangkan
menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat pendidikan merupakan faktor
pemanfaatan rumah tunggu kelahiran oleh penentu dalam mengetahui tingkat

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│41


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

pengetahuan seseorang (Soekanto, 2012). Pengetahuan suami tentang rumah


Tingkat pengetahuan dalam penelitan tunggu kelahiran dengan katagori kurang
bahwa pengetahuan yang baik akan >55% sebanyak 60%. Hal ini di
menyebabkan responden untuk berfikir pengaruhi oleh kurangnya peran serta
dan berusaha untuk mempersiapkan diri suami sejak kehamilan hingga melahirkan
mulai sejak kehamilan, menentukan yang rata-rata pekerjaan suami mayoritas
tempat persalinan dan penolong petani sebanyak 49 orang (61,3%) yang
persalinan sehingga dapat melakukan bekerja di ladang/sawah dari pagi hingga
deteksi dini dan pencegahan dalam sore hari.
menghadapi persalinan. Hal ini sejalan dengan hasil
Faktanya, tingkat pengetahuan penelitian Nasihah, dkk (2015)
rumah tunggu kelahiran pada daerah menunjukkan peran serta suami sejak
terpencil dalam penelitian ini kehamilan hingga proses persalinan
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu sebanyak 46,15% dan hasil penelitian
hamil TM III tentang rumah tunggu Istiningtyas, dkk (2015) menunjukkan
kelahiran dengan katagori cukup baik bahwa peran suami sejak kehamilan
sebanyak 67,5%. Hal ini di pengaruhi sebanyak 66%.
sebagian ibu hamil yang bertempat Keterlibatan suami sejak masa
tinggal di daerah terpencil sudah kehamilan merupakan sebuah
mendapatkan sosialisasi tentang rumah keberhasilan seorang istri dalam masa
tunggu kelahiran dari bidan desa melalui kehamilan hingga menghadapi proses
kegiatan kelas ibu hamil dan pelaksanaan persalinan tidak lepas dari perhatian
posyandu secara rutin di laksanakan seorang suami dalam memberikan
setiap bulannya. Dimana ibu hamil dalam dukungan, motivasi, semangat sehingga
penelitian ini merencanakan dan memilih tingkat kecemasan seorang istri dalam
persalinan di Puskesmas sebanyak 58 ibu menghadapi persalinan berkurang dan
hamil TM III (72,5%) dengan paritas satu proses persalinan dapat berjalan lancar.
kali melahirkan sebanyak 39 ibu hamil Berdasarkan temuan dalam
TM III(48,8%) sehingga sudah ada penelitian ini sejalan dengan hasil
pengalaman dari persalinan sebelumya. penelitian Sukeco, dkk (2017) yang di

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│42


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

lakukan di Kecamatan Selaru Kabupaten bahwa pemanfaatan rumah tunggu


Maluku Tenggara Barat menunjukkan kelahiran masih belum optimal di
bahwa pengetahuan responden (ibu manfaatkan oleh ibu hamil TM III sesuai
hamil) masih rendah yang tidak dengan hasil temuan penelitian Sukoco
mengetahui tentang rumah tunggu dkk, (2017) bahwa pemanfaatan rumah
kelahiran sebanyak 24,4%. tunggu kelahiran menunjukkan bahwa
Menurut Notoatmodjo (2018) 18,7% responden yang memanfaatkan
pengetahuan merupakan salah satu faktor rumah tunggu kelahiran.
penting dalam menentukan perilaku Temuan tentang pemanfaatan
seseorang karena berdasarkan rumah tunggu kelahiran dalam penelitian
pengalaman dan penelitian yang didasari ini diperkuat oleh hasil monitoring pada
oleh pengetahuan akan lebih langgeng empat daerah terpencil yaitu dipengaruhi
daripada perilaku yang tidak didasari oleh oleh keterbatasan infrastruktur,
pengetahuan. Seiring dengan transportasi, kondisi geografis, lokasi
berkembangnya ilmu pengetahuan dan rumah tunggu kelahiran dengan jarak
teknologi, maka informasi tentang rumah desa terlalu jauh terutama yang masuk
tunggu kelahiran bisa didapat dari desa terpencil memerlukan 3-5 jam
berbagai media cetak seperti buku tentang menuju ke lokasi rumah tunggu kelahiran,
Kebidanan, koran dan media elektronik kurangnya sarana air bersih, masih
seperti internet yang sekarang ini sudah kurangnya tenaga kesehatan yang dapat
banyak mengupas rumah tunggu menyulitkan proses rujukan ke fasilitas
kelahiran sehingga ibu hamil beserta kesehatan terdekat ketika ada ibu hamil
suami dapat dengan mudah mendapatkan atau ibu bersalin yang mengalami
informasi. komplikasi sehingga ibu hamil TM III
Pemanfaatan rumah tunggu lebih memilih menunggu proses
kelahiran oleh ibu hamil TM III dalam persalinan di rumah bila sudah ada tanda-
katagori cukup baik sebanyak 77,5%. tanda persalinan normal baru datang
Sedangan pemanfaatan rumah tunggu Poskesdes/polindes/Pustu dan ada yang
oleh suami dalam katagori kurang baik > memilih persalinan ke dukun. Apabila
55% sebanyak 60%. Hasil penelitian ini ada komplikasi pada ibu hamil atau ibu

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│43


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

bersalin segera melakukan rujukan ke Menurut Notoadmodjo (2018)


Puskesmas di lanjutkan penanganan di perilaku individu dipengaruhi oleh faktor
Rumah Sakit Umum Sumbawa. yang mempermudah (Predisposing
Ibu hamil maupun ibu bersalin factors) yaitu pengetahuan masyarakat
belum terlayani sebanyak 40% di fasilitas sangat penting untuk membentuk sikap
kesehatan secara berkualitas terutama sehingga mendorong masyarakat dalam
pada daerah terpencil dengan jarak tempat meningkatkan akses terhadap fasilitas
tinggal ibu hamil ke rumah tunggu kesehatan yang ada pada daerah terpencil.
kelahiran sangat jauh (Depkes R1, 2016). Sedangkan faktor pendukung (Enabling
Selain itu, terbatasnya fasilitas di rumah factors) yaitu sarana dan prasarana
tunggu kelahiran pada 4 daerah terpencil mempengaruhi dalam pemanfaatan rumah
(Labuhan Badas, Labangka, Batulanteh, tunggu kelahiran sehingga ibu hamil mau
dan Tarano) seperti ruangan tempat tidur berkunjung untuk datang menolong
hanya 1 kamar yang digunakan/sewakan persalinan di rumah tunggu kelahiran.
sementara ibu yang datang melahirkan Faktor pendorong/penguat
biasa > lebih dari satu pasien, ventilasi (Reinforcing factors) yaitu peran tim
ruangan kurang, penerangan listrik cukup, Puskesmas maupun tenaga kesehatan
masih ada yang desa yang kesulitan selaku pemberi pelayanan kepada
mendapatkan sarana air bersih, tempat masyarakat dapat memberikan sosialisasi,
tinggal baik makan dan minum penunggu edukasi, penyuluhan kepada masyarakat
(suami/anggota keluarga lainnya) selama tentang rumah tunggu kelahiran melalui
di rumah tunggu kelahiran (RTK) di kegiatan kelas ibu hamil, kelas ibu balita,
tanggung oleh pasien itu sendiri. posyandu, mengikut sertakan suami dari
Kebijakan Kementerian sejak hamil hingga melahirkan dan
Kesehatan dimana ibu hamil dengan bekerjasama dengan perangkat desa
kesulitan akses dan memiliki jarak jauh seperti camat, kades sehingga masyarakat
ke fasilitas kesehatan diharapkan lebih dapat memanfaatkan rumah tunggu
memanfaatkan rumah tunggu kelahiran kelahiran.
sehingga dapat meminimalkan risiko Peran stakeholder dapat
apabila terjadi komplikasi saat persalinan. membantu meningkatkan derajat

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│44


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

kesehatan masyarakat terutama pada ibu kategori kurang sebanyak 48 orang


hamil dan bersalin. Hal ini dapat (60%).
menurunkan angka kematian dan 2. Hasil penelitian ini menunjukkan
kesakitan pada ibu dan anak di 24 bahwa pemanfaatan rumah tunggu
Kecamatan di Kabupaten Sumbawa. kelahiran pada ibu hamil TM III
Langkah nyata yang dapat dilakukan dengan katagori cukup baik sebanyak
yaitu dengan membuat peraturan desa 62 ibu hamil (77,5%), sedangkan
(PERDES) di masing-masing desa yang pemanfaatan rumah tunggu pada
menyatakan bahwa setiap ibu hamil dan suami dengan kategori kurang baik
ibu bersalin wajib melakukanpertolongan >55% yaitu sebanyak 53 (60%).
persalinan di fasilitas kesehatan
(Puskesmas, Rumah Sakit, BPS) yang E. Rekomendasi
ditolong oleh bidan atau dokter Spesialis 1. Bagi Puskesmas
Obstetry dan Ginekologi. Selain itu, a. Sosialisasi dan edukasi tentang
membuat punishment berupa denda pentingnya rumah tunggu
sebanyak Rp500.000,-. Peraturan seperti kelahiran kepada masyarakat di
ini sudah di terapkan di Kecamatan daerah terpencil, agar
Empang kabupaten Sumbawa dan sudah masyarakat mendapat
di berlakukan dan di terapkan hingga saat pemahaman keberadaan rumah
ini. tunggu kelahiran.
b. Pemanfaatan rumah tunggu
D. Kesimpulan kelahiran pada daerah tepencil
Berdasarkan hasil penelitian hendaknya dilakukan secara
dapat disimpulkan bahwa, maksimal mengingat masih
1. Hasil penelitian ini menunjukkan banyak ibu hamil yang tidak
bahwa pengetahuan ibu hamil TM III memilih menolong persalinan di
adalah cukup baik yaitu sebanyak 54 rumah tunggu kelahiran.
ibu hamil (67,5%), sedangkan c. Bidan desa selaku penanggung
pengetahuan suami mayoritas pada jawab hendaknya memberikan
pelayanan yang optimal

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│45


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

mengingat desa belum maksimal sangat terpencil yang berada di


menggiring IH, sejak dari K1 Kepulauan dan Pegunungan
(kunjungan pertama kehamilan). yang aksesnya jauh dari
d. Memperbanyak media KIE pada Puskesmas
masing-masing rumah tunggu c. Meningkatkan skills dan
kelahiran seperti (poster, booklet, keterampilan bidan desa melalui
flipchart, leaflet, dan lain-lain) pelatihan-pelatihan dan seminar
e. Pelayanan konseling oleh bidan d. Membangun komitmen Bidan
kepada masyarakat hendaknya untuk kepengurusan akte
dapat diberikan secara kelahiran anak di tingkatan
komprehensif. Selama ini belum puskesmas
maksimal sehingga masyarakat
belum menganggap penting 3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten
rumah tunggu kelahiran Sumbawa
(misalnya konseling menyusui, a. Mengadakan Advokasi yang
ASI Eksklusif, pemberian bekerjasama antara lintas
makanan tambahan pada balita program dan lintas sektor
(PMBA) tanda dan bahaya pada (Kades, camat, PKK, Toma,
saat nifas, dan lain-lain) Toga, terhadap pemanfaatan
rumah tunggu kelahiran masih
2. Bagi Dinas Kesehatan kurang).
a. Melengkapi sarana dan prasarana b. Mengadakan Advokasi pada
pada masing-masing rumah tingkatan desa dan kecamatan
tunggu kelahiran pada daerah dengan membuat peraturan desa
terpencil (persdes) yang menyatakan bawa
b. Mengusulkan anggaran ke setiap ibu hamil harus menolong
Pemda Sumbawa untuk di persalinan di fasilitas kesehatan
bangunnya rumah tunggu c. Mengadakan Advokasi kepada
kelahiran pada desa-desa yang pengguna rumah tunggu
termasuk dalam katagori desa kelahiran dalam hal ini ibu hamil

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│46


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2018, 2(1): 34-47

sebagai prioritas, dan kepada Permenkes Nomor 82. 2015. Juknis


Rumah Tunggu Kelahiran.
keluarga/ suami pasien dan
masyarakat. Soekanto, S. 2012. Suatu pengantar
sosiologi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo persada
F. Daftar Pustaka
Sukeco, N.W E & Suparmi. 2015.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
Pemanfaatan rumah tunggu
Suatu Pendekatan Praktik.
kelahiran di Puskesmas Adaut
Jakarta: Rineka Cipta
Kecamatan Selaru Kabupaten
Maluku Tenggara Barat.
Depkes RI. 2012. Pedoman Pelayanan
Buletin Penelitian Kesehatan,
Rumah Tunggu Kelahiran,
Vol 45, No.1, Maret 2017:65-
Jakarta: Kementerian
72.
Kesehatan
Sudjiono A, 2006, Pengantar Statistik
Depkes RI. 2016. Profil Kesehatan
Pendidikan, Jakarta: PT Raja
Kabupaten Sumbawa
GrafindoPersada.
Istiningtyas, A, Sunardi, Wulandari I.S,
Septyaningrum P.A. 2015.
Hubungan status pekerjaan
suami dengan peran suami
selama perawatan kehamilan
istri di Puskesmas Baki-
Sukoharjo.

Mathis, R.L. 2002. Manajemen Sumber


Daya Manusia, Selemba
Empat, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi


penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.

Nasihah, M & Hidayah, N.N. 2015 .


Pengaruh peran serta suami
terhadap kecemasan ibu hamil
dalam menghadapi proses
persalinan di desa Tejoasri
Kecamatan Laren Kabupaten
Lamongan.

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa│47

Anda mungkin juga menyukai