Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena masyarakat yang berada di daerah pedesaan, terutama yang
dilalui sungai masih banyak yang berperilaku tidak sehat dengan buang air besar
di sungai, pekarangan rumah, atau tempat- tempat yang tidak selayaknya. Salah
satu faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan buang air besar
sembarangan adalah rendahnya motivasi masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat. Motivasi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang
menggerakkan seseorang untuk melakukan kebiasaan BAB (Buang Air Besar)
(Notoatmodjo, 2007).
Pembuangan air besar perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan
salah satu bahan buangan yang banyak medatangkan masalah dalam bidang
kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, selain itu mencemari lingkungan pada
sumber air dan bau busuk dan serta estetika. Peningkatan derajat kesehatan perlu
dilakukan dengan cara pembuatan MCK (Mandi Cuci Kakus) (Dinkes, 2008).
World Health Organization (WHO), yang dikutip oleh Kementerian
Kesehatan (2013), menginformasikan bahwa kematian yang disebabkan oleh
water borne disease mencapai 3.400.000 jiwa/tahun. UNICEF (United Nations
Interational Childrens Emergency Fund) menyatakan bahwa sanitasi dan perilaku
kebersi han yang buruk, serta minum air yang tidak aman berkontribusi terhadap
88% kematian anak akibat diare di seluruh dunia (Kemenkes RI, 2011) dari semua
kematian yang berakar pada buruknya kualitas air dan sanitasi, diare merupakan
penyebab kematian terbesar yaitu 1.400.000 jiwa/tahun (Kemenkes RI, 2013).
Terkait BAB (Buang Air Besar) di sungai, India berada di peringkat tertinggi di
dunia, sedangkan Indonesia menduduki peringkat kedua atau tepatnya di bawah
India (Kemenkes RI, 2011). Menurut data UNICEF, 44,5 % total seluruh
penduduk Indonesia belum memiliki akses pembuangan tinja yang layak dan 63
juta masyarakat Indonesia masih buang air besar di sungai atau 24% dari total
penduduk Indonesia pada tahun 2011 masih melakukan BAB (buang air besar) di
sungai (Kemenkes RI, 2011).
Buang air besar sembarangan sangat berdampak besar bagi kesehatan.
Dengan tempat berperilaku buang air besar ke sungai, kebon, sawah, kolam dan
tempat-tempat terbuka lainnya. Perilaku seperti tersebut jelas sangat merugikan
kondisi kesehatan masyarakat, karena tinja dikenal sebagai media tempat
hidupnya bakteri E-coli yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare.
Tahun 2006 angka kejadian diare sebesar 423 per 1000 penduduk dan Case
Fatality Rate (CFR) diare sebesar 2,52 %. Hasil Study WHO tahun 2007,
menyatakan bahwa melalui pendekatan sanitasi Total, dapat menurunkan kejadian
diare sebesar 94%.
Dampak penyakit yang ditimbulkan dari buang air besar disungai melalui
fases yang terinfeksi mencemari air sungai dan terkontaminasi bibit penyakit yang
berasal dari fases kemudian diminum manusia, bisa juga fases yang terinfeksi
dihinggapi kecoa atau lalat kemudian hinggapi makanan (piring, sendok, dan
gelas) dan masih banyak orang yang mengambil air dikali untuk keperluan rumah
tangga, padahal sejumlah penyakit menyebar melalui fases seperti typus
abdominali, kolera, desentri, hepatitis (Notoatmodjo, 2007). Selain itu dampak
dari buang air besar sembarangan dapat menyebabkan diare yang dapat
mempengaruhi status gizi pada balita.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan fenomena di latar belakang masalah, maka peneliti
merumuskan masalah “Bagaimana mengubah persepsi masyarakat terutama anak-
anak tentang perilaku buang air besar sembarangan?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang akan dicapai pada kegiatan ini adalah:
a. Tujuan Umum
1. Memberikan ilmu kepada sasaran kegiatan penyuluhan Stop Buang
Air Besar Sembarangan (BABS) bagi anak-anak SD
2. Meningkatkan pemahaman akan pentingnya BAB dijamban dan
pengetahuan mengenai dampak BABS
3. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya BAB pada tempatnya
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kerjasama dengan beberapa pihak terkait (Pelaksana
kegiatan yaitu Mahasiswa D4 Gizi Semester 3 Poltekkes
Kemenkes Palembang dan Pihak Sekolah Dasar di 3-4 Ulu
Palembang.
2. Sebagai sarana pengabdian masyarakat dan penelitian tentang
dampak dari BABS.

1.4 Manfaat
Kegiatan Penyuluhan BABS ini memiliki beberapa manfaat yaitu terjadi
peningkatan ilmu pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran akan pentingnya
buang air besar pada tempatnya bagi anak-anak SD setempat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian BABS


Perilaku buang air besar sembarangan (BABS/Open defecation) termasuk
salah satu contoh perilaku yang tidak sehat. BABS/Open defecation adalah suatu
tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak – semak, sungai,
pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi
lingkungan, tanah, udara dan air.

2.2 Pengertian Tinja


Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui
anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran
pencernaan. Dalam aspek kesehatan masyarakat, berbagai jenis kotoran manusia
yang diutamakan adalah tinja dan urin karena kedua bahan buangan ini dapat
menjadi sumber penyebab timbulnya penyakit saluran pencernaan.
Manusia mengeluarkan tinja rata – rata seberat 100 - 200 gram per hari,
namun berat tinja yang dikeluarkan tergantung pola makan. Setiap orang normal
diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari sekitar 85 – 140 gram kering
perorang/ hari dan perkiraan berat basah tinja manusia tanpa air seni adalah 135 –
270 gram perorang/hari. Dalam keadaan normal susunan tinja sekitar ¾
merupakan air dan ¼ zat padat terdiri dari 30% bakteri mati, 10 – 20% lemak, 10
– 20% zat anorganik, 2 – 3% protein dan 30 % sisa – sisa makanan yang tidak
dapat dicerna.
Jika tinja tak diorganisir dengan baik, maka akan menjadi bagian dari mata
rantai penularan penyakit. Sebab siklus penyakit dimulai dari tinja yang
mengandung mikroorganisme patogen. Tinja akan merangsek ke air dan tanah.
Penyakit yang mudah menyebar dan mengakibatkan kematian ialah diare.
Dari tinja, pola penyebaran penyakit dihantarkan serangga. Lalat misalnya,
berperan dalam penyebaran penyakit yang mudah menular. Serangga gemar
menempatkan telurnya pada tinja. Sebab tinja manusia mengandung bahan-bahan
yang dapat menjadi makanan hewan itu.
Apalagi di negara dengan iklim tropis, potensi penularan penyakit melalui
lalat cenderung tinggi. Maka dari itu jamban seharusnya menjadi wadah isolasi
tinja yang mencegah pencemaran air, tanah, kontak dengan manusia, dan tak
memicu kedatangan serangga.
Lingkungan yang tercemar tinja, menjadi ruang yang baik bagi penularan
penyakit infeksi. Beberapa jenis penyakitnya yaitu diare, kolera, demam
tifoid, dan deman paratifoid, disentri, penyakit cacing tambang, ascariasis,
hepatitis A dan E, penyakit kulit, trakhoma, schistosomiasis, cryptosporidiosis,
dan malnutrisi.
Salah satu dampak yang membahayakan dari salah urus tinja ialah diare.
Penyakit itu bisa dideteksi dari perubahan tekstur tinja. Jika terjangkit, tinja
manusia lembek sampai berbentuk cairan. Buang air besar akan terjadi melebihi
1,5 kali perhari.
Dari data WHO tahun 2009, ada 2 miliar kasus diare di dunia. Hal tersebut
mengakibatkan 1,5 juta orang meninggal pada setiap tahunnya. Di negara
berkembang seperti Indonesia, rata-rata anak mengalami 3 kali diare tiap
tahunnya. Hal tersebut menghambat tumbuh kembang anak.
Diare merupakan masalah kesehatan yang masih sering dialami oleh
masyarakat dan merupakan penyebab penyumbang tingginya angka kesakitan dan
angka kematian. Data profil kesehatan Indonesia dari Kementerian Kesehatan,
tahun 2015 ada 13 provinsi terserang kejadian luar biasa penyakit diare. Terdapat
1.213 kasus diare mengakibatkan 30 jiwa meninggal. Pada tahun sebelumnya, ada
2.549 kasus diare, sedangkan 29 orang di antaranya meninggal. Kemudian kasus
tertinggi terjadi apda tahun 2008, terdapat 8133 kasus berdampak kematian 239
jiwa.
Bahkan jika diare masuk dalam taraf akut, maka akan memunculkan
penyakit kolera dari bakteri Vibrio cholera. Begitu juga diisenteri, sebuah
penyakit yang ditandai dengan diare berdarah. Bakteri penyebab diare yang sering
menyerang adalah bakteri EnteroPathogenicEscherichia Coli (EPEC).
2.3 Permasalahan yang Timbul Akibat Tinja
Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat
buruknya penanganan buangan tinja:
a.      Mikroba
Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri
koli-tinja. Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti
bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus, bakteri Vibrio cholerae penyebab
kolera, virus penyebab hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit
akibat kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia sangat tinggi. BAPENNAS
menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan polio
masih dijumpai, walaupun dinegara lain sudah sangat jarang.
b.      Materi Organik
Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tida k
tercerna. Ia dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak,
mikroba dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara
dengan 200-300 mg BODS (kandungan bahan organik).
c.       Telur Cacing
Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-
telur cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing
cambuk, cacing gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan
telur cacing yang siap berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah
kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing
cambuk dan cacing gela ng. Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.
c. Nutrien
Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang
dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa
amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia
mengandung amonium sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30 mg. Senyawa nutrien
memacu pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya, warna air menjadi hijau.
Ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan lainnya
mati.
2.4 Pengertian Open Defecation Free (ODF)
Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam
komunitas tidak buang air besar sembarangan, Pembuangan tinja yang tidak
memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis
lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan
rekayasa pada akses ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada
jamban (sehat) harus mencapai 100% pada seluruh komunitas.
SedangkanDesa/Kelurahan ODF (Open Defecation Free) adalah Desa/kelurahan
yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat, yaitu mencapai
perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat.
Satu komunitas/masyarakat dikatakan telah memiliki Karakteristik Desa
ODF jika:

a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran


bayi hanya ke jamban.
b. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
c. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia.
d. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban
sehat.
e. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban.
f. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.
g. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai
100% KK mempunyai jamban sehat.
h. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana jamban
dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid
pada jam sekolah.
i. Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten menjadi sangat penting untuk
menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang efektif
dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat tercapai.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan mengenai Stop Buang Air Besar Sembarangan


(BABS) akan dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Sabtu/8 Desember 2018

Tempat : Sekolah Dasar di 3-4 Ulu Palembang

3.2 Petugas Penyuluhan


Petugas dalam Kegiatan penyuluhan mengenai Stop Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) ini ialah Mahasiswa Semester 3 Program Studi D4 Gizi
Politekkes Kemenkes Palembang.

3.3 Materi Penyuluhan


 Apa yang dimaksud dengan BABS ???
Perilaku buang air besar sembarangan (BABS/Open defecation) termasuk
salah satu contoh perilaku yang tidak sehat. BABS/Open defecation adalah suatu
tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak – semak, sungai,
pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi
lingkungan, tanah, udara dan air.

 Mengapa Masyarakat BABS ???


Berbagai alasan digunakan oleh masyarakat untuk buang air besar
sembarangan, antara lain anggapan bahwa membangun jamban itu mahal, lebih
enak BAB di sungai, tinja dapat untuk pakan ikan, dan lain-lain yang akhirnya
dibungkus sebagai alasan karena kebiasaan sejak dulu, sejak anak-anak,  sejak
nenek moyang, dan sampai saat ini tidak mengalami gangguan kesehatan.

 Mengapa harus STOP BABS ???


Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat berkembang
dan berinduknya bibit penyakit menular (misal kuman/bakteri, virus dan cacing).
Apabila tinja tersebut dibuang di sembarang tempat, misal kebun, kolam, sungai,
dll maka bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke lingkungan, dan akhirnya
akan masuk dalam tubuh manusia, dan berisiko menimbulkan penyakit pada
seseorang dan bahkan bahkan menjadi wabah penyakit pada masyarakat yang
lebih luas.
Stop buang air besar sembarangan (STOP BABS) akan memberikan
manfaat dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat, nyaman dan tidak
berbau dan lebih indah
b. Tidak mencemari sumber air /badan air yang dapat dijadikan
sebagai air baku air minum atau air untuk kegiatan sehari-hari
lainya seperti mandi, cuci, dll
c. Tidak mengundang vector (serangga dan binatang) yang dapat
menyebarluaskan bibit penyakit, sehingga dapat mencegah
penyakit  menular
 Kemana Tinja Harus dibuang ???
Mengingat tinja merupakan bentuk kotoran yang sangat merugikan dan
membahayakan kesehatan masyarakat, maka tinja harus dikelola, dibuang dengan
baik dan benar. Untuk itu tinja harus dibuang pada suatu “wadah” atau sebut saja
JAMBAN. Jamban yang digunakan masyarakat bisa dalam bentuk jamban yang
paling sederhana, dan murah,  misal  jamban CEMPLUNG, atau jamban yang
lebih baik, dan lebih mahal misal jamban leher angsa dari tanah liat, atau bahkan
leher angsa dari bahan keramik.  

 Dampak BABS Bagi tubuh


1. Cacingan
Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-
telur cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing
cambuk, cacing gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan
telur cacing yang siap berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah
kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing
cambuk dan cacing gela ng. Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.
2. Diare
Jika tinja tak diorganisir dengan baik, maka akan menjadi bagian dari mata
rantai penularan penyakit. Sebab siklus penyakit dimulai dari tinja yang
mengandung mikroorganisme patogen. Tinja akan merangsek ke air dan tanah.
Penyakit yang mudah menyebar dan mengakibatkan kematian ialah diare.
Dari tinja, pola penyebaran penyakit dihantarkan serangga. Lalat misalnya,
berperan dalam penyebaran penyakit yang mudah menular. Serangga gemar
menempatkan telurnya pada tinja. Sebab tinja manusia mengandung bahan-bahan
yang dapat menjadi makanan hewan itu.

3.4 Alat Peraga

- Laptop
- LCD Proyektor
- Speaker atau sound system
- Kertas Gambar

3.5 Metode Pelaksanaan Kegiatan


1. Perencanaan
- Melakukan analisis pada siswa di sekolah dasar
- Mencari solusi dari masalah yang ada
- Menysun proposal kegiatan
- Meminta izin kepada Sekolah dasar yang akan dikunjungi
- Menyusun jadwal pelaksanaan
- Menyiapkan alat
2. Pelaksanaan
a. Metode Pelaksanaan
- Mahasiswa menyiapkan alat dan tempat
- Mahasiswa bekerja sama dengan pihak sekolah dasar
- Mahasiswa memberikan pengarahan akan pentingnya Buang Air
Besar pada tempatnya
- Peserta Bakti Desa Nasional memutarkan video mengenai sarapan
BABS
b. Proses kegiatan
- Siswa dijelaskan melalui pemaparan materi mengenai pentingnya
Stop BABS, baik pengertianBABS, manfaat dari stop BABS,
dampak jika BABS
- Dan siswa akan diajak untuk menonton video singkat tentang
BABS

Anda mungkin juga menyukai