Anda di halaman 1dari 88

Volume Nomor Sumbawa Besar

Halaman
JKS 1 1 1 - 79
September 2017
JURNAL KESEHATAN DAN SAINS
STIKES GRIYA HUSADA SUMBAWA

DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab
Ketua STIKES Griya Husada Sumbawa

Ketua Redaksi
Nurlaila Agustikawati, S.Pd., M.Pd.

Reviewer
Juanda, M.Pd

Penyunting/Editor
Desy Fadilah Adina Putri, S.Si., M.Si.
Herni Hasifah, SKM., M.Kes.
Iga Maliga, S.Pd., M.IL

Design Grafis
Haeruddin, S.Pd

Penerbit
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
STIKES Griya Husada Sumbawa
Jalan Lingkar Kebayan, Sumbawa Besar
Nusa Tenggara Barat (84318), Telp. 085205209118
Email: lppm.stikes.griyahusada@gmail.com

Harga Langganan Untuk Satu Tahun (2 Kali Terbit)


Pulau Sumbawa Rp125.000,00
Luar Pulau Sumbawa Rp150.000,00 (Sudah Termasuk Ongkos Kirim)

Alamat surat-menyurat menyangkut naskah, langganan keagenan dan pemasangan iklan


Sekretariat Redaksi Jurnal Kesehatan dan Sains
STIKES Griya Husada Sumbawa
Jalan Lingkar Kebayan, Sumbawa Besar
Nusa Tenggara Barat (84318), Telp. 085205209118
Email: lppm.stikes.griyahusada@gmail.com
JURNAL KESEHATAN dan SAINS
(J K S)

DAFTAR ISI
Volume 1, Nomor 1, Halaman 1 - 79 , September 2017

Desy Fadilah Adina Putri


1 Kajian Diversitas Makrofauna dan Mesofauna Tanah pada Sawah
Zaenal Kusuma
Padi Semiorganik dan Konvensional di Kabupaten Malang, Jawa
Endang arisoesilaningsih
Timur Indonesia

Abdul Hamid Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di


Syahruddin Kadir 9 Wilayah Kerja Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat
Moh. Basri Kabupaten Dompu Tahun 2015

Nurlaila Agustikawati
Yayuk Andayani 19 Uji Aktivitas Antioksidan dan Penapisan Fitokimia dari Ekstrak
Dedy Suhendra Daun Pakoasi dan Kluwih sebagai Sumber Antioksidan Alami

Iga Maliga Pengendalian Pencemaran Air Limbah Domestik Menggunakan


Chay Asdak 28 Constructed Wetlands Teknik Surface Flow (SF)
Rubianto A. Lubis

Rusmayadi 32 Evaluasi Fungsi Regulasi pada Sektor Kesehatan di Kabupaten


Tjahjono Kuntjoro Laksono Sumbawa
Trisnantoro

Pelatihan Empati untuk Meningkatkan Sikap Anti-Bullying pada


Evan Yudha Winata 45 Siswa Bystander SMP “X” Surabaya

Darmin
Hubungan Antara Kerja dan Komensasai Nonfinansial dengan
Stefanus Supriyanto 53 Kinerja Program Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas
Djajuly Chaidyanto
Kabupaten Lumajang.

Sumarlin Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Penerima Program Kesehatan


Mattalatta 67 Gratis di Ruang Perawatan Kelas Tiga Rumah Sakit Umum Daerah
Ikhsan Kadir (RSUD Andi Sulthan Dg. Raja Kabupaten Bulukumba

JURNAL KESEHATAN dan SAINS


STIKES GRIYA HUSADA SUMBAWA

Jurnal Kesehatan dan Sains STIKES Griya Husada Sumbawa merupakan publikasi ilmiah dalam
konten kesehatan dan sains yang merupakan hasil penelitian, kajian pustaka, analisis kritis dan
pengembangan. Terbit pertama kali tahun 2017 dengan frekuensi terbitan sebanyak dua kali dalam
setahun pada bulan September dan Maret. Artikel yang dipublikasi dalam jurnal ini sudah melewati
proses evaluasi dan penyuntingan oleh Dewan Redaksi. Jurnal Kesehatan dan Sains terbuka untuk
umum, peneliti, pegawai dan pemerintahan.
ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):1-8

KAJIAN DIVERSITAS MAKROFAUNA DAN MESOFAUNA TANAH PADA SAWAH


PADI SEMIORGANIK DAN KONVENSIONAL DI KABUPATEN MALANG, JAWA
TIMUR INDONESIA

D. F. A. Putri1, Z. Kusuma2, and E. Arisoesilaningsih3


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIKES Griya Husada Sumbawa
2
Soil Department, Faculty of Agriculture, Brawijaya University, Malang, Indonesia
3
Biology Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Brawijaya University, Malang, Indonesia
E-mail: desyfadil@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk membandingkan diversitas makrofauna dan mesofauna tanah pada sawah padi
semiorganik dan konvensional di Dampit, Kepanjen, dan Lawang, Kabupaten Malang selama musim penghujan
mulai Desember-April 2012. Pengambilan contoh fauna tanah dilakukan pada umur padi 100 hari setelah tanam
dengan menggunakan empat pitfall trap dan dua handsortir pada masing-masing petak sawah. Secara simultan,
diamati pH tanah, konduktivitas tanah, berat isi tanah, BOT, dan KTK. Data dianalisis untuk menentukan
diversitas dan struktur komunitas fauna tanah dengan indeks diversitas Shannon-Wiener dan indeks kesamaan
Morisita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks diversitas fauna tanah umumnya rendah hingga sedang (H’
=0,80-2,06) dan bervariasi tergantung jenis sawah, kecamatan dan kondisi fisikokimia tanah sawah. Rendahnya
diversitas makrofauna tanah pada periode tanam musim penghujan diduga akibat tanah sawah masih tergenang air
pada umur panen serta adanya tekanan lingkungan. Indeks kesamaan komunitas fauna tanah epigeon pada sawah
semiorganik dan konvensional di Dampit, Kepanjen, dan Lawang memiliki kesamaan 94%, 89%, dan 96%.
Demikian pula, fauna tanah eudafon memiliki kesamaan 39%, 53%, dan 45%.
Keywords: diversitas, soil macrofauna dan mesofauna, konvensional, semiorganik, pitfall trap, dan
handsortir

A. PENDAHULUAN organisme tanah termasuk dalam kelompok


Fauna tanah sebagai salah satu makrofauna tanah (ukuran >2 mm) terdiri
komponen organisme tanah ikut berperan dari milipoda, isopoda, insekta, moluska dan
penting dalam proses dekomposisi bahan cacing tanah (Anwar & Santosa, 2007).
organik. Organisme tanah dengan organisme Fauna tanah, termasuk serangga tanah,
tanah lainnya menguraikan bahan organik memiliki keanekaragaman yang tinggi dan
menjadi C-organik tanah dan melepaskan masing-masing mempunyai peran dalam
hara dalam ikatan komplek menjadi hara ekosistem (Maftu’ah dkk., 2005).
tanah yang tersedia bagi tanaman. Dengan Fauna tanah dapat dikelompokkan
demikian, tingkat populasi dan sebaran atas ukuran tubuhnya, kehadirannya, habitat
fauna tanah secara langsung berpengaruh dan kegiatan makannya. Berdasarkan
terhadap tingkat kesuburan serta kehadirannya, fauna tanah dibagi atas
produktivitas tanah. kelompok transien, temporer, periodik dan
Organisme tanah sebagai bioindikator permanen. Berdasarkan habitatnya fauna
kualitas tanah bersifat sensitif terhadap tanah digolongkan menjadi epigeon,
perubahan, respon spesifik dan ditemukan hemiedafon dan eudafon. Fauna epigeon
melimpah di dalam tanah. Salah satu hidup pada lapisan tumbuh-tumbuhan di
©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa| 1
ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):1-8

permukaan tanah, hemiedafon pada lapisan Berdasarkan hal tersebut, maka di


organik tanah, dan eudafon hidup pada tanah Kabupaten Malang mencoba mengupayakan
lapisan mineral. Berdasarkan kegiatan pengembalian kualitas, kesehatan lahan dan
makannya, fauna tanah ada yang bersifat diversitas fauna tanah dengan melakukan
herbivora, saprovora, fungifora dan predator pertanian berbasis semiorganik yaitu
(Suin, 1997). Sedangkan fauna tanah memadukan sistem pertanian organik dan
berdasarkan ukuran tubuhnya menurut konvensional. Perpaduan ini dengan
Wallwork (1970), dibagi mikrofauna (20 μ - mengandalkan pupuk kompos atau kandang
200 μ),, mesofauna (200 μ - 1 cm), dan sebagai bahan utama dan menggunakan
makrofauna (lebih dari 1 cm). Makrofauna bahan kimia biasa sekitar 25% untuk
tanah sangat besar peranannya dalam proses memenuhi kekurangan unsur hara.
dekomposisi, aliran karbon, redistribusi Dikarenakan belum banyak peneliti yang
unsur hara, siklus unsur hara, dan melakukan evaluasi kualitas diversitas pada
pembentukan struktur tanah. Faktor sistem pertanian sawah di Kabupaten
lingkungan yang dapat mempengaruhi Malang, maka diperlukan penelitian dengan
aktivitas organisme tanah seperti iklim membandingkan makrofauna dan mesofauna
(curah hujan, suhu), tanah (kemasaman, tanah yang ada pada sawah semiorganik dan
kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi konvensional, sehingga nantinya dapat
serta cahaya matahari. dianalisis dampak lingkungan yang
Dalam usaha pengelolaan produksi ditimbulkan menjadi lebih baik.
padi dan sawah, saat ini mengalami
penurunan kualitas dan kesehatan lahan. Hal B. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
ini dikarenakan sebagian besar petani dalam Dalam pengambilan contoh diversitas
pengelolaan biodiversitas lahan sawah hewan yang diamati adalah makrofauna dan
masih berbasis sistem pertanian sawah mesofauna tanah pada sawah padi intensif
konvensional dengan penggunaan pupuk semiorganik dan konvensional. Pengambilan
kimia dan pestisida sintetik untuk contoh fauna tanah digunakan metode pitfall
meningkatkan kesuburan tanaman dan trap dan handsortir dilakukan pada padi
produksi padi. Penurunan kualitas dan umur 100 hari setelah tanam. Pitfall trap
kesehatan lahan sawah terutama karena menggunakan gelas jebak yang dibenamkan
kerusakan fisik dan kimiawi lahan serta dalam tanah dengan bibir cawan sejajar pada
penurunan biodiversitas (fauna tanah, permukaan tanah (Matfu’ah dkk., 2005).
tanaman budidaya, dan ekosistem) (Joy & Gelas diisi dengan larutan formalin 4%
Simarmata, 2009). Pengolahan tanah secara setinggi 1,5 cm dan ditetesi sedikit larutan
intensif, pemupukan dan penanaman secara deterjen, kemudian dipasang pelindung pada
monokultur pada sistem pertanian bagian atasnya (atap) untuk melindungi dari
konvensional dapat menyebabkan terjadinya hujan. Perangkap diambil setelah tiga hari
penurunan secara nyata diversitas dipasang. Gelas diisi dengan larutan
makrofauna dan mesofauna tanah (Crossley formalin 4% setinggi 1,5 cm dan ditetesi
et al., 1992; Paoletti et al., 1992; Pankhurst, sedikit larutan deterjen, kemudian dipasang
1994). pelindung pada bagian atasnya (atap) untuk
melindungi dari hujan. Perangkap diambil
©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa| 2
ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):1-8

setelah tiga hari dipasang. Pada setiap petak


diamati empat titik pengambilan contoh. CM = [2∑Xi.Yi][(SA+SB).NA.NB]-1
Untuk makrofauna dan mesofauna
tanah yang aktif dalam di dalam tanah Keterangan:
diterapkan hand sortir (Sugiyarto, 2000). Xi,Yi = jumlah individu spesies ke-
Hand sortir dilakukan dengan menggali i/karakter tanah yang
tanah seluas 25 x 25 cm sampai kedalaman diamati di komunitas A/B
10 cm. Kemudian dilakukan pengambilan NA = ∑Xi: total jumlah
dan penghitungan makrofauna tanah di individu/nilai karakter tanah
masing-masing petak sawah. Makrofauna di dalam komunitas A
dan mesofauna kemudian diawetkan dalam NB = ∑Yi: total jumlah
formalin 4% untuk diidentifikasi dan individu/nilai karakter tanah
dihitung. Pada setiap petak diamati dua titik di dalam komunitas B
pengambilan contoh. SA = [∑{Xi(Xi-1)}][NA(NA-1)]-1
Data yang diperoleh dari estimasi SB = [∑{Xi(Xi-1)}][NB(NB-1)]-1
populasi fauna tanah ditentukan indeks
diversitas dengan menggunakan Indeks C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Diversitas Shannon-Wienner (Dharmawan Berdasarkan hasil pengamatan
dkk., 2005), dengan rumus. makrofauna dan mesofauna tanah epigeon
dan eudafon didapatkan indeks diversitas
H’= -∑Pi ln Pi, Pi = bervariasi antara kedua jenis sawah di
Keterangan: Kecamatan Dampit, Kepanjen, dan Lawang,
H’ = Indeks Keanekaragaman spesies Kabupaten Malang. Indeks diversitas fauna
Shanon-Wiener tanah umumnya rendah hingga sedang (H’
ni = Jumlah individu dalam spesies ke-i =0,80-2,06) dan bervariasi tergantung jenis
N = Jumlah kepadatan individu total sawah, kecamatan dan kondisi fisikokimia
Pi = Jumlah individu pertaksa ke-i tanah sawah (Gambar 1). Rendahnya
Kesamaan komunitas dan habitat dapat diversitas makrofauna tanah pada periode
diketahui dengan menghitung indeks tanam musim penghujan diduga akibat tanah
kesamaan Morisita (CM) menurut rumus sawah masih tergenang air pada umur panen
berikut (Krebs, 1999). serta tekanan lingkungan secara fisik.

(a) (b)

Gambar 1. Diversitas makrofauna dan mesofauna pada sawah semiorganik dan konvensional di Kabupaten Malang.
Keterangan: (a) fauna tanah epigeon, (b) fauna tanah eudafon.

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa| 3


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):1-8

Nilai H’ berkisar antara 1–3, yaitu <1 dan kekayaan taksa mikrofauna dan
diversitas rendah, 2-3 diversitas sedang, makrofauna tanah antara lain suhu, kadar
dan >3 diversitas tinggi (Magurran, 1988 air, kandungan bahan organik dan pH
dalam Rahmawaty, 2000). Pada sawah tanah. Bahan organik berperan sebagai
semiorganik dan sawah konvensional di sumber energi bagi kebanyakan fauna
ketiga lokasi penelitian memiliki diversitas tanah sehingga semakin banyak dan
cenderung rendah. Penurunan diversitas beragam bahan organik yang tersedia,
mikrofauna dan mesofauna tanah ini maka semakin banyak dan beragam pula
sebagaimana dijelaskan oleh Odum (1993) fauna tanahnya (Suharjo dkk., 1993 dalam
& Darmawan dkk (2005) menyatakan Sugiyarto, 2000). Penambahan suatu
bahwa diversitas cenderung akan rendah senyawa ke dalam perairan hendaknya
pada ekosistem yang secara fisik tidak menyebabkan perubahan pH menjadi
terkendali, atau mendapatkan tekanan lebih kecil dari 6,7 atau lebih besar dari 8,5
lingkungan. Sementara itu diversitas yang (Achmad, 2004).
tinggi terdapat di daerah dengan Berdasarkan hasil penelitian, jenis
lingkungan yang optimum. Terkait dengan makrofauna dan mesofauna tanah epigeon
naik turunnya diversitas pada tumbuhan yang mendominasi yaitu Hymenoptera
yang berjenis dan berjumlah sedikit akan (Formicidae) dan Colembolla
tersedia sumber makanan yang sedikit (Isotomidae). Fauna tanah tersebut
demikian juga sebaliknya, sehingga berperan dalam proses humifikasi dan
berpengaruh terhadap diversitas faunanya mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan
(Ewusie, 1990). ikut bertanggung jawab terhadap
Keanekaragaman komunitas ditandai pemeliharaan struktur tanah. Formicidae
oleh banyaknya spesies organisme yang memiliki peran sebagai predator dan
membentuk komunitas tersebut, semakin mampu hidup pada rentang pH yang lebih
banyak jumlah spesies semakin tinggi besar dibandingkan cacing tanah (Matfu’ah
keanekaragamannya dengan catatan dkk., 2005).
jumlah setiap taksa yang ditemukan dalam Dominannya makrofauna tanah yang
keadaan merata. Keanekaragaman spesies berperan sebagai predator dapat
yang tinggi akan memungkinkan terjadi disebabkan oleh adanya perakaran tanaman
rantai makanan lebih panjang dan peluang yang berkembang dengan baik, dimana
lebih besar untuk terjadinya interaksi antar perakaran yang baik menjadi sumber
anggota penyusunnya, sehingga kondisi bahan organik bagi mikroba yang pada
lingkungan menjadi stabil (Odum, 1993). akhirnya akan merangsang perkembangan
Pada daerah yang komunitasnya memiliki fauna tanah. Collembola merupakan
indeks keanekaragaman rendah dengan mikroarthropoda tanah yang paling
habitat yang homogen cenderung memiliki melimpah baik jumlah maupun
nilai dominansi yang tinggi demikian juga keanekaragamannya yang berperan dalam
sebaliknya. proses perombakan materi (dekomposisi)
Faktor-faktor fisika dan kimia tanah (Rahmawaty, 2004).
lingkungan yang mempengaruhi diversitas
©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa| 4
ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):1-8

(a) (b)

Gambar 2. Kluster Indeks Kesamaan Komunitas Makrofauna dan Mesofauana Tanah pada Sawah Padi Semiorganik
dan Konventional di Kabupaten Malang.
Keterangan: a). Fauna tanah epigeon, b). Fauna tanah eudafon.

Jenis makrofauna dan mesofauna tanah keanekaragamannya sangat tinggi serta


yang bersifat eudafon yang mendominasi memiliki daerah agihan yang luas sama
yaitu Lymnaea rubiginosa, Lumbricidae, dan dengan Colembolla (Russel, 1978). Pada
Acaridae. Sebaliknya pada sawah sebagian besar populasi Collembola dan
semiorganik Lumbricidae. Lumbricidae Acarina tertentu, merupakan pemakan
(cacing tanah) yang dalam siklus hidupnya mikoriza akar yang dapat merangsang
dapat membuat lubang/liang dalam tanah pertumbuhan simbion dan meningkatkan
dapat mencegah pemadatan tanah, pertumbuhan tanaman (Suhardjono &
meningkatkan aerasi, penetrasi akar, dan Adisoemarto, 1997). Lymnaea rubiginosa
infiltrasi air. Kotoran cacing, yang merupakan merupakan hama bagi petani karena karena
campuran tanah dan sisa organik yang telah memakan padi yang baru ditanam dan dapat
tercerna, mengandung berbagai hara yang menghancurkan 50-80% potensi panen
tersedia bagi tanaman (Damayanti, 2011). (Puspita dkk., 2005).
Acaridae mikroarthropoda tanah yang

Tabel 1. Indeks Kesamaan Komunitas Makrofauna dan Mesofauana Tanah pada Sawah Padi Semiorganik dan Konventional di
Kabupaten Malang
SO
Lokasi SO Dampit SO Lawang K Dampit K Kepanjen K Lawang
Kepanjen
SO Dampit 1
SO Kepanjen 0.954 1
SO Lawang 0.981 0.945 1
K Dampit 0.936 0.996 0.926 1
K Kepanjen 0.963 0.889 0.983 0.858 1
K Lawang 0.962 0.883 0.958 0.855 0.969 1
Keterangan: SO = Semiorganik, C = Konvensional

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa| 5


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):1-8

SO Dampit SO SO Lawang K Dampit K Kepanjen K Lawang


Lokasi Kepanjen
SO Dampit 1
SO Kepanjen 0.28678 1
SO Lawang 0.67834 0.65485 1
K Dampit 0.3972 0.28674 0.50265 1
K Kepanjen 0.8724 0.53207 0.82846 0.52202 1
K Lawang 0.20909 0.28872 0.45985 0.71621 0.38274 1
Keterangan: SO = Semiorganik, C = Konvensional

Berdasarkan hasil analisis kluster, maka sawah semiorganik dan konvensional


struktur komunitas makrofauna dan dikarenakan fauna yang bersifat eudafon.
mesofauna tanah epigeon yang aktif di
permukaan tanah pada semua sawah D. KESIMPULAN
cenderung serupa. Hal ini ditunjukkan dengan Diversitas makrofauna dan mesofauna
nilai indeks kesamaan komunitas lebih dari tanah pada sawah semiorganik dan
90% (Gambar 2a). Komunitas fauna tanah konvensional cenderung rendah hingga
pada sawah semiorganik memiliki kesamaan sedang (H’ =0,80-2,06). Fauna tanah epigeon
komunitas dengan sawah konvensional di yang mendominasi Hymenoptera
Dampit, Kepanjen, dan Lawang masing- (Formicidae) dan Colembolla (Isotomidae)
masing sebesar 94%, 89%, dan 96% (Tabel pada kedua jenis sawah, sedangkan fauna
1). Struktur komunitas yang serupa ini diduga tanah eudafon didominasi Lumbricidae di
akibat mobilitas fauna tanah pada kedua tipe sawah semiorganik. Untuk sawah
sawah. Karakter fauna tanah epigeon ini konvensional didominasi oleh Lumbricidae,
berbeda dengan fauna tanah eudafon. Selain Lymneae rubiginosa, dan Acaridae.
itu, dapat dipengaruhi dari faktor cuaca yang Perbandingan struktur komunitas makrofauna
saat itu musim hujan menyebabkan beberapa dan mesofauna tanah epigeon pada sawah
titik pengamatan tergenang air, sehingga semiorganik dan konvensional cenderung
diperlukan penelitian dengan waktu musim sama dengan indeks kesamaan 94%, 89%,
kemarau sebagai perbandingan. dan 96%. Sebaliknya, makrofauna dan
Berdasarkan indeks kesamaan Morisita mesofauna tanah eudafon cenderung berbeda
diketahui bahwa struktur komunitas fauna dengan indeks kesamaan 39%, 53%, dan
tanah eudafon aktif dalam tanah sawah 45%.
semiorganik berbeda dengan sawah
konvensional di ketiga lokasi pengamatan di DAFTAR PUSTAKA
Kabupaten Malang. Kesamaan antara
keduanya mencapai 40% (Gambar 2b). Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. ANDI.
Yogyakarta
Kesamaan komunitas makrofauna dan
mesofauna tanah pada sawah semiorganik Anwar, EK. dan Santosa, E. 2007. Uji
dengan sawah konvensional di Dampit, Efektifitas Metoda Sampling dan
Kepanjen, dan Lawang masing-masing Kepadatan Fauna Tanah di Lahan
sebesar 39%, 53%, dan 45% (Tabel 1). Pertanian Organik Sayuran Dataran
Struktur komunitas yang berbeda antara
©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa| 6
ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):1-8

Tinggi. Journal Pengembangan Samingan. Gadjah Mada University


Penelitian Pertanian. Press. Yogyakarta. 697 hal.

Crossley Jr. DA, Mueller BR & Perdue JC. Pankhrust CE. 1994. Biological Indicators of
1992. Biodiversity of microarthopds in Soil Health and Sustainable
agricultural soil: relations to Productivity. In D.J. Greendland and I.
processes. Agric. Ecosyst. Environ. Szabolcs (eds). Soil Resiliense and
40,37-46 Sustainable Land Use. CAB
International. Oxon.
Darmawan, A. Tuarita, H., Ibrohim, 2005.
Ekologi Hewan. Malang: Universitas Paoletti MG, Pimentel D, Stinner BR, &
Negeri Malang. Stinner D. 1992. Agroecosystem
Biodiversity: Matching production and
Damayanti, D. 2011. Peningkatan Populasi conservation biology. Agric. Ecosyst.
dan Keragaman Fauna Tanah Melalui Environ. 40, 3-23.
Pengelolaan Hayati Tanah pada
Budidaya System of Rice Puspita, L., Ratnawati, E., Suryadiputera,
Intensification (S.R.I.) di Kecamatan I.N.N, dan Meutia, A.A. 2005. Lahan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Basah Buatan di Indonesia. Wetlands
Skripsi tidak diterbitkan. Institut International – Indonesia Programme.
Pertanian Bogor. Bogor. Bogor.

Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Rahmawaty. 2000. Keanekaragaman


Tropika Membicarakan Alam Tropika Serangga Tanah dan Perannya pada
Afrika, Asia, Pasifik, dan Dunia Baru. Komunitas Rhizophora spp. Dan
Terjemahan oleh Tanuwidjaja Usman. Komunitas Ceriops tagal di Taman
Bandung: Penerbit ITB Bandung. Nasional Rawa Aopa Watumohai,
Sulawesi Tenggara. Tesis Program
Joy, B. & Simarmata, T. 2009. Pemulihan Pasca Sarjana. Institut Pertanian
Kesehatan dan Peningkatan Produksi Bogor. Bogor. 73 hal.
Padi Pada Lahan Suboptimal dengan
Teknologi Intensifikasi Padi Aerob Rahmawaty, 2004. Studi Keanekaragaman
Terkendali Berbasis Organik (IPAT- Mesofauna Tanah di Kawasan Hutan
BO). Jurnal Pengembangan Wisata Alam Sibolangit. (Desa
Penelitian. Bandung: Fakultas Sibolangit, Kecamatan Sibolangit,
Pertanian Universitas Padjadjaran. Kabupaten Daerah Tingkat II Deli
Serdang, Propinsi Sumatera Utara). e-
Krebs, C. J. 1999. Ecological Methodology USU Repository. Universitas Sumatera
Second Edition. Benjamin Utara.
Cummings, California.
Russel, E.W. 1978. Soil Condition and Plant
Maftu’ah, E, Alwi, M, dan Willis, M. 2005. Growth. London: English Book
Potensi Makrofauna Tanah Sebagai Society and Longman.
Bioindikator Kualitas Tanah Gambut
BIOSCIENTIAE Volume 2, Nomor Sugiyanto. 2000. The Effect of Crop Residue
1:1 14. Application to Soil Fauna Community
and Mungbean Growth (Vigna
Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. radata). Biodiversitas No. 1 Vol 1.
Edisi ketiga. Terjemahan Tjahjono
©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa| 7
ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):1-8

Suhardjono, Y. R. dan Adisoemarto. 1997.


Arthopoda Tanah: Artinya Bagi Tanah Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan tanah.
Makalah pada Kongres dan Bumi Aksara: Jakarta.
Simposium Entomologi V, Bandung
24 –26 Juni 1997. 10p.

©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa| 8


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):9-18

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS CALABAI
KECAMATAN PEKAT KABUPATEN DOMPU
TAHUN 2015
Abdul Hamid1, Syahruddin Kadir2 dan Moh. Basri3
1.
Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Griya Husada Sumbawa
2.
Program Studi Epidemilogi, Universitas Indonesia Timur, Makasar
3.
Program Studi Epidemilogi, Universitas Indonesia Timur, Makasar
Email : dhelonk@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Parasit sporozoa Plasmodium dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles akan menggigit pada
waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai
fajar.Tujuan penelitian ini adalah menganalisa Hubungan Pengetahuan, Pekerjaan, Kebiasaan menggunakan
kelambu pada malam hari, Kebiasaan menggunakan Obat nyamuk pada malam hari dan Kebiasaan berada di
luar rumah pada malam hari dan mana yang berpengaruh terhadap kejadian malaria di wilayah kerja
Puskesmas Calabai Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode
survey deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Calabai berjumlah 100 orang. Sampel
yang di pilih sebanyak 80 orang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji chi –
square yang dibagi dengan analisis Univariat, Bivariat, dan Multivariat dengan uji Regresi Linear berganda
dan di olah menggunakan program aplikasi SPSS 20. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) ada hubungan
Pengetahuan terhadap kejadian malaria dengan nilai Signifikasi 0.006 < 0.05, (2) ada hubungan Pekerjaan
terhadap kejadian malaria dengan nilai Signifikasi 0.002 < 0.05, (3) ada hubungan Kebiasaan menggunakan
kelambu pada malam hari terhadap kejadian malaria dengan nilai signifikasi 0.033 < 0.05, (4) ada hubungan
kebiasaan menggunakan obat nyamuk pada malam hari terhadap kejadian malaria dengan nilai signifikasi
0.031 < 0.05, (5) ada hubungan Kebiasaan menggunakan berada di luar rumah pada malam hari terhadap
kejadian malaria dengan nilai Signifikasi 0.017 < 0.05.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pekerjaan, kelambu, Obat nyamuk dan berada


di luar rumah.

1. PENNDAHULUAN menimbulkan banyak kematian. (Firdaus,


Malaria adalah penyakit menular yang 2012).
disebabkan oleh Parasit sporozoa Di Indonesia terdapat sekitar 80
Plasmodium dan ditularkan melalui spesies Anopheles, sedangkan yang
gigitan nyamuk Anopheles betina infektif. dinyatakan sebagai vektor malaria adalah
Malaria merupakan masalah kesehatan sebanyak 22 spesies dengan tempat
masyarakat di Indonesia karena angka perindukan yang berbeda-beda. Di
morbiditas dan mortalitasnya yang masih Sumatera, spesies yang sudah dinyatakan
tinggi terutama di daerah luar Jawa dan sebagai vektor penting dan diduga sebagai
Bali. Di daerah trasmigrasi yang terdapat vektor adalah Anopheles sundaicus, An.
campuran penduduk yang berasal dari maculatus, dan An. nigerimus sedangkan
daerah yang endemic dan yang tidak An. sinensis dan An. lettifer merupakan
endemic malaria, masih sering terjadi vektor yang kurang penting.
ledakan kasus atau wabah yang Malaria masih merupakan salah satu

9 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):9-18

masalah kesehatan masyarakat yang Dinkes Prov. NTB, 2014).


utama, kerena mempengaruhi angka Kasus malaria di Kabupaten Dompu
kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, pada 3 tahun terakhir tidak mengalami
serta menimbulkan kejadian Luar Biasa penurunan secara signifikan, dimana
(KLB). Jumlah Kabupaten/kota endemic kasus malaria pada tahun 2013 sebanyak
tahun 2004, sebanyak 424% dari 579 588 kasus, kemudian pada tahun 2014
Kabupaten/kota, dengan perkiraan sebanyak 579 kasus dan pada tahun akhir
presentase penduduk berisiko penularan 2015 sebanyak 570 Kasus sampai
sebesar 42,42% (Nugroho, 2012). November Minggu Ke-34 dan kasus
Di Indonesia terdapat sekitar 80 terbanyak terjadi di wilayah kerja
spesies Anopheles, sedangkan yang Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat
dinyatakan sebagai vektor malaria adalah Kabupaten Dompu yaitu hampir 110
sebanyak 22 spesies dengan tempat kasus sampai November Minggu ke 34
perindukan yang berbeda-beda. Di (SKDR Dinkes Kab. Dompu, 2015).
Sumatera, spesies yang sudah dinyatakan Berbagai upaya pemberantasan
sebagai vektor penting dan diduga sebagai penyakit malaria di Kabupaten Dompu
vektor adalah Anopheles sundaicus, An. pada umumnya dan wilayah kerja
maculatus, dan An. nigerimus sedangkan Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat
An. sinensis dan An. Lettifer merupakan pada khususnya telah dilakukan sesuai
vektor yang kurang penting. program yang ada, misalnya melakukan
Di Indonesia, malaria ditemukan upaya pencegahan dengan kegiatan
hampir di seluruh wilayah. Pada tahun pengendalian vektor, melakukan
1996 ditemukan kasus malaria di Jawa pengobatan pada penderita klinis maupun
dan Bali dengan jumlah penderita penderita dengan konfirmasi laboratorium,
sebanyak 2.341.401 orang, Slide Positive dan melibatkan sektor terkait serta
Rate (SPR): 9215, Annual Paracitic Index peningkatan peran serta masyarakat. Dari
(API): 0,08%. CFR di rumah sakit sebesar kegiatan yang telah dilakukan tersebut
10 - 50%, menurut laporan, di Provinsi kasus malaria di Puskesmas Plus Calabai
Jawah Tengah tahun 1999: API sebanyak Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu
0,35%, sebagian besar disebabkan oleh masih terjadi.
Plasmodium falciparum dan Plasmodium Faktor Yang Berhubungan Dengan
vivax (Widoyono, 2011). Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja
Penderita positif malaria di Provinsi Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat
NTB tahun 2014 yang ditemukan tanpa Kabupaten Dompu Tahun 2015 yaitu
pemeriksaan sediaan darah sebanyak faktor Pengetahuan, Pekerjaan, Kebiasaan
46.663 orang dan terbanyak di Kabupaten Menggunakan Kelambu pada malam hari,
Lombok Timur sebanyak 14,668 kasus, Kebiasaan Menggunakan Obar Nyamuk
sedangkan penderita malaria yang pada malam hari dan kebiasaan berada di
ditemukan dari hasil pemeriksaan sediaan luar rumah pada malam hari.
darah sebanyak 13.765 orang dengan 2. METODE PENELITIAN
kasus terbanyak di Kabupaten Lombok Jenis penelitian yang digunakan
Utara sebanyak 5,842 kasus. (Profil adalah penelitian survey deskriptif analitik

10 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):9-18

dengan menggunakan rancangan penelitian penelitian ini ditekankan pada Informed


cross sectional. Hal ini ditujukan untuk Consent, Anonimity, dan Confidentialy.
mengetahui hubungan pengetahuan, Data yang telah diperoleh dilakukan
pekerjaan, kebiasaan menggunakan analisis univariat untuk memperoleh
kelambu, kebiasaan menggunakan obat gambaran distribusi frekuensi subyek
nyamuk, kebiasaan berada diluar rumah penelitian dan distribusi proporsi pada
pada malam hari dengan kejadian malaria masing-masing variabel independent dan
dimana variabel independen dan variabel dependen penelitian dan analisa bivariat
dependen diteliti dalam periode waktu dilakukan untuk mengetahui hubungan dari
yang bersamaan. tiap – tiap variabel dengan kejadian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah penyakit (malaria) yang sekaligus menguji
Kerja Puskesmas Plus Calabai Kecamatan hipotesis penelitian dengan menggunakan
Pekat Kabupaten Dompu. Penelitian ini uji statistik Chi-Square dengan tingkat
dilaksanakan pada tanggal 16 November kemaknaan α = 0,05, dengan ketentuan
sampai dengan 30 November Tahun 2015. hubungan dikatakan bermakna jika nila p <
Populasi dalam penelitian ini adalah semua 0,05, dan tidak bermakna jika nilai p ≥
warga yang berada di wilayah kerja 0,05, serta melihat besarnya nilai Odds
Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat Ratio (OR).
Kabupaten Dompu Tahun 2015. Analisis multivariat dilakukan untuk
Teknik pengambilan sampel dalam melihat variabel yang paling dominan atau
penelitian ini adalah Accidental sampling yang paling besar Pengaruhnya. Analisis
atau convenience sampling. Dalam multivariat dilakukan dengan cara
penelitian bisa saja terjadi diperolehnya menghubungkan beberapa variabel bebas
sampel yang tidak direncanakan terlebih dengan satu variabel terikat secara
dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu bersamaan. Karena variabel bebas bersifat
unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat dikotomis (kategori).
pengumpulan data dilakukan. Proses
diperolehnya sampel semacam ini disebut 3. HASIL PENELITIAN DAN
sebagai penarikan sampel secara PEMBAHASAN
kebetulan. Besar sampel berjumlah 80 Tabel karakteristik subjek penelitian
sampel. pada hasil penelitian univariat
Instrumen untuk mengumpulkan data memperlihatkan bahwa dari 80 responden
responden adalah dengan menggunakan yang kelompok umur terbanyak yaitu
kuesioner. Pengolahan data melalui tahap: antara 55-59 Tahun sebanyak 24 orang
Editing, Coding, Tabulating dan kemudian (30,0%), dan yang paling kecil adalah pada
analisa data yang terdiri dari analisa kelompok umur 30-34 Tahun 1 orang
univariat, analisa bivariat dan (1,2%). Berdasarkan jumlah total 80
multivariat yang menggunakan uji Chi- responden, responden yang berjenis
Square dan Regresi Logistik dengan kelamin Laki- Laki sebanyak 50 orang
tingkat kemaknaan α≤0,05 dengan (62,5%), dan yang berjenis kelamin
menggunakan bantuan SPSS. Etika dalam Perempuan sebanyak 30 orang (37,5%),
penderita malaria sebanyak 47 orang

11 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):9-18

(58,8%), dan yang tidak menderita malaria sebanyak 7 orang (33,3%) dan tidak
sebanyak 33 orang (41,2%). menderita malaria sebanyak 14 Orang
Pendidikan tertinggi yaitu tingkat (66,7%), sedangkan dari 59 responden
SMA sebanyak 28 orang (35,5%), dan (100,0) yang mempunyai pengetahuan
yang terendah yaitu tidak sekolah kurang dan menderita malaria sebanyak
sebanyak 9 orang (11,2%). Kemudian, 40 orang (67,8%) dan tidak menderita
yang mempunyai pengetahuan cukup malaria sebanyak 19 orang (32,2%).
sebanyak 21 orang ( 26,2%), dan yang Hasil uji analisis dengan chi square
mempunyai pengetahuan kurang sebanyak menunjukkan nilai x2 hitung (7,590) > x2
59 orang (73,8%) sedangkan yang bekerja tabel (3,841) atau nilai p (0,006) < 0,05,
sebanyak 64 orang (80,0%), dan yang maka Ho ditolak. Ini berarti ada hubungan
tidak bekerja sebanyak 16 orang (20,0%). antara pengetahuan dengan kejadian
Berdasarkan jumlah total 80 Malaria di wilayah kerja Puskesmas Plus
responden, responden yang biasa Calabai Kecamatan Pekat Kabupaten
menggunakan kelabu pada malam hari Dompu.
sebanyak 42 orang (52,5%), dan responden Tabel 2. Analisis Hubungan Pekerjaan dengan
Kejadian Malaria
yang tidak biasa menggunakan kelambu Kejadian Malaria
pada malam hari sebanyak 38 orang Menderita Tidak Total
(47,5%). Kemudian, jumlah responden Pekerjaan Menderita
yang biasa menggunakan obat nyamuk Bekerja n % n % N %
pada malam hari sebanyak 37 orang Tidak 43 67,2 21 32,8 64 100
Bekerja
(46,2%), dan yang tidak biasa
Total 4 25,0 12 75,0 16 100
menggunakan obat nyamuk pada malam (Sumber : Data Primer, 2015)
hari sebanyak 43 orang (53,8%),
sedangkan yang biasa berada di luar Tabel 2 menunjukan bahwa dari 64
rumah pada malam hari sebanyak 66 orang responden (100,0%) yang bekerja dan
(82,5%), dan yang tidak biasa berada di menderita malaria sebanyak 43 orang
luar rumah pada malam hari sebanyak 14 (67,2%) dan tidak menderita malaria
orang (17,5%). sebanyak 21 Orang (32,8%), sedangkan
dari 16 responden (100,0) yang tidak
Tabel 1. Analisis Hubungan Pengetahuan bekerja dan menderita malaria sebanyak 4
dengan Kejadian Malaria orang (25,5%) dan tidak menderita malaria
Kejadian Malaria
Pengetahuan Menderita Tidak sebanyak 12 orang (75,0%).
Total
Menderita Berdasarkan hasil uji analisis dengan
N % 21 100,0 N % chi square diperoleh nilai x2 hitung (9,400)
Cukup 7 33.3 59 100,0 21 100 > x2 tabel (3,841) atau nilai p (0,002) <
Kurang 40 67,8 80 100,0 59 100 0,05, maka Ho ditolak ini berarti ada
Total 47 58,8 33 41,2 80 100
hubungan antara pekerjaan dengan
(Sumber : Data Primer, 2015
kejadian malaria di wilayah kerja
Tabel 1 menunjukan bahwa dari 21 Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat
responden (100,0) yang mempunyai Kabupaten Dompu.
pengetahuan cukup dan menderita malaria

12 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):9-18

Tabel 3. Analisis Hubungan Kebiasaan menggunakan obat nyamuk pada malam


Menggunakan Kelambu pada malam
hari dengan Kejadian Malaria
hari dan menderita Malaria sebanyak 17
Kejadian Malaria orang (45,9%) dan tidak menderita malaria
Kebiasaan
Menggunakan Tidak sebanyak 20 Orang (54,1%), sedangkan
Menderita Menderit Total
Kelambu pada dari 43 responden (100,0) yang tidak biasa
malam hari a
N % n % n % menggunakan obat nyamuk pada malam
Biasa 20 47,6 22 52,4 42 100 hari dan menderita malaria sebanyak 30
Tidak Biasa 27 71,1 11 28,9 38 100 orang (69,8%) dan tidak menderita malaria
Total 47 58,8 33 41,2 80 100
(Sumber :Data Primer, 2015) sebanyak 13 orang (30,2%).
Hasil uji analisis dengan chi square
Berdasarkan Tabel 3 menunjukan
diperoleh nilai x2 hitung (4,657) > x2 tabel
bahwa dari 42 responden (100,0) yang
(3,841) atau nilai p (0,031) < 0,05, maka
biasa menggunakan kelambu pada malam
Ho ditolak ini berarti ada hubungan antara
hari dan menderita malaria sebanyak 20
kebiasaan menggunakan obat nyamuk pada
orang (47,6%) dan tidak menderita malaria
malam hari dengan kejadian malaria di
sebanyak 22 Orang (52,4%), sedangkan
wilayah kerja Puskesmas Plus Calabai
dari 38 responden (100,0) yang Tidak
Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.
Biasa Menggunakan Kelambu pada malam
hari dan Menderita Malaria sebanyak 27 Tabel. 5 Analisis Hubungan Kebiasaan berada
orang (71,1%) dan tidak menderita Malaria di luar rumah pada malam hari
Terhadap Kejadian Malaria
sebanyak 11 orang (28,9%). Kebiasaan Kejadian Malaria
Hasil uji analisis dengan chi square berada di Tidak
Menderita Total
menunjukkan nilai x2 hitung (4,521) > x2 luar rumah Menderita
pada
tabel (3,841) atau nilai p (0,033) < 0,05, malam hari
n % N % N %
maka Ho di tolak ini berarti ada hubungan Biasa 43 65,2 23 34,8 66 100
antara Kebiasaan Menggunakan Kelambu Tidak 4 28,6 10 71,4 14 100
Biasa
pada malam hari dengan Kejadian Malaria Total 47 58,8 33 41,2 80 100
di Wlayah Kerja Puskesmas Plus Calabai (Sumber : Data Primer, 2015)
Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.
Tabel 5 menunjukan bahwa dari 66
responden (100,0) yang biasa keluar rumah
Tabel 4 Analisis Hubungan Kebiasaan
Menggunakan Obat nyamuk pada pada malam hari dan menderita malaria
malam hari dengan Kejadian Malaria sebanyak 43 orang (65,2%) dan tidak
Kejadian Malaria
menderita malaria sebanyak 23 Orang
Kebiasaan (34,8%), sedangkan dari 14 responden
Tidak Total
Menggunakan
Menderita Menderit (100,0) yang tidak biasa keluar rumah
Obat nyamuk
a
n % n % N % pada malam hari dan menderita malaria
Biasa 17 45,9 20 54,1 37 100 sebanyak 4 orang (28,6%) dan tidak
Tidak Biasa 30 69,8 13 30,2 43 100 menderita malaria sebanyak 10 orang
Total 47 58,8 33 41,2 80 100
(Sumber :Data Primer, 2015)
(71,4%).

Tabel 4 menunjukan bahwa dari 37


responden (100,0) yang biasa

13 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):9-18

Tabel 6. Analisis Multivariat yang berhubungan variabel yang paling berpengaruh terhadap
dengan kejadian Malaria
kejadian malaria di wilayah kerja
Variabel Independen P Value
Pengetahuan 0.396 Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat
Pekerjaan 0.999 Kabupaten Dompu adalah variabel
Kebiasaan Menggunakan
Kelambu pada malam hari
0.777 pekerjaan dengan nilai Exp (B) nya lebih
Kebiasaan menggunakan Obat besar yaitu 15.008
0.796
Nyamuk pada malam hari
Kebiasaan berada di luar rumah
pada malam hari
0.999 4. PEMBAHASAN
(Sumber : Data Primer, 2015) Pada Penelitian ini ditemukan adanya
hubungan yang bermakna antara
Berdasarkan hasil uji analisis dengan Pengetahuan dengan kejadian malaria.
Fisher’s Exact Test diperoleh nilai x2 Berdasarkan hasil uji analisis dengan chi
hitung (6,377) > x2 tabel (3,841) atau nilai square diperoleh nilai x2 hitung (7,590) >
p (0,017) < 0,05, maka Ho ditolak ini x2 tabel (3,841) atau nilai p (0,006) < 0,05,
berarti ada hubungan antara kebiasaan maka Ho ditolak ini berarti ada hubungan
berada di luar rumah pada malam hari antara pengetahuan dengan kejadian
dengan kejadian malaria di wilayah kerja malaria di wilayah kerja Puskesmas Plus
Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat Calabai Kecamatan Pekat Kabupaten
Kabupaten Dompu. Dompu. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ikramaba
Tabel 7. Analisis Multivariat Regresi Logistik
Berganda antar Variabel yang (dalam Zein Saputri Ismail, 2013) di
Berhubungan dengan Kejadian Malaria Puskesmas Bintunan menunjukkan lebih
Variabel B P Value Exp (B) dari separuh (63,5%) responden memiliki
Independen
Pengetahuan 2.567 0.396 4.567 pengetahuan rendah, lebih dari separuh
Pekerjaan 21.12 0.999 15.008 (52.4%) mengalami kejadian Malaria.
Kebiasaan Hasil uji statistik ada hubungan yang
Menggunakan 2.294 0.777 4.745
Kelambu bermakna antara pengetahuan dengan
Kebiasaan kejadian malaria.
menggunakan Obat 2.269 0.796 4.764 Pada Penelitian ini ditemukan adanya
Nyamuk
hubungan yang bermakna antara pekerjaan
Kebiasaan di luar
19.95 0.999 12.161 dengan kejadian malaria. Berdasarkan
rumah pada malam
Sumber : Data Primer Tahun 2015 hasil uji analisis dengan chi square
diperoleh nilai x2 hitung (9,400) > x2 tabel
Berdasarkan Tabel 7, menunjukan
(3,841) atau nilai p (0,002) < 0,05, maka
bahwa Setelah di lakukan uji statistik antar
Ho ditolak ini berarti ada hubungan antara
variabel secara bersama – sama ternyata
pekerjaan dengan kejadian malaria di
variabel pengetahuan, pekerjaan, kebiasaan
wilayah kerja Puskesmas Plus Calabai
menggunakan kelambu, kebiasaan
Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.
menggunakan obat nyamuk dan kebiasaan
Penelitian ini juga sejalan dengan
berada di luar rumah pada malam hari
penelitian yang dilakukan Subki (dalam
merupakan faktor yang berhubungan
Hermado, 2007), menyebutkan ada
dengan kejadian malaria. Kemudian,
hubungan bermakna antara pekerjaan

14 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):9-18

terhadap kejadian malaria dan yang paling berinsektisida efektif dalam mengurangi
besar peluang untuk terkena malaria adalah kepadatan nyamuk terutama nyamuk An.
yang bekerja sebagai petani dan nelayan culicifacies sehingga penggunaan kelambu
dengan risiko sebesar 2,51 kali ini efektif dalam mencegah terjadinya
dibandingkan yang bekerja sebagai malaria. Penelitian CH2N-UGM (2001)
pegawai dan pedagang. menyatakan bahwa individu yang tidak
Pada Penelitian ini ditemukan adanya menggunakan kelambu saat tidur
hubungan yang bermakna antara kebiasaan berpeluang terkena malaria 2,8 kali di
menggunakan kelambu pada malam hari bandingkan dengan yang menggunakan
dengan kejadian malaria, Berdasarkan kelambu saat tidur. Hasil penelitian ini
hasil uji analisis dengan chi square sesuai juga dengan penelitian Husin (2007)
diperoleh nilai x2 hitung (4,521) > x2 tabel menyatakan kebiasaan tidur menggunakan
(3,841) atau nilai p (0,033) < 0,05 maka Ho kelambu pada malam hari mempunyai
ditolak ini berarti ada hubungan antara hubungan yang bermakna dengan kejadian
kebiasaan menggunakan kelambu dengan malaria di wilayah Puskesmas
kejadian malaria di wilayah kerja Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut,
Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat dimana risiko terkena malaria pada orang
Kabupaten Dompu. yang tidak memakai kelambu saat tidur
Beberapa penelitian membuktikan malam 5,8 kali dibandingkan dengan yang
bahwa pemakaian kelambu secara teratur mempunyai kebiasaan memakai kelambu
pada waktu tidur malam hari mengurangi saat tidur malam. Hasil ini diperkuat lagi
kejadian malaria. Penelitian Suwendra dari penelitian Munawar (2004) di Desa
(dalam Hasan, 2008) menunjukkan adanya Sigeblog Wilayah Puskesmas
hubungan antara kebiasaan menggunakan Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara
kelambu pada malam hari dengan kejadian Jawa Tengah, dimana orang yang tidur
malaria. Penelitian Masra (dalam Samuel, malam tidak menggunakan kelambu punya
2007), menunjukkan ada hubungan antara risiko terkena malaria 8,09 kali lebih besar
kebiasan menggunakan kelambu dengan dari orang yang tidur menggunakan
kejadian malaria. kelambu pada malam hari.
Penelitian ini sejalan penelitian yang Penelitian ini ditemukan adanya
dilakukan oleh Wogu et al., pada tahun hubungan yang bermakna antara
2013 di Negeria Delta, menunjukkan kebiasaan menggunakan obat nyamuk pada
bahwa terdapat hubungan yang bermakna malam hari dengan kejadian malaria,
antara ibu hamil yang positif malaria Berdasarkan hasil uji analisis dengan chi
dengan kebiasaan tidak menggunakan square diperoleh nilai x2 hitung (4,657) >
kelambu. Penelitian tersebut menunjukkan x2 tabel (3,841) atau nilai p (0,031) < 0,05,
bahwa dari 83 ibu hamil yang tidak maka Ho di tolak ini berarti ada hubungan
menggunakan kelambu terdapat sebanyak antara Kebiasaan Menggunakan Obat
75 responden (79%) yang positif malaria. nyamuk dengan Kejadian Malaria di
Pada penelitian ini juga diperkuat oleh Wlayah Kerja Puskesmas Plus Calabai
Penelitian Bhatt et al pada tahun 2012 Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.
menyatakan bahwa penggunaan kelambu

15 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):9-18

Penelitian ini sejalan dengan malam hari pada 94 responden,


penelitian yang dilakukan oleh Siti Zaitun memperlihatkan kelompok umur muda
(dalam Hermando 2008) Pemakaian obat yang paling banyak berada di luar rumah.
anti nyamuk berpengaruh signifikan Masyarakat ini berisiko karena masyarakat
terhadap kejadian malaria. Hal ini di lokasi tersebut banyak melakukan
disebabkan oleh asap obat nyamuk dapat aktivitas di malam hari, seperti mereka
mengusir nyamuk dan sifat kimianya dapat yang kerja pulang malam hari, jaga malam
membunuh nyamuk, sehingga seseorang karena bekerja sebagai TNI/Polri,
dapat terhindar dari gigitan nyamuk dan berjualan di pasar, ojek, dan berbincang-
terhindar dari infeksi plasmodium. Dan bincang.
diperkuat dengan Penelitian Subki (2000), Penelitian Siti Zaetun (2009) Keluar
menyatakan bahwa ada hubungan antara malam hari berpengaruh signifikan
penggunaan obat anti nyamuk dengan terhadap kejadian malaria. Sebagian besar
kejadian malaria. responden mempunyai kebiasaan di luar
Pada Penelitian ini ditemukan adanya rumah sampai larut malam seperti
hubungan yang bermakna antara (bertamu di rumah tetangga duduk di
kebiasaan berada di luar rumah pada beranda rumah yang terbuka, dan
malam hari dengan kejadian malaria, berdiskusi di kebun), Anopheles sundaicus
Berdasarkan hasil uji analisis dengan dan Anopheles subpictus bersifat eksofilik
Fisher’s Exact Test diperoleh nilai x2 dan eksofagik akan memudahkan gigitan
hitung (6,377) > x2 tabel (3,841) atau nilai nyamuk di luar rumah.
p (0,017) < 0,05, maka Ho ditolak ini Hasil penelitian ini sesuai dengan
berarti ada hubungan antara kebiasaan penelitian Babba (2007) di wilayah Kerja
berada di luar rumah pada malam hari Puskesmas Kota Jaya Pura yang
dengan kejadian malaria di wilayah kerja menyatakan bahwa orang yang mempunyai
Puskesmas Plus Calabai Kecamatan Pekat kebiasaan keluar rumah pada malam hari
Kabupaten Dompu. tanpa menggunakan pakaian pelindung
Penelitian ini sejalan dengan mempunyai risiko terkena malaria 5,5 kali
Penelitian yang dilakukan oleh Sandjaja et lebih besar dibanding orang yang tidak
al., pada tahun 2013 menyatakan bahwa mempunyai kebiasaan keluar rumah pada
salah satu faktor resiko terkena penyakit malam hari.
malaria adalah mempunyai kebiasaan Hasil ini juga diperkuat lagi dengan
beraktivitas di luar rumah pada malam penelitian Hayati (2007) di Wilayah Kerja
hari. Puskesmas pangandaran kabupaten
Penelitian ini juga sejalan dengan Ciamis, dimana orang yang yang keluar
penelitian yang dilakukan oleh Laipeny rumah pada malam hari tidak
pada tahun 2011 di Puskesmas Waihoka, menggunakan pakaian pelindung
Kota Ambon, menunjukkan bahwa ada mempunyai risiko terkena malaria 3,2 kali
hubungan antara kebiasaan keluar rumah lebih besar dibanding orang yang tidak
pada malam hari dengan kejadian malaria punya kebiasaan keluar rumah malam hari.
di wilayah kerja Puskesmas Waihoka.
Kebiasaan berada di luar rumah pada

16 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):9-18

5. KESIMPULAN Belitung. Tesis. Semarang:


Ada hubungan yang bermakna antara Universitas diponegoro.
pengetahuan, pekerjaan, kebiasaan
Hasan husin. 2007. Analisis faktor risiko
menggunakan kelambu pada malam hari,
kejadian malaria di puskesmas
kebiasaan menggunakan obat nyamuk pada sukamerindu kecamatan sungai
malam hari dan kebiasaan berada di luar serut kota bengkulu propinsi
rumah pada malam hari dengan kejadian Bengkulu. Tesis. Semarang:
malaria di wilayah kerja Puskesmas Plus Universitas diponegoro.
Calabai Kecamatan Pekat Kabupaten
Dompu Tahun 2015 dan yang paling besar Helmin rumbiak. 2006 .analisis
manajemen lingkungan terhadap
pengaruhnya terhadap kejadian malaria
kejadian malaria di kecamatan
adalah faktor pekerjaan. biak timur kabupaten biak -
numfor papua. Tesis. Semarang:
DAFTAR PUSTAKA Universitas diponegoro.
Andi. 2012. Malaria di Indonesia di
Tinjauan Dari Aspek Ikrayama babba. 2007. Faktor-faktor risiko
Epidemiologi. Makassar: Yang mempengaruhi kejadian
Masagena Press. malaria di wilayah kerja
puskesmas hamadi kota jayapura.
Cecep T. 2013. Kesehatan Lingkungan dan Tesis. Semarang: Universitas
K3. Yogyakarta: Nuha medika. diponegoro.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman
Penalaksaan kasus malaria di Zein Saputri. 2013. faktor-faktor yang
Indonesia. Jakarta. berhubungan dengan Kejadian
Malaria Di
Dinkes Kab. Dompu. 2015. Sistem Wilayah Kelurahan Kayubulan
Kewaspadaan Dini dan Respon. Dompu. Kecamatan Limboto Kabupaten
Gorontalo. Semarang:
Direktoral Jenderal Departemen Kesehatan Universitas diponegoro.
RI. 2008. Pengendalian Penyakit
dan penyehatan lingkungan. Zupriwidani.2013. Faktor-Faktor Yang
Jakarta. Berhubungan Dengan Kejadian
Malaria Di Desa Rantau Panjang
Erdinal.2010. Faktor-faktor yang Kecamatan Pantai Labu
berhubungan dengan kejadian Kabupaten Deli Serdang. Medan
Malaria di kecamatan kampar : Universitas Sumatera Utara.
kiri tengah, Kabupaten kampar
.Depok: Universitas Indonesia. Kementerian RI. 2011. Pedoman
Penggunaan Kelambu
Firdaus J. 2012. Asuhan Keperawatan berinsektisida Menuju Eliminasi
Penyakit Tropis. Jakarta: Trans Info Malaria.Jakarta.
Media.
Laporan Perkembangan Pencapaian
Harmendo. 2008. Faktor risiko kejadian Tujuan Pembangunan Milenium
malaria di wilayah kerja Indonesia. 2015. Memerangi
puskesmas kenanga kecamatan
sungailiat kabupaten Bangka

17 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):9-18

HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Indonesia. Surabaya: Airlangga


Menular Lainnya. University Press.

Nugroho. 2012. Malaria dari Molekuler ke Soekidjo N. 2007. Kesehatan Masyarakat


Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Kedokteran EGC. Cipta.

Nur Nasri N. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Supri ahmadi. 2008. Faktor risiko kejadian
Rineka Cipta. malaria di desa lubuk nipis
kecamatan tanjung agung
Marliah Santi. 2012. faktor yang kabupaten muara enim. Tesis.
berhubungan Dengan Kejadian Semarang: Universitas
Malaria Pada Penduduk Di diponegoro.
Kecamatan Lengkong Kabupaten
Sukabumi Yang Bermigrasi. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis
Universitas Indonesia:Depok. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,
dan Pemberantasan. Semarang: Erlangga
Masriadi. 2014. Pengantar Epidemiologi.
Makassar: Leutika Nouvalitera.

Priscila E. Asa.2013. Pengaruh


Penggunaan Kelambsu,
Repellent, Bahan Anti Nyamuk
Dan Kebiasaan Keluar Rumah
Malam Hari Terhadap Kejadian
Malaria Di Desa Lobu Dan Lobu
Ii Kecamatan Touluaan
Kabupaten Minahasa Tenggara
Tahun 2013. Universitas Sam
Ratulangi.

Santy. 2014. Hubungan antara faktor


individu dan faktor lingkungan
dengankejadian malaria Di desa
sungai ayak 3 kecamatan
belitang hilir kabupaten sekadau.
Universitas Tanjungpura.

Semuel franklyn yawan. 2006. Analisis


faktor risiko kejadian malaria di
Wilayah kerja puskesmas bosnik
kecamatan Biak timur Kabupaten
biak – numfor Papua. Tesis.
Semarang: Universitas
diponegoro.

Soegeng S. 2004. Kumpulan Makalah


Penyakit Tropis dan Infeksi di

18 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):9-18

19 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):19-27

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENAPISAN FITOKIMIA DARI


EKSTRAK DAUN PAKOASI DAN KLUWIH SEBAGAI SUMBER
ANTIOKSIDAN ALAMI

Nurlaila Agustikawati1, Yayuk Andayani2, Dedy Suhendra3


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Griya Husada Sumbawa
2,3
Program Studi Magister Pendidikan IPA, Program Pascasarjana Universitas Mataram
Email: ella.agustika.ea@gmail.com

ABSTRAK

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralisir radikal bebas. Penggunaan antioksidan sintesis tidak
direkomendasikan oleh BPOM karena beberapa diantaranya bersifat karsinogenik, sehingga perlu dikembangkan
antioksidan alami dari tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan
mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder dari ekstrak daun pakoasi dan daun kluwih. Analisis dilakukan
menggunakan metode DDPH (1,1-diphenyl-2-pikrylhydrazyl). Hasil uji aktivitas antioksidan dinyatakan dalam nilai
Inhibition Concentration (IC50). Nilai IC50 untuk ekstrak daun pakoasi dan daun kluwih berturut-turut 89,659 μg/mL
dan 54,719 μg/mL lebih besar dibandingkan dengan nilai IC50 vitamin C yaitu 46,74 μg/mL. Analisis kualitatif
senyawa antioksidan menggunakan teknik KLT menunjukkan adanya tujuh profil kromatogram untuk ekstrak daun
pakoasi dan empat profil kromatogram untuk ekstrak daun kluwih. Selain itu analisis fitokimia ekstrak daun pakoasi
dan daun kluwih menunjukkan adanya kandungan senyawa saponin, tanin, fenol, flavonoid, steroid dan triterpenoid.
Berdasarkan hasil analisis ini disimpulkan bahwa ekstrak daun pakoasi dan daun kluwih berpotensi sebagai sumber
antioksidan alami yang dapat dilihat dengan nilai IC50 pada sampel berada dalam kategori kuat dan didukung dari
hasil analisis fitokimia yang mengidentifikasi adanya senyawa fenol dan flavonoid yang berperan sebagai
antioksidan.

Kata kunci : Aktivitas Antioksidan, ekstrak etanol, daun pakoasi, daun kluwih, daun buncis, Analisis
fitokimia

1. PENDAHULUAN rokok, polusi lingkungan, radiasi, obat-


Berbagai penyakit, seperti kanker obatan, pestisida, anestetik, limbah industri,
kulit, diabetes melitus, kegagalan ginjal, ozon, serta sinar ultraviolet (Agarwal, et al.,
penyakit kardiovaskuler, katarak dan 2010).
penuaan dini telah diketahui erat kaitannya Radikal bebas adalah spesi kimia
dengan radikal bebas (Astawan, 2004). yang tidak memiliki pasangan elektron
Senyawa radikal bebas dalam tubuh dikulit terluar sehingga sangat reaktif dan
terbentuk dari proses metabolisme normal mampu bereaksi dengan protein, lipid,
tubuh atau dapat terbentuk dari luar tubuh. karbohidrat atau DNA. Reaksi antara radikal
Sumber dalam tubuh misalnya terbentuk bebas dengan molekul-molekul ini akan
dari xanthine oxidase, mitokondria, berakibat pada timbulnya suatu penyakit
fagositosis, reaksi oleh besi atau logam (Rao dkk, 2011). Reaksi radikal bebas dapat
transisi lain, pembentukan arakidonat, menimbulkan berbagai panyakit seperti
peroksisom, inflamasi, serta olahraga. kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta
Sumber dari luar tubuh terbentuk dari asap penyakit degenerative lainnya (Barus, 2009).

19 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):19-27

Radikal bebas yang merusak tubuh manusia terhadap bahaya radikal bebas
dapat dinetralisir oleh senyawa antioksidan. (Rohman dan Riyanto, 2010). Hal ini
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat dikarenakan potensi antioksidan yang
menghambat oksigen reaktif dan radikal terdapat dalam tanaman dan buah-buahan
bebas dalam tubuh. Senyawa antioksidan ini tersebut, seperti karoten, flavonoid,
akan menyerahkan satu atau lebih elektron komponen fenolik lain, vitamin C dan E
kepada radikal bebas sehingga menjadi (Windono et al, 2001). Antioksidan alami
bentuk molekul yang normal kembali dan banyak ditemukan pada tanaman seperti biji-
menghentikan berbagai kerusakan yang bijian, buah dan sayur-sayuran yang
ditimbulkan. Kerusakan oksidatif atau mempunyai manfaat bagi kesehatan.
kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh Beberapa tanaman telah dilakukan
pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan pengujian terhadap beberapa penyakit antara
endogen seperti enzim catalase, glutathione lain ekstrak pakoasi sebagai antikolestrol
peroxidase, superoxide dismutase, dan (Ikewuchi, 2011) dan ekstrak daun kluwih
glutathione S-transferase. Namun jika sebagai antidiabetes (Marianne dkk., 2011).
senyawa radikal bebas terdapat berlebih Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian
dalam tubuh atau melebihi batas oleh Marianne dkk., (2014) bahwa ekstrak
kemampuan proteksi antioksidan seluler, etanol pakoasi mengandung senyawa
maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari alkaloid, flavonoid, tannin dan asam amino.
luar atau antioksidan eksogen untuk Dalam penelitian yang dilakukan oleh
menetralkan radikal yang terbentuk Mariana dkk., (2013) bahwa daun kluwih
(Reynertson, 2007). mengandung senyawa flavonoid.
Berdasarkan sumbernya, antioksidan Pemanfaatan tanaman kluwih selama
dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu ini hanya pada buah dan batangnya,
antioksidan alami dan antioksidan sintesis. sedangkan tanaman pakoasi dianggap hama.
Menurut Tristantodkk (2014) penggunaan Sementara ketersediaan kimia aktif dari
antioksidan sintesis yang umum digunakan daun sangatlah melimpah diantaranya
adalah butylated hydroxyl toluene (BHT), alkaloid, pectin, resin, vitamin-vitamin,
butylated hydroxyl anysol (BHA), butylated mineral, senyawa aromatis, klorofil,
hydroxyl quione (BHQ) dan Propylgallate flavanol, katekin, protein danasam amino
(PG). Penggunaan antioksidan sintesis pada daun teh (Towaha dan Balittri, 2013).
dalam bidang industry pangan tidak Pemanfaatan tanaman obat didasari
direkomendasikan oleh badan pengawas dari kandungan kimia aktif pada tanaman
obat dan makanan (Barus, 2009). Selain itu, tersebut yang sebagian besar merupakan
dibutuhkan antioksidan alami sebagai senyawa metabolit sekunder. Senyawa
alternatif dalam bidang kesehatan dan metabolit sekunder inilah yang berperan
industri (Subiyandono, 2013). sebagai antioksidan alami. Selama ini
Studi epidemiologi menunjukkan penelitian tentang antioksidan alami
bahwa beberapa tanaman dan buah-buahan dilakukan pada buah dan batang tanaman,
terbukti bermanfaat melindungi tubuh sehingga dalam penelitian ini akan

20 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):19-27

dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan diperoleh ekstrak kental daun pakoasi dan
metode DPPH dan identifikasi senyawa kluwih sebanyak 13,75gr dan 11,92 gr.
metabolit sekunder dari ekstrak daun
pakoasi dan daun kluwih melalui penapisan Analisis Fitokimia
fitokimia yang berpotensi sebagai sumber 1. Uji Alkaloid
antioksidan alami. 0,1 gr ekstrak sampel dilarutkan dalam 10
mL CHCL3 dan 4 tetes NaOH kemudian
2. METODE PENELITIAN saring kedalam tabung reaksi dan kocok.
Alat dan Bahan Tambahkan H2SO4 dan kocok sampai
Alat yang digunakan pada penelitian ini
terbentuk 2 lapisan. Lapisan yang berada
adalah alat-alat gelas yang umum di
diatas diambil untuk diujikan masing-
laboratorium, blender, neraca analitik, pipet
masing dengan pereaksi Meyer dan
volumetri, rotary evaporator, alat KLT dan
Pereaksi Dragendorf. Ekstrak sampel
spektrofotometer UV Light & UV Kon
yang positif mengandung alkaloid dengan
XL/XS, lampu UV λ254 dan λ365.
pereaksi Meyer akan menghasilkan
Sedangkan bahan yang digunakan dalam
endapan putih dan pereaksi Dragendorf
penelitian ini adalah daun kluwih dan daun
menghasilkan endapan jingga.
pakoasi, aquades, etanol 70% teknis dan p.a,
plat KLT GF254, n-heksan,etil asetat, serbuk
2. Pengujian Saponin
magnesium, asam klorida pekat 37% v/v,
0,1 gr ekstrak sampel ditambahkan 10 mL
H2SO4 pekat 97% v/v, NH4OH, FeCl3 1%
aquades yang dipanaskam selama 5 menit
v/v, FeCl3 5% w/v, larutan amoniak,
kemudian saring kedalam tabung reaksi.
klorofom, pereaksi Dragendorff, pereaksi
Tambahkan 4 tetes HCl 2M kemudian
Meyer, anhidrat asetat, amil-alkohol, DPPH
kocok kuat. Hasil uji positif saponin
Merck, vitamin C.
ditandai dengan terbentuknya busa yang
stabil selama 10 menit.
Ekstraksi
Daun pakoasi dan kluwih dikeringanginkan
3. Uji Tanin
selama 5 hari kemudian diblender dan
0,1 gr ekstrak sampel ditambahkan
diayak untuk mendapatkan sampel dalam
aquades yang dipanaskan selama 5 menit
bentuk serbuk yang lebih halus. Hal ini
lalu saring kedalam tabung reaksi,
bertujuan untuk memperluas daerah
kemudian tambahkan 3 tetes FeCl3 1%.
penyerapan oleh pelarut pada saat proses
Hasil uji positif ditunjukkan terbentuknya
ekstraksi. Sampel yang telah halus
warna hijau kehitaman pada larutan
dimaserasi menggunakan pelarut etanol
sampel.
70%. Ekstrak sampel diperoleh dengan
merendam 100 gr serbuk sampel dengan 1L
4. Uji Fenol
etanol 70% selama 2 x 24 jam Filtrat yang
0,1 gr ekstrak sampel ditambahkan
dihasilkan dilanjutkan dengan proses
aquades yang dipanaskan selama 5 menit
evaporasi dan pemanasan sehingga
lalu saring, kemudian tambahkan 3 tetes

21 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):19-27

FeCl3 5%. Hasil uji positif ditunjukkan masing-masing larutan ditambahkan 1 mL


dengan terbentuknya warna hijau pada larutan DPPH 0,5 mM kemudian diinkubasi
larutan sampel. selama 30 menit dalam ruang gelap. Ukur
pada panjang gelombang maksimum (517
5. Uji Flavonoid nm (Kurnia, 2013)). Nilai persentasi daya
0,1 gr ekstrak sampel ditambahkan 10 mL hambat yang diwakili oleh nilai IC50
aquades dan dipanaskan selama 5 menit dihitung dengan rumus:
lalu saring. Tambahkan 0,5 mg serbuk (𝐴 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜𝑙−𝐴 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘)
% inhibisi = 𝐴 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑜
x 100%
Mg, 1 mL HCl dan 1 mL amilalkohol
Keterangan :
kemudian kocok dengan kuat. Hasil
A blangko = serapan radikal DPPH
positif ditandai dengan terbentuknya
0,5 mM
warna merah, kuning atau jingga pada
A sampel = serapan radikal DPPH
larutan sampel.
Setelah ada sampel

6. Uji Steroid dan Triterpenoid


Hasil dibuatkan kurva untuk
0,1 gr ekstrak sampel dilarutkan dalam 2
memperoleh persamaan regresi dengan
mL kloroform lalu tambahkan 10 tetes
konsentrasi ekstrak (μg/mL) sebagai absis
anhidrida asetat dan 3 tetes H2SO4 pekat
(sumbu x) dan nilai % inhibisi sebagai
melalui dinding tabung reaksi. Hasil
ordinat (sumbu y). Nilai IC50 dihitung pada
positif triterpenoid ditandai terbentuknya
saat nilai % inhibisi sebesar 50% dengan
cincin kecoklatan dan munculnya warna
menggunakan persamaan Y= ax + b (Wijaya
hijau menandakan adanya steroid.
dkk, 2014).

Analisis Senyawa Antioksidan Metode


KLT
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
0,5 gr ekstrak sampel dilarutkan dengan Senyawa Antioksidan dalam Ekstrak
etanol 70%. Campurkan eluen n- Daun Pakoasi dan Kluwih
heksan:kloroform dengan perbandingan 2:8. Berdasarkan hasil analisis kulaitatif
Setelah elusi selesai keringkan plat senayawa antioksidan dengan teknik KLT
kemudian semprotkan dengan larutan DPPH diperoleh beberapa profil kromatogram
0,5 mM. Uji positif antioksidan ditandai senyawa antioksidan dengan nilai Rf pada
dengan bercak kuning dengan latar belakang ekstrak daun pakoasi (0,14, 0,20, 0,28, 0,36,
ungu. 0,46, 0,52 0,56) dan ekstrak daun kluwih
(0,12, 0,18, 0,28, 0,36). Berdasarkan nilai Rf
tersebut ekstrak daun pakoasi dan daun
Analisis Aktivitas Antioksidan dengan kluwih memiliki senyawa antioksidan yang
Metode DPPH sama yang dapat dilihat dari nilai Rf yang
Larutkan ekstrak sampel kemudian sama pada 0,36.
buatkan variasi larutan 500, 400, 300, 200
dan 100 ppm masing-masing 10 mL.

22 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):19-27

Hasil uji aktivitas antioksidan dengan


DPPH disajikan dalam bentuk kurva
hubungan persen penghambatan dengan
konsentrasi sampel sehingga diperoleh
persamaan regresi untuk menentukan nilai
IC50. Semakin tinggi konsentrasi sampel
yang digunakan untuk bereaksi dengan
DPPH semakin turun nilai absorbansinya
yang berarti semakin tinggi persen
penghambatan terhadap radikal DPPH oleh
antioksidan.
Aktivitas antioksidan digambarkan
pada nilai IC50 pada vitamin C, ekstrak daun
Gambar . Hasil Uji KLT senyawa antioksidan (a)
setelah penyemprotan DPPH (c) dibawah
pakoasi dan daun kluwih secara berurutan
lampu UV 366 nm yaitu 46,74 μg/mL, 89,65 μg/mL dan 54,72
μg/mL. Hasil uji aktivitas antioksidan dapat
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun dilihat dalam grafik pada Tabel 1.
Pakoasi dan Kluwih

Tabel 1. Data Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C, Ekstrak Daun Pakoasidan Kluwih
Konsentrasi Absorbansi Daya Hambat Pers. Regresi
Sampel IC50 (μg/mL)
(ppm) (A) (%) (y=ax+b)
100 0,145 55,65
200 0,119 63,60
Vitamin C 300 0,099 69,72 y = 0,089x + 45,84 46,74
400 0,054 83,48
500 0,032 90,214

100 0,168 48,62


200 0,125 61,77
Ekstrak Daun 300 0,097 70,33 y = 0,088x + 42,11 89,659
Pakoasi
400 0,074 77,37
500 0,049 85,01

100 0,156 52,29


200 0,118 63,91
Ekstrak Daun 300 0,085 74,006 y = 0,089x + 45,13 54,719
Kluwih
400 0,062 81,039
500 0,038 88,379

Aktivitas antioksidan dapat dilihat dari (Molenuux, 2004). Hal ini dikarenakan
penurunan intensitas warna DPPH yang semakin banyak atom hidrogen yang
memudar dari ungu menjadi kuning didonorkan oleh ekstrak sampel untuk

23 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):19-27

menghambat radikal DPPH mengakibatkan Antioksidan (A••H) yang mempunyai


meningkatnya kompleks non radikal DPPH fungsi utama yang sering disebut sebagai
sehingga karakteristik radikal DPPH antioksidan primer. Senyawa ini dapat
menurun. Semakin besar konsentrasi ekstrak memberikan atom hidrogen secara cepat ke
sampel, warna kuning pada larutan uji yang radikal DPPH atau mengubahnya ke bentuk
dihasilkan akan semakin kuat lebih stabil, sementara turunan radikal
(Widyaningsih, 2010).. Secara umum reaksi antioksidan (A•) tersebut memiliki keadaan
radikal DPPH dengan antioksidan dapat lebih stabil dibanding radikal DPPH.
dilihat pada Gambar 1. Radikal-radikal antioksidan (A•) yang
terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil
dan tidak mempunyai cukup energi untuk
dapat bereaksi dengan molekul lain
membentuk radikal bebas baru.

Metabolit Sekunder dalam Ekstrak Daun


Pakoasi dan Kluwih
Analisis kualitatif senayawa
antioksidan dengan teknik KLT diperkuat
Antioksidan
dengan hasil uji fitokimia yang
menunjukkan ekstrak daun pakoasi dan
kluwih positif mengandung flavonoid, fenol
tannin, saponin, steroid dan triterpenoid.
Hasil uji fitokimia secara keseluruhan
1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil DPPH Netral
ditunjukkan pada Tabel 2.
Gambar 1 Reaksi Umum Radikal DPPH dengan
Antioksidan (Windono et al., 2001)

Tabel 2 Hasil Uji Fitokimia Ekstrak daun Pakoasi, ekstrak daun Kluwih dan ekstrak daun Buncis
Hasil
Ekstrak daun Ekstrak daun
analisis Pereaksi Hasil Pengamatan
pakoasi kuwih
Fitokimia
Meyer Tidak terbentuk endapan putih - -
Alkaloid
Dragendorf Tidak terbentuk endapan merah bata - -
Mg, HCl pekat
Flavonoid Terbentuk warna kuning atau jingga + +
amilalkohol
Tannin FeCl3 1% Terbentuk warna hijau kehitaman + +
Saponin Air panas dan HCl Timbul busa + +
Fenol FeCl3 5% Terbentuk warna hijau - +
Triterpenoid Terbentuk cincin kecoklatan dan larutan
Liebermann-Burchard + +
dan steroid berwarna hijau
Keterangan:
(-) = tidak terdapat kandungan
(+) = Terdapat kandungan

24 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):19-27

Berdasarkan uji fitokimia aktivitas antioksidan yang tinggi.


menunjukkan keberadaan senyawa Sedangkan saponin yang mampu meredam
flavonoid, fenol, tannin, saponin, steroid superoksida melalui pembentukan
dan triterpenoid menunjukkan bahwa intermediet hidroperoksida sehingga
ekstrak daun pakoasi dan daun kluwih mencegah kerusakan biomolekular oleh
berpotensi sebagai sumber antioksidan radikal bebas (Yuhernita dan Juniarti,
alami. 2011).
Efektifitas senyawa flavonoid dalam Golongan senyawa yang aktif
menangkal radikal DPPH sebagian besar sebagai antioksidan pada batang, buah dan
bergantung pada struktur, hidrofobisitas, daun mengkudu berasal dari senyawa
aktivitas biologis dan aktivitas oksidatif. flavonoid (Crichtonet. al, 2013) dan
Kemampuan pemutusan reaksi berantai triterpenoid, tannin, dan steroid glikosida
radikal oleh flavonoid terutama bergantung dapat berperan sebagai antioksidan dan
pada kehadiran setidaknya dua kelompok antimikroba (iwalukom et. al, 2007).
o-hidroksil pada cincin B. hal ini Hal ini diperkuat dengan nilai IC50
memungkinkan pembentukan ikatan pada ketiga ekstrak sampel menunjukkan
hidrogen intramolekul antara kelompok bahwa aktivitas antioksidannya berada
hidroksil yang meningkatkan stabilitas dalam kategori kuat karena nilai IC50
radikal fenoksil. Struktur kimia senyawa ketiga ekstrak sampel berada diantara 50
flavonoid sebagai antiokidan dapat dilihat ppm sampai 100 ppm (Putranti, 2013).
pada Gambar 5.12.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Senyawa metabolit sekunder yang
terkandung dalam ektrak daun
pakoasi, daun kluwih dan daun buncis
Gambar 5.12 struktur kimia senyawa flavonoid adalah flavonoid, tannin, saponin,
sebagai antioksidan fenol, steroid dan triterpenoid.
2. Aktivitas antioksidan pada ekstrak
Dijelaskan lebih lanjut bahwa grup daun pakoasi, daun kluwih dan daun
hidroksil pada cincin B senyawa flavonoid buncis dikategorikan antioksidan kuat
mendonorkan ion hidrogen dengan sehingga berpotensi dijadikan sebagai
mendonorkan sebuah electron ke radikal sumber antioksidan alami
hidroksil dan peroksil sehingga
menstabilkan kedua radikal tesebut dan DAFTAR PUSTAKA
membentuk radikal flavonoid yang relative Agarwal, A., Thompson, A., Kothari, S.,
stabil (Heim et al., 2002). Plessis, S. 2010. Free Radicals:
Their Beneficial and Detrimental
Selain senyawa polifenol, senyawa Effects on Sperm Function. Indian
triterpenoid juga diketahui memiliki Journal of Experimental Biology, 48
(9): 425-435

25 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):19-27

Barus, Pina. 2009. Pemanfaatan Bahan Activity. Songklanakaring Journal


Pengawet dan Antioksidan Alami Science of Technology. 26 (2): 211-
pada Industri Bahan Makanan. 219
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
besar Tetap dalam Bidang Kimia Putranti, Ristiyana Ika. 2013. Skrining
Analitik. Rapat terbuka Universitas Fitokimia dan Aktivitas
Sumatera Utara: Medan Antioksidan Ekstrak Rumput Laut
Sargassum duplicatum dan
Crichton, G.E., Bryan, J., Murphy, K.J. Turbinaria ornate Dari Jepara.
2013. Dietary antioxidants, Tesis S2.Universitas Diponegoro
cognitive function and dementia--a Semarang
systematic review. Plant Foods for
Human Nutrition68 (3): 279–92 Rao, S.P., Kava, S., Yerramili, A.,
Mamidi, A. 2011. Free Radicals
Iwalokum, B.A., Usen, U.A., Otunba, and Tissue Demage : Role of
A.A., Olukoya, D.K. 2007. Antioxidants. Free Radicals and
Comparative phytochemical Antioxidants Journal, 1 (4)
evaluation, antimicrobial and
antioxidant properties of Pleurotus Reynertson, K. A., 2007, Phytochemical
ostreatus. African Biotechno. Analysis of Bioactive Constituens
6:1732-1739. from Edible Myrtaceae Fruit,
Dissertation, The City University
Kurnia, Nova. 2013. Uji Aktivitas of New York, New York.
Antioksidan Ekstrak Air Buah
Buncis ( Phaseolus vulgaria L.). Rohman, A., Riyanto, S., Yuniarti, N.,
Saputra, W. R., Utami, R. &
Tesis S2 Universitas Mataram
Mulatsih, W., 2010, Antioxidant
Mariana, L., Andayani, Y., Gunawan, E.R. activity, total phenolic, and total
2013. Analisis Senyawa Flavonoid flavaonoid of extracts and fractions
Hasil Fraksinasi Ekstrak of red fruit (Pandanus conoideus
Diklorometana Daun Kluwih. Lam), International Food Research
Chemistry Progress 6 (2) Journal,17, 97-106

Marianne., Yuandani., Rosnani. 2011. Subiyandono. 2013. Uji Aktivitas


Antidiabetic Activity From Ethanol Antioksidan Ekstrak Camellia
Extract of Kluwih’s Leaf sinensis, Hibicus sabdariffa dan
(Artocarpus camansi). Jurnal Phaleria macrocarpa (Scheff.)
Natural 11 (2) Boerl. Secara Spektofotometri
dengan DPPH. Jurusan Farmasi
Marianne., Lestari, D., Sukandar, EY., POLTEKES DEPKES Palembang
Kurniati, NF.,Nasution, R. 2014.
Antidiabatic Activity of Leaves Tristanto, R., Putri, M.A., Situmorang,
Ethanol Chromolaaena odorata (L.) A.P., Suryanti. 2014. Optimalisasi
R.M. king on Induced Male Mice Pemanfaatan Daun Lamun
with Alloxan Monohydrate. Jurnal Thalassia hemprichii sebagai
Natural 14 (1): 1-4 ISSN 1141-8513 sumber antioksidan alami.
Available online at Indonesian
Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable Journal of Fisheries Science and
Free Radical Diphenylpicrylhidrazyl Techonology (IJFST) Vol. 10 No.1:
(DPPH) for Estimating Antioxidant 26-29

26 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):19-27

Towaha, J. dan Balittri. 2013. Kandungan


Senyawa Kimia pada Daun The
(Camellia sinensis). Warta
Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri, Volume 19
Nomor 3
Widyaningsih, W. 2010. Uji Aktivitas
Antioksidan Ektrak Etanol Daun
Dewa (Gynura procumbens)
dengan Metode DPPH (1,1-difenil-
2-pikrilhidrazil). [Proiding Seminar
Nasional Kosmetika Alami]

Wijaya, Dwi Putra., Paendong, Jessy E.,


Abijulu, Jemmy. 2014. Skrining
Fitokimia dan Uji Aktivitas
Antioksidan dari Daun Nasi
(Phrynium capitatum)dengan
Metode DPPH (1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil).Jurnal Mipa Unsrat
Online 3 (1) 11-15
Windono, T., Soediman, S., Yudawati, U.,
Ermawati, E., Srielita, A. &
Erowati, T. i., 2001, Uji Peredaman
Radikal Bebas Terhadap 1,1-
Diphenyl-2-Picrilhydrazil (DPPH)
dari Ekstrak Kulit Buah dan Biji
Anggur (Vitis viniferaL.)
Probolinggo Biru dan Bali,
Artocarpus,Vol.1 No.1, 34-43

27 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa|


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):28-31

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN


CONSTRUCTED WETLANDS TEKNIK SURFACE FLOW (SF)

Iga Maliga1 , Chay Asdak2, Rubianto A. Lubis3


1,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Griya Husada Sumbawa
2
Magister Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Padjadjaran
3
Magister Ilmu Kimia, Sekolah Pascasarjana Universitas Padjadjaran
e-mail: Iga15002@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK

Air limbah domestik merupakan air bekas yang dihasilkan dari berbagai aktivitas rumah tangga seperti
memasak, mencuci, mandi, dan sebagainya. Air limbah domestik cenderung diabaikan karena tidak
memiliki efek/dampak yang langsung terlihat oleh mata. Air limbah domestik yang tidak diolah menjadi
salah satu permasalahan rumit karena terjadinya efek akumulasi di badan air (body water). Seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk di Kota Bandung, proses pengelolaan air limbah domestik menjadi suatu
hal yang harus dipertimbangkan untuk mencegah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh
pembuangan air limbah domestik oleh warga. Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung dengan lokasi
penelitian di Kantor Pusat Pengembangan dan Penelitian Sumber Daya Air (Pusair) dan melibatkan warga
RW 09 Kelurahan Dago. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi antara kualitatif dan kuantitatif.
Metode ini biasa disebut dengan mixed methods. Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas
proses pengelolaan air limbah domestik yang dilakukan dengan Constructed Wetlands teknik Surface
Flow dengan melihat berbagai parameter kualitas air limbah domestik seperti Residu Tersuspensi, BOD,
COD, Amonia Total, dan detergen. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai efektivitas yang bervariasi
dengan variasi debit 0,01 L/ detik; 0,05 L/detik dan 0,1 L/detik dengan persen reduksi nilai kadar
pencemar terjadi pada hampir semua parameter air limbah domestik yaitu BOD, COD, Amonia total,
detergen, dan residu tersuspensi dengan persentase reduksi berkisar pada 25% hingga 97,5% pada masing-
masing parameter. Perbedaan variasi debit memengaruhi nilai efektivitas proses pengelolaan air limbah
dometik tersebut.

Kata Kunci : Air Limbah Domestik, Constructed Wetlands, Teknik Surface Flow

A. PENDAHULUAN Penggunaan air bersih untuk


Jumlah penduduk yang terus kebutuhan sehari-hari maupun komersil
meningkat seiring berdampak pada menyebabkan meningkatnya jumlah air
ketersediaan sumber daya alam dan daya limbah domestik. Peningkatan jumlah air
dukung lingkungan dalam menjalankan limbah domestik yang tidak diimbangi
layanan ekosistemnya. Jumlah penduduk dengan peningkatan badan air dapat
Indonesia secara keseluruhan saat ini menyebabkan permasalahan yang
mencapai 254,9 juta jiwa (BPS, 2015). berkaitan dengan daya dukung dan daya
Jumlah tersebut diprediksikan akan terus tampung air permukaan. Limbah air
meningkat. Peningkatan jumlah domestik juga dapat mengganggu
penduduk tersebut berbanding lurus kestabilan ekosistem perairan yang
dengan meningkatnya kebutuhan air berakibat fatal pada keanekaan hayati
bersih (Shankwar et al, 2015). ekosistem dan landscape perairan. Selain

28 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):28-31

itu, pengelolaan air limbah domestik yang dari air bekas mandi, air cucian, dan air
tidak tepat berdampak pada yang berasal dari dapur (Gross et al.,
meningkatnya produksi CO2 and CH4 2015). Greywater yang merupakan
yang berpotensi memiliki dampak pada limbah domestik biasanya tidak diolah
kasus global warming (Rosso and lebih lanjut sehingga seringkali dibuang
Stenstrom, 2007 dalam UNEP, 2015). langsung melalui selokan ataupun
Asdak (2010) menjelaskan bahwa dibiarkan meresap ke dalam tanah.
menurunnya kualitas air tidak hanya Greywater mengandung berbagai
disebabkan oleh faktor-faktor perubahan polutan kimia maupun organik yang
lingkungan, tetapi juga semakin berasal dari detergent, shampoo, sabun,
banyaknya kegiatan industri yang lemak, dan bahan-bahan lain. Greywater
membuang limbahnya ke perairan tanpa seringkali menimbulkan masalah yang
dilakukan dan kurang memadainya serius karena limbah domestik kategori
“treatment” yang dilakukan oleh industri. ini berjumlah sekitar 70% dari total
Masalah ini menjadi lebih berat karena limbah domestik yang ada. Greywater
pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan juga memiliki kandungan nutrient, antara
industri pemakai air permukaan serta air lain: Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium
tanah. (K), logam berat, dan
Limbah domestik atau rumah tangga bakteri/mikroorganisme pathogen
yang biasa dikenal dengan sebutan (Shankwar et al., 2015).
greywater merupakan limbah yang terdiri

Gambar 1. Komposisi Perbandingan Limbah Domestik (Imhof et al., 2005)

Dengan jumlah yang banyak mengkhawatirkan adalah terkait dengan


tersebut, jika tidak diolah, maka isu kelangkaan air bersih.
menimbulkan beberapa dampak. Pulau Jawa mempunyai persentase
Beberapa dampak yang dapat terbesar rumah tangga yang
ditimbulkan, yaitu: tercemarnya badan air menggunakan air tanah sebagai sumber
permukaan, rusaknya kualitas tanah air minum, yaitu sekitar 62%
karena air langsung dibuang tanpa ada (Kementerian Lingkungan Hidup
pengolahan yang disebabkan oleh Republik Indonesia, 2010). Adanya
kandungan polutan yang ada dalam kekhawatiran mengenai interfensi
materi air limbah, dan yang lebih manusia terhadap air, supply air bersih

29 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):28-31

yang tidak seimbang, dan tidak tepatnya dibuang ke air permukaan. Hal ini sudah
manajemen pengolahan air limbah menyuratkan bahwa air limbah domestik
domestik, maka proses pengolahan untuk memang seharusnya diolah terlebih
penggunaan kembali air limbah domestik dahulu sebelum dibuang. Hampir semua
ini menjadi salah satu isu utama seiring proses manajemen air limbah domestik
dengan meningkatnya kebutuhan air, dihadapkan pada berbagai tantangan yang
khususnya kebutuhan konsumsi ataupun sama, yaitu masalah biaya, kemudahan
kegiatan agrikultural (Shankwar et al, dalam pelaksanaannya, dan dapat
2015). Dengan demikian, limbah cair diterima oleh publik, serta kebutuhan
domestik yang tidak diolah secara lahan/tempat yang relatif kecil
langsung dapat menyebabkan (Mcilwaine dan Redwood, 2011).
permasalahan yang mendasar pada Saat ini berkembang suatu teknik
ketersediaan dan kemurnian air bersih. Surface Flow (SF) Wetlands yang
Guna mengantisipasi potensi dampak mengombinasikan berbagai jenis tanaman
yang ditimbulkan akibat pencemaran air air yang mampu menyerap polutan pada
limbah domestik, maka perlu upaya limbah domestik tersebut agar menjadi
minimasi limbah, baik itu dari aspek air yang dapat digunakan lagi (reuse).
kebijakan pemerintah untuk menekan SF Wetlands adalah salah satu
jumlah air limbah domestik yang teknologi alternatif pengolahan air limbah
dihasilkan maupun dari aspek ilmu domestik dengan menggunakan tanaman
pengetahuan dan teknologi guna air (Davis, 1996). Kandungan Nitrogen
mendapatkan berbagai alternatif dan Fosfor akan diserap oleh tanaman
teknologi pengolahan limbah yang efektif untuk kepentingan pertumbuhan tanaman,
dan efisien. Sebagai salah satu proses juga akan memerngaruhi nilai BOD,
keberlanjutan dan pengendalian COD, kandungan nutrient, bakteri, dan
pencemaran lingkungan, maka sudah menghilangkan bau serta menjernihkan
seharusnya air limbah domestik air. Penggunaan tehnologi alternatif ini
mendapatkan fokus utama untuk diolah diklaim relatif lebih murah, lahan yang
lebih lanjut. digunakan relatif lebih kecil dan mudah
Peraturan mengenai pengolahan dilaksanakan sehingga sangat cocok
limbah domestik sebenarnya sudah diterapkan di mana saja baik di perkotaan
diungkapkan dalam aturan Keputusan yang terkendala lahan maupun di daerah
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 pedesaan. Faktanya, teknik ini belum
tahun 2003 tentang baku mutu air limbah banyak digunakan dikalangan masyarakat
domestik. Dalam pasal 1 ayat 3 yang baik skala pemukiman maupun pada
menyatakan Pengolahan air limbah skala yang lebih luas dalam bidang
domestik terpadu adalah sistem perhotelan, pusat perbelanjaan, maupun
pengolahan air limbah yang dilakukan apartement.
secara bersama-sama (kolektif) sebelum

29 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):28-31

Gambar 2. Design SF Constructed Wetlands (Irianto et al., 2015)

Meningkatnya jumlah pemukiman Penelitian ini bertujuan untuk


dan industri di Kota Bandung juga mengetahui nilai efektivitas pengelolaan
mengakibatkan bertambahnya beban air limbah domestik dengan
polutan, terutama polutan organik menggunakan Constructed Wetlands
(Wangsaaatmaja, et al., 2006). Hal ini teknik Surface Flow.
disebabkan juga oleh buruknya kualitas B. METODOLOGI
limbah cair domestik yang dibuang Penelitian ini menggunakan metode
langsung ke badan air (air permukaan). kombinasi antara kualitatif dan
Ditambah lagi kadar/konsentrasi kuantitatif. Metode ini biasa disebut
pencemar di dalamnya tidak besar tetapi dengan mixed methods. Creswell (2009)
dengan akumulasi dari berbagai sumber mengatakan bahwa data yang bervariasi
akan mengakibatkan meningkatnya kadar atau terdiri dari beberapa komponen baik
pencemaran yang merusak kualitas tanah secara kualitatif maupun kuantitatif
dan air permukaan (Kivaisi, 2001). memiliki keunggulan tersendiri yang
Menurut Kelompok Kerja Sanitasi (dalam harus dipecahkan dengan masing-masing
Arifin et al., 2013), sungai-sungai di Kota metode secara kombinasi. Adapun jenis
Bandung tercemar oleh bakteri E. Coli mixed methods yang digunakan adalah
yang mana bakteri ini merupakan jenis concurent.Penelitian ini dilakukan
parameter tercemarnya sungai oleh air di Kelurahan Dago (Kawasan perumahan
limbah. Artinya, pelayanan dan di sekitar Kantor Pusair Bandung Jalan Ir.
pengelolaan air limbah rumah tangga H. Djuanda 193 yang menjadi lokasi
masih sangat rendah. Dengan demikian, pengelolaan air limbah domestik secara
penelitian ini perlu dilakukan untuk kolektif. Penelitian ini dilaksanakan dari
dijadikan solusi yang ramah lingkungan Desember 2016 sampai Februari 2017.
dan mudah diadaptasi di rumah-rumah Objek yang diteliti adalah air limbah
warga secara komunal. domestik dan warga masyarakat yang
berada di Kelurahan Dago, kemudian

29 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):28-31

diolah dengan menggunakan instalasi SF


Wetlands di Kantor Pusat Penelitian dan Berdasarkan hasil penelitian dengan
Pengembangan Sumber Daya Air (Pusair) melibatkan parameter, seperti Residu
Bandung. Tersuspensi, BOD, COD, Amonia Total, dan
detergen. Ada beberapa parameter yang
Beberapa aspek parameter
memiliki nilai melebihi ambang batas yang
kualitas air limbah domestik yang
telah ditentukan.
dianalisis dalam penelitian ini di
Analisis untuk efektifitas pengelolaan
antaranya adalah suhu, Residu air limbah domestik akan dievaluasi
Tersuspensi, Amonia Total, Detergen, berdasarkan persen (%) penurunan BOD,
BOD, dan COD. COD, pH, Suhu, TSS, total koliform, Fosfat
Total, Nitrogen Organik, Nitrat, Nitrit, dan
C. HASIL DAN DISKUSI Amonia Total di bagian inlet dan outlet dari
Tabel 2. Hasil Analisis Kualitas Air Limbah
konstruksi SF Wetlands tersebut, dengan
Domestik Sebelum Treatment rumus berikut (Soeparman dan Suparmin,
Parameter satuan hasil keterangan 2001).
Suhu °C 23,3 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑙𝑒𝑡−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡
Residu mg/L 10
Efektivitas = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑙𝑒𝑡
× 100%
tersuspensi
Amonial mg/L 12,6 Di atas Proses pengelolaan air limbah dengan
ambang
Total batas menggunakan teknik SF Wetlands memiliki
Deterjen mg/L 1,41 standar nilai efektivitas untuk setiap parameter dalam
(MBAS)
BOD mg/L 27 mereduksi nilai/kadar pencemar seperti yang
COD mg/L 63 terlihat dalam tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Nilai Efektivitas Persen Reduksi Kualitas Air Limbah Domestik dengan
Menggunakan SF Wetlands
Sebelum Outlet % Reduksi
No Parameter Perlakuan Debit (L/detik) Debit (L/detik)
0,01 0,05 0,1 0,01 0,05 0,1
1 Residu Tersuspensi(mg/L) 10 5 5 28 50% 50% -
2 Amonia Total (mg/L) 12,6 12,9 6,47 7,03 - 48,7% 44,2%
3 Detergen (mg/L) 1,41 0,413 0,347 1,05 70,7% 75,4% 25,5%
4 Fosfat Total (mg/L) 0,976 0,288 0,329 0,635 70,5% 66,3% 34,9%
5 BOD (mg/L) 27 16 15 17 40,7% 44,4% 37%
6 COD (mg/L) 63 36 31 46 42,9% 50,8% 26,9%
(Sumber: Hasil Analisis Data Primer)

Berdasarkan Tabel 3, diketahui terkandung dalam air limbah domestik.


bahwa berbagai parameter kualitas air Meskipun beberapa parameter di atas
limbah domestik dengan berbagai debit masih berada di bawah ambang batas
memiliki nilai efektivitas yang bervariasi standar peraturan air limbah domestik
dalam menurunkan kadar pencemar yang yang telah ditetapkan.

29 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):28-32

D. SIMPULAN Creswell, J.W. Research Design


Berdasarkan hasil penelitian Qualitative, Quantitative, and
didapatkan kesimpulan sebagai berikut. Mixed Methods Approaches.
SAGE Publications, Inc (2009).
a. Proses pengelolaan air limbah
domestik dengan menggunakan Davis, M.L. and Cornwell, D.A. (1996).
teknik Surface Flow (SF) Wetlands Introduction to Environmental
memiliki nilai efektivitas yang Engineering, 3rd Edn.
bervariasi dalam menurunkan kadar McGraw-Hill, New York.
pencemar. Persen reduksi nilai kadar
pencemar terjadi pada semua Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air.
Yogyakarta : PT. Kanisius.
parameter air limbah domestik
dengan persentase reduksi berkisar EPA. 2000. Wastewater Technology
pada 25% hingga 97,5% pada Fact Sheet Free Water Surface
masing-masing parameter. Wetlands. New York: Office of
b. Nilai efektivitas SF Wetlands dalam Water Washington, D.C.
mereduksi kadar pencemar
dipengaruhi oleh beberapa faktor Ginting, P. 2010. Sistem Pengelolaan
Lingkungan dan Limbah
yaitu, aktivitas warga dalam Industri. Bandung: Yrama
menghasilkan sumber pencemar, Widya.
waktu pengambilan sampel dan
jumlah kadar pencemar yang ada. Gross, A. 2015. Greywater Reuse. New
York: CRC PressTaylor &
E. DAFTAR PUSTAKA Francis Group.

Arifin, Z., Purwanto., dan Susanto, H. Imhof. 2005. Greywater Treatment On


2013. Evaluasi dan Strategi Household Level In Developing
Pengelolaan Air Limbah Countries: A State Of The Art
Domestik Kota Bandung - Jawa Review. Jenewa : ETH DUWIS.
Barat. Prosiding Seminar
Nasional Manajemen Teknologi Irawanto, R. 2010. Fitoremidiasi
XVII Program Studi MMT-ITS, lingkungan dalam taman Bali.
Surabaya 2 Februari 2013. Local Wisdom-Jurnal Ilmiah
Online, II (4): 29-35.
Asdak, C. 2010. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Irianto, E.W., Sudjianto, R. Widya.,
Sungai. Yogyakarta : Gadjah Sofia, Yayu. 2015. Inovasi
Mada University Press. ekoteknologi daur ulang untuk
perbaikan kualitas air tercemar
___________. 2014. Kajian Lingkungan limbah domestik menggunakan
Hidup Strategis. Yogyakarta : saringan tetes bertingkat dan
Gadjah Mada University Press. beraerasi. Jurnal Sumber Daya
Air, 11 (2): 12.

30 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):28-32

Kementerian Pekerjaan Umum. 2013. Suparmin, S. 2001. Pembuangan Tinja


Pengolahan Air Selokan (Grey dan Limbah Cair. Jakarta: Buku
water) dalam Bentuk ecotech Kedokteran EGC.
Garden. Bandung : Pusair.
UNEP. 2008. Constructed Wetlands
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Manual. UN HABITAT Water
No. 112 tahun 2003 tentang For Asian Cities Program
Baku Mutu Air Limbah Nepal, Kathmandu.
Domestik.
Wangsaatmaja, S; Sabar, Arwin dan
Kementerian Lingkungan Hidup Prasetiati, Maria Angela Novi.
Republik Indonesia. 2010. Permasalahan dan Strategi
Status Lingkungan Hidup Pembangunan Lingkungan
Indonesia. Jakarta: KLH Berkelanjutan Studi Kasus:
Republik Indonesia. Cekungan Bandung. Jurnal
Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 3
Kivaisi, A.K. 2001. The potential for September 2006: 163-171.
constructed wetlands for
wastewater treatment and reuse Winata, I. N. A. 2000. Perbandingan
in developing countries: A Kandungan P dan N Total
review. Ecological Engineering dalam Air Sungai di
(16): 545–560. Lingkungan Perkebunan dan
Persawahan. Jurnal ILMU
McIlwaine, S dan Redwood. 2011. DASAR,Vol. 1 No.I.
Greywater Use in the Middle Universitas Jember. Jember.
East: Technical, Social,
Economic and Policy Issues.
London: Schumacher Centre for
Technology and Development.

Metcalf & Eddy, Inc. 1979. Waste Water


Engineering: Treatment
Disposal Reuse. New York :
McGraw-Hill Book Company.

Sastrawijaya, A.T. 2009. Pencemaran


Lingkungan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Shankhwar. Grey water Pollutant Loads


in Residential Colony and Its
Economic Management. Springer
Open Jurnal Renewables : Wind
Water and Solar (2015) 2:5.

31 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):32-44

EVALUASI FUNGSI REGULASI PADA SEKTOR KESEHATAN


DI KABUPATEN SUMBAWA

Rusmayadi1, Tjahjono Kuntjoro2, Laksono Trisnantoro3


1
STIKES Griya Husada Sumbawa
2
Magister Hospital Management, Gadjah Mada University, Yogyakarta.
3
Magister Health Policy And Service Management, Gadjah Mada University, Yogyakarta.

ABSTRACT

One of the municipal government obligations that are strategic is to make regulation in the licensing and
certification of personnel of hospitals and health center. Unfortunately, the municipal government of
Sumbawa, West Nusa District Health Department data for 2010 shows none of the hospital or Puskesmas had
the licenses. From the previous study, we can’t find any documentation about licensing and certification of
personnel. It is thus necessary to evaluate the function of municipal government in regulates the health area.
To evaluate the regulatory function of municipal government in health area in Sumbawa seen from the input,
process and output. This research is a qualitative descriptive study, which describe a situation or phenomenon
in a comprehensive manner in the context of the actual. The design of this research is normative, the
evaluation of the licensing and certification regulatory functions in the health sector in the district of
Sumbawa compared with the standart in the implementation of licensing and certification regulations. The
result prove that the functions of municipal government as the regulator has not run optimally, it is seen from
the limited availability of inputs such as regulation of health care institution, human resources, instruments,
and systems. The implementation (process) is more focused on the regulating the private facilities without any
training of controlling, as the result, none of the Hospital and health center have license and no one has been
certified (output). The implementation of regulations on municipal of Sumbawa has not specifically regulated
in local legislation, so implementation process is not going well, give impact to the government-owned health
care providers who haven’t any licenses for establishing and operating the hospital, and health professionals
haven’t ant certification.

Keywords: Hospital license, input, process and output, municipal government function, Regulation.

A. PENDAHULUAN demikian perlu dilakukan evaluasi


Salah satu kewajiban pemerintah terhadap fungsi pemerintah daerah dalam
kabupaten yang bersifat strategis adalah melaksanakan regulasi pada sektor
melkukan regualasi dalam perijinan dan kesehatan.
sertifikasi tenaga rumah sakit dan B. METODE PENELITIAN
puskesmas. Kenyataan yang terjadi di Jenis penelitian ini adalah penelitian
Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat deskriptif kumulatif, yaitu
tidaklah demikian, data dinas kabupaten mendeskripsikan suatu situasi atau
Sumbawa tahun 2010 menunjukkan tidak fenomena secara komprehensif dalam
adanya ijin rumah sakit maupun konteks yang sesungguhnya. Rancangan
puskesmas milik pemerintah. Tidak hanya penelitian ini bersifat normative yaitu,
itu berdasarkan hasil suvei yang di lakukan hasil evaluasi fungsi regulasi perijinan dan
peneliti sebelumnya, tidak ditemukan sertifikasi pada sector kesehatan di
adanya tentang dokumen perijinan dan kabupaten Sumbawa dibandingkan
sertifikasi tenaga, sedangkan di dinas dengan standar dalam pelaksanaan
kesehatan menunjukan adanya data regulasi perijinan dan sertifikasi.
perijinan tenaga kesehatan. Dengan

33 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):32-44

Populasi dalam penelitian ini adalah tertentu yang dibuat oleh peneliti senddiri,
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berdasarkan ciri atau sifat dari populasi
Kabupaten Sumbawa, dan sarana yang sudah diketahui sebelumnya dengan
pelayanan kesehatan, dimana populasi tujuan memberikan informasi tentang
adalah keseluruhan objekpenelitian atau fungsi pemerintah daerah sebagai
objek yang diteliti. Sampel yang regulator pada sector kesehatan.
digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer dikumpulkan dengan
Kepala Bagian Hokum Pemerintah menggunakan wawancara mendalam
Daerah, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala observasi, sedangkan data sekunder
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu dengan melihat dokumen. Data primer dan
(KPPT), Direktur Rumah Sakit Umum sekunder kemudian dianalisis secara
Daerah Sumbawa, dan Kepala Puskesmas. kualitatif untuk menggambarkan fungsi
Metode dalam penentuan sampel, peneliti regulasi pada sektor kesehatan di
menggunakan metode purposive sampling kabupaten Sumbawa.
yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan

HASIL PENELITIAN
1. Input
Variable KPPT Dinkes Kabag Hukum
PEMDA
Input UU Nomor 36 tahun 2009 Peraturan Bupati “…untuk perijinan
pasal 30; perijinan fasilitas Sumbawa Nomor sarana,, PEMDA
kesehatan tingkat pertama, 34 Tahun 2008, kita memberikan
dan kedua, diselenggarakan tentang kewenangan
oleh pemerintah atau swasta kewenangan kepada KPPT
Tidak ada
ditetapkan oleh pemerintah KPPT Sumbawa sebagai pemberi
daerah.5 dalam ijin…”
memberikan
perijinan sarana.

Peraturan UU Nomor 36 tahun 2009; “…belum ada


pasal 14 tugas dan tanggung Perbub untuk
jawab pemerintah daerah pembinaan dan
dalam membina, dan pengawasan..
mengawasi penyelenggaraan sebbenarnya sangat
upaya kesehatan.5 penting…”
Pasal 34 penyelenggara Tidak ada Tidak ada
fasilitas kesehatan dilarang
memperkerjakan tenaga
kesehatan yang tidak
memiliki ijin untuk
melakukan kegiatan profsi.

Peraturan UU Nomor 44 tahun 2009;


tanggung jawab pemerintah
daerah dalam membina dan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
mengawasi penyelenggaraan
Rumah Sakit.

34 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):32-44

PP Nomor 38 tahun 2007; Peraturan Bupati ”…untuk


peran pemerintah daerah Sumbawa Nomor perijinan…kita
(dilaksanakan oleh dinas 29 tahun 2008 hanya mengatur
daerah)dalam pelayanan tentang rincian perijinan sarana
kesehatan dasar dan rujukan tugas, fungsi dan swasta saja…rs
sekunder skala kabupateb, data kerja KPPT dan puskesmas
dapat memberikan lisensi, Kabupaten akan memiliki
sertifikasi, dan akreditasi Sumbawa dalam pemerintah…yang
saran kesehatan sesuai memberikan Tidak ada hanyak pakai SK
peraturan perundang- perijinan sarana bupati saja…”
undangan meliputi rumah praktik
sakit pemerintah klas C dan perorangan/kelom
D, rumah sakit swasta yang pok dan rumah
setara, praktik kelompok, bersalin
klinik umum/spesialis, rumah
bersalin.

Permendagri Nomor 8 tahun Peraturan Bupati “…kewenangan


2008 ; Ijin diberikan oleh Sumbawa Nomor perijinan sarana
pemerintah daerah 34 Tahun 2008 KPPT diberikan
berdasarkan peraturan tentang yaitu Perbup
daerah.6 pelimpahan nomor 34 tahun
sebagian 2008…”
kewenangan
Tidak ada
dibidang perijinan
kepada Kepala
Kantor Pelayanan
Perijinan Terpadu
Kabupaten
Sumbawa

Kabag Hukum
Variable KPPT Dinkes
PEMDA
Peraturan Permenkes 147/menkes/2010 “…untuk RS
pasal 3 ; kewenangan pemerintah.. akan
pemerintah daerah memiliki
memberikan ijin kepada pemerintah..
Tidak ada Tidak ada
setiap rumah sakit, baik ijin pendiriannya..
pendirian maupun dengan SK Bupati
operasional. mas…”

Permenkes RI Nomor “…untuk tenaga…


HK.02.02/MENKES/148/201 setau saya.. kan
0 pasal 5 & 13; kewenangan langsung ijin dari
pemerintah daerah dalam profesi.. seperti
Tidak ada Tidak ada
memberikan perijinan dan IDI…, sertifikasi
pembinaan/pengawasan belum kita
tenaga perawat. lakukan…”

Pemenkes RI Nomor
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
HK.02.02/MENKES/149/201

35 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):32-44

0 pasal 5 &20; kewenangan


pemerintah daerah dalam
memberikan perijinan dan
pembinaan/pengawasan
tenaga bidan.

Permenkes RI Nomor
512/MENKES/PER/IV/2007
pasal 4 & 21ayat 2; dinas
kesehatan kabupaten/kota
lagsung memberikan SIP
kepada dokter atau dokter
gigi yang telah memiliki STR - Tidak ada Tidak ada
yang di tempatkan sarana
pelayanan kesehatan milik
pemerintah setempat dan
dapat melakukan pembinaan
dan pengawasan.

SDM Permenkes nomor 161 2010, KPPT ‘’… kita “..masalah sumber
tenaga yang melakukan uji mempunyai belum daya
kompetensi adalah MTKP tenaga 26 orang, punya manusia..emang
dengan syarat: dengan kualifikasi tenaga kita masih
1. Teah mengikuti pendidikan S1 yang kurang…”
pelatihan menguji dan sebanyak 11 khusus
teruji kompetensi orang dan D3 menangan
2. Memiliki sertifikat dari sebanyak 15 i
MTKI/menteri orang. “…sudah regulasi..
kesehatan. mendapatkan dan
3. Mempunyai wadah dan pelatihan pelatihan
struktur. mengenai tata … belum
4. Independen cara perijinan pernah
5. Mempunyai tugas dan sarana, pada karenaga
fungsi yang jelas tentang tahun 2008 satu ada
regulasi.7 kali di mataram, anggaran
dan akhir 2007, …”
termasuk saya
ya… dikirim ke Tidak ada
Seragen untuk struktur
magang selama organisasi
10 hari…” .

Struktur
organisasi ada
Variable KPPT Dinkes Kabag Hukum
PEMDA
Anggaran Undang-undang nomor 36 “…sumber “…untuk “…setiap tahun
tahun 2010, dan Menkes, anggaran kita perijinan ada anggaran
2010 sumber pembiayaan dari APBD dan untuk KPPT…”
kegiata pada sector kesehatan dengan jumlah sertifikasi
dari APB aggaran tahun tenaga…k
2008 dan 2009: ita tidak

36 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):32-44

400 juta/tahun punya


dan 2010 anggaran
sebanyak 600 …”
juta…”

Fasilitas Fasilitas pendukung: “…fasilitas…sara “…ga “…KPPT dapat


- Pengolaha data na prasaranan ada fasilitas..ya..
- System inpormasi mutu. kantor, fasilitas… kendaraan.. alat
- ATK kemudian..kendar karena kantor..”
- Laboratorium pengujian aan operasional 1 belum
mutu unit, memag ini melaksan
- Akses dengan ahli kurang, sepeda akan
9
motor ada fungsi
juga…4 unit, regulasi…
terus…ya meja ”
kursi, computer,
dan alat kantor
lainnya…”
Ada system
informasi.

Instrumet Instrument merupakan alat :”…untuk khusus “…untuk “…untuk pedoman.


pengumpulan dan sarana RS dan ijin dan KPPT menggunkan
pengolahan data berdasarkan puskesmas.. kita sertifikasi pedoman dari
standar perijinan dan tidak memiliki kita tidak daerah.. kita lebih
sertifikasi sarana dan tenaga instrument, ya… punya banyak mengatur
kesehatan.7 hanya swasta…” instrumen sarana swasta..”
t…”
Metode Menggunakan alur proses “…metode yang “…kita “…berdasarkan
regulasi perijinan, sarana, kita gunakan… tidak peraturan bupati..
tenaga dan sertifikasi tenaga kita tetap mempuny KPPT
yang.7 berkoordinasi ai metode berkoordinasi
dengan dinas untuk dengan dinas
kesehatan untuk melakuka kesehatan.. profesi..
bersama-sama n setau saya tidak…”
melakukan regulasi,
survey,… ya… ya… kita
sebelum ijin tidak
dikeluarkan…” melakuka
n…”
Ada alur perijinan
sarana.
Tidak
mempuny
ai alur
regulas.

2. Proses
Variable Yuridis Formal KPPT Dinkes
Pelaksanaan
Kunjungan pemerintah bersama dengan “…sementara ini kita “…kita hanya sebatas
orgaisasi profesi dan masyarakat memberikan pemberian

37 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):32-44

membentuk badan regulator perijinan sarana


rekomendasi,, karena..
dalam melakukan pemberian kepada swasta saja…
KPPT berwenang…
perijinan dan sertifikasi, serta dan itu untuk sarana…
puskesmas
dalam melakukan pembinaan tidak.. ya.. dilakukan
untuk tenaga kita ga
dan pengawasan9. servei bersama
pernah lakukan.. ya..
Fungsi dinas kesehatan daerah dinaskesehatan..untuk dokter hanya
(kabupaten) yaitu melakukan sebelum penerbitan
mendapatkan
Registrasi, perizinan dan ijin… belum
rekomendasi ari dinas
akreditasi tenaga dan sarana melibatkan provinsi.. sedangkan
kesehatan medis, tenaga para organisasi untuk tenaga
medis dan tenaga non medis.10 profesi…” apotik,perawat dan
bidan langsung
provinsi yang berikan
ijin… prosesnya kita
tidak lakukan…”
Koordinasi “…koordinasi.. “.koordinasi.. ya..
stakeholders dengan dinas dengan KPPT..”
kesehatan..”
Pengawasan - UU Nomor 36 tahun 2009; “…pengawasan dan “…pembinaan dan
pasal 14 tugas dan tanggung pembinaan.. kita pengawasan kita tidak
jawab pemerintah daerah tidak lakukan..” pernah melakukan…”
dalam membina, dan
mengawasi penyelenggara
upaya kesehatan.5
- PP Nomor 8 tahun2003 ;
peran pemerintah dalam
memberikan pengawasan
terhadap mutu pelayanan
disektor kesehatan.11

3. Output
Variable Yuridis Formal RS Puskesmas
Perijinan - UU Nomor 36 tahun 2009 Tidak ada Tidak ada
Sarana pasal 30; perijinan fasilitas
kesehatan ditetapkan oleh “…untuk rumah “…untuk puskesmas…
pemerintah daerah.5 sakit tidak ada tidak memiliki ijin,..
- Permenkes ijinnya…” ya… mungkin karena
147/MENKES/PER/2010 milik pemerintah
pasal 2, setiap rumah sakit sehingga tidak perlu
harus memiliki ijin, baik ijin ada ijin, pendiriannya
pendirian maupun langsung SK bupati…”
operasional.7
Perijinan - Permenkes RI Nomor Tidak ada dalam Tidak ada dalam
Tenaga HK.02.02/MENKES/148/20 dokumen. dokumen.
10 pasal 3 setiap perawat “… sebenarnya “..untuk tenaga yang
yang menjalankan praktik semua tenaga bekerja, mungkin
wajib memiliki SIPP.7 kesehatan, baik semuanya punya ijin,
- Permenkes RI nomor dokter, bidan, tetapi tidak
HK.02.02MENKES/149/201 bahkan sekarang dikumpulkan, karena
0 pasal 3, setiap bidan yang perawat 80% tidak ada atursn untuk
menjalankan praktik wajib sudah memiliki ijin dikumpulkan… hanya
memiliki SIPB.7 20% perawat SK penempatan saja

38 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):32-44

- Permenkes RI Nomordalam proses kita terima…


512/MENKES/PER/IV/2007 pengurusan, tetapi sebenarnya penting
setiap dokter dan dokter gigi
tidak ada dalam untuk dikumpulan
wajib memiliki SIP untuk proses pengurusan, untuk mengetahui
melakukan praktik
tetapi tidak ada apakah sudah punya
kedokteran pada sarana dalam dokumen,… ijin atau belum…”
pelayanan kesehatan.8 ya… ga ada
perintah dari
PEMDA untuk
mengumpulkan
surat ijin
tenaga…”
Sertifikasi Setiap tenaga kesehatan wajib Tidak ada Tidak ada
Tenaga melakuka sertifikasi untuk dokumentasi. dokumentasi.
mendaapatkan STR.7 “…untuk.. “…sertifikasi tenaga…
sertifikasi belum pernah
tenaga…. RS dilakukan….”
belum… pernah
melakukan…”

PEMBAHASAN kewenangan dan tanggungjawab dari


1. Input pemerintah daerah itu sendiri sesuai
a. Peraturan dan Dasar Hukum dengan peraturan undang-undang.
Pelaksanaan Regulasi Kurangnya kebijakan pemerintah
Kebijakan regulasi di Kabupaten daerah kabupaten Sumbawa terhadap
Sumbawa hanya mengatur perijinan pelaksanaan regulasi, tidak hanya dalam
praktik individu/krlompok yang bersifat hal perijinan maupun sertifikasi, tetapi
swasta, sedangkan peraturan atau dalam hal pembinaan dan pengawasan
kebijakan regulasi perijinan sarana terhadap organisasi pemberian pelayanan
sedangkan peraturan atau kebijakan belum diatur juga dalam peraturan
regulasi perijinan sarana pemerintah, pemerintah daerah. Fungsi dari regulasi
perijinan da sertifikasi tenaga tidak diatur itu sendiri adalah mampu mengontrol
dalam peraturan pemerintah. mutu SDM, jumlah, peralatan, dan
Kenyataan ini, berdasarkan hasil bangunan, sehingga perlu diatur melalui
penelitian yang mengaggap sarana kebijakan, karena kebijakan itu sendiri
pemerintah tidak perlu diatur dalam suatu dapat mendukung jalannya regulasi dalam
peraturan pemerintah daerah, begitu juga menyelesaikan suatu masalah yang ada di
dengan tenaga kesehatan yang di anggap masyarakat.
merupakan tanggungjawab dari profesi, b. Sumber Daya Manusia (SDM)
sehingga tidak perlu diatur dalam sebuah Sumber daya manusia (SDM) yang
kebijakan dari pemerintah daerah, mengautr dan melaksanakan fungsi dari
sedangkan peraturan pemerintah nomor 38 pada regulasi tidak di dukung oleh
tahun 2007 dimana perijinan sarana baik pemerintah daerah kabupaten Sumbawa.
milik pemerintah maupun swasta, serta Sementara Permenkes RI nomor 161
perijinan dan sertifikasi tenaga merupakan tahun 2010 menjelaskan, tenaga yang

39 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):32-44

melakukan perijinan dan sertifikasi Sumbawa yang tidak memiliki fasilitas


tenaga, harus mempunyai latar belakag sama sekali.
pendidikan minimal strata 1 (satu) bidang e. Instrument
kesehatan, memiliki dedikasi yang tinggi Instrument yang digunakan oleh KPPT
terhadap mutu pelayanan, memiliki kabupaten Sumbawa dalam memberikan
pengalaman kerja sebagai professional perijinan sarana berpedoman pada Standar
dibidang kesehatan minimal tiga (3) Perijinan Terpadu Satu Pintu tahun 2007,
tahun, telah mengikuti pelatihan menguji dan hanya dilakukan pada sarana swasta,
dan teruji kompetensinya, serta memiliki sedangkan sarana pemerintah dan tenaga
sertifikat dari Majelis Tenaga Kesehatan kesehatan tidak memiliki instrument. Di
Indonesia (MTKI) atas nama menteri. dinas kesehatan tidak ditemukan
c. Anggaran instrument tentang regulasi perijinan dan
Sumber anggaran yang di gunakan sertifikat tenaga, sedangkan instrument
oleh KPPT kabupaten Sumbawa dalam merupakan materi yang digunaka dalam
melakukan perijinan sarana bersumber pengumpulan data. Dengan demikian,
dari APBD (Anggaran Pendapatan bagaiman mungkin rumah sakit dan
Belanja Daerah), sedangkan di dinas puskesmas memiliki ijin sertan tenaga
kesehatan kabupaten Sumbawa tidak kesehatan, apabila instrument tidak
mempunyai anggaran dalam pelaksanaan dimiliki, sedangkan Permenkes RI (2010)
regulasi perijinan dan sertifikasi. menyatakan bahwa rumah sakit wajib
Pemerintah kabupaten Sumbawa memiliki ijin pendirian maupun ijin
mempunyai kewajiban dalam operasional.
menyediakan anggaran terhadap f. Metode
pelaksanaan regulasi perijinan dan Keterlibatan stakeholders organisasi
sertifikasi. profess sangat penting peranannya dalam
d. Fasilitas melakukan perijinan sarana kesehatan, hal
Fasilitas dalam melaksanakan regulasi ini sesuai Permenkes, nomor 161 tahun
perijinan oleh KPPT hanya sebatas pada 2010 menjelaskan adanya keterlibatan
kendaraan operasional, alat tulis kantor organisasi profesi dalam proses regulasi
(ATK) dan menganggap masih kurang perijinan dan sertifikasi tenaga. Begitu
dalam melaksanakan fungsinya sebagai juga dengan upaya perijinan sarana,
kantor pemberi perijinan, keterbatasan dimana pemerintah dapat melakukan
fasilitas dapat dapat memberikan koordinasi dengan organisasi profesi
pengaruh terhadapkeberhasila suatu dalam upaya perijinan.
kegiata, keberhasilan suatu program Metode atau prosedur kerja mengatur
kegiatan tergantung dari elemen-elemen tentang: Pola pengambilan keputusan,
yang ada dalam input, salah satunya pola koordinasi, pola pendelegasian
adalah sarana dan fasilitas yang dimiliki wewenang, jalur dan saluran
oleh organisasi. pertanggungan jawab, pola hubungan
Fasilitas yang berada di KPPT lebih kerja, baik secara vertical maupun
baik dari pada dinas kesehatan kabupaten horizontal, dan interaksi dengan pihak-
pihak eksternal.

40 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):32-44

2. Proses atau observasi, analisis laporan masuk,


Secara pelaksanaan fungsi regulasi dan pengumpulan data atau informasi.
pada sector kesehatan belum secara 3. Output.
optimal dilaksanakan oleh pemerintah Output dari pelaksanaan regulasi
kabupaten Sumbawa, berada dengan perijinan dan sertifikasi adalah rumah
tanggung jawab pemerintah daerah, yang sakit dan puskesmas yang ada di
diamanahkan dalam undang-undang tahun kabupaten Sumbawa sebelum memiliki
2009 dan peraturan pemerintah nomor 38 ijin pendiria maupun ijin operasional, hal
tahun 2007, salah satu kewajiban ini bertentangan dengan Permenkes RI
pemerintah yang bersifat strategis adalah nomor 147 tahun 2009 pasal 2 ayat 1
melaksanakan fungsi regulasi pada sector bahwa setiap rumah sakit harus memiliki
kesehatan. ijin, baik ijin pendirian maupun ijin
Kenyataannya, pemerintah daerah operasional.
kabupaten Sumbawa hanya melakukan Tenaga kesehatan yang ada di
perijinan pada sarana swasta, dan tanpa kabupaten Sumbawa tidak pernah
melibatkan stakeholder seperti organisasi dilakukan sertifikasi oleh pemerintah
profesi, pemberian perijinan hanya daerah, sedangkan Permenkes RI nomor
dilaksanakan oleh KPPT kabupaten 161 tahun 2010 setiap tenaga kesehatan
Sumbawa dan hanya sebatas perijinan yang melakukan kegiatan pelayanan
sarana, itupun pada sarana swasta kesehatan sesuai profesi wajib melakukan
sedangkan perijinan sarana milik sertifikasi 7. Tujuan dari sertifikasi adalah
pemerintah tidak dilakukan. untuk menilai dan memberikan pengakuan
Pelaksanaan regulasitidak hanya kepada seseorang sesuai persyaratan yang
sebatas pada pemberian perijinan dan ditetapkan.
sertifikasi, tetapi pembinaan dan
pengawasa terhadap organisasi pelayanan KESIMPULAN DAN SARAN
kesehatan perlu dilakukan oleh A. Kesimpulan
pemerintah daerah, dan tidak dilakukan 1. Input
oleh pemerintah daerah kabupaten Secara input, yang merupakan
Sumbawa. Sedangkan kewajiban pendukung fungsi regulasi perijinan dan
pemerintah daerah tertuang dalam sertifikasi di kabupaten Sumbawa belum
undang-undang nomor 36 dan 44 tahun diatur melalui peraturan daerah, begitu
2009 yang menjelaskan tanggungjawab juga dalam hal pembinaan dan pengawasan
pemerintah daerah dalam melakukan pada sektor kesehatan, yang merupakan
pembinaan dan pengawasan terhadap tanggungjawab dan kewenangan
penyelenggaraan upaya kesehatan serta pemerintah daerah. Hal ini disebabkan oleh
rumah sakit. kurangnya informasi tentang fungsi
Pengawasa dan pengarahan pemerintah daerah dalam melakukan
merupakan suatu proses dalam mengukur regulasi dalam sector kesehatan.
penampilan kegiatan atau pelaksanaan 2. Proses
kegiatan program dan pengawasan itu Pelaksanaan fungsi regulasi perijinan
sendiri dapat melalui kunjungan langsung sarana lebih difokuskan pada saran swasta

41 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):32-44

yang dilakukan oleh KPPT kabupaten kesehatan kabupaten Sumbawa sebagai


Sumbawa, tanpa melibatkan stakeholder regulator, sesuai dengan Kepmenkes
seperti organisasi profesi dan masyarakat. nomor 267 tahun2008.
Sedangkan sarana pemerintah, perijinan 2. Kantor Pelayanan Perijinan
dan sertifikasi tenaga kesehatan tidak Terpadu (KPPT) Kabupaten
dilakukan, begitu juga dalam hal Sumbawa.
pembinaan dan pengawasa terhadap KPPT kabupaten sumbawasebaiknya
organisasi pemberi layanan. Dinas hanya diberi wewenang dalam perijinan
kesehatan yang selayaknya menjadi pada sector non – kesehatan, sedangkan
regulator pada sector kesehatan tidak jelas pada sector kesehatan dilakukan oleh
posisi dan fungsinya dalam melakukan dinas kesehatan kabupaten Sumbawa.
regulasi. Dengan demikian, tidak 3. Dinas Kesehatan Kabupaten
terjalannya proses pelaksanaan perijinan Sumbawa.
dan sertifikasi, serta pengawasan yang Melakukan reformasi pada struktur
merupakan bentuk regulasi pada sector organisasi yang menempatkan fungsi
kesehatan disebabkan oleh kelemahan regulasi perijinan dan sertifikasi pada
dalam input. sector kesehatan secara fungsi regulasi
3. Output. perijinan dan sertifikasi sector kesehatan
Ketidak sediaan input dalam dalam secara jelas, dan tidak hanya menerima
pelaksanaan legulasi di kabupaten ataupun pemberi rekomendasi, tetapi yang
Sumbawa mengakibatkan proses regulasi lebih penting sebagai regulator dalam
tidak berjalan, sehingga rumah sakit dan menentukan perijinan dan sertifikasi
puskesmas sebagai sarana/fasilitas sarana dan tenaga kesehatan di kabupaten
pemberi pelayanan kesehatan tidak Sumbawa.
memiliki perijinan, baik ijin pendirian 4. RSUD Sumbawa.
maupun ijin operasional. Disamping Rumah sakit sebagai pusat rujukan
sarana, tenaga yang melakukan kegiatan tingkat kabupaten, segera mengurus
pelayanan tidak satupun memiliki ijin perijinan pendirian maupun operasional,
ataupun sudah tersertifikasi secara hokum, disamping itu rumah sakit harus
artinya tidak ditemukan dalam dokumen mempekerjakan tenaga yang memiliki
rumah sakit maupun puskesmas. perijinan terhadap pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat.
B. SARAN 5. Puskesmas
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Puskesmas sebagai yunit pelayanan
Sumbawa. kesehatan dasar, melakukan koordinasi
Membuat suatu kebijajan atau dengan dinas kesehatan sehubungnya
peraturan daerah tetang pelaksanaan dengan perijinan puskesmas yang belum
fungsi regulasi perijinan dan sertifikasi dimiliki, serta tenaga yang melakukan
pada sector kesehatan, sesuai dengan kegiatan pelayanan.
peraturan pemerintah, sesuai peraturan 6. Stakeholders
pemerintah nomor 38 tahun 2007 serta Organisasi profesi dan masyarakat
memberikan kewenangan kepada dinas bersama-sama dengan pemerintah daerah

42 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):32-44

kabupaten Sumbawa dalam %20ttg%20Perizinan%20Rumah20S


menggerakkan dan melaksanaka regulasi akit.pdf,http://www.kesehatan.wonog
pada sector kesehatan. iri.go.id/pustaka/peraturanmen.kesri
_izindanpenyelengaraanpraktikpera
wat(1).pdf,http://ummukautsar.word
DAFTAR PUSTAKA press.com/2010/03/30/peraturan-
menterikeseri_izindanpenyelenggara
Depkes RI. System Kesehatan Nasional
anpraktikbidan.pdf,http://www.pdper
(Bentuk Dan Cara Penyelenggaraan
si.co.id/persi/data/permenkes161.pdf
Pembangunan Kesehatan). Jakarta:
(diakses tanggal 15 mei 2010).
Depkes RI (2009).
http://www.depkes.go.id/downloads/
Menkes RI. Penyelenggaraan Praktik
newdownloads/rancangan_SKN_200
Dokter Dan Dokter Gigi. Menkes RI.
9.pdf (diakses tanggal 15 mei 2010)
(2007).
http://www.kesehatan.wonogiri.go.id
Dinkes. Kabupaten Sumbawa. Profil Dinas
/pustaka/permenkesrino.512.pdf.
Kesehatan Kabupaten Sumbawa.
(diakses tanggal 21 november 2010)
Sumbawa: Dinas Kesehatan. (2007).
Menkes RI. Pedoman Tekhnis
Dwidjowijoto, R.N. analisis Kebijakan.
Pengorganisasian Dinas Kesehatan
Jakarta: PT. Elex Media Koputindo
Daerah. (2008).
Kelompok Gramedia. (2006).
http://diskeskabtasik.wordpress.com/
2008/04/25/kepmenkes-ri-no-
Koentjoro, T. Regulasi Kesehatan Di
267menkesskii2008. diakses tanggal
Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.
24 november 2010
(2007)
Mendagri RI. Pedoman organisasi
Mendagri RI. Undang-Undang Otonomi
perangkat daerah. Jakarta: Mandagri
Daerah. Bandung: Fokusmedia.
RI. (2003).
(2008).
http://www.bpkb.gi.id/unit/hukum/pp/
2003/008-03.pdf (diakses tanggal 13
Menkumham RI, Undang-Undang
mei 2010).
Kesehatan Dan Rumah Sakit.
Jakarta: CV. Eka Jaya. (2009).
Munandar M. perencanaan Kerja
Pengorganisasian Kerja Pengawasan
Menkumham RI. Pembagian Urusan
Kerja, PT BPEE UGM Yogyakarta.
Pemerintah Antara Pemerintah,
(1998).
Pemerintah Daerah Provinsi, Dan
Pemerintah Daerahkabupaten/Kota.
Notoatmodjo, S. regulasi Kesehatan Di
Jakarta: Menkumham RI.
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
(2007).http://www.esdm.go.id/proku
(2007).
m/pp/2007/pp_38_2007.pdf (diakses
pada tanggal 13 Mei 2010).
Notoatmodjo, S. metodologi Penelitian
Kesehatn. Jakarta: Rineka Cipta.
Menkes RI. Perizinan Rumah Sakit,
(2002).
Perawat, Bidan, Registrasi Tenaga
Kesehatan. Menkes RI (2010).
Ratna, W. evaluasi Kegiatan Kesehatan
http://www.hukor.depkes.go.id/up_pr
Keluarga Rawan Di Puskesmas
od_permenkes/PMK%20No.%20147

43 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):32-44

Margangsan Dan Mentrijeron Kota Kesehatan Masyarakat. FK-UGM.


Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal (2005).
Manajemen Pelayanan Kesehatan
PMPK FK-UGM. Volume 07/02. Utarini, A. Alternative Strategi
Hal. 89-97. (2004). Pelaksanaan Peran Regulasi Pasca
Desentralisasi Di Daerah.
Siagian, S.P. manajemen Stratejik. Jakarta: Yogyakarta: Jurnal Manajemen
Bumi Aksara. (2009). Pelayanan Kesehatan PMPK FK-
Trisnantoro, L. Pelaksanaan Desentralisasi UGM. Volume 07/02. Hal. 61-68.
Kesehatan Di Indonesia. Yogyakarta: (2004).
BPFE. (2009).
Utarini, A. et al. panduan penyusunan Wijono, D. manajemen Puskesmas:
tesis. Yogyakarta: Program Kebijakan Dan Strategi. Surabaya:
Pascasarjana Program Studi Airlangga University press. (2008)

44 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):45-52

PELATIHAN EMPATI UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ANTI-BULLYING


PADA SISWA BYSTANDER SMP “X” SURABAYA

Efan Yudha Winata


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Griya Husada Sumbawa
efanyudhawinata@gmail.com

ABSTRAK

Bystander pada kasus bullying dapat meningkatkan maupun menurunkan perilaku bullying itu
sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan empati kepada bystander
untuk meningkatkan sikap anti-bullying. Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental
dengan menggunakan desain one group pretest-postest desain. Partisipannya adalah dua siswa kelas
VII di SMP X, yang memiliki sikap anti-bullying rendah dan diperoleh berdasarkan data angket
sikap anti-bullying. hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
secara signifikan sikap anti-bullying sebelum dan sesudah intervensi (p = 0.180). Hal ini disebabkan
jumlah sampel dalam penelitian yang sangat sedikit sehingga hasil analisis statistik yang dilakukan
tidak signifikan. Selain itu juga didukung dengan karakterisitik dan juga latar belakang budaya
masing-masing partisipan Meskipun dari uji statistik tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara
sebelum dan sesudah intervensi, akan tetapi peneliti melihat adanya peningkatan sikap anti-bullying
partisipan dari aspek kognitif dan afektifnya. Secara umum, pelatihan empati ini dapat diterapkan
kepada bystander sebagai upaya meningkatkan sikap anti-bullying di sekolah. Sebelum
dilakukannya pelatihan ini, sebaiknya dilakukan asesmen yang lebih mendetil sehingga materi yang
diberikan dapat sesuai dengan karakter partisipan.

Kata Kunci : Pelatihan Empati, Bullying, Sikap Anti-Bullying, Bystander

1. PENDAAHULUAN emosi remaja tersebut. Oleh karena itu


Masa remaja merupakan masa yang tidak jarang emosi pada sswa yang masih
rentan khususnya pada hal-hal yang belum matang dapat memicu muncul
berkaitan dengan emosi, sehingga apabila perilaku bullying di Sekolah. Data kasus
remaja tidak mendapatkan perhatian pada bullying yang terjadi di sekolah Indonesia
hal-hal yang berkaitan dengan disajikan dalam Tabel 1.
karakteristiknya, akan berdampak pada

Tabel 1. Data Perilaku Bullying yang Terjadi di Sekolah


Level
Bentuk
Sekolah Sumber Waktu Dampak
Bullying
(Provinsi)
SMU - Sari 27 Bullying Akibat dari perlakuan oleh seniornya
Jakarta (Solopos.com) Oktober fisik dan (pemalakan dan pemukulan), remaja
Selatan 2011 verbal siswa SMU mengalami trauma.

SD – Jawa Anindita, 21 Bullying Perlakuan kasar yang terus berulang-


Timur Elisabeth, Januari fisik ulang menyebabkan mata sebelah
Moch. & Retno 2015 kanan Zidan siswa kelas 2 SD
(satujurnal.com) mengalami pembengkakan.

45 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):45-52

SMP – Liputan6.com 15 Maret Bullying NFR siswi SMP tersebut kabur dari
Bogor 2015 fisik dan rumah selama 6 hari karena perilaku
verbal bullying fisik dan verbal (penghinaan)
yang dilakukan oleh teman-temannya

SDN – Liputan6.com 16 Bullying CA tidak hanya diejek, tetapi juga


Bintara, Desember fisik, kepalanya diduduki teman-temannya
Bekasi 2015 verbal hingga lebam. Akibat aksi bullying
dan tersebut, bocah 11 tahun itu tidak
psikis ingin berangkat ke sekolah

Lembaga pendidikan yang diri semakin rendah, meningkatnya


diharapkan menjadi tempat aman dan simptom-simptom psikosomatis seperti
nyaman justru menjadi lembaga yang sakit kepala, sakit tenggorokan dan sakit
menakutkan dan menyeramkan, karena perut, memiliki pikiran untuk melukai diri
perilaku bullying di sekolah hampir marak hingga bunuh diri, dan merasa asing di
terjadi pada setiap jenjang pendidikan. lingkungan sekolah.
Rigby (2007) mengatakan bahwa bullying Coloroso (2007) mengemukakan
merupakan penekanan atau penindasan istilah tiga mata rantai pada kasus bullying
berulang-ulang baik secara psikologis atau (penindasan). Pertama; bullying terjadi
fisik terhadap seseorang yang lemah oleh karena ada pihak yang menindas, kedua;
orang atau kelompok orang yang lebih ada bystander yang diam atau bahkan
kuat. Coloroso (2007) juga menambahkan mendukung, dan ketiga; adanya pihak yang
bawah perilaku bullying merupakan dianggap lemah juga menganggap dirinya
tindakan bermusuhan yang dilakukan sebagai pihak yang lemah. Berdasarkan
secara sadar dan disengaja yang bertujuan teori tersebut digambarkan bahwa dalam
untuk menyakiti melalui ancaman agresi peristiwa bullying ada pembagian peran
dan mampu menimbulkan teror kepada dari tiga pihak utama, yakni pelaku,
orang lain. korban, dan bystander.
Adapun dampak yang dialami siswa Pada penelitian-penelitian terkait
yang menjadi korban bullying menurut dengan bullying, lebih banyak berfokus
Coloroso (2007) ialah adanya penurunan pada pelaku dan korban saja, sedangkan
minat yang tiba-tiba di sekolah, rute ke sedikit yang mengulas lebih dalam tentang
sekolah yang tidak lazim, prestasi peran bystander pada perilaku bullying,
menurun, menjadi pendiam dan penyendiri
sementara bystander itu sendiri dapat
dari biasanya, tetapi gampang marah, meningkatkan maupun menurunkan
bahkan ekstrimnya siswa melakukan perilaku penindas. Seperti yang dikatakan
tindakan bunuh diri. Rigby (2007) juga oleh Olweus (dalam Coloroso, 2007)
menambahkan mengenai dampak yang bahwa, seorang bystander dapat berpotensi
dapat ditimbulkan oleh perilaku bullying
menjadi pembela korban penindasan yang
ialah kecemasan pada korban akan aktif maupun pasif dan dapat juga sebagai
meningkat, tingkat kepercayaan dan harga

46 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):45-52

pendukung pelaku penindasan yang aktif Melaporkan guru, (3). Menghindar atau
maupun pasif. mengabaikan terjadinya perilaku bullying,
Hal ini diperkuat dengan tipe-tipe yang meliputi: tipe bystander yang merasa
seorang bystander yang dikemukakan oleh bukan urusannya, takut akan konsekuensi,
Rigby (2007), antara lain; (1). Menolong dan merasa korban harus ampu untuk
korban bullying, yang meliputi: sikap membela dirinya. (4). Mendukung pelaku
moral yang kuat, karakter dari bystander bullying, yang meliputi: tipe bystander
itu sendiri, empati terhadap korban, merasa yang akan merasa aman jika memihak atau
pernah merasakan apa yang korban pura-pura memihak pelaku, bystander
rasakan, membantu karena dapat merasa senang dan menikmati adanya
bermanfaat untuk dirinya, korban kejadian bullying, bystander merasa
merupakan teman bystander serta kagum dan senang dengan tindakan agresi
menolong dengan tujuan agar bystander baik fisik maupun verbal serta korban
dianggap hebat oleh orang lain. (2). bullying merupakan musuh dari bystander.
Tabel 2. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Judul Metode / Desain Penelitian Hasil
Efisiensi program pelatihan a true experimental design, a Program pelatihan empati efektif
empati sebagai upaya pretest for the experimental menurunkan perilaku bullying
pencegahan perilaku bullying di and control groups, post-test melalui metode eksperimen yang
sekolah dasar and a follow-up model dilakukan kepada siswa.
(Sahin, 2012)

Meningkatkan Empati pada Metode eksperimen dengan Media bangku pertemanan dapat
Siswa Sekolah Dasar Inklusi desain penelitian meningkatkan motivasi siswa
dengan Metode Reinforcement nonrandomized between untuk peduli terhadap siswa lain.
dan Media Bangku Pertemanan subject design. Selain itu juga media ini dapat
(Nur, Titin, Sanich, Gisella, digunakan sebagai upaya
Elvina, Sukma, Zumrotus dan penekanan tindakan kekerasan di
Syafatania, 2015) sekolah.

Pelatihan Meningkatkan Empati One group pretest posttest Program pelatihan empati
Melalui Psikoedukasi Kepada design memberikan dampak terhadap
Pelaku Bullying Sebagai Upaya peningkatan empati siswa yang
Untuk Mengurangi Bullying di melakukan bullying di sekolah
Sekolah Menengah Pertama
(Herly, Poeti dan Ahmad, n.d.)

berasumsi bahwa langkah awal yang harus


Berdasarkan tabel di atas bahwa
dicapai dalam meningkatkan sikap anti-
pelatihan empati yang dilakukan kepada
bullying pada bystander ialah melalui
siswa dapat menjadi pencegah terjadinya
pelatihan empati. Pelatihan empati ini
perilaku bullying di sekolah. Seperti yang
harus bearada dalam pengawasan guru
dikatakan oleh Hoffman (1987) bahwa
secara langsung. Hal ini dilakukan karena
syarat awal untuk memunculkan perilaku
ada kekhawatiran terhadap terjadinya
menolong adalah dengan adanya empati
bullying.
pada individu. Oleh karena itu peneliti

47 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):45-52

2. METODE PENELITIAN menghubunginya. Sedangakan


Penelitian ini menggunakan metode partisipan lainnnya mengundurkan diri
eksperimen dengan pendekatan kuantitatif ada saat akan dimulainya pelatihan
dan kualitatif. Metode eksperimen yang empati. Ia mengundurkan diri dengan
akan digunakan dalam penelitian ini adalah alasan mood yang tidak stabil karena
penelitian pre-eksperimental dengan dihukum oleh guru di sekolah.
menggunakan desain one group pretest-
postest desain. Variabel-variabel penelitian Penelitian ini menggunakan beberapa
ini ialah pelatihan empati sebagai variabel teknik pengumpulan data, antara lain:
bebas dan sikap anti-bullying sebagai angket sikap anti-bullying, yang mengukur
variabel tergantung. tentang bagaiman sikap seorang siswa
terhadap perilaku bullying; Selanjutnya
Partisipan dalam penelitian ini adalah angket pelaku dan angket korban bullying
siswa kelas VII SMP X berjumlah 2 orang. (Hamburger, Basile, & Vivolo, 2011).
Proses pemilihan partisipan selanjutnya Tujuannya diberikan angket ini untuk
dibantu oleh guru BK di SMP X dengan mengetahui calon partisipan merupakan
proses sebagai berikut: seorang pelaku atau korban bullying;
a. Peneliti memberikan angket sikap anti- Asesmen selanjutnya, peneliti memberikan
bullying kepada 53 siswa setengah dari bystander questionnaire kepada partisipan
jumlah siswa kelas VII SMP X. untuk mengetahui seberapa sering mereka
b. Dari hasil tersebut, peneliti memperoleh melihat bullying, tempat terjadinya
4 partisipan yang memiliki sikap anti- bullying, ciri-ciri korban maupun pelaku
bullying mendekati rendah. bullying dampak yang dirasakan oleh
c. Kemudian peneliti kembali memberikan bystander saat melihat perilaku bullying
angket pelaku, korban dan bystander serta alasan cara korban dibully oleh
bullying kepada ke-4 partisipan pelaku (Hamburger, Basile, & Vivolo,
tersebut. Tujuannya untuk memastikan 2011); Angket skala empati IRI
ke-4 partisipan tersebut bukanlah (Interpersonal Reactivity Index) aitem-
seorang pelaku maupun korban aitemnya dimodifikasi sesuai dengan
bullying. konteks yang dibutuhkan peneliti. IRI
d. Peneliti juga melakukan wawancara merupakan skala yang digunakan untuk
kepada guru BK maupun wali kelas mengukur empati yang mengarah kepada
mengenai ke-4 partisipan tersebut, baik pengukuran multidimensional dan
kelakuan di sekolah maupun kegiatan disposisional (Davis, 1980); Tes invetori
belajar mengajar di kelas. EPPS diberikan sebagai data pendukung
e. Dari ke-4 partisipan tersebut hanya 2 untuk mengetahui kepribadian partisipan
partisipan yang bersedia mengikuti yang mempunyai pengaruh terhadap
pelatihan empati. Salah satunya terhadap sikap anti-bullying partisipan saat
partisipan dianggap mengundurkan diri ini sebagai seorang bystander.
oleh peneliti karena tidak adanya kabar Sebelum intervensi, pengumpulan data
mengenai partisipan tersebut dan dilakukan dengan pemberian angket
peneliti juga kesulitan untuk terbuka berupa kasus-kasus yang

48 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):45-52

mengungkap kategori atau tipe-tipe namun peningkatan skor terjadi pada


bystander yang dimiliki oleh partisipan masing-masing aspek partisipan penelitian.
Rigby (2007). Partisipan juga diminta Kedua partisipan hanya mengalami
untuk membuat catatan harian sebagai data peningkatan pada aspek kognitif dan
tambahan mengenai sikap anti-bullying afektif, sedangkan aspek konatif pada
selama 6 hari. partisipan J tidak mengalami peningkatan
Penelitian ini menggunakan yang signifikan, begitu juga pada
pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam partisipan M yang justru mengalami
pengumpulan dan analisis data. Data yang penurunan. Peneliti berasumsi bahwa
diperoleh dari wawancara dan kasus akan aspek konatif yang tidak mengalami
dianalisis menggunakan analisis isi, peningkatan dapat disebabkan karena
sedangkan data yang diperoleh hasil empati yang dimiliki oleh kedua partisipan
angket akan diolah menggunakan teknik itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh
statistik deskriptif kuantitatif. Data dari Hoffman (2000) mengenai empati, bahwa
sebagian keseluruhan angket nantinya akan semakin tinggi empathic distress individu
dipaparkan dalam teknik Wilcoxon Signed terhadap kondisi atau masalah individu
Ranks Test. lain, makan semakin tinggi pula peluang
atau kecenderungan dia untuk menolong
3. HASIL DAN PEMBAHASAN atau membantu individu tersebut.
Hasil analisis statistik menunjukkan Pada aspek konatif partisipan secara
tidak adanya perbedaan pre dan post-test keseluruhan kurang memiliki
sikap anti-bullying semua partisipan antara kecenderungan untuk membantu korban
sebelum dan sesudah pelatihan empati. bullying, karena adanya rasa khawatir dan
Signifikansi dari hasil uji beda sikap anti- takut akan konsekuensi membuat
bullying yang dihasilkan adalah α = 0.180. partisipan belum mampu untuk
Lebih detil lagi pada aspek-aspek sikap merealisasikan perilaku tersebut. Rasa
anti-bullying, tidak ada perbedaan pre dan takut dan khawatir yang dimiliki oleh
post-test pada semua partisipan. partisipan dapat disebabkan karena pola
Signifikansi dari hasil uji beda aspek asuh otoriter yang diterapkan oleh
kognitif α = 0.18, aspek afektif α = 0.18, orangtua, sehingga membuat partisipan
dan aspek konatif α = 0.655. Maka, dapat menjadi sosok yang mudah cemas dan
disimpulkan bahwa tidak terdapat takut akan sosok-sosok otoritas. Seperti
perbedaan/peningkatan sikap anti-bullying penelitian yang dilakukan oleh Baldwin
antara sebelum dan sesudah diberikan (dalam Gerungan, 2004), bahwa pola asuh
pelatihan empati kepada siswa kelas VII di otoriter yang diterapkan orang tua, banyak
SMP X yang didukung dengan hasil uji menunjukkan ciri-ciri pasivitas (sikap
beda keseluruhan partisipan dengan menunggu), daya tahan berkurang, ciri-ciri
signifikansi dari sikap anti-bullying. penakut dan menyerahkan segalanya
Meskipun dari uji statistik tidak terjadi kepada sosok otoriter serta terdapat pula
perbedaan antara pre dan post-test sikap ciri-ciri agresivitas, kecemasan dan mudah
anti-bullying semua partisipan antara putus asa.
sebelum dan sesudah pelatihan empati,

49 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):45-52

Hasil analisis kualitatif ini berbeda approach atau pendekatan yang


jika dibandingkan dengan hasil analisis melibatkan seluruh komponen-komponen
statistik inferensial. Adanya kesadaran sekolah (Elliott, 2002).
partisipan untuk mulai memahami orang Berdasarkan hasil penelitian yang
lain yang mengalami tindakan bullying, telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
karena buruknya dampak yang disebabkan pemberian program pelatihan empati dapat
oleh perilaku bullying tersebut. Meskipun efektif meningkatkan sikap anti-bullying
partisipan masih belum mampu untuk kepada bystander, khususnya pada aspek
menujukkan sikap menolong korban kognitif dan afektifnya. Secara kuantitatif
bullying, akan tetapi sudah mampu untuk tidak adanya perbedaan yang signifikan
menunjukkan sikap dan ekspresi empati antara sebelum dan sesudah pemberian
kepada korban tersebut. Hal tersebut dapat intervensi, akan tetapi secara kualitatif
dilihat dari hasil catatan harian kedua memiliki perbedaan pada masing-masing
partisipan. Mereka menujukkan ekspresi individu khususnya pada aspek kognitif
sedih dan marah ketika melihat orang yang dan afektif, tentunya juga didukung dengan
mengalami penindasan yang dilakukan data tambahan dari catatan harian
oleh orang lain. Pada catatan harian yang partisipan.
dilakukan partisipan J setelah pelatihan,
menunjukkan sikap dan ekspresi empati 4. KESIMPULAN DAN SARAN
kepada teman yang mengalami masalah, Kesimpulan dari hasil pelatihan
meskipun tidak berkaitan dengan perilaku empati adalah sebagai berikut:
bullying. Begitu pula dengan partisipan M, a. Hasil statistik non parametrik (uji
dapat dilihat dari hasil respon yang Wilcoxon), pelatihan yang diberikan
diberikan pada catatan harian yang kepada dua partisipan tidak
dilakukan mengenai perilaku bullying yang menunjukkan adanya perbedaan yang
ia lihat. Ia lebih banyak merespon untuk signifikan antara sebelum dan sesudah
tidak mencampuri urusan orang lain dan diberikan pelatihan. Hal ini
menghindari kejadian tersebut, meskipun disebabkan jumlah partisipan yang
masih ada keinginan untuk membela mengikuti pelatihan empati sangat
korban, akan tetapi karena besarnya sedikit.
persaan takut dan khawatir yang ada dalam b. Dari hasil analisis statistik deskriptif,
dirinya, membuat M menunjukkan sikap terjadi peningkatan skor sikap anti-
menghindar. bullying pada masing-masing
Upaya mengurangi tindak bullying di partisipan pelatihan antara sebelum
sekolah tentunya tidak hanya dan sesudah pelatihan empati. Adapun
mengandalkan bystander saja, akan tetapi peningkatan yang terjadi disebabkan
perlu melibatkan semua komponen, karena materi yang diberikan lebih banyak
tidak akan berhasil jika hanya melibatkan menggunakan metode audio visual,
satu komponen saja. Cara yang paling yaitu berupa video mengenai bullying.
efektif untuk menangani bullying adalah Semua paritisipan mengalami
memiliki kebijakan anti-bullying dengan peningkatan sikap anti-bullying
menggunakan metode whole school sesudah diadakannya pelatihan,

50 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):45-52

khususnya pada aspek kognitif terkait perkembangan partisipan dalam


dengan dampak-dampak buruk yang meningkatkan sikap anti-bullying.
disebabkan oleh perilaku bullying, dan 6. Lembar observasi dan evaluasi pada
aspek afektif, terkait dengan ekspresi pelatihan diharapkan dibuat lebih
emosi yang ditunjukkan seperti merasa terstruktur, mudah dan ringkas dalam
kasihan dengan korban yang dibully penggunaannya.
oleh pelaku bullying. Sedangkan pada 7. Perlu adanya pemantauan secara
aspek konatif, kedua partisipan masih kontinu dan konsisten oleh peneliti
belum menujukkan sikap untuk setelah dilakukannya pelatihan.
membantu korban bullying. Tujuannya agar partisipan dalam
c. Pada semua partisipan terjadi menerapkan hasil pelatihan dapat
peningkatan pada aspek kognitif dan diterapkan dengan maksimal dan sesuai
afektif dalam sikap anti-bullying, dengan harapan.
sedangkan pada aspek konatif Selanjutnya saran yang dapat
mengalami penurunan sebanyak 1 diberikan kepada profesi psikologi ialah
poin. Hal ini menunjukkan bahwa program pelatihan empati ini nantinya
partisipan mampu untuk bersikap dan dapat dikembangkan oleh trainer dari
berekspresi dengan empati kepada profesi psikologi dalam penggunaan
orang yang mengalami masalah atau metode audio visual dan refleksi yang
kesulitan. lebih menarik dan maksimal dalam proses
Saran bagi peneliti selanjutnya sebagai pelaksanaannya, karena dirasa lebih efektif
berikut: untuk memunculkan pemahaman dan
1. Pelaksanaan intervensi menggunakan perubahan perasaan partisipan dalam
metode Bibliotherapy yang lebih detil ekspresi empatinya ke orang.
dan maksimal. Beberapa saran yang dapat diberikan
2. Trainer diharapkan memiliki kepada pihak sekolah antara lain:
pengalaman mengenai pelatihan empati 1. Diharapkan pihak sekolah mau
yang nantinya diberikan kepada menindaklanjuti program pelatihan ini
partisipan. ke arah program anti-bullying di
3. Trainer harus paham akan karakter dan sekolah dengan melibatkan semua
latar belakang budaya masing-masing elemen di sekolah, yaitu sistem
partisipan sebelum diberikan materi sekolah, guru serta siswa dan juga
pada pelatihan. pihak orangtua siswa.
4. Pelatihan ini juga dapat diberikan tidak 2. Pihak sekolah menjalin kerjasama
hanya kepada korban, melainkan dengan orangtua dalam memantau
kepada pelaku bullying. aktivitas anak mereka dalam
5. Waktu yang diperlukan sebaiknya tidak berperilaku serta memberikan
terlalu sebentar dan tidak hanya wawasan kepada orangtua mengenai
dilakukan 1 hingga 2 kali, melainkan parenting, tentang bagaimana dalam
dapat dilakukan lebih agar memudahkan mengasuh anak yang tepat serta
peneliti untuk selalu melakukan mengajarkan anak mereka dalam
mentoring dan evaluasi terkait dengan berbuat baik terhadap semua orang

51 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):45-52

khususnya pada orang yang Schools. Third Edition. Great


mengalami masalah atau kesulitan. Britain: Pearson Education.
3. Penyelenggaraan seminar serta Gerungan, W. A. (2004). Psikologi Sosial.
Bandung: PT Refika Aditama
workshop mengenai dampak buruk
Hamburger, M. E., Basile, K. C., dan
dari perilaku bullying, tujuannya agar Vivolo, A. M. 2011. Measuring
semua warga di sekolah lebih peka Bullying Victimization,
akan perilaku bullying yang biasanya Perpetration, and Bystander
dianggap wajar oleh sebagian siswa Experiences: A Compendium of
maupun guru. Assessment Tools. Atlanta,
4. Mengingat adanya bystander memiliki Georgia: Centers for Disease
Control and Prevention,
keinginan untuk melapor kejadian
National Center for Injury
bullying kepada guru, diharapkan Prevention and Control.
pihak sekolah mengatur mekanisme Hoffman. (1987). The Contribution of
pelaporan bystander, seperti dari segi Emphaty to Justice and Moral
keamaan bagi bystander pelapor Judgment. Cambridge:
tersebut. Cambridge University Press
____________. (2000). Empathy and
Moral Development:
Implications for Caring and
DAFTAR PUSTAKA
Justice. New York: Cambridge
Coloroso, B. (2007). Stop Bullying. University Press.
Jakarta: Penerbit Serambi Ilmu Rigby, Ken. (2007). Children & Bullying:
Semesta. How Parents and Educators
Davis, M. H. (1980). A Multidimensional Can Reduce Bullying at School.
Approach to Individual Oxford: Blackwell Publishing.
Differences in Empathy. JSAS
Catalog of Selected Documents Yusuf, H. dan Fahrudin, A. (2012).
in Psychology, 10, 85 Perilaku Bullying: Asesmen
Elliot, Michele. (2002). BULLYING: A Multidimensi dan Intervensi
Practical Guide to Coping or Sosial. Jurnal Psikologi Undip:
Vol. 11, No. 2.

52 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA KERJA DAN KOMPENSASI


NONFINANSIAL DENGAN KINERJA PROGRAM KESEHATAN
IBU DAN ANAK (KIA) DI PUSKESMAS KABUPATEN
LUMAJANG

Darmin1, Stefanus Supriyanto2, Djazuly Chalidyanto2


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Griya Husada Sumbawa
2
Puskesmas Kabupaten Lumajang
3
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
Email: Dharmyn@gmail.com

ABSTRACT

Development in healthcare sector is one of national development efforts directed to attain awareness,
willingness and capability to living healthy for all population in order to realize optimum health level.
Mother and Children Health Program is a priority of Health Ministry and success of KIA program
becomes an important indicator in National Long Run Development Plan (RPJPN) of 2005 - 2025.
This research was performed in 9 Public Health Center (PHC) of Lumajang Regency with KIA
program administrators as respondent. Independent variables of research were work culture and non
financial compensation whereas dependent variable was KIA program performance. General purpose
of this research was to set recommendation for improving KIA program performance in PHC of
Lumajang Regency. Type of research or approach used in this research was observational
descriptive with cross sectional design. Research result showed that based on identification result of
work culture and non financial compensation of KIA program administrators in Lumajang Regency
PHCs had good category more than adequate category. Meanwhile, based on cross tabs analysis it
was found that strong work culture had good performance of 100%. It indicated that the stronger work
culture, the better KIA program performance whereas good non financial compensation had good
performance of 100%. It indicated that the better non financial compensation received by KIA
program administrator the better KIA program performance. based on data of mother and children
PWS report of 2014 it was obtained that almost all KIA program performance in Lumajang Regency
PHC was good.

Keywords: Work Culture, Non Financial Compensation, MCH, and Performance

1. PENDAHULUAN upaya pemecahan masalah dibidang


pembangunan di bidang kesehatan kesehatan.
sebagai salah satu upaya pembangunan Perubahan orientasi tersebut
Nasional diarahkan guna tercapainya kemudian mempengaruhi sistem
kesadaran, kemauan, dan kemampuan kesehatan nasional melalui penerapan
hidup sehat bagi setiap penduduk prinsip yang menyeluruh “Holistic”,
agar dapat mewujudkan derajat terpadu “Unity”, merata “Evenly”,dapat
kesehatan yang optimal. Telah terjadi diterima “Acceptable” dan terjangkau
perubahan orientasi baik tata nilai “Achievable” oleh masyarakat. Salah
maupun pemikiran terutama mengenai satu bentuk perubahan sistem di bidang

53 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

kesehatan yang berkembang dewasa ini program upaya kesehatan masyarakat,


adalah mengenai sistem pelayanan dan program pencegahan dan
perlindungan kesehatan bagi ibu dan pemberantasan penyakit dan program
anak. promosi kesehatan.
Hak atas pelayanan dan Program Kesehatan Ibu dan Anak
perlindungan kesehatan bagi ibu dan (KIA) merupakan salah satu prioritas
anak di Indonesia merupakan hak dasar Kementerian Kesehatan dan
sebagaimana termaktub dalam Undang- keberhasilan program KIA menjadi
Undang Dasar 1945 Pasal 28 H salah satu indikator utama dalam
menyebutkan bahwa “Setiap orang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, Nasional (RPJPN) 2005-2025.
bertempat tinggal, dan mendapatkan Tingginya Angka Kematian Ibu
lingkungan hidup yang baik dan sehat (AKI) di Indonesia membuat
serta berhak memperoleh pelayanan pemerintah menempatkan upaya
kesehatan”. penurunan AKI sebagai program
Selanjutnya, pasal 34 ayat (3) UUD prioritas dalam pembangunan
1945 menyebutkan “Negara kesehatan. Menurut survei demografi
bertanggungjawab atas penyediaan kesehatan Indonesia angka kematian ibu
fasilitas pelayanan umum yang layak”. saat ini telah menunjukkan terjadinya
Pencantuman hak terhadap pelayanan penurunan dari 307/100.000 Kelahiran
kesehatan tersebut, tidak lain tujuannya Hidup, ditahun 2002 menjadi
untuk menjamin hak-hak kesehatan 228/100.00 Kelahiran Hidup dan
yang fundamental seperti tertuang ditahun 2009 226/100.000 Kelahiran
dalam Declaration Of Human Right Hidup. Namun program percepatan
1948, bahwa Health is a fundamental penurunan AKI diupayakan terus untuk
human right. Secara spesifik, mencapai target Millenium
pemerintah mengatur hak atas Development Goals (MDGs)
pelayanan dan perlindungan kesehatan 102/100.000 KH pada tahun 2015.
bagi ibu dan anak di dalam pasal 126 Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi
dan pasal 131 UU No. 36 Tahun 2009 Jawa Timur cenderung meningkat
tentang kesehatan. dalam 5 (lima) Tahun terakhir, yaitu
Adapun dalam desain berkisar antara 7-11 point dengan data
pelaksanaannya, hak tersebut diarahkan yang bersumber dari Laporan Kematian
melalui kebijakan strategis dan aktivitas Ibu (LKI) Kabupaten/Kota. Capaian
untuk menurunkan Angka Kematian Ibu AKI dapat digambarkan sebagai berikut
(AKI) dan Angka Kematian Anak : pada tahun 2008 sebesar 83 per
(AKA) antara lain melalui peningkatan 100.000 kelahiran hidup (kh); tahun
program upaya kesehatan perorangan, 2009 sebesar 90,7 per 100.000 kh;

54 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

tahun 2010 sebesar 101,4 per 100.000 Standar Penilaian :


kh; tahun 2011 sebesar 104,3 per  Kinerja Baik : ≥ 91 %
100.000 kh; dan di tahun 2012  Kinerja Sedang : 81 % - 90 %
mencapai 97,43 per 100.000 kh.  Kinerja Kurang : ≤ 80 %
Capaian AKI Jawa Timur tahun 2012 Keadaan ini memacu untuk terus
keadaanya berada 5 point di bawah dari menelaah penyebab kematian ibu agar
target MDGs tahun 2015 sebesar 102 tujuan MDGs yang keempat dan kelima
per 100.000 kh. yaitu untuk menurunkan angka
kematian anak serta meningkatkan
Tabel 1 Data Hasil Penilaian Kinerja Program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dinas kesehatan ibu dapat tercapai.
Kesehatan Kabupaten Lumajang Tahun
2010 dan 2011 Tabel 1 Data Hasil Penilaian Kinerja Program
Tahun Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dinas
2010 2011 Kesehatan Kabupaten Lumajang
Puskesmas Kategori Tahun 2010 dan 2011
(%) (%)
Tahun
Candipuro 104,5 105,5
Puskesmas 2010 2011 Kategori
Ranuyoso 103,9 104,7 Baik
(%) (%)
Tempursari 104,3 104,3 Baik
Candipuro 104,54 105,5
Sumbersari 102,6 103,3 Baik
Ranuyoso 103,96 104,78 Baik
Tempeh 107,1 98,6 Baik
Tempursari 104,35 104,35 Baik
Yosowilangun 102,4 100 Baik
Sumbersari 102,6 103,3 Baik
Kedungjajang 98, 89,7 Baik
Tempeh 107,1 98,6 Baik
Bades 98,82 98,8 Baik
Yosowilangun 102,4 100 Baik
Rogotrunan 103,6 91,2 Baik
Kedungjajang 98,2 89,7 Baik
Klakah 98,4 94,4 Baik
Bades 98,82 98,82 Baik
Tunjung 92,04 99,8 Baik
Rogotrunan 103,6 91,2 Baik
Randuagung 98,34 90,6 Baik
Klakah 98,48 94,4 Baik
Jatiroto 97,28 91,2 Baik
Tunjung 92,04 99,85 Baik
Pronojiwo 95,86 92,4 Baik Randuagung 98,34 90,61 Baik
Kunir 102,4 79,03 Baik
Jatiroto 97,28 91,29 Baik
Senduro 86,6 93,8 Sedang
Pronojiwo 95,86 92,47 Baik
Gesang 90,11 90,11 Sedang
Kunir 102,4 79,03 Baik
Sukodono 99,06 76,6 Sedang Senduro 86,6 93,8 Sedang
Pananggal 88,38 79,03 Sedang
Gesang 90,11 90,11 Sedang
Pasirian 83,06 82,57 Sedang
Sukodono 99,06 76,6 Sedang
Pasrujambe 81,5 89,3 Sedang
Pananggal 88,38 79,03 Sedang
Labruk 74,8 84,4 Sedang
Pasirian 83,06 82,57 Sedang
Padang 79,7 78,58 Kurang
Pasrujambe 81,5 89,3 Sedang
Gucialit 64,04 79,89 Kurang
Labruk 74,8 84,4 Sedang
Tekung 88,76 34,2 Kurang
Padang 79,7 78,58 Kurang
Sumber : Data penilaian kinerja Puskesmas, Dinkes
Gucialit 64,04 79,89 Kurang
Kab. Lumajang Tahun 2010 dan 2011
Tekung 88,76 34,2 Kurang
Sumber : Data penilaian kinerja Puskesmas, Dinkes
Kab. Lumajang Tahun 2010 dan 2011

55 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

Standar Penilaian : mempengaruhinya. Menurut Hessel


 Kinerja Baik : ≥ 91 % (2007:178) faktor yang mempengaruhi
 Kinerja Sedang : 81 % - 90 % kinerja organisasi adalah motivasi,
 Kinerja Kurang : ≤ 80 % budaya organisasi, kompensasi,
kepemimpinan, kepuasan kerja,
Keadaan ini memacu untuk terus kedisiplinan, lingkungan kerja dan
menelaah penyebab kematian ibu agar komitmen.
tujuan MDGs yang keempat dan kelima 2. METODE PENELITIAN
yaitu untuk menurunkan angka
kematian anak serta meningkatkan Jenis penelitian atau pendekatan
kesehatan ibu dapat tercapai. yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
Tingginya angka kematian ibu pendekatan observasional deskriptif
dapat menunjukkan masih rendahnya dengan rancang bangun cross sectional.
kualitas pelayanan kesehatan. Observasional deskriptif digunakan
Penurunan AKI juga merupakan untuk membuat penilaian terhadap
indikator keberhasilan derajat suatu kondisi
kesehatan suatu wilayah. dan penyelenggaraan suatu
Pemerintah berupaya bahu membahu program di masa sekarang, kemudian
membuat berbagai strategi hasilnya digunakan untuk menyusun
menurunkan AKI. Dinas Kesehatan perencanaan perbaikan program
Kabupaten Lumajang, berdasarkan hasil tersebut.
penilaian kinerja oleh Dinas Kesehatan, Pada rancang bangun cross
hasil kinerja program KIA dapat dilihat sectional, variabel penelitian diukur
pada Tabel 1. hanya sekali saja, sehingga tidak bisa
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa di membedakan variabel yang menjadi
Kabupaten Lumajang masih terdapat penyebab dan variabel yang menjadi
beberapa Puskesmas yang kinerja akibat. Tetapi jika sudah ada teori yang
program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) menjelaskan hubungan sebab akibat,
belum mencapai target ≥ 91 %, yaitu maka variabel tersebut dapat
sebesar 44 %. diidentifikasi.
Berdasarkan uraian tersebut maka Jadi, dapat dikatakan bahwa survei
masalah dalam penelitian ini adalah cross sectional merupakan suatu
terdapat beberapa Puskesmas di penelitian yang bertujuan untuk
Kabupaten Lumajang yang kinerja mempelajari faktor sebab dan faktor
program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) akibat, dengan cara pendekatan,
belum mencapai target ≥ 91 %, yaitu observasi atau pengumpulan data
sebesar 44%. Rendahnya kinerja sekaligus pada suatu saat (Supriyanto
organisasi atau Puskesmas tidak dan Djohan, 2011; Notoatmodjo, 2010).
terlepas dari berbagai faktor yang

56 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

Penelitian dilakukan di Puskesmas dengan cara total skor dibagi


Kabupaten Lumajang. Waktu penelitian jumlah pernyataan dan selanjutnya
yaitu selama 10 bulan terhitung sejak dibagi jumlah responden, sehingga
pembuatan usulan penelitian tesis dari mendapatkan nilai rata-rata.
bulan Januari tahun 2015 sampai Hasil nilai rata-rata
dengan ujian tesis yaitu bulan Oktober dikategorikan menjadi beberapa
tahun 2015, Unit analisis dalam kategori yang terdiri atas : Rata-rata
penelitian ini adalah program KIA, 1 = Sangat lemah ; Rata-rata 2 =
Sementara populasi dalam penelitian ini Lemah ; Rata-rata 3 = Cukup ;
yaitu seluruh Pengelola Program KIA Rata-rata 4 = Kuat ; Rata-rata 5 =
yang ada di Puskesmas Kabupaten Sangat kuat. Dari lima kategori
Lumajang yaitu berjumlah sebanyak 25 dikelompokkan lagi menjadi tiga
(dua puluh lima) Puskesmas. kelompok : Rata-rata 2 dan 1 =
Sampel dalam penelitian ini yaitu Kategori lemah ; Rata- rata 3 =
Pengelola Program KIA pada 9 Kategori cukup ; Rata-rata 5 dan 4
(sembilan) Puskesmas. Untuk mendapat = Kategori kuat.
sampel terpilih maka dilakukan b. Mengidentifikasi variabel budaya
pengambilan sampel dengan cara kerja dan kompensasi nonfinansial
memilih masing-masing 3 (tiga) dengan cara setiap subvariabel
Puskesmas pada kategori baik, sedang, memiliki bobot nilai rata-rata yaitu
dan kurang. : Rata-rata 1 = Sangat lemah ;
Teknik pengumpulan data yang Rata-rata 2 = Lemah ; Rata-rata 3 =
dilakukan dalam penelitian ini adalah Cukup ; Rata-rata 4 = Kuat ; Rata-
wawancara dengan panduan kuesioner rata 5 = Sangat kuat. Untuk
dan dokumen pencatatan serta mendapatkan nilai rata-rata pada
pelaporan PWS ibu dan anak. Analisis variabel budaya kerja dan
data dilakukan sebagai berikut: kompensasi nonfinansial maka total
a. mengidentifikasi subvariabel skor dibagi jumlah subvariabel
budaya kerja dan kompensasi sehingga mendapatkan nilai rata-
nonfinansial dengan cara setiap rata. Selanjutnya nilai rata-rata
pernyataan diberikan pilihan dikelompokkan menjadi tiga
jawaban dengan bobot skor 1 – 5 kategori : Rata-rata 2 dan 1 =
yang terdiri atas : Sangat tidak kategori lemah ; Rata- rata 3 =
setuju = Skor 1; Tidak setuju = Kategori cukup ; Rata-rata 5 dan 4
Skor 2; Cukup setuju = Skor 3; = Kategori kuat.
Setuju = Skor 4 ; Sangat setuju = c. Penilaian kinerja program KIA
Skor 5. Untuk mendapatkan nilai dilakukan dengan cara
rata-rata dilakukan perhitungan pengkategorian setiap kegiatan

57 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

dengan standar penilaian : Kategori Melakukan analisis tabulasi


baik = Diatas target dan trend naik silang antara variabel budaya kerja
atau sama dengan dari bulan dan kompensasi nonfinansial dengan
sebelumnya, Kateori cukup = kinerja Program KIA menggunakan
Diatas target dan trend menurun program Spss. Dari hasil analisis
dari bulan sebelumnya, Kategori dilakukan telaah oleh peneliti untuk
kurang = Dibawah target dan memberikan rekomendasi sebagai
trend naik atau sama dengan dari upaya peningkatan kinerja program KIA
bulan sebelumnya, Kategori jelek = di Puskesmas Kabupaten Lumajang.
Dibawah target dan trend menurun
dari bulan sebelumnya). Setelah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengkategorian selanjutnya Tabel 2 Budaya Kerja Pengelola Program
memberikan bobot skor pada Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di
Puskesmas Kabupaten Lumajang
masing-masing kategori, Kategori Tahun 2014.
baik = Skor 4 ; Kategori cukup = Inovasi dan Perhatian
Skor 3 ; Kategori kurang = Skor 2 ; Puskesm Pengambilan Pada Hal
as Risiko Detail
dan Kategori jelek = Skor 1. Untuk
Rata- Ket Rata- Ket
melihat kinerja program secara Rata Rata
keseluruhan maka dilakukan Candipuro 4 Kuat 4 Kuat
perhitungan dengan cara total skor Ranuyoso 4 Kuat 4 Kuat
dibagi jumlah kegiatan sehingga Tunjung 4 Kuat 4 Kuat
Senduro 3 Cukup 3 Cukup
mendapatkan nilai rata-rata. Hasil
Gesang 3 Cukup 4 Kuat
nilai rata-rata dikategorikan Pasirian 4 Kuat 4 Kuat
menjadi beberapa kategori : Rata- Labruk 3 Cukup 3 Cukup
rata 4 = Kategori baik ; Rata- rata Padang 3 Cukup 3 Cukup
3 = Kategori cukup ; Rata-rata 2 Tekung 4 Kuat 4 Kuat
Keterangan : Tidak ada budaya kerja kategori
= Kategori kurang ; Rata-rata 1
lemah
= Kategori jelek. dari empat
kategori dikelompokkan lagi Berdasarkan Tabel 2 dapat
menjadi dua kategori, yaitu : Rata- dijelaskan bahwa budaya kerja
rata 4 dan 3 = Kategori baik, dan
pengelola program Kesehatan Ibu dan
Rata- rata 2 dan 1 = Kategori
kurang. Anak (KIA) di Puskesmas Kabupaten
d. Melakukan analisis tabulasi Lumajang lebih banyak kategori baik
silang antara subvariabel budaya
daripada kategori cukup. Kompensasi
kerja dan kompensasi nonfinansial
dengan kinerja program KIA Nonfinansial Pengelola Program
menggunakan program SPSS. Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Di

58 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

Puskesmas Kabupaten Lumajang Tahun Nonfinansial Pengelola Program


2014. Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Di
Puskesmas Kabupaten Lumajang Tahun
Kompensasi adalah seluruh
2014.
imbalan yang diterima para karyawan
Kompensasi adalah seluruh
sebagai pengganti jasa yang telah
imbalan yang diterima para karyawan
mereka berikan. Kompensasi
sebagai pengganti jasa yang telah
nonfinansial meliputi kepuasan yang
mereka berikan. Kompensasi
diterima seseorang dari pekerjaan itu nonfinansial meliputi kepuasan yang
sendiri atau lingkungan psikologis dan
diterima seseorang dari pekerjaan itu
atau fisik tempat orang tersebut
sendiri atau lingkungan psikologis dan
bekerja. Untuk melihat kompensasi
atau fisik tempat orang tersebut
nonfinansial pengelola program
bekerja. Untuk melihat kompensasi
Kesehatan.
nonfinansial pengelola program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas Kabupaten Lumajang dapat
Tabel 2 Budaya Kerja Pengelola Program dilihat pada Tabel 3.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di
Puskesmas Kabupaten Lumajang Tabel 3 Kompensasi Nonfinansial Pengelola
Tahun 2014. Program Kesehatan Ibu dan Anak
Inovasi dan Perhatian (KIA) di Puskesmas Kabupaten
Puskesmas Pengambila Pada Hal Lumajang Tahun 2014
n Risiko Detail Kompensasi Kompensasi
Rata- Ket Rata- Ket nonfinansial yang nonfinansial
Rata Rata berkaitan dengan yang berkaitan
Candipuro 4 Kuat 4 Kuat Puskesmas pekerjaan dengan
Ranuyoso 4 Kuat 4 Kuat lingkungan
Tunjung 4 Kuat 4 Kuat pekerjaan
Senduro 3 Cukup 3 Cukup Rata- Ket Rata- Ket
Rata Rata
Gesang 3 Cukup 4 Kuat
Candipuro 4 Baik 4 Baik
Pasirian 4 Kuat 4 Kuat
Ranuyoso 4 Baik 4 Baik
Labruk 3 Cukup 3 Cukup
Tunjung 4 Baik 4 Baik
Padang 3 Cukup 3 Cukup
Senduro 3 Cukup 3 Cukup
Tekung 4 Kuat 4 Kuat
Keterangan : Tidak ada budaya kerja kategori Gesang 3 Cukup 3 Cukup
lemah Pasirian 4 Baik 4 Baik
Labruk 3 Cukup 3 Cukup
Berdasarkan Tabel 2 dapat Padang 4 Baik 4 Baik
dijelaskan bahwa budaya kerja Tekung 4 Baik 4 Baik
Keterangan: Tidak ada kompensasi nonfinansial
pengelola program Kesehatan Ibu dan kategori kurang
Anak (KIA) di Puskesmas Kabupaten
Lumajang lebih banyak kategori baik Berdasarkan Tabel 3 dapat
daripada kategori cukup. Kompensasi diketahui bahwa kompensasi

59 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

nonfinansial yang diterima pengelola kinerja dimaknai sebagai keseluruhan


program Kesehatan Ibu Dan Anak “unjuk kerja” dari seorang, tim, dan
(KIA) di Puskesmas Kabupaten organisasi.
Lumajang lebih banyak kategori baik Suatu organisasi dibentuk untuk
daripada kategori cukup. mencapai suatu tujuan tertentu melalui
Kinerja sebagai catatan kinerja segenap sumber daya manusia
keberhasilan yang dihasilkan dari fungsi yang ada dalam organisasi. Namun
suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan kinerja sumber daya manusia sangat
selama kurun waktu tertentu. Tujuan ditentukan oleh kondisi lingkungan
penilaian kinerja adalah untuk internal maupun eksternal organisasi,
memperbaiki dan meningkatkan kinerja termasuk budaya organisasi. Karenanya
organisasi melalui peningkatan kinerja kemampuan menciptakan suatu
Sumber Daya Manusia (SDM) organisasi dengan budaya yang mampu
organisasi, dalam penilaian kinerja tidak mendorong kinerja adalah suatu
hanya semata-mata menilai hasil fisik kebutuhan. untuk melihat hubungan
tetapi pelaksanaan pekerjan secara antara budaya kerja dengan kinerja
keseluruhan yang menyangkut program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
berbagai bidang seperti kemampuan. dapat dilihat pada Tabel 4.
Kerajinan, disiplin, hubungan kerja
Tabel 4 Tabulasi Silang (Cross Tabs) Antara
atau hal-hal khusus sesuai dengan Budaya Kerja Dengan Kinerja
bidang dan tugasnya semuanya layak Program KIA di Puskesmas
untuk dinilai. Kinerja menunjuk pada Kabupaten Lumajang Tahun 2014
Kinerja
kemampuan individu, tim, dan Beban Bai Kuran Bai Kuran Total
organisasi dalam melaksanakan kerja k g k g
n % N % n %
keseluruhan tugas-tugas yang menjadi Kuat 5 100 0 0 5 10
tanggungjawabnya. Tugas- tugas 0
Cuku 3 75 1 25 4 10
tersebut biasanya berdasarkan indikator- p 0
indikator keberhasilan yang sudah
ditetapkan. Sebagai hasilnya akan Berdasarkan Tabel 4 dapat
diketahui bahwa seseorang, tim, dan diketahui bahwa budaya kerja yang
organisasi masuk dalam tingkatan kuat memiliki kinerja yang baik yaitu
kinerja tertentu. Tingkatannya dapat sebesar 100 %. Hal ini menunjukkan
bermacam istilah. Kinerja dapat bahwa semakin kuat budaya kerja maka
dikelompokkan ke dalam tingkatan semakin baik kinerja program KIA.
kinerja tinggi, menengah atau rendah. Hasil penelitian diatas sejalan dengan
Dapat juga dikelompokkan melampaui Atmosoeprapto (2000) menyatakan
target, sesuai target atau di bawah bahwa budaya organisasi atau budaya
target. Berangkat dari hal-hal tersebut, perusahaan yang kuat akan
mempengaruhi pandangan mengenai

60 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

suatu pekerjaan menjadi lebih menerus (continous improvement).


menyenangkan, maka budaya Budaya organisasi menembus
perusahaan perlu tetap dipelihara kehidupan organisasi dalam berbagai
keberadaannya, sehingga seluruh cara untuk mempengaruhi setiap aspek
karyawan dimulai dari pimpinan puncak organisasi.Telah banyak studi yang
hingga karyawan lapis terbawah dilakukan membuktikan bahwa budaya
menghasilkan kinerja yang tinggi. organisasi mempengaruhi berbagai
Rashid, et al. (2003), budaya organisasi outcomes seperti produktivitas, kinerja,
berpengaruh terhadap kinerja komitmen, kepercayaan diri, dan
organisasi. Budaya yang dibangun oleh perilaku etis (Ritchie, 2000). Nilai dan
perusahaan mampu membawa keyakinan tersebut akan diwujudkan
anggotanya memiliki nilai-nilai dan menjadi perilaku keseharian mereka
keyakinan untuk mencapai tujuan. dalam bekerja, sehingga akan menjadi
Semakin melekat nilai- nilai yang kinerja individual. Didukung dengan
dianut oleh anggota organisasi yang sumber daya manusia yang ada, sistem
ditunjukkan dengan indikator budaya dan teknologi, strategi perusahaan dan
organisasi dan keyakinan mereka untuk logistik, masingmasing kinerja individu
mencapai tujuan memberikan dukungan yang baik akan menimbulkan kinerja
yang kuat untuk menjalankan pekerjaan organisasi yang baik pula, (Moelyono
dengan baik sehingga dapat mencapai Djokosantoso, 2003 : 42). Dampak
kinerja yang tinggi. budaya organisasi terhadap kinerja
Budaya yang kuat menyiratkan dapat dilihat pada beberapa contoh
adanya keseragaman dalam melakukan perusahaan yang memiliki kinerja yang
tindakan, sehingga mereka dapat tinggi, seperti Singapore Airlines yang
bekerja secara bersama-sama untuk menekankan pada perubahan-perubahan
menyelesaikan pekerjaan. Penelitian yang berkesinambungan, inovatif dan
lainnya, Soedjono (2005) diperoleh menjadi yang terbaik.
hasil bahwa budaya organisasi Baxter International, salah satu
berpengaruh signifikan dan positif perusahaan terbesar di dunia, memiliki
terhadap kinerja organisasi. Budaya budaya respect, responsiveness dan
organisasi dapat mempengaruhi result, dan nilai -nilai yang tampak
individu dan kinerja perusahaan, disini adalah bagaimana mereka
terutama dalam lingkungan yang berperilaku ke arah orang lain, kepada
bersaing. customer, pemegang saham, supplier
dan masyarakat (Pastin, 1986; 272).
Tantangan baru yang dihadapi Hasil penelitian Udan Bintoro (2002)
perusahaan mendorong diciptakannya menyatakan bahwa budaya organisasi
cara baru melakukan sesuatu untuk
perbaikan kinerja yang terus

61 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

yang kuat dapat meningkatkan kinerja Hasil penelitian tersebut diperoleh


organisasi. kesimpulan bahwa kompensasi
Kompensasi adalah seluruh nonfinansial mempunyai hubungan
imbalan yang diterima para karyawan korelasi positif tinggi (rs = 0,301) yang
sebagai pengganti jasa yang telah paling dominan terhadap kinerja
mereka berikan, Kompensasi karyawan pada PT. Hadji Kalla.
nonfinansial meliputi kepuasan yang Sedangkan hubungan korelasi positif
diterima seseorang dari pekerjaan itu kompensasi finansial (rs = 0,122).
sendiri atau lingkungan psikologis Adinata (2011) meneliti tentang
dan/atau fisik tempat orang tersebut “Pengaruh Kompensasi Terhadap
bekerja. Untuk melihat hubungan antara Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan
Kompensasi nonfinansial dengan Daerah Kota Bogor”. Hasil penelitian
kinerja program Kesehatan Ibu dan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa
Anak (KIA) dapat dilihat pada Tabel 5. kompensasi memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap kinerja
Tabel 5 Tabulasi Silang (Cross Tabs) Antara pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota
Kompensasi Nonfinansial Dengan
Kinerja Program KIA di Puskesmas
bogor dengan tingkat koefisien konstruk
Kabupaten Lumajang Tahun 2014 sebesar 0,63 (positif) dan nilai
Kinerja signifikansi sebesar 4,32 lebih besar
Beban Bai Kuran Bai Kuran Total
kerja k g k g dari 1,96. Maka dari itu dapat
n % N % n % disimpulkan apabila kompensasi
Kuat 6 100 0 0 6 10
0 ditingkatkan akan meningkatkan kinerja
Cuku 2 66,7 1 33,3 3 10 pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota
p 0
Keterangan : Tidak ada kompensasi nonfinansial Bogor.
kategori lemah Kompensasi nonfinansial memiliki
nilai kontribusi sebesar 0,62 terhadap
Berdasarkan Tabel 5 dapat
kinerja, lebih besar dari kompensasi
diketahui bahwa kompensasi
finansial yang memiliki kontribusi
nonfinansial yang baik memiliki kinerja
terhadap kinerja sebesar 0,35, sehingga
yang baik yaitu sebesar 100 %. Hal ini
kompensasi nonfinansial merupakan
menunjukkan bahwa semakin baik
kompensasi yang paling berpengaruh
kompensasi nonfinansial yang diterima
terhadap kinerja pegawai Dinas
pengelola program KIA maka semakin
Pendapatan Daerah Kota Bogor.
baik kinerja program KIA. Hasil
Amrullah (2012) meneliti tentang
tersebut sejalan dengan penelitian yang
“Pengaruh Kompensasi Finansial dan
dilakukan oleh Baharuddin (2009)
Nonfinansial Terhadap PT. Bank
meneliti tentang “Pengaruh Kompensasi
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk,
Finansial dan Nonfinansial Terhadap
Wilayah Makassar”. Hasil penelitian
Kinerja Karyawan PT. Hadji Kalla”.

62 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

tersebut diperoleh kesimpulan bahwa Agar hasil kerja tersebut maksimal,


kompensasi finansial yakni gaji, bonus maka kompensasi non finansial perlu
dan tunjangan berpengaruh signifikan ditingkatkan khususnya yang terkait
terhadap kinerja karyawan, demikian dengan pekerjaan itu sendiri dan
juga dengan kompensasi nonfinansial lingkungan kerja. Jika pekerjaan yang
yakni pekerjaan dan lingkungan dilakukan karyawan menarik dan ada
berpengaruh signifikan terhadap kinerja penghargaan dari pekerjaan tersebut,
karyawan. maka karyawanakan lebih bersemangat
Kompensasi finansial dan dalam bekerja sehingga kinerjanya lebih
kompensasi nonfinansial secara mudah ditingkatkan. Selain itu,
simultan berpengaruh positif dan didukung dengan lingkungan kerja yang
signifikan terhadap kinerja karyawan. kondusif dan job description yang jelas
Menurut Hasibuan (2008:117) maka karyawan akan lebih maksimal
“Besarnya balas jasa ditentukan dan fokus dalam menjalankan
dan diketahui sebelumnya, sehingga pekerjaannya sehingga menghasilkan
karyawan secara pasti mengetahui kinerja yang maksimal pula.
besarnya balas jasa/kompensasi yang Hasil penelitian ini sejalan dengan
akan diterimanya”. Kompensasi inilah hasil penelitian yang telah dilakukan
yang akan dipergunakan karyawan itu oleh Polnaya (2007), Rahayu (2007),
beserta keluarganya untuk memenuhi dan Asriyanti (2012) bahwa kompensasi
kebutuhannya. nonfinansial berpengaruh secara
Apabila kompensasi yang diterima signifikan terhadap kinerja. Polnaya
karyawan (Kompensasi finansial dan (2007) meneliti tentang “Pengaruh
nonfinansial) semakin besar maka Kompensasi Finansial dan Nonfinansial
kinerja karyawan semakin tinggi, Terhadap Kinerja Dosen Universitas
sebaliknya apabila kompensasi yang Kristen Indonesia Maluku”. Hasil
diterima karyawan (Kompensasi penelitian tersebut diperoleh
finansial dan nonfinansial) semakin kesimpulan bahwa kompensasi
rendah, maka kinerja karyawan juga finansial yakni gaji, bonus dan
rendah. Rivai (2004:357) yang tunjangan, demikian juga
mengatakan bahwa kompensasi adalah kompensasi nonfinansial yakni
pemberian penghargaan kepada pekerjaan dan lingkungan berpengaruh
karyawan atas kerjanya pada signifikan terhadap kinerja dosen.
perusahaan, yang tercermin dari Rahayu (2007) meneliti tentang
kontribusi jasa seorang pegawai “Pengaruh Sistem Penghargaan
dalam melaksanakan tugasnya sesuai Terhadap Kinerja Pegawai Pada Perum
dengan tanggung jawab yang diberikan Bulog Divisi Regional Palu”. Sistem
kepadanya”. penghargaan dalam penelitian ini

63 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

terdiri dari kompensasi finansial kinerja yang maksimal pula


dan kompensasi nonfinansial. Kompensasi non finansial berpengaruh
Kompensasi finansial terdiri dari gaji, signifikan terhadap kinerja karyawan,
bonus dan tunjangan berpengaruh artinya tinggi rendahnya kinerja
signifikan terhadap kinerja pegawai. karyawan tergantung pada tinggi
Demikian juga dengan kompensasi rendahnya kompensasi nonfinansial.
nonfinansial yakni pekerjaan dan Oleh karena itu dianggap perlu
lingkungan berpengaruh signifikan memberikan reward terhadap pengelola
terhadap kinerja pegawai. Asriyanti program yang memiliki kinerja tinggi
(2012) meneliti tentang “Pengaruh sebagai bentuk apresiasi terhadap
kompensasi Finansial dan Nonfinansial keberhasilan suatu program, baik itu
Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank reward secara individu maupun
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. kelompok. mengupayakan agar setiap
Wilayah Makassar”. pengelola program KIA memiliki
Hasil penelitian tersebut diperoleh kompotensi memadai, mengupayakan
kesimpulan bahwa menyatakan bahwa terciptanya rasa kekeluargaan baik antar
kompensasi finansial dan kompensasi sesama pengelola program maupun
nonfinansial berpengaruh positif dan dengan unit lainnya. Mengadakan
signifikan terhadap kinerja karyawan. pelatihan sebagai upaya peningkatan
Pemberian kompensasi nonfinansial pengetahuan dan keterampilan juga
yang baik kepada para pegawai dapat sebagai bentuk kompensasi terhadap
menghasilkan kinerja yang maksimal, pengelola program yang memiliki
(Simamora, 2004:541). Agar hasil kerja prestasi.
tersebut maksimal, maka kompensasi
nonfinansial perlu ditingkatkan 5. KESIMPULAN
khususnya yang terkait dengan Kesimpulan hasil penelitian yang
pekerjaan itu sendiri dan lingkungan diajukan dalam penelitian ini mengacu
pekerjaan. Jika pekerjaan yang pada tujuan khusus penelitian dan
dilakukan karyawan menarik dan ada pembahasan yang ada pada bab sebelum
penghargaan dari pekerjaan tersebut, ini. Berdasarkan hasil tersebut maka
maka karyawan akan lebih bersemangat dapat diperoleh kesimpulan sebagai
dalam bekerja sehingga kinerjanya lebih berikut :
mudah ditingkatkan. Selain itu, 1. Berdasarkan hasil identifikasi
didukung dengan lingkungan kerja yang bahwa budaya kerja pengelola
kondusif dan job description yang jelas program Kesehatan Ibu dan Anak
maka karyawan akan lebih maksimal (KIA) di Puskesmas Kabupaten
dan fokus dalam menjalankan Lumajang lebih banyak kategori baik
pekerjaannya sehingga menghasilkan daripada kategori cukup.

64 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

2. Berdasarkan hasil identifikasi bahwa Melakukan penelitian lebih


kompensasi nonfinansial yang lanjut tentang peran kepala
diterima pengelola program KIA di Puskesmas dalam meningkatkan kinerja
Puskesmas Kabupaten Lumajang anggota dan keberhasilan program
lebih banyak kategori baik daripada
kategori cukup. DAFTAR PUSTAKA
3. Berdasarkan data laporan PWS ibu Adinata, Arlan. 2011. Pengaruh
dan anak tahun 2014 diperoleh Kompensasi Terhadap Kinerja
bahwa hampir semua kinerja Pegawai Pada Dinas Pendapatan
program KIA Puskesmas Kabupeten Kota Bogor.
Lumajang baik. Amrullah, Asriyanti. 2012. Pengaruh
4. Berdasarkan hasil analisis tabulasi Kompensasi Finansial dan
silang (Cross Tabs) bahwa budaya Nonfinansial Terhadap Kinerja
kerja yang kuat memiliki kinerja Karyawan PT. Bank Rakyat
yang baik yaitu sebesar 100 %. Indonesia (Persero) Tbk, Wilayah
Artinya semakin kuat budaya kerja Makassar.
maka semakin baik kinerja program Asriyanti. 2012. Pengaruh Kompensasi
KIA. Finansial dan Nonfinansial
5. Berdasarkan hasil analisis tabulasi Terhadap Kinerja Karyawan PT.
silang (Cross Tabs) bahwa Bank Rakyat Indonesia (Persero)
kompensasi nonfinansial yang baik Tbk. Wilayah Makassar”.
Universitas Hasanudin.
memiliki kinerja yang baik yaitu
sebesar 100 %. Artinya semakin Atmosoeprapto, Kisdarto. 2000.
baik kompensasi nonfinansial yang Produktivitas Aktualisasi Budaya
diterima pengelola program KIA Perusahaan. PT Elex Media
maka semakin baik kinerja program Komputindo-Kelompok Gramedia.
Jakarta.
KIA.
Baharuddin, Hafida. 2009. Pengaruh
6. SARAN Kompensasi Finansial dan
1. Kepala Puskesmas perlu melakukan Nonfinansial Terhadap Kinerja
monitoring dan supervisi pada unit Karyawan pada PT. Hadji Kalla.
kerja yang ada di Puskesmas secara Hessel Nogi Tangkalisan. 2007.
periodik Manajemen Publik. PT. Grasindo.
2. Meningkatkan komitmen terhadap Jakarta
organisasi dalam mewujudkan visi Hasibuan, Malayu S.P. 2008.
misi Puskesmas pada khususnya dan Manajemen Sumber Daya Manusia.
Dinas Kesehatan Kabupaten Edisi Revisi. Jakarta : PT. Bumi
Lumajang pada umumnya Aksara.

65 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):53-66

Moeljono, Djokosantoso. 2003. Budaya Simamora, Henry. 2004. Manajemen


Korporat dan Keunggulan Sumber Daya Manusia.
Korporasi, Elex, Media Yogyakarta: SIEYKPN.
Komputindo, Jakarta
Soedjono. 2005. Pengaruh Budaya
Ritchie, M. 2000. Organizational Organisasi Terhadap Kinerja
Culture: An Examination of Its Organisasi dan Kepuasan Kerja
Effect on the Internalization Karyawan Pada Terminal
Process and Member Performance. Penumpang Umum di Surabaya.
Southern Business Review. 1– Jurusan Ekonomi Manajemen,
Fakultas Ekonomi – Universitas
Polnaya. (2007). Pengaruh Kristen Petra
Kompensasi Finansial dan http://puslit.petra.ac.id/~puslit/jour
Nonfinansial Terhadap Kinerja nals/
Dosen Universitas Kristen
Indonesia Maluku”. Supriyanto,S., 2011, Metodologi Riset
Bisnis dan Kesehatan, Grafika
Rahayu. 2007. Pengaruh Sistem Wangi Kalimantan, Banjarmasin .
Penghargaan Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Perum Bulog Divisi Udan Biantoro, 2002. Pengaruh Praktek
Regional Palu”.Universitas Manajemen Sumber Daya Manusia
Tadulako. Terhadap Budaya Organisasi dan
Kinerja Perusahaan. Disertasi
Universitas Airlangga, Surabaya

66 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN PENERIMA PROGRAM KESEHATAN


GRATIS DI RUANG PERAWATANKELAS TIGA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
(RSUD) ANDI SULTHAN DG. RAJA KABUPATEN BULUKUMBA

Sumarlin1, Mattalatta2, Ikhasan Kadir3


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Griya Husada Sumbawa
2,3
Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) AMKOP Makasar
Email : Sumarlinafhit@yahoo.co.id

ABSTRACT

The objective of this Research is to know (1) Reliability (mainstay), (2) Responsiveness (caring or comments),
(3) Assurance (certainty guarantee), (4) Emphaty (care) and (5) Tangibles (real form) give effect of patient
satisfaction Receiverof Free Health Program whichtaking care of to lodge in classroom of the third class
Regional General Hospital (RSUD) Andi Sulthan of Dg. Raja of Bulukumba Regency. This research was
conducted at the Regional General Hospital (RSUD) Andi Sulthan of Dg. Raja of Bulukumba Regency on
March to April 2015. Research type which using survey (research explanatory) with 97 patients which as
samples in taking care of to lodge grade three respondents. Method of research was descriptive analysis with
technique of proportionate sampling random used program of SPSS 15,0. The result showed that of five
component of positive and significant impact on the level of patient satisfaction in treatment room of class
three hospital Andi Sulthan Dg. Raja of Bulukumba, including (1)Reliability with sign 𝛼= 0.2, (2) tangibles
with sign 𝛼= 0.045, (3) assurance with sign 𝛼=0.3, (4) care with sign 𝛼= 000 and (5) responsiveness with
sign 𝛼= 0.08. This indicates receipt stating that there is a positive and significant influence between
independent variable on dependent variable.

Keywords: Satisfaction and improvementquality of service

A. PENDAHULUAN yang harus tetap mampu meningkatkan


Di era globalisasi dan desentralisasi pelayanan yang lebih baik bermutu dan
dalam dekade terakhir penyelenggaraan terjangkau oleh masyarakat agar
pembangunan daerah semakin mengalami terwujudnya derajat kesehatan yang
kompleksitas. Kompleksitas dimaksud setinggi-tingginya.
terkait dengan semakin bervariasinya Dalam mendorong peningkatan
pelaku pembangunan yang terlibat, pelayanan kesehatan pemerintah pusat
beragamnya pendekatan dan metode maupun daerah di Indonesia membangun
pembangunan yang diterapkan, serta multi komitmen bersama untuk meningkatkan
dimensi basis pengetahuan yang dijadikan pelayanan di bidang kesehatan. Pelayanan
landasan hidup. Tidak terkecuali masalah rumah sakit sangat dipengaruhi oleh
pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan teknologi baru dan perawatan kesehatan.
yang sangat mendasar bagi masyarakat Perawatan kesehatan mempengaruhi
untuk keberlanjutan kehidupan, rumah kehidupan. Rumah sakit sebagai industri
sakit yang merupakan institusi pelayanan perawatan kesehatan yang merupakan
kesehatan bagi masyarakat dengan motor penggerak ekonomi baru. Hal ini
karateristik tersendiri yang dipengaruhi disebabkan bahwa industri kesehatan
oleh perkembangan ilmu pengetahuan dalam hal ini rumah sakit adalah sebuah
kesehatan, kemajuan teknologi, dan industri yang bercirikan padat teknologi,
kehidupan sosial ekonomi masyarakat

67 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

padat karya dan padat modal (Muh. Akil yang tejadi antara tingkat harapan
Rahman, 2006). (ekspektasi) dan tingkat persepsi terhadap
Untuk meningkatkan kepuasan pasien pelayanan yang diterima. Apabila tingkat
maka pelayanan rumah sakit terus di persepsi lebih kecil dari harapan, berarti
tingkatkan, menurut Zeithaml et al (2006) pasien dalam keadaan tidak puas. Semakin
ada beberapa faktor yang perlu perhatikan besar gap yang terjadi, semakin besar pula
oleh rumah sakit demi meningkatkan tingkat ketidakpuasannya. Sedangkan
pelayanan pertama reliability (kehandalan) pelanggan dikatakan satisfied atau bahkan
yaitu kemampuan untuk menampilkan delighted bila persepsinya sama atau
pelayanan yang dijanjikan dengan segera bahkan melebihi harapan. Ini terjadi bila
dan akurat, kedua responsiveness gap yang terjadi adalah nol atau positif.
(ketanggapan atau kepedulian) yaitu Sebagai bentuk komitmen Pemerintah
kemampuan untuk membantu konsumen Sulawesi Selatan untuk meningkatkan
dan meningkatkan kecepatan pelayanan, derajat kesehatan masyarakat sejak tahun
ketiga assurance (jaminan kepastian) yaitu 2008 bahkan sebelum Undang-
kompetensi yang dimiliki sehingga UndangNomor 36 tahun 2009 tentang
memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, Kesehatandi tetapkan, Pemprov Sul-Sel
resiko atau keraguan dan kepastian yang sudah memprogramkan kesehatan gratis
mencangkup pengetahuan, perilaku dan dengan mengeluarkan peraturan Daerah
sifat yang dapat dipercaya, keempat, Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana
empahty (perhatian) yaitu sifat dan Pembangunan Jangka Panjang Daerah
kemampuan untuk memberikan perhatian (RPJMD)2008-2028. RPJMD tersebut
penuh kepada pasien, kemudahan untuk kemudian di jabarkan dalam bentuk
melakukan kontak komunikasi yang baik, peraturan Gubernur Nomor 13 tahun 2008
dan kelima tangibles (wujud nyata) yaitu tentang Prorgam Pelayanan Kesehatan
penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, Gratis. Walaupun pada akhirnya
sarana informasi atau komunikasi dan Pemerintah Pusat mengeluarkan Undang-
petugas atau staf rumah sakit. Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang
Kepuasan pasien sangat menentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
keberhasilan rumah sakit dalam merawat (BPJS).
pasien, menurut Kotler dan Armstrong Dengan BPJS semua masyarakat bisa
(dalam Kotler, 2007) kepuasan adalah menikmati perlindungan jaminan
perasaan senang atau kecewa seseorang kesehatan dengan biaya terjangkau,
yang berasal dari perbandingan antara sementara pemilik kartu Askes dari
kesannya terhadap kinerja (atau hasil) kalangan PNS dan Jamsostek dari kalangan
suatu produk dan harapan-harapannya. swasta, otomatis menjadi anggota BPJS
Bentuk pengukuran kepuasan pasien kesehatan. Begitu juga pemilik kartu
sangat penting dilakukan untuk Jamkesmas dan Jamkesda yang merupakan
mengetahuiposisi apakah rumah sakit program kesehatan gratis untuk orang
tersebut sudah memberi pelayanan yang miskin otomatis menjadi anggota BPJS
memuaskan atau tidak. Dalam pengukuran kesehatan sesuai dengan Perpres nomor 12
tingkat kepuasan pasien, bisa diukur gap Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

68 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

yang diamandemen dengan Perpres Nomor 5. Apakah tangibles secara parsial


111 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas berpengaruh positif dan signifikan
Perpres Nomor 20 Tahun 2013 tentang terhadap kepuasan pasien penerima
Jaminan Kesehatan yang di berlakukan Program Kesehatan Gratis yang di
sejak 1 Januari tahun 2014. rawat inap di ruang perawatan kelas
tiga Rumah Sakit Umum Daerah Andi
1.2. Rumusan Masalah Sulthan Dg. Raja Kabupaten
Berdasarkan latar belakang yang Bulukumba ?
telah di uraikan di atas, maka dibuatkan
rumusan masalah sebagai berikut: 1.3. Tujuan Penelitian
1. Apakah reliability secara parsial Berdasarkan rumusan masalah
berpengaruh positif dan signifikan tersebut, maka tujuan penelitian adalah
terhadap kepuasan pasien penerima untuk:
Program Kesehatan Gratis yang di 1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh
rawat inap di ruang perawatan kelas reliability terhadap kepuasan pasien
tiga Rumah Sakit Umum Daerah Andi penerima program kesehatan gratis
Sulthan Dg. Raja Kabupaten yang di rawat inap di ruang perawatan
Bulukumba ? kelas tiga rumah sakit umum daerah
2. Apakah responsiveness secara parsial Andi Sulthan Dg. Raja kabupaten
berpengaruh positif dan signifikan Bulukumba.
terhadap kepuasan pasien penerima 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh
Program Kesehatan Gratis yang di responsiveness terhadap kepuasan
rawat inap di ruang perawatan kelas pasien penerima program kesehatan
tiga Rumah Sakit Umum Daerah Andi gratis yang di rawat inap di ruang
Sulthan Dg. Raja Kabupaten perawatan kelas tiga rumah sakit umum
Bulukumba ? daerah Andi Sulthan Dg. Raja
3. Apakah assurance secara parsial kabupaten Bulukumba.
berpengaruh positif dan signifikan 3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh
terhadap kepuasan pasien penerima assurance terhadap kepuasan pasien
Program Kesehatan Gratis yang di penerima program kesehatan gratis
rawat inap di ruang perawatan kelas yang di rawat inap di ruang perawatan
tiga Rumah Sakit Umum Daerah Andi kelas tiga Rumah Sakit Umum Daerah
Sulthan Dg. Raja Kabupaten Andi Sulthan Dg. Raja kabupaten
Bulukumba ? Bulukumba.
4. Apakah empahty secara parsial 4. Mengetahui dan menganalisis pengaruh
berpengaruh positif dan signifikan empahty (perhatian) terhadap kepuasan
terhadap kepuasan pasien penerima pasien penerima program kesehatan
Program Kesehatan Gratis yang di gratis yang di rawat inap di ruang
rawat inap di ruangan perawatan kelas perawatan kelas tiga rumah sakit umum
tiga Rumah Sakit Umum Daerah Andi daerah Andi Sulthan Dg. Raja
Sulthan Dg. Raja Kabupaten kabupaten Bulukumba.
Bulukumba ?

69 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

5. Mengetahui dan menganalisis pengaruh yang perlu diperhatikan, menurut Umar


tangibles terhadap kepuasan pasien Husein (Dalam Akil Rahman, 2006)
penerima program kesehatan gratis Dalam menentukan tingkat kepuasan
yang di rawat inap di ruang perawatan konsumen, terdapat lima faktor utama yang
kelas tiga Rumah Sakit Umum Daerah harus diperhatikan oleh perusahan pertama
Andi Sulthan Dg. Raja kabupaten kualitas produk, kualitas pelayanan,
Bulukumba. emosional, harga, dan biaya.
2.1. Tinjauan Teori Sementara untuk meningkatkan
Menurut Philip Kotler dan Kevin kepuasan pasien maka pelayanan rumah
Lane Keller (2007) kepuasan konsumen sakit terus di tingkatkan, menurut Zeithaml
adalah perasan senang atau kecewa et al (2006) ada beberapa faktor yang perlu
seseorang yang muncul setelah perhatikan oleh rumah sakit demi
membandingkan kinerja (hasil) produk meningkatkan pelayanan, yaitu; (1)
yang dipikirkan terhadap kinerja yang reliability (kehandalan) yaitu kemampuan
diharapkan. Memuaskan kebutuhan untuk menampilkan pelayanan yang
konsumen adalah keinginan setiap dijanjikan dengan segera dan akurat, (2)
perusahaan. Selain faktor penting bagi responsiveness (ketanggapan atau
kelangsungan hidup perusahaan, kepedulian) yaitu kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan konsumen dapat membantu konsumen dan meningkatkan
meningkatkan keunggulan dalam kecepatan pelayanan, (3) assurance
persaingan. Konsumen yang puas terhadap (jaminan kepastian) yaitu kompetensi yang
produk dan jasa pelayanan cenderung dimiliki sehingga memberikan rasa aman,
untuk membeli kembali produk dan bebas dari bahaya, resiko atau keraguan
menggunakan kembali jasa pada saat dan kepastian yang mencangkup
kebutuhan yang sama muncul kembali pengetahuan, perilaku dan sifat yang dapat
dikemudian hari. Menurut Muninjaya dipercaya, (4) empahty (perhatian) yaitu
(2004) kepuasan adalah tingkat kepuasan sifat dan kemampuan untuk memberikan
seseorang setelah membandingkan kinerja perhatian penuh kepada pasien, kemudahan
atau hasil yang dirasakan dibandingkan untuk melakukan kontak komunikasi yang
dengan harapannya. Jadi kepuasan atau baik, dan (5) tangibles (wujud nyata) yaitu
ketidak puasan adalah kesimpulan dari penampilan fisik dari fasilitas, peralatan,
interaksi antara harapan dan pengalaman sarana informasi atau komunikasi dan
sesudah memakai jasa atau pelayanan yang petugas atau staf rumah sakit. Kepuasan
diberikan. Upaya untuk mewujudkan pasien sangat menentukan keberhasilan
kepuasan pelanggan total bukanlah hal rumah sakit dalam merawat pasien,
yang mudah. Hal ini berarti kepuasan Menurut Azwar (dalam A. Iksan
merupakan faktor kunci bagi konsumen Kadir, 2014) dalam membangun peranan
dalam melakukan pembelian ulang yang di atas makarumah sakit harus mampu
merupakan porsi terbesar dari volume menciptakan prinsip pelayanan,
penjualan perusahaan. pengembangan pribadi, etika dalam
Dalam menentukan tingkat pelayanan, komunikasi efektif, dan
kepuasan konsumen ada beberapa faktor membangun teamwork serta interaksi

70 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

kelompok. Sementara menurut A.A. Gde pasien penerima program kesehatan gratis
Muninjaya (2011) dalam pengembangan yang di rawat inap di ruang perawatan
pelayanan rumah sakit di dorong untuk kelas tiga rumah sakit umum daerah Andi
melakasanakan 5 R (ringkas, rapi, resik, Sulthan Dg. Raja Kabupaten Bulukumba.
rawat dan rajin).
2. Metode Penelitian
2.1. Hipotesis Penelitian ini mengacu pada
Dari kerangka pikir di atas, maka diajukan penelitian survey yang bersifat
hipotesis sebagai berikut: menjelaskan (explanatory research).
a. Reliability Penelitian ini didesain untuk menganalisis
Kehandalan secara parsial berpengaruh pelayanan rumah sakit umum daerah Andi
positif dan signifikan terhadap kepuasan Sulthan Dg. Raja Kabupaten Bulukumba
pasien penerima program kesehatan gratis dalam memberi kepuasan terhadap pasien
yang di rawat inap di ruang perawatan penerima program kesehatan gratis di
kelas tiga rumah sakit umum daerah Andi ruang perawatan kelas tiga. Penelitian ini
Sulthan Dg. Raja Kabupaten Bulukumba. dilakukan di rumah sakit umum daerah
b. Responsiveness (RSUD) Andi Sulthan Dg. Raja Kabupaten
Tanggapan atau kepedulian secara Bulukumba dan berlangsung selama 2
parsial berpengaruh positif dan signifikan bulan yaitu dari bulan Maret-April 2015.
terhadap kepuasan pasien penerima Populasi dalam penelitian ini adalah
program kesehatan gratis yang di rawat seluruh pasien penerima program
inap di ruang perawatan kelas tiga rumah kesehatan dan yang menjadi sampel dalam
sakit umum daerah Andi Sulthan Dg. Raja penelitian ini adalah 97 orang.
Kabupaten Bulukumba. Pengumpulan data menggunakan kuesioner
c. Assurance dan wawancara langsung kepada
Jaminan kepastian secara parsial responden serta dokumentasi. Sementara
berpengaruh positif dan signifikan pengelolaan data menggunakan editing,
terhadap kepuasan pasien penerima koding, scoring dan tabulasi. Definisi
program kesehatan gratis yang di rawat Operasional dalam penelitian ini yaitu:
inap di ruang perawatan kelas tiga rumah 1. Pelayanan kesehatan gratis
sakit umum daerah Andi Sulthan Dg. Raja Pelayanan kesehatan dasar dan
Kabupaten Bulukumba. rujukan bagi masyarakat provinsi Sulawesi
d. Emphaty Selatan yang biayanya ditanggung oleh
Perhatian secara parsial berpengaruh pemerintah daerah Provinsi Sulawesi
positif dan signifikan terhadap kepuasan bersama-sama pemerintah daerah
pasien penerima program kesehatan gratis kabupaten/kota.
yang di rawat inap di ruang perawatan 2. Rumah sakit
kelas tiga rumah sakit umum daerah Andi Industri perawatan kesehatan yang
Sulthan Dg. Raja Kabupaten Bulukumba. berfungsi untuk menyelenggarakan upaya
e. Tangibles kesehatan secara keseluruhan.
Wujud nyata secara parsial berpengaruh 3. Pasien
positif dan signifikan terhadap kepuasan

71 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

Pasien rawat inap lebih besar dari 2 X2.11 Penuh perhartian pada saat
hari dan lebih kecil atau sama dengan 6 pelayanan pendaftaran
hari.
4. Reliability (kehandalan)
Kemampuan untuk menampilkan 6. Assurance (jaminan kepastian)
pelayanan yang dijanjikan dengan segera Kompetensi yang dimiliki sehingga
dan akurat. memberikan rasa aman, bebas dari bahaya,
X1.1 Kenyamanan selama dirawat risiko atau keraguan dan kepastian yang
rumah sakit mencakup pengetahuan, perilaku dan sifat
X1.2 Jadwal visit dokter, perawatan, yang dapat dipercaya.
istrihat teratur dan tepat waktu X3.1 Keterampilan petugas (perawat
X1.3 Sikap simpatik petugas yang ramah, sabar, dan
X1.4 Lokasi RS berada pada memberikan dorongan moril.
Lingkungan yang tenang X3.2 Petugas memberikan informasi
X1.5 Informasi pelayanan yang yang mudah, jelas dan dimengerti.
diberikan petugas (Informasi X3.3 Keterampilan dokter dalam
tentang pelayanan medis, sarana bekerja
fisik, tarif yang diperoleh pasien) X3.4 Pengetahuan dokter dalam
mendiagnosa penyakit pasien.
5. Responsiveness (ketanggapan atau X3.5 Jaminan keamanan dan
kepedulian) kepecayaan pelayanan.
Kemampuan untuk membantu
konsumen dan meningkatkan kecepatan 7. Empahty (perhatian)
pelayanan. Sifat dan kemampuan untuk
X2.1 Komunikasi petugas pada saat memberikan perhatian penuh kepada
memberikan pelayanan pasien, kemudahan untuk melakukan
perawatan. kontak komunikasi yang baik.
X2.2 Tindakan segera petugas dalam X4.1 Prosedur pelayanan tidak berbelit-
memberikan perawatan. belit.
X2.3 Pemberian resep obat (Pasien X4.2 Pelayanan yang adil tanpa
menggunakan obat yang tersedia memandang status sosial
di apotek). ekonomi.
X2.4 Pelayanan pemeriksaan, X4.3 Tindakan diberikan secara cepat
pengobatan, perawatan cepat dan pada saat pasien membutuhkan.
tepat. X4.4 Kecepatan dan ketepatan prosedur
X2.5 Perawat cepat menanggapi administrasi.
keluhan/kebutuhan pasien. X4.5 Pelayanan sesuai standar
X2.6 Dokter cepat tanggap dalam operasional pelayanan (SOP).
menyelesaikan keluhan pasien.
X2.7 Petugas senyum pada saat 8. Tangibles ( wujud nyata)
melayani.
Penampilan fisik dari fasilitas,
X2.8 Kepedulian petugas.
X2.9 Kesopanan dan keramahan peralatan, sarana informasi atau
petugas. komunikasi dan petugas atau staf rumah
X2.10 Tepat waktu dalam memberi sakit.
pelayanan (perawat dan dokter).

72 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

X5.1 Pelayanan perawatan di unit Reliability (kehandalan) adalah


gawat darurat kemampuan untuk memberikan jasa sesuai
X5.2 Sarana dalam rumah sakit (kamar dengan yang dijanjikan dengan akurat dan
mandi/toilet, ruang duduk untuk
handal. Dalam mengukur reliability
pengunjung, kantin, mushollah,
wartel, bank, dan tempat parkir (kehandalan) dengan menggunakan
yang luas dan nyaman). kuesioner yang berisi beberapa item
X5.3 Penyediaan ambulance gratis pertanyaan dengan menggunakan skala
X5.4 Penyediaan ruangan pengaduan likert kepada 97 orang respoden penerima
X5.5 Penyediaan obat-obatab di apotek program kesehatan gratis di ruang
X5.6 Kamar rumah sakit berdasarkan perawatan kelas tiga rumah sakit umum
fasilitas yang diberikan.
daerah Andi Sulthan Dg. Raja Bulukumba,
dimana nilai rata-rata hasil pertanyaan
9. Kepuasan
responden dapat dilihat dari hasilnya
perasaan senang, antara harapan dan
sebagai berikut:
kenyataan dalam memakai dan pelayanan
Tabel 4.1. Tanggapan Responden atas Variabel
yang diberikan terpenuhi dan memahami Reliability (Kehandalan)
kebutuhan dan keinginan pasien sangat Score Tanggapan Responden
penting karena mempengaruhi kepuasaan Pernyataan Orang %
pasien. Tidak Puas 11 11
Y1 Pelayanan yang sopan dan ramah, Valid
Kurang Puas 20 21
akurasi data serta jaminan Cukup Puas 36 37
keamanan yang diberikan Puas 20 21
mempengaruhi kepuasan anda. Sangat Puas 10 10
Y2 Anda puas kecepatan. Ketepatan Total 97 100,0
serta kehandalan dalam pelayanan Sumber: Data olahan Kuisioner 2015
yang diberikan.
Y3 Anda puas apabila dokter/perawat Berdasarkan hasil tanggapan 97 orang
memberikan informasi yang jelas responden dengan pertanyaan diantaranya
serta cepat tanggap dalam X1.1 (Kenyamanan selama dirawat di
menyelesaikan keluhan anda. rumah sakit) X1.2 (Jadwal visit dokter,
Y4 Anda puas denga kerapian, perawatan, istirahat teratur dan tepat
kenyamanan dan kebersihan waktu) X1.3 (Sikap simpatik petugas), X1.4
ruangan serta kemoderenan (Lokasi RS berada pada lingkungan yang
peralatan yang ada. tenang), X1.5 (Informasi pelayanan yang di
Y5 Anda merasa puas dengan berikan petugas (informasi tentang
keseluruhan pelayanan yang pelayanan medis, sarana fisik, tarif yang
diberikan. diperoleh pasien), pada komponen
terdapat 5 variabel yang mempunyai
Kriteria kepuasan yang digunakan: korelasi terhadap tingkat kepuasan
1) Sangat puas jika nilai skor di ≤ 0,5 diantaranya, tidak puas sebesar 11 %,
kurang puas sebesar 20 %, puas sebesar 21
2) Tidak puas jika nilai skornya ≥ 0
% dan sangat puas 10 %.
Hubungan reliability (kehandalan)
3. Hasil Penelitian dengan kepuasan pasien adalah reliability
4.1.Deskripsi Variabel Reliability (kehandalan) mempunyai pengaruh positif
(Kehandalan) dan signifikan terhadap kepuasan pasien.

73 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

Semakin baik persepsi pasien terhadap Berdasarkan hasil tanggapan 97


reliability (kehandalan) maka kepuasan orang responden dengan pertanyaan
pasien akan semakin tinggi. Dan jika diantaranya X2.1 (Komunikasi petugas pada
persepsi pasien terhadap reliability saat memberikan pelayanan perawatan),
(kehandalan) buruk, maka kepuasan pasien X2.2 (Tindakan segera petugas dalam
akan semakin rendah. memberikan perawatan), X2.3 (Pemberian
Hasil penelitian ini mendukung resep obat (Pasien menggunakan obat yang
penelitian yang dilakukan Sudirman tersedia di apotik), X2.4 (Pelayanan
(dalam Muh. Akil Rahman, 2006) Ini juga pemeriksaan, pengobatan, perawatan cepat
sesuai dengan studi yang dilakukan oleh dan tepat), X2.5 (Perawat cepat
Nelson et al terhadap 15.000 pasien di 51 menanggapi keluhan/kebutuhan pasien),
rumah sakit Amerika Serikat, yang X2.6 (Dokter cepat tanggap dalam
menemukan bahwa ada pengaruh yang menyelesaikan keluhan pasien), X2.7
signifikan antara reliability (kehandalan) (Petugas senyum pada saat melayani), X2.8
yang diberikan oleh petugas kesehatan (Kepedulian petugas), X2.9 (Kesopanan dan
terhadap memilih rumah sakit keramahan petugas), X2.10 (Tepat waktu
dalam memberi pelayanan (perawat dan
4.1. Deskripsi Variabel Responsiveness dokter), X2.11 (Penuh perhatian pada saat
(Tanggapan atau Kepedulian) pelayanan pendaftaran). Pada komponen
Responsiveness (Tanggapan atau
responsiveness (ketanggapan atau
Kepedulian) adalah kemauan untuk
kepedulian) terdapat 11 variabel yang
membantu dan memberikan pelayanan
memiliki korelasi cukup tinggi terhadap
yang cepat dan tepat kepada pelanggan
tingkat kepuasan, dengan prensentase tidak
dengan penyampaian informasi secara
puas sebesar 18%, kurang puas sebesar
jelas. Dalam mengukur responsiveness
31%, cukup puas sebesar 10%, puas
(tanggapan atau kepedulian) terhadap
sebesar 21 % dan sangat puas sebesar 20%.
tingkat kepuasan dengan membagikan Pengaruh responsiveness (tanggapan atau
lembar kuesioner yang berisi beberapa
kepedulian) dengan kepuasan pasien
item pertanyaan dengan menggunakan
adalah responsiveness (tanggapan atau
analisi skala likert, dimana nilai rata-rata
kepedulian) mempunyai pengaruh positif
hasil pertanyaan responden dapat dilihat
dan signifikan terhadap kepuasan pasien.
hasilnya sebagai berikut:
Semakin baik persepsi pasien terhadap
Tabel 4. 2.Tanggapan Responden atas Variabel
Responsiveness (Tanggapan atau responsiveness (tanggapan atau
Kepedulian) kepedulian) maka kepuasan pasien akan
Score Tanggapan Responden semakin tinggi. Dan jika persepsi pasien
Pernyataan orang %
Tidak puas 17 18 terhadap responsiveness (ketanggapan)
Valid
Kurang puas 30 31 buruk, maka kepuasan pasien akan
Cukup puas 10 10 semakin rendah.
Puas 20 21
Sangat puas 20 21 Penelitian ini didukung oleh
Total 97 100,0 penelitian Nevrizal (dalam Muh. Akil
Sumber: Data Olahan Kuesioner, 2015 Rahman, 2006) orang yang merasa sakit
saat diobati bisa sedikit terbantu dengan

74 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

senyuman dan sapaan lembut. Oleh karena informasi yang mudah, jelas, dan
itu kehadiran dokter untuk segera dimengerti), X3.3 (Keterampilan dokter
menangani keluhan pasien merupakan dalam bekerja), X3.4 (Pengetahuan dokter
salah satu faktor yang mempengaruhi dalam mendiagnosa penyakit pasien), X3.5
tingkat kepuasa. (Jaminan keamanan dan kepercayaan
4.2. Deskripsi Variabel Assurance pelayanan). Pada komponenasurance
(Jaminan Kepastian) (jaminan kepastian) terdapat 5 variabel
Assurance (jaminan kepastian) adalah yang memiliki bobot krelasi cukup tinggi
kemampuan petugas kesehatan atas dengan persentase tidak puas sebesar 23%,
pengetahuan terhadap klien secara tepat, kurang puas sebesar 22%, cukup puas
kualitas keramah tamahan, perhatian dan sebesar 28%, puas sebesar 12% dan sangat
kesopanan memberi pelayanan, puas sebesar 15%. Pengaruh assurance
keterampilan dalam memberikan (jaminan kepastian) terhadap kepuasan
informasi, kemampuan dalam memberikan pasien adalah assurance (jaminan
keamanan di dalam memanfaatkan jasa kepastian) mempunyai pengaruh positif
yang ditawarkan, dan kemampuan dalam dan signifikan terhadap kepuasan pasien.
menanamkan kepercayaan pasien terhadap Semakin baik persepsi pasien terhadap
rumah sakit. Untuk mengukur pengaruh assurance (jaminan kepastian) maka
Assurance (jaminan kepastian) terhadap kepuasan pasien akan semakin tinggi. Dan
tingkat kepuasan dengan membagi jika persepsi pasien terhadap assurance
kuensioner yang berisi beberapa (jaminan kepastian) buruk makan kepuasan
pertanyaan kepada 97 orang responden pasien akan semakin rendah.
dengan menggunakan analisi skala likert, Menurut Azwar (dalam A. Ikhsan
dimana nilai rata-rata hasil pertanyaan Kadir, 2014) kualitas pelayanan kesehatan
responden dapat dilihat hasilnya sebagai adalah yang menunjukkan tingkat
berikut: kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam
Tabel 4. 3.Tanggapan Responden atas Variabel menimbulkan rasa puas pada diri setiap
Assurance (Jaminan Kepastian)
pasien. Makin sempurna kepuasan
Score Tanggapan Responden
tersebut, makin baik pula kualitas
Pernyataan Orang %
pelayanan kesehatan. Dalam
Tidak Puas 22 23
menyelenggarakan upaya menjaga kualitas
Kurang Puas 21 22
Valid pelayanan kesehatan dirumah sakit tidak
Cukup Puas 27 28
terlepas dari profesi keperawatan yang
Puas 12 12
berperan penting. Berdasarkan standar
Sangat Puas 15 15
tentang evaluasi dan pengendalian kualitas
Total 97 100,0
Sumber: Data Olahan Kuesioner, 2015 dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan
menjamin adanya asuhan keperawatan
Berdasarkan hasil tanggapan 97 orang yang berkualitas tinggi dengan terus
responden dengan pertanyaan diantaranya menerus melibatkan diri dalam program
X3.1 (Keterampilan petugas (perawat yang pengendalian kualitas di rumah sakit.
ramah, sabar, dan memberikan dorongan
moril), X3.2 (Petugas memberikan

75 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

4.3. Deskripsi Variabel Empahty sebesar 31%, puas sebesar 26% dan sangat
(perhatian) puas sebesar 9%. Hubungan empahty
Empahty (perhatian) merupakan (perhatian) dengan kepuasan pasien adalah,
kemampuan mental untuk memahami dan empahty (perhatian) mempunyai pengaruh
berempati dengan orang lain, apakah orang positif dan signifikan terhadap kepuasan
diempati setuju atau tidak tetapi disini pasien. Semakin baik persepsipasien
memiliki niat untuk membantu. Untuk empahty (perhatian) maka kepuasan pasien
mengukur pengaruh empahty (perhatian) akan semakin tinggi. Dan jika persepsi
terhadap kepuasan pasien maka digunakan pasien terhadap empahty (kepedulian)
kuensioner yang berisi beberapa item buruk, maka kepuasan pasien akan
pertanyaan dengan menggunakan skala semakin rendah.
likert kepada 97 orang responden penerima Menurut Soegiarto (dalam Muh.
program kesehatan gratis, dimana nilai Akil Rahman, 2006) menyebutkan lima
rata-rata hasil pertanyaan responden dapat aspek yang harus dimiliki jasa pelayanan,
dilihat hasilnya sebagai berikut: yaitu :
a) Cepat, waktu yang digunakan dalam
Tabel 4.4.Tanggapan Responden atas Variabel
Empahty (Perhatian)
melayani tamu minimal sama dengan
Score Tanggapan Responden
batas waktu standar. Merupakan batas
Pernyataan Orang % waktu kunjung dirumah sakit yang
Tidak Puas 10 10 sudah ditentukan waktunya.
Kurang Puas 23 24 b) Tepat, kecepatan tanpa ketepatan
Valid
Cukup Puas 30 31 dalam bekerja tidak menjamin
Puas 25 26 kepuasan konsumen. Bagaimana
Sangat Puas 9 9 perawat dalam memberikan pelayanan
Total 97 100,0 kepada pasien yaitu tepat memberikan
Sumber: Data Olahan Kuesioner, 2015 bantuan dengan keluhan-keluhan dari
pasien.
Berdasarkan hasil tanggapan 97 orang
c) Aman, rasa aman meliputi aman secara
responden dengan pertanyaan diantaranya
fisik dan psikis selama
X4.1 (Prosedur pelayanan tidak berbelit-
pengkonsumsian suatu poduk atau.
belit), X4.2 (Pelayanan yang adil tanpa
Dalam memberikan pelayanan jasa
memandang status sosial ekonomi), X4.3 yaitu memperhatikan keamanan pasien
(Tindakan diberikan secara cepat pada saat dan memberikan keyakinan dan
pasien membutuhkan), X4.4 (Kecepatan dan kepercayaan kepada pasien sehingga
ketetapatan prosedur administrasi), X4.5 memberikan rasa aman kepada pasien.
(Pelayanan sesuai standar operasional
pelayanan (SOP). Pada komponen empahty
4.4. Deskripsi Variabel Tangibles (Wujud
(perhatian) terdapat 5 variabel yang
Nyata)
memiliki korelasi signifikan cukup tinggi
Tangibles (wujud nyata) adalah
terhadap tingkat kepuasan, dengan
tampilan fisik atau kondisi rumah sakit.
prensentase tidak puas sebesar 10%, Untuk mengetahui Tangibles (wujud
kurang puas sebesar 24%, cukup puas nyata) terhadap tingkat kepuasan pasien

76 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

yang di rawat inap di ruangan perawatan dan signifikan terhadap kepuasan pasien.
kelas tigarumah sakit umum daerah Andi Semakin baik persepsi pasien terhadap
Sulthan Dg Raja Bulukumba maka tangibles (wujud nyata) maka kepuasan
dibagikan kuensioner yang berisi beberapa pasien akan semakin tinggi. Dan jika
daftar pertanyaan dengan menggunakan persepsi pasien terhadap wujud fisik
skala likert kepada 97 orang responden, (tangible) buruk, maka kepuasan pasien
dimana nilai rata-rata hasil pertanyaan semakin rendah.
responden dapat dilihat hasilnya sebagai Penelitian ini sama dengan yang
berikut: dilakukan oleh Muh. Akil Rahman (2006)
sarana bukan hanya pada proses
Tabel 4. 5. Tanggapan Responden atas Variabel penyembuhan pasien (pada aspek medis)
Tangibles (Wujud Nyata)
tapi pada aspek non medis juga.
Score Tanggapan Responden
4.5. Deskripsi Variabel Satisfaction
Pernyaan Orang %
(Kepuasan)
Tidak Puas 17 18
Untuk mengetahui satisfaction
Kurang Puas 23 24
Valid (kepuasan) terhadap tingkat kepuasan
Cukup Puas 19 20
pasien yang di rawat inap di ruangan
Puas 20 21
perawatan kelas tigarumah sakit umum
Sangat Puas 18 19
daerah Andi Sulthan Dg Raja Bulukumba
Total 97 100,0
Sumber: Data Olahan Kuesioner, 2015 maka dibagikan kuensioner yang berisi
beberapa daftar pertanyaan dengan
Berdasarkan hasil tanggapan 97 orang menggunakan skala likert kepada 97 orang
responden dengan pertanyaan diantaranya, responden
X5.1 Pelayanan perawatan di unit gawat Analisis deskripsi terhadap variabel
darurat, X5.2 Sarana dalam rumah sakit tingkat kepuasan pasien akan dilakukan
(kamar mandi/toilet, ruang duduk untuk dari hasil pertanyaan responden mengenai
pengunjung, kantin, mushollah, wartel, tingkat kepuasan yang dirasakan oleh
bank, dan tempat parkir yang luas dan pasien, dimana nilai rata-rata hasil
nyaman), X5.3 Penyedian ambulance gratis, pertanyaan responden dapat dilihat
X5.4 Penyediaan ruangan pengaduan, X5.5 hasilnya sebagai berikut:
Penyediaan obat-obatan di apotik, X5.6
Kamar rumah sakit berdasarkan fasilitas Tabel 4.6.Tanggapan Responden atas Variabel
Satisfaction (Kepuasan)
yang diberikan. Pada komponen tangibles
Score Tanggapan Responden
(wujud nyata) terdapat 6 variabel yang
Pernyataan Orang %
memiliki korelasi cukup tinggi terhadap
Tidak Puas 12 12
tingkat kepuasan, dengan prensentase tidak
Kurang Puas 19 20
puas sebesar 18%, kurang puas sebesar Valid
Cukup Puas 12 12
24%, cukup puas sebesar 20%, puas
Puas 40 41
sebesar 21% dan sangat puas sebesar 19%.
Sangat Puas 14 14
Hubungan tangibles (wujud nyata)
Total 97 100,0
dengan kepuasan pasien adalah tangibles Sumber: Data Olahan Kuesioner, 2015
(wujud nyata) mempunyai pengaruh positif

77 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

Berdasarkan hasil tanggapan 97 orang kepuasan pasien penerima program


responden dengan pertanyaan diantaranya, kesehatan gratis yang di ruang perawatan
Y.1 Pelayanan yang sopan dan ramah, kelas tiga rumah sakit umum daerah Andi
akurasi data serta jaminan keamanan yang Sulthan Dg. Raja kabupaten Bulukumba
diberikan mempengaruhi kepuasan anda, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Y.2 Anda puas kecepatan. Ketepatan serta a. Berdasarkan uji parsial bahwa
kehandalan dalam pelayanan yang reliability (kehandalan) berpengaruh
diberikan, Y.3Anda puas apabila terhadap tingkat kepuasan pasien
dokter/perawat memberikan informasi dengan nilai sig α =0,2, hal ini
yang jelas serta cepat tanggap dalam menunjukkan diterimanya Ha yang
menyelesaikan keluhan anda, Y.4 Anda menyatakan bahwa ada pengaruh yang
puas denga kerapian, kenyamanan dan positif dan signifikan antara reliability
kebersihan ruangan serta kemoderenan terhadap tingkat kepuasan pasien di
peralatan yang ada, Y.5 Anda merasa puas ruang perawatan kelas tiga rumah sakit
dengan keseluruhan pelayanan yang umum daerah Andi Sulthan Dg. Raja
diberikan. Pada komponen satisfaction Bulukumba.
(kepuasan) terdapat 5 variabel yang b. Berdasarkan uji parsial bahwa
memiliki korelasi signifikan terhadap responsiveness (ketanggapan atau
kepuasan, dengan prensentase tidak puas kepedulian) berpengaruh terhadap
sebesar 12%, kurang puas sebesar 20%, tingkat kepuasan pasien dengan nilai
cukup puas sebesar 12%, puas sebesar 41% sig α =0,045, hal ini menunjukkan
dan sangat puas sebesar 14%. diterimanya Ha yang menyatakan
Penelitian ini sama dengan yang bahwa ada pengaruh yang positif dan
dilakukan Fatma Afrianti (2010) terhadap signifikan antara responsiveness
program kesehatan gratis di Sulawesi terhadap tingkat kepuasan pasien di
Selatan ada beberapa masalah yang harus ruang perawatan kelas tiga rumah sakit
benahi terutama masalah administrasi umum daerah Andi Sulthan Dg. Raja
database, pelayanan, maupun perbaikan di Bulukumba.
bidang keuangan serta penambahkan c. Berdasarkan uji parsial bahwa
pembiayaan kesehatan diberi porsi yang assurance (jaminan kepastian)
lebih besar untuk promosi dan langkah berpengaruh terhadap tingkat
preventif. kepuasan pasien dengan nilai sig α
=0,3, hal ini menunjukkan diterimanya
5. Kesimpulan Ha yang menyatakan bahwa ada
Dari hasil penelitian ini
pengaruh yang positif dan signifikan
menunjukan bahwa dari variable dependen
antara assurance terhadap tingkat
yang di teliti yaitu reliability (kehandalan),
kepuasan pasien di ruang perawatan
responsiveness (ketanggapan atau
kelas tiga rumah sakit umum daerah
kepedulian), assurance (jaminan
Andi Sulthan Dg. Raja Bulukumba.
kepastian), emphaty (perhatian) dan
d. Berdasarkan uji parsial bahwa
tangibles (wujud nyata) berpengaruh
emphaty (perhatian) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap tingkat
terhadap tingkat kepuasan pasien

78 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

dengan nilai sig α=000, hal ini Teknik Analisis Data.


menunjukkan diterimanya Ha yang Jakarta. Salemba Medika.
menyatakan bahwa ada pengaruh yang Kementerian Kesehatan. 2012. Jaminan
positif dan signifikan antara empahty Kesehatan Nasional Dalam
terhadap tingkat kepuasan pasien di System Jaminan
ruang perawatan kelas tiga rumah sakit Kesehatan Nasional. Jakarta.
umum daerah Andi Sulthan Dg. Raja
Kotler, Philip Dan Kevin Lane Keller.
Bulukumba. 2007. Manajemen Pemasaran.
e. Berdasarkan uji parsial bahwa Edisi Kedua Belas. Indeks.
tangibles (wujud nyata) berpengaruh Jakarta.
terhadap tingkat kepuasan pasien
Muh. Akil Rahman. 2006. Faktor-Faktor
dengan nilai sig α=0,08, hal ini
Yang Mempengaruhi Konsumen
menunjukkan diterimanya Ha yang Dalam Memilih Rumah
menyatakan bahwa ada pengaruh yang Sakit Umum Swasta Tipe C di
positif dan signifikan antara tangibles Makassar. Makassar. Tesis
terhadap tingkat kepuasan pasien di Program Pascasarjana Universitas
ruang perawatan kelas tiga rumah sakit Hasanuddin.
umum daerah Andi Sulthan Dg. Raja Nur Hidayah. 2013. Manajemen Ruang
Bulukumba. Rawat Inap. Makassar. Alauddin
University Press.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Bupati Bulukumba Nomor 34
A.A. Gde Muninjaya. 2011. Manajemen tahun 2013 Tentang Persalinan
Mutu Pelayanan Kesehatan. Aman. 2013. Bulukumba.
EGC. Jakarta. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
Afrianty 2010. Catatan Akhir Tahun Selatan Nomor 10 Tahun 2008
Program Kesehatan Gratis di Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang
Sul-Sel. Dalam: Error!
Daerah (RPJMD) Provinsi
Hyperlink reference not valid..
Sulawesi Selatan Tahun 2008-
Diunduh tanggal 10 Februari
2028. 2008. Makassar.
2015, pk 10.00 Wib.
Agus Priyanto 2009. Komunikasi dan Rachmat Latief. 2014. Error! Hyperlink
reference not valid.. Diunduh
Konseling, Aplikasi Dalam
Sarana Pelayanan tanggal 8 Februari 2015, pk.19.00
Wib.
Kesehatan Untuk Perawat Dan
Bidan. Jakarta. Salemba Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Medika. Administrasi Dilengkapi Dengan
A. Ikhsan Kadir. 2014. Profesionalisme Metode R&D. Alfabeta.
Perawat Rumah Sakit. Sidoarjo. Bandung.
Zifatama Publisher. Susanto, A.B. 2004. Value Marketing,
Hidayat Alimul Aziz. 2007. Metode Value Marketing, Paradigma
Penelitian Keperawatan dan Baru Pemasaran.PT
Mizan Publika. Jakarta.

79 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

Umar, Husein. 1997. Study Kelayakan


Bisnis, Edisi Ketiga. Gramedia
Pustaka Utama.
Jakarta.
Undang-Undang. Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit. 2009.
Jakarta.
Zeithaml, Valarie A. dkk. 2006.Service
Marketing, Integrated Customer
Focus Across The Firm 4th ed.
McGraw-Hill. New York

80 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa


ISSN 2597-5102
Jurnal Kesehatan dan Sains, September 2017,1(1):67- 79

81 | ©LPPM STIKES Griya Husada Sumbawa

Anda mungkin juga menyukai