Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

BAGAIMANA AGAMA MENJAMIN KEBAHAGIAAN

MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA


KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTER GENAP

Dosen Pengampu: Dra. Rohmi Lestari, M.Pd

NIP: 196812012008012023

Makalah ini disusun oleh:

Cindy Nur Anggreani (K3319024)

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2020
Bagaimana Agama Menjamin Kebahagiaan
A. Menelusuri Konsep dan Karakteristik Agama sebagai Jalan Menuju Tuhan dan
Kebahagiaan
Menurut Al-Alusi bahagia adalah perasaan senang dan gembira karena bisa
mencapai keinginan/cita-cita yang dituju dan diimpikan. Pendapat lain menyatakan
bahwa bahagia atau kebahagiaan adalah tetap dalam kebaikan, atau masuk ke dalam
kesenangan dan kesuksesan. Ibnu Qayyim al-Jauziyah berpendapat bahwa kebahagiaan
itu adalah perasaan senang dan tentram karena hati sehat dan berfungsi dengan baik.
Dalam kitab Mizanul Amal, Al-Ghazali menyebut bahwa sa’adah (bahagia) terbagi
dua, yaitu bahagia hakiki dan bahagia majasi. Bahagia hakiki adalah kebahagian ukhrawi
(kebahagiaan abadi dan rohani), sedangkan kebahagiaan majasi adalah kebahagiaan
duniawi (fana dan tidak abadi). Kebahagiaan ukhrawi akan diperoleh dengan modal iman,
ilmu, dan amal. Adapun kebahagiaan duniawi bisa didapat oleh orang yang berimandan
bisa didapat oleh orang yang tidak beriman. Diantara kebahagiaan duniawi adalah
memiliki harta, keluarga, kedudukan terhormat, dan keluarga yang mulia.
Karakteristik hati yang sehat adalah sebagai berikut.
1. Hati menerima makanan yang berfungsi sebagai nutrisi dan obat.
2. Selalu berorientasi ke masa depan dan akhirat.
3. Selalu mendorong pemiliknya untuk kembali kepada Allah.
4. Tidak pernah lupa dari mengingat Allah.
5. Jika sesaat saja lupa kepada Allah segera ia sadar dan kembali mendekat dan berzikir
kepada-Nya.
6. Jika sudah masuk dalam shalat, maka hilanglah semua kebingungan dan kesibukan
duniawinya.
7. Perhatian terhadap waktu agar tidak hilang sia-sia.
8. Hati yang sehat selalu berorientasi kepada kualitas amal.
Fungsi hati adalah untuk makrifah kepada Allah, mencintai allah, rindu kepada
Allah, dan kembali kepada Allah. Faktor-faktor yang menyebabkan hati manusia menjadi
sakit yaitu: 1) Banyak bergaul dengan orang-orang yang tidak baik, 2) At-Tamanni
(berangan-angan), 3) Menggantungkan diri kepada selain Allah, 4) Asy-Syab’u (terlalu
kenyang), 5) Terlalu banyak tidur, 6) Berlebihan melihat hal-hal yang tidak berguna, dan
7) Berlebihan dalam berbicara.
B. Alasan Mengapa manusia Harus Beragama dan Bagaimana Agama Dapat
Membahagiakan Umat Manusia
Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Jika
manusia hidup tidak sesuai dengan fitrahnya, maka manusia tidak akan mendapatkan
kesenangan, ketentraman, kenyamanan dan keamanan, ujungnya tidak ada kebahagiaan.
Jadi, hidup beragama itu adalah fitrah, dan karena itu, manusia merasakan nikmat,
nyaman, aman, dan tenang. Sedangkan apabila hidup tanpa agama, manusia akan
mengalami ketidaktenangan, ketidaknyamanan, dan ketidaktentraman yang pada
ujungnya ia hidup dalam ketidakbahagiaan. Oleh karena itu, bahagia adalah menjalani
hidup sesuai dengan fitrah yang telah diberikan Allah kepada manusia.
C. Menggali Sumber Historis, Filosofis, Psikologis, Sosiologis, dan Pedagogis tentang
Pemikiran Agama sebagai Jalan Menuju Kebahagiaan
Secara teologis, beragama adalah fitrah. Secara historis, pada sepanjang sejarah
hidupmanusia, beragama itu merupakan kebutuhan dasar manusia yang palig hakiki.
1. Argumen Psikologis Kebutuhan Manusia terhadap Agama
Sebagai makhluk rohani,manusia membutuhkan ketenangan jiwa, ketentraman
hati dam kebahagiaan rohani. Kebahagiaan rohani hanya akan didapat jika manusia
dekat dengan pemilik kebahagiaan yang hakiki. Menurut mistisime Islam, bahwa
Tuhan Mahasuci, Mahaindah, dan mahasegalanya. Tanpa agama, manusiaakan salah
jalan dalam menempuh cara untuk bisadekat denga Tuhan.
2. Argumen Sosiologis Kebutuhan Manusia terhadap Agama
Menurut Al-Qur’an manusia adalah makhluk sosial. Secara horizontal, manusia
butuh berinteraksi dengan sesamanya dan lingkungannya baik flora maupun fauna.
Secara vertikal, manusia lebih butuh berinteraksi dengan Zat yang menjadi sebab ada
dirinya. Manusia sangat membutuhkan Allah. Allahlah yang menghidupkan,
mematikan, memuliakan, menghinakan, menganiayakan, memiskinkan, dan Dialah
Allah Zat Zahir yang Batin, dan Yang Berkuasa atas segala sesuatu.
Faktor penyebab manusia harus hidup bermasyarakat adalah sebagai berikut.
a. Adanya dorongan seksual, yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan
keturunan atau jenisnya sendiri.
b. Adanya kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yangserba terbatas dan
makhluk yang lemah.
c. Karena adanya perasaan senang pada tiap-tiap manusia.
d. Adanya kesamaan keturunan, kesamaan teritorial, senasib, keamaan keyakinan,
kesamaan cita-cita, kesamaan kebudayaan, dan-lain-lain.
e. Manusia tunduk dan patuh pada aturan dan norma sosial.
f. Perilakumanusia mengharapkan suatu penghargaan dan pengakuan dari orang-
orang yang ada di sekitarnya.
g. Berinteraksi, berkomunikasi dan beradatasi dengan lingkungan merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia.
h. Potensi manusia akan berkembang bila hidup di tengah-tengah manusia dan
masyarakatnya.
D. Membangun Argumen tentang Tauhidullah sebagai Satu-satunya Modal Beragama
yang Benar
Misi utama Rasullulah Saw., seperti halnya rasul-rasul yang sebelum beliau adalah
mengajak manusia kepada Allah. La ilaha illallah itulah landasan teologis agama yang
dibawa Rasulullah dan oleh semua para nabi dan rasul. Tauhidullah membebaskan
manusia dari takhayul, khurafat, mitos, dan bidah. Rasulullah menyatakan bahwa kunci
surga itu adalah kalimah la ilaha illallah. Perkara yang dapat merusak tauhidullah adalah
syirik. Syirik terbagi terbagi dua, ada syirik akbar (besar) dan syirik asghar (kecil). Syirik
akbar adalah menyekutukan Alah dengan selain-Nya. Adapun syirik asghar adalah riya
dalam beramal. Hal-hal yang dapat merusak tauhidullah yaitu: 1) Sifat Al-Kibr
(sombong), 2) Sifat Azh-Zhulm (kezaliman) dan Sifat Al-Kizb (kebohongan), 3) Sikap Al-
Ifsad (melakukan perusakan), 4) Sikap Al-Ghaflah (lupa), 5) Al-Ijram (berbuat dosa), dan
6) Sikap ragu menerima kebenaran.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Komitmen terhadap Nila-Nilai tauhid untuk
Mencapai Kebahagiaan
Jiwa tahid penting sebab jiwa tauhid adalah modal dasar hidup yang dapat mengantar
manusia menuju keselamatan dan kesejahteraan. Nilai-nilai universal yang perlu
ditanamkan dan dikembangkan agar menjadi roh kehidupan itu adalah ash-shidq
(kejujuran), al-amanah (dapat dipercaya), al-adalah (keadilan), al-hurriyyah
(kemerdekaan), al-musawah (persamaan), tanggung jawab sosial, at-tasamuh (toleransi),
kasih sayang, tanggung jawab lingkungan, tabadul ijtima (saling memberi manfaat), at-
tarahum (kasih sayang) dan lain-lain.
Kesimpulan:
Kebahagiaan yang diimpikan manusia adalah kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Kedua
kebahaagiaan tersebut bisa dicapai dengan berlandaskan agama yaitu tahidullah .
Kebahagiaan yang hakiki hanya milik Allah sehingga untuk mencapai kebahagiaan tersebut
kita harus mengikuti jalan menuju kebahagiaan yang telah ditetapkan oleh Allah.

Anda mungkin juga menyukai