Anda di halaman 1dari 3

BCG dapat bekerja dengan memacu respon imun yang diperantarai sel T

BCG juga bisa meningkatkan jumlah limfosit CD4+ yang terbukti dengan meningkatnya
jumlah sel-sel blast CD4+ dalam kultur (secara in vitro)
Puncak proliferasi limfosit terjadi 2 minggu setelah infeksi pada hewan coba yang diinfeksi
dengan
BCG. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa infeksi tuberkulosis pada kucing juga
mengikuti paradigma Th1 dan Th2 yang melibatkan aktivitas makrofag dan T helper.
Telah diketahui mekanisme respon imun terhadap infeksi M.tuberculosis diperankan oleh
imunitas seluler yaitu sel makrofag dan sel T (T-cell mediated immunity), dengan mekanisme
utama meningkatnya aktifitas sel T dan makrofag.
Reactive oxygen intermediate merupakan produk oksidatif makrofag yang memainkan
peranan penting dalam mekanisme pembunuhan M. tuberculosis, yang aktivitasnya diinduksi
oleh sitokin IFN-γ dan TNF-α
Aktivasi makrofag akan diikuti oleh aktivasi limfosit T untuk melakukan ekspansi kloning dan
menghasilkan sitokin-sitokin yang diperlukan oleh makrofag teraktivasi dalam melakukan tanggapan
terhadap patogen asing. Salah satu produk yang dihasilkan adalah IFN-. IFN- sangat dilperlukan
dalam melakukan killing patogen intrasel seperti Listeria monocytogenes baik melalui jalur Reactive
Oxygen Intermediates (ROI) maupun Reactive Nitrogen Intermediates (RNI). Dilaporkan bahwa IFN-
akan menginduksi NO Sintase untuk berikatan dengan molekul tetrahidrobiopterin sebagai ko-
faktor, dan dengan pacuan TNF akan mengubah L-Arginin menjadi citrulin + NO dengan bantuan O2.
NO ini bersifat toksik terhadap bakteri dan berguna pada aktivitas killing.

39 NO adalah produk yang dihasilkan makrofag teraktivasi untuk pembunuhan patogen intrasel
melalui jalur Reactive Nitrogen Intermediates (RNI).

Usaha pencegahan terhadap tuberkulosis telah lama diupayakan yaitu dengan melakukan
vaksinasi menggunakan M.bovis galur Bacillus Calmette-Guerin (BCG) yang telah
dilemahkan. Bacillus Calmette-Guerin dapat merubah beberapa komponen respon imun,
mengubah beberapa tipe sel, dan dapat mendorong terjadinya efek stimulasi atau
penghambatan pada sistem imun tergantung pada bagaimana cara menggunakannya. Selain
memacu respon imun yang diperantarai sel T, BCG juga diketahui dapat meningkatkan
jumlah limfosit. Secara in vitro pemberian BCG dapat meningkatkan jumlah limfosit CD4+
yang terbukti dengan meningkatnya jumlah sel-sel blast CD4+ dalam kultur. Puncak
proliferasi limfosit terjadi 2 minggu setelah infeksi pada hewan coba yang diinfeksi dengan
BCG. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa infeksi tuberkulosis pada kucing juga
mengikuti paradigma Th1 dan Th2 yang melibatkan aktivitas makrofag dan T helper.
Pada penelitian ini dipelajari bagaimana pengaruh vaksinasi BCG terhadap aktivitas
makrofag yang meliputi aktivitas fagositosis dan sekresi ROI pada kucing yang diinfeksi
M.tuberculosis. Telah diketahui mekanisme respon imun terhadap infeksi M.tuberculosis
diperankan oleh imunitas seluler yaitu sel makrofag dan sel T (T-cell mediated immunity),
dengan mekanisme utama meningkatnya aktifitas sel T dan makrofag.
Menurut Hennesey (10) BCG merupakan imunopotensiator yang dapat menstimulasi
imunitas seluler dengan mengaktifkan aktivitas sel T dan makrofag dengan berbagai
mekanisme. Demangel et al. (l2) membuktikan bahwa pemberian BCG secara in vitro dapat
memacu maturasi sel-sel dendritik (APC, antigen precenting cell) yang ditunjukkan dengan
adanya peningkatan ekspresi antigen MHC II, dan molekul kostimulator CD80 dan CD86.
Data aktivitas fagositosis makrofag peritoneum kucing penelitian yang diperoleh
membuktikan bahwa vaksinasi BCG pada kucing dapat meningkatkan aktivitas fagositosis
makrofag. Atau dengan kata lain BCG dapat bertindak sebagai imunopotensiator yaitu
dengan meningkatkan secara bermakna kemampuan fagositosis makrofag dalam usahanya
untuk memuskahkan M.tuberculosis yang masuk pada tubuh kucing.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa vaksinasi BCG pada kucing dapat meningkatkan
aktivitas makrofag dalam sekresi ROI dalam usahanya untuk memusnahkan M.tuburculosis
yang masuk pada tubuh kucing. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa adanya
infeksi M. tuberculosis pada kucing meningkatkan sekresi ROI oleh makrofag dan mencapai
puncaknya pada minggu kedua setelah infeksi, yang dihubungkan dengan mekanisme
pembunuhan efektif terhadap M.tuberculosis (23). Peningkatan aktivitas makrofag dalam
sekresi ROI yang mencapai puncaknya pada minggu kedua setelah infeksi, juga didukung
dengan hasil penelitian berikutnya yang menunjukkan bahwa pada minggu kedua setelah
infeksi selain aktivitas sekresi ROI yang mencapai puncak, aktivitas makrofag dalam
fagositosis juga mencapai puncaknya pada waktu yang sama (24). Reactive oxygen
intermediate merupakan produk oksidatif makrofag yang memainkan peranan penting dalam
mekanisme pembunuhan M. tuberculosis, yang aktivitasnya diinduksi oleh sitokin IFN-γ dan
TNF-α (25, 26). Kemampuan BCG dalam menstimulasi respon imun seluler khususnya
dalam mekanisme sebagai efektor oksidatif pada mencit telah banyak dilaporkan. Supargiono
(l4) mendemontrasikan peningkatan aktivitas oksidatif makrofag mencit dalam membunuh
intraerythrocytic Plasmodium yoelli secara in vitro. Dari data hasil aktivitas makrofag
peritoneum kucing yang diperoleh, membuktikan bahwa BCG juga mampu meningkatkan
respon imun pada kucing melalui peningkatan aktivitas sekresi ROI dalam usahanya
memproteksi untuk memusnahkan M.tuberculosis yang masuk dalam tubuh kucing.
KESIMPULAN
Dari hasil dan diskusi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa vaksinasi BCG pada
kucing dapat meningkatkan secara bermakna respon imun seluler, yaitu melalui peningkatan
aktivitas makrofag baik dalam aktifitas fagositosis maupun sekresi ROI. Pengaruh
peningkatan aktivitas makrofag terlihat sejak awal infeksi M.tuberculosis sampai akhir
penelitian, hal ini dapat diartikan bahwa dampak perlindungan pengaruh vaksinasi BCG yang
diberikan dapat dipertahankan dalam waktu yang lama, yang diharapkan dalam aplikasinya di
lapangan dapat memberikan perlidungan yang efektif terhadap infeksi kuman tersebut.

Antigen M. difragmentasi ditranspor


Tuberculosis pada Peptida-peptida RE
sitoplasma APC proteasome

+ MHC kelas 1

Dipresentasikan ke
Kompleks
permukaan sel
~ antigen M. tuberculosis pada sitoplasma APC akan dipresentasikan melalui jalur MHC klas
I pada sel T CD8. Dalam hal ini antigen difragmentasi oleh proteasome menjadi peptida-
peptida dan selanjutnya ditranspor ke dalam RE. Disini peptida berikatan dengan MHC klas
I, membentuk kompleks dan ditranspor ke permukaan sel untuk dipresentasikan. Mekanisme
ini dapat dihambat oleh Brefeldin A, sebagai inhibitor transpor RE – Apparatus golgi.(5)

Mycobacterium yang berada di dalam fagosom (makrofag) tidak dipecah menjadi peptida,
dalam hal ini adanya antigen terlarut di dalam sitoplasma menyebabkan induksi MHC
klas I, sehingga pada keadaan ini tidak terdapat peran proteasome dan sirkulasi RE. Ini
merupakan salah satu mekanisme alternatif dalam presentasi antigen pada MHC klas I.(5)
Peranan antibodi terhadap infeksi M. tuberculosis secara umum sangat kecil, mengingat
infeksi bakteri ini bersifat intraseluler sehingga fungsi opsonin, netralisasi atau aktivasi
komplemen yang umumnya diperantarai oleh antibodi terhadap bakteri ekstraseluler atau
toksin menjadi sulit dilakukan. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa antibodi dapat
meningkatkan kemampuan fungsional makrofag dalam membunuh bakteri M. tuberculosis.
Dalam perkembangannya, penelitian antibodi lebih banyak ditujukan untuk kepentingan
diagnostik.

Anda mungkin juga menyukai