Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Banyak daerah di laut dangkal yang diliputi oleh tumbuhan “rumput” air yang
lebat, yang secara umum disebut rumput-rumputan laut (lamun). Lamun
merupakan tumbuhan berbunga yang beradaptasi untuk hidup terendam di dalam
air laut. Lamun (sea grass), atau disebut juga ilalang laut merupakan satu-satunya
kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-
tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput
didarat, mereka mempunyai tunas berdaun tegak dan tangkai-tangkai yang
merayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan
laut yang lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah, dan
menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk
menghangkut gas dan zat-zat hara.

Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia


dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Fungsi-fungsi di
dalam ekosistem ini pun harus berlangsung dalam satu satuan rangkaian dimana
satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Semua ekosistem selalu terbuka, sebab
semua ekosistem mempunyai batas-batas yang nyata. Ada energi dan bahan-bahan
yang terbentuk didalamnya yang terus menerus keluar dari ekosistem setelah
digunakan oleh organisme yang hidup didalamnya.Tempat hidup sekelompok
makluk hidup disebut habitat. Makro habitat dibagi atas habitat darat dan habitat
air.

Lamun (sea grass), atau disebut juga ilalang laut merupakan satu-satunya
kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-
tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput
didarat, mereka mempunyai tunas berdaun tegak dan tangkai-tangkai yang
merayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan
laut yang lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah, dan
menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk
menghangkut gas dan zat-zat hara. Salah satu bentuk kekayaan flora di perairan
Indonesia yaitu adanya tumbuhan lamun. Lamun adalah satu-satunya kelompok
tumbuhan berbunga yang hidup dilingkungan laut.
Mangrove adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan tingkat salinitas
perairan yang tinggi. Tumbuhan ini banyak di jumpai pada daerah pesisir pantai
yang masih di pengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Tumbuhan manggrove
yang biasanya hidup di substrat berlumpur dapat semagai penghalang gelombang
dan pencegah terjadinya abrasi pantai oleh ombak. Tomlinson (1986) dan
Wightman (1989) mendefinisikan mangrove baik sebagai tumbuhan yang terdapat
di daerah pasang surut maupun sebagai komunitas. Mangrove juga didefinisikan
sebagai formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub
tropis yang terlindung (Saenger, dkk, 1983). Sementara itu Soerianegara (1987)
mendefinisikan hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah
lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut
air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Aicennia, Sonneratia, Rhizophora,
Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora
dan Nypa.
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir
yang mempunyai peran sangat penting dalam mendukung produktivitas perikanan,
sebagai nursery ground (tempat pembesaran) dan spawning ground (tempat
pemijahan) bagi beragam jenis biota air. Disamping itu juga sebagai penahan erosi
pantai, pencegah intrusi air laut ke daratan, pengendali banjir, merupakan
perlindungan pantai secara alami mengurangi resiko dari bahaya tsunami dan juga
merupakan habitat dari beberapa jenis satwa liar (burung, mamalia, reptilia dan
amphibia) (Othman, 1994).

1.2TUJUAN

Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah :

1. Melakukan pengamatan mangrove dan lamun di desa Kahyapu

2. Mengidentifikasi jenis biota yang bersosiasi pada mangrove dan lamun


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LAMUN

Definisi Lamun

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji


satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat
berbeda dengan rumput laut (algae). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia
kecuali di daerah kutub.
Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan
yang hidup dipadang lamun ada yang sebagai penghuni tetap dan ada pula yang
bersifat sebagai pengunjung. Ada hewan yang datang untuk memijah seperti ikan
dan ada pula hewan yang datang mencari makan seperti sapi laut (dugong-
dugong) dan penyu (turtle) yang makan lamun Syriungodium isoetifolium dan
Thalassia hemprichii (Husni, 2003).

Peranan padang lamun secara fisik di perairan laut dangkal adalah


membantu mengurangi tenaga gelombang dan arus, menyaring sedimen yang
terlarut dalam air dan menstabilkan dasar sedimen. Peranannya di perairan laut
dangkal adalah kemampuan berproduksi primer yang tinggi yang secara langsung
berhubungan erat dengan tingkat kelimpahan produktivitas perikanannya.
Keterkaitan perikanan dengan padang lamun sangat sedikit diinformasikan,
sehingga perikanan di padang lamun Indonesia hampir tidak pernah diketahui.
Keterkaitan antara padang lamun dan perikanan udang lepas pantai sudah dikenal
luas di perairan tropika Australia (Zulkifli,2003)

Ciri-Ciri Lamun

Lamun memiliki ciri – ciri sebagai berikut, yaitu :


1. Toleransi terhadap kadar garam lingkungan
2. Tumbuh pada perairan yang selamanya terendam
3. Mampu bertahan dan mengakar pada lahan dari hempasan ombak dan tekanan
arus
4. Menghasilkan pollinasi hydrophilous ( benang sari yang tahan terhadap kondisi
perairan )
5.  Memiliki kutikula sebagai pengganti stomata
6.  Lamun adalah satu - satunya tanaman berbunga yang akarnya berpembuluh
dan teradaptasi dengan lingkungan laut. (Nontji, 1993).
Ekosistem Lamun
Lamun mempunyai perbedaan yang nyata dengan tumbuhan yang hidup
terbenam dalam laut lainnya, seperti makro-algae atau rumput laut (seaweeds).
Tanaman lamun memiliki bunga dan buah yang kemudian berkembang menjadi
benih. Lamun juga memiliki sistem perakaran yang nyata, dedaunan, sistem
transportasi internal untuk gas dan nutrien, serta stomata yang berfungsi dalam
pertukaran gas. Akar pada tumbuhan lamun tidak berfungsi penting dalam
pengambilan air, karena daun dapat menyerap nutrien secara langsung dari dalam
air laut. Untuk menjaga agar tubuhnya tetap mengapung di dalam kolom air
tumbuhan ini dilengkapi dengan ruang udara. Lamun tumbuh subur terutama di
daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai atau goba yang dasarnya berupa
lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati dengan kedalaman sampai empat
meter. Spesies lamun yang biasanya tumbuh dengan vegetasi tunggal adalah
Thalassia hemprichii, uninervis, Cymodocea serrulata, dan Thlassodendron
ciliatum. Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule

Untuk tipe perairan tropis seperti Indonesia, padang lamun lebih


dominan tumbuh dengan koloni beberapa jenis (mix species) pada suatu
kawasan tertentu yang berbeda dengan kawasan temperate atau daerah
dingin yang kebanyakan di dominasi oleh satu jenis lamun (single
species). Penyebaran lamun memang sangat bervariasi tergantung pada
topografi pantai dan pola pasang surut. Anda bisa saja menjumpai lamun
yang terekspose oleh sinar matahari saat surut di beberapa pantai atau
melihat bentangan hijau yang didalamnya banyak ikan-ikan kecil saat
pasang. Jenisnya pun beraneka ragam, yang di pantai Indonesia
sendiri,kita bias menjumpai 12 jenis lamun dari sekitar 63 jenis lamun di
dunia dengan dominasi beberapa jenis diantaranya Enhalus acoroides,
Cymodocea spp, Halodule spp., Halophila ovalis, Syringodium
isoetifolium, Thallasia hemprichii dan Thalassodendron ciliatum. Dan
saya percaya kawasan perairan Indonesia yang sangat luas mempunyai
jenis lamun yang lebih dari perkiraan beberapa lembaga penelitian.

Padang lamun menyebar hampir di seluruh kawasan perairan


pantai Indonesia. Anda akan sangat mudah mengenali tumbuhan ini.
Padang lamun biasanya sangat mirip dan bahkan menyerupai padang
rumput di daratan dan hidup pada kedalaman yang relative dangkal (1-10
meter) kecuali beberapa jenis seperti Halodule sp., Syringodium sp. dan
Thalassodendrum sp., yang juga di temukan pada kedalaman sampai
dengan 20 meter dengan penetrasi cahaya yang relative rendah. Malah
pernah dilaporkan jenis Halophila yang di temukan pada kedalaman 90
meter oleh Taylorm (1928) yang ditulis dalam Den Hartog (1970). Namun
umumnya sebagian besar padang lamun menyebar pada kedalaman 1 – 10
meter. Di beberapa perairan dangkal, kita dapat menyaksikan padang
lamun dengan kepadatan yang cukup tinggi yang memberikan kesan hijau
pada dasar perairan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pertumbuhan Lamun

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan lamun secara


umum adalah kualitas air, substrat dasar perairan. Kualitas air meliputi
nutrien,temperatur, salinitas dan cahaya.
a) Nutrien
Senyawa organik yang penting bagi lamun diantaranya tersusun
oleh unsur-unsur karbon, nitrogen, fosfor. Sumber utama karbon bagi
lamun berasal dari sedimen yang diserap oleh akar. Dua puluh lima persen
dari karbon yang diserap oleh akar ditransfer ke daun sedangkan sisanya
tetap berada di perakaran lamun. Nitrogen merupakan salah satu faktor
pembatas pertumbuhan lamun, diperoleh melalui akar setelah mengalami
fiksasi oleh bakteri. Nitrogen yang dihasilkan dari akar mampu mensuplai
20-50 % nitrogen yang dibutuhkan suatu padang lamun. Fosfor dengan
konsentrasi tertinggi ditemukan di wilayah perakaran lamun dibandingkan
dengan di substrat pada kedalaman yang lebih dalam maupun substrat
yang tidak ditumbuhi lamun ( Mellors, 1993 ).
b) Temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor ekologi perairan yang
sangat penting, karena mempengaruhi proses-proses fisiologis lamun,
seperti ketersediaan dan penyerapan, nutrien, respirasi dan siklus protein.
Zieman (1982) menyatakan bahwa lamun lebih tahan terhadap
maningkatnya temperatur dibandingkan dengan alga. Mellors dkk,
menemukan keterkaitan antara temperatur dan biomassa lamun, tetapi
faktor temperatur ini dapat berakibat merugikan pada proses fotosintesis
dan kehidupan apabila terjadi kombinasi antara temperatur dan intensitas
yang berlebih (Mellors, 1993).
c) Salinitas
Aktivitas tumbuhan dalam berfotosintesis dipengaruhi oleh
salinitas air. Laju fotosintesis berkurang hingga mendekati nol pada air
destilasi dan air dengan salinitas dua kali salinitas air laut. Faktor utama
yang mempengaruhi tingkat salinitas di wilayah estuari adalah suplai air
tawar dari muara-muara sungai. pengaruh salinitas bersifat positif bagi
pertumbuhan daun lamun muda dimana pertambahan panjang daun
meningkat seiring meningkatnya salinitas. Padang lamun di Cairns
Harbour Australia dapat hidup pada kisaran salinitas 20‰-50‰ (Dahuri,
2001).
d) Cahaya
Larkum (1989) menyatakan bahwa cahaya merupakan faktor yang
menentukan penyebaran dan kelimpahan lamun. Intensitas cahaya yang
masuk ke dalam kolom air dipengaruhi oleh kecerahan perairan. Semakin
bertambah kedalaman suatu perairan berarti intensitas cahaya menurun
maka biomassa lamun semakin menurun (Hilman dkk, 1989). Tiap spesies
lamun memiliki intensitas cahaya minimum dan maksimum yang
dibutuhkan sebagai syarat lulus kehidupan dan faktor pertumbuhan yang
optimal (Dahuri, 2001).
e) Substrat dasar
Karakteristik meliputi jenis substrat dan kandungan nutrien dalam
sedimen mampengaruhi bentukakar lamun. Di padang lamun terdapat
interaksi antara lamun dengan sedimen dan air, dimana tumbuhan ini
berpengaruh terhadap karakteristik kimia serta mikrobiologi sedimen dari
produksi detritus, aliran oksigen dari akar dan rimpangnya (Moriaty,1989).

2.2 Definisi Mangrove

Kata mangrove berasal dari kombinasi antara istilah dalam Bahasa


Portugis mangue dan Bahasa Inggris grove (Macnae, 1974). Menurut
bahasa Inggris, kata mangrove digunakan untuk komunitas tumbuhan yang
tumbuh di daerah pasang surut atau setiap individu jenis tumbuhan yang
berasosiasi dengannya, sedangkan dalam bahasa Portugis istilah mangrove
digunakan untuk setiap individu spesies tumbuhan yang hidup di laut dan
kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan yang terdiri dari jenis-
jenis mangrove (Macnae, 1974).

Hutan mangrove merupakan komunitas pantai tropis yang


didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan
berkembang di daerah pasang surut baik pantai berlumpur atau berpasir
(Bengen, 1999). Saenger et al. (1983) mendefinisikan mangrove sebagai
karaktersitik formasi tanaman littoral tropis dan sub tropis di sekitar garis
pantai yang terlindung. Nybakken (1992) menggunakan sebutan bakau
untuk suatu komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa
spesies pohon yang khas atau semak-semak dengan kemampuan untuk
tumbuh di perairan asin. Mangrove juga didefinisikan sebagai ekosistem
hutan yang memiliki toleransi terhadap kadar garam pada daerah intertidal
di sepanjang garis pantai (Hamilton dan Snedaker, 1984 in Aksornkoae,
1993).
Faktor Pembatas Tumbuhan Mangrove

Faktor-faktor lingkungan yang berinteraksi satu sama lain secara


kompleks akan menghasilkan asosiasi jenis yang juga kompleks. Dimana
distribusi individu jenis tumbuhan mangrove sangat dikontrol oleh variasi
faktor-faktor lingkungan seperti tinggi rata-rata air, salinitas, pH, dan
pengendapan (Hasmawati, 2001)
1. Suhu
Pada perairan tropik suhu permukaan air laut pada umumnya 27°C -
29°C. Pada perairan yang dangkal dapat mencapai 34°C. Di dalam hutan
bakau sendiri suhunya lebih rendah dan variasinya hampir sama dengan
daerah-daerah pesisir lain yang ternaung .
2. Pasang Surut
Pasang surut adalah naik turunnya air laut (mean sea level) sebagai
gaya tarik bulan dan matahari. Untuk daerah pantai fenomena seperti ini
merupakan proses yang sangat penting, yang tidak dapat diabaikan oleh
manusia dalam usahanya untuk memanfaatkan, mengelola maupun
melestarikan daerah pesisir.
Pengaruh aktifitas pasang surut di daerah muara sungai sangat besar
karena pasut bukan hanya merubah paras laut dengan merubah
kedalamannya, melainkan dapat pula sebagai pembangkit arus yang dapat
mentranspor sedimen. Selain itu pasut juga berperan terhadap proses-
proses di pantai, seperti penyebaran sedimen dan abrasi pantai. Pasang naik
akan menimbulkan gelombang laut dimana sedimen akan menyebar di
dekat pantai, sedangkan bila air laut surut akan menyebabkanmajunya
sedimentasi ke arah laut lepas (Kaharuddin, 1994)
3. Substrat (sedimen).
Sedangkan Anwar dkk. (1984), menyatakan bahwa lahan yang
terdekat dengan air pada areal hutan mangrove biasanya terdiri dari lumpur
dimana lumpur diendapkan. Tanah ini biasanya terdiri dari kira-kira 75%
pasir halus, sedangkan kebanyakan dari sisanya terdiri dari pasir lempung
yang lebih halus lagi. Lumpur tersebut melebar dari ketinggian rata-rata
pasang surut sewaktu pasang berkisar terendah dan tergenangi air setiap
kali terjadi pasang sepanjang tahun. Klasifikasi sedimen pantai disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Sedimen Pantai Berdasarkan Skala Wentworth
Diameter Butiran
Kelas Ukuran Butiran
Mm Skala
Boulder (Berangkal) >256 <-8
Cobbe (kerikil kasar) 45 -256 (-6) – (-8)
Pebble (kerikil sedang) 4 – 64 (-2) – (-6)
Granule (kerikil halus) 2–4 (-1) – (-2)
Very Coarse Sand (Pasir sangat halus) 1–2 0 – (-1)
Coarse Sand (pasir sedang) 0,5 – 1 1–0
Medium Sand (Pasir sedang) 0,23 – 1 2- 1
Fine Sand (pasir halus) 0,125 – 0,25 3–2
Very Fine Sand (pasir sangat halus) 0,062 – 0,125 4–3
Silt (debu) 0,0039 – 0,062 8–4
Clay (lumpur) < 0,0039 >8
Sumber : Hutabarat dan Evans, 1985

4. Kecepatan Arus
Arus merupakan perpindahan massa air dari suatu tempat ke tempat
lain di sebabkan oleh sebgaian faktor seperti hembusan angin, perbedaan
densitas atau pasang surut. Faktor utama yang dapat menimbulkan arus
yang relatife kuat adalah angin dan pasang surut. Arus yang disebabkan
oleh angin pada umumnya bersifat musiman dimana pada suatu musim
arus mengalir ke suatu arah dengan tetap pada musim berikutnya akan
berubah arah sesuai dengan perubahan arah angin yang terjadi (Hasmawati,
2001)
Hasmawati (2001), menyatakan bahwa kecepatan arus secara tak
langsung akan mempengaruhi substrat dasar perairan. Berdasarkan
kecepatannya maka arus dapat dikelompokkan menjadi arus sangat cepat
(>1 m/dt), arus cepat (0,5-1 m/dt), arus sedang (0,1-0,5 m/dt) dan arus
lanibat (<0,1 m/dt).
5. Salinitas
Pohon mangrove tahan terhadap air tanah dengan kadar garam
tinggi, tetapi pohon-pohon mangrove juga dapat tumbuh dengan baik di air
tawar (Anwar,dkk,.1984). Ketersediaan air tawar dan konsentrasi salinitas
mengendalikan efesiensi matabolik (metabolic efficiency) vegetasi hutan
mangrove. Walaupun spesies vegetasi mangrove memiliki mekanisme
adaptasi yang tinggi terhadap salinitas, namun kekurangan air tawar
menyebabkan kadar garam tanah dan air mencapai kondisi ekstrim
sehingga mengancam kelangsungan hidupnya (Dahuri, 2003). .
6. Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman untuk perairan alami berkisar antara 4-9
penyimpangan yang cukup besar dari pH yang semestinya, dapat dipakai
sebagai petunjuk akan adanya buangan industri yang bersifat asam atau
basa yaitu berkisar antara 5-8 untuk air dan untuk tanah 6 - 8,5 dan kondisi
pH di perairan mangrove biasanya bersifat asam, karena banyak bahan-
bahan organik di kawasan tersebut. Nilai pH ini mempunyai batasan
toleransi yang sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor antara
lain suhu, oksigen terlarut, alkalinitas dan stadia organisme (Hasmawati,
2001).
Adaptasi Vegetasi Mangrove

Beberapa adaptasi mangrove antara lain (Bengen, 1999) :


a. Adaptasi terhadap kadar oksigen rendah.
Pohon mangrove memiliki bentuk perakaran yang khas. Avicennia
sp Xylocarpus sp dan Sonneratia sp memiliki tipe akar cakar ayam dengan
pneumatofora untuk mengambil oksigen dari udara. Rhizophora sp
memiliki tipe akar penyangga atau tongkat dengan lentisel (Bengen, 1999).
b. Adaptasi terhadap kadar garam tinggi
Mangrove memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk
menyimpan garam. Daun mangrove yang tebal, kuat dan banyak
mengandung air berfungsi mengatur keseimbangan garam. Daun mangrove
juga dilengkapi struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.

c. Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan pasang surut


Mangrove mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan
membentuk jaringan horizontal yang lebar. Selain memperkokoh pohon,
akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan
sedimen.
Hutchings dan Saenger (1987), menjelaskan tiga cara mangrove
beradaptasi, yaitu :
a) Salt Extrusion / Salt Secretion. Mangrove menyerap air
bersalinitas tinggi kemudian mengeksresikan garam-garaman melalui
sistem yang terdapat dalam salt gland di daun.
b) Salt Eclusion. Akar mangrove mencegah garam-garaman masuk
dengan cara menyaring garam-garaman tersebut.
c)Salt Accumulation. Mangrove mengakumulasi garam-garaman
(Na dan Cl) di daun, kulit kayu dan akar. Daun penyimpan garam biasanya
akan gugur setelah akumulasi garam melewati batas. Kelebihan garam
dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah mangrove.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum Biologi Laut ini yaitu
bertempat di Desa Kahyapu kecamatan Pulau Enggano yang dilaksanakan
pada tanggal 3-4 Mei 2017.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum
yaitu :
 Alat :
- Karton hitam
- Penggaris
- Kamera
- Plastik
- Bambu
- Buku identifikasi
- Alat tulis
 Bahan :
1. Beberapa jenis Mangrove yang telah ditemukan yaitu :
a. Lumnitzera littorea
b. Rhizophora apiculata
c. Avicenia Rumphiana
2. Beberapa jenis lamun yang telah ditemukan :
a. Enhalus acoroides
b. Cymodocea rotundata
c. Thalassia hemprichii

3.3 Langkah Kerja :


a. Mencatat jenis mangrove yang terdapat di Desa Kahyapu
b. mencatat jenis akar, daun dan banyak propagul mangrove
c. mengambil gambar bagian-bagian dari mangrove
d. mengambil biota yang berintegrasi pada Mangrove
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1 Lamun

1.Enhalus acoroides

klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Antophyta

Kelas :
Monocotyledonia

Ordo : Helobiae

Famili :
Hydrocaritaceae

Genus : Enhalus

Spesies : Enhalus acoroides

2.Thalassia hemprichii
Klasifikasi

Kingdom :Plantae

Divisi :Antophyta

Kelas :Monocotyled
onia

Ordo :Helobiae

Famili :Hydrocaritaci
ae

Genus :Thalassia

Spesies :Thalassia hemprichii


3.Syringrodium
isoetifolium

Klasifikasi

Kingdom :Plantae

Divisi :Antophyta

Kelas :Angiospermae

Ordo :Helobiae

Famili :Potamogetonac
eae

Genus :Syringodium

Spesies :Syringodium
isoetifolium

4.Teripang
Klasifikasi

Kingdom :Animalia

Divisi :Echinodermata

Kelas :Holothuridea

Ordo :Aspidochirotid
a

Famili :Aspidochirota

Genus :Holothuria

Spesies :Holothuria
scabra

5. Kepiting

Klasifikasi

Kingdom :Animalia

Divisi :Arthropoda

Kelas :Crustacea

Ordo :Malacostraca

Famili :Portunidae

Genus : Scylla

Spesies : Fiddler Crab

6.Bintang Laut
Klasifikasi

Kingdom :Animalia

Divisi :Echinodermata

Kelas :Asteroidea

Ordo :Paxillosida

Famili :Ophidlasteridae

Genus :Linckia

Spesies :Linckia
laevigata

7. Ubur - ubur

Klasifikasi

Kingdom :Animalia

Divisi :Coelenterata

Kelas :Schyphozoa

Ordo :Decapoda

Famili :Aureliaceae

Genus :Aurelia

Spesies :Aurelia aurita


4.2.1 Mangrove

1. Rhizopora apiculata

2.Rhizopora mucronata
3.Keong

4.Umang - Umang
5.Udang

4.2 Pembahasan
4.2.1 Lamun
a. Enhalus acoroides

Divisio   : Anthophyta
Kelas    :  Monocotyledonia
Ordo      :  Helobiae
Famili   :  Hydrocaritacea
Sub famili   :  Vallisnerioideae
Genus          : Enhalus
Spesies        : Enhalus acoroides

Habitat Lamun ( Enhalus acoroides )

Acoroides Enhalus ditemukan di zona subtidal dan lambat untuk


menghasilkan tunas baru tapi menghasilkan biomassa yang tinggi, menjadi lamun
sangat besar. siltier air, semakin lama daun tumbuh untuk menangkap lebih
banyak cahaya. Ini adalah satu-satunya spesies yang melepaskan serbuk sari ke
permukaan air dalam reproduksi seksual, yang membatasi distribusi ke daerah-
daerah subtidal intertidal dan dangkal. Ini adalah, spesies gigih lambat tumbuh
dengan resistensi miskin untuk gangguan (Green dan pendek 2003).

Enhalus acoroides adalah umum di daerah lamun utama Asia Tenggara.


Di Thailand, hal itu terjadi di kanal air payau turun ke bawah zona intertidal dan
subtidal di lumpur, pasir berlumpur dan substrat karang berpasir. Di Teluk
Thailand, tumbuh pada substrat kasar mulai dari pasir menengah dan kasar
menjadi puing-puing karang pada kedalaman 0,5-1,0 m. Di Indonesia, E.
acoroides tumbuh di berbagai jenis sedimen yang berbeda, dari lumpur ke pasir
kasar, di daerah subtidal atau daerah dengan bioturbation berat. Di Filipina, itu
berkolonisasi keruh, tenang, daerah yang dilindungi seperti teluk dan muara
(Green dan pendek 2003). Di Semenanjung Malaysia, itu adalah umum di seluruh
pantai di pantai berlumpur dan daerah yang terkena surut.
Reproduksi : mampu hidup di media air asin, mampu berfungsi normal
dalam keadaan terbenam, mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang
baik, mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam keadaan
terbenam.

Deskripsi : Enhalus acoroides adalah salah satu jenis lamun yang terdapat
diperairan indonesia, Tumbuhan ini memiliki rhizoma yang ditumbuhi oleh
rambut-rambut padat dan kaku dengan lebar lebih dari 1,5 cm, memiliki akar yang
banyak dan bercabang dengan panjang antara 10 – 20 cm dan lebar 3 – 5 mm.
Daun dari tumbuhan ini dapat mencapai 30 – 150 cm dengan lebar 1,25 – 1,75 cm
. Akar Enhalus acoroides dapat mencapai panjang lebih dari 50 cm sehingga
dapat menancap secara kuat pada substrat

b. Thalassia hemprichii

Divisio   : Anthophyta
Kelas    :  Monocotyledonia
Ordo     :  Helobiae
Famili   :  Hydrocaritaceae
Sub famili   :  Vallisnerioideae
Genus          : Thalassia
Spesies        : Thalassia hemprichii

Habitat : T. hemprichii merupakan salah satu jenis lamun yang tumbuh di perairan


tropik dan penyebarannya cukup luas  (Thomascik et. al, 1997). Menurut Kiswara
(1992) lamun jenis ini sangat umum dan banyak ditemukan di daerah rataan
terumbu, baik yang tumbuh sendiri-sendiri (monospesifik) maupun yang tumbuh
bersama-sama dengan lamun jenis lain atau tumbuhan lain (mixed vegetasi).

Deskripsi : T. hemprichii mempunyai rimpang (rhizoma) yang berwarna coklat


atau hitam dengan ketebalan 1 – 4 mm dan panjang  3 – 6 cm. Setiap nodus
ditumbuhi oleh satu akar dimana akar dikelilingi oleh rambut kecil yang padat.
Setiap tegakan mempunyai 2 – 5 helaian daun dengan apeks daun yang membulat,
panjang 6 – 30 cm dan lebar 5 – 10 mm.

Reproduksi : Mampu hidup di media air asin, mampu berfungsi normal


dalam keadaan terbenam, mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang
baik, mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam keadaan
terbenam.

c.Syringodium isoetifolium

Daun pada Syringodium isoetifolium membulat atau meruncing, bunga menyebar


dan terbuka, bentuk daun tipis dan berbentuk silindris/tabung berisi rongga udara
dengan bentuk ujung daun yang agak meruncing, jantan dan betina pada
individu yang berbeda,bunga terbentuk di sekitar stem vertikal, biji yang matang
berwarna gelap dan berkulit keras yang licin, terdapat pada daerah subtidal
(tergenang), coastal (pantai), dan terumbu.

4.2.2 Mangrove

a. Rhizophora apiculata

Klasifikasi Rhizopora apiculata

Regnum           : Plantae


Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Myrtales
Famili              : Rhizophoraceae
Genus              : Rhizophora
Spesies            : Rhizophora apiculata Bl

Deskripsi Rhizopora apiculata
Rhizopora apiculata memiliki ciri dengan akar tunjang yang menyolok dan
bercabang-cabang. Batang berkayu dan berbentuk silindris. Daun tunggal, terletak
berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup tertutup daun penumpu
yang menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit, hijau atau
hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai. Daun penumpu cepat
rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang menggembung.

Deskripsi : Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang


mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai
ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang
keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-
ubah.
Daun : Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan
kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm
dan warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan.
Bentuk: elips menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8
cm.
Bunga : Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang
berukuran <14 mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2
bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada
rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning
kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai.
Buah : Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir,
warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil
silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna
merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan
diameter 1-2 cm.
Ekologi : Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada
saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang
bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90%
dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan
pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat
secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara
abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar.
Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena
mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan
terdapat sepanjang tahun.
Penyebaran : Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis
dan Kepulauan Pasifik.
Kelimpahan :
Manfaat : Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang.
Kulit kayu berisi hingga 30% tanin (per sen berat kering). Cabang
akar dapat digunakan sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa
acapkali ditanam di pinggiran tambak untuk melindungi pematang.
Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Setelah di lakukan praktikum selama 2 hari, maka dapat di simpulkan


bahwa :Dari semua zona , jenis – jenis biota yang paling mendominasi adalah
keong, hal ini disebabkan karena biota jenis ini dapat beradaptasi pada kondisi
apapun. Sedangkan Hutan bakau dan padang lamun berperan penting dalam
melindungi pantai dari arus dan hempasan ombak, selain itu juga berperan penting
sebagai tempat memijah, membesar dan mencari makan  dari berbagai biota, Dan
Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai
atau goba yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati
dengan kedalaman sampai empat meter.

Zona mangrove adalah sebutan umum yang digunnakan untuk


menggambarkan varietas komunitas pantai tropic yang didominasi oleh beberapa
spesies pohon yang khas atau semak yang mempunyai kemampuan tumbuh dalam
perairan asin. Sedangkan pada zona pantai lebih didominasi kepiting, selain itu
juga ditemukan biota lain, seperti udang; siput dan akar napas yang bersubstrat
lumpur pasir, tetepi dalam jumlah kecil.

5.2 SARAN
Sebaiknya praktikan harus lebih serius di kegiatan praktikum yang
dilaksanakan, agar lebih dapat dipahami dan dapat berfungsi dengan selayaknya
bagi praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Bengen. 1999.Ekosistem Perairan Mangrove. Jakarta:erlangga

Dahuri. 2003.mangrove dan kehiduannya. Bandunng. : cipta karya

Hamilton dan snedaker. Ictiologhi beach. Zembabwe : UK

Hasmawati. 2001. engantar Oceanografi. Jakarta. UI.

Husni. 2003.Kandungan Lamun dan Potensi Pemaafaatanya. Bogor :cv.graha

Hutabarat dan evan.1985. Ekositem pesisir. Jakarta : yudistira

Kaharudin.1994. Ekosistem mangrove dan lamun. Yogyakarta : cv. Trans

Kusmono. 1998. Ekosistem di pesisir. Bandung : yudistira

Macnae. 1974. Biologi laut. Jakarta : kemenpukbud

Nontji.1993. Biota laut di sekitar lamun dan mangrove. Jakarta : erlangga

Zulkifli.2003. Biologi Laut. Ilmu PengetahuanTentang Biota Laut. Bogor : MSC


LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT

Disusun oleh :
Nama : Fanni Alvianto Simanjorang
NPM : E1I016029
Kelas/Kelompok : A/1
Dosen Pengampu : 1. Dewi Purnama S.Pi, M.Si
2. Person Pesona S.Kel, M.Si
3. Ir.Dede Hartono, MT
4. Aradea Bujana Kusuma, S.si., M.si
Co.Asisten : 1. Heti Lesmiati
2. Nico Deodhatus Adi Sinurat
3. Ahmad Rois Rangkuti
4. Widya Wahyuni
5. Vidya Octaverina
6. Surya Marlia Sigiro
7.Nining Nursalim Saliman
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017

KATA PENGANTAR

Pertama saya panjatkan Puji dan Syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karunian-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Biologi
Laut mengenai Ekosistem Mangrove dan Padang Lamun dapat terlaksana dengan
baik. Tak lupa penyusun mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah banyak berperan penting dalam membantu penyusunan laporan ini,
yaitu kepada bapak dan ibu sebagai dosen pembimbing yang banyak memberikan
semangat dan masukan baik dalam toeri maupun pelaksanaannya.
Dalam penyusunan laporan lengkap peyusun meyadari bahwa laporan ini
sangat jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu
peyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dapat
dijadikan pedoman agar memperbaiki penyusunan laporan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai