Anda di halaman 1dari 58

Editorial Team

Journal of Health Science and Physiotherapy


pISSN: 2654-7236 (media cetak)
eISSN: 2655-8688 (Online)

Editor in Chief Sulaiman, S.T, MKM (STIKes Siti Hajar)

Editorial Board 1. Lagut Sutandra Siregar, M.Si (STIKes Siti Hajar)

2. Dewi Agustina (STIKes Siti Hajar)

3. Maryaningsih (STIKes Siti Hajar)

4. dr. Desy Aswira Nasution, M. Ked, SP.a (STIKes Siti Hajar)

5. Anggriani, M.K.M (STIKes Siti Hajar)

Managing 1. Ayu Elvana, M. Biomed (STIKes Siti Hajar)


Editor
2. Muh. Rasyid Ridlo, M.I.Kom (Universitas Sari Mutiara Indonesia)

3. Rini Swastika Putri, S.Sos (STIKes Siti Hajar)

Layout Editor 1. Ronald Erwansyah, M.Kn (STIKes Siti Hajar)

2. Nurul Aini, M.Psi (STIKes Siti Hajar)

3. R. Eko Legstyanto, M.K.M (STIKes Siti Hajar)

4. Yeni vera, M. Biomed (STIKes Siti Hajar)

5. Trisno Susilo, M.K.M (STIKes Siti Hajar)

6. Liza Agustin, M.K.M (STIKes Siti Hajar)


Language 1. Khairunnisa Batubara S.Pd., M.Hum (STIKes Siti Hajar)
Editor
2. Ida Aryani Pasaribu, M.Pd (STIKes Siti Hajar)

Reviewer 1. Dr. dr. Amira Permatasari Tarigan M.Ked (Paru), Sp.P (K) (Universitas
Sumatera Utara)

2. Putri Winda Lestari, M. Kes, Epid (Binawan of University)

3. Juneris Aritonang, M. Keb (Sari Mutiara of University)

4. Debie Rizqoh, M.Biomed (Universitas Bengkulu)


DAFTAR ISI VOLUME 1 NO 2 JUNI 2019
Journal of Health Science and Physiotherapy

1. Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Pada Anggota Rumah Tangga

2. Faktor yang Meningkatkan Risiko Terhadap 3 Kategori Kanker Sistem Reproduksi Pada
Wanita Usia Subur di Pondok Aren Tangerang Selatan Tahun 2017

3. Prediksi Kadar Glukosa Darah Terhadap Mortalitas Pasien di RSUP H. Adam Malik Medan

4. Pemberian Makanan Tambahan dan Susu Terhadap Penambahan Berat Badan Pada Ibu Hamil
KE (Kekurangan Energi Kronis) di Tangerang Tahun 2018

5. Hubungan antara Lokasi Penusukan Kateter Intravena dengan Kejadian Plebitis Mekanik di
Ruang Rawat Inap Cendana RS. USU Medan

6. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Safety Riding Pengemudi Ojek Online (GoJek) di
Kota Medan Sumatera Utara

7. Perilaku Remaja Putri dalam Perawatan Kebersihan Alat Reproduksi Pada Saat Mensturasi di
SMP Swasta Al-Hikmah Wilayah Marihat Bandar Kabupaten Simalungun
eISSN: 2655-8688 pISSN: 2548-3943
http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp received Februari, Accepted April, Publish Juni
hal: 52-60 Volume 1, Nomor 2 - 2019
Copyright @2019. This is an open-access arcle distributed under the terms of the CreaveCommons Aribuon-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Internaonal License () hp://creavecommons.org/licenses/by-nc-
sa/4.0/which permits unrestricted non-commercial used, distribuon and reproducon in any medium

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Pada Anggota Rumah Tangga

Fatra Kurniawan1
1
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Email: fatrakurniawan@yahoo.com
ABSTRAK
Kurangnya perilaku konsumsi buah dan sayur dapat merugikan kesehatan sehingga
mengalami kekurangan nutrisi seperti vitamin, minareal, serat dan zat gizi lainnya yang
berisiko terhadap penyakit degeneratif. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada anggota rumah
tangga di Desa Sukau Datang Kecamatan Lebong Sakti Kabupaten Lebong. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan desain study cross sectional. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 252 anggota rumah tangga yang diperoleh secara simple random
sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi anggota rumah tangga yang perilaku
konsumsi buah dan sayurnya kurang dibawah 5 porsi sehari dalam seminggu sebesar 72,6%.
Faktor yang berhubungan signifikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada anggota
rumah tangga adalah ketersediaan buah dan sayur, harga dan faktor yang memiliki hubungan
paling kuat adalah variabel keberadaan makanan khas lokal. Sedangkan variabel yang tidak
berhubungan secara signifikan dalam penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pengetahuan, sikap dan jumlah anggota keluarga.

Kata Kunci: Konsumsi, Buah dan sayur, Anggota rumah tangga

Fruit and Vegetable Consumption Behavior on Member of Family


ABSTRACT
Lack of behavior of consumption of fruits and vegetables can be detrimental to health so that
they lack nutrients such as vitamins, minareal, fiber and other nutrients that are at risk for
degenerative diseases. The purpose of this study was to analyze the factors related to the
consumption behavior of fruit and vegetables in household members in Sukau Datang Village
Lebong Sakti District, Lebong Regency. This study uses a quantitative method with a cross
sectional study design. The number of samples in this study were 252 household members
obtained by simple random sampling. The results of this study indicate the frequency of
household members who consume less fruit and vegetables under 5 servings a day in a week
is 72.6%. Factors that are significantly related to the consumption behavior of fruit and
vegetables in household members is the availability of fruit and vegetables, prices and factors
that have the strongest relationship are the variables of the presence of local specialties.
While variables that were not significantly related in this study were age, gender, level of
education, knowledge, attitude and number of family members.

Keywords: consumption, fruits and vegetables, household members

52
Pendahuluan Timur, DKI, NTB Jambi Dan Bengkulu.
Masalah kesehatan di Indonensia saat Dalam Riskesdas penduduk yang
ini tengah mengalami perubahan pola dikategorikan kurang konsumsi buah dan
penyakit yang sering disebut transisi sayur jika konsumsi buah dan sayur kurang
epidemiologi, di mana masa lalu persoalan dari 5 porsi/hari. (Riskesdas, 2013)
penyakit menular (PM) yang paling utama, Di Provinsi Bengkulu penduduk di
akan tetapi saat ini masalah kesehatan atas 10 Tahun yang kurang konsumsi buah
terbesar justru pada penyalit tidak menular dan sayur adalah 95% dengan proporsi
(PTM). Data Badan penelitian dan perubahan dari Tahun 2007 dengan dengan
pengembangan Kementerian Kesehatan angka sebelumnya berjumlah 92%. Sehingga
menunjukkan bahwa periode 1990-2015 data tersebut menyebutkan bahwa terjadi
kematian akibat penyakit tidak menular sedikit peningkatan pada Tahun 2007 – 2013
meningkat sebanyak 37% menjadi sebanyak sebanyak 3% penduduk masyarakat di
57%, sehingga akan berdampak terhadap Provinsi Bengkulu yang kurang konsumsi
meningkatnya pelayanan kesehatan yang buah dan sayur. Hal ini menunjukkan bahwa
harus ditanggung oleh masyarakat dan perilaku kurang konsumsi buah dan sayur
pemerintah. Bahkan dampak lain masyarakat Provinsi Bengkulu masih sangat
menyebutkan penyakit kanker di Indonesia tinggi. (Riskesdas, 2013)
sebanyak 96% sebabkan oleh faktor kurannya Profil Dinas kesehatan Kabupaten
perilaku konsumsi buah dan sayur pada Lebong Tahun 2017 menerangkan bahwa
masyarakat (Kemenkes, 2015) persentase proporsi konsumsi buah dan sayur
Kementerian Kesehatan melalui Ditjen per hari dalam seminggu sesuai dengan
Kesehatan Masyarakat mengindikasikan anjuran WHO penduduk umur diatas 10 tahun
adanya fenomena pola hidup tidak sehat di hanya 1,9%, dengan jumlah rata-rata
kalangan masyarakat terutama dari faktor konsumsi buah (0,3%) dan konsumsi dayur-
perilaku. Sehingga Pemerintah Indonesia sayuran (1,1%). Hal ini menerangkan bahwa
Tahun 2016-2017 melalui program Indonesia secara keseluruhan penduduk masyarakat
Sehat dengan pendekatan keluarga (PIS-PK) kabupaten lebong masih sangat kurang
dan gerakan masyarakat hidup sehat mengkonsumsi buah dan sayur, sedangkan
(GERMAS) berfokus pada tiga aspek apabila dilihat dari sumber pangan di
perubahan perilaku yaitu melakukan aktivitas Kabupaten lebong sangat berlimpah dengan
fisik, memeriksa kesehatan secara berkala dan bentangan hutan dan sawah serta lahan yang
mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari. luas dengan hasil pertanian dan perkebunan
Ketiga fokus ini dilakukan untuk yang banyak. (Dinkes Prov. Bengkulu, 2017)
mewujudkan paradigma sehat dengan tujuan Data Puskesmas di Kecamatan Pelabai
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan menerangkan persentase konsumsi buah dan
kemampuan berperilaku hidup sehat terutama sayur per hari dalam seminggu sesuai dengan
pada tatanan rumah tangga. (Kuswenda, anjuran WHO (≥5 porsi) penduduk usia diatas
2017) 10 tahun di wilayah kerja kecamatan Pelabai
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) hanya 1,5%, hal ini masih dalam kategori
Kementerian kesehatan RI Tahun 2013 kurang. sedangkan hampir rata-rata pekerjaan
menunjukkan bahwa secara nasional rata-rata masyarakat di kecamatan pelabai adalah
perilaku penduduk umur diatas 10 tahun yang berkebun dengan hasil kebun yang berlimpah
kurang mengonsumsi sayur dan buah masih di seperti sayuran dan buah-buahan serta
atas 90 persen. Provinsi yang proporsi kurang memiliki lahan yang masih sangat luar untuk
konsumsi buah dan sayurnya mengalami tanaman pangan. (Dinkes Kab.Lebong, 2015)
peningkatan atau belum mengalami Konsumsi buah dan sayur pada
penurunan adalah Provinsi Kalimantan masyarakat diawali dari institusi terkecil
Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan dalam masyarakat yang disebut keluarga.
Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Karena keluarga adalah unit terkecil dalam
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi masyarakat yang terdiri dari suami dan istri
Tenggara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Jawa

53
atau suami istri dan anak-anaknya. Sehingga ketersediaan buah dan sayur, harga dan
keluarga menjadi sebuah institusi terkecil keberadaan makanan khas lokal.
dalam menentukan pengambilan keputusan Populasi dalam penelitian ini adalah
untuk mengkonsumsi buah dan sayur. dengan seluruh anggota rumah tangga usia diatas 15
berbagai pernyataan tersebut diatas, maka tahun yang ada di Desa Sukau Datang I
penulis tertarik untuk melakukan penelitian Kecamatan Pelabai Kabupaten Lebong yang
tentang faktor yang berhubungan dengan berjumlah 732 jiwa sebagai populasi
perilaku konsumsi buah dan sayur pada penelitian ini dan jumlah kepala rumah tangga
anggota rumah tangga. 205 orang kepala keluarga. Sedangkan sampel
Berdasarkan beberapa penelitian lain pada penelitian ini adalah sebagain anggota
yang sama terkait faktor yang berhubungan rumah tangga yang telah di lakukan
perilaku konsumsi buah dan sayur untuk di randomisasi yang dihitung menggunakan
konsumsi oleh anggota rumah tangga terdapat rumus Lameshow. Penelitian ini menetapkan
perbedaan terhadap hasil penelitian tersebut, tingkat kepercayaan 95% dan presisi 10%
yaitu pada penelitian Windi (2016) tentang sehingga besar sampel dalam penelitian ini
perilaku konsumsi buah dan sayur, dimana adalah sebanyak 252 responden.
hasil penelitian ini terdapat hubungan antara
penegetahuan ibu, pendidikan ibu dan
pekerjaan ibu terhadap perialku konsumsi Hasil Penelitian
buah dan sayur pada angggota rumah tangga. Berdasakan hasil penelitian tersebut,
Hal ini berbeda dengan penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar (72,6%)
yang menambahkan ketersediaan buah dan anggota rumah tangga di Desa Sukau Datang
sayur dan makanan khas lokal yang kurang konsumsi buah dan sayur, sedangkan
berhubungan signifikan perilaku konsumsi gambaran distribusi frekuensi anggota rumah
buah dan sayur pada nggota rumah tangga. tangga berdasarkan kelompok umur sebagian
besar (58,3%) adalah berumur dewasa, dan
Metode Penelitian berjenis kelamin perempuan sebanyak
(51,6%). Kemudian tingkat pendidikan
Penelitian ini merupakan jenis sebagian besar rendah (50,8%), akan tetapi
penelitian metode kuantitatif dengan tingkat pengetahuan anggota rumah tangga
pendekatan Associational research, jenis tentang manfaat konsumsi buah dan sayur
penelitian ini berusaha mempelajari relasi sebagian besar baik (66%) dan bersikap
hubungan diantara dua atau lebih variabel Positif (86%) terhadap buah dan sayur.
yang di pelajari tanpa mencoba Masyarakat Desa Suka Datang
mempengaruhi variabel-variabel tersebut. sebagian besar memilki jumlah anggota
Adapun desain yang digunakan pada keluarga yang masuk dalam kategori besar
penelitian ini menggunakan pendekatan atau diatas 4 orang dalam satu bangunan
observasi dengan studi potong lintang (Cross rumah sebanyak 57%, sedangkan ketersediaan
Sectional) yaitu pengumpulan data dan buah dan sayur baik di rumah maupun di luar
informasi serta pengukuran antara variabel rumah tersedia cukup (68%) serta tingkat
independen dan dependen dilakukan pada harga buah dan sayur yang di jual sebagain
waktu yang sama. besar responden mengatakan harga cukup
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan terjangkau oleh masyarakat untuk
di Desa Sukau Datang Kecamatan Pelabai membelinya. Sedangkan keberadaan makanan
Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu, khal lokal di Desa tersebut juga cukup
Dimana variabel dependen dalam penelitian tersedia (71%) sehingga dapat dengan mudah
ini adalah perilaku konsumsi buah dan sayur di temukan oleh masyarakat setempat untuk
serta variabel independen terdiri dari faktor di konsumsi.
yang berhubungan perilaku buah dan sayur
pada anggota rumah tangga, antara lain faktor Berikut adalah tabel hasil analisis
umur, jenis kelamin, pendidikan, dengan menggunakan uji statistik chi square
pengetahuan, sikap, jumaah anggota keluarga, bivariat untuk melihat hubungan antara

54
variabel independen dengan variabel dependen:
Variabel Perilaku konsumsi buah dan Total POR P Value
sayur
(95% CI)
Kurang Cukup
F % F % F %
Umur
Remaja 76 68,4 29 31,6 105 100
(15-25)
Dewasa 107 77,6 40 22,4 147 100 0,980 1,000
(>25)
Jumlah 183 72,6 69 27,4 252 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 92 75,4 30 24,6 122 100
Prempuan 91 70,0 39 30,0 130 100 1.314 0,397
Jumlah 183 72,6 69 27,4 252 100
Tingkat Pendidikan
Rendah (SD 90 70,3 38 29,7 128 100
– SMP)
Tinggi (≥ 93 75,0 31 25,0 124 100 0,789 0,480
SMA)
Jumlah 183 72,6 69 27,4 252 100
Pengetahuan
Kurang 61 72,6 23 27,4 84 100
Baik 122 70,6 46 25,4 168 100 1,000 1,000
Jumlah 183 72,6 69 27,4 252 100
Sikap
Negatif 68 75,6 22 24,4 90 100
Positif 115 71,0 47 29,0 162 100 1,263 0,464
Jumlah 183 72,6 69 27,4 252 100
Jumlah Anggota keluarga
Besar 111 77,1 33 22,9 144 100
Kecil 72 66,7 36 33,3 108 100 1,682 0,086
Jumlah 183 72,6 69 27,4 252 100
Ketersediaan buah dan sayur
Kurang 67 84,8 12 15,2 79 100
Cukup 116 67,1 57 32,9 173 100 2,744 0,004
Jumlah 183 72,6 69 27,4 252 100
Harga
Tidak 74 60,7 48 39,3 122 100
terjangkau 0,297 0,000
Terjangkau 109 83,8 21 16,2 130 100

55
Jumlah 183 72,6 69 27,4 252 100
Keberadaan makanan khas lokal
Kurang 60 84,5 11 15,5 71 100
Tersedia
Cukup 123 68,0 58 32,0 181 100 2,572 0,008
Tersedia
Jumlah 183 72,6 69 27,4 252 100
Berdasarkan tabel diatas dapat di seminggu sesuai dengan anjuran WHO (≥5
artikan bahwa ada beberapa faktor yang porsi sehari) penduduk usia diatas 10 tahun di
berhubungan signifikan dengan perilaku wilayah kerja kecamatan pelabai hanya 1,5%,
konsumsi buah dan sayur pada anggota rumah hal ini masih dalam kategori kurang.
tangga yaitu variabel ketersediaan buah dan Buah dan sayur seringkali dianggap
sayur, harga dan keberadaan makanan khas sebagai bahan makanan yang tidak bergengsi
lokal. Sedangkan variabel yang tidak untuk dikonsumsi sehingga masyarakat
berhubungan secara signifikan dalam cenderung tidak mengkonsumsi buah dan
penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, sayur, justru lebih memilih bahan makanan
tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap dan lainnya seperti makanan cepat saji. Hal ini
jumlah anggota keluarga. sesuai dengan teori yang di uraikan oleh
Berdasarkan dari hasil analisis Mudjianto (2000), bahwa buah dan sayur
multivariat ternyata ada dua variabel (harga bukanlah makanan yang dianggap bergengsi
dan keberadaan makanan khas lokal) yang jika dibandingkan dengan bahan makanan
berhubungan signifikan dengan perilaku cepat saji yang sedang trend di kalangan
konsumsi buah dan sayur. dari kedua variabel masyarakat saat ini khususnya bagi kaum
tersebut yang paling dominan berhubungan muda.
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur Hasil penelitian ini menunjukkan
adalah variabel keberadaan makanan khas sebagian besar masyarakat di desa Sukau
lokal dengan OR = 2,206 artinya dengan Datang 1 Kabupaten Lebong kurang
keberadaan makanan khas lokal yang cukup mengkonsumsi buah dan sayur, padahal buah
tersedia akan cenderung mempengaruhi dan sayur merupakan makanan sehat dan
perilaku konsumsi buah dan sayur pada bergizi yang kaya akan nutrisi seperti
anggota rumah tangga di Desa Sukau Datang mengandung tinggi serat, antioksidan,
1 dibandingkan dengan yang keberadaan vitamin, asam folat, mineral dan tidak
makanan khas lokal kurang tersedia di suatu mengandung lemak maupun kolesterol
daerah tersebut setelah dikontrol dengan sehingga sangat baik dikonsumsi demi
variabel harga dan ketersediaan buah dan menjaga kesehatan.
sayur.
Hubungan Umur dengan perilaku
Pembahasan konsumsi buah dan sayur
Gambaran Perilaku konsumsi buah dan Hasil penelitian ini menunjukkan
sayur pada anggota rumah tangga bahwa sebagian besar anggota rumah tangga
Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok umur kategori umur dewasa (usia
bahwa sebagian besar anggota rumah tangga >25 Tahun) sebanyak 58,3% Sehingga lebih
di Desa Sukau datang 1 kecamatan Pelabai banyak jumlah sampel yang termasuk
Kabupaten Lebong provinsi Bengkulu kelompok umur kategori Dewasa dari pada
memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur kategori remaja. Berdasarkan hasil analisis
yang kurang (< 5 Porsi sehari) yaitu sebanyak bivariat antara umur dengan perilaku
72,6%. Sedangkan data Puskesmas di konsumsi buah dan sayur diperoleh tidak ada
Kecamatan Pelabai menerangkan persentase hubungan yang signifikan antara umur dengan
konsumsi buah dan sayur per hari dalam perilaku konsumsi buah dan sayur pada

56
anggota rumah tangga. Hasil penelitian ini Berdasarkan uji statistik Berdasarkan
tidak sejalan dengan hasil penelitian Rita hasil uji statistik chi square antara tingkat
(2012), yang menemukan bahwa faktor umur pendidikan dengan perilaku konsumsi buah
berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur diperoleh nilai tidak ada hubungan
dan sayur serta berperan terhadap yang signifikan antara tingkat pendidikan
preferensi/kesukaan terhadap konsumsi dengan perilaku konsumsi buah dan sayur
pangan, termasuk buah dan sayur. pada anggota rumah tangga. Hasil penelitian
ini bertolak belakang dengan penelitian Zenk
Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku (2011) dan Roos (2009) yang menyebutkan
konsumsi buah dan sayur bahwa faktor pendidikan seseorang
Jenis kelamin selalu di anggap sebagai berhubungan secara signifikan dengan
salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur atau
perilaku konsumsi buah dan sayur, hasil dengan kata lain seseorang yang memiliki
penelitian ini menunjukkan anggota rumah pendidikan lebih tinggi cenderung akan
tangga yang berjenis kelamin laki-laki mengkonsumsi buah dan sayur lebih banyak.
sebanyak 48% dan jenis kelamin perempuan
51% jumlahnya tidak jauh berbeda. Hal ini Hubungan pengetahuan dengan perilaku
dikarenakan dalam pengambilan sampel konsumsi buah dan sayur
penelitian di rumah tangga jumlah sampel Pengetahuan merupakan suatu
yang berjenis kelamin laki-laki dan landasan kognitif untuk terbentuknya sikap
perempuan hampir sama. dan perilaku seseorang dalam memilih
Berdasarkan hasil uji statistik chi makanan, sehingga pengetahuan tentang
square antara jenis kelamin dengan perilaku makanan yang sehat menjadi faktor penting
konsumsi buah dan sayur menunjukkan dalam pemilihan makanan, karena
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan pengetahuan tersebut dapat menjadi salah satu
antara jenis kelamin dengan perilaku faktor untuk mengadopsi perilaku makanan
konsumsi buah dan sayur pada anggota rumah yang sehat.
tangga di Desa Sukau datang 1. Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan
penelitian tersebut sejalan dengan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
penelitian Bahrina (2014) yang menyatakan antara pengetahuan dengan perilaku konsumsi
bahwa tidak ada hubungan antara jenis buah dan sayur pada anggota rumah tangga di
kelamin dengan perilaku konsumsi buah dan Desa Sukau datang 1 kabupaten Lebong.
sayur dikarenakan baik laki-laki dan Sehingga hasil penelitian ini bertolak
perempuan pemilihan konsumsi buah dan belakang dengan penelitian Hafsah (2015)
sayur didasarkan pada pengetahuan, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
pengalaman, kesukaan dan rasa. bermakna antara pengetahuan dengan
konsumsi buah dan sayur. dia mengatakan
bahwa Pengetahuan tentang buah san sayur
Hubungan Tingkat pendidikan dengan terutama manfaat dan anjuran konsumsi buah
perilaku konsumsi buah dan sayur dan sayur dapat meningkatkan konsumsi buah
Pendidikan dianggap selalu memiliki dan sayur serta kesadaran dan keterampilan
pengaruh yang kuat terhadap perilaku mempersiapkan buah dan sayur untuk
konsumsi buah dan sayur pada anggota rumah dikonsumsi sehingga akan meningkatkan
tangga. Dalam penelitian ini, sebagin besar jumlah konsumsi buah dan sayur.
anggota rumah tangga berpendidikan rendah
(SD - SMP) sebanyak 51% karena sebagian
besar sampel pada rumah tangga termasuk Hubungan sikap dengan perilaku
dalam kelompok umur remaja usia 15 – 19 konsumsi buah dan sayur
tahun dan masih banyak yang belum tamat Pada penelitian ini dari hasil gambaran
SMA sehingga dikategorikan berpendidikan frekuensi diketahui bahwa proporsi sikap
rendah. pada anggota rumah tangga di Desa Sukau
Datang 1 tentang konsumsi buah dan sayur

57
sebagain besar memiliki sikap positif positif (2012) tentang perilaku konsumsi buah dan
(86,1%). Sedangkan berdasarkan hasil uji sayur pada keluarga di rumah yang juga
statistik chi square antar sikap dengan menyatakan bahwa ketersediaan buah dan
perilaku konsumsi buah dan sayur diperoleh sayur dirumah berhubungan signifikan
nilai tidak ada hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur
antara sikap dengan perilaku konsumsi buah anggota keluarga. Karena jenis makanan yang
dan sayur pada anggota rumah tangga. Hasil tersedia di rumah lebih banyak peluang yang
penelitian ini bertolak belakang dengan hasil lebih besar untuk dikonsumsi, sedangkan
penelitian Andika (2014) yang mengatakan jenis makanan yang tidak tersedia tidak akan
bahwa sikap seseorang memiliki hubungan dikonsumsi orang.
yang signifikan dengan perilaku seseorang
mengkonsumsi buah dan sayur, karena Hubungan Harga dengan perilaku
semakin positif sikap seseorang maka konsumsi buah dan sayur
pemilihan makanan yang akan Berdasarkan hasil uji statistik chi
diskonsumsinya akan semakin baik dan square antar harga dengan perilaku konsumsi
berkualitas. buah dan sayur diperoleh hasil bahwa ada
hubungan yang signifikan antara harga
Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan sayur
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada anggota rumah tangga. Upaya
Jumlah anggota keluarga adalah peningkatan akses pangan rumah tangga akan
banyaknya anggota rumah tangga yang tercapai kalau harga – harga terutama harga
bertempat tinggal di rumah tangga tersebut. pangan terkendali sehingga masyarakat
jumlah anggota keluarga diduga sebagai salah mampu membeli makanan untuk memenuhi
satu faktor yang berhubungan dengan perilaku kebutuhannya. Stabilisasi harga pangan
konsumsi buah dan sayur. Berdasarkan hasil dilakukan agar masyarakat berpendapatan
uji statistik secara bivariat menunjukkan rendah mampu menjangkau pangan yang ada
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan di pasaran. (Ariani, 2016).
antara jumlah anggota keluarga dengan Maka dengan ini, harga pangan juga
perilaku konsumsi buah dan sayur. hasil sangat mempengaruhi perilaku konsumsi oleh
penelitian ini sesuai dengan penelitian Pratiwi anggota keluarga di rumah. Harga pangan
(2012) dan Wulansari (2010) yang yang tinggi akan mengalihkan pembelian
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang seseorang kepada bahan lain yang lebih
signifikan antara keluarga kecil maupun besar murah serta mudah dijangkau harganya
terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur. tergantung tingkat pendapatan ekonomi
namun penelitian ini tidak sesuai dengan keluarga.
penelitian Srimaryani (2010) yang
mengatakan bahwa jumlah anggota keluarga Hubungan keberadaan makanan khas
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur lokal dengan perilaku konsumsi buah dan
individu menunjukkan hubungan yang sayur
signifikan. Makanan khas lokal yang sering di
jumpai oleh masyarakat adalah “lemea” yang
Hubungan ketersediaan buah dan sayur bahan dasarnya campuran dari sayur-sayuran
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur seperti bambu muda (rebung), terong, tomat
Berdasarkan hasil uji statistik chi dan jenis sayuran lainnya yang mudah
square antara ketersediaan buah dan sayur dijumpai disekitar rumah. Sehingga makanan
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur tersebut selalu tersedia untuk dikonsumsi oleh
diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang anggota rumah tangga di rumah maupun pada
signifikan antara ketersediaan buah dan sayur saat acara tradisi adat masyarakat di Desa
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur Sukau datang. Sebagaimana Siregar (2009)
pada anggota rumah tangga. Hasil Penelitian mengatakan bahwa faktor budaya
ini sejalan dengan hasil penelitian Farisa mempengaruhi seseorang dalam konsumsi

58
pangan yang menyangkut pemilihan jenis menyatakan harga buah dan sayur terjangkau
pangan serta persiapan dan penyajian sebagian besar konsumsi buah dan sayurnya
makanan tersebut. masih kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik chi Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
square antara keberadaan makanan khas lokal tidak terdapat hubungan antara umur, jenis
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur kelamin, tingkat pendidikan, pengetahuan,
diperoleh bahwa ada hubungan yang sikap dan jumlah anggota keluarga dengan
signifikan antara keberadaan makanan khas perilaku konsumsi buah dan sayur. sedangkan
lokal dengan perilaku konsumsi buah dan pada variabel ketersediaan buah dan sayur,
sayur pada anggota rumah tangga. Hasil harga dan keberadaan makanan khas lokal
penelitian ini sejalan dengan penelitian terdapat hubungan yang signifikan dengan
Candrawati (2014) menunjukan bahwa ada perilaku konsumsi buah dan sayur. Adapun
hubungan signifikan antara menyediakan faktor yang yang paling dominan dengan
makanan lokal daerah setempat untuk di perilaku konsumsi buah dan sayur pada
konsumsi oleh keluarga dengan tingkat anggota rumah tangga di desa Sukau datang 1
perilaku konsumsi buah dan sayur adalah variabel keberadaan makanan khas
masyarakat. lokal daerah.
Sedangkan berdasarkan hasil analisis Hasil penelitian ini dapat dijadikan
multivariat antara variabel ketersediaan buah acuan bagi Pemerintah Daerah bersama
dan sayur, harga, jumlah anggota rumah dengan seluruh stakeholder untuk
tangga dan keberadaan makanan khas lokal mengoptimalkan kegiatan program gerakan
yang memiliki nilai p ≤ 0,25 dimasukkan masyarakat hidup sehat (GERMAS) melalui
dalam model analisis multivariat, maka peningkatan perilaku konsumsi buah dan
setelah dilakukan pengujian beberapa kali sayur seperti adanya lomba masakan makanan
didapat variabel dengan nilai OR (2,206) khas lokal Daerah setempat agar menjadi
terbesar yaitu variabel keberadaan makanan motivasi masyarakat untuk meningkatkan
khas lokal sehingga dapat ditarik kesimpulan kreatifitas makanan lokal serta upaya promosi
bahwa keberadaan makanan khas lokal adalah perilaku konsumsi buah dan sayur sehingga
faktor yang paling dominan berhubungan adanya peningkatan konsumsi buah dan sayur
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada masyarakat di Desa Sukau Datang.
pada anggota rumah tangga.
Referensi
Kesimpulan Kementrian Kesehatan RI. 2014. Laporan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan hasil Riset kesehatan dasar
tentang perilaku konsumsi buah dan sayur (Riskesdas) Indonesia tahun 2013.
pada anggota rumah tangga di Desa Sukau Jakarta: Badan penelitian dan
Datang didapatkan hasil bahwa sebagian pengembangan kesehatan Depkes RI.
besar anggota rumah tangga di Desa Sukau Kementrian Kesehatan RI. 2017. Data dan
Datang konsumsi buah dan sayurnya kurang. informasi Profil Kesehatan Indonesia
Kemudian secara karakteristik individu Tahun 2016. Jakarta: Pusat dan data
sebagian besar yang berusia dewasa (>25 informasi Kemkes RI
Tahun) dan berjenis kelamin laki-laki, serta Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong. 2015.
anggota rumah tangga yang berpendidikan Profil Kesehatan Kabupaten Lebong
tinggi, pengetahuan dan sikap yang positif tahun 2015. Lebong: Bidang bina
terhadap buah dan sayur sebagian besar program.
berperilaku konsumsi buah dan sayurnya Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2015.
kurang. Sedangkan responden yang memiliki Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu.
lebih dari 4 orang anggota rumah tangga di Bengkulu: Penelitian dan informasi
rumah perilaku konsumsi buah dan sayurnya kesehatan Bengkulu
kurang. Bahkan Ketersediaan buah dan sayur Dinkes. 2014. Riset kesehatan dasar Provinsi
dan keberadaan makanan khas lokal yang bengkulu Tahun 2013. Bengkulu:
cukup tersedia dan responden yang Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu.

59
Rita, E. 2012. Preferensi konsumen terhadap
pangan sumber karbohidrat non-beras.
Skripsi: IPB Departemen gizi
masyarakat, fakultas ekologi manusia
Siregar. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif:
Dilengkapi perbandingan perhitungan
manual dan SPSS. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Ariani, M dan Haryono. 2014. Memperkuat
Daya saing Pangan Nusantara. Buku.
Memperkuat Daya saing produk
Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. IAARD
Press.
Farisa, Soraya. (2012). Hubungan sikap,
pengetahuan, ketersediaan dan
keterpaparan media massa dengan
kensusmi buah dan sayur pada
masyarakat. tesis. Universitas
Indonesia.
Candrawati, Wiarsih, Sikihananto. 2014.
Ketersediaan buah dan sayur dalam
keluarga sebagai strategi intervensi
peningkatan konsumsi buah dan sayur
anak usia prasekolah. Jakarta: Jurnal
care vol 2.
Wulansari, Natalia Dessy. 2010. Konsumsi
preferensi buah dan sayur pada remaja
SMA dengan status sosial ekonomi
yang berbeda di Bogor. Bogor: IPB
Pratiwi, wulan. 2012. Analisis hubungan
pengetahuan gizi, sikap dan preferensi
dengan kebiasaan makan sayuran ibu
rumah tangga di perkotaan dan
pedesaan bogor. Skripsi. Bogor. IPB.
Rita, E. 2012. Preferensi konsumen terhadap
pangan sumber karbohidrat non-beras.
Skripsi: IPB Departemen gizi
masyarakat, fakultas ekologi manusia
Roos, EB et.al. 2009. Household aducational
level as a determinant of consumption
of raw among male and female ado
lescents. Journal of American Health
foundation and Academic press.

60
eISSN: 2655-8688 pISSN: 2548-3943
http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp received April, Accepted April, Publish Juni
hal: 61-71 Volume 1, Nomor 2 - 2019
Copyright @2019. This is an open-access arcle distributed under the terms of the CreaveCommons Aribuon-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Internaonal License ()
hp://creavecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/which permits unrestricted non-commercial used, distribuon and reproducon in any medium

Faktor yang Meningkatkan Risiko Terhadap 3 Kategori Kanker Sistem Reproduksi


Pada Wanita Usia Subur di Pondok Aren Tangerang Selatan Tahun 2017

Lisnadiyanti1
1
Universitas Binawan Jakarta Indonesia
E-mail: lisnadiyanti39@gmail.com
ABSTRAK
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim, yaitu bagi anterendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina. Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif sederhana dengan pendekatan Cross-Sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2017
dengan responden berjumlah 85 orang. Analisa data menggunakan uji proporsi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: 1) pola hubungan usia menarche normal (12-15 tahun) beresiko tinggi sebanyak 42 orang (49.4%), 2) pola
hubungan faktor yang mempengaruhi usia menarche dengan kategori cukup mempengaruhi beresiko rendah
sebanyak 41 orang (48.2%), 3) pola hubungan faktor hormonal dengan kategori menstruasi teratur beresiko sedang
sebanyak 30 orang (35.3%), 4) pola hubungan factor gaya hidup dengan kategori kurang baik beresiko rendahs
ebanyak 38 orang (44.7%), 5) pola hubungan factor riwayat keluarga dengan kategori tidak memiliki riwayat 3
kategori kanker reproduksi terbesar pada wanita beresiko rendah sebanyak 46 orang (54.1%), 6) factor risiko
terhadap 3 kategori kanker system reproduksi terbesar pada wanita usia subur mayoritas memiliki tingkat risiko
rendah sebanyak 49 orang (57.6%). Diharapkan masyarakat khususnya wanita usia subur untuk dapat
meningkatkan dan memperdulikan kesehatannya terkait kesehatan reproduksi yang dimaksudkan sebagai
pencegahan terjadinya 3 kategori kanker reproduksi terbesar pada wanita usia subur.

Kata Kunci: Wanita usia subur, kanker, reproduksi wanita

Factors That Increase the Risk of The 3 Major Reproductive Cancer Categories in Women
of Childbearing Age in The Pondok Kacang Prima Pondok Aren South Tangerang in 2017
ABSTRACT
Women of childbearing age (WUS) are women whose reproductive organs function well between the ages of 20-
45 years. Breast cancer is a malignant neoplasm disease originating from parenchyma. Cervical cancer is a
malignant tumor that grows inside the cervix, which is the lowest part of the uterus attached to the top of the
vagina. Ovarian cancer is a malignant tumor in the ovaries. Risk factors in the 3 categories of cancer of the largest
female reproductive system have the following equations: age menarche, factors that affect age menarche,
hormonal, lifestyle, and family history. This study aims to determine the description of factors that increase the
risk of the 3 major reproductive cancer categories in women of childbearing age in the area of PondokKacang
Housing Prima PondokArenTangerang Selatan. This research uses simple descriptive method with Cross-
Sectional approach. The study was conducted in May 2017 with respondents amounting to 85 people. Data
analysis using proportion test. The results showed that: 1) the pattern of normal menarche age relationship (12-
15 years) high risk as much as 42 people (49.4%), 2) the pattern of factor relationships that affect the age of
menarche with low enough affect category low risk as much as 41 people (48.2%) , 3) pattern of hormonal factor
correlation with regular menstruation category at medium risk as many as 30 people (35.3%), 4) low lifestyle
lifestyle association pattern with low risk of 38 people (44.7%), 5) family history factor correlation pattern
Category has no history of 3 major reproductive cancer categories in low risk women as many as 46 people
(54.1%), 6) risk factors for the 3 major reproductive cancer categories in women of childbearing age majority
having low risk level as many as 49 people (57.6%). It is expected that the community especially women of
childbearing age to be able to improve and care about health related reproductive health that is intended as
prevention of the 3 major reproductive cancer categories in women of childbearing age .

Keywords: Women of childbearing age, breast cancer, cervical cancer, ovarian cancer, menarche age, factors
affecting menarche, hormonal, lifestyle, family history

61
Pendahuluan Di Amerika Serikat, antara 1975
Wanita mempunyai peranan sentral dan 1994, angka kasus kanker pada wanita
dalam menentukan kualitas generasi berusia kurang dari 45 tahun meningkat 1,6
penerus dan kualitas keluarga. Wanita yang persen per tahun. Saat ini penyakit tidak
sehat mempunyai kesempatan untuk menular, termasuk kanker menjadi masalah
memenuhi semua potensi yang ada dalam kesehatan utama di dunia maupun di
dirinya. Disamping itu, ia akan mempunyai Indonesia. Menurut data WHO tahun 2013,
bayi yang sehat, mampu merawat keluarga insidens kanker meningkat dari 12,7 juta
dengan lebih baik, mendidik anak- kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus
anaknya.(Arsenijevic et al., 2012; Ferlay et pada tahun 2012. Sedangkan jumlah
al., 2015; K. et al., 2010; Sanajaoba Singh kematian meningkat dari 7,6 juta orang
N, Sharat Singh N, , Narendra RK, 2010) tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun
Sistem reproduksi wanita dirancang untuk 2012. Kanker menjadi penyebab kematian
dapat melaksanakan beberapa fungsi, nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah
Rancangan tersebut sangat sempurna penyakit kardiovaskular. Diperkirakan
sehingga memungkinkan sebuah kehidupan padat ahun 2030 insidens kanker dapat
baru terbentuk secara normal. Sistem mencapai 26 juta dan 17 juta diantaranya
reproduksi wanita dan bagian-bagiannya meninggal akibat kanker, terlebih untuk
terdiri atas vagina dan leher Rahim Negara miskin dan berkembang
berfungsi sebagai tempat masuknya sperma kejadiannya akan lebih cepat. Di Indonesia,
untuk mencari dan membuahi sel telur. prevalensi penyakit kanker juga cukup
Ovarium menghasilkan sel telur dan tinggi. (Batubara, Soesanti, & van de Waal,
hormon. Saluran tuba menyediakan tempat 2010; D’Aloisio, Deroo, Baird, Weinberg,
untuk terjadinya pembuahan dan & Sandler, 2013; Elks et al., 2010; Perry et
pertumbuhan embrio di minggu pertama. al., 2014)
Rahim adalah tempat embrio tertanam Berdasarkan data Riset Kesehatan
selama Sembilan bulan pertumbuhan janin. Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi
Dan payudara berfungsi untuk memberi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per
nutrisi dan antibody bagi bayi yang baru penduduk, atau sekitar 330.000 orang.
lahir. (Bray et al., 2018; DeSantis, Ma, Kanker tertinggi di Indonesia pada
Bryan, & Jemal, 2014; Marcom, 2017) perempuan adalah kanker payudara dan
Berbagai gangguan yang kanker leher rahim. Berdasarkan estimasi
mengancam kesehatan reproduksi bias juga Globocan, International Agency for
disebabkan oleh perilaku dan kebiasaan Research on Cancer (IARC) tahun 2012,
yang buruk. gangguan reproduksi bias insidens kanker payudara sebesar 40 per
dimulai dari infeksi bagian luar hingga 100.000 perempuan, kanker leher rahim 17
kebagian dalam atau karena kebiasaan yang per 100.000 perempuan. Berdasarkan data
kurang sehat menjadikan masalah yang Sistem Informasi Rumah Sakit 2010, kasus
membuat system reproduksi menjadi rawat inap kanker payudara 12.014 kasus
terganggu. (Curry et al., 2018; Ndikom & (28,7%), kanker leher rahim 5.349 kasus
Ofi, 2012; Society, 2014; Sudenga, Rositch, (12,8%). Berdasarkan data Rumah Sakit
Otieno, & Smith, 2013). Beberapa Kanker Dharmais 10 besar kanker kasus
gangguan kesehatan reproduksi wanita baru tahun 2014 yaitu kanker payudara
ialah siklus menstruasi tidak teratur, 1290 kasus, kanker serviks 219 kasus,
gangguan endometriosis, kanker pada kanker paru 205 kasus, KNF
system reproduksi dan infeksi pada bagian (KarsinomaNasofaring) 201 kasus, kanker
vagina. (Hsieh, Trichopoulos, Katsouyanni, rektum 192 kasus, kanker thyroid 175
& Yuasa, 1990; Marmot et al., 2013; kasus, kanker ovarium 145 kasus, hepatoma
Zermeño-Nava et al., 2018) 114 kasus, dan LNH (Limfoma Non-
Hodgkin) 114 kasus. Berdasarkan data dari

62
Rumah Sakit Kanker Dharmais pada kanker metode survey dengan pendekatan Cross-
reproduksi pada wanita terdapat 3 jenis Sectional (Notoatmodjo, 2010).
kanker terbesar yaitu kanker payudara, Pengambilan data yang dilakukan dalam
kanker serviks dan kanker ovarium. satu kurun waktu, maksimal dua atau tiga
Berdasarkan uraian diatas, penulis bulan. Peneliti mengumpulkan data dari
menganggap perlu dilakukan penelitian sampel pada waktu yang bersamaan.
tentang “Gambaran Faktor-Faktor yang Penelitian ini menggunakan desain cross-
Meningkatkan Risiko Terhadap 3 Kategori sectional karena prevalensi masalah yang
Kanker Sistem Reproduksi Terbesar Pada terjadi cukup besar, sehingga lebih cocok
Wanita Usia Subur di Wilayah Perumahan menggunakan studi cross-sectional dari
Pondok Kacang Prima Pondok Aren pada case control. Dalam penelitian ini
Tangerang Selatan”. pengambilan responden atau penentuan
responden dilakukan secara sampling
Metode Penelitian dimana teknik pengambilan sampel adalah
Desain penelitian ini adalah Simple Random Sampling dengan sampel
deskriptif sederhana yaitu keadaan yang sebanyak 85 orang. Pada penelitian ini
ingin dijelaskan bukan berasal dari satu memiliki kriteria inklusi yaitu semua wanita
populasi tanpa menghubungkannya dengan usia subur dengan usia minimal 20 tahun
keadaan lain yang juga ditemukan pada dan usia maksimal 45 tahun yang bersedia
populasi tersebut. Deskriptif yaitu suatu untuk di wawancara dan dijadikan sampel.
metode penelitian yang dilakukan untuk Data yang digunakan dalam penelitian ini
mendeskriptifkan atau menggambarkan adalah data primer dan data skunder,
fenomena yang terjadi di dalam sementara untuk instrumen yang digunakan
masyarakat. Jenis rancangan menggunakan adalah menggunakan skala likert.

Hasil Penelitian

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko Terhadap 3 Kategori Kanker Sistem
Reproduksi Terbesar Pada Wanita Usia Subur
Tingkat Risiko Frekuensi Presentase (%)
Risiko Rendah 49 57.6%
Risiko Sedang 35 41.2%
Risiko Tinggi 1 1.2%
Total 85 100.0%

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Menarche


Usia menarche Frekuensi Presentase (%)
Cepat (<12 tahun) 3 3.5%
Normal (12-15 tahun) 80 94.1%
Lambat (>15 tahun) 2 2.4%
Total 85 100.0%

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Hubungan Usia Menarche Dengan Faktor
Risiko 3 Kategori Kanker Sistem Reproduksi Pada Wanita Usia Subur
FaktorRisiko 3 Kategori Kanker Sistem Reproduksi
Terbesar Pada Wanita Usia Subur
Usia Menarche Total
Risiko
Risiko Sedang Risiko Tinggi
Rendah

63
F % F % F % F %
Cepat
0 0.0% 1 1.2% 2 2.4% 3 3.5%
(<12 tahun)
Normal
2 2.4% 36 42.4% 42 49.4% 80 94.1%
(12-15 tahun)
Lambat
0 0.0% 1 1.2% 1 1.2% 2 2.4%
(>15 tahun)
Total 2 2.4% 38 44.7% 45 52.9% 85 100.0%

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor yang Mempengaruhi Usia Menarche


Faktor Yang Mempengaruhi Usia
Frekuensi Presentase (%)
Menarche
Sangat Mempengaruhi 5 5.9%
Cukup Mempengaruhi 72 84.7%
Kurang Mempengaruhi 8 9.4%
Total 85 100.0%

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Hubungan Faktor Yang Mempengaruhi


Menarche Dengan Faktor Risiko 3 Kategori Kanker Sistem Reproduksi Terbesar Pada Wanita
Usia Subur
Faktor Risiko 3 Kategori Kanker Sistem
Reproduksi Terbesar Pada Wanita Usia
Faktor Yang
Subur
Mempengaruhi Total
Menarche Risiko Risiko Risiko
Rendah Sedang Tinggi
F % F % F % F %
Sangat
0 0.0% 4 4.7% 1 1.2% 5 5.9%
Mempengaruhi
Cukup
41 48.2% 31 36.5% 0 0.0% 72 84.7%
Mempengaruhi
Kurang
8 9.4% 0 0.0% 0 0.0% 8 9.4%
Mempengaruhi
Total 49 57.6% 35 41.2% 1 1.2% 85 100.0%

Tabel 6 Disribusi Responden Berdasarkan Hormonal


Hormonal Frekuensi Presentase (%)
Menstruasi Teratur 41 48.2%
Menstruasi Tidak Teratur 31 36.5%
Menstruasi Berlebihan 13 15.3%
Total 85 100.0%

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Hubungan Hormonal Dengan Faktor Risiko 3
Kategori Kanker Sistem Reproduksi Terbesar Pada Wanita USia Subur
Faktor Risiko 3 Kategori Kanker Sistem
Reproduksi Terbesar Pada Wanita Usia Subur
Hormonal Total
Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi
F % F % F % F %

64
Menstruasi Teratur 10 11.8% 30 35.3% 1 1.2% 41 48.2%
Menstruasi Tidak
26 30.6% 5 5.9% 0 0.0% 31 36.5%
Teratur
Menstruasi
13 15.3% 0 0.0% 0 0.0% 13 15.3%
Berlebihan
Total 49 57.6% 35 41.2% 1 1.2% 85 100.0%

Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Hidup


Gaya Hidup Frekuensi Presentase (%)
Sangat Baik 2 2.4%
Cukup Baik 38 44.7%
Kurang Baik 45 52.9%
Total 85 100.0%

Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Hubungan Gaya Hidup Dengan Faktor Risiko
3 Kategori Kanker Sistem Reprosduksi Terbesar Pada Wanita Usia Subur
Faktor Risiko 3 Kategori Kanker Sistem
Gaya Hidup Reproduksi Terbesar Pada Wanita Usia Subur Total
Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi
F % F % F % F %
Sangat Baik 0 0.0% 1 1.2% 1 1.2% 2 2.4%
Cukup Baik 11 12.9% 27 31.8% 0 0.0% 38 44.7%
Kurang Baik 38 44.7% 7 8.2% 0 0.0% 45 52.9%
Total 49 57.6% 35 41.2% 1 1.2% 85 100.0%

Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga

Faktor Risiko 3 Kategori Kanker Sistem Reproduksi Pada Wanita Usia


Subur
Riwayat Keluarga Total
Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi

F % F % F % F %

Tidak Memiliki Riwayat


3 Kategori Kanker
46 54.1% 25 29.4% 0 0.0% 71 83.5%
Reproduksi Terbesar
Pada Wanita

Memiliki Salah Satu


Riwayat Dari 3 Kategori
3 3.5% 9 10.6% 0 0.0% 12 14.1%
Kanker Reproduksi
Terbesar Pada Wanita

Memiliki Riwayat 3
Kategori Kanker
0 0.0% 1 1.2% 1 1.2% 2 2.4%
Reproduksi Terbesar
Pada Wanita

Total 49 57.6% 35 41.2% 1 1.2% 85 100.0%

65
Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Hubungan Riwayat Keluarga Terhadap
Faktor Risiko 3 Kategori Kanker Sistem Reproduksi Terbesar Pada Wanita Usia Subur.
Presentase
Riwayat keluarga Frekuensi
(%)
Tidak Memiliki Riwayat 3 Kategori Kanker Terbesar Pada Reproduksi
71 83.5%
Wanita
Memiliki Salah Satu Riwayat Dari 3 Kategori Kanker Terbesar Pada
12 14.1%
Reproduksi Wanita
Memiliki Riwayat 3 Kategori Kanker Terbesar Pada Reproduksi
2 2.4%
Wanita
Total 85 100.0%

Pembahasan pada kategori risiko tinggi, dan pada


Analisa Univariat kategori lambat menunjukkan frekuensi
Hasil penelitian terhadap 85 orang yang sama pada risiko sedang dan risiko
responden yang merupakan wanita usia tinggi yaitu sebanyak 1 orang dengan
subur di Perumahan Pondok Kacang Prima presentase 1.2%.
Pondok Aren Tangerang Selatan, diperoleh Dari hasil jurnal penelitian yang
responden yang memiliki risiko terhadap 3 ditulis oleh Fachlevy, Abdullah, dan
kategori kanker sistem reproduksi pada Russeng dengan judul “Faktor Risiko
wanita usia subur dengan tingkat risiko Kanker Ovarium di RSUP Wahidin
rendah sebanyak 49 orang (57.6%), dengan Sudirohusodo Makassar” pada tahun 2011
tingkat risiko sedang sebanyak 35 orang meneliti mengenai faktor risiko terjadinya
(41.2%), dan sisanya dengan tingkat risiko kanker ovarium yang diantaranya ialah usia
tinggi sebanyak 1 orang (1.2%). Dalam menarche, paritas, riwayat keluarga,
penelitian ini usia menarche mayoritas penggunaan bedak, dan indeks massa
responden adalah yang memiliki tingkat tubuh. Dari hasil penelitian tersebut
risiko rendah. didapatkan bahwa usia menarche
Hasil penelitian diperoleh didapatkan nilai OR sebesar 2,054 pada
responden yang mengalami usia menarche tingkat kepercayaan (CI) = 95% dengan
normal yaitu saat berusia 12-15 tahun lower limit = 1,061 dan upper limit = 4,174,
sebanyak 80 orang (94.1%), usia menarche karena nilai lower limit dan upper limit
yang cepat yaitu saat berusia <12 tahun tidak mencakup nilai satu, maka nilai 2,104
sebanyak 3 orang (3.5%), dan sisanya usia dianggap bermakna antara usia menarche
menarche yang lambat yaitu berusia >15 dengan kejadian kanker ovarium.
tahun sebanyak 2 orang (2.4%). Dalam Dari data diatas, peneliti
penelitian ini usia menarche mayoritas menyimpulkan terdapat kesenjangan dari
responden adalah normal yang dimana hasil temuan peneliti yang telah dilakukan
berusia 12-15 tahun. di Wilayah Perumahan Pondok Kacang
Dari hasil pola hubungan pada Prima Pondok Aren Tangerang Selatan
faktor usia menarche dengan faktor risiko 3 tahun 2017 dengan beberapa temuan dari
kategori kanker sistem reproduksi terbesar hasil penelitian terkait, yang dimana
pada wanita usia subur mayoritas responden penelitian terkait mengungkapkan bahwa
pada kategori cepat sebanyak 2 orang usia menarche cepat (<12 tahun)
dengan presentase 2.4% dimana berada merupakan risiko tinggi terjadinya 3
pada kategori risiko tinggi, pada kategori kategori kanker reproduksi terbesar pada
normal mayoritas responden sebanyak 42 wanita usia subur, sedangkan hasil temuan
orang dengan presentase 49.4% berada peneliti usia menarche normal (12-15

66
tahun) beresiko tinggi terjadinya 3 kategori dengan tidak melakukan olahraga (12,07
kanker reproduksi terbesar pada wanita usia tahun). Dari hasil penelitian terkait diatas
subur. yang mempengaruhi usia menarche adalah
Hasil penelitian diperoleh olahraga, tetapi olahraga bukan satu-
responden yang memiliki frekuensi faktor satunya faktor yang mempengaruhi usia
yang mempengaruhi menarche dengan menarche. Penyebab faktor yang
kategori cukup mempengaruhi sebanyak 72 mempengaruhi usia menarche tidak hanya
orang dengan presentase 84.7%, pada dipengaruhi oleh faktor tunggal, selalu ada
kategori kurang mempengaruhi sebanyak 8 konstribusi dari berbagai aspek, seperti
orang dengan presentase 9.4%, dan sisanya pada teori terkait diatas yang telah
pada kategori sangat mempengaruhi dijelaskan salah satunya menurut Lestari,
sebanyak 5 orang dengan presentase 5.9%. 2011 beberapa faktornya ialah faktor
Dalam penelitian ini faktor yang internal dimana diantaranya yakni organ
mempengaruhi usia menarche mayoritas reproduksi, hormonal, dan penyakit; dan
responden adalah pada kategori cukup dari segi faktor eksternal yakni gizi,
mempengaruhi. (Horvath, Chilo, & pengetahuan orang tua, dan gaya hidup.
Lindblad, 2010) (Arsenijevic et al., 2012; Dari hasil pola hubungan pada
Carwile et al., 2015; ICO & Centre, 2014) faktor yang mempengaruhi usia menarche
Menurut (Lestari, 2011) faktor yang dengan faktor risiko 3 kategori kanker
mempengaruhi usia menarche ada dua, sistem reproduksi terbesar pada wanita usia
yaitu dari segi faktor internal dimana subur mayoritas responden pada kategori
diantaranya ialah organ reproduksi, sangat mempengaruhi sebanyak 4 orang
hormonal, dan penyakit; dan dari segi faktor dengan presentase 4.7% dimana berada
eksternal yakni gizi, pengetahuan orang tua, pada kategori risiko sedang, pada kategori
dan gaya hidup. Menurut Musruroh, 2014 cukup mempengaruhi mayoritas responden
bahwa faktor yang dapat mempengaruhi sebanyak 41 orang dengan presentase
usia menarche diantaranya ialah faktor 48.2% berada pada kategori risiko rendah,
lingkungan, genetik, sosial ekonomi dan dan pada kategori kurang mempengaruhi
budaya, serta peran orang tua. Peran orang mayoritas responden sebanyak 8 orang
tua sangat besar dalam mempengaruhi usia dengan presentase 9.4% berada pada risiko
menarche anak, misal saja ibu, dengan rendah.
semakin tingginya pendidikan ibu dan usia Hasil penelitian diperoleh
menarche yang dialami oleh si ibu mampu responden yang memiliki frekuensi faktor
memprediksi usia menarche putrinya. hormonal dengan kategori menstruasi
Apabila peran orang tua terutama si ibu teratur sebanyak 41 orang dengan
kurang dalam memberikan pengetahuan presentase 48.2%, pada kategori menstruasi
tentang menstruasi dan perubahan- tidak teratur sebanyak 31 orang dengan
perubahan yang akan terjadi pada fisik si presentase 36.5%, dan sisanya pada
anak juga akan berdampak pada kondisi kategori menstruasi berlebihan sebanyak 13
psikologis si anak.(Editor, 2016; Getahun, orang dengan presentase 15.3%. Dalam
Mazengia, Abuhay, & Birhanu, 2013; penelitian ini faktor hormonal mayoritas
Insanu, Anggadiredja, & Kayser, 2012) responden adalah pada kategori menstruasi
Sedangkan menurut (Herawati, teratur.
2013) didapatkan bahwa dari analisis Dengan demikian, peneliti
statistik uji T Independen diperoleh nilai p- menyimpulkan terdapat kesenjangan dari
value = 0,009, yang berarti ada hubungan hasil temuan peneliti yang telah dilakukan
yang signifikan antara usia menarche di Wilayah Perumahan Pondok Kacang
responden dengan perilaku kebiasaan Prima Pondok Aren Tangerang Selatan
berolahraga pada saat sebelum menarche, tahun 2017 dengan beberapa temuan dari
yaitu lebih cepat menarche dibandingkan hasil teori dan penelitian terkait yang

67
dimana mengungkapkan bahwa gangguan memiliki riwayat 3 kategori kanker terbesar
menstruasi yakni menstruasi tidak teratur pada wanita.
merupakan risiko tinggi terjadinya 3 Dari data diatas, peneliti
kategori kanker reproduksi terbesar pada menyimpulkan terdapat persamaan dari
wanita usia subur, sedangkan hasil temuan hasil temuan peneliti yang telah dilakukan
peneliti pada kategori menstruasi tidak di Wilayah Perumahan Pondok Kacang
teratur berada pada kategori risiko rendah Prima Pondok Aren Tangerang Selatan
terjadinya 3 kategori kanker reproduksi tahun 2017 dengan beberapa temuan dari
terbesar pada wanita usia subur. hasil penelitian terkait yang dimana
Hasil penelitian diperoleh, mengungkapkan bahwa faktor riwayat
responden yang memiliki frekuensi faktor keluarga yang memiliki riwayat salah satu
gaya hidup dengan kategori kurang baik maupun ketiga kategori kanker terbesar
sebanyak 45 orang dengan presentase pada wanita merupakan risiko tinggi
52.9%, pada kategori cukup baik sebanyak terjadinya 3 kategori kanker reproduksi
38 orang dengan presentase 44,7%, dan terbesar pada wanita usia subur.
sisanya pada kategori sangat baik sebanyak
2 orang dengan presentase 2.4%. Dalam Kesimpulan
penelitian ini faktor gaya hidup mayoritas Hasil Penelitian memperlihatkan
responden adalah pada kategori kurang bahwa pola hubungan pada temuan peneliti
baik. yang telah dilakukan di Wilayah
Dari data diatas, peneliti Perumahan Pondok Kacang Prima Pondok
menyimpulkan terdapat kesenjangan dari Aren Tangerang Selatan usia menarche
hasil temuan peneliti yang telah dilakukan normal (12-15 tahun) beresiko tinggi
di Wilayah Perumahan Pondok Kacang terjadinya 3 kategori kanker reproduksi
Prima Pondok Aren Tangerang Selatan terbesar pada wanita usia subur sebanyak
tahun 2017 dengan beberapa temuan dari 42 orang (49.4%). Faktor yang
hasil teori dan penelitian terkait yang mempengaruhi usia menarche dengan
dimana mengungkapkan bahwa faktor gaya kategori cukup mempengaruhi beresiko
hidup yang kurang baik merupakan risiko rendah terjadinya 3 kategori kanker
tinggi terjadinya 3 kategori kanker reproduksi terbesar pada wanita usia subur
reproduksi terbesar pada wanita usia subur, sebanyak 41 orang (48.2%). Faktor
sedangkan hasil temuan peneliti pada hormonal dengan kategori menstruasi
kategori gaya hidup kurang baik berada teratur beresiko sedang terjadinya 3
pada kategori risiko rendah terjadinya 3 kategori kanker reproduksi terbesar pada
kategori kanker reproduksi terbesar pada wanita usia subur sebanyak 30 orang
wanita usia subur. (35.3%). Faktor gaya hidup dengan kategori
Hasil penelitian doperoleh, kurang baik beresiko rendah terjadinya 3
responden yang memiliki frekuensi faktor kategori kanker reproduksi terbesar pada
riwayat keluarga dengan kategori tidak wanita usia subur sebanyak 38 orang
memiliki riwayat 3 kategori kanker terbesar (44.7%). Faktor riwayat keluarga dengan
pada wanita sebanyak 71 orang dengan kategori tidak memiliki riwayat 3 kategori
presentase 83.5%, pada kategori memiliki kanker reproduksi terbesar pada wanita
salah satu riwayat dari 3 kategori kanker beresiko rendah terjadinya 3 kategori
terbesar pada reproduksi wanita sebanyak kanker reproduksi terbesar pada wanita usia
12 orang dengan presentase 14.1%, dan subur sebanyak 46 orang (54.1%).
sisanya pada kategori memiliki riwayat 3 Mayoritas memiliki tingkat risiko rendah
kategori kanker terbesar pada reproduksi terjadinya 3 kategori kanker reproduksi
wanita sebanyak 2 orang dengan presentase terbesar pada wanita usia subur sebanyak
2.4%. Dalam penelitian ini faktor riwayat 49 orang (57.6%).
keluarga mayoritas responden adalah tidak

68
https://doi.org/10.1007/s11243-012-
Penelitian ini dapat dijadikan 9613-4
sebagai dasar penelitian lebih lanjut yang Batubara, J. R. L., Soesanti, F., & van de
berkaitan dengan ilmu keperawatan Waal, H. D. (2010). Age at menarche
maternitas dan ilmu kebidanan mengenai in indonesian girls: a national survey.
gambaran faktor-faktor yang meningkatkan Acta Medica Indonesiana.
risiko terhadap 3 kategori kanker sistem Bray, F., Ferlay, J., Soerjomataram, I.,
reproduksi terbesar pada wanita usia subur. Siegel, R. L., Torre, L. A., & Jemal, A.
Peneliti menyadari keterbatasan yang (2018). Global cancer statistics 2018:
dialami seperti kurangnya sumber referensi GLOBOCAN estimates of incidence
dari penelitian terkait yang dimana peneliti and mortality worldwide for 36
mencari satu persatu dari 3 kategori kanker cancers in 185 countries. CA: A
reproduksi terbesar pada wanita usia subur Cancer Journal for Clinicians.
lalu kemudian dibuat kesimpulan dari https://doi.org/10.3322/caac.21492
ketiga masalah tersebut, maka dari itu untuk Carwile, J. L., CWillett, W., Spiegelman,
penelitian selanjutnya untuk meneruskan D., Hertzmark, E., Rich-Edwards, J.,
penelitian ini diantaranya menganalisa Frazier, A. L., & Michels, K. B.
hubungan mengenai faktor yang (2015). Sugar-sweetened beverage
mempengaruhi usia menarche dan faktor consumption and age at menarche in a
hormonal yang dimana membahas siklus prospective study of US girls. Human
menstruasi terhadap risiko terjadinya 3 Reproduction.
kategori kanker reproduksi terbesar pada https://doi.org/10.1093/humrep/deu34
wanita usia subur. Adanya penelitian ini, 9
diharapkan masyarakat khususnya wanita Curry, S. J., Krist, A. H., Owens, D. K.,
usia subur untuk dapat meningkatkan dan Barry, M. J., Caughey, A. B.,
memperdulikan kesehatannya terkait Davidson, K. W., … Wong, J. B.
kesehatan reproduksi yang dimaksudkan (2018). Screening for cervical cancer
sebagai pencegahan terjadinya 3 kategori us preventive services task force
kanker reproduksi terbesar pada wanita usia recommendation statement. JAMA -
subur, dan diharapkan agar informasi ini Journal of the American Medical
dapat dijadikan pendidikan kesehatan untuk Association.
keluarga dan kerabat. Pada pelayanan https://doi.org/10.1001/jama.2018.108
kesehatan diharapkan penelitian ini dapat 97
digunakan untuk mempersiapkan program D’Aloisio, A. A., Deroo, L. A., Baird, D.
pendidikan kesehatan yang terintegrasi D., Weinberg, C. R., & Sandler, D. P.
tentang pencegahan dan deteksi dini (2013). Prenatal and infant exposures
terhadap faktor-faktor yang dapat and age at menarche. Epidemiology.
meningkatkan risiko pada 3 kategori kanker https://doi.org/10.1097/EDE.0b013e3
reproduksi terbesar pada wanita usia subur. 1828062b7
DeSantis, C., Ma, J., Bryan, L., & Jemal, A.
Referensi (2014). Breast cancer statistics, 2013.
Arsenijevic, M., Milovanovic, M., CA: A Cancer Journal for Clinicians.
Volarevic, V., Canovic, D., https://doi.org/10.3322/caac.21203
Arsenijevic, N., Soldatovic, T., … Editor, D. (2016). European Journal of
Bugarcic, Z. D. (2012). Cytotoxic Obstetrics & Gynecology and
properties of platinum(IV) and Reproductive Biology. European
dinuclear platinum(II) complexes and Journal of Obstetrics and Gynecology.
their ligand substitution reactions with https://doi.org/10.1016/j.ejogrb.2008.
guanosine- 50-monophosphate. 11.002
Transition Metal Chemistry. Elks, C. E., Perry, J. R. B., Sulem, P.,

69
Chasman, D. I., Franceschini, N., He, Lisnadiyanti, L. (2019). Hubungan
C., … Murray, A. (2010). Thirty new Karakteristik Pasien Kanker Serviks
loci for age at menarche identified by Terhadap Dukungan Sosial Pada
a meta-analysis of genome-wide Pasien dengan Kanker Serviks di
association studies. Nature Genetics. Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit
https://doi.org/10.1038/ng.714 Kanker Dharmais. Journal of Health
Ferlay, J., Steliarova-Foucher, E., Lortet- Science and Physiotherapy, 1(1), 32-
Tieulent, J., Rosso, S., Coebergh, J. W. 36.
W., Comber, H., … Bray, F. (2015). https://doi.org/10.25311/hssh.v1i1.10
Reprint of: Cancer incidence and Marcom, P. K. (2017). Breast Cancer. In
mortality patterns in Europe: Genomic and Precision Medicine:
Estimates for 40 countries in 2012. Primary Care: Third Edition.
European Journal of Cancer. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
https://doi.org/10.1016/j.ejca.2015.05. 800685-6.00010-2
004 Marmot, M. G., Altman, D. G., Cameron,
Getahun, F., Mazengia, F., Abuhay, M., & D. A., Dewar, J. A., Thompson, S. G.,
Birhanu, Z. (2013). Comprehensive & Wilcox, M. (2013). The benefits and
knowledge about cervical cancer is harms of breast cancer screening: An
low among women in Northwest independent review. British Journal of
Ethiopia. BMC Cancer. Cancer.
https://doi.org/10.1186/1471-2407- https://doi.org/10.1038/bjc.2013.177
13-2 Ndikom, C. M., & Ofi, B. A. (2012).
Horvath, G., Chilo, J., & Lindblad, T. Awareness, perception and factors
(2010). Different volatile signals affecting utilization of cervical cancer
emitted by human ovarian carcinoma screening services among women in
and healthy tissue. Future Oncology. Ibadan, Nigeria: A qualitative study.
https://doi.org/10.2217/fon.10.60 Reproductive Health.
Hsieh, C. ‐ C, Trichopoulos, D., https://doi.org/10.1186/1742-4755-9-
Katsouyanni, K., & Yuasa, S. (1990). 11
Age at menarche, age at menopause, Parlagutan, M., Khairani, A., &
height and obesity as risk factors for Simanjuntak, N. (2019). Studi Kasus
breast cancer: Associations and Pemenuhan Kebutuhan Perfusi
interactions in an international case‐ Jaringan Serebral Pasien Stroke
control study. International Journal of Haemoragik di Rumah Sakit TK II
Cancer. Putri Hijau Medan Tahun
https://doi.org/10.1002/ijc.291046050 2018. Journal of Health Science and
8 Physiotherapy, 1(1), 37-51.
ICO, H., & Centre, I. (2014). Human https://doi.org/10.25311/jhsp.v1i1.13
Papillomavirus and Related Diseases Perry, J. R., Day, F., Elks, C. E., Sulem, P.,
Report. HPV Centre. Thompson, D. J., Ferreira, T., … Ong,
Insanu, M., Anggadiredja, J., & Kayser, O. K. K. (2014). Parent-of-origin-specific
(2012). Curcacycline A and B - New allelic associations among 106
pharmacological insights to an old genomic loci for age at menarche.
drug. International Journal of Applied Nature.
Research in Natural Products. https://doi.org/10.1038/nature13545
K., O., S., Y., K., A., T., H., M., N., T., M., Sanajaoba Singh N, Sharat Singh N, ,
… T., F. (2010). A case report of Narendra RK, U. (2010). 22.Online
primary adenocarcinoma of small Journal of Health and Allied Sciences.
intestine. Japanese Journal of Cancer Online Journal of Health and Allied
and Chemotherapy. Science.

70
https://doi.org/10.1016/S0074-
6142(08)62813-2
Society, A. cancer. (2014). Cervical Cancer
What is cancer ? In American Cancer
Society.
Sudenga, S. L., Rositch, A. F., Otieno, W.
A., & Smith, J. S. (2013). Knowledge,
attitudes, practices, and perceived risk
of cervical cancer among kenyan
women brief report. International
Journal of Gynecological Cancer.
https://doi.org/10.1097/IGC.0b013e31
828e425c
Zermeño-Nava, J. D. J., Martínez-Martínez,
M. U., Rámirez-De-Ávila, A. L.,
Hernández-Arteaga, A. C., García-
Valdivieso, M. G., Hernández-Cedillo,
A., … Navarro-Contreras, H. R.
(2018). Determination of sialic acid in
saliva by means of surface-enhanced
Raman spectroscopy as a marker in
adnexal mass patients: Ovarian cancer
vs benign cases. Journal of Ovarian
Research.
https://doi.org/10.1186/s13048-018-
0433-9

71
eISSN: 2655-8688 pISSN: 2548-3943
http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp received April, Accepted April, Publish Juni
hal: 72-78 Volume 1, Nomor 2 - 2019
Copyright @2019. This is an open-access arcle distributed under the terms of the CreaveCommons Aribuon-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Internaonal License () hp://creavecommons.org/licenses/by-
nc-sa/4.0/which permits unrestricted non-commercial used, distribuon and reproducon in any medium

Prediksi Kadar Glukosa Darah Terhadap Mortalitas Pasien di RSUP H. Adam Malik
Medan

Elsarika Damanik1, Normi Parida Sipayung1,


1
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Email: elsadamanik78@yahoo.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Kadar glukosa darah merupakan hal penting dalam tubuh manusia karena untuk
menunjang kesehatan, sehingga dapat melakukan aktivitas kerja dengan baik. Tindakan awal pada
penderita kadar glukosa darah yang mengalami cedera kepala sangat menentukan hasil akhir di rumah
sakit. Pasien yang tidak dapat mempertahankan kadar glukosa darahnya dalam kurun waktu 24 jam
pertama dalam perawatan dapat mengakibatkan hal buruk pada akhirnya, bahkan dapat meningkatkan
angka mortalitas yang disebabkan kadar glukosa darah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk
mengnalisis prediksi kadar glukosa darah terhadap mortalitas pasien di RSUP H. Adam Malik Medan.
Metode: Dalam penelitian ini penulis menggunakan analitik observasional dengan desain studi kohort
retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kadar glukosa darah tinggi yang
mengalami cedera kepala pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP H. Adam Malik Medan dan
menggunakan purposive sampling sehingga terpilih 40 pasien kadar glukosa darah tinggi dengan cedera
kepala. Hasil: Berdasarkan hasil tabulasi data menggunakan uji chi-square, mortalitas lebih rentan
terjadi pada pasien yang memiliki kadar glukosa darah >145 mg/dl dengan p value 0,00 dan odd ratio
0,18. Kesimpulan: Pasien cedera kepala berat yang mengidap kadar glukosa darah >145mg/dl rentan
meninggal, namun tidak memungkiri mortalitas pada pasien yang memiliki kadar glukosa darah
<145mg/dl akibat cedera kepala berat.

Keywords: Mortalitas, Kadar Glukosa Darah, Cedera Kepala

Blood Glucose Level Prediction on Patient Mortality at RSUP H. Adam Malik Medan

ABSTRACT
Introduction: Blood glucose levels are important in the human body because to support health so that
they can do work activities properly. The initial action in patients with blood glucose levels who
experience a head injury determines the outcome in the hospital. Patients who cannot maintain their
blood glucose levels within the first 24 hours of treatment can cause a bad outcome, in the end, even
increasing the mortality rate due to blood glucose levels. Aims: This study aims to analyze the
predictions of blood glucose levels on patient mortality at H. Adam Malik Hospital in Medan. Methods:
In this study, the authors used observational analytic with a retrospective cohort study design. The
population in this study were all patients with high blood glucose levels who suffered head injuries in
the Emergency Room (IGD) of H. Adam Malik Hospital in Medan and used purposive sampling so that
40 patients selected for high blood glucose levels with a head injury. Results: Based on the tabulation
result using chi-square test shows that mortality was more prone to occur in patients who had blood
glucose levels> 145 mg/dl with p-value 0.00 and odds ratio of 0.18. Conclusion: So in conclusion, a
severe head injury patients who have blood glucose levels > 145 mg/dl are prone to death but do not
deny mortality in patients who have blood glucose levels <145 mg/dl due to a severe head injury.

Keywords: Mortality, Blood Glucose Level, Head Injury

72
Pendahuluan seperti koma diabetik dll. Tidak hanya hal
Kadar glukosa darah merupakan hal tersebut, namun hiperglekemia dapat
penting untuk kesehatan tubuh manusia memicu komplikasi lainnya bahkan dapat
serta menunjang aktivitas kinerja menyebabkan mortalitas (Wing and James,
(Chatterjee, Davies and Tarigopula, 2017) 2013). Outcome yang buruk bisa terjadi
(Nguyen et al., 2009). Selain itu kadar pada pasien yang memiliki kadar glukosa
glukosa darah yang dimiliki manusia tidak darah yang tidak dapat dipertahanakan
dapat ditentukan dalam satu waktu dan (maintainance) dalam 24 jam pertama masa
hitungan baku (Wang and Lee, 2015) perawatan, atau dapat menghambat
(Diabetes.co.uk, 2018). Hal tersebut penyembuhan dan bahkan terjadi
disebabkan adanya perbedaan kadar mortalitasi pasien akibat cedera kepala
glukosa darah pada saat sebelum dan berat (Kinoshita et al., 2002); (Melo et al.,
setelah makan maupun pada saat kondisi 2010).
tidur (Gupta and Kalra, 2016). Penyebab Disisi lain, cedera kepala merupakan
dari kadar glukosa darah yang tidak normal kasus yang sering ditemukan pada bagian
juga variative, namun biasanya akan Instalasi Gawat Darurat (IGD) di beberapa
melonjak naik pada saat dehidrasi, di pagi rumah sakit (Cole, 2009); (Tuckett et al.,
hari (biasa disebut fenomena fajar), kurang 2014); (Perry, Macias Tejada and Melady,
tidur, suhu ekstrem, atau karena terlalu 2018). Hampir 20% diantara pengunjung
banyak mengonsumsi kafein (Webber, Instalasi Gawat (IGD) merupakan pasien
Charlton and Johns, 2015) (Chuang, Yan cedera kepala berat dan sebagian besarnya
and Cheng, 2010). berusia dibawah 45 tahun (Cohen et al.,
Kadar glukosa darah dalam batas 2007); (Sergides et al., 2006); (Richmond
normal yakni <145mg/dl, sedangkan kadar and Aitken, 2011). Seiring meningkatkan
glukosa darah >145mg/dl dikategorikan kejadian kecelakaan, semakin bertambah
tinggi (Clarke and Foster, 2012) (He and pula kejadian cedera kepala pada setiap
MacGregor, 2015). Banyak akibat yang tahunnya. Berdasarkan penelitian yang
dapat ditimbulkan dari tingginya kadar dilakukan oleh Feigin, et al (2012)
glukosa darah seseorang, seperti dapat bahwasannya terdapat 790 kasus cedera
mengurangi efektivitas aktivitas seseorang kepala yang dapat ditemukan pada IGD
(mudah Lelah), menimbulkan komplikasi rumah sakit New Zealand dari 100.000
hiperglikemia, neuropati (kerusakan saraf), populasi yang ada. Disamping itu national
dan kerusakan-kerusakan organ tubuh Institute for Health and Clinical Exellence
lainnya (Bray, 2013). Maka dari itu setiap (NICE) (2007) dan Scottish Intercollegiate
orang perlu untuk mengontrol kadar Guidelines Network (SIGN) (2009) juga
glukosa darah yang dimilikinya (Nseir, menyatakan hal serupa, bahwa di scotlandia
Nassar and Assy, 2010). terjadi sebanyak 100.000 kasus cedera
Cedera kepala merupakan luka pada kepala pertahun pada IGD suatu
bagian kepala yang dapat mengakibatkan rumahsakit. Ditambah dengan pernyataan
terganggunya fungsi otak akibat pukulan 40% kematian yang ada di Amerika Serikat
atau sentakan keras (Souza et al., 2016). Hal diperkirakan karena cedera kepala. Oleh
ini perlu untuk segera mendapatkan sebab itu cederea kepala menjadi masalah
penanganan medis, karena dapat yang global (Benua Amerika, Eropa,
menyebabkan pendarahan, robeknya maupun Asia) (Andri, 2011).
jaringan, bahkan hal fatal lainnya sepeti Tingkat pertahanan (survival rate)
kematian (Mathur et al., 2016). dan manajemen pasien cedera kepala akan
Tingkat keparahan cedera kepala berbeda-beda. Pada kasus cedera kepala
pada pasien yang memiliki kadar glukosa berat, pasien memiliki survival rate yang
darah tinggi yakni hiperglikemia, hal ini lebih rendah daripada cedera kepada sedang
dapat menyebabkan komplikasi serius dan cedera kepala ringan (Riccardi et al.,

73
2013); (Fabbri et al., 2010). Penanganan hubungan yang ada pada variabel bebas dan
yang diberikan pada cedera kepala berat variabel terikat.
juga harus mendalam untuk mengurangi
terlewatinya evaluasi unsur vital (resusitasi, Hasil Penelitian
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan Tabel 1Distribusi Frekuensi Karakteristik
neurologi) (FKUI-RSCM, 2001). Untuk Terhadap Pasien Cedera kepala berat di RSUP
memanajemen penanganan yang baik pada H. Adam Malik Medan
pasien cedera kepala dimulai pada tempat Umur F %
kejadian, dalam transportasi, sesampainya ≤30 Tahun 24 60
di Instalasi Gawat Darurat (IGD) hingga
pelaksanaan terapi definitive. Penanganan >30 – 60 14 40
awal pada pasien cedera kepala dapat
mempengaruhi hasil akhirnya. Selain itu Total 40 100
juga dapat mengurangi mortalitas akibat Jenis
cedera kepala. Kelamin
Berdasarkan pemaparan diatas, Perempuan 11 27,5
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
prediksi kadar glukosa darah terhadap Laki-laki 29 72,5
mortalitas pasien yang mengalami cedera
Total 40 100
kepala di Rumah Sakit Umum H. Adam
Malik medan. Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar dari
pasien cedera kepala berat yang ada di IGD RS
Metode Penelitian H. Adam Malik Medan 72,5% diantaranya
Penelitian ini bersifat analitik berjenis kelamin laki-laki yang berusia ≤30
observasional dengan design studi kohort Tahun sebanyak 60%.
retrospektif. Faktor resiko dan efek suatu
subjek akan diamati dalam waktu sesaat Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa
pada masa lampau, dengan catatan Darah pada Pasien Cedera kepala berat di RSUP
H. Adam Malik Medan
menggunakan data sekunder. Populasi yang
KGD f %
diambil dalam penelitian ini adalah seluruh
≤145 mg/dl 3 7,5
pasien yang mengalami cedera kepala berat
>145 mg/dl 37 92,5
pada IGD RSUP H. Adam Malik Medan Total 40 100
pada tahun 2016 dan 2017, yakni 325 Tabel diatas menunjukan bahwa mayoritas
pasien. Untuk menentukan pasien sebagai pasien cedera kepala berat memiliki Kadar
sampel menggunakan purposive sampling Glukosa Darah >145 mg/dl, yakni 92,5%.
dengan menentukan kriteria inklusi yakni
score GCS ≤ 8 dan mendapatkan 40 pasien. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Angka Mortalitas
Tempat dan waktu penelitiannya yakni di pada Pasien Cedera kepala berat dengan status
IGD RSUP H. Adam Malik Medan pada Kadar Glukosa Darah yang dimiliki di RSUP H.
Februari-September 2018. Adam Malik Medan
Untuk mengumpulkan data, penulis Mortalitas Total Nilai
menggunakan lembar observasi p
karakteristik demografi responden sebagai KGD Meninggal Tidak
Meninggal
instrument penelitian. Hal ini bertujuan
f % f % f %
untuk mengetahui kadar glukosa darah dan ≤145 3 7,5 0 0 3 7,5 0,000
data mortalitas pasien. Kemudian untuk mg/dl
menganalisis hasil pengumpulan data >145 37 92,5 0 0 37 92,
penelitian ini menggunakan uji chi-square, mg/dl 5
yang bertujuan untuk mengetahui

74
Berdasarkan tabel diatas, angka mortalitas pada mempengaruhi angka mortalitas pada
pasien dengan cedera kepala berat berat sangat pasien cedera kepala (Suri, Haddani and
tinggi yakni dengan ditunjukannya semua Sinulingga, 2016). Pada 24 jam pertama
responden yang meninggal akibat cedera kepala saat pemberian tindakan, pasien cedera
berat. Disamping itu 92,5% diantaranya kepala berat harus dapat mempertahankan
memiliki Kadar Glukosa Darah >145 mg/dl.
(maintainance) kadar glukosa darahnya.
Jika pasien tidak dapat mempertahankan
Pembahasan
Setelah melakukan penelitian dan kadar glukosa tersebut maka dapat
menganalisa serta menguji data sampel menyebabkan hasil akhir (outcome) yang
yang dikumpulkan, hasilnya menunjukan buruk ataupuun memperlambat
bahwa adanya hubungan yang signifikan penyembuhan, bahkan meningkatkan angka
antara kadar glukosa darah dengan angka mortalitas (Kinoshita et al., 2002); (Melo et
mortalitas pada pasien cedera kepala berat. al., 2010).
Bagian kepala merupakan bagian anggota Banyak faktor yang dapat
tubuh yang penting karena terdapat otak mempengaruhi outcome pasien cedera
dan saraf yang mengkoordinasikan kinerja kepala berat, salah satunya manajemen
organ tubuh lainnya. Cedera kepala juga tindakan yang diberikan pada pasien yang
bisa mengakibatkan penurutan tingkat baik dan tepat. Namun, hasil dari penelitian
kesadaran. Disamping itu, hentakan atau yang telah dilakukan ini menunjukan bahwa
trauma di bagian kepala dapat menjadikan peningkatan kadar glukosa darah yang
disfungsi pada beberapa saraf yang bisa terjadi pada pasien cedera kepala berat yang
mengakibatkan peningkatan kadar glukosa meningkatkan angka mortalitas tersebut
sehingga terjadi kerusakan serebral maupun (Shi et al., 2015); (Kafakimd et al., 2016).
sistemik yang dapat meningkatkan
inflamasi (Cohen et al., 2007); (Shi et al., Kesimpulan
2015); (Edema and Zweckberger, 2017). Kesimpulan yang didapat dari hasil
Ketidakseimbangan antara elektrolit penelitian ini adalah adanya hubungan yang
dan penurunan sistem imun ini terjadi signifikan antara kadar glukosa darah
karena adanya peningkatan kadar glukosa dengan mortalitas pasien cedera kepala
darah pada pasien cedera kepala berat, hal berat di RS. H. Adam Malik Medan, dengan
tersebut merupakan penyebab terjadinya p value 0,00 dan odd ratio 0,18. Sebagian
mortalitas (Edema and Zweckberger, besar pasien cedera kepala berat mengalami
2017). Disamping itu, penyebab dari peningkatan kadar glukosa darah pada 24
kerusakan dan stress adalah katekolamin jam pertama dalam penanganan sehingga
yang meningkatkan sekresi glukagon serta mengakibatkan meninggalnya pasien.
menghambat sekresi insulin (Adi Nugroho,
2010). Ucapan Terima Kasih
Seluruh pasien cedera kepala berat Peneliti Mengucapkan terima kasih
meninggal pada saat mendapat tindakan di kepada Direktorat Riset dan Pengabdian
Instalasi Gawat Darurat (IGD). Kemudian, Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan
92,5% diantaranya mengalami peningkatan Riset dan Pengembangan, Kementerian
kadar glukosa darah. Hal tersebut Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
membuktikan bahwa prediksi kadar sesuai dengan kontrak penelitian Nomor:
glukosa darah pasien cedera kepala berat 131/K1.1/LT.1/2018 atas bantuan dana
dapat menentukan hasil akhir dari Penelitian Dosen Pemula
penanganan yang diberikan. Oleh sebab itu,
pemeriksaan kadar glukosa darah
merupakan hal yang wajib dilakukan pada
pasien Instalasi Gawat Darurat.
Hiperglikemia menjadi faktor yang dapat

75
Referensi Cole, E. (2009) Trauma Care: initial
Adi Nugroho, S. (2010) ‘Hubungan Antara assessment and management in the
Tingkat Stres dengan Kadar Gula emergency department, Respiratory
Draah pada Pasien Diabetes Mellitus Care.
di Wilayah Kerja Puskesmas Diabetes.co.uk (2018) Normal and Diabetic
Sukoharjo I Kabupaten Sukoharjo’, Blood Sugar Level Ranges - Blood
Universitas Muhammadiyah Sugar Levels for Diabetes,
Semarang, pp. 43–51. doi: diabetes.co.uk. Available at:
10.1152/ajplung.00315.2013. https://www.diabetes.co.uk/diabetes_
Andri (2011) Cedera Kepala Bisa Bikin care/blood-sugar-level-ranges.html
Gangguan Jiwa, kompas. Available (Accessed: 2 August 2018).
at: Edema, B. and Zweckberger, K. (2017)
https://lifestyle.kompas.com/read/20 ‘traumatic Brain Injury and Edema
11/07/06/0538596/cedera.kepala.bisa Treatment’, Brain Edema, pp. 457–
.bikin.gangguan.jiwa (Accessed: 11 476. doi: 10.1016/B978-0-12-
August 2018). 803196-4.00023-0.
Bray, G. A. (2013) ‘Energy and Fructose Fabbri, A. et al. (2010) ‘Predicting
From Beverages Sweetened With intracranial lesions by antiplatelet
Sugar or High-Fructose Corn Syrup agents in subjects with mild head
Pose a Health Risk for Some People’, injury’, Journal of Neurology,
Advances in Nutrition: An Neurosurgery and Psychiatry,
International Review Journal. doi: 81(11), pp. 1275–1279. doi:
10.3945/an.112.002816. 10.1136/jnnp.2009.197467.
Chatterjee, S., Davies, M. J. and FKUI-RSCM (2001) Sinopsis Ilmu Bedah
Tarigopula, G. (2017) Saraf. Cetakan 1. Jakarta: Sagung
‘Pharmacological control of blood Seto.
sugar’, Anaesthesia and Intensive Gupta, Y. and Kalra, B. (2016) ‘Screening
Care Medicine. doi: and diagnosis of gestational diabetes
10.1016/j.mpaic.2017.06.017. mellitus’, JPMA. The Journal of the
Chuang, K. J., Yan, Y. H. and Cheng, T. J. Pakistan Medical Association. doi:
(2010) ‘Effect of air pollution on 10.7860/JCDR/2016/17588.7689.
blood pressure, blood lipids, and He, F. J. and MacGregor, G. A. (2015) ‘Salt
blood sugar: A population-based and sugar: their effects on blood
approach’, Journal of Occupational pressure’, Pflugers Archiv European
and Environmental Medicine. doi: Journal of Physiology. doi:
10.1097/JOM.0b013e3181ceff7a. 10.1007/s00424-014-1677-x.
Clarke, S. F. and Foster, J. R. (2012) ‘A Kafakimd, S. B. et al. (2016)
history of blood glucose meters and ‘Hyperglycemia: A predictor of death
their role in self-monitoring of in severe head injury patients’,
diabetes mellitus’, British Journal of Clinical Medicine Insights:
Biomedical Science. doi: Endocrinology and Diabetes, 9, pp.
10.1080/09674845.2012.12002443. 43–46. doi: 10.4137/CMED.S40330.
Cohen, B. A. et al. (2007) ‘Proton MR Kinoshita, K. et al. (2002) ‘Effect of
spectroscopy and MRI-volumetry in Posttraumatic Hyperglycemia on
mild traumatic brain injury’, AJNR. Contusion Volume and Neutrophil
American journal of neuroradiology, Accumulation after Moderate Fluid-
28(5), pp. 907–13. Available at: Percussion Brain Injury in Rats’,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme Journal of Neurotrauma, 19(6), pp.
d/17494667 (Accessed: 11 November 681–692. doi:
2018). 10.1089/08977150260139075.

76
Kurniawan, I., & Sulaiman, S. (2019). Department’, Clinics in Geriatric
Hubungan Olahraga, Stress dan Pola Medicine, 34(3), pp. 299–311. doi:
Makan dengan Tingkat Hipertensi di 10.1016/j.cger.2018.03.001.
Posyandu Lansia di Kelurahan Riccardi, A. et al. (2013) ‘Minor head
Sudirejo I Kecamatan Medan injury in the elderly at very low risk:
Kota. Journal of Health Science and A retrospective study of 6 years in an
Physiotherapy, 1(1), 10-17. Emergency Department (ED)’,
https://doi.org/10.25311/hsj.v1i1.4 American Journal of Emergency
Mathur, R. K. et al. (2016) ‘Head injury – Medicine, 31(1), pp. 37–41. doi:
A leading cause of mortality in road 10.1016/j.ajem.2012.05.023.
traffic accidents’, Medico-Legal Richmond, T. S. and Aitken, L. M. (2011)
Update. doi: 10.5958/0974- ‘A model to advance nursing science
1283.2016.00048.7. in trauma practice and injury
Melo, J. R. T. et al. (2010) ‘Acute outcomes research’, Journal of
hyperglycemia is a reliable outcome Advanced Nursing, 67(12), pp. 2741–
predictor in children with severe 2753. doi: 10.1111/j.1365-
traumatic brain injury’, Acta 2648.2011.05749.x.
Neurochirurgica, 152(9), pp. 1559– Sergides, I. G. et al. (2006) ‘Is the
1565. doi: 10.1007/s00701-010- recommended target of 4 hours from
0680-z. head injury to emergency craniotomy
Nguyen, S. et al. (2009) ‘Sugar-Sweetened achievable?’, British Journal of
Nuryatno, N. (2019). Hubungan Dukungan Neurosurgery, 20(5), pp. 301–305.
Keluarga dengan Kualitas Hidup doi: 10.1080/02688690600999976.
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Shi, J. et al. (2015) ‘Review: Traumatic
Puskesmas Helvetia Medan. Journal brain injury and hyperglycemia, a
of Health Science and potentially modifiable risk factor’,
Physiotherapy, 1(1), 18-24. Oncotarget, 7(43), pp. 71052–71061.
https://doi.org/10.25311/hsj.v1i1.5 doi: 10.18632/oncotarget.11958.
Beverages, Serum Uric Acid, and Blood Souza, B. D. S. N. et al. (2016) ‘Soft Drink
Pressure in Adolescents’, Journal of Consumption, Mainly Diet Ones, is
Pediatrics. doi: Associated with Increased Blood
10.1016/j.jpeds.2009.01.015. Pressure in Adolescents’, Journal of
Nseir, W., Nassar, F. and Assy, N. (2010) Hypertension. doi:
‘Soft Drinks Consumption and 10.1097/HJH.0000000000000800.
Nonalcoholic Fatty Liver Disease’, Suri, M. H., Haddani, H. and Sinulingga, S.
World Journal of Gastroenterology, (2016) ‘Hubungan Karakteristik,
16(21), pp. 2579–2588. doi: Hiperglikemi, dan Kerusakan Saraf
10.3748/wjg.v16.i21.2579. Pasien Neuropati Diabetik di RSMH
Pasaribu, I., Sulaiman, S., & Erwansyah, R. Palembang Periode 1 Januari 2013
(2019). Keefektifan Penggunaan E- Sampai Dengan 30 November 2014’,
Learning Berbasis Google Docs Jurnal Kedokteran dan Kesehatan,
Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa 2(3), pp. 305–310. doi:
Pada Mata Kuliah Teknologi 10.1089/107555304323062275.
Informasi Di Stikes Siti Tuckett, J. W. et al. (2014) ‘Maxillofacial
Hajar. Journal of Health Science and trauma in the emergency department:
Physiotherapy, 1(1), 29-31. A review’, Surgeon, pp. 106–114.
https://doi.org/10.25311/hsj.v1i1.7 doi: 10.1016/j.surge.2013.07.001.
Perry, A., Macias Tejada, J. and Melady, D. Wang, H. C. and Lee, A. R. (2015) ‘Recent
(2018) ‘An Approach to the Older developments in blood glucose
Patient in the Emergency sensors’, Journal of Food and Drug

77
Analysis. doi:
10.1016/j.jfda.2014.12.001.
Webber, J., Charlton, M. and Johns, N.
(2015) ‘Diabetes in pregnancy:
management of diabetes and its
complications from preconception to
the postnatal period (NG3)’, British
Journal of Diabetes. doi:
10.15277/bjdvd.2015.029.
Wing, R. and James, C. (2013) ‘Pediatric
head injury and concussion’,
Emergency Medicine Clinics of North
America. doi:
10.1016/j.emc.2013.05.

78
eISSN: 2655-8688 pISSN: 2548-3943
http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp received Mei, Accepted Mei, Publish Juni
hal: 79-85 Volume 1, Nomor 2 - 2019
Copyright @2019. This is an open-access arcle distributed under the terms of the CreaveCommons Aribuon-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Internaonal License ()
hp://creavecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/which permits unrestricted non-commercial used, distribuon and reproducon in any medium

Pemberian Makanan Tambahan dan Susu Terhadap Penambahan Berat Badan Pada
Ibu Hamil KE (Kekurangan Energi Kronis) di Tangerang Tahun 2018

Vivi Silawati¹, Nurpadilah1


1
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional
Jl. RM Harsono No. 1 Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan, 12550
Email: v.silawati@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan Ibu hamil yang menderita gizi kurang seperti kurang energi kronik mempunyai resiko
kesakitan yang lebih besar oleh karena itu kurang gizi pada ibu hamil harus dihindari sehingga ibu hamil
merupakan kelompok sasaran yang perlu mendapat perhatian khusus. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian makanan tambahan dan susu ibu hamil terhadap kenaikan berat badan
pada ibu hamil KEK. Metodologi: Penelitian quasi-experiment ini menggunakan rancangan One Group
Pretest-Postest Design tanpa adanya kelompok kontrol. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 16 ibu
hamil trimester I yang menderita KEK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan pada berat badan ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan makanan tambahan dan susu ibu
hamil pada kelompok eksperimen (p<0,05). Kesimpulan: Pemberian makanan tambahan dan susu ibu
hamil berpengaruh terhadap kenaikan berat badan pada ibu hamil KEK. Program ini dapat diaplikasikan
di praktik kebidanan khususnya pasien hamil trimester I dengan KEK dan sebagai bahasan rujukan untuk
penelitian selanjutnya.

Kata Kunci: Ibu Hamil, KEK, Pemberian Makanan Tambahan, Susu Hamil
Supplementary Food and Milk On Body Weight Gain Among Chronic Energy Deficiency
Pregnant Women in The Work Area of Tangerang Regency in 2018

ABSTRACT
Background: Pregnant women who suffer from malnutrition such as lack of chronic energy have a
greater risk of illness, therefore malnutrition in pregnant women should be avoided so that pregnant
women are the target group that needs special attention. Objective: This study aims to determine the
effect of supplementary feeding and milk on pregnant women on weight gain amongchronic energy
deficiency pregnant women in the Curug District Health Center in Tangerang in 2018. Methodology:
This quasi-experimental study uses the design of One Group Pretest-Postest Design without a control
group. The sample in this study amounted to 16 first trimester pregnant women who suffered chronic
energy deficiency, the sampling technique used was total sampling. The research instrument to measure
upper arm and scales to measure the weight of pregnant women, as well as a checklist sheet used to
record upper arms size and weight before and after intervention. Data were analyzed using paired t-
test. Results: The results showed that there was a significant difference in the weight of pregnant women
before and after intervention in the experimental group (p <0.05). Conclusions Giving supplementary
food and milk to pregnant women influences weight gain among chronic energy deficiency pregnant
women. This program can be applied in midwifery practice especially for first trimester pregnant
patients with chronic energy deficiency and as a reference for future research.

Keywords: pregnant women, chronic energy deficiency, supplementary food, milk

79
Pendahuluan Berdasarkan data jumlah ibu hamil
Tercapainya kualitas hidup yang yang mendapatkan PMT tahun 2018 yaitu
baik bagi keluarga dan masayarakat sangat 25,2% dari jumlah ibu hamil dan bias
ditentukan oleh kesehatan ibu dan anak. Ibu disimpulakan terdapat 25,2% ibu hamil
hamil adalah salah satu kelompok yang memiliki LILA kurang dari 23,5cm atau di
rawan akan masalah gizi. Organisasi sebut dengan ibu hamil KEK, dan dari
Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan 25,2% ibu hamil yang KEK dan harus
bahwa prevalensi KEK (Kekurangan mendapatkan PMT ( Pemberian Makanan
Energi Kronik ) pada kehamilan secara Tambahan ) baru 89,7% yang mendapat
global 35-75% dimana secara bermakna program PMT dari 25,2% jumlah ibu hamil
tinggi pada trimester ketiga dibandingkan KEK dan 10,3% ibu hamil KEK yang
dengan trimester pratama dan kedua belum mendapatkan PMT ( Profil
kehamilan. WHO juga mencatat 40 % Kesehatan Kementrian Republik Indonesia
kematian ibu di negara berkembang 2018). Berdasarkan data yang diperoleh
berkaitan dengan kekurangan energi kronis. dari tempat penelitian yaitu Puskesmas
Ibu hamil yang menderita gizi kurang Curug Kabupaten Tangerang Jumlah ibu
seperti kurang energi kronik mempunyai hamil KEK tahun 2017 yaitu 67 ibu hamil
resiko kesakitan yang lebih besar oleh dan terdaftar mendapatkan PMT
karena itu kurang gizi pada ibu hamil harus (Pemberian Makanan Tambahan). Dan
dihindari sehingga ibu hamil merupakan pada tahun 2018 jumalah ibu hamil KEK
kelompok sasaran yang perlu mendapat mengalami kenaikan yaitu jumlah
perhatian khusus. Kejadian kekurangan kumulatif bulan November 2018 yaitu 78
energi kronis di negara- negara berkembang ibu hamil dengan LILA kurang dari 23,5 cm
seperti Bangladesh, India, Indonesia, atau disebut ibu hamil KEK.
Myanmar, Nepal, Srilangka dan Thailand Permasalahan diatas semakin
adalah 15-47% yaitu dengan BMI <18,5. meningkatnya data ibu hamil yang KEK
Adapun negara yang mengalami kejadian setiap tahun, dimana kita ketahui KEK
KEK pada ibu hamil tertinggi adalah dapat menyebabkan perdarahan pada ibu
Bangladesh yaitu 47%, sedangkan hamil pada saat hamil dan bersalin,
Indonesia merupakan urutan ke empat sedangkan penyebab kematian ibu tertinggi
terbesar setelah India dengan prevalensi masih disebabkan oleh perdarahan yaitu
35,5% dan yang paling rendah adalah 30% dari jumlah kematian ibu setiap
Thailand dengan prevalensi 15 – 25% ( tahunnya, maka peneliti melakukan
WHO, 2015 ). penelitian dengan judul “Pemberian
Hasil laporan kinerja Ditjen Makanan Tambahan dan Susu Terhadap
Kesehatan masyarakat tahun 2016 Penmabahan Berat Badan pada Ibu Hamil
melaporkan bahwa persentase ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronik) di
KEK di Indonesia sebesar 16,2% Wilayah Kerja Puskesmas Curug
(Kemenkes, 2017). Hasil pemantaun gizi Kabupaten Tangerang Tahun 2018”
(PSG) tahun 2016 melaporkan bahwa Metode Penelitian
Provinsi Banten adalah salah satu provinsi Metode yang digunakan dalam
dengan angka resiko ibu hamil KEK penelitian ini adalah desain penelitian
(jumlah ibu hamil dengan lingkar lengan Quasi Experimen (eksperimen semu)
atas < 23,5 cm) sebesar 18%, angka tersebut dengan rancangan yang digunakan adalah
diatas rata-rata persentasi nasional yaitu One Group Pretest- Postest Design tanpa
sebesar 16,2%. Persentasi tertinggi adalah adanya kelompok kontrol tetapi sudah
Provinsi Papua sebesar 23,8% dan terendah dilakukan observasi pertama (pretest ) yang
Provinsi Sumatera Utara sebesar 7,6% mungkin peneliti dapat menguji perubahan
(Kemenkes, 2017). – perubahan yang terjadi setelah adanya
ekspermen (postest), (Notoatmodjo, 2010).

80
Desain Quasi Experimen 2018 sampai dengan januari 2019 di
merupakan penelitian yang digunakan Wilayah Kerja Puskesmas Curug
untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari Kabupaten Tangerang.
“sesuatu” yang akan dikenakan pada subjek Instrument yang di gunakan
yang akan diteliti dengan mencari pengaruh lembar obsevasi dan lembar kontrol,
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam dilakukan uji normalitas dengan
kondisi yang terkendali, (Sugiyono,2012). menggunakan Shapiro - Wilk, dan
Hal ini berarti eksperimen merupakan dilakukan uji bivariat untuk mengetahui
kegiatan percobaan untuk meneliti suatu apakah ada pengaruh pemberian makanan
peristiwa atau gejala yang muncul pada tambahan dan susu terhadap penambahan
kondisi teretntu. One Group Pretest – berat badan pada ibu hamil kek di wilaya
Postestadalah suatu teknik untuk kerja Puskesmas Curug Kabupaten
mengetahui efek sebelum dan sesudah Tangerang Banten Tahun 2018 dengan
diberikan perlakuan, (Sugiyoni, 2012). menggunakan uji statistik Paired T test.
Penelitian ini dilakukan bulan desmeber

Hasil Penelitian
Table 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Curug Kabupaten Tangerang Tahun 2018
Lingkar lengan atas
N % Mean SD Median Min Max
16 100 21,91 1.052 22.00 21 23

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Rata – rata Berat Badan Sebelum Perlakuan Dan Sesudah
Diberikan Makanan Tambahan dan Susu Ibu Hamil Pada Ibu Hamil
Kelompok Perlakuan Nilai berat badan
(n=16) N % Mean SD Median Min Max
Sebelum 16 100 44 3.198 44 39 58
Sesudah 16 100 46 2.941 46 41 60

Dari Tabel 2 karakteristik Wilk yaitu uji nonparametris untuk


responden berdasarkan berat badan mengukur signifikan perbedaan antara 2
sebelum di berikan perlakuan di dapatkan kelompok data berpasangan bersekala rasio
hasil rata rata berat badan ibu 44 kg. dengan dan interval tetapi berdistribusi normal.
standart deviasi 3,198 sedangkan untuk Taraf signifikan 95% (α=0,05). Pedoman
berat badan minimum 39 kg, dan berat dalam menerima hipotesis, apabila p value
badan maximum 41 kg. dari table di atas, <0,05 maka Ho gagal ditolak yaitu tidak ada
didapatkan hasil lainnya yaitu berat badan pengaruh, dan bila p value > maka Ho
ibu setelah di beri perlakuan, dengan berat ditolak yaitu ada pengaruh (Sutanto, 2006
rata rata 46 kg, dengan nilai minimum 41 ). Pada penelitan diperoleh hasil nilai P-
kg. dan nilai maximum 60 kg. value adalah lebih dari 0,005. Dengan
Data uji normalitas diperoleh dari demikian, dapat disimpulkan bahwa
hasil sebelum dan sesuadah diberikan distribusi data adalah normal sehingga bisa
makanan tambahan dan susu ibu hamil dilakukan analisis bivariate.
dengan menggunakan metode Shapiro –

81
Table 3 Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan dan Susu Ibu Hamil Terhadap Penambahan
BB pada Ibu Hamil KEK
Kelompok Perlakuan (n=16) Mean SD T P
Sebelum Perlakuan -1.813 750 -9,667 0,000

Berdasarkan table 3 maka masa remaja sehingga persiapan untuk


didapatkan hasil dengan mean sebelum hamil status gizi sudah baik.
diberikan perlakuan 44 dan sesudah
Rata – Rata Berat Badan pada Ibu Hamil
diberikaan perlakuan didapatkan hasil rata
– rata 46 kg mean dari keduanya yaitu KEK Sebelum dan Sesudah Diberikan
1,813dengan standar devisiasi 750 selain itu Makanan Tambahan dan Susu
didapatkan juga nilai P= 0,00 < 0,05 maka Hasil Penelitian yang dilakukan di
didapatkan adanya pengaruh antara Wilayah Kerja Puskesmas Curug
sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Kabupaten Tangerang Tahun 2018
didapatkan hasil berdasarkan berat badan
Pembahasan sebelum di berikan perlakuan di dapatkan
Lingkar Lengan Atas pada Ibu Hamil hasil rata rata berat badan ibu 44 kg. dengan
KEK standart deviasi 3,198 sedangkan untuk
Hasil penelitian yang dilakukan di berat badan minimum 39 kg. dan berat
Wilayah Kerja Puskesmas Curug badan maximum 41 kg. dari table di atas,
didapatkan rata rata nilai Lila 21,91 cm. didapatkan hasil lainnya yaitu berat badan
dengan standart deviasi 1.052 sedangkan ibu setelah di beri perlakuan, dengan berat
untuk lingkar lengan minimum 21 cm dan rata rata 46 kg. dengan nilai minimum 41
maximum 23 cm. Lingkar lengan atas kg. dan nilai maximum60 kg.
(LILA) adalah jenis pemeriksaan Kenaikan berat badan selama
antropometri yang digunakan untuk kehamilan bervariasi untuk setiap wanita
mengukur risiko KEK pada wanita usia hamil. Total pertambahan berat badan
subur yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu selama hamil yang dianjurkan adalah dalam
menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS). batas 10-12 kg. Namun untuk ibu yang berat
Sedangkan ambang batas LILA pada WUS badannya kurang sebelum hamil harus kejar
dengan resiko KEK adalah 23,5 cm dan kekurangannya, jadi dianjurkan naik 12,5-
apabila kurang dari 23,5 cm wanita tersebut 18 kg. Sementara ibu yang bobotnya agak
mengalami KEK (Supriasa, 2012). berlebih, dianjurkan naik 7-11,5 kg saja
Hasil penelitian sesuai dengan selama kehamilan.
penelitian Laila Siti Azzahra 2016 dimana Hasil penelitian sesuai dengan
dari 42 responden, terdapat 25 responden penelitian Rahma (2016) Nurina
(59,4%) mengalami KEK di Puskesmas Peningkatan status gizi ibu hamil wilayah
Belimbing Padang tahun 2016. Menurut operasional UPTD Puseksmas Pasirukem
asumsi peneliti sesuai data yang didapat berdasarkan LILA ini terjadi dengan adanya
pada saat penelitian ibu hamil KEK yaitu kesadaran lebih baik terutama dalam
ibu hamil yang mempunyai LILA < 23,5 cm konsumsi makanan utama dan PMT-P (susu
dimana disebabkan karena nutrisi ibu belum dan biskuit MT-Bumil) selama masa
terpenuhi, dari sebab itu kebutuhan nutrisi kehamilan. Kesalahpahaman dalam
ibu hamil KEK harus diberikan makanan konsumsi PMT-P sebagai makanan utama
tambahan dan setelah diberimakan telah disampaikan oleh kader posyandu
makanan diliahat apakah ada perubahan melalui kegiatan penyuluhan yang
status gizi yaitu dengan melakukan dilakukan pada saat pemantauan kader.
pengukuran LILA berikutnya, status gizi Akan tetapi, kondisi penurunan BB dan
yang kurang juga bias dicegah pada saat tidak adanya peningkatan BB ibu hamil pun
masih dapat ditemukan dalam

82
pelaksanaanPMT-P ini. Kondisi ini kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat
dipengaruhi oleh faktor kurangnya gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal
konsumsi ibu hamil karena rasa bosan untuk diserap dan digunakan untuk tubuh
dengan makanan serta rasa mual. (Helena, 2013).
Menurut asumsi peneliti dalam Hal ini sependapat dengan
penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja penelitian yang dilakukan oleh AASP.
Puskesmas Curug Kabupaten Tangerang Chandradewi (2015) Hasil uji statistik pair
Tahun 2018, kenaikan berat badan pada ibu t test, diperoleh nilai sig 0,000 (p< 0.05),
hamil KEK sangat berpengaruh terhadap yang berarti bahwa pemberian makanan
kenaikan LILA sehingga status gizi ibu tambahan memberikan pengaruh yang
hamil dapat meningkat, pemberain PMT signifikan terhadap kenaikan berat badan
pada ibu hamil KEK terutama pada ibu hamil kurang energi kronis di Labuan
trimester awal sangat penting dimana ibu Lombok Kabupaten Lombok Timur.
dan janin sangat membutuhkan nilai gizi Berdasarkan hasil penelitian dan urain teori
lebih untuk kesehatan ibu dan bayi, dimana di atas menurut analisis peneliti bahwa
pada trimester awal pola makan ibu sangat pemberian makanan tambahan dan susu ibu
menurun diakrenakan mual muntah karena hamil sangat efektif meningkatkan berat
kehamilan badan ibu hamil dalam mengatasi KEK.
karena terlihat dari hasil uji antara sebelum
Pengaruh Pemberian Makanan dan sesudah yang signifikan. Peran aktif
Tambahan dan Susu Terhadap pemerintah dalam penanganan ini sangatlah
Penabahan Berat Badan Pada Ibu penting, dan untuk wilayah yang diteliti saat
Hamil KEK ini sudah dilakukan program pmt namun
Hasil penelitian yang dilakukan dalam pemantauan KEK belum maksimal.
tentang Pengaruh pemberian makanan Sehingga dengan adanya penelitian ini
tambahan dan susu ibu hamil terhadap menjadi sumber dan saran bagi instansi
kenaikan berat badan pada ibu hamil KEK terkait dan tenaga kesehatan yang ada
di wilayah kerja Puskesmas Curug dilapangan.
Kabupaten Tangerang dengan hasil rata rata
berat badan sebelum di beri perlakuan 44 kg Kesimpulan
dengan standard deviasi 3,19 dan sesudah Berdasarkan hasil penelitian
diberi perlakuan didapatkan hasil dengan pengaruh pemberian makanan tambahan
rata rata 46 kg dengan standard deviasi dan susu ibu terhadap penambahan berat
2,94. Terlihat juga peningkatan berat badan badan ibu hamil kek di wilayah kerja
dengan rata rata 1,813 selain itu didapatkan Puskesmas Curug Kabupaten Tangerang
nilai P=0,000 < 0,05 maka didapatkan tahun 2018, dapat disimpulakan bahwa dari
adanya pengaruh antara sebelum perlakuan hasil penelitian didapatkan mean sebelum
dan setelah diberi perlakuan. diberikan perlakuan 44 dan sesudah
Kekurangan Energi Kronik (KEK) diberikaan perlakuan didapatkan hasil rata
adalah salah satu keadaan malnutrisi. – rata 46 kg mean dari keduanya yaitu
Dimana keadaan ibu menderita kekurangan 1,813 dengan standar devisiasi 750 selain
makanan yang berlangsung menahun itu didapatkan juga nilai P= 0,00 < 0,05
(kronik) yang mengakibatkan timbulnya maka didapatkan adanya pengaruh antara
gangguan kesehatan pada ibu secara sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
relative atau absolut satu atau lebih zat gizi Kepada Puskesmas Curug Kabupaten
Keadaan KEK terjadi karena tubuh Tangerang untuk tetap melanjutkan
kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi program pemberian makanan tambahan
yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat pada ibu hamil, khususnya ibu hamil KEK
menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi dan juga melakukan pemantauan dan
antara lain jumlah zat gizi yang dikonsumsi monitoring kepatuhan ibu hamil dalam

83
melakukan pemeriksaan kehamilan. Selain bagi peneliti selanjutnya dapat dilakukan
itu hasil penelitian ini dapat menjadi penelitian dengan variabel lain yang lebih
sumber informasi dan menjadi referensi, kompleks dan dengan metode lain. Bagi ibu
sehingga dapat memberikan pengetahuan hamil kek diharapkan kepada ibu hamil
bagi mahasiswa khususnya pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan gizinya selama
mengenai manfaat pemberian makanan kehamilan dan teratur dalam melakukan
tambahan dan pendidikan kesehatan pemeriksaan kehamilan. Sehingga dapat
tentang gizi pada ibu hamil khususnya ibu mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
hamil KEK. Adapun Hasil penelitian ini dalam kehamilan dan persalinan, seperti
dapat dijadikan rujukan atau pembanding kejadian anemia kehamilan atau bayi berat
bagi penelitian selanjutnya, dan diharapkan badan lahir rendah (BBLR).

Referensi Pola Makan dalam pemenuhan


Gizi. www. repository.usu.ac.id.
Ai Yeyeh, R.2009. Asuhan Kebidanan I
Diakses Tanggal 20 April 2015
(Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media.
Jam 15.00.wib
Alimul,Hidayat A.A., 2010. Metode
Hidayat, A. 2008. Ilmu Kesehatan Anak.
Penelitian Kesehatan Paradigma
Jakarta: Salemba Medika
Kuantitatif, Jakarta: Heath Books
Karyadi.2010. Panduan Lengkap Hamil
Ana, Soumy.2010. Trimester Pertama
Sehat. Yogyakarta:Diva Press
Kehamilan Anda: Fase – Fase
Kemenkes RI, 2018. Pedoman
Paling Menebarkan. Yogyakarta:
Penyelenggaraan Pemberian
Buku Biru
Makanan Tambahan pemulihan
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur
Bagi Ibu Hamil KEK dan balita
Kehidupan. Jakarta:Penerbit Buku
Gizi Kurang. Kementrian
Kedokteran EGC
Kesehatan Jakarta.
AASP.Chandradewi. 2015. Pengaruh
Kemenkes RI, 2017. Pedoman
Pemberian Makanan Tambahan
Penyelenggaraan Pemberian
Terhadap Peningkatan Berat Badan
Makanan Tambahan pemulihan
Ibu Hamil KEK (Kurang Energi
Bagi Ibu Hamil KEK dan balita
Kronik) Di Wilayah Kerja
Gizi Kurang. Kementrian
Puskesmas Labuan – Lombok (1391
Kesehatan Jakarta.
– 1420). Jurnal Kesehatan Prima
Kemenkes RI, 2012. Pedoman
Volume: 9, No.1, Februari 2015,
Penyelenggaraan Pemberian
Halaman: 1391-1402
Makanan Tambahan pemulihan
Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan
Bagi Ibu Hamil KEK dan balita
Badung: Refika Aditama
Gizi Kurang. Kementrian
Chandra, B. Metodologi Penelitian
Kesehatan Jakarta
Kesehatan. Jakarta: EGC. 2013.
Laila. S.A .2016. Fator – Faktor Yang
Depkes RI. 2008. Pedoman PWS
Mempengaruhi Yang
(Pemantauan Wilayah Setempat)
Berhubungan Kekurangan Energi
Gizi. Kementrian Kesehatan
Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di
Jakarta
Puskesmas Belimbing Padang 35-
Dewi, dkk.2011. Asuhan Kehamilan untuk
46. Jurnal
Kebidanan. Jakarta: Salemba
KesehatanMedikaSaintika Volome
Medika
8 Nomor 1
Hani, Ummi, dkk.2011. Asuhan Kebidanan
Mandriwati,G.A. 2011. Asuhan Kebidanan
Pada Kehamilan Fisiologis.
Antenatal: Penuntun Belajar.
Jakarta: Salemba Medika
Jakarta: EGC
Helena, 2013. Gambaran Pengetahuan Gizi
Ibu Hamil Trimester Pertama dan

84
Mochtar. 2007. Sinopsis Obstetri. Jakarta: indeks masa tubuh dan kepadatan
EGC tulang punggung remaja pria.
Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Jurnal Gizi dan Pangan. 2(1): 1-7
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Supariasa, dkk. 2012. “Penelitian status
Rineka Cipta Gizi “. Jakarta:EGC.
Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Vivian. D.2011. Asuhan Kehamilan Untuk
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kebidanan. Jakarta: Salemba
Rineka Cipta Medika
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian WHO. 2015. Level and Trends in Child
Ilmu Keperawatan: Pendekatan Mortality.http:www.who.int/maternal_chil
Praktis: Jakarta: SalembaMedika. d
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan adolescent/document/level.trends_child_m
Metodologi Penelitian Ilmu ortality
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Pantiwati, dkk.2010. Asuhan Kebidanan 1.
Jakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rahma Nurina .2016. Program Pemberian
Makanan Tambahan untuk
Peningkatan Status Gizi Ibu Hamil
dan Balita di Kecamatan Cilamaya
Kulon dan Cilamaya Wetan,
Karawang. Jurnal CARE Jurnal
Resolusi Konflik, CSR, dan
Pemberdayaan Juni 2016, Vol. 1
(1): 44-49
Romauli, Suryat.2011. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan 1 Konsep Dasar
Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Rukiyah, A.Y. dan Yulianti, I. Asuhan
Kebidanan IV (Patologi
Kebidanan). Jakarta:Trans
Media.2010.
Sayogo. 2007. Gizi Pertumbuhan
Remaja.Fakultas Kedokteran
Fakultas Indonesia.Jakarta
Sofian.2011. Sinopsis Obstetri jilid
2.Jakarta : EGC
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Suryono, Khomsan A, Setiawan B,
Martianto D, Sukandar D. 2007.
Pengaruh pemberian susu terhadap

85
eISSN: 2655-8688 pISSN: 2548-3943
http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp received Mei, Accepted Mei, Publish Juni
hal: 86-90 Volume 1, Nomor 2 - 2019
Copyright @2019. This is an open-access arcle distributed under the terms of the CreaveCommons Aribuon-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Internaonal License () hp://creavecommons.org/licenses/by-
nc-sa/4.0/which permits unrestricted non-commercial used, distribuon and reproducon in any medium

Hubungan antara Lokasi Penusukan Kateter Intravena dengan Kejadian Plebitis


Mekanik di Ruang Rawat Inap Cendana RS. USU Medan

Nurlela Petra Saragih1, Lusiana Lusia Sirait2


1
STIKes Sumatera Utara
2
Akademi Kebidanan Budi Mulia Medan
Email: nurlelapetra@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penempatan kateter pada area fleksi lebih sering menimbulkan kejadian plebitis, oleh karena
pada saat ekstremitas digerakkan kateter yang terpasang ikut bergerak dan menyebabkan
trauma pada dinding vena sehingga menyebabkan plebitis mekanik. Metode yang digunakan
adalah korelasi. Penelitian ini menggunakan total sampling dengan sampel 61 responden. Data
penelitian menunjukkan : Karakteristik responden berjenis kelamin laki-laki (50,8 %) dan
sebahagian besar berpendidikan SMA (41 %). Lokasi penusukan kateter intravena terbanyak
yaitu vena metakarpal (63,9 %) dan kejadian plebitis sebanyak (11,5 %). Hasil uji statistik
menunjukkan ada hubungan antara lokasi penusukan kateter intravena dengan kejadian plebitis
mekanik terlihat dari p value = 0,035). Kesimpulan dari penelitian ini, ada hubungan antara
lokasi penusukan kateter intravena dengan kejadian plebitis mekanik. Perlu meningkatkan
kompetensi dalam melakukan tehnik insersi dan pemilihan lokasi pemasangan kateter intravena
untuk mengurangi terjadinya plebitis. Bagi rumah sakit perlu diadakan penyegaran lanjutan
tentang prosedur tindakan termasuk pemasangan kateter intravena untuk mencegah terjadinya
komplikasi tindakan yang mungkin terjadi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
pencegahan phlebitis.

Kata kunci: Kateter Intravena, Plebitis Mekanik


The correlation Between the Location of Intravenous Catheters Stabbing with Genesis
Phlebitis Mechanic in Cendana Inpatient Room at Hospital of USU Medan
ABSTRACT
Placement of the catheter in the flexion area more often causes the occurrence of phlebitis,
because when the extremity is moved the attached catheter moves and causes trauma to the vein
wall causing mechanical phlebitis. The method used is a correlation. This study uses total
sampling with a sample of 61 respondents. Research data shows Characteristics of
respondent’s male (50.8%), and most of them have high school education (41%). The location
of intravenous catheter stabbing was metacarpal vein (63.9%), and the incidence of phlebitis
was (11.5%). The results of statistical tests showed that there was a correlation between the
location of intravenous catheter stabbing and the incidence of mechanical phlebitis seen from
p-value = 0.035). This study concludes that there is a correlation between the location of
intravenous catheter insertion and the incidence of mechanical phlebitis. Need to improve
competence in conducting insertion techniques and selecting the location of intravenous
catheter placement to reduce the occurrence of phlebitis. For hospitals, it is necessary to carry
out further refresher about the procedure, including the installation of an intravenous catheter
to prevent any possible complications. Further research needs on prevention of phlebitis.
Keyword: Intravenous Catheter, Mechanical Plebitis

86
Pendahuluan yang ideal yaitu punggung telapak tangan
Kateter intravena adalah salah satu (vena metakarpal).
cara atau bagian dari pengobatan untuk Plebitis merupakan inflamasi vena
memasukkan cairan steril, obat atau vitamin yang disebabkan baik oleh iritasi kimia,
ke dalam tubuh pasien. Biasanya cairan mekanik maupun bakteria yang sering
steril mengandung elektrolit (natrium, disebabkan oleh komplikasi dari terapi
kalsium, kalium), nutrient (biasanya intravena. Plebitis menjadi indikator mutu
glukosa), vitamin atau obat (Brunner & pelayanan minimal rumah sakit dengan
Sudarth, 2002). standar kejadian ≤ 1,5% (Depkes RI, 2008).
Terapi intravena adalah pemberian Di Indonesia belum ada angka yang pasti
sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui tentang pravalensi kejadian plebitis,
sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena kemungkinan disebabkan oleh penelitian
(pembuluh balik) untuk menggantikan dan publikasi yang berkaitan dengan
kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari plebitis jarang dilakukan. Data Depkes RI
tubuh (Darmadi, 2010). Infeksi dapat Tahun 2013 angka kejadian plebitis di
menjadi komplikasi utama dari terapi Indonesia sebesar 50,11 % untuk Rumah
kateter intravena terletak pada sistem infus Sakit Pemerintah sedangkan untuk Rumah
atau lokasi penusukan vena. Sakit Swasta sebesar 32,70 % (Rizky W,
Area atau lokasi pemasangan infus 2014).
salah satu penyebab dari terjadinya plebitis. Penelitian yang dilakukan WHO
Pilihlah pembuluh darah yang panjang dan menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55
tidak bercabang. Untuk itu lokasi rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari
penusukan kateter intravena harus mulai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan
dari sejauh mungkin dan berpindah dalam Pasifik menunjukkan adanya Hospital
arah proksimal pada kedua tangan secara Acquired Infection (HAIs) dan untuk Asia
bergantian. Biasanya vena-vena yang Tenggara sebanyak 10,0% (Putri, 2016).
digunakan untuk penusukan adalah vena
metakarpal, sefalika dan basilika. Metode Penelitian
Sebagian besar lokasi penusukan Penelitian ini menggunakan jenis
kateter intravena berada pada vena penelitian korelasional untuk mencari
metakarpal dan lebih dipilih untuk terapi hubungan Antara Lokasi Penusukan
pemasangan kateter intravena karena Kateter Intravena Dengan Kejadian Plebitis
terlihat jelas, lebih besar, dan lurus. Hal ini Mekanik Di Ruang Rawat Inap Cendana
sesuai dengan Rocca dan Otto (1998, RS. USU Medan. Dengan sampel pasien di
hlm.81) menyebutkan bahwa vena yang ruang rawat inap dengan teknik
biasa digunakan untuk terapi adalah vena Nonprobability sampel dengan total sampel
.

87
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 Distsribusi Frekuensi Responden
Jenis kelamin Jumlah Presentase (%)
Laki-laki 31 50,8%
Perempuan 30 49,2%
Jumlah 61 100%

Pendidikan
SD 1 1,6%
SMP 12 19,7%
SMA 25 41%
SARJANA 23 37,75
Jumlah 61 100%

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Lokasi Penusukan Kateter Intravena


Lokasi Penusukan Frekuensi Presentase (%)
Vena Metakarpal 39 63.9%
Vena Lain 22 36,1%
Jumlah 61 100%

Lokasi penusukan infus sebagian terapi adalah vena yang ideal yaitu
besar terpasang pada vena metakarpal dan punggung telapak tangan (vena
lebih dipilih untuk terapi pemasangan metacarpal). Sesuai aturan pada umumnya
kateter intravena karena terlihat jelas, lebih bahwa vena daerah distal digunakan
besar, dan lurus. Hal ini sesuai dengan terlebih dahulu dan vena berikutnya yaitu
Rocca dan Otto (1998, hlm 81) menyatakan vena daerah proksimal dari tempat
bahwa vena yang biasa digunakan untuk sebelumnya
.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi kejadian Plebitis
Kejadian plebitis Frekuensi Presentase (%)
Tidak plebitis 54 88,5%
Plebitis 7 11,5%
Jumlah 61 100%

Distribusi data tentang phlebitis pada ruang rawat Inap Cendana RS USU dimana
kejadian phlebitis sebesar 7 responden (11,5%) dan yang tidak phlebitis sebesar 54 responden
(88,5%). Penempatan kateter pada area fleksi lebih sering menimbulkan kejadian phlebitis oleh
karena
pada saat ekstremitas digerakkan pencegahan phlebitis. Untuk mengurangi
kateter yang terpasang ikut bergerak dan angka kejadian phlebitis ini rumah sakit
menyebabkan trauma pada dinding vena. perlu mengadakan penyegaran tentang
Penggunaan ukuran kateter yang besar pada Standar Prosedur Operasional) tindakan
vena yang kecil dapat mengiritasi dinding pemasangan kateter intravena untuk
vena (The Centers for Disease Control and mencegah terjadinya komplikasi tindakan
Prevention, 2002). yang mungkin terjadi salah satunya adalah
Dalam meningkatkan mutu phlebitis. Faktor eksternal yang
pelayanan rumah sakit harus mengurangi mempengaruhi kejadian phlebitis menurut
angka kejadian phlebitis dan melakukan INS (2006), adalah phlebitis mekanik dan

88
phlebitis bacterial. Plebitis kimia peradangan. Phlebitis mekanikal sering
dihubungkan dengan bentuk respon yang dihubungkan dengan pemasangan atau
terjadi pada tunika intima vena dengan penempatan lokasi kateter intravena yaitu
bahan kimia yang menyebabkan reaksi pada vena metacarpal ataupun vena lainnya
.
Tabel 4 Hubungan Lokasi Penusukan Kateter Intravena dan Kejadian Plebitis
Lokasi Kejadian Plebitis Total p-value

Penusukan
Tidak
Kateter Plebitis Plebitis
Jumlah %
Intravena
Vena Jlh % Jlh %
Meta
karpal
7 11,5% 32 52,5% 39 100 % 0,035

Vena
Lain 22
0 0,0% 36,1 % 22 100 %

Total 7 11,5% 54 88,5 % 61 100 %

Hasil analisis Chi-Square (X2) antara vena metakarpal maupun vena lain
diketahui bahwa proporsi plebitis lebih (vena sefalika, vena basilika, vena basilika
tinggi pada lokasi penusukan kateter mediana, vena sefalika mediana dan vena
intravena pada vena metakarpal (59,3%) antebrachial mediana).
dibandingkan dengan lokasi penusukan Hasil penelitian ini didukung oleh
pada vena lain (40.7%). Hasil analisis Chi- penelitian yang berjudul Hubungan Jenis
Square (X2) diketahui bahwa nilai chi- Cairan Dan Lokasi Pemasangan Infus
square hitung sebesar 4,461 dengan nilai Dengan Kejadian Plebitis Pada Pasien
probabilitas 0,035 (p value < 0,05), artinya Rawat Inap Di Rsu Pancaran Kasih GMIM
ada hubungan Dari hasil penelitian ini Manado Dede Dwi Lestari, Amatus Yudi
diketahui sebahagian besar plebitis terjadi Ismanto. Reginus T. Malara dalam
pada lokasi pemasangan kateter intravena ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4
daerah vena metakarpal maka diharapkan Nomor 1, Mei 2016 menyimpulkan bahwa
kepada para perawat untuk lebih berdasarkan hasil uji statistik chi-square,
mempertimbangkan pememilihan lokasi nilai yang diperoleh ialah p <0,05
penusukan kateter intravena untuk (p=0,025).
mengurangi angka kejadian plebitis yaitu

Kesimpulan Penusukan Kateter Intravena dengan


Karakteristik responden diketahui Kejadian Plebitis Mekanik dengan nilai
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki probabilitas (p value = 0,035).
(50,8 %), berpendidikan SMA (41 %),
lokasi penusukan kateter intravena (63,9 Referensi
%), dan status plebitis (11,5 %). Terdapat Bare & Smeltzer. 2002. Buku Ajar
hubungan Hubungan Antara Lokasi Keperawatan Medikal Bedah Brunner

89
& Suddart (Alih bahasa Agung Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian
Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta: EGC Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta:
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Rineka Cipta
Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 Potter. 2006. Perry Guide to Basic Skill and
volume 2. Jakarta: EGC. Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa
Brunner & Suddarth. 2013, Keperawatan Ester Monica, Penerbit buku
Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: kedokteran EGC
EGC Priyanto, Ninik Lindayanti.,2013.
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial, Hubungan Antara Tehnik Insersi Dan
Problematika dan Pengendaliannya. Lokasi Pemasangan Kateter Intravena
Jakarta: Salemba Medika Dengan Kejadian Phlebitis di RSUD
Dougherty, L., 2008. Akses Vena Sentral: AMBARAWA. Jurnal Keperawatan
Perawatan dan Tata Laksana. Jakarta: Medikal Bedah. Volume 1, No. 2,
Erlangga, 6-21 November 2013; 142-149
Dougherty, L., 2008. Kateter Sentral Insersi Rocca, J. C., & E.Otto, S. 1998. Terapi
Perifer. Dalam : Dougherty, L. ed : Intravena (2 ed.). (Setiawan,
Akses Vena Sentral. Penerbit Penyunt., & A. Maryunani, Penerj.)
Erlangga, 49-70. Jakarta: EGC
Hastono. 2007. Analisa Data Kesehatan. Sabiston, David C. 1995. Buku Ajar Bedah
Jakarta: FKM .UI (editor: Jonathan Oswari, Alih
Malara, Reginus T., Dede Dwi Lestari, bahasa; Petrus Andrianto, Timon
Amatus Yudi Ismanto., 2016. C.S). Jakarta: EGC
Hubungan Jenis Cairan Dan Lokasi Solechan, Achmad, Sri Puguh Kristiyawati,
Pemasangan Infus Dengan Kejadian Dewi Nurjannah, 2011. Hubungan
Flebitis Pada Pasien Rawat Inap Di Antara Lokasi Penusukan Infus dan
RSU Pancaran Kasih GMIM Tingkat Usia dengan Kejadian
Manado.ejournal Keperawatan (e- Flebitis di Ruang Rawat Inap Dewasa
Kp) Volume 4 Nomor 1 hal3-4 RSUD TUGUREJO Semarang.
Jurnal Keperawatan Medikal Bedah

90
eISSN: 2655-8688 pISSN: 2548-3943
http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp received Mei, Accepted Mei, Publish Juni
hal: 91-99 Volume 1, Nomor 2 - 2019
Copyright @2019. This is an open-access arcle distributed under the terms of the CreaveCommons Aribuon-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Internaonal License () hp://creavecommons.org/licenses/by-
nc-sa/4.0/which permits unrestricted non-commercial used, distribuon and reproducon in any medium

Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Safety Riding Pengemudi Ojek Online
(GoJek) di Kota Medan Sumatera Utara

Jasmen Manurung1, Mido Ester Sitorus1, Rinaldi1


1
Universitas Sari Mutiara Indonesia Gedung B Lantai 1 Jl. Kapten Muslim No. 79 Medan
20123, Indonesia
Email: jasmenmanurung79@yahoo.com
ABSTRAK
Adanya aplikasi Go-Jek berbasis online ini menyebabkan penumpukan kendaraan di jalanan,
sehingga faktor resiko kecelakaan semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku safety riding pengendara Go-Jek di Kota
Medan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel
penelitian adalah pengendara Go-Jek di Kota Medan sebanyak 100 responden yang di ambil
secara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan
dengan faktor perilaku safety riding adalah usia (p-value = 0,000), masa berkendara (p-value =
0,000), kondisi kendaraan (p-value = 0,000), kelengkapan berkendara (p-value = 0,000).
Adapun variable yang tidak berhubungan yaitu pengetahuan (p-value = 0,420), dari hasil yang
didapatkan diharapkan adanya peran berbagai pihak, baik pemerintah, kepolisian, institusi
pendidikan, serta perusahaan untuk membuat program pelatihan keselamatan berkendara yang
aman, serta lebih mensosialisasikan penggunaan perlengkapan sepeda motor. Selain itu,
pengendara Go-Jek diharapkan untuk selalu mematuhi tata cara ketentuan berlalu lintas.

Kata Kunci : Perilaku, Safety Riding, Go-Jek

Factors Associated with Behavioral Safety Riding Online Motorcycle driver (GoJek) in the
city of Medan, North Sumatra

ABSTRACT
With this online-based motorcycle taxi application, it causes a buildup of vehicles on the road,
so the risk factor for accidents is higher. Riders or often called Go-Jek partners in the city of
Medan have reached 1,479 partners. Partners go to a motorcycle that uses two wheels (Go-
Bike) as many as 964 partners. Therefore, this study aims to find out the factors related to the
safety riding behavior of Go-Jek riders in the city of Medan. This research is a quantitative
study with cross sectional design. The research sample was all of the Go-Jek riders in Medan
city as many as 100 respondents who were taken by incidental sampling. Data analysis
consisted of univariate and bivariate analysis using Chi Square statistical tests. The results
showed that the factors related to safety riding behavior factors were age (p Value = 0,000),
driving period (p Value = 0.000), vehicle condition (p Value = 0,000), completeness of driving
(pValue = 0,000). The unrelated variables are knowledge (p Value = 0.420), the results
obtained are expected to have the role of various parties, both government, police, educational
institutions, and companies to make a safe driving safety training program, as well as more
socializing in the use of motorcycle equipment. In addition, Go-Jek drivers are expected to
always comply with the procedures for traffic regulations.

Keywords: behavior, Safety Riding, Go-Jek

91
Pendahuluan Seiring dengan berkembangnya
Kecelakaan lalu lintas masih teknologi saat ini terdapat aplikasi yang
menjadi masalah global sampai dengan saat mengenalkan layanan pemesanan ojek
ini. Berdasarkan Undang-Undang Nomor menggunakan teknologi yang dibantu
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan dengan adanya layanan internet. Penyedia
Angkutan Jalan, kecelakaan lalu lintas jasa ojek online tersebut dikenal dengan
diartikan sebagai suatu peristiwa di jalan nama Go-Jek, Uber, Blu-Jek. Semua
yang tidak diduga dan tidak disengaja yang memberikan pelayanan yang hampir sama
melibatkan kendaraan dengan atau tanpa mulai dari mengantarkan orang dengan
pengguna jalan lain yang dapat biaya yang berbeda-beda, namun dengan
mengakibatkan korban manusia dan/atau sistem pemesanan yang sama yaitu
kerugian harta benda. Dampak akibat pemesanan melalui aplikasi telepon
kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan genggam. Salah satu aplikasi ojek online
korban manusia dapat berupa luka ringan, yang terbesar dan paling banyak dipakai
luka berat bahkan hingga kematian adalah Go-Jek yang hampir dapat di jumpai
(Korlantas POLRI, 2014) disetiap mulut-mulut jalan di Kota Medan
Adapun dampak kerugian material (Anjani S., 2017).
yang ditimbulkan akibat kecelakaan lalu Go-Jek menjadi pionir layanan ojek
lintas secara global telah mencapai US$518 berbasis aplikasi mobile melalui layanan
milyar tiap tahunnya dimana sekitar US$65 Go-Ride-nya. Dengan ini, pengguna
milyar berasal dari negara-negara dengan aplikasi Go-Jek cukup memesan ojek
berpendapatan menengah dan rendah melalui aplikasi mobile secara online dan
(WHO, 2014). WHO dalam Global Status nantinya akan dijemput oleh driver ojek
Report on Road Safety (2015) melaporkan yang merespon pesanan pengguna atau
bahwa proporsi kematian akibat kecelakaan calon penumpang. Transaksi pembayaran
sepeda motor tertinggi terjadi di negara- dilakukan saat pengguna sampai ke tujuan
negara Asia Tenggara dan negara-negara kepada supir ojek. Tarif yang dikenakan
Asia Pasifik dimana masing-masing sebesar bervariasi berdasarkan jarak yang ditempuh
34% (WHO, 2015). Indonesia sendiri atau berdasarkan flat rate yang
masuk dalam kategori 10 besar negara diberlakukan. Beberapa perusahaan yang
dengan kasus kecelakaan lalu lintas menjadi pesaing Go-Jek adalah GrabTaxi,
terbanyak, yakni urutan keenam dari 185 dengan GrabBike-nya, dan Blu-Jek. Kedua
negara (WHO, 2013). Di Indonesia, perusahaan ini memiliki layanan yang
kecelakaan lalu lintas sepeda motor pada serupa dengan layanan Go-Ride dari Go-
tahun 2013 menempati urutan tertinggi Jek (Agustin, A., 2017).
yakni sebesar 119.560 kejadian (Dirjen Data yang di dapatkan dari
Perhubungan Darat, 2014). Korlantas Polri bahwa pada tahun 2017
Menurut data statistik yang dibuat telah terjadi 103 kejadian kecelakaan yang
oleh Korlantas Polri pada tahun 2017 di alami oleh driver Go-Jek. Faktor-faktor
menyebutkan bahwa terdapat 39.369 yang menyebabkan tindakan tidak aman
kejadian kecelakaan di Indonesia sepanjang ada 2 faktor yaitu faktor manusia dan faktor
tahun 2017, dimana jumlah itu adalah lingkungan (Geller, 2001). Beberapa
jumlah keseluruhan dari korban kecelakaan penelitian menujukkan faktor-faktor yang
luka ringan, luka berat dan korban banyak menimbulkan kecelakaan yaitu
meninggal dunia. Di Sumatera Utara berasal dari faktor perilaku bekerja yang
Sendiri terdapat 2.488 kejadian kecelakaan tidak aman (unsafe Action).
yang di antaranya terdapat 489 korban Hasil penelitian di Semarang pada
meninggal dunia, 414 korban luka berat, tahun 2013 pada mahasiswa Kesehatan
dan 1.585 korban luka ringan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro
(https://databoks.katadata.co.id) didapatkan hasil ada hubungan yang

92
bermakna antara pengetahuan keselamatan kaca spion standard. Selain itu berdasarkan
dan kesehatan berkendara dengan praktik hasil observasi peneliti di dapati bahwa
keselamatan dan kesehatan berkendara pengendara menaati peraturan peraturan
pada pengendara sepeda motor rambu lalu lintas, menikung dengan
(Perwitaningsih, 2013). Seperti yang menyalakan lampu sein kana maupun kiri,
dijelaskan oleh Korlantas 2017 yang kadang memakai hp saat berkendara serta
menyebutkan bahwa faktor yang menjadi kurang berkonsentrasi dalam berkendara.
penyebab kecelakaan dapat terbagi menjadi Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
4, yaitu faktor manusia, faktor kendaraan, dilakukan penelitian untuk menganalisis
faktor jalan, dan faktor lingkungan dimana hubungan antara umur, pengetahuan, lama
faktor manusia merupakan penyumbang berkendara, kelengkapan berkendara dan
tertinggi terjadinya kecelakaan lalu lintas. kelengkapan berkendara dengan perilaku
Kota Medan merupakan wilayah safety riding pada pengendara Go-Jek
dengan lalu lintas kendaraan yang sepeda motor di Kota Medan Sumatera
cenderung padat setiap harinya. Karena Utara.
merupakan Ibu Kota Provinsi terbesar
ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Metode Penelitian
Surabaya. Pengendara Go-Jek di kota Jenis penelitian ini adalah penelitian
medan bekerja dari puku 06.00 sampai analitik dengan desain cross sectional
pukul 19.00 dengan jam kerja dan jam dimana populasinya adalah pengendara Go-
istrahat yang tidak tentu. Kadang juga Jek yang ada di kota Medan yang berjumlah
sampai jam 23.30 untuk mencapai target 100 orang. Teknik pengambilan sampel
orderan setiap hari. Berdasarkan survey dilakukan dengan metode accidental
awal yang dilakukan oleh peneliti dengan sampling. Penelitian dilakukan dari bulan
wawancara kepada 10 driver Go-Jek di Januari - Mei 2018. Pengumpulan data
dapat hasil sebagai berikut: sebanyak 80% dilakukan melalui bantuan kuesioner yang
pengedara memakai sepatu. 100% telah diuji validitas dan reliabilitasnya
pengendara memakai jacket. 100% sebelumnya. Analisis statistik dilakukan
menyediakan helm standart bagi dengan menggunakan uji chi square dengan
penumpang, 100% pengendara memakai CL = 95% dan α = 0,05.
helm standar dan 80% pengendara memakai

Hasil
Distribusi Responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
Variabel Kategori Jumlah (N) Presentase %
Pengetahuan Kurang 45 45%
Baik 55 55%
Usia Muda 34 34%
Tua 66 66%
Masa Berkendara Baru 30 30%
Lama 70 70%
Kondisi Kendaraan Lengkap 72 72%
Tidak Lengkap 28 28%
Kelengkapan Berkendara Lengkap 87 87%
Tidak Lengkap 13 13%
Perilaku Berkendara Safety 63 63%
Unsafety 37 63%

93
Berdasarkan Tabel 1 distribusi Sebagian besar memiliki masa berkendara
frekuensi pengetahuan pengendara tentang di atas 6 tahun sebanyak 70%. Rata-rata
perilaku berkedara yang benar pada masa berkendara pengendara Go-Jek adalah
kategori baik sebanyak 55%. Sebagian 12.5 tahun. Sebanyak 72% pengendara
besar pengendara berumur lebih dari 30 memliki kondisi kendaraan yang lengkap,
tahun (66%), usia termuda adalah 20 tahun, 87 pengendara memliki perlengkaan yang
dan usia yang terua adalah 54 tahun. Rata- lengkap dan 63% telah berperilaku safety
rata umur pengendara adalah 32,5 tahun. riding.

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Safety Riding


Tabel 2 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Safety riding
Perilaku Safety riding
Pengetahuan Safety Unsafety Total p-value
F % F % F %
Baik 16 16,0 23 23,0 39 39,0
0,420
Kurang 22 22,0 39 39,0 61 61,0
38 38 62 62 100 100

Berdasarakan tabel 2 diatas diaplikasikan pengendara dalam berkendara


menujukkan bahwa ada 23,0% pengendara sehari-hari. Hasil uji statistik di dapatkan p-
yang memiliki pengetahuan yang baik value 0,420 (p > 0,05) maka dapat
tentang perilaku safety riding namun disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
perilaku berkendaraannya tetap tidak aman. signifikan antara pengetahuan dengan
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan perilaku safety riding pada pengendara Go-
tentang perilaku safety riding masih Jek.
terbatas dalam bentuk pengetahuan, belum

Hubungan Usia dengan Perilaku Safety Riding


Tabel 3 Hubungan Usia dengan Perilaku Safety Riding
Perilaku Safety riding
Usia Safety Unsafety Total p-value
F % F % F %
Muda 0 0 34 34 34 34
0,000
Tua 37 37 29 29 66 66
37 37 63 63 100 100

Tabel 3 menujukkan bahwa tidak menunjukkan bahwa p-value 0,000 (p <


ada pengendara berusia muda yang 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada
memiliki perilaku safety riding, namun hubungan antara usia dengan perilaku
pada usia tua perilaku safety riding tertinggi safety riding pada pengendara Go-Jek
pada kategori safety. Hasil uji statistik juga
.
Hubungan Masa Berkendara dengan Perilaku Safety Riding
Tabel 4. Hubungan Masa Berkendara dengan Perilaku Safety Riding
Perilaku Safety Riding
Masa
Safety Unsafety Total p-value
Berkendara
F % F % F %
Baru 8 8,0 22 22,0 30 30,0
0,000
Lama 54 54,0 16 16,0 70 70,0

94
62 62,0 38 38,0 100 100,0

Tabel 4 menujukkan bahwa safety. Hasil uji statistik juga menunjukkan


sebagian besar pengendara baru memiliki bahwa p-value 0,000 (p < 0,05) maka dapat
perilaku safety riding kategori unsafety, disimpulkan bahwa ada hubungan antara
namun pada responden yang masa masa berkendara dengan perilaku safety
berkendaraan lama menunjukkan sebagian riding pada pengendara Go-Jek.
besar memiliki perilaku berkendaraan yang

Hubungan Kondisi Kendaraan Perilaku Safety Riding


Tabel 5 Hubungan Kondisi Kendaraan dengan Perilaku Safety riding
Perilaku Safety riding
Kondisi
Safety Unsafety Total p-value
Kendaraan
F % F % F %
Kurang 6 6,0 22 22,0 28 28,0
0,000
Lengkap 56 56,0 16 16,0 72 72,0
38 38,0 62 62,0 100 100,0

Berdasarkan Tabel 5 diatas dan sein, spion, oli dan rantai. Hasil
menujukkan bahwa pengendara dengan uji statistik Chi Square di dapatkan p-value
kondisi kendaraan yang kurag lengkap 0,000 (p<0,05) maka dapat disimpulkan
cenderung memiliki perilaku berkendaraan bahwa ada hubungan antara kondisi
yang unsafe. Kondisi kendaraan yang kendaraan dengan perilaku safety riding
dimaksud adalah alat kendali, ban, lampu pada pengendara Go-Jek.

Hubungan Kelengkapan Berkendara dengan Perilaku Safety Riding


Tabel 6 Hubungan Kelengkapan Berkendara dengan Perilaku Safety riding
Perilaku Safety riding
Kelengkapan
Safety Unsafety Total p-value
Berkendara
F % F % F %
Kurang 0 0,0 13 13,0 13 13,0
0,000
Lengkap 62 62,0 25 25,0 87 87,0
62 62,0 62 38,0 100 100,0

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa yang safety dalam berkendara. Hasil uji
tidak ada pengendara yang memiliki statistik juga menunjukkan p-value 0,00
kelengkapan berkendara yang berperilaku (p<0,05). Hal ini membuktikan bahwa ada
safety dalam berkendaraan. Sebanyak 62% hubungan antara kelengkapan berkendara
pengendara yang memiliki kelengkapan dengan perilaku safety riding pada
berkendara yang lengkap memiliki perilaku pengendara Go-Jek.

Pembahasan waktu penginderaan sampai menghasilkan


Hubungan Pengetahuan dengan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
Perilaku Safety Riding oleh intensitas perhatian dan persepsi
Pengetahuan adalah hasil terhadap objek. Pengetahuan atau kognitif
penginderaan manusia, atau hasil ingin tahu merupakan domain yang sangat penting
seseorang terhadap objek, melalui indera untuk terbentuknya tindakan seseorang
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan (overt behavior). Dari pengalaman dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada penelitian ternyata perilaku yang

95
didasarkan oleh pengetahuan akan lebih tahun atau lebih akan mengendarai secara
langgeng dari pada perilaku yang tidak hati-hati sedangkan sebaliknya mereka
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, mengendarai secara tidak hati-hati dan
2012). membayakan pengendara lain
(Nawangwulan,1998). World Health
Safety riding adalah suatu usaha Organization (WHO) Tahun 2011
yang dilakukan dalam meminimalisir menyatakan sebanyak 67% korban
tingkat bahaya dan memaksimalkan kecelakaan lalu lintas berada pada umur
keamanan dalam berkendara, demi produktif yakni 22-50 tahun, pernyataan
menciptakan suatu kondisi aman, yang lainnya menyatakan bahwa kecelakaan lalu
mana kita berada pada titik tidak lintas adalah penyebab utama kematian
membahayakan pengendara lain dan anak-anak di dunia, dengan rentang umur
menyadari kemungkinan bahaya yang dapat 10-24 tahun (Badan Inteligen Negara.
terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan 2014).
pencegahan dan penanggulangannya Hasil penelitian ini menunjukkan
(Berlianto, 2007). bahwa ada hubungan yang antara umur
Hasil penelitian hasil penelitian dengan safety riding pada pengendara ojek.
menunjukkan tidak ada hubungan yang Penelitian ini sejalan dengan hasil
signifikan antara pengetahuan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
safety riding (p-value 0, 420). Hasil Rukhfiati pada tahun 2010 yang
penelitian ini sejalan dengan penelitian menyatakan jika pengendara yang berumur
Ariwibowo (2013), tentang hubungan di atas 30 tahun lebih matang dan lebih
antara umur, tingkat pendidikan, pengalaman dalam berperilaku
pengetahuan, sikap terhadap praktik safety mengendarai sepeda motor, daripada
riding awareness pada pengendara ojek pengendara yang berumur di bawah 30
sepeda motor. Penelitian tersebut tahun. Hal tersebut dikarenakan umur
menunjukan bahwa tidak adanya hubungan merupakan salah satu faktor yang
antara perilaku dengan safety riding pada berhubungan dengan perilaku seseorang.
pengendara ojek sepeda motor (p-value = Seseorang yang memiliki umur yang
0,514). Pengetahuan memang merupakan matang akan berperilaku aman berkendara.
domain yang sangat penting dalam Untuk itu, perlu penegakan peraturan
membentuk tindakan seseorang, namun terhadap para pengendara yang masih
tidak selalu berpengaruh terhadap tindakan berumur di bawah 17 tahun sesuai dengan
seseorang. Seseorang dokter sangat Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
mengetahui akibat kesehatan dari tindakan tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
merokok, namun tetap merokok. Hal ini
disebabkan oleh masih adanya komponen Hubungan Masa Berkendara dengan
lain yang juga berpengaruh terhadap Perilaku Safety Riding
pembentukan tindakan seseorang, seperti: Pengalaman berasal dari kata dasar
umur, pendidikan, pengalaman, dan "alami" yang artinya mengalami, melakoni,
berbagai faktor lainnya (Notoatmodjo, S., menempuh, menemui, mengarungi,
2012). mendapat, menyelami, dan merasakan
(Endarmoko, 2006). Pengalaman
Hubungan Usia dengan Perilaku Safety merupakan guru yang baik, yang bisa
Riding menjadi sumber pengetahuan dan juga
Usia merupakan salah satu faktor merupakan suatu cara untuk memperoleh
yang dapat mempengaruhi seseorang dalam kebenaran pengetahuan (Sugiyono, 2010).
melakukan aktivitas kesehariannya. Umur Pengalaman dapat diartikan juga sebagai
mempunyai pengaruh yang besar terhadap memori masa, yaitu memori yang
kejadian kecelakaan lalu lintas. Umur 30 menerima dan menyimpan peristiwa-

96
peristiwa yang telah terjadi atau dialami responden yang komponen pendukung
individu pada waktu dan tempat tertentu, sepeda motornya tidak lengkap (28%).
berfungsi sebagai referensi otobiografi Kebanyakan dari responden memiliki
(Syah, 2003). sepeda motor dengan produksi terbaru
Masa berkendara dihitung dari sehingga komponen sepeda motornya
pertama kali pengendara bisa mengendarai masih terbilang lengkap, seperti adanya
sepeda motor sampai dilakukan penelitian kaca spion, berfungsinya spidometer,
ini. Hasil distribusi responden menurut data lampu sein, lampu utama lampu rem dan
masa berkendara, pengendara yang spakebor pada sepedamotor.
berkendara sepeda motor > 6 tahun Pada analisa tabel silang
sebanyak 70 (70%) dan pengendara yang menunjukan bahwa lebih banyak responden
berkendara dibawah 6 tahun sebanyak 30 yang tidak lengkap memiliki komponen
pengendara (30%). Hasil penelitian pendukung pada sepeda motornya dan
menunjukkan bahwá ditemukannya berperilaku kurang baik dalam berkendara
hubungan antara masa berkendara dengan sepeda motor (22%). Berdasarkan hasil uji
safety riding (p value-0,000). statistik diketahui bahwa terdapat hubungan
Adanya hubungan pada variable ini yang bermakna antara kelengkapan
dikarenakan ketika seseorang mempunyai komponen sepeda motor dengan perilaku
masa berkendara yang lama akan lebih berkendara sepeda motor. Komponen
cenderung melakukan tindakan yang aman kondisi kendaraan pada sepeda motor
pada saat berkendara, karena sudah terbiasa menjadi penting karena masing- masing
dengan mengendarai secara aman dan darinya memiliki fungsi yang berbeda-beda
faktor lain seperti lingkungan yang yang dapat mengurangi risiko terjadinya
mengakibatkan perilaku pengendara aman. kecelakaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Oleh karena itu diharapkan Dinas
pernyataan yang ada, bahwa masa Perhubungan Darat bekerjasama dengan
berkendara seseorang dapat mempengaruhi kepolisian saat melakukan operasi razia
perilaku seseorang dalam berkendara yang untuk melakukan pemeriksaan secara
aman, seharusnya jika pengendara menyeluruh terhadap perlengkapan
pengalaman berkendaranya sudah lama komponen pendukung yang terdapat pada
maka akan mengendarai sepeda motor kendaraan agar pengendara sadar akan
secara aman dan sebaliknya jika pentingnya kelengkapan komponen
pengendara yang baru memiliki pendukung tersebut pada kendaraan
pengalaman berkendara maka akan khususnya sepeda motor.
melakukan perilaku berkendara secara tidak Hubungan Kelengkapan Berkendara
aman. dengan Perilaku Safety Riding
Ketersediaan perlengkapan
Hubungan Kondisi Kendaraan dengan keselamatan berkendara dalam penelitian
Perilaku Safety Riding ini adalah helm berdasarkan standar
Sepeda motor memiliki standar- nasional Indonesia, alat pelindung wajah
standar kelengkapan yang wajib memenuhi dan mata, sarung tangan, jaket/rompi,
persyaratan teknis. Pemeriksaan celana panjang dan sepatu yang menutupi
persyaratan teknis pada kendaraan sepeda tumit. Dikatakan lengkap apabila responden
motor berfungsi untuk menghindari lengkap (100%) memiliki perlengkapan
ancaman yang datang tiba-tiba saat keselamatan berkendara dan dikatakan
mengendarai sepeda motor di jalan raya. tidak lengkap (<100%) apabila tidak
Berdasarkan hasil penelitian diketahui memiliki satu atau lebih perlengkapan
bahwa responden yang komponen keselamatan berkendara.
pendukung sepeda motornya lengkap lebih Berdasarkan hasil penelian
banyak jumlahnya (72%) dibanding diketahui bahwa responden yang

97
perlengkapan keselamatan berkendara
sepeda motornya termasuk dalam kategori Referensi
tidak lengkap lebih sedikit jumlahnya Agustin, A. 2017. Persepsi Masyarakat
(13%) dibanding responden yang Tehadap Penggunaan Transportasi
perlengkapan keselamatan berkendara Online (GO-JEK) di Surabaya. Jurnal
sepeda motornya lengkap (87%). Pada Ilmu dan Rist Manajemen. Volume.
penelitian ini, perlengkapan keselamatan 6. Nomor. 9
yang paling jarang ditemukan di responden Anjani, S. 2017 Transportasi Berbasis
adalah sarung tangan. Analisa tabel silang Aplikasi Online: Go-Jek Sebagai
menunjukan bahwa lebih banyak responden Sarana Transportasi Masyarakat
yang tidak lengkap memiliki perlengkapan Kota Surabaya. Skripsi. Universitas
keselamatan berkendara sepeda motor Airlangga.
berperilaku kurang baik dalam berkendara Ariwibowo. 2013. Hubungan Antara Umur,
sepeda motor yaitu sebesar 57.7%. Tingkat Pendidikan, Pengetahuan,
Responden yang tidak memiliki ataupun Sikap Terhadap Praktik Safety Riding
tidak membawa perlengkapan keselamatan, Awwareness Pada Pengendara Ojek
berarti sama saja tidak memakainya. Sepeda Motor di Kecamatan
Hasil tersebut di dukung dengan uji Banyumanik. Junal Kesehatan
statistik yang menunjukkan bahwa terdapat Masyarakat, volume 2, nomor 1.
hubungan yang bermakna antara Badan Inteligen Negara. 2014. Kecelakaan
ketersediaan perlengkapan keselamatan Lalu Lintas Menjadi Pembunuh
pengendara sepeda motor dengan perilaku Terbesar Ketiga. Diakses pada 10
berkendara sepeda motor. Hal ini sejalan April 2018 dalam situs web:
dengan penelitian Melisa, A. (2013), yang www.bin.go.id/awas/detil/197
menyatakan bahwa terdapat hubungan Berlianto, A. 2007. Safety Riding
antara Alat Pelindung Diri (APD) dengan Community. Diakses 1 Mei 2018.
perilaku berkendara aman (safety riding) http:saft7.com
dan hal ini juga membuktikan pernyataan Dirjen Perhubungan Darat, 2014.
Green (2005), bahwa ketersediaan sarana Perhubungan Darat Dalam Angka
merupakan salah satu faktor pemungkin 2013.
yang memfasilitasi motivasi untuk dapat Endarmoko, E. 2006. Tesaurus Bahasa
diwujudkan menjadi kenyataan. Dengan Indonesia. Cet. I; Jakarta: PT
kata lain Faktor predisposisi (pengetahuan, Gramedia.
sikap, dsb) belum cukup membuat Dkatadata.co.id. Sepanjang 2017 Terjadi 98
seseorang berperilaku, perlu fasilitas untuk Ribu Kali Kecelakaan Lalu Lintas.
mendukung terjadnya perilaku tersebut. Diakses 12 Mei 2018.
https://databoks.katadata.co.id.
Kesimpulan Geller, E.S. 2001. Working Safe. How to
Tidak ada hubungan antara Help People Actively Care for Helath
pengetahuan dengan perilaku safety riding and Safety. Lewis Publisher.
pada pengendara Go-Jek. Ada hubungan Korlantas POLRI, 2014. Polantas Dalam
antara usia dengan perilaku safety riding Angka 2013
pada pengendara Go-Jek. Ada hubungan Melisa, A. 2013. Analisis Faktor-faktor
masa berkendara dengan perilaku safety yang Mempengaruhi Perilaku
riding pada pengendara Go-Jek. Ada Berkendara Aman (Safety Riding)
hubungan antara kondisi kendaraan dengan pada Pengendara Ojek di Universitas
perilaku safety riding pada pengendara Go- Indonesia Depok Tahun 2012.
Jek. Ada hubungan antara perlengkapan Skripsi. Fakultas Kesehatan
berkendara dengan perilaku safety riding Masyarakat Universitas Indonesia.
pada pengendara Go-Jek.

98
Nawangwulan, D. 1998. Gambaran Keluarga, Dukungan Teman Kerja
Kecelakaan Lalu Lintas Kendaraan Dengan Praktik Safety riding pada
Di PT. Indocement Tunggal Prakasa Karyawan Bisnis Development
Tbk Bogor. Jakarta: Universitas Representatif (BDR). Semarang:
Indonesia. Skripsi Fakultas Kesehatan
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. 2010
Rineka Cipta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Perwitaningsih, R. 2013. Hubungan antara Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Pengetahuan dan Sikap Terhadap kualitatif, dan R&D. Bandung:
Praktik Keselamatan dan Kesehatan Alfabeta
Berkendara Sepeda Motor pada Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta:
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat PT Raja Grafindo.
Udinus Semarang Tahun 2013. Jurnal Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
Udinus. tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Rukhfiati, dian. Hubungan Umur, Jalan
Pengetahuan, Sikap, Dukungan

99
eISSN: 2655-8688 pISSN: 2548-3943
http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp received Mei, Accepted Mei, Publish Juni
hal: 100-105 Volume 1, Nomor 2 - 2019
Copyright @2019. This is an open-access arcle distributed under the terms of the CreaveCommons Aribuon-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Internaonal License () hp://creavecommons.org/licenses/by-
nc-sa/4.0/which permits unrestricted non-commercial used, distribuon and reproducon in any medium

Perilaku Remaja Putri dalam Perawatan Kebersihan Alat Reproduksi Pada Saat
Mensturasi di SMP Swasta Al-Hikmah Wilayah Marihat Bandar Kabupaten
Simalungun

Lismawati1
1
Akademi Keperawatan Kesdam I/BB Pematangsiantar
Email: akperkesdam.siantar@gmail.com
ABSTRAK
Menstruasi terjadi pada anak putri ketika masa pubertas telah tiba. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui Perilaku Remaja putri dalam Perawatan Kebersihan Alat Reproduksi Pada
Saat Menstruasi. Metode Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan teknik pengambilan
sempel secara total sampling. Jumlah responden sebanyak 40 orang. Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa pengetahuan responden dengan mayoritas responden berpengetahuan baik
sebanyak 32 responden (80%), berpengetahuan cukup sebanyak 8 responden (8%), dan
berpengetahuan kurang sebanyak 0 responden (0%). Mayoritas yang memiliki sikap Positif
sebanyak 29 responden (72,5%), sikap Negatif sebanyak 11 responden (27,5%). Mayoritas
yang memiliki tindakan dilakukan sebanyak 29 responden (72,5%), tindakan tidak dilakukan
sebanyak 11 responden (27,5%). Untuk itu kepada siswi SMP Swasta AL-HIKMAH Wilayah
Marihat Bandar Kabupaten Simalungun banyak membaca dan belajar mengenai persoalan
perawatan kebersihan alat reproduksi pada saat menstruasi ini lewat buku atau media.

Kata kunci: Menstruasi, Remaja Putri, Perilaku

Adolescent Girls' Behavior in Reproductive Hygiene Care during Menstruation at Al-


Hikmah Private Middle School, Marihat Bandar District

ABSTRACT
Menstruation occurs in a daughter when puberty has arrived. The study aimed to find out the
Adolescent Girls' Behavior in Reproductive Hygiene Treatment at Menstruation. This research
method uses a descriptive technique with total sampling. The number of respondents is 40
people. The results of the study show that the knowledge of respondents with the majority of
respondents knowledgeable as many as 32 respondents (80%), knowledgeable enough as many
as eight respondents (8%), and less known as much as 0 respondents (0%). The majority who
have positive attitudes are 29 respondents (72.5%), negative attitudes are 11 respondents
(27.5%). The majority of those who had actions were 29 respondents (72.5%); the actions not
taken as many as 11 respondents (27.5%). For this reason, students in AL-HIKMAH Private
Middle School, Marihat Bandar District, Simalungun District, have read and learned a lot
about the maintenance issues of reproductive hygiene during menstruation through books or
media.

Keyword: menstruation, Adolescent Girls, Behavior

100
Pendahuluan bakteri Candida albican, Trichomonas
Mighwar (2006) mendefinisikan arti vaginalis dan Gardnella vaginalis yang
kata remaja atau yang dikenal dengan dapat mengakibatkan penyakit saluran
adolescence sebagai tumbuh, yang diambil reproduksi seperti pruritus vulva, iritasi,
dari bahasa latin adolescere. Mighwar juga inflamasi, sekresi vaginal dan rasa perih
menjelaskan tumbuh disini adalah proses (Farizal & Dewa, 2017) (Alli J.A.O.,
pertumbuhan kematangan psikis dan fisik Okonko I.O, Odu N.N., 2011). Bakteri-
seseorang. Kematangan psikis diitandai bakteri tersebut mudah sekali masuk karena
dengan matangnya kondisi kejiwaan, pada saat haid pembuluh darah pada rahim
pikiran, dan emosi. Sedangkan kematangan mudah terinfeksi (Septadina & Seta, 2015).
fisik, seperti yang dipercayai oleh orang- Membersihkan vagina secara rutin
orang kuno, pada fase remaja organ dan teratur adalah salah satu upaya awal
reproduksi seorang anak telah matang dari merawat organ reproduksi wanita. Kita
seperti orang dewasa (Sessa, 2015) (Thapar, perlu membersihkan keringat dan bakteri
Collishaw, Pine, & Thapar, 2012) (Viner et pada bibir vagina (vulva) dengan air bersih
al., 2012). dan sabun. Selain itu, Kissanti (2008: 22)
Depkes (2001:3) menyatakan menuturkan pada saat haid tindakan
bahwa sistem reproduksi yang sehat adalah mengganti pembalut 4 – 5 kali dalam sehari
organ-organ reproduksi yang berfungsi juga diperlukan sebagai tindakan preventif
dengan baik dalam proses reproduksi. dari risiko penyakit yang diakibatkan
Lebih lanjut, Widyastuti (2009) masuknya bakteri-bakteri itu ke dalam
menyatakan para remaja membutuhkan vagina (Larasati & Alatas, 2016).
ilmu kesehatan reproduksi dalam bentuk Sayangnya, berdasarkan penilitian yang
program kesehatan reproduksi bagi remaja dilakukan Daiyah pada tahun 2004, hanya
agar mereka sadar akan pentingnya 15 dari 58 remaja yang memahami
menjaga kesehatan reproduksi (BKKBN, perawatan organ reproduksi bagian luar
2013). dengan baik. Angka yang masih cukup
Pada tahun 2009, Pinem rendah.
mengemukakan bahwa para remaja Pada tahap awal penilitian, peneliti
memiliki pengetahuan yang rendah tentang melakukan survey terhadap 10 siswa remaja
kesehatan reproduksi, yaitu kurang dari 30 putri yang sudah mengalami menstruasi di
% remaja laki-laki dan perempuan SMP Swasta Al Hikmah Marihat Bandar
mengetahui ada perubahan pada fisik lawan Kabupaten Simalungan. Dari survey
jenisnya. Ketidaktahuan remaja terhadap tersebut ditemukan hanya tiga remaja yang
perubahan organ-organ tubuh mereka memahami cara membersihkan organ
mengindikasikan rendahnya pengetahuan reproduksi dengan benar, seperti tindakan
mereka terhadap akibat buruk jika mereka mengganti pembalut 2 kali dalam sehari,
tidak memerhatikan kesehatan reproduksi sedangkan 7 lainnya tidak membersihkan
mereka, begitu juga pencegahannya organ reproduksi dengan benar karena
(Manuaba, 2010). kurangnya pengetahuan mereka tentang
Menurut WHO (World Health cara membersihkan organ reproduksi saat
Organization) seorang dikategorikan menstruasi.
sebagai remaja ketika ia berada pada
rentang usia 10 -19 tahun, atau disebut Metode Penelitian
dengan masa adolescence. Baradero (2007) Penelitian ini menggunakan desain
mengatakan bahwa umumnya pada usia 10 Deskriptif. Sampel menggunakan Total
– 16 tahun remaja putri akan mengalami Sampling dan didapatkan 40 orang. Lokasi
‘menarche’, yaitu haid atau menstruasi penelitian berada SMP Swasta Al-Hikmah
pertama. Selama haid, vagina harus Marihat Bandar Kabupaten Simalungun
dibersihkan secara rutin agar terhindar dari dan dilakukan pada bulan Juni 2018.

101
Hasil Penelitian

Tabel 1 Distribusi frekwensi dan persentase responden berdasarkan data demografi


No Karakteristik responden Frekuensi Persentase %
1 Umur (Tahun)
11 -12 13 32,5
13 - 14 16 40
15 – 16 11 27,5
Total 40 100 %
2 Kelas
I SMP 10 25
II SMP 14 35
III SMP 16 40
Total 40 100 %

Table 2 Distribusi responden berdasarkan jawaban terhadap kuisioner mengenai pengetahuan


perempuan dalam perawatan kebersihan alat reproduksi pada saat menstruasi
No Pernyataan Benar Salah
1. Mnstruasi atau haid merupakan pengeluaran darah dan 39 4
sel-sel tubuh secara periodik dari vagina yang berasal (90%) (10%)
dari dinding rahim.
2. Menarche merupakan nyeri menstruasi (haid). 15 25
(37,5%) (62,5%)
3. Menstruasi pada setiap wanita terjadi pada usia 10-14 38 2
tahun. (95%) (5%)

4. Masa menstruasi seseorang terjadi sekitar 4-7 hari. 39 1


(97,5%) (2,5%)
5 Lemas, keputihan, sakit perut, sakit pinggang jerawatan 15 25
tidak merupakan efek dari menstruasi (haid). (37,5%) (62,5%)
6. Siklus menstruasi terjadi setiap 26-30 hari. 33 7
(82,5%) (17,5%)
7. Mengkonsumsi tablet zat besi dapat mencegah terjadinya 32 8
anemia pada saat mestruasi. (80%) (20%)
8. Pada saat menstruasi dinding rahim terluka sehingga 3 37
rahim tidak mudah terkena infeksi.. (7,5%) (92,5%)
9. Jumlah darah yang hilang biasanya 20-80 ml. 20 20
(50%) (50%)
10. Mudah marah, tidak bersemangat, malas, nafsu 15 25
meningkat, tidak merupakan efek dari menstruasi (haid). (37,5%) (62,5%)

102
Table 3 Distribusi responden berdasarkan jawaban terhadap kuisioner mengenai sikap
perempuan dalam perawatan kebersihan alat reproduksi pada saat menstruasi
No Pernyataan SST ST KS TS
1. Selalu makan banyak pada saat 11 18 4 6
menstruasi. (27,5%) (45%) (10%) (15%)
2. Pemakaian pembalut dapat memiliki 4 19 3 14
dampak negative (10%) (47,5%) (7,5%) (35%)
3. Saat menggunakan pembalut terjadi 4 10 8 18
iritasi kulit pada sekitar alat reproduksi . (10%) (25%) (20%) (45%)
4. Saat mentruasi tiba pasti kita merasa 2 3 0 35
nyaman dan bebes braktifitas. (5%) (7,5%) (0%) (87,5%)
5. Mengikuti langkah-langkah yang benar 28 10 1 1
dalam merawat kebersihan alat (70%) (25%) (2,5%) (2,5%)
reproduksi pada saat menstruasi.
6. Penggunaan handuk orang lain 6 11 9 13
berdampak positife terhadap kesehatan (15%) (27,5%) (22,5%) (32,5%)
alat reproduksi.
7. Mencegah munculnya keputihan dan 6 25 6 3
bau tidak sedap. (15%) (62,5%) (15%) (7,5%)
8. Merasa malu untuk memeriksakan 12 17 7 4
ketidaknyamanan padaorgan intim. (30%) (42,5%) (17,5%) (10%)

9. Selalu mencatat jadwal mentruasi setiap 9 17 10 4


bulannya. (22,5%) (42,5%) (25%) (10%)
10. Tidak mengkonsumsi obat anti nyeri 11 9 13 7
ketika mengalami nyeri pada saat (27,5%) (22,5%) (32,5%) (17,5%)
menstruasi.

Table 4 Distribusi responden berdasarkan jawaban terhadap kuisioner mengenai tindakan


perempuan dalam perawatan kebersihan alat reproduksi pada saat menstruasi
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah 38 2
memegang vagina? (95%) (5%)
2. Apakah anda mengganti pembalut 2-3 kali sehari. 36 4
(90%) (10%)
3. Apakah anda mengganti celana dalam 1 kali sehari? 3 37
(7,5%) (92,5%)
4. Apakah anda sering menggunakan cairan pembersih vagina? 29 11
(72,5%) (27,5%)
5. Apakah anda membersihkan vagina dengan air yang bersih? 40 0
(100%) (0%)
6. Apakah anda membersihkan vagina dengan cara dari arah 10 30
belakang ke depan? (75%)
(25%)
7. Apakah anda selalu menggunakan tissue/handuk untuk 35 5
mengeringkan vagina? (87,5%) (12,5%)
8. Apakah anda memakai celana dalam yang ketat saat 15 25
menstruasi? (37,5%) (62,5%)

103
9. Apakah anda menggunakan celana dalam yang bersih yang 20 20
terbuat dari bahan katun? (50%) (50%)
10. Apakah anda pernah mencukur sebagian dari rambut 20 20
kemaluan untuk menghindari kelembapan yang berlebihan? (50%) (50%)

Table 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Remaja Putri


No Pengetahuan Frekuensi Persentase %
1 Baik 32 80
2 Cukup 8 20
3 Kurang 0 0
Total 40 100%

Table 6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Remaja Putri


No Sikap Frekuensi Persentase %
1 Positif 29 72,5
2 Negatif 11 27,5
Total 40 100%

Table 7 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Remaja Putri


No Tindakan Frekuensi Presentase %
1 Dilakukan 29 72,5
2 Tidak Dilakukan 11 27,5
Total 40 100%

Pembahasan HIKMAH Wilayah Marihat Bandar


Hasil penelitian tentang perilaku Kabupaten Simalungun bersikap positif,
remaja putri dalam perawatan kebersihan dikarenakan informasi yang diterima,baik
alat reproduksi pada saat mentruasi ditinjau dari orang tua maupun dari pendidikan
dari aspek pengetahuan pada remaja putri serta sarana dan media informasi.
yang berpengetahuan baik sebanyak 32 Berdasarkan hasil penelitian tentang
responden (80%), berpengetahuan cukup perilaku remaja putri dalam perawatan
sebanyak 8 responden (20%), dan kebersihan alat reproduksi pada saat
berpengetahuan kurang sebanyak 0 mentruasi ditinjau dari aspek tindakan pada
responden (0%). Menurut asumsi penelitian remaja putri yang tindakan dilakukan
bahwa pengetahuan remaja putri di SMP sebanyak 29 responden (72,5%), dan yang
Swasta AL-HIKMAH Wilayah Marihat tindakan tidak dilakukan sebanyak 11
Bandar Kabupaten Simalungun responden (27,5%). Menurut asumsi
berpengetahuan baik, dikarenakan peneliti baik tindakan yang dilakukan
informasi yang diterima,baik dari orang tua remaja putri dalam perawatan kebersihan
maupun dari pendidikan serta sarana dan alat reproduksi Pada saat menstruasi di
media informasi. Berdasarkan hasil SMP Swasta Wilaya Marihat Bandar
penelitian tentang perilaku remaja putri Kabupaten Simalungun.
dalam perawatan kebersihan alat reproduksi
pada saat mentruasi ditinjau dari aspek
sikap pada remaja putri bersikap positif
sebanyak 29 responden (72,5%), dan
bersikap negatif sebanyak 11 rsponden
(27,5%).
Menurut asumsi penelitian bahwa
sikap remaja putri di SMP Swasta AL-

104
Kesimpulan Farizal, J., & Dewa, E. A. R. S. (2017).
Dari 40 responden ditemukan Identifikasi Candida Albican pada
pengetahuan remaja putri dalam perawatan Saliva Wanita Penderita Diabetes
kebersihan alat reproduksi pada saat Melitus. Jurnal Teknologi
menstruasi sebagian besar pada tingkat Laboratorium.
pengetahuan baik sebanyak 32 responden https://doi.org/10.1902/jop.2004.75.5.
(80%). Dari 40 responden ditemukan sikap 663
remaja putri dalam perawatan kebersihan Larasati, T., & Alatas, F. (2016).
alat reproduksi pada saat menstruasi Dismenore Primer dan Faktor Risiko
sebagian besar pada sikap positif sebanyak Dismenore Primer pada Remaja.
29 responden (72,5%). Dari 40 responden Jurnal Majority.
ditemukan tindakan remaja putri dalam Manuaba, I. (2010). Memahami Kesehatan
perawatan kebersihan alat reproduksi pada Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
saat menstruasi sebagian besar tindakan Septadina, & Seta, I. (2015). Upaya
dilakukan sebanyak 29 responden (72,5%). Pencegahan Kanker Serviks Melalui
remaja putri agar meningkatakn prilaku dan Peningkatan Pengetahuan Kesehatan
mencari informasi tentang perawatan Reproduksi Wanita Dan Pemeriksaan
kebersihan alat reproduksi pada saat Metode Iva (Inspeksi Visual Asam
menstruasi dengan mengikutin program- Asetat) Di Wilayah Kerja Puskesmas
program atau penyuluhan yang diadakan Kenten Palembang. J.
oleh tenaga kesehatan atau balai kesehatan. Sessa, F. M. (2015). Adolescence. In
meningkatkan pelayanan kesehatan dalam Encyclopedia of Mental Health:
membantu remaja putri agar dapat Second Edition.
memahami secara mendalam tentang https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
perawatan alat reproduksi. 397045-9.00055-0
Thapar, A., Collishaw, S., Pine, D. S., &
Referensi Thapar, A. K. (2012). Depression in
Alli J.A.O., Okonko I.O, Odu N.N., K. A. adolescence. The Lancet.
F. and N. J. C. (2011). Detection and https://doi.org/10.1016/S0140-
prevalence of Candida isolates among 6736(11)60871-4
patients in Ibadan, Southwestern Viner, R. M., Ozer, E. M., Denny, S.,
Nigeria. Journal of Microbiology and Marmot, M., Resnick, M., Fatusi, A.,
Biotechnology Research. & Currie, C. (2012). Adolescence and
BKKBN. (2013). Kesehatan Reproduksi. the social determinants of health. The
Jurnal Populasi. Lancet. https://doi.org/10.1016/s0140-
https://doi.org/2101018 6736(12)60149-4

105

Anda mungkin juga menyukai