Halaman
JKS 1 1 1 - 79
September 2017
JURNAL KESEHATAN DAN SAINS
STIKES GRIYA HUSADA SUMBAWA
DEWAN REDAKSI
Penanggung Jawab
Ketua STIKES Griya Husada Sumbawa
Ketua Redaksi
Nurlaila Agustikawati, S.Pd., M.Pd.
Reviewer
Juanda, M.Pd
Penyunting/Editor
Desy Fadilah Adina Putri, S.Si., M.Si.
Herni Hasifah, SKM., M.Kes.
Iga Maliga, S.Pd., M.IL
Design Grafis
Haeruddin, S.Pd
Penerbit
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
STIKES Griya Husada Sumbawa
Jalan Lingkar Kebayan, Sumbawa Besar
Nusa Tenggara Barat (84318), Telp. 085205209118
Email: lppm.stikes.griyahusada@gmail.com
DAFTAR ISI
Volume 1, Nomor 1, Halaman 1 - 79 , September 2017
Nurlaila Agustikawati
Yayuk Andayani 19 Uji Aktivitas Antioksidan dan Penapisan Fitokimia dari Ekstrak
Dedy Suhendra Daun Pakoasi dan Kluwih sebagai Sumber Antioksidan Alami
Darmin
Hubungan Antara Kerja dan Komensasai Nonfinansial dengan
Stefanus Supriyanto 53 Kinerja Program Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas
Djajuly Chaidyanto
Kabupaten Lumajang.
Jurnal Kesehatan dan Sains STIKES Griya Husada Sumbawa merupakan publikasi ilmiah dalam
konten kesehatan dan sains yang merupakan hasil penelitian, kajian pustaka, analisis kritis dan
pengembangan. Terbit pertama kali tahun 2017 dengan frekuensi terbitan sebanyak dua kali dalam
setahun pada bulan September dan Maret. Artikel yang dipublikasi dalam jurnal ini sudah melewati
proses evaluasi dan penyuntingan oleh Dewan Redaksi. Jurnal Kesehatan dan Sains terbuka untuk
umum, peneliti, pegawai dan pemerintahan.
ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):1-8
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk membandingkan diversitas makrofauna dan mesofauna tanah pada sawah padi
semiorganik dan konvensional di Dampit, Kepanjen, dan Lawang, Kabupaten Malang selama musim penghujan
mulai Desember-April 2012. Pengambilan contoh fauna tanah dilakukan pada umur padi 100 hari setelah tanam
dengan menggunakan empat pitfall trap dan dua handsortir pada masing-masing petak sawah. Secara simultan,
diamati pH tanah, konduktivitas tanah, berat isi tanah, BOT, dan KTK. Data dianalisis untuk menentukan
diversitas dan struktur komunitas fauna tanah dengan indeks diversitas Shannon-Wiener dan indeks kesamaan
Morisita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks diversitas fauna tanah umumnya rendah hingga sedang (H’
=0,80-2,06) dan bervariasi tergantung jenis sawah, kecamatan dan kondisi fisikokimia tanah sawah. Rendahnya
diversitas makrofauna tanah pada periode tanam musim penghujan diduga akibat tanah sawah masih tergenang air
pada umur panen serta adanya tekanan lingkungan. Indeks kesamaan komunitas fauna tanah epigeon pada sawah
semiorganik dan konvensional di Dampit, Kepanjen, dan Lawang memiliki kesamaan 94%, 89%, dan 96%.
Demikian pula, fauna tanah eudafon memiliki kesamaan 39%, 53%, dan 45%.
Keywords: diversitas, soil macrofauna dan mesofauna, konvensional, semiorganik, pitfall trap, dan
handsortir
(a) (b)
Gambar 1. Diversitas makrofauna dan mesofauna pada sawah semiorganik dan konvensional di Kabupaten Malang.
Keterangan: (a) fauna tanah epigeon, (b) fauna tanah eudafon.
Nilai H’ berkisar antara 1–3, yaitu <1 dan kekayaan taksa mikrofauna dan
diversitas rendah, 2-3 diversitas sedang, makrofauna tanah antara lain suhu, kadar
dan >3 diversitas tinggi (Magurran, 1988 air, kandungan bahan organik dan pH
dalam Rahmawaty, 2000). Pada sawah tanah. Bahan organik berperan sebagai
semiorganik dan sawah konvensional di sumber energi bagi kebanyakan fauna
ketiga lokasi penelitian memiliki diversitas tanah sehingga semakin banyak dan
cenderung rendah. Penurunan diversitas beragam bahan organik yang tersedia,
mikrofauna dan mesofauna tanah ini maka semakin banyak dan beragam pula
sebagaimana dijelaskan oleh Odum (1993) fauna tanahnya (Suharjo dkk., 1993 dalam
& Darmawan dkk (2005) menyatakan Sugiyarto, 2000). Penambahan suatu
bahwa diversitas cenderung akan rendah senyawa ke dalam perairan hendaknya
pada ekosistem yang secara fisik tidak menyebabkan perubahan pH menjadi
terkendali, atau mendapatkan tekanan lebih kecil dari 6,7 atau lebih besar dari 8,5
lingkungan. Sementara itu diversitas yang (Achmad, 2004).
tinggi terdapat di daerah dengan Berdasarkan hasil penelitian, jenis
lingkungan yang optimum. Terkait dengan makrofauna dan mesofauna tanah epigeon
naik turunnya diversitas pada tumbuhan yang mendominasi yaitu Hymenoptera
yang berjenis dan berjumlah sedikit akan (Formicidae) dan Colembolla
tersedia sumber makanan yang sedikit (Isotomidae). Fauna tanah tersebut
demikian juga sebaliknya, sehingga berperan dalam proses humifikasi dan
berpengaruh terhadap diversitas faunanya mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan
(Ewusie, 1990). ikut bertanggung jawab terhadap
Keanekaragaman komunitas ditandai pemeliharaan struktur tanah. Formicidae
oleh banyaknya spesies organisme yang memiliki peran sebagai predator dan
membentuk komunitas tersebut, semakin mampu hidup pada rentang pH yang lebih
banyak jumlah spesies semakin tinggi besar dibandingkan cacing tanah (Matfu’ah
keanekaragamannya dengan catatan dkk., 2005).
jumlah setiap taksa yang ditemukan dalam Dominannya makrofauna tanah yang
keadaan merata. Keanekaragaman spesies berperan sebagai predator dapat
yang tinggi akan memungkinkan terjadi disebabkan oleh adanya perakaran tanaman
rantai makanan lebih panjang dan peluang yang berkembang dengan baik, dimana
lebih besar untuk terjadinya interaksi antar perakaran yang baik menjadi sumber
anggota penyusunnya, sehingga kondisi bahan organik bagi mikroba yang pada
lingkungan menjadi stabil (Odum, 1993). akhirnya akan merangsang perkembangan
Pada daerah yang komunitasnya memiliki fauna tanah. Collembola merupakan
indeks keanekaragaman rendah dengan mikroarthropoda tanah yang paling
habitat yang homogen cenderung memiliki melimpah baik jumlah maupun
nilai dominansi yang tinggi demikian juga keanekaragamannya yang berperan dalam
sebaliknya. proses perombakan materi (dekomposisi)
Faktor-faktor fisika dan kimia tanah (Rahmawaty, 2004).
lingkungan yang mempengaruhi diversitas
©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa| 4
ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):1-8
(a) (b)
Gambar 2. Kluster Indeks Kesamaan Komunitas Makrofauna dan Mesofauana Tanah pada Sawah Padi Semiorganik
dan Konventional di Kabupaten Malang.
Keterangan: a). Fauna tanah epigeon, b). Fauna tanah eudafon.
Tabel 1. Indeks Kesamaan Komunitas Makrofauna dan Mesofauana Tanah pada Sawah Padi Semiorganik dan Konventional di
Kabupaten Malang
SO
Lokasi SO Dampit SO Lawang K Dampit K Kepanjen K Lawang
Kepanjen
SO Dampit 1
SO Kepanjen 0.954 1
SO Lawang 0.981 0.945 1
K Dampit 0.936 0.996 0.926 1
K Kepanjen 0.963 0.889 0.983 0.858 1
K Lawang 0.962 0.883 0.958 0.855 0.969 1
Keterangan: SO = Semiorganik, C = Konvensional
Crossley Jr. DA, Mueller BR & Perdue JC. Pankhrust CE. 1994. Biological Indicators of
1992. Biodiversity of microarthopds in Soil Health and Sustainable
agricultural soil: relations to Productivity. In D.J. Greendland and I.
processes. Agric. Ecosyst. Environ. Szabolcs (eds). Soil Resiliense and
40,37-46 Sustainable Land Use. CAB
International. Oxon.
Darmawan, A. Tuarita, H., Ibrohim, 2005.
Ekologi Hewan. Malang: Universitas Paoletti MG, Pimentel D, Stinner BR, &
Negeri Malang. Stinner D. 1992. Agroecosystem
Biodiversity: Matching production and
Damayanti, D. 2011. Peningkatan Populasi conservation biology. Agric. Ecosyst.
dan Keragaman Fauna Tanah Melalui Environ. 40, 3-23.
Pengelolaan Hayati Tanah pada
Budidaya System of Rice Puspita, L., Ratnawati, E., Suryadiputera,
Intensification (S.R.I.) di Kecamatan I.N.N, dan Meutia, A.A. 2005. Lahan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Basah Buatan di Indonesia. Wetlands
Skripsi tidak diterbitkan. Institut International – Indonesia Programme.
Pertanian Bogor. Bogor. Bogor.
ABSTRAK
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Parasit sporozoa Plasmodium dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles akan menggigit pada
waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai
fajar.Tujuan penelitian ini adalah menganalisa Hubungan Pengetahuan, Pekerjaan, Kebiasaan menggunakan
kelambu pada malam hari, Kebiasaan menggunakan Obat nyamuk pada malam hari dan Kebiasaan berada di
luar rumah pada malam hari dan mana yang berpengaruh terhadap kejadian malaria di wilayah kerja
Puskesmas Calabai Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode
survey deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Calabai berjumlah 100 orang. Sampel
yang di pilih sebanyak 80 orang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji chi –
square yang dibagi dengan analisis Univariat, Bivariat, dan Multivariat dengan uji Regresi Linear berganda
dan di olah menggunakan program aplikasi SPSS 20. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) ada hubungan
Pengetahuan terhadap kejadian malaria dengan nilai Signifikasi 0.006 < 0.05, (2) ada hubungan Pekerjaan
terhadap kejadian malaria dengan nilai Signifikasi 0.002 < 0.05, (3) ada hubungan Kebiasaan menggunakan
kelambu pada malam hari terhadap kejadian malaria dengan nilai signifikasi 0.033 < 0.05, (4) ada hubungan
kebiasaan menggunakan obat nyamuk pada malam hari terhadap kejadian malaria dengan nilai signifikasi
0.031 < 0.05, (5) ada hubungan Kebiasaan menggunakan berada di luar rumah pada malam hari terhadap
kejadian malaria dengan nilai Signifikasi 0.017 < 0.05.
(58,8%), dan yang tidak menderita malaria sebanyak 7 orang (33,3%) dan tidak
sebanyak 33 orang (41,2%). menderita malaria sebanyak 14 Orang
Pendidikan tertinggi yaitu tingkat (66,7%), sedangkan dari 59 responden
SMA sebanyak 28 orang (35,5%), dan (100,0) yang mempunyai pengetahuan
yang terendah yaitu tidak sekolah kurang dan menderita malaria sebanyak
sebanyak 9 orang (11,2%). Kemudian, 40 orang (67,8%) dan tidak menderita
yang mempunyai pengetahuan cukup malaria sebanyak 19 orang (32,2%).
sebanyak 21 orang ( 26,2%), dan yang Hasil uji analisis dengan chi square
mempunyai pengetahuan kurang sebanyak menunjukkan nilai x2 hitung (7,590) > x2
59 orang (73,8%) sedangkan yang bekerja tabel (3,841) atau nilai p (0,006) < 0,05,
sebanyak 64 orang (80,0%), dan yang maka Ho ditolak. Ini berarti ada hubungan
tidak bekerja sebanyak 16 orang (20,0%). antara pengetahuan dengan kejadian
Berdasarkan jumlah total 80 Malaria di wilayah kerja Puskesmas Plus
responden, responden yang biasa Calabai Kecamatan Pekat Kabupaten
menggunakan kelabu pada malam hari Dompu.
sebanyak 42 orang (52,5%), dan responden Tabel 2. Analisis Hubungan Pekerjaan dengan
Kejadian Malaria
yang tidak biasa menggunakan kelambu Kejadian Malaria
pada malam hari sebanyak 38 orang Menderita Tidak Total
(47,5%). Kemudian, jumlah responden Pekerjaan Menderita
yang biasa menggunakan obat nyamuk Bekerja n % n % N %
pada malam hari sebanyak 37 orang Tidak 43 67,2 21 32,8 64 100
Bekerja
(46,2%), dan yang tidak biasa
Total 4 25,0 12 75,0 16 100
menggunakan obat nyamuk pada malam (Sumber : Data Primer, 2015)
hari sebanyak 43 orang (53,8%),
sedangkan yang biasa berada di luar Tabel 2 menunjukan bahwa dari 64
rumah pada malam hari sebanyak 66 orang responden (100,0%) yang bekerja dan
(82,5%), dan yang tidak biasa berada di menderita malaria sebanyak 43 orang
luar rumah pada malam hari sebanyak 14 (67,2%) dan tidak menderita malaria
orang (17,5%). sebanyak 21 Orang (32,8%), sedangkan
dari 16 responden (100,0) yang tidak
Tabel 1. Analisis Hubungan Pengetahuan bekerja dan menderita malaria sebanyak 4
dengan Kejadian Malaria orang (25,5%) dan tidak menderita malaria
Kejadian Malaria
Pengetahuan Menderita Tidak sebanyak 12 orang (75,0%).
Total
Menderita Berdasarkan hasil uji analisis dengan
N % 21 100,0 N % chi square diperoleh nilai x2 hitung (9,400)
Cukup 7 33.3 59 100,0 21 100 > x2 tabel (3,841) atau nilai p (0,002) <
Kurang 40 67,8 80 100,0 59 100 0,05, maka Ho ditolak ini berarti ada
Total 47 58,8 33 41,2 80 100
hubungan antara pekerjaan dengan
(Sumber : Data Primer, 2015
kejadian malaria di wilayah kerja
Tabel 1 menunjukan bahwa dari 21 Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat
responden (100,0) yang mempunyai Kabupaten Dompu.
pengetahuan cukup dan menderita malaria
Tabel 6. Analisis Multivariat yang berhubungan variabel yang paling berpengaruh terhadap
dengan kejadian Malaria
kejadian malaria di wilayah kerja
Variabel Independen P Value
Pengetahuan 0.396 Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat
Pekerjaan 0.999 Kabupaten Dompu adalah variabel
Kebiasaan Menggunakan
Kelambu pada malam hari
0.777 pekerjaan dengan nilai Exp (B) nya lebih
Kebiasaan menggunakan Obat besar yaitu 15.008
0.796
Nyamuk pada malam hari
Kebiasaan berada di luar rumah
pada malam hari
0.999 4. PEMBAHASAN
(Sumber : Data Primer, 2015) Pada Penelitian ini ditemukan adanya
hubungan yang bermakna antara
Berdasarkan hasil uji analisis dengan Pengetahuan dengan kejadian malaria.
Fisher’s Exact Test diperoleh nilai x2 Berdasarkan hasil uji analisis dengan chi
hitung (6,377) > x2 tabel (3,841) atau nilai square diperoleh nilai x2 hitung (7,590) >
p (0,017) < 0,05, maka Ho ditolak ini x2 tabel (3,841) atau nilai p (0,006) < 0,05,
berarti ada hubungan antara kebiasaan maka Ho ditolak ini berarti ada hubungan
berada di luar rumah pada malam hari antara pengetahuan dengan kejadian
dengan kejadian malaria di wilayah kerja malaria di wilayah kerja Puskesmas Plus
Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat Calabai Kecamatan Pekat Kabupaten
Kabupaten Dompu. Dompu. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ikramaba
Tabel 7. Analisis Multivariat Regresi Logistik
Berganda antar Variabel yang (dalam Zein Saputri Ismail, 2013) di
Berhubungan dengan Kejadian Malaria Puskesmas Bintunan menunjukkan lebih
Variabel B P Value Exp (B) dari separuh (63,5%) responden memiliki
Independen
Pengetahuan 2.567 0.396 4.567 pengetahuan rendah, lebih dari separuh
Pekerjaan 21.12 0.999 15.008 (52.4%) mengalami kejadian Malaria.
Kebiasaan Hasil uji statistik ada hubungan yang
Menggunakan 2.294 0.777 4.745
Kelambu bermakna antara pengetahuan dengan
Kebiasaan kejadian malaria.
menggunakan Obat 2.269 0.796 4.764 Pada Penelitian ini ditemukan adanya
Nyamuk
hubungan yang bermakna antara pekerjaan
Kebiasaan di luar
19.95 0.999 12.161 dengan kejadian malaria. Berdasarkan
rumah pada malam
Sumber : Data Primer Tahun 2015 hasil uji analisis dengan chi square
diperoleh nilai x2 hitung (9,400) > x2 tabel
Berdasarkan Tabel 7, menunjukan
(3,841) atau nilai p (0,002) < 0,05, maka
bahwa Setelah di lakukan uji statistik antar
Ho ditolak ini berarti ada hubungan antara
variabel secara bersama – sama ternyata
pekerjaan dengan kejadian malaria di
variabel pengetahuan, pekerjaan, kebiasaan
wilayah kerja Puskesmas Plus Calabai
menggunakan kelambu, kebiasaan
Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.
menggunakan obat nyamuk dan kebiasaan
Penelitian ini juga sejalan dengan
berada di luar rumah pada malam hari
penelitian yang dilakukan Subki (dalam
merupakan faktor yang berhubungan
Hermado, 2007), menyebutkan ada
dengan kejadian malaria. Kemudian,
hubungan bermakna antara pekerjaan
terhadap kejadian malaria dan yang paling berinsektisida efektif dalam mengurangi
besar peluang untuk terkena malaria adalah kepadatan nyamuk terutama nyamuk An.
yang bekerja sebagai petani dan nelayan culicifacies sehingga penggunaan kelambu
dengan risiko sebesar 2,51 kali ini efektif dalam mencegah terjadinya
dibandingkan yang bekerja sebagai malaria. Penelitian CH2N-UGM (2001)
pegawai dan pedagang. menyatakan bahwa individu yang tidak
Pada Penelitian ini ditemukan adanya menggunakan kelambu saat tidur
hubungan yang bermakna antara kebiasaan berpeluang terkena malaria 2,8 kali di
menggunakan kelambu pada malam hari bandingkan dengan yang menggunakan
dengan kejadian malaria, Berdasarkan kelambu saat tidur. Hasil penelitian ini
hasil uji analisis dengan chi square sesuai juga dengan penelitian Husin (2007)
diperoleh nilai x2 hitung (4,521) > x2 tabel menyatakan kebiasaan tidur menggunakan
(3,841) atau nilai p (0,033) < 0,05 maka Ho kelambu pada malam hari mempunyai
ditolak ini berarti ada hubungan antara hubungan yang bermakna dengan kejadian
kebiasaan menggunakan kelambu dengan malaria di wilayah Puskesmas
kejadian malaria di wilayah kerja Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut,
Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat dimana risiko terkena malaria pada orang
Kabupaten Dompu. yang tidak memakai kelambu saat tidur
Beberapa penelitian membuktikan malam 5,8 kali dibandingkan dengan yang
bahwa pemakaian kelambu secara teratur mempunyai kebiasaan memakai kelambu
pada waktu tidur malam hari mengurangi saat tidur malam. Hasil ini diperkuat lagi
kejadian malaria. Penelitian Suwendra dari penelitian Munawar (2004) di Desa
(dalam Hasan, 2008) menunjukkan adanya Sigeblog Wilayah Puskesmas
hubungan antara kebiasaan menggunakan Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara
kelambu pada malam hari dengan kejadian Jawa Tengah, dimana orang yang tidur
malaria. Penelitian Masra (dalam Samuel, malam tidak menggunakan kelambu punya
2007), menunjukkan ada hubungan antara risiko terkena malaria 8,09 kali lebih besar
kebiasan menggunakan kelambu dengan dari orang yang tidur menggunakan
kejadian malaria. kelambu pada malam hari.
Penelitian ini sejalan penelitian yang Penelitian ini ditemukan adanya
dilakukan oleh Wogu et al., pada tahun hubungan yang bermakna antara
2013 di Negeria Delta, menunjukkan kebiasaan menggunakan obat nyamuk pada
bahwa terdapat hubungan yang bermakna malam hari dengan kejadian malaria,
antara ibu hamil yang positif malaria Berdasarkan hasil uji analisis dengan chi
dengan kebiasaan tidak menggunakan square diperoleh nilai x2 hitung (4,657) >
kelambu. Penelitian tersebut menunjukkan x2 tabel (3,841) atau nilai p (0,031) < 0,05,
bahwa dari 83 ibu hamil yang tidak maka Ho di tolak ini berarti ada hubungan
menggunakan kelambu terdapat sebanyak antara Kebiasaan Menggunakan Obat
75 responden (79%) yang positif malaria. nyamuk dengan Kejadian Malaria di
Pada penelitian ini juga diperkuat oleh Wlayah Kerja Puskesmas Plus Calabai
Penelitian Bhatt et al pada tahun 2012 Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.
menyatakan bahwa penggunaan kelambu
Nur Nasri N. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Supri ahmadi. 2008. Faktor risiko kejadian
Rineka Cipta. malaria di desa lubuk nipis
kecamatan tanjung agung
Marliah Santi. 2012. faktor yang kabupaten muara enim. Tesis.
berhubungan Dengan Kejadian Semarang: Universitas
Malaria Pada Penduduk Di diponegoro.
Kecamatan Lengkong Kabupaten
Sukabumi Yang Bermigrasi. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis
Universitas Indonesia:Depok. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,
dan Pemberantasan. Semarang: Erlangga
Masriadi. 2014. Pengantar Epidemiologi.
Makassar: Leutika Nouvalitera.
ABSTRAK
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralisir radikal bebas. Penggunaan antioksidan sintesis tidak
direkomendasikan oleh BPOM karena beberapa diantaranya bersifat karsinogenik, sehingga perlu dikembangkan
antioksidan alami dari tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan
mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder dari ekstrak daun pakoasi dan daun kluwih. Analisis dilakukan
menggunakan metode DDPH (1,1-diphenyl-2-pikrylhydrazyl). Hasil uji aktivitas antioksidan dinyatakan dalam nilai
Inhibition Concentration (IC50). Nilai IC50 untuk ekstrak daun pakoasi dan daun kluwih berturut-turut 89,659 μg/mL
dan 54,719 μg/mL lebih besar dibandingkan dengan nilai IC50 vitamin C yaitu 46,74 μg/mL. Analisis kualitatif
senyawa antioksidan menggunakan teknik KLT menunjukkan adanya tujuh profil kromatogram untuk ekstrak daun
pakoasi dan empat profil kromatogram untuk ekstrak daun kluwih. Selain itu analisis fitokimia ekstrak daun pakoasi
dan daun kluwih menunjukkan adanya kandungan senyawa saponin, tanin, fenol, flavonoid, steroid dan triterpenoid.
Berdasarkan hasil analisis ini disimpulkan bahwa ekstrak daun pakoasi dan daun kluwih berpotensi sebagai sumber
antioksidan alami yang dapat dilihat dengan nilai IC50 pada sampel berada dalam kategori kuat dan didukung dari
hasil analisis fitokimia yang mengidentifikasi adanya senyawa fenol dan flavonoid yang berperan sebagai
antioksidan.
Kata kunci : Aktivitas Antioksidan, ekstrak etanol, daun pakoasi, daun kluwih, daun buncis, Analisis
fitokimia
Radikal bebas yang merusak tubuh manusia terhadap bahaya radikal bebas
dapat dinetralisir oleh senyawa antioksidan. (Rohman dan Riyanto, 2010). Hal ini
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat dikarenakan potensi antioksidan yang
menghambat oksigen reaktif dan radikal terdapat dalam tanaman dan buah-buahan
bebas dalam tubuh. Senyawa antioksidan ini tersebut, seperti karoten, flavonoid,
akan menyerahkan satu atau lebih elektron komponen fenolik lain, vitamin C dan E
kepada radikal bebas sehingga menjadi (Windono et al, 2001). Antioksidan alami
bentuk molekul yang normal kembali dan banyak ditemukan pada tanaman seperti biji-
menghentikan berbagai kerusakan yang bijian, buah dan sayur-sayuran yang
ditimbulkan. Kerusakan oksidatif atau mempunyai manfaat bagi kesehatan.
kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh Beberapa tanaman telah dilakukan
pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan pengujian terhadap beberapa penyakit antara
endogen seperti enzim catalase, glutathione lain ekstrak pakoasi sebagai antikolestrol
peroxidase, superoxide dismutase, dan (Ikewuchi, 2011) dan ekstrak daun kluwih
glutathione S-transferase. Namun jika sebagai antidiabetes (Marianne dkk., 2011).
senyawa radikal bebas terdapat berlebih Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian
dalam tubuh atau melebihi batas oleh Marianne dkk., (2014) bahwa ekstrak
kemampuan proteksi antioksidan seluler, etanol pakoasi mengandung senyawa
maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari alkaloid, flavonoid, tannin dan asam amino.
luar atau antioksidan eksogen untuk Dalam penelitian yang dilakukan oleh
menetralkan radikal yang terbentuk Mariana dkk., (2013) bahwa daun kluwih
(Reynertson, 2007). mengandung senyawa flavonoid.
Berdasarkan sumbernya, antioksidan Pemanfaatan tanaman kluwih selama
dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu ini hanya pada buah dan batangnya,
antioksidan alami dan antioksidan sintesis. sedangkan tanaman pakoasi dianggap hama.
Menurut Tristantodkk (2014) penggunaan Sementara ketersediaan kimia aktif dari
antioksidan sintesis yang umum digunakan daun sangatlah melimpah diantaranya
adalah butylated hydroxyl toluene (BHT), alkaloid, pectin, resin, vitamin-vitamin,
butylated hydroxyl anysol (BHA), butylated mineral, senyawa aromatis, klorofil,
hydroxyl quione (BHQ) dan Propylgallate flavanol, katekin, protein danasam amino
(PG). Penggunaan antioksidan sintesis pada daun teh (Towaha dan Balittri, 2013).
dalam bidang industry pangan tidak Pemanfaatan tanaman obat didasari
direkomendasikan oleh badan pengawas dari kandungan kimia aktif pada tanaman
obat dan makanan (Barus, 2009). Selain itu, tersebut yang sebagian besar merupakan
dibutuhkan antioksidan alami sebagai senyawa metabolit sekunder. Senyawa
alternatif dalam bidang kesehatan dan metabolit sekunder inilah yang berperan
industri (Subiyandono, 2013). sebagai antioksidan alami. Selama ini
Studi epidemiologi menunjukkan penelitian tentang antioksidan alami
bahwa beberapa tanaman dan buah-buahan dilakukan pada buah dan batang tanaman,
terbukti bermanfaat melindungi tubuh sehingga dalam penelitian ini akan
dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan diperoleh ekstrak kental daun pakoasi dan
metode DPPH dan identifikasi senyawa kluwih sebanyak 13,75gr dan 11,92 gr.
metabolit sekunder dari ekstrak daun
pakoasi dan daun kluwih melalui penapisan Analisis Fitokimia
fitokimia yang berpotensi sebagai sumber 1. Uji Alkaloid
antioksidan alami. 0,1 gr ekstrak sampel dilarutkan dalam 10
mL CHCL3 dan 4 tetes NaOH kemudian
2. METODE PENELITIAN saring kedalam tabung reaksi dan kocok.
Alat dan Bahan Tambahkan H2SO4 dan kocok sampai
Alat yang digunakan pada penelitian ini
terbentuk 2 lapisan. Lapisan yang berada
adalah alat-alat gelas yang umum di
diatas diambil untuk diujikan masing-
laboratorium, blender, neraca analitik, pipet
masing dengan pereaksi Meyer dan
volumetri, rotary evaporator, alat KLT dan
Pereaksi Dragendorf. Ekstrak sampel
spektrofotometer UV Light & UV Kon
yang positif mengandung alkaloid dengan
XL/XS, lampu UV λ254 dan λ365.
pereaksi Meyer akan menghasilkan
Sedangkan bahan yang digunakan dalam
endapan putih dan pereaksi Dragendorf
penelitian ini adalah daun kluwih dan daun
menghasilkan endapan jingga.
pakoasi, aquades, etanol 70% teknis dan p.a,
plat KLT GF254, n-heksan,etil asetat, serbuk
2. Pengujian Saponin
magnesium, asam klorida pekat 37% v/v,
0,1 gr ekstrak sampel ditambahkan 10 mL
H2SO4 pekat 97% v/v, NH4OH, FeCl3 1%
aquades yang dipanaskam selama 5 menit
v/v, FeCl3 5% w/v, larutan amoniak,
kemudian saring kedalam tabung reaksi.
klorofom, pereaksi Dragendorff, pereaksi
Tambahkan 4 tetes HCl 2M kemudian
Meyer, anhidrat asetat, amil-alkohol, DPPH
kocok kuat. Hasil uji positif saponin
Merck, vitamin C.
ditandai dengan terbentuknya busa yang
stabil selama 10 menit.
Ekstraksi
Daun pakoasi dan kluwih dikeringanginkan
3. Uji Tanin
selama 5 hari kemudian diblender dan
0,1 gr ekstrak sampel ditambahkan
diayak untuk mendapatkan sampel dalam
aquades yang dipanaskan selama 5 menit
bentuk serbuk yang lebih halus. Hal ini
lalu saring kedalam tabung reaksi,
bertujuan untuk memperluas daerah
kemudian tambahkan 3 tetes FeCl3 1%.
penyerapan oleh pelarut pada saat proses
Hasil uji positif ditunjukkan terbentuknya
ekstraksi. Sampel yang telah halus
warna hijau kehitaman pada larutan
dimaserasi menggunakan pelarut etanol
sampel.
70%. Ekstrak sampel diperoleh dengan
merendam 100 gr serbuk sampel dengan 1L
4. Uji Fenol
etanol 70% selama 2 x 24 jam Filtrat yang
0,1 gr ekstrak sampel ditambahkan
dihasilkan dilanjutkan dengan proses
aquades yang dipanaskan selama 5 menit
evaporasi dan pemanasan sehingga
lalu saring, kemudian tambahkan 3 tetes
Tabel 1. Data Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C, Ekstrak Daun Pakoasidan Kluwih
Konsentrasi Absorbansi Daya Hambat Pers. Regresi
Sampel IC50 (μg/mL)
(ppm) (A) (%) (y=ax+b)
100 0,145 55,65
200 0,119 63,60
Vitamin C 300 0,099 69,72 y = 0,089x + 45,84 46,74
400 0,054 83,48
500 0,032 90,214
Aktivitas antioksidan dapat dilihat dari (Molenuux, 2004). Hal ini dikarenakan
penurunan intensitas warna DPPH yang semakin banyak atom hidrogen yang
memudar dari ungu menjadi kuning didonorkan oleh ekstrak sampel untuk
Tabel 2 Hasil Uji Fitokimia Ekstrak daun Pakoasi, ekstrak daun Kluwih dan ekstrak daun Buncis
Hasil
Ekstrak daun Ekstrak daun
analisis Pereaksi Hasil Pengamatan
pakoasi kuwih
Fitokimia
Meyer Tidak terbentuk endapan putih - -
Alkaloid
Dragendorf Tidak terbentuk endapan merah bata - -
Mg, HCl pekat
Flavonoid Terbentuk warna kuning atau jingga + +
amilalkohol
Tannin FeCl3 1% Terbentuk warna hijau kehitaman + +
Saponin Air panas dan HCl Timbul busa + +
Fenol FeCl3 5% Terbentuk warna hijau - +
Triterpenoid Terbentuk cincin kecoklatan dan larutan
Liebermann-Burchard + +
dan steroid berwarna hijau
Keterangan:
(-) = tidak terdapat kandungan
(+) = Terdapat kandungan
ABSTRAK
Air limbah domestik merupakan air bekas yang dihasilkan dari berbagai aktivitas rumah tangga seperti
memasak, mencuci, mandi, dan sebagainya. Air limbah domestik cenderung diabaikan karena tidak
memiliki efek/dampak yang langsung terlihat oleh mata. Air limbah domestik yang tidak diolah menjadi
salah satu permasalahan rumit karena terjadinya efek akumulasi di badan air (body water). Seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk di Kota Bandung, proses pengelolaan air limbah domestik menjadi suatu
hal yang harus dipertimbangkan untuk mencegah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh
pembuangan air limbah domestik oleh warga. Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung dengan lokasi
penelitian di Kantor Pusat Pengembangan dan Penelitian Sumber Daya Air (Pusair) dan melibatkan warga
RW 09 Kelurahan Dago. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi antara kualitatif dan kuantitatif.
Metode ini biasa disebut dengan mixed methods. Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas
proses pengelolaan air limbah domestik yang dilakukan dengan Constructed Wetlands teknik Surface
Flow dengan melihat berbagai parameter kualitas air limbah domestik seperti Residu Tersuspensi, BOD,
COD, Amonia Total, dan detergen. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai efektivitas yang bervariasi
dengan variasi debit 0,01 L/ detik; 0,05 L/detik dan 0,1 L/detik dengan persen reduksi nilai kadar
pencemar terjadi pada hampir semua parameter air limbah domestik yaitu BOD, COD, Amonia total,
detergen, dan residu tersuspensi dengan persentase reduksi berkisar pada 25% hingga 97,5% pada masing-
masing parameter. Perbedaan variasi debit memengaruhi nilai efektivitas proses pengelolaan air limbah
dometik tersebut.
Kata Kunci : Air Limbah Domestik, Constructed Wetlands, Teknik Surface Flow
itu, pengelolaan air limbah domestik yang dari air bekas mandi, air cucian, dan air
tidak tepat berdampak pada yang berasal dari dapur (Gross et al.,
meningkatnya produksi CO2 and CH4 2015). Greywater yang merupakan
yang berpotensi memiliki dampak pada limbah domestik biasanya tidak diolah
kasus global warming (Rosso and lebih lanjut sehingga seringkali dibuang
Stenstrom, 2007 dalam UNEP, 2015). langsung melalui selokan ataupun
Asdak (2010) menjelaskan bahwa dibiarkan meresap ke dalam tanah.
menurunnya kualitas air tidak hanya Greywater mengandung berbagai
disebabkan oleh faktor-faktor perubahan polutan kimia maupun organik yang
lingkungan, tetapi juga semakin berasal dari detergent, shampoo, sabun,
banyaknya kegiatan industri yang lemak, dan bahan-bahan lain. Greywater
membuang limbahnya ke perairan tanpa seringkali menimbulkan masalah yang
dilakukan dan kurang memadainya serius karena limbah domestik kategori
“treatment” yang dilakukan oleh industri. ini berjumlah sekitar 70% dari total
Masalah ini menjadi lebih berat karena limbah domestik yang ada. Greywater
pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan juga memiliki kandungan nutrient, antara
industri pemakai air permukaan serta air lain: Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium
tanah. (K), logam berat, dan
Limbah domestik atau rumah tangga bakteri/mikroorganisme pathogen
yang biasa dikenal dengan sebutan (Shankwar et al., 2015).
greywater merupakan limbah yang terdiri
yang tidak seimbang, dan tidak tepatnya dibuang ke air permukaan. Hal ini sudah
manajemen pengolahan air limbah menyuratkan bahwa air limbah domestik
domestik, maka proses pengolahan untuk memang seharusnya diolah terlebih
penggunaan kembali air limbah domestik dahulu sebelum dibuang. Hampir semua
ini menjadi salah satu isu utama seiring proses manajemen air limbah domestik
dengan meningkatnya kebutuhan air, dihadapkan pada berbagai tantangan yang
khususnya kebutuhan konsumsi ataupun sama, yaitu masalah biaya, kemudahan
kegiatan agrikultural (Shankwar et al, dalam pelaksanaannya, dan dapat
2015). Dengan demikian, limbah cair diterima oleh publik, serta kebutuhan
domestik yang tidak diolah secara lahan/tempat yang relatif kecil
langsung dapat menyebabkan (Mcilwaine dan Redwood, 2011).
permasalahan yang mendasar pada Saat ini berkembang suatu teknik
ketersediaan dan kemurnian air bersih. Surface Flow (SF) Wetlands yang
Guna mengantisipasi potensi dampak mengombinasikan berbagai jenis tanaman
yang ditimbulkan akibat pencemaran air air yang mampu menyerap polutan pada
limbah domestik, maka perlu upaya limbah domestik tersebut agar menjadi
minimasi limbah, baik itu dari aspek air yang dapat digunakan lagi (reuse).
kebijakan pemerintah untuk menekan SF Wetlands adalah salah satu
jumlah air limbah domestik yang teknologi alternatif pengolahan air limbah
dihasilkan maupun dari aspek ilmu domestik dengan menggunakan tanaman
pengetahuan dan teknologi guna air (Davis, 1996). Kandungan Nitrogen
mendapatkan berbagai alternatif dan Fosfor akan diserap oleh tanaman
teknologi pengolahan limbah yang efektif untuk kepentingan pertumbuhan tanaman,
dan efisien. Sebagai salah satu proses juga akan memerngaruhi nilai BOD,
keberlanjutan dan pengendalian COD, kandungan nutrient, bakteri, dan
pencemaran lingkungan, maka sudah menghilangkan bau serta menjernihkan
seharusnya air limbah domestik air. Penggunaan tehnologi alternatif ini
mendapatkan fokus utama untuk diolah diklaim relatif lebih murah, lahan yang
lebih lanjut. digunakan relatif lebih kecil dan mudah
Peraturan mengenai pengolahan dilaksanakan sehingga sangat cocok
limbah domestik sebenarnya sudah diterapkan di mana saja baik di perkotaan
diungkapkan dalam aturan Keputusan yang terkendala lahan maupun di daerah
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 pedesaan. Faktanya, teknik ini belum
tahun 2003 tentang baku mutu air limbah banyak digunakan dikalangan masyarakat
domestik. Dalam pasal 1 ayat 3 yang baik skala pemukiman maupun pada
menyatakan Pengolahan air limbah skala yang lebih luas dalam bidang
domestik terpadu adalah sistem perhotelan, pusat perbelanjaan, maupun
pengolahan air limbah yang dilakukan apartement.
secara bersama-sama (kolektif) sebelum
Tabel 3. Nilai Efektivitas Persen Reduksi Kualitas Air Limbah Domestik dengan
Menggunakan SF Wetlands
Sebelum Outlet % Reduksi
No Parameter Perlakuan Debit (L/detik) Debit (L/detik)
0,01 0,05 0,1 0,01 0,05 0,1
1 Residu Tersuspensi(mg/L) 10 5 5 28 50% 50% -
2 Amonia Total (mg/L) 12,6 12,9 6,47 7,03 - 48,7% 44,2%
3 Detergen (mg/L) 1,41 0,413 0,347 1,05 70,7% 75,4% 25,5%
4 Fosfat Total (mg/L) 0,976 0,288 0,329 0,635 70,5% 66,3% 34,9%
5 BOD (mg/L) 27 16 15 17 40,7% 44,4% 37%
6 COD (mg/L) 63 36 31 46 42,9% 50,8% 26,9%
(Sumber: Hasil Analisis Data Primer)
ABSTRACT
One of the municipal government obligations that are strategic is to make regulation in the licensing and
certification of personnel of hospitals and health center. Unfortunately, the municipal government of
Sumbawa, West Nusa District Health Department data for 2010 shows none of the hospital or Puskesmas had
the licenses. From the previous study, we can’t find any documentation about licensing and certification of
personnel. It is thus necessary to evaluate the function of municipal government in regulates the health area.
To evaluate the regulatory function of municipal government in health area in Sumbawa seen from the input,
process and output. This research is a qualitative descriptive study, which describe a situation or phenomenon
in a comprehensive manner in the context of the actual. The design of this research is normative, the
evaluation of the licensing and certification regulatory functions in the health sector in the district of
Sumbawa compared with the standart in the implementation of licensing and certification regulations. The
result prove that the functions of municipal government as the regulator has not run optimally, it is seen from
the limited availability of inputs such as regulation of health care institution, human resources, instruments,
and systems. The implementation (process) is more focused on the regulating the private facilities without any
training of controlling, as the result, none of the Hospital and health center have license and no one has been
certified (output). The implementation of regulations on municipal of Sumbawa has not specifically regulated
in local legislation, so implementation process is not going well, give impact to the government-owned health
care providers who haven’t any licenses for establishing and operating the hospital, and health professionals
haven’t ant certification.
Keywords: Hospital license, input, process and output, municipal government function, Regulation.
Populasi dalam penelitian ini adalah tertentu yang dibuat oleh peneliti senddiri,
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berdasarkan ciri atau sifat dari populasi
Kabupaten Sumbawa, dan sarana yang sudah diketahui sebelumnya dengan
pelayanan kesehatan, dimana populasi tujuan memberikan informasi tentang
adalah keseluruhan objekpenelitian atau fungsi pemerintah daerah sebagai
objek yang diteliti. Sampel yang regulator pada sector kesehatan.
digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer dikumpulkan dengan
Kepala Bagian Hokum Pemerintah menggunakan wawancara mendalam
Daerah, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala observasi, sedangkan data sekunder
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu dengan melihat dokumen. Data primer dan
(KPPT), Direktur Rumah Sakit Umum sekunder kemudian dianalisis secara
Daerah Sumbawa, dan Kepala Puskesmas. kualitatif untuk menggambarkan fungsi
Metode dalam penentuan sampel, peneliti regulasi pada sektor kesehatan di
menggunakan metode purposive sampling kabupaten Sumbawa.
yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan
HASIL PENELITIAN
1. Input
Variable KPPT Dinkes Kabag Hukum
PEMDA
Input UU Nomor 36 tahun 2009 Peraturan Bupati “…untuk perijinan
pasal 30; perijinan fasilitas Sumbawa Nomor sarana,, PEMDA
kesehatan tingkat pertama, 34 Tahun 2008, kita memberikan
dan kedua, diselenggarakan tentang kewenangan
oleh pemerintah atau swasta kewenangan kepada KPPT
Tidak ada
ditetapkan oleh pemerintah KPPT Sumbawa sebagai pemberi
daerah.5 dalam ijin…”
memberikan
perijinan sarana.
Kabag Hukum
Variable KPPT Dinkes
PEMDA
Peraturan Permenkes 147/menkes/2010 “…untuk RS
pasal 3 ; kewenangan pemerintah.. akan
pemerintah daerah memiliki
memberikan ijin kepada pemerintah..
Tidak ada Tidak ada
setiap rumah sakit, baik ijin pendiriannya..
pendirian maupun dengan SK Bupati
operasional. mas…”
Pemenkes RI Nomor
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
HK.02.02/MENKES/149/201
Permenkes RI Nomor
512/MENKES/PER/IV/2007
pasal 4 & 21ayat 2; dinas
kesehatan kabupaten/kota
lagsung memberikan SIP
kepada dokter atau dokter
gigi yang telah memiliki STR - Tidak ada Tidak ada
yang di tempatkan sarana
pelayanan kesehatan milik
pemerintah setempat dan
dapat melakukan pembinaan
dan pengawasan.
SDM Permenkes nomor 161 2010, KPPT ‘’… kita “..masalah sumber
tenaga yang melakukan uji mempunyai belum daya
kompetensi adalah MTKP tenaga 26 orang, punya manusia..emang
dengan syarat: dengan kualifikasi tenaga kita masih
1. Teah mengikuti pendidikan S1 yang kurang…”
pelatihan menguji dan sebanyak 11 khusus
teruji kompetensi orang dan D3 menangan
2. Memiliki sertifikat dari sebanyak 15 i
MTKI/menteri orang. “…sudah regulasi..
kesehatan. mendapatkan dan
3. Mempunyai wadah dan pelatihan pelatihan
struktur. mengenai tata … belum
4. Independen cara perijinan pernah
5. Mempunyai tugas dan sarana, pada karenaga
fungsi yang jelas tentang tahun 2008 satu ada
regulasi.7 kali di mataram, anggaran
dan akhir 2007, …”
termasuk saya
ya… dikirim ke Tidak ada
Seragen untuk struktur
magang selama organisasi
10 hari…” .
Struktur
organisasi ada
Variable KPPT Dinkes Kabag Hukum
PEMDA
Anggaran Undang-undang nomor 36 “…sumber “…untuk “…setiap tahun
tahun 2010, dan Menkes, anggaran kita perijinan ada anggaran
2010 sumber pembiayaan dari APBD dan untuk KPPT…”
kegiata pada sector kesehatan dengan jumlah sertifikasi
dari APB aggaran tahun tenaga…k
2008 dan 2009: ita tidak
2. Proses
Variable Yuridis Formal KPPT Dinkes
Pelaksanaan
Kunjungan pemerintah bersama dengan “…sementara ini kita “…kita hanya sebatas
orgaisasi profesi dan masyarakat memberikan pemberian
3. Output
Variable Yuridis Formal RS Puskesmas
Perijinan - UU Nomor 36 tahun 2009 Tidak ada Tidak ada
Sarana pasal 30; perijinan fasilitas
kesehatan ditetapkan oleh “…untuk rumah “…untuk puskesmas…
pemerintah daerah.5 sakit tidak ada tidak memiliki ijin,..
- Permenkes ijinnya…” ya… mungkin karena
147/MENKES/PER/2010 milik pemerintah
pasal 2, setiap rumah sakit sehingga tidak perlu
harus memiliki ijin, baik ijin ada ijin, pendiriannya
pendirian maupun langsung SK bupati…”
operasional.7
Perijinan - Permenkes RI Nomor Tidak ada dalam Tidak ada dalam
Tenaga HK.02.02/MENKES/148/20 dokumen. dokumen.
10 pasal 3 setiap perawat “… sebenarnya “..untuk tenaga yang
yang menjalankan praktik semua tenaga bekerja, mungkin
wajib memiliki SIPP.7 kesehatan, baik semuanya punya ijin,
- Permenkes RI nomor dokter, bidan, tetapi tidak
HK.02.02MENKES/149/201 bahkan sekarang dikumpulkan, karena
0 pasal 3, setiap bidan yang perawat 80% tidak ada atursn untuk
menjalankan praktik wajib sudah memiliki ijin dikumpulkan… hanya
memiliki SIPB.7 20% perawat SK penempatan saja
ABSTRAK
Bystander pada kasus bullying dapat meningkatkan maupun menurunkan perilaku bullying itu
sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan empati kepada bystander
untuk meningkatkan sikap anti-bullying. Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental
dengan menggunakan desain one group pretest-postest desain. Partisipannya adalah dua siswa kelas
VII di SMP X, yang memiliki sikap anti-bullying rendah dan diperoleh berdasarkan data angket
sikap anti-bullying. hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
secara signifikan sikap anti-bullying sebelum dan sesudah intervensi (p = 0.180). Hal ini disebabkan
jumlah sampel dalam penelitian yang sangat sedikit sehingga hasil analisis statistik yang dilakukan
tidak signifikan. Selain itu juga didukung dengan karakterisitik dan juga latar belakang budaya
masing-masing partisipan Meskipun dari uji statistik tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara
sebelum dan sesudah intervensi, akan tetapi peneliti melihat adanya peningkatan sikap anti-bullying
partisipan dari aspek kognitif dan afektifnya. Secara umum, pelatihan empati ini dapat diterapkan
kepada bystander sebagai upaya meningkatkan sikap anti-bullying di sekolah. Sebelum
dilakukannya pelatihan ini, sebaiknya dilakukan asesmen yang lebih mendetil sehingga materi yang
diberikan dapat sesuai dengan karakter partisipan.
SMP – Liputan6.com 15 Maret Bullying NFR siswi SMP tersebut kabur dari
Bogor 2015 fisik dan rumah selama 6 hari karena perilaku
verbal bullying fisik dan verbal (penghinaan)
yang dilakukan oleh teman-temannya
pendukung pelaku penindasan yang aktif Melaporkan guru, (3). Menghindar atau
maupun pasif. mengabaikan terjadinya perilaku bullying,
Hal ini diperkuat dengan tipe-tipe yang meliputi: tipe bystander yang merasa
seorang bystander yang dikemukakan oleh bukan urusannya, takut akan konsekuensi,
Rigby (2007), antara lain; (1). Menolong dan merasa korban harus ampu untuk
korban bullying, yang meliputi: sikap membela dirinya. (4). Mendukung pelaku
moral yang kuat, karakter dari bystander bullying, yang meliputi: tipe bystander
itu sendiri, empati terhadap korban, merasa yang akan merasa aman jika memihak atau
pernah merasakan apa yang korban pura-pura memihak pelaku, bystander
rasakan, membantu karena dapat merasa senang dan menikmati adanya
bermanfaat untuk dirinya, korban kejadian bullying, bystander merasa
merupakan teman bystander serta kagum dan senang dengan tindakan agresi
menolong dengan tujuan agar bystander baik fisik maupun verbal serta korban
dianggap hebat oleh orang lain. (2). bullying merupakan musuh dari bystander.
Tabel 2. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Judul Metode / Desain Penelitian Hasil
Efisiensi program pelatihan a true experimental design, a Program pelatihan empati efektif
empati sebagai upaya pretest for the experimental menurunkan perilaku bullying
pencegahan perilaku bullying di and control groups, post-test melalui metode eksperimen yang
sekolah dasar and a follow-up model dilakukan kepada siswa.
(Sahin, 2012)
Meningkatkan Empati pada Metode eksperimen dengan Media bangku pertemanan dapat
Siswa Sekolah Dasar Inklusi desain penelitian meningkatkan motivasi siswa
dengan Metode Reinforcement nonrandomized between untuk peduli terhadap siswa lain.
dan Media Bangku Pertemanan subject design. Selain itu juga media ini dapat
(Nur, Titin, Sanich, Gisella, digunakan sebagai upaya
Elvina, Sukma, Zumrotus dan penekanan tindakan kekerasan di
Syafatania, 2015) sekolah.
Pelatihan Meningkatkan Empati One group pretest posttest Program pelatihan empati
Melalui Psikoedukasi Kepada design memberikan dampak terhadap
Pelaku Bullying Sebagai Upaya peningkatan empati siswa yang
Untuk Mengurangi Bullying di melakukan bullying di sekolah
Sekolah Menengah Pertama
(Herly, Poeti dan Ahmad, n.d.)
ABSTRACT
Development in healthcare sector is one of national development efforts directed to attain awareness,
willingness and capability to living healthy for all population in order to realize optimum health level.
Mother and Children Health Program is a priority of Health Ministry and success of KIA program
becomes an important indicator in National Long Run Development Plan (RPJPN) of 2005 - 2025.
This research was performed in 9 Public Health Center (PHC) of Lumajang Regency with KIA
program administrators as respondent. Independent variables of research were work culture and non
financial compensation whereas dependent variable was KIA program performance. General purpose
of this research was to set recommendation for improving KIA program performance in PHC of
Lumajang Regency. Type of research or approach used in this research was observational
descriptive with cross sectional design. Research result showed that based on identification result of
work culture and non financial compensation of KIA program administrators in Lumajang Regency
PHCs had good category more than adequate category. Meanwhile, based on cross tabs analysis it
was found that strong work culture had good performance of 100%. It indicated that the stronger work
culture, the better KIA program performance whereas good non financial compensation had good
performance of 100%. It indicated that the better non financial compensation received by KIA
program administrator the better KIA program performance. based on data of mother and children
PWS report of 2014 it was obtained that almost all KIA program performance in Lumajang Regency
PHC was good.
ABSTRACT
The objective of this Research is to know (1) Reliability (mainstay), (2) Responsiveness (caring or comments),
(3) Assurance (certainty guarantee), (4) Emphaty (care) and (5) Tangibles (real form) give effect of patient
satisfaction Receiverof Free Health Program whichtaking care of to lodge in classroom of the third class
Regional General Hospital (RSUD) Andi Sulthan of Dg. Raja of Bulukumba Regency. This research was
conducted at the Regional General Hospital (RSUD) Andi Sulthan of Dg. Raja of Bulukumba Regency on
March to April 2015. Research type which using survey (research explanatory) with 97 patients which as
samples in taking care of to lodge grade three respondents. Method of research was descriptive analysis with
technique of proportionate sampling random used program of SPSS 15,0. The result showed that of five
component of positive and significant impact on the level of patient satisfaction in treatment room of class
three hospital Andi Sulthan Dg. Raja of Bulukumba, including (1)Reliability with sign 𝛼= 0.2, (2) tangibles
with sign 𝛼= 0.045, (3) assurance with sign 𝛼=0.3, (4) care with sign 𝛼= 000 and (5) responsiveness with
sign 𝛼= 0.08. This indicates receipt stating that there is a positive and significant influence between
independent variable on dependent variable.
padat karya dan padat modal (Muh. Akil yang tejadi antara tingkat harapan
Rahman, 2006). (ekspektasi) dan tingkat persepsi terhadap
Untuk meningkatkan kepuasan pasien pelayanan yang diterima. Apabila tingkat
maka pelayanan rumah sakit terus di persepsi lebih kecil dari harapan, berarti
tingkatkan, menurut Zeithaml et al (2006) pasien dalam keadaan tidak puas. Semakin
ada beberapa faktor yang perlu perhatikan besar gap yang terjadi, semakin besar pula
oleh rumah sakit demi meningkatkan tingkat ketidakpuasannya. Sedangkan
pelayanan pertama reliability (kehandalan) pelanggan dikatakan satisfied atau bahkan
yaitu kemampuan untuk menampilkan delighted bila persepsinya sama atau
pelayanan yang dijanjikan dengan segera bahkan melebihi harapan. Ini terjadi bila
dan akurat, kedua responsiveness gap yang terjadi adalah nol atau positif.
(ketanggapan atau kepedulian) yaitu Sebagai bentuk komitmen Pemerintah
kemampuan untuk membantu konsumen Sulawesi Selatan untuk meningkatkan
dan meningkatkan kecepatan pelayanan, derajat kesehatan masyarakat sejak tahun
ketiga assurance (jaminan kepastian) yaitu 2008 bahkan sebelum Undang-
kompetensi yang dimiliki sehingga UndangNomor 36 tahun 2009 tentang
memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, Kesehatandi tetapkan, Pemprov Sul-Sel
resiko atau keraguan dan kepastian yang sudah memprogramkan kesehatan gratis
mencangkup pengetahuan, perilaku dan dengan mengeluarkan peraturan Daerah
sifat yang dapat dipercaya, keempat, Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana
empahty (perhatian) yaitu sifat dan Pembangunan Jangka Panjang Daerah
kemampuan untuk memberikan perhatian (RPJMD)2008-2028. RPJMD tersebut
penuh kepada pasien, kemudahan untuk kemudian di jabarkan dalam bentuk
melakukan kontak komunikasi yang baik, peraturan Gubernur Nomor 13 tahun 2008
dan kelima tangibles (wujud nyata) yaitu tentang Prorgam Pelayanan Kesehatan
penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, Gratis. Walaupun pada akhirnya
sarana informasi atau komunikasi dan Pemerintah Pusat mengeluarkan Undang-
petugas atau staf rumah sakit. Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang
Kepuasan pasien sangat menentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
keberhasilan rumah sakit dalam merawat (BPJS).
pasien, menurut Kotler dan Armstrong Dengan BPJS semua masyarakat bisa
(dalam Kotler, 2007) kepuasan adalah menikmati perlindungan jaminan
perasaan senang atau kecewa seseorang kesehatan dengan biaya terjangkau,
yang berasal dari perbandingan antara sementara pemilik kartu Askes dari
kesannya terhadap kinerja (atau hasil) kalangan PNS dan Jamsostek dari kalangan
suatu produk dan harapan-harapannya. swasta, otomatis menjadi anggota BPJS
Bentuk pengukuran kepuasan pasien kesehatan. Begitu juga pemilik kartu
sangat penting dilakukan untuk Jamkesmas dan Jamkesda yang merupakan
mengetahuiposisi apakah rumah sakit program kesehatan gratis untuk orang
tersebut sudah memberi pelayanan yang miskin otomatis menjadi anggota BPJS
memuaskan atau tidak. Dalam pengukuran kesehatan sesuai dengan Perpres nomor 12
tingkat kepuasan pasien, bisa diukur gap Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
kelompok. Sementara menurut A.A. Gde pasien penerima program kesehatan gratis
Muninjaya (2011) dalam pengembangan yang di rawat inap di ruang perawatan
pelayanan rumah sakit di dorong untuk kelas tiga rumah sakit umum daerah Andi
melakasanakan 5 R (ringkas, rapi, resik, Sulthan Dg. Raja Kabupaten Bulukumba.
rawat dan rajin).
2. Metode Penelitian
2.1. Hipotesis Penelitian ini mengacu pada
Dari kerangka pikir di atas, maka diajukan penelitian survey yang bersifat
hipotesis sebagai berikut: menjelaskan (explanatory research).
a. Reliability Penelitian ini didesain untuk menganalisis
Kehandalan secara parsial berpengaruh pelayanan rumah sakit umum daerah Andi
positif dan signifikan terhadap kepuasan Sulthan Dg. Raja Kabupaten Bulukumba
pasien penerima program kesehatan gratis dalam memberi kepuasan terhadap pasien
yang di rawat inap di ruang perawatan penerima program kesehatan gratis di
kelas tiga rumah sakit umum daerah Andi ruang perawatan kelas tiga. Penelitian ini
Sulthan Dg. Raja Kabupaten Bulukumba. dilakukan di rumah sakit umum daerah
b. Responsiveness (RSUD) Andi Sulthan Dg. Raja Kabupaten
Tanggapan atau kepedulian secara Bulukumba dan berlangsung selama 2
parsial berpengaruh positif dan signifikan bulan yaitu dari bulan Maret-April 2015.
terhadap kepuasan pasien penerima Populasi dalam penelitian ini adalah
program kesehatan gratis yang di rawat seluruh pasien penerima program
inap di ruang perawatan kelas tiga rumah kesehatan dan yang menjadi sampel dalam
sakit umum daerah Andi Sulthan Dg. Raja penelitian ini adalah 97 orang.
Kabupaten Bulukumba. Pengumpulan data menggunakan kuesioner
c. Assurance dan wawancara langsung kepada
Jaminan kepastian secara parsial responden serta dokumentasi. Sementara
berpengaruh positif dan signifikan pengelolaan data menggunakan editing,
terhadap kepuasan pasien penerima koding, scoring dan tabulasi. Definisi
program kesehatan gratis yang di rawat Operasional dalam penelitian ini yaitu:
inap di ruang perawatan kelas tiga rumah 1. Pelayanan kesehatan gratis
sakit umum daerah Andi Sulthan Dg. Raja Pelayanan kesehatan dasar dan
Kabupaten Bulukumba. rujukan bagi masyarakat provinsi Sulawesi
d. Emphaty Selatan yang biayanya ditanggung oleh
Perhatian secara parsial berpengaruh pemerintah daerah Provinsi Sulawesi
positif dan signifikan terhadap kepuasan bersama-sama pemerintah daerah
pasien penerima program kesehatan gratis kabupaten/kota.
yang di rawat inap di ruang perawatan 2. Rumah sakit
kelas tiga rumah sakit umum daerah Andi Industri perawatan kesehatan yang
Sulthan Dg. Raja Kabupaten Bulukumba. berfungsi untuk menyelenggarakan upaya
e. Tangibles kesehatan secara keseluruhan.
Wujud nyata secara parsial berpengaruh 3. Pasien
positif dan signifikan terhadap kepuasan
Pasien rawat inap lebih besar dari 2 X2.11 Penuh perhartian pada saat
hari dan lebih kecil atau sama dengan 6 pelayanan pendaftaran
hari.
4. Reliability (kehandalan)
Kemampuan untuk menampilkan 6. Assurance (jaminan kepastian)
pelayanan yang dijanjikan dengan segera Kompetensi yang dimiliki sehingga
dan akurat. memberikan rasa aman, bebas dari bahaya,
X1.1 Kenyamanan selama dirawat risiko atau keraguan dan kepastian yang
rumah sakit mencakup pengetahuan, perilaku dan sifat
X1.2 Jadwal visit dokter, perawatan, yang dapat dipercaya.
istrihat teratur dan tepat waktu X3.1 Keterampilan petugas (perawat
X1.3 Sikap simpatik petugas yang ramah, sabar, dan
X1.4 Lokasi RS berada pada memberikan dorongan moril.
Lingkungan yang tenang X3.2 Petugas memberikan informasi
X1.5 Informasi pelayanan yang yang mudah, jelas dan dimengerti.
diberikan petugas (Informasi X3.3 Keterampilan dokter dalam
tentang pelayanan medis, sarana bekerja
fisik, tarif yang diperoleh pasien) X3.4 Pengetahuan dokter dalam
mendiagnosa penyakit pasien.
5. Responsiveness (ketanggapan atau X3.5 Jaminan keamanan dan
kepedulian) kepecayaan pelayanan.
Kemampuan untuk membantu
konsumen dan meningkatkan kecepatan 7. Empahty (perhatian)
pelayanan. Sifat dan kemampuan untuk
X2.1 Komunikasi petugas pada saat memberikan perhatian penuh kepada
memberikan pelayanan pasien, kemudahan untuk melakukan
perawatan. kontak komunikasi yang baik.
X2.2 Tindakan segera petugas dalam X4.1 Prosedur pelayanan tidak berbelit-
memberikan perawatan. belit.
X2.3 Pemberian resep obat (Pasien X4.2 Pelayanan yang adil tanpa
menggunakan obat yang tersedia memandang status sosial
di apotek). ekonomi.
X2.4 Pelayanan pemeriksaan, X4.3 Tindakan diberikan secara cepat
pengobatan, perawatan cepat dan pada saat pasien membutuhkan.
tepat. X4.4 Kecepatan dan ketepatan prosedur
X2.5 Perawat cepat menanggapi administrasi.
keluhan/kebutuhan pasien. X4.5 Pelayanan sesuai standar
X2.6 Dokter cepat tanggap dalam operasional pelayanan (SOP).
menyelesaikan keluhan pasien.
X2.7 Petugas senyum pada saat 8. Tangibles ( wujud nyata)
melayani.
Penampilan fisik dari fasilitas,
X2.8 Kepedulian petugas.
X2.9 Kesopanan dan keramahan peralatan, sarana informasi atau
petugas. komunikasi dan petugas atau staf rumah
X2.10 Tepat waktu dalam memberi sakit.
pelayanan (perawat dan dokter).
senyuman dan sapaan lembut. Oleh karena informasi yang mudah, jelas, dan
itu kehadiran dokter untuk segera dimengerti), X3.3 (Keterampilan dokter
menangani keluhan pasien merupakan dalam bekerja), X3.4 (Pengetahuan dokter
salah satu faktor yang mempengaruhi dalam mendiagnosa penyakit pasien), X3.5
tingkat kepuasa. (Jaminan keamanan dan kepercayaan
4.2. Deskripsi Variabel Assurance pelayanan). Pada komponenasurance
(Jaminan Kepastian) (jaminan kepastian) terdapat 5 variabel
Assurance (jaminan kepastian) adalah yang memiliki bobot krelasi cukup tinggi
kemampuan petugas kesehatan atas dengan persentase tidak puas sebesar 23%,
pengetahuan terhadap klien secara tepat, kurang puas sebesar 22%, cukup puas
kualitas keramah tamahan, perhatian dan sebesar 28%, puas sebesar 12% dan sangat
kesopanan memberi pelayanan, puas sebesar 15%. Pengaruh assurance
keterampilan dalam memberikan (jaminan kepastian) terhadap kepuasan
informasi, kemampuan dalam memberikan pasien adalah assurance (jaminan
keamanan di dalam memanfaatkan jasa kepastian) mempunyai pengaruh positif
yang ditawarkan, dan kemampuan dalam dan signifikan terhadap kepuasan pasien.
menanamkan kepercayaan pasien terhadap Semakin baik persepsi pasien terhadap
rumah sakit. Untuk mengukur pengaruh assurance (jaminan kepastian) maka
Assurance (jaminan kepastian) terhadap kepuasan pasien akan semakin tinggi. Dan
tingkat kepuasan dengan membagi jika persepsi pasien terhadap assurance
kuensioner yang berisi beberapa (jaminan kepastian) buruk makan kepuasan
pertanyaan kepada 97 orang responden pasien akan semakin rendah.
dengan menggunakan analisi skala likert, Menurut Azwar (dalam A. Ikhsan
dimana nilai rata-rata hasil pertanyaan Kadir, 2014) kualitas pelayanan kesehatan
responden dapat dilihat hasilnya sebagai adalah yang menunjukkan tingkat
berikut: kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam
Tabel 4. 3.Tanggapan Responden atas Variabel menimbulkan rasa puas pada diri setiap
Assurance (Jaminan Kepastian)
pasien. Makin sempurna kepuasan
Score Tanggapan Responden
tersebut, makin baik pula kualitas
Pernyataan Orang %
pelayanan kesehatan. Dalam
Tidak Puas 22 23
menyelenggarakan upaya menjaga kualitas
Kurang Puas 21 22
Valid pelayanan kesehatan dirumah sakit tidak
Cukup Puas 27 28
terlepas dari profesi keperawatan yang
Puas 12 12
berperan penting. Berdasarkan standar
Sangat Puas 15 15
tentang evaluasi dan pengendalian kualitas
Total 97 100,0
Sumber: Data Olahan Kuesioner, 2015 dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan
menjamin adanya asuhan keperawatan
Berdasarkan hasil tanggapan 97 orang yang berkualitas tinggi dengan terus
responden dengan pertanyaan diantaranya menerus melibatkan diri dalam program
X3.1 (Keterampilan petugas (perawat yang pengendalian kualitas di rumah sakit.
ramah, sabar, dan memberikan dorongan
moril), X3.2 (Petugas memberikan
4.3. Deskripsi Variabel Empahty sebesar 31%, puas sebesar 26% dan sangat
(perhatian) puas sebesar 9%. Hubungan empahty
Empahty (perhatian) merupakan (perhatian) dengan kepuasan pasien adalah,
kemampuan mental untuk memahami dan empahty (perhatian) mempunyai pengaruh
berempati dengan orang lain, apakah orang positif dan signifikan terhadap kepuasan
diempati setuju atau tidak tetapi disini pasien. Semakin baik persepsipasien
memiliki niat untuk membantu. Untuk empahty (perhatian) maka kepuasan pasien
mengukur pengaruh empahty (perhatian) akan semakin tinggi. Dan jika persepsi
terhadap kepuasan pasien maka digunakan pasien terhadap empahty (kepedulian)
kuensioner yang berisi beberapa item buruk, maka kepuasan pasien akan
pertanyaan dengan menggunakan skala semakin rendah.
likert kepada 97 orang responden penerima Menurut Soegiarto (dalam Muh.
program kesehatan gratis, dimana nilai Akil Rahman, 2006) menyebutkan lima
rata-rata hasil pertanyaan responden dapat aspek yang harus dimiliki jasa pelayanan,
dilihat hasilnya sebagai berikut: yaitu :
a) Cepat, waktu yang digunakan dalam
Tabel 4.4.Tanggapan Responden atas Variabel
Empahty (Perhatian)
melayani tamu minimal sama dengan
Score Tanggapan Responden
batas waktu standar. Merupakan batas
Pernyataan Orang % waktu kunjung dirumah sakit yang
Tidak Puas 10 10 sudah ditentukan waktunya.
Kurang Puas 23 24 b) Tepat, kecepatan tanpa ketepatan
Valid
Cukup Puas 30 31 dalam bekerja tidak menjamin
Puas 25 26 kepuasan konsumen. Bagaimana
Sangat Puas 9 9 perawat dalam memberikan pelayanan
Total 97 100,0 kepada pasien yaitu tepat memberikan
Sumber: Data Olahan Kuesioner, 2015 bantuan dengan keluhan-keluhan dari
pasien.
Berdasarkan hasil tanggapan 97 orang
c) Aman, rasa aman meliputi aman secara
responden dengan pertanyaan diantaranya
fisik dan psikis selama
X4.1 (Prosedur pelayanan tidak berbelit-
pengkonsumsian suatu poduk atau.
belit), X4.2 (Pelayanan yang adil tanpa
Dalam memberikan pelayanan jasa
memandang status sosial ekonomi), X4.3 yaitu memperhatikan keamanan pasien
(Tindakan diberikan secara cepat pada saat dan memberikan keyakinan dan
pasien membutuhkan), X4.4 (Kecepatan dan kepercayaan kepada pasien sehingga
ketetapatan prosedur administrasi), X4.5 memberikan rasa aman kepada pasien.
(Pelayanan sesuai standar operasional
pelayanan (SOP). Pada komponen empahty
4.4. Deskripsi Variabel Tangibles (Wujud
(perhatian) terdapat 5 variabel yang
Nyata)
memiliki korelasi signifikan cukup tinggi
Tangibles (wujud nyata) adalah
terhadap tingkat kepuasan, dengan
tampilan fisik atau kondisi rumah sakit.
prensentase tidak puas sebesar 10%, Untuk mengetahui Tangibles (wujud
kurang puas sebesar 24%, cukup puas nyata) terhadap tingkat kepuasan pasien
yang di rawat inap di ruangan perawatan dan signifikan terhadap kepuasan pasien.
kelas tigarumah sakit umum daerah Andi Semakin baik persepsi pasien terhadap
Sulthan Dg Raja Bulukumba maka tangibles (wujud nyata) maka kepuasan
dibagikan kuensioner yang berisi beberapa pasien akan semakin tinggi. Dan jika
daftar pertanyaan dengan menggunakan persepsi pasien terhadap wujud fisik
skala likert kepada 97 orang responden, (tangible) buruk, maka kepuasan pasien
dimana nilai rata-rata hasil pertanyaan semakin rendah.
responden dapat dilihat hasilnya sebagai Penelitian ini sama dengan yang
berikut: dilakukan oleh Muh. Akil Rahman (2006)
sarana bukan hanya pada proses
Tabel 4. 5. Tanggapan Responden atas Variabel penyembuhan pasien (pada aspek medis)
Tangibles (Wujud Nyata)
tapi pada aspek non medis juga.
Score Tanggapan Responden
4.5. Deskripsi Variabel Satisfaction
Pernyaan Orang %
(Kepuasan)
Tidak Puas 17 18
Untuk mengetahui satisfaction
Kurang Puas 23 24
Valid (kepuasan) terhadap tingkat kepuasan
Cukup Puas 19 20
pasien yang di rawat inap di ruangan
Puas 20 21
perawatan kelas tigarumah sakit umum
Sangat Puas 18 19
daerah Andi Sulthan Dg Raja Bulukumba
Total 97 100,0
Sumber: Data Olahan Kuesioner, 2015 maka dibagikan kuensioner yang berisi
beberapa daftar pertanyaan dengan
Berdasarkan hasil tanggapan 97 orang menggunakan skala likert kepada 97 orang
responden dengan pertanyaan diantaranya, responden
X5.1 Pelayanan perawatan di unit gawat Analisis deskripsi terhadap variabel
darurat, X5.2 Sarana dalam rumah sakit tingkat kepuasan pasien akan dilakukan
(kamar mandi/toilet, ruang duduk untuk dari hasil pertanyaan responden mengenai
pengunjung, kantin, mushollah, wartel, tingkat kepuasan yang dirasakan oleh
bank, dan tempat parkir yang luas dan pasien, dimana nilai rata-rata hasil
nyaman), X5.3 Penyedian ambulance gratis, pertanyaan responden dapat dilihat
X5.4 Penyediaan ruangan pengaduan, X5.5 hasilnya sebagai berikut:
Penyediaan obat-obatan di apotik, X5.6
Kamar rumah sakit berdasarkan fasilitas Tabel 4.6.Tanggapan Responden atas Variabel
Satisfaction (Kepuasan)
yang diberikan. Pada komponen tangibles
Score Tanggapan Responden
(wujud nyata) terdapat 6 variabel yang
Pernyataan Orang %
memiliki korelasi cukup tinggi terhadap
Tidak Puas 12 12
tingkat kepuasan, dengan prensentase tidak
Kurang Puas 19 20
puas sebesar 18%, kurang puas sebesar Valid
Cukup Puas 12 12
24%, cukup puas sebesar 20%, puas
Puas 40 41
sebesar 21% dan sangat puas sebesar 19%.
Sangat Puas 14 14
Hubungan tangibles (wujud nyata)
Total 97 100,0
dengan kepuasan pasien adalah tangibles Sumber: Data Olahan Kuesioner, 2015
(wujud nyata) mempunyai pengaruh positif